Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR ISI

Halaman

COVER
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii-iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Tujuan Praktikum............................................................................... 1
1.2 Landasan Teori .................................................................................... 1
1.2.1 Air ...............................................................................................1
1.2.2 Karakteristik Air..........................................................................3
1.2.3 Pengolahan Air Menjadi Air Minum ..........................................5
1.2.4 Ammonium dan Nitrit .................................................................6
1.2.5. Siklus Nitrogen............................................................................7
BAB II METODOLOGI ..................................................................................... 10
2.1 Alat dan Bahan .................................................................................. 10
2.1.1 Alat .............................................................................................10
2.1.2 Bahan..........................................................................................10
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Kadar Ammonium dan
Nitrit .................................................................................................. 11
2.2.1 Tahapan Pengolahan Air ............................................................11
2.2.2 Analisa Amonium ......................................................................12
2.2.3 Analisa Nitrit ..............................................................................12
2.3 Perancangan Alat .............................................................................. 13
2.4 Prosedur Kerja .................................................................................. 16
2.4.1 Prosedur Kerja Pembuatan Reagen ............................................16
2.4.2 Prosedur Kerja Pengolahan Air ..................................................16
2.4.3 Prosedur Kerja Penentuan NH4+ dalam air ................................17
2.4.4 Prosedur Kerja Penentuan NO2- dalam air .................................17
i
BAB III DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA ................... 19
3.1 Data Pengamatan .............................................................................. 19
3.2 Pengolahan Data ................................................................................ 21
3.2.1 Perhitungan Pembuatan Reagen NH4+..........................................................21
3.2.2 Perhitungan Pembuatan Reagen NO2 ............................................................22

ii
Daftar Isi (Lanjutan)

Halaman
3.2.3 Perhitungan Konsentrasi NH4+ dalam sampel ............................23
3.2.4 Perhitungan Konsentrasi NO2- dalam sampel.............................24
3.2.5 Perhitungan Penurunan Konsentrasi NH4+ & NO2- dalam sampel
............................................................................................................ 25
3.3 Reaksi ................................................................................................. 25
3.3.1 Reaksi Penentuan Kadar Ammonium ........................................25
3.3.2 Reaksi Penentuan Kadar Nitrit ...................................................26
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 29
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 29
5.2 Saran ................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Tahapan Pengolahan Air NH4+ dan NO2 ......................................... 13
Gambar 2. Perancangan Analisa Ammonium..................................................14
Gambar 3. Perancangan Analisa Nitrit ............................................................15

iv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Data Pengamatan larutan stock Ammonium (NH4+) ............................19


Tabel 2. Data Pengamatan Penentuan NH4+ dalam sampel .................................20
Tabel 3. Data Pengamatan Larutan Stock............................................................20
Tabel 4. Data Pengamatan Hasil Analisa Sampel ...............................................21

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Pratikum


Adapun tujuan pada pratikum kali ini adalah sebagai berikut
1. Menganalisa dan menentukan kadar NH4+ menggunakan pereaksi Nessler
dan garam Rochelle dalam sampel
2. Memahami metode analisa kadar NH4+
3. Menganalisa atau menentukan kadar NO2- dalam sampel
4. Memahami metode analisa kadar NO2-

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia (H2O) satu
molekul air memiliki dua atom hidrogen kovalen terkait pada atom
oksigen tunggal. Air muncul di dalam semua tiga negara umum dari
materi dan dapat mengambil berbagai bentuk di bumi uap air dan
awan dilangit, air laut dan gunung es dilautan kutub, gletser dan
sungai-sungai di pegunungan, cairan pada alkuiferdalam tanah. Pada
suhu dan tekana yangtinggi seperti di pedalaman planet raksasa, ia
berpendapat bahwa air dan air ionik dimana molekul terurai menjadi
sub ion hidrogen dan oksigen dan pada tekanan bahkan lebih tinggi
sebagai air superionik dimana oksigen mengkristal tetapi ion hidrogen
mengapung dengan bebas dalam kisi oksigen. Air merupakan sumber
kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apapun juga Tanpa air
manusia hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. (Sihombing
Juna, 2022).
Pengertian air adalah cairan jernih tidak bewarna, tidak berasa, dan
tidak berbau yang tedapat dalam kehidupan manusia sehari-hari,
sedangkan pengertian air bersih menurut permenkes RI No
416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk

1
keperluan sehari-hari yang dapat diminum setelah dimasak.
Pengertian lain air minum menurut Kepmenkes RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan (bakteri ologis, kimiawi, radio aktif, visik) dan dapat
langsung diminum.
Manusia membutuhkan air untuk seluruh proses hidupnya
terutama untuk air minum. Air minum adalah bagian dari siklus air
global, yang merupakan fungsi dari abiotik dan biotik. Siklus ini
semakin dipengaruhi oleh kegiatan manusiadari penggunaan air dan
pembuanganya. Proyeksi perubahan iklim, perkotaan dan
pengembangan industri mengancam kualitas air minum dan
ketersediaan air yang digunakan. Populasi, konsumsi, dan degradasi
sumber meningkat seolah-olah tidak ada batas untuk pasokan air
bersih. Pengembangan pendekatan jangka panjang untuk
menggunakan air yang berkelanjutan membutuhkan pengelolaan yang
baik (Susana, 2003).
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantkan
olehapapun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan
dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada dibawah permukaan tanah. Air
tanah dapat kita bagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah
artesis.
a. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari
permukaan tanah serta berada diatas lapiran kedap air.
b. Air tanah artesis adalah air yang letaknya sangat jauh didalam tanah
serta berada diantara dua lapisan kedap air.

2. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang berada pada permukaan tanah dan

2
dapat degan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan:
seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya.
Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: perairan darat
dan perairan laut.
a. Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada pada permukaan
yang berada diatas daratan, misalnya: seperti rawa-rawa, danau,
sungai, dan lain sebagainya.
b. Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas.
Contohnya seperti air laut yang berada dilaut.

1.2.2 Karakteristik Air


Air mempunyai karakteristik khusus, yaitu karakteristik fisika dan
kimia meliputi kekeruhan, suhu, warna, residu tersuspensi, bau, dan
rasa.
1. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa,
korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa
lebih toksid dalam bentuk molekuler. molekuler. Dimana disosiasi
senyawa asam dan basa lebih toksid dalam senyawa asam dan basa
lebih toksid dalam bentuk mol bentuk molekur, dimana disosiasi
senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
2. DO (Dissolved Oxygen)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer/ udara. Semakin
banyak jumlah jumlah DO maka kualitas kualitas air semakin
semakin baik. Satuan DO biasanya biasanya dinyatakan dalam
persentase saturasi.

3
3. BOD (Biological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan-bahan organik
(zat pencemar) yang terdapat didalam terdapat didalam air buangan air
buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring
kapasitas self purification badan air penerima.
4. COD (Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara, kimia. + 95% terurai
Zat Organik + O2 CO2 + H2O
5. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektivitas
pemakaian pemakaian sabun, namun sebaliknya sebaliknya dapat
memberikan memberikan rasa yang segar. Didalam pemakaian untuk
industri (Air Ketel, Pendingin/ Pemanas) adanya kesadahan dalam air
tidak dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh
adanya kadar residu terlarut yang tinggi didalam air.
6. Senyawa-senyawa Kimia Beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah
merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu di pembatasan yang
agak kuat (± 0,05 mg/L). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan
menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna kol
warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang
dapat menjadi racun bagi manusia.
7. Jumlah Padatan
Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel
dan sifat-sifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi padatan terhadap,
padatan tersuspensi, dan padatan terlarut. Kehadiran Mikroba Pencemar
Air merupakan habitat berjenis-jenis mikroba, seperti alga, protozoa,
dan bakteri. Ada beberapa mikroba yang kehadirannya tidak
dikehendaki oleh manusia, berasal dari kotoran manusia.

4
8. Warna, Rasa, Bau
Air normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Air yang tidak jernih sering kali merupakan petunjuk awal
terjadinya polusi disuatu perairan. Suhu
9. Suhu
Kenaikan suhu didalam air tersebut akan mengakibatkan
menurunnya oksigen terlarut didalam air, meningkatkan kecepatan
reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan dan hewan lainnya ada
didalam air.

1.2.3 Pengolahan Air Menjadi Air Minum


Pengolahan air merupakan suatu proses yang digunakan untuk
membuat sumber air baku atau air limbah menjadi air yang dapat
diterima bagi pengguna akhir sesuai dengan standar yang dibutuhkan
(diinginkan) termasuk air bersih, air minum, air untuk proses industri,
air pengobatan dan air untuk keperluan lainnya. Tujuan dari semua
proses pengolahan air yang ada adalah menghilangkan kontaminan
dalam air, atau mengurangi konsentrasi kontaminan tersebut sehingga
menjadi air yang diinginkan sesuai kebutuhan (pengguna akhir) tanpa
merugikan dampak ekologis. Proses-proses yang terlibat dalam
pemisahan kontaminan dapat menggunakan proses fisik seperti
menetap dan penyaringan kimia seperti desinfeksi dan koagulasi. Selain
itu proses biologi juga digunakan dalam pengolahan air limbah, proses-
proses ini dapat meliputi, mencampur dengan udara, diaktifkan lumpur
atau saringan pasir padat (Sihombing juna, 2022).
Pada dasarnya, pengolahan air minum dapat diawali
dengan perjenihan perjenihan air, pengurangan pengurangan kadar
bahan-bahan bahan-bahan kimia terlarut terlarut dalam air sampai batas
dianjurkan, penghilangan miktoba patogen, memperbaiki derajad
keasaman (PH) serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat
menggangu estetika dan kesehatan. (Mulia, 2005)

5
Air tidak jenih umumnya mengandung residu. Residu tersebut dapat
dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi) dan pengendapan
(sedimentasi). pengendapan (sedimentasi). Untuk mempercepat Untuk
mempercepat proses penghilangan penghilangan residu tersebut perlu
ditammbahkan koagulan. Bahan koagulan yang sering dipakai adalah
sering dipakai adalah alum (tawas). alum (tawas). Untuk
memaksimalkan proses penghilangan residu, sebaiknya dilarutkan
dalam air sebelum dimasukkan ke dalam tangki pengendapan.
(Darmono, 2001).

1.2.4. Ammonium dan Nitrit


1. Ammonium (NH4+)
NH4+ adalah ion yang apabila berekasi dengan sodium hidroksida
akan menghasilkan ammonia. Ammonia merupakan gas tak
berwarna dengan bau yang tak berwarna dengan bau yang spesifik
(bau air seni), mudah larut dalam air (larutannya bersifat basa),
alkohol dan eter. Dalam SNI kadar ammonium yang diperbolehkan
hanya sebesar 0,1 mg/l. Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia
membentuk kompleks dengan beberapa ion logam, amonia juga
dapat terserap kedalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid
sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia yang terukur
diperairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+). Amonia bebas tidak
dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi.
Dalam SNI 06-6989.30-2005 kadar ammonium yang diperbolehkan
hanya sebesar 0, 1 mg/l. (Natalia, 2015).
Secara umum, ammonium yang berada di dalam lingkungan
perairan merupakan hasil penyaluran dari air kencing dan tinja.
Selain itu, juga berasal dari zat-zat organic dari air alam atau limbah
industri/domestik yang diuraikan oleh agen pengurai. Kadar
ammonium ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya: sumber asal
ammonium itu sendiri, ada tidaknya tumbuhan air yang berperan

6
sebagai absorben ammonium, kadar O2, dan suhu di perairan.
Ammonium merupakan agen penyebab keadaan beracun bagi
kehidupan di lingkungan perairan. Peningkatan konsentrasi
ammonium dalam lingkungan perairan disebabkan oleh peningkatan
tingkat keasaman dan suhu. Kadar ammonium sebesar 1 mg/L dapat
menyebabkan kematian pada organisme air yang disebabkan
berkurangnya jumlah O2 dalam kehidupan perairan. Selain itu, kadar
ammoniak 1 mg//L dalam perairan akan menyebabkan kematian
pada ikan tertentu dikarenakan adanya ammonia dalam perairan
tersebut dalam menurunkan kadar oksigen terlarut dalam air.

2. Nitrit (NO2-)
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian
teroksidasi. Nitrit tidak ditemukan dalam air limbah yang segar,
melainkan dalam limbah yang sudah basi atau lama. Nitrit tidak
dapat bertahan lama dan merupakan keadaan sementara proses
oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit bersumber dari bahan-
bahan yang bersifat korosif dan banyak dipergunakan di pabrik-
pabrik. Nitrit tidak tetap dan dapat berubah menjadi amoniak atau
dioksidasi menjadi nitrat. Pengaruh nitrit pada kesehatan manusia
yaitu, dapat menyebabkan methamoglobinemia dan efek racun
kandungan nitrit dalam air lebih besar dari 0 (nol) mg/l. Nitrit
sangat berbahaya untuk tubuh manusia khususnya bagi bayi di
bawah umur 3 bulan, karena dapat menyebabkan
methaemoglobinemia yaitu kondisi di mana nitrit akan mengikat
haemoglobin (Hb) darah sehingga menghalangi ikatan Hb dengan
oksigen. Dalam UU No 82 tahun 2001 mengenai kualitas air dan
pengendalian pencemaran air, disebutkan bahwa baku mutu
cemaran nitrat sebagai N sebesar 0,06 mg/l. Dalam SNI 06-6989.9-
2004 kadar nitrit yang diperbolehkan pada kisaran kadar 0,01 mg/l
sampai dengan 1 mg/l. (Natalia, 2015)

7
1.2.5 Siklus Nitrogen
Secara umum, siklus nitrogen merupakan pergerakan nitrogen dari
atmosfer menuju bumi dan terjadi secara terus menerus. Siklus
nitrogen sederhana memungkinkan terjadinya perubahan nitrogen dari
satu wujud ke wujud kimia lainnya. Nitrogen mempunyai peran yang
sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi. Apabila
urutan daur nitrogen terhenti, seluruh makhluk hidup yang ada di
Bumi akan mati karena tidak tersedianya cadangan nitrogen.
Keberadaan nitrogen di muka Bumi dibutuhkan untuk membentuk
protein dan molekul organik esensial. Setidaknya, terdapat sekitar 78
persen unsur nitrogen di udara. Dari jumlah itu, hanya organisme
tingkat rendah yang dapat menggunakannya seperti bakteri dan alga
biru.
Nitrogen adalah proses berulang atau konversi unsur Nitrogen
menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang akan bergerak melalui
komponen biologis maupun non-biologis. Walaupun ada banyak
banget Nitrogen di atmosfer, tapi ia memiliki ikatan yang sangat kuat
dan masih berupa gas N2. Gas N2 ini bersifat non-reaktif dengan kata
lain susah banget buat bereaksi,sehingga gak bisa digunakan secara
langsung oleh tanaman dan hewan. Gas N2 harus senyawa organik
yang bisa bermanfaat bagi kehidupan. Nah, proses konversi tersebut
bernama fiksasi nitrogen.
Siklus Nitrogen yang pertama yaitu proses perpindahan Nitrogen
dari atmosfer ke dalam tanah melalui akar tanaman. Tapi, sebelum
itu harus melalui fiksasi Nitrogen terlebih dahulu. Fiksasi sendiri
memiliki arti mengonversi unsur menjadi bentuk atau unsur yang bisa
digunakan atau bermanfaat. Ada dua cara dalam melakukan fiksasi
Nitrogen, yaitu melalui bakteri pada akar tanaman legum (Rhizobium),
bakteri dan mikroorganisme di dalam tanah, dan proses geofisika
dengan panas dan tekanan yang tinggi seperti sambaran kilat. Namun,
mayoritas proses fiksasi ini dilakukan oleh bakteri.

8
1. Mineralisasi
Salah satu tahapan siklus nitrogen adalah proses
dekomposisi senyawa organik yang berasal dari organisme
yang mati proses dekomposisi tersebut adalah tahapan
mineralisasi. Tahap ini disebut juga dengan amonifikasi.
Mineralisasi bisa terjadi baik dalam kondisi aerobik dan
aerobik. Proses ini akan melepaskan amonia dan dikontrol
olch pH. Amonia akan mudah menguap pada pH tinggi yaitu
di atas 9.
2. Fiksasi nitrogen
Fiksasi nitrogen adalah proses perubahan nitrogen dari
atmosfer menjadi ammonia. Ini merupakan proses yang sangat
penting. Utamanya proses ini untuk menjaga keseimbangan
kehilangan nitrogen pada proses denitrifikasi. Fiksasi nitrogen
adalah proses dimana gas nitrogen di atmosfer didifusikan lagi
ke dalam air dan direduksi lagi menjadi bahan organik. Yang
berperan menangkap gas nitrogen adalah bakteri autrothop,
heterotroph, alga biru-hijau, dan tanaman lainnya.
3. Nitrifikasi
Nitrifikasi adalah proses oksidasi biologis amonia dengan
oksigen menjadi amonium kemudian nitrit dan dikuti oleh
proses oksidasi nitrit menjadi nitrat. Degradasi amonia yang
menjadi nitrit dikenal dengan nitrifikasi.
4. Asimilasi nitrogen
Asimilasi nitrogen adalah proses pembentukan senyawa
nitrogen organik, misalnya asam amino dari senyawa nitrogen
anorganik. Setelah proses nitrifikasi oleh bakteri, tanaman
akan menyerap nirogen dalam wujud nitrat.
5. Amonifikasi
Amonifikasi adalah proses sisa - sisa tanaman serta limbah
terurai dari oleh organisme kemudian menghasilkan amonia.

9
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Beaker Glass 500 ml : 2 buah
2. Pipet Volume 25 ml : 2 buah
3. Pipet Ukur 5 ml : 1 buah
4. Bola Hisap : 2 buah
5. Pipet Ukur 10 ml : 2 buah
6. Tabung Nessler 50 ml : 7 buah
7. Botol Semprot : 1 buah
8. Rak Tabung Nessler : 1 buah
9. Alat Filtrasi : 1 buah
10. Kolom Media Filtrasi : 1 buah
2.1.2 Bahan
1. Aquadest : 1000 ml
2. Air sungai sebelum filtrasi : 1000 ml
3. Air sungai sesudah filtrasi : 900 ml
4. Larutan Garam Rochelle : 100 ml
5. Pereaksi Nessler : 100 ml
6. Larutan Asam Sulfonil : 300 ml
7. Larutan Asam Asetat : 150 ml
8. Larutan Napthyl Amine : 350 ml
9. Larutan Stock NO2- 10 PPM : 100 ml
10. Larutan Stock NH4+ 10 PPM : 1000 ml
11. Tissue : 250 sheet
12. Kertas label : 1 lembar

10
2.2 Tahapan Pengolahan Air dan Analisa Ammonium dan Nitrat
2.2.1 Tahapan Pengolahan Air

Proses pengolahan air secara lengkapp umumnya melalui beberapa


tahapan proses, yaitu sebagai berikut:
A. Screening, berfungsi untuk memisahkan atau pengambilan
benda-benda yang mengapung seperti ranting-rantingpohon,
dedaunan, kertas-kertas serta sampah-sampah yang terdapat
pada air baku. Umumnya dipakai jenis saringan yang kasar
(coarsescreen) dan bukan saringan halus (fine screen).
B. Pra-sedimentasi (Pengendapan Pendahuluan): Proses
pengendapan berfungsi untuk memisahkan benda-benda
tersuspensi (suspended matter) yang terdiri dari pasir kasar,
pasir halus dan lumpur yang sangat halus dari air baku.
Umumnya diperlukan waktu pengendapan 2-3 jam untuk
partikel ini.
C. Koagulasi dan Flokulasi: Proses koagulasi adalah proses
pemberian koagulan dengan maksud mengurangi gaya tolak
menolak antara partikel koloid. Proses flokulasi adalah proses
pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-flok
kecil sehingga menjadi besar dan semakin besar sehingga
cukup besar untuk diendapkan. Sedimentasi: Sedimentasi
adalah proses pengendapan partikel- partikel padat tersuspensi
dalam cairan/zat cair dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan untuk
mereduksi bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air
dan dapat juga berfungsi mereduksi kandungan
mikroorganisme patogen tertentu dalam air.
D. Desinfeksi : Proses selanjutnya sebelum menjadi air bersih
pastikan air yang diolah terbebas dari kuman dan bakteri yang
terkandung dalam air dengan penambahan ozonisasi, chlor.

11
2.2.2 Analisa Amonium

A. Analisa Ammonium Metode Nessler, kadar ammonium dapat


diukur dengan menggunakan metode nessler kualitatif dan
kuantitatif. Dimana metode nessler kualitatif yaitu dengan
menggunakan reagen nessler dan larutan Garam Rochelle,
dimana warna sampel dibandingkan dengan warna lain larutan
standar (NH4+) atau larutan stock ammonium.
B. Metode Rochelle, dimana garam Rochelle dibuat dengan cara
melarutkan 50 mL KNa Tartrat dalam 100 mL aquadest.
C. Metode Ion Kromatografi, dalam menggunakan metode iron
kromatografi dengan kondisi pengukuran untuk ammonium
menggunakan Dionex Ion Pac CS, sebagai eluen larutan methyl
sulfonic acid 18 Mm pada temperature 40°C.
2.2.3 Analisa Nitrit

A. Metode Nessler, kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan


metode Nessler kualitatif dan kuantitatif. Dimana metode
nessler kualitatif yaitu dengan cara menggunakan asam sulfonil
dan napthyl amine. Dimana warna sampel dibandingkan dengan
warnalarutan standart atau larutan stock nitrit. Warna sampel
yang paling mendekati warna larutan stock nitrit itulah yang
paling tinggi kadarnitritnya.

B. Metode Spektrofotometri. Alat yang digunakan adalah


spektrofotometri UV-Visible pada pH 2,0-2,5, nitritberkaitan
dengan hasil reaksi antara diazo asam sulfanilik dengan N-(1-
Naftol)-etil endiamin (yaitu NED Dihidroksida), maka dapat
dibentuk celupan yang berwarna ungu kemerahan. Warna
Tersebut mengikuti hukum Lambert-Beer dan dapat menyerap
sinar dengan panjang gelombang 543 nm. Metode ini sangat
akuratdan peka sehingga perlu adanya pengenceran sampel.

12
2.2.4 Bagan Tahapan Pengolahan Air dan NH4+ serta NO2-

Analisa NH4+ dan


NO2-

Analisa NH4+ dan


NO2-

Gambar.1 Bagan tahapan pengolahan air NH4+ dan NO2-

2.3. Perancangan Alat

1. Alat dan bahan disiapkan.


2. Kolom media filtrasi dibersihkan.
3. Saringan aquarium dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
4. Batu kerikil dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
5. Saringan aquarium dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
6. Pasir halus dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
7. Pasir kasar dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
8. Saringan aquarium dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
9. Arang dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
10. Saringan aquarium dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
11. Zeolit dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
12. Batu kerikil dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
13. Arang dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
14. Ijuk dimasukkan ke dalam Kolom media filtrasi.
15. Alat yang telah dirancang dibersihkan dengan mengalirkan air pada
bawah media.

13
16. Air yang keluar dari hasil pencucian diperhatikan, jika sudah jernih maka
pencucian dihentikan.
17. Air dari media filtrasi dialirkan hingga habis.
18. Air sungai dimasukkan sebanyak 1000 ml ke dalam alat filtrasi dan
dihidupkan stop watch, kemudian air hasil filtrasi ditampung pada beaker
glass.
19. Waktu alir dicatat dan diukur volume air hasil filtrasi.
20. Debit air dihitung.

2.3.1 Perancangan Alat Analisa Ammonium

4 5 6 7 8 9

11

12 10

11

Gambar 2. Analisa ammonium

Keterangan gambar :
1. Nessler
2. Air sungai setelah filtrasi
3. Air sungai sebelum filtrasi
4. Hasil analisa NH4+ air sungai sebelum filtrasi
5. Hasil analisa NH4+ air sungai sesudah filtrasi
6. Larutan NH4+ dalam 10 ppm 0,05 ml
7. Larutan NH4+ dalam 10 ppm 0,1 ml
8. Larutan NH4+ dalam 10 ppm 0,15 ml
9. Larutan NH4+ dalam 10 ppm 0,2 ml

14
10. Aquadest
11. Garam Rochelle

2.3.2 Perancangan alat analisa nitrit

4 5 6 7 8 9
10

13

12
1
11
2
3

Gambar 3. Analisa nitrit

Keterangan gambar :

1. Air sungai sebelum filtrasi

2. Air sungai sesudah filtrasi

3. Asam Asetat

4. Hasil analisa NO2- air sungai sebelum filtrasi

5. Hasil analisa NO2- air sungai sesudah filtrasi

6. Hasil analisa NO2- 1,0 ml

7. Hasil analisa NO2- 2,0 ml

8. Hasil analisa NO2- 3,0 ml

9. Hasil analisa NO2- 4,0 ml

10. Aquadest

11.. Napthyl amine

15
12. Sulfonil

13. Natrium Nitrit

2.4. Prosedur Kerja

2.4.1. Prosedur Kerja Pembuatan Reagen NH4+ dan NO2-

1 Pereaksi Nessler

1. Larutkan 10 gram Hgl2 dan 7 gram KI dengan aquadest.

2. Tambahkan larutan NaOH 30% sebanyak 50 mL.

3. Tambahkan aquadest menjadi 100 ml

4. Disimpan dalam botol berwarna gelap.

2 Pereaksi Garam Rochelle

1. 50 gram KNa Tartrat dilarutkan dalam 100 mL aquadest.


2. Larutan dihomogenkan.

3 Pembuatan reagensia untuk NO2-


1. Ditimbang teliti 2,5 gram napthyl amine dalam 150 ml
asam asetat pekat dan diencerkan menjadi 350 ml
2. Dilarutkan asam sulfonil 4 gram dalam 300 ml aquadest

3. Ditimbang 0,375 gram NaNO2 dalam 1 liter aquades

2.4.2. Prosedur Kerja Pengolahan Air.


1 Alat dan bahan disediakan.
2 Alat filtrasi yang telah dibuat kemudian dicuci untuk
membersihkan bahan filtrasi hingga benar – benar bersih
sebanyak 3 kali.
3 Setelah dicuci dan benar – benar bersih kemudian sampel air
sungai dimasukkan ke dalam alat filtrasi lalu ditampung pada
beaker glass secukupnya.
4 Hasil filtrasi dimasukkan ke dalam beaker glass.

16
2.4.3. Prosedur Kerja Penentuan Kadar NH4+ dalam Air.
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi dipipet sebanyak 25 ml
kedalam tabung nessler 50 ml dengan menggunakan pipet volume
3. Sampel air sungai sesudah filtrasi dipipet sebanyak 25 ml
4. kedalam tabung nessler 50 ml dengan menggunakan pipet volume
5. Larutan NH4+ 10 ppm dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung
nessler 0 ppm dengan menggunakan pipet ukur 1 ml
6. Lakukan hal yang sama pada setiap abung nessler (0,0 ,0,2, 0,4,
0,6, 0,8)ppm
7. Larutan garam Rochelle ditambahkan sebanyak 1 ml kedalam
tabung nessler
8. Pereaksi nessler ditambahkan sebanyak 1ml kedalam masing
masing tabung nessler
9. Aquadest ditambahkan kedalam masing masing tabung nessler
sampai tanda garis
10. Masing masing tabung nessler dihomogenkan sampai terhomogen
11. Lakukan perbandingan warna yang mendekati sebelum filtrasi dan
warna yang sesudah filtrasi

2.4.4. Prosedur Kerja Penentuan Kadar NO2- dalam Air.


1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel air sungai sebelum filtrasi dipipet sebanyak 25 ml
kedalam tabung nessler 50 ml dengan menggunakan pipet
volume
3. Sampel air sungai sesudah filtrasi dipipet sebanyak 25 ml
dimasukan kedalam tabung nessler 50 ml dengan menggunakan
pipet volume
4. Asam sulfonil ditambahkan sebanyak 1 ml dan asam asetat
sebanyak 0,5 ml kedalam masing masing tabung nessler(0,5, 1,0,
1,5, 2,0)

17
5. Nepthyl amine ditambahkan sebanyak 1 ml kedalam masing masing
tabung nessler
6. Aquadets ditambahhkan kedalam masing masing tabug nessler
hingga tanda batas
7. Tabung nessler dihomognkan hingga terhomogenkan
8. Lakukan perbandingan warna mendekati sebelum dan sesudah fitrasi

18
BAB III
DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan

Data Pengamatan Ammonium (NH4+)

Tabel 1 Data Pengamatan larutan stock Ammonium (NH4+)

Volume Volume
Garam Pereaksi Volume
Larutan Stock
No Rochelle Nessler Aquadest
NH4+(ppm)
(ml) (ml) (ml)

1 0,05 1 1 47,95

2 0,1 1 1 47,9

3 0,15 1 1 47,85

4 0,2 1 1 47,8

Larutan Stock (NH4+) 10 ppm + Garam Rochelle Larutan tidak berwarna


Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler Larutan berwarna kuning

19
Tabel 2 Data Pengamatan Penentuan NH4+ dalam sampel

Volume
Nama Volume Volume Pereaksi Volume
Sampe Konsentrasi
No Sampel Garam Nessler
Aquadest
l

(ml) (ml) (ml) (ml) (ppm)

Air
Sungai Mendekati
1 25 1 1 23 0,1
Sebelum
Filtrasi

Air
Sungai Mendekati
2 25 1 1 23
Sebelum 0,05

Filtrasi

Sampel + Garam Rochelle Larutan tidak berwarna


Larutan tidak berwarna + Pereaksi Nessler Larutan berwarna kuning

Data Pengamatan Nitrit (NO2-)

Tabel 3 Data Pengamatan Larutan Stock (NO2- )

Volume Volume
Larutan Volume
Volume Volume
Stoke Asam Napthyl
Stoke Asam Aqudest
No NO 2- Sulfonil Amine
NO2- (ml)
(ml) Asetat (ml)
(ml) (ml) (ml)

1 1,0 0,5 1 0,5 1 46,5

2 2,0 0,5 1 0,5 1 45,5

3 3,0 0,5 1 0,5 1 44,5

4 4,0 0,5 1 0,5 1 43,5

20
Stock (NO2-) + Asam Sulfonil Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Asam Asetat Larutan tidak berwarna
Larutan tidak berwarna + Napthyl Amine Larutan berwarna ungu

Tabel 4 Data Pengamatan Hasil Analisa Sampel

Volume Volume Volume


Volume Volume Konsentrasi
Nama Asam Asam Napthy
No Sampel Aquades Sampel
Sampel Sulfonil asetat lamine
(ml) (ml) (ml)
(ml) (ml) (ml)

Air Sungai Mendekati


Sebelum 25 1 0,5 1 23,5 4,0
1
Filtrasi

Air Sungai Mendekati


Sesudah 25 1 0,5 1 23,5
2 2,0
Filtrasi

3.2 Pengolahan Data


3.2.1 Perhitungan Pembuatan Reagen NH4+
1. Menghitung konsentrasi NaOH dalam pereaksi
nessler
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
% NaOH =
30 %

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
30% = 100

Massa NaOH = 30 gram.

2. Pembuatan NH4+ 10 ppm sebanyak 1 liter dari NH4Cl

𝐶 𝑁𝐻4 𝐵𝑀 𝑁𝐻4
=
𝐶 𝑁𝐻4𝐶𝑙 𝐵𝑀 𝑁𝐻4𝐶𝑙

10 𝑝𝑝𝑚 18 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
𝐶 𝑁𝐻4𝐶𝑙 53,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙

C NH4Cl = 29,7222 ppm


𝑚𝑔 N𝐻4Cl
NH4Cl =
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

21
29,7222 ppm = 𝑚𝑔 N𝐻4Cl
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

mg NH4Cl = 29,7222 mg

3. Pembuatan larutan stoke ammonium (NH4+) dari 100 ppm


menjadi 10 ppm
V1 x C1 = V2 x C2

V1 x 100 ppm = 100 ml x 10 ppm

V1 = 10 ml

3.2.2 Perhitungan Pembuatan Reagen NO2-

1. Menghitung konsentrasi NaNO2


𝐶 𝑁𝑂2 𝐵𝑀 𝑁𝑂2
=
𝐶 𝑁𝑎𝑁𝑂2 𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑁𝑂2

250 46 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝑝𝑝𝑚 =
69 𝑔/𝑚𝑜𝑙
𝐶 𝑁𝑎𝑁𝑂2

C NaNO2 = 375 ppm


mg NaNO2
C NaNO2 =
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
mg NaNO2
375 ppm =
1 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

mg NaNO2 = 375 mg
2. Pengenceran NO2- 1000 ppm menjadi 10 ppm dihitung dengan
rumus :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 250 ppm = 500 ml x 10 ppm
V1 = 20 ml

3. Pengenceran larutan stoke nitrit dari 10 ppm menjadi 0,5


ppm, 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm.
A. Larutan Stoke Nitrit (NO2-) 0,5 ppm
V1 x C = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 0,5 ppm
V1 = 2,5 ml

22
B. Larutan Stoke Nitrit (NO2-) 1 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 1 ppm
V1 = 5 ml
C. Larutan Stoke Nitrit (NO2-) 1,5 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 1,5 ppm
V1 = 7,5 ml
D. Larutan Stoke Nitrit (NO2-) 2 ppm
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 10 ppm = 50 ml x 1,5 ppm
V1 = 10 ml

3.2.3 Perhitungan Konsentrasi NH4+dalam sampel


1. Air sungai sebelum filtrasi
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑛𝑒𝑠𝑠𝑙𝑒𝑟
Dik : Fp =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡

50 𝑚𝑙
=
25 𝑚𝑙

=2

Dit : NH4+= ?
𝜇𝑔 𝑥 𝐶 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑣
NH4+ =
𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,1 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚 𝑥 2 𝑥 50𝑚𝑙


=
25 𝑚𝑙

= 4 ppm

2. Air sungai sesudah filtrasi


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑛𝑒𝑠𝑠𝑙𝑒𝑟
Dik : Fp =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡
50 𝑚𝑙
=
25 𝑚𝑙

=2

23
Dit : NH4+ = ?
𝜇𝑔 𝑥 𝐶 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑣
NH4+ =
𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,05 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚 𝑥 2 𝑥 50𝑚𝑙
=
25 𝑚𝑙

= 2 ppm

3.2.4 Perhitungan Konsentrasi NO2- dalam sampel

1. Air sungai sebelum filtrasi


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑛𝑒𝑠𝑠𝑙𝑒𝑟
Dik : Fp =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡

50 𝑚𝑙
=
25 𝑚𝑙

=2

Dit : NO2- = ?
𝜇𝑔 𝑥 𝐶 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑣
NO2- =
𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,15 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚 𝑥 2 𝑥 50𝑚𝑙


=
25 𝑚𝑙

= 6 ppm

2. Air sungai sesudah filtrasi


𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 𝑛𝑒𝑠𝑠𝑙𝑒𝑟
Dik : Fp =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖 𝑝𝑖𝑝𝑒𝑡

50 𝑚𝑙
=
25 𝑚𝑙

=2

Dit : NO2- = ?

𝜇𝑔 𝑥 𝐶 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝑣
NO2- =
𝑣 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,05 𝑥 10 𝑝𝑝𝑚 𝑥 2 𝑥 50𝑚𝑙


=
25 𝑚𝑙

= 2 ppm

24
3.2.5 Perhitungan penurunan konsentrasi NH4+ dan NO2- dalam sampel
A. % Penurunan kadar NH4+
Dik : Konsentrasi NH4+ sebelum filtrasi = 4 ppm
Konsentrasi NH4+ setelah filtrasi = 2 ppm
Dit : Penurunan Kadar NH4+ ?
𝑁𝐻+ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑁𝐻+ 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
NH4+ = × 100%
𝑁𝐻+ 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
4−2 𝑝𝑝𝑚
= × 100%
4 𝑝𝑝𝑚

= 50%
B. % Penurunan kadar NO2-
Dik : Konsentrasi NO2- sebelum filtrasi = 6 ppm
Konsentrasi NO2- sesudah filtrasi = 2 ppm
Dit : Penurunan Kadar NO2- ?
𝑁𝑂− 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖−𝑁𝑂− 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
NH4+ = × 100%
𝑁𝑂− 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
6−2 𝑝𝑝𝑚
= × 100%
6 𝑝𝑝𝑚

= 66,6%
3.3 Reaksi
3.3.1 Reaksi Penentuan Kadar Ammonium
• NH4+ + CaHKNaO6 . 4H2O NaNH4C4H4O6 . 4H2O + K+
(Ammonium)(Garam Rochelle) (Ammonium Tartrat)(Kalium)

NaNH4C4H4O6 . 4H2O + 2K2(HgI4) + 4NaOH


(Ammonium Tartrat) (Merkurium(II)) (Natrium Hidroksida)

HgOHg(NH2)I + C4H4O6 . 4H2O + 4NaI + 3KI


(Amidoiodida)(Tetrahida)(Natrium Iodida)(Kalium Iodida)
+3O2
(Oksigen)

25
3.3.2 Reaksi Penentuan Kadar Nitrit

1) N=N-CH3COO SO3H NH2

+ ➔
N=N

SO3H NH2
2C6H5SO3CH3COON2 + C10H9N C16H16SO3N3

N=N N=N-CH3COO

2)
+ 2CH3COOH ➔ 2 + H2

SO3H SO3H
2C6H5SO3N2 2C6H5SO3CH3COON2

26
BAB IV
PEMBAHASAN
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri
dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H.O. Karena air merupakan suatu
larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah
maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan
demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut
pencemar yang terdapat dalam air.
Amonium (NH4+ ) dan nitrit (NO2-) adalah dua jenis senyawa nitrogen yang
dapat ditemukan di dalam sampel air sungai. Kedua senyawa ini biasanya berasal
dari limbah organik dan anorganik yang terbuang ke dalam sungai, seperti limbah
pertanian, industri, dan domestik. Manfaat dari air bersih pun sangatlah banyak
diantaranya adalah memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh, menjaga kesehatan
dan kesegaran tubuh, membersihkan badan, membersihkan bahan makanan untuk
memasak, untuk membantu pekerjaan sehari-hari, untuk irigasi pertanian, menjaga
ekosistem lingkungan, penyuplai energi, dan menghemat pengeluaran.
NH4+ adalah ion yang apabila bereaksi dengan sodium hidroksida akan
menghasilkan ammnia. Ammonia merupakan gas tak berwarna dengan bau yang
spesifik atau bau air seni, mudah larut dalam air, alkohol, dan eter. Ammonia lebih
ringan dari udara mudah dicairkan, mengeruhkan larutan nessler dengan titik didih
cair -77°C. Analisa ammonium ini dilakukan dengan menggunakan nessler setelah
penambahan idoium yang terkandung dalam gram Rochelle. Dalam SNI kadar
ammonium yang diperbolehkan hanya sebesar 0,1 mg/l. Konsentrasi amonia yang
tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian ikan yang terdapat pada
perairan tersebut. Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH yang ditunjukkan dengan
kondisi pH rendah akan bersifat racun jika jumah amonia banyak, sedangkan
dengan kondisi pH tinggi hanya dengan jumlah amonia yang sedikit akan bersifat
racun. Amonium dalarn air cenderung mengikat oksigen yang akan membentuk
nitrit dan nitrat dan dengan adanya bakteri di alam reaksi ini akan dipercepat. Selain
dapat menyebabkan terbentuknya nitrit (NO2-) yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Amonia dalam perairan memiliki konsentrasi 1-3 mg/L dapat meracuni

27
ikan dan makhluk air lainnya, konsentrasi 400-700 mg/L akan memberikan efek
jangka pendek atau akut yaitu iritasi terhadap saluran pernafasan, hidung,
tenggorokan dan mata.
Kandungan amonia ada dalam jumlah yang relatif kecil jika didalam
perairan kandungann oksigen terlalu tinggi. Sehingga kandungan amonia dalam
perairan bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman. Pada dasar perairan
kemungkinan terdapat amonia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding perairan
dibagian atasnya karena oksigen terlarut pada bagian dasar relatif lebih kecil.
Konsentrasi amonia yang tinggi pada permukaan air akan menyebabkan kematian
ikan yang terdapat pada perairan tersebut.
Kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan metode nessler kualitatif
dan kuantitatif pada metode nessler kualitatif ini dilakukan dengan cara
menggunakan asam sulfonil dan napthyl amine yang mana warna sampel
dibandingkan dengan warna larutan standart atau larutan stock nitrit . sehingga
warna sampel yang paling mendekati warna larutan stock nitrit itulah yang paling
tinggi kadar nitritnya.
Pada praktikum kali ini, diperoleh nilai kadar NH4+ yang terkandung dalam
air sungai sebelum filtrasi yaitu sebesar 4,0 ppm atau 4,0 mg/L dan air sungai
sesudah filtrasi yaitu sebesar 2,0 ppm atau 2,0 mg/L. Maka jika dibandingkan
dengan SNI 01-3553-2006 kadar amonium (NH4+) yang diperbolehkan dalam air
hanya sebesar 0,15 mg/L, hasil yang diperoleh tidak memenuhi syarat mutu.
Kadar NO₂- yang terkandung dalam air sungai sebelum filtrasi yaitu sebesar
6,0 ppm atau 6,0 mg/L dan air sungai sesudah filtrasi yaitu sebesar 2,0 ppm atau
2,0 mg/L. maka jika dibandingkan dengan SNI 01-3553-2006 kadar nitrit (NO2-)
yang diperbolehkan hanya sebesar max. 3 mg/L, hasil yang diperoleh telah
memenuhi syarat mutu. Dari perhitungan juga didapatkan % penurunan kadar NH4+
sebesar 50% dan % penurunan kadar NO2- sebesar 66,6%.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ,maka dapat disimpulkan :
1. Kadar NH4+ yang terkandung dalam air sungai sebelum dan sesudah
berturut-turut yaitu 4 ppm atau 4 mg/L dan 2 ppm atau 2 mg/L, dan %
penurunan kadar NH4+ yaitu sebesar 50%.
2. Kadar NO2- yang terkandung dalam air sungai sebelum dan sesudah di
filtrasi adalah 6 ppm atau 6 mg/L dan 2 ppm atau 2 mg/L, dan % penurunan
kadar NO2- yaitu sebesar 66,6%.
3. Kadar nitrit dapat diukur dengan menggunakan metode nessler kualitatif
dan kuantitatif.
4. Kadar ammonium dapat diukur dengan menggunakan metode nessler
kualitatif dan kuantitatif.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, kami
merekomendasikan penggunaan bahan atau metode tertentu yang sesuai
dengan standar SNI yang berlaku.

29
DAFTAR PUSTAKA

Darmono, 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta : Penerbit


Universitas Indonesia .

Mulia, R. M. 2005 . Kesehatan Lingkungan Edisi Pertama . Jakarta : Graha Ilmu .

Natalia, C. 2015. Penentuan Kadar Ammoniak dan Nitrat Dalam Air Sungai.
[Tugas Akhir ] Medan : Universitas Sumatera Utara, Program Diploma
tiga.

Sihombing, Juna. 2022. Buku Penuntun Pengolahan Air dan Limbah Industri.
Medan : PTKI Medan.

Susana, Tjuju. (2003). Air Sebagai Sumber Kehidupan. Oseana, Volume XXVIII,
Nomor 3, 2003: 17-25.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai