Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN EKOLOGI PERAIRAN

PENGUKURAN DO

OLEH
KELOMPOK
3
SHENNYFRI MISRAPHA SITANGGANG E1E021016
NURUWILDANI E1E021024
TETTY IUSLIRA SIRAIT E1E021042
GIRA ANGRAINI E1E021043
MUHAMMAD IDRIS ARSANDI E1E021064
SARNITA TOGATOROP E1E021066
MARGITA MARPAUNG E1E021068
CINDY PRASTIKA WARDANI SINAGA E1E021080
JOERDAN SAPUTRA PRATAMA E1E021097
LATIFAH ARUM LESTARI E1E021103
AHMAD ADE SENJONO E1E021110

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGENTAR

Puji Syukur kita ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerakan banyak nikmat, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Ekologi Perairan Pengukuran DO ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ekologi
Perairan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelompok 3 yang


berkontribusi secara maksimal atas waktu, tenaga, dan pikiran yang telah
diberikan. Tidak lupa pula khususnya kepada Dosen yang telah memberikan tugas
laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini kami menyadari bahwa hasil laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penulis sangat
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, kami
ucapkan terimakasih. Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat
untuk penulis dan pembaca semuanya.

Jambi, Desember 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Pratikum ............................................................................... 3
1.3 Manfaat Pratikum ............................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 4


BAB III MATERI DAN METODE .................................................... 6
3.1 Lokasi dan Waktu pelaksanaan Pratikum ........................................ 6
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................. 6
3.3 Langkah Kerja .................................................................................. 7

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ....................................................... 8


4.1 Perhitungan Kelimpahan Plankton ................................................... 8
4.2 Pengukuran PH Perairan .................................................................. 9
4.3 Perhitungan nitrat,nitrit, fosfat dan aminon perairan ....................... 11

BAB V PENUTUP ................................................................................ 13


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 13
5.2 Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14


LAMPIRAN .......................................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Perhitungan Kelimpahan Plankton ................................................... 8
1.2 Pengukuran pH perairan ................................................................... 9
1.3 Perhitungan Nitrat, Nitrit, Fosfat dan Amino Perairan .................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai sumber air yang dipergunakan untuk keperluan hidup dan kehidupan
dapat tercemar oleh berbagai sumber pencemaran. Limbah dari makhluk hidup,
sepertimanusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat menjadi penyumbang
pencemaran terhadapair yang akan dipergunakan, baik untuk keperluan makhluk
hidup maupun untuk keperluan kehidupan yang lain. Keberadaan Zat-zat beracun
atau muatan bahan organik yang berlebih akan menimbulkan gangguan terhadap
kualitas air. Keadaan ini akan menyebabkan oksigenterlarut dalam air berada pada
kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air.Rusaknya kadar kimia air
tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air (Aria, P. 2009).

Plankton merupakan organisme baik tumbuhan maupun hewan yang


umumnya memiliki ukuran relatif kecil (mikro), hidup melayang-layang di air,
tidak mempunyai daya gerak, kalau pun ada daya geraknya relatif lemah sehingga
distribusinya sangat dipengaruhi oleh daya gerak air, seperti arus dan lainnya.
plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai hewan
(zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton).

Plankton yang merupakan tumbuhan mikroskopis disebut fitoplankton,


Fitoplankton sebagian besar merupakan organisme autotropik dan menjadi
produsen primer dari bahan organik pada habitat akuatik. Fitoplankton terdiri
darikumpulan tanaman mikro yang hampir tidak mempunyai kemampuan
melawan gerakan air, Beberapa fitoplankton dapat menggunakan flagel+,silia dan
lendir untuk gerakannya, tetapi sebagian besar melayang bebas di perairan, Pada
ekosistem akuatik sebagian produktivitas dilakukan oleh fitoplankton.
Oksigen memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan,
karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik
dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan biologik yang dilakukan oleh
organisme aerobik dan anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah
untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang ada pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam

1
kondisi anaerobik oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa
kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas (Salmin, 2000).
Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal
dari fotosintesis dan absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk
mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati
beberapa parameter kimia seperti DO. Semakin banyak jumlah DO (dissolved
oxygen), maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi (Salmin,
2000).
DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
Kandungan Dissolved Oxygen (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan
nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik) (Swingle, 1968) atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa kadar DO
minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg O 2/lt. Idealnya, kandungan
oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan
sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970).
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk
menentukan kadar oksigen terlarut. Prinsipnya dengan menggunakan titrasi
iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan larutan
MnCl2 dan NaOH atau KI, sehingga akan terjadi endapan MnO 2. Dengan
menambahkan H2SO4 atan HCl maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan
juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen dengan oksigen
terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar

2
natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji)
(Anonim, 2011).

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mempelajari (do ekologi perairan)
2. Dapat membedakan perbedaan dari fitoplankton dan zooplankton
3. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang manfaat fitoplankton dan
zooplankton.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari Pratikum Ekologi Perairan ini untuk Mempelajari (do
ekologi perairan) dan Dapat membedakan perbedaan dari fitoplankton dan
zooplanktondan juga Menambah pengetahuan dan wawasan tentang manfaat
fitoplankton dan zooplankton.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Nybakken (1988) bahwa kenaikan temperatur pada perairan
dapat menyebabkan penurunan kadar DO, selain itu gelombang besar juga dapat
menambahkan oksigen ke dalam air laut.

Pemantauan kualitas perairan merupakan hal yang penting untuk


dilakukan, khususnya di perairan pesisir karena umumnya daerah pesisir rentan
terhadap pencemaran perairan (Hamuna dkk., 2018). Beberapa Penelitian
mengenai kualitas air sudah pernah dilakukan salah satunya tentang pencemaran
organik yang mengakibatkan masalah serius seiring dengan pesatnya
pertumbuhan penduduk yang bermukim (Said, 2011).

Plankton juga merupakan salah satu parameter biologi yang memberikan


informasi mengenai kualitas dan tingkat kesuburan perairan. Plankton dapat
digunakan sebagai indicator kualitas lingkungan dengan mengetahui indeks
keanekaragamannya. Keanekaragaman plankton menunjukkan tingkat
kompleksitas dari struktur komunitas. Keanekaragaman plankton akan berkurang
jika suatu komunitas didominasi oleh satu atau sejumlah spesies tertentu. Hal ini
terjadi jika terdapat gangguan terhadap lingkungan, dan pada kondisi tersebut
terdapat organisme plankton yang mampu bertahan dan berkembang lebih baik
dari pada jenis plankton lainnya. Salah satu penyebab penurunan indeks
keanekaragaman adalah pencemaran (Astuti, 2014).

Bentuk senyawa nitrogen yang paling dominan di perairan alami adalah


ion nitrat (NO3-) dan sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan alga.
Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di
perairan. Nitrifikasi merupakan proses oksidasi yang penting dalam siklus
nitrogen (Effendi, 2003).

Fitoplankton dapat dijadikan indikator biologi yang dapat menentukan


kualitas perairan baik melalui pendekatan keragaman spesies maupun spesies
indikator. Fitoplankton sebagai indikator biologis bukan saja menentukan tingkat

4
kesuburan perairan, tetapi juga fase pencemaran yang terjadi dalam perairan.
(Elfinurfajri, 2009).

Oksigen terlarut dalam laut (DO) dimanfaatkan oleh organisme perairan


untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro-organisme. Sumber
utama oksigen dalam air laut adalah udara melalui proses difusi dan dari proses
fotosintesis fitoplanktom. Oksigen terlarut merupakan salah satu penunjang utama
kehidupan dilaut dan indikator kesuburan perairan. Kadar oksigen terlarut
semakin menurun seiring dengan semakin meningkatnya limbah organik di
perairan. Hal ini disebabkan oksigen yang ada, dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan zat organik menjadi zat anorganik (Simanjuntak, 2012).

DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses


metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan pembiakan. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama
oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000).
Kandungan Dissolved Oxygen (DO) minimum adalah 2 ppm dalam
keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun (toksik) (Swingle, 1968)
atau berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa
kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah >2 mg O 2/lt. Idealnya,
kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam
dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70% (Huet, 1970).

5
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1 Lokasi dan Waktu pelaksanaan Pratikum


Pratikum pada hari pertama dilakukan pada hari Selasa pada tanggal 28
November 2023 dan pada Praktek kedua di lakukan pada hari selasa pada tanggal
05 Desember 2023. Praktikum ini di lakukan pada lokasi yang sama yaitu di
lakukan pada kolam gedung A peternakan.

3.2 Alat dan Bahan


Pada peraktek minggu pertama alat dan bahan yang di gunakan dalam
pengukuran DO adalah :
1. Plankton net untuk jaring pengumpulan Plankton
2. Derigen / Jerigen untuk pengambilan air di dalam kolam
3. Alat Pengukur PH
4. Mikroskop 1 pcs Untuk meliat plankton.
5. Pipet tetes 1 pcs Untuk mengambil sample dari botol sample.
6. Tissue Secukupnya Untuk membersihkan alat.
7. kaca objek glas dan kaper glas.

Pada praktek minggu kedua alat dan bahan yang di gunakan dalam
penggukuran DO ini adalah:
1. Mikroskop 1 pcs Untuk meliat plankton.
2. Pipet tetes 1 pcs Untuk mengambil sample dari botol sample.
3. Tissue Secukupnya Untuk membersihkan alat.
4. Kaca Preparat Untuk meletakkan benda atau preparat yang akan diamati dengan
menggunakan mikroskop.

6
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja pada pratikum Ekologi Perairan penghitung DO ini adalah :
1. Pada langkah awal praktikum pertama,ambil sampel plankton pada kolam di
gedung peternakan, sebanyak 20 liter menggunakan jirigen berukuran 5 liter.
Lalu saring menggunakan palnkton net untuk menyaring palnkton. Lakukan
pada empat daerah berbeda pada kolam.

2. Kemudian ukur pH pada perairan lakukan sebanyak empat kali pad daerah
kolam yg berbeda

3. Selanjutnya pada praktek kedua lakukan pengukuran nitrit, nitrat, fosfor dan
fosfat pada perairan menggunakan alat ukur yang sudah disediakan dengan
mengikuti langkah -langkah yang sudah tertera di dalam kotak pengukuran
masing-masing.

4. Setelah itu lakukan pengukuran kelimpahan plankton pada perairan


menggunakan sampel plankton sebelum nya.

7
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
4.1 Perhitungan Kelimpahan Plankton

Gambar 1.1 Perhitungan Kelimpahan Plankton

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap sampel plankton di perairan Kolam


depan gedung A, ditemukan sebanyak 1 kotak hanya ditemukan 16 fiktoplakton
Rerata kelimpahan plankton yang ditemukan di perairan kolam peternakan depan
geduang A berdasarkan filum selama masa pengamatan dapat dilihat.

Plankton juga merupakan salah satu parameter biologi yang memberikan


informasi mengenai kualitas dan tingkat kesuburan perairan. Plankton dapat
digunakan sebagai indicator kualitas lingkungan dengan mengetahui indeks
keanekaragamannya. Keanekaragaman plankton menunjukkan tingkat
kompleksitas dari struktur komunitas. Keanekaragaman plankton akan berkurang
jika suatu komunitas didominasi oleh satu atau sejumlah spesies tertentu. Hal ini
terjadi jika terdapat gangguan terhadap lingkungan, dan pada kondisi tersebut
terdapat organisme plankton yang mampu bertahan dan berkembang lebih baik
dari pada jenis plankton lainnya. Salah satu penyebab penurunan indeks
keanekaragaman adalah pencemaran (Astuti, 2014).

8
Faktor-faktor fisika dan kimia air yang diukur adalah suhu, kecerahan,
oksigen terlarut (DO), pH, fosfat dan nitrat.

Perhitungan kelimpahan Plankton di perairan kolam depan gedung A


adalah sebagai berikut :
1. Volume air yg disaring= 20 L
2. Volume air yang dihitung di atas objek = 2 ml
3. Volume air yang disaring ke botol sampel= 50ml
4. Jumlah plankton yg terindentifikasi = 16 plankton
𝑣𝑟
1
N=nx x
𝑣𝑜 𝑣𝑠

0,05 1
= 16 x x = 16 x 25 x 0,05
0,02 20

= 20 individu / L

Kompisisi jumlah fitoplankton yang diperoleh dari hasil identifikasi


menunjukkan bahwa filum algae yang paling mendominasi pada ketiga stasiun
adalah kelas Bacillariaphyceae. Bacillariaphyceae ada pada setiap stasiun dengan
jumlah yang tidak sedikit bahkan salah satu spesiesnya seperti Nitzchia sigma
yang individunya mendominansi dan berbeda cukup signifikan dengan spesies
lain. Kelas Bacillariaphyceae memiliki ketahan hidup yang paling baik di perairan
yang tercemar. Hal ini sesuai dengan Wetzel (1983) dalam Sanaky (2003)

9
4. Pengukuran pH Perairan

Gambar 1.2 pengukuran pH perairan

Perubahan nilai derajat keasaman (pH) dan konsentrasi oksigen yang


berperan sebagai indikator kualitas perairan dapat terjadi sebagai akibat
berlimpahnya senyawa-senyawa kimia baik yang bersifat polutan maupun bukan
polutan. Rendahnya nilai pH mengindikasikan menurunnya kualitas perairan yang
pada akhirnya berdampak terhadap kehidupan biota di dalamnya. Terjadinya
perubahan ini akan membunuh biota yang paling peka sekalipun, karena jaringan
makanan dalam perairan terganggu. Dan pada Praktek pratikum ini adalah.

Suhu Hasil dari pengukuran yang telah dilakukan terhadap suhu air
disetiap stasiun selama masa pengamatan yang terdapat di perairan kolam gedung
A peternakan Kanan diperoleh kisaran suhu antara 47.3°C – 49.6°C dengan rata-
rata sebesar 50.3°C. Dari rerata tersebut dapat dianggap baik untuk pertumbuhan
plankton. Sedangkan menurut Derajat keasaman atau pH menunjukkan kadar
asam atau basa dalam suatu larutan melalui konsentrasi atau aktivitas ion
hidrogen. Dari hasil pengukuran pH didapatkan kisaran antara 7.14 – 7.73 dan
reratanya 7.44. Menurut Pescod (1973) di dalam Nurhaniah (1998), agar
kehidupan ikan dan jasad makanannya berlangsung secara wajar diperlukan
kisaran pH antara 5.0 – 9.0. Berdasarkan niali pH dan kriteria yang telah
ditentukan, maka pH di perairan Waduk Riam Kanan dapat mendukung
kehidupan ikan dan jasad makanannya, dalam hal ini adalah fitoplankton.

10
4.3 Perhitungan nitrat, nitrit , fosfat dan amino peraira

Gambar 1.3 perhitungan nitrat, nitrit, fosfat dan amino perairan

Penentuan kadar Nitrat (NO3-N) Penentuan kadar nitrat dilakukan dengan


metode spektrofotometer (SNI 06-2480-1991) pada kisaran kadar 0,1 mg/L -2,0
mg/L dengan menggunakan metode brusin dengan alat spektrofotometer pada
panjang gelombang 410 nm. Pengukuran kandungan nitrat ada air dilakukan
dengan menggunakan KIT salifert nitrat . Air Sempel sebanyak 1 MK di
reaksikam dengan Reagen salifert nitrat N03-1 sebanyak 4 tetes dan 1 cup NO3-2
pada masing masing sampel ( Wulandari ,2020) .setelah semua diberikan larutan
kemudian di vortex hingga larutan tersebut homogen dan berubah warna menjadi
merah keunguan. Pengukuran sampel di lakukan dengan menggunakan alat
spektrofometer.

11
Penentuan kadar nitrit (NO2- N) Penentuan kadar nitrit dilakukan dengan
metode spektrofotometer( SNI 066989.9-2004). Pada kisaran kadar 0,01 mg/L -
1,0 mg/L. Dalam suasana asam (pH 2-2,5), nitrit akan bereajsi dengan
Sulfanilamid ( SA) dan N - ( 1-naphthyl) ethylene diamine dihydrochloride (NED
dihydrochloride) membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan yang
dapat diukur pada panjang gelombang 543 nm.

Penentuan kadar posfat Penentuan kadar fosfat dilakukan dengan metode


spektrofotometer secara asam askorbat (SNI 06-6989.31-2005) pada kisaran
kadar 0,) mg P/L sampai dengan 1,0 mg P/L . Prinsip dari metode ini didasarkan
pada pembentukan senyawa kompleks fosfomolibdat yang bewarna biru dengan
panjang gelombang 700 nm -880nm. Pengukuran fosfat dengan mereksikan air
sampel sebanyak 1 MK dengan Reagen HANNA HI713 pada masing masing
sampel. (Wulandari ,2020) . Setelah di berikan Reagen ,larutan tersebut di vortex
hingga menjadi homogen dan berubah warna .

Penentuan kadar Amonia ( NH3- N) Penentuan amonia dilakukan dengan


metode spektrofotometer secara fenat ( SNI 06.6989.30-2005) pada kisaran 0,1
mg / L sampai dengan 0,6 mg/L NH3 -N dengan panjang gelombang 640 nm.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan Ekologi perairan dengan judul perhitungan DO


adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan
absorbsi atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air. Untuk mengetahui kualitas
air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter
kimia seperti DO. Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen), maka kualitas
air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan
menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja
terjadi. Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Dan DO dibutuhkan
oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses metabolisme atau pertukaran zat
yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.

5.2 Saran
Saran dari pratikum ini Keanekaragaman plankton menunjukkan tingkat
kompleksitas dari struktur komunitas. Keanekaragaman plankton akan berkurang
jika suatu komunitas didominasi oleh satu atau sejumlah spesies tertentu. Dan
Perhitungan Kelimpahan plankton,Perhitungan pH perairan dan juga Perhitungan
Nitrat, Nitrit, fosfat dam amino perairan sangat penting dalam perhitungan DO.

Dan disini pada kelompok kami banyak yang malas dan juga tidak ada
rasatanggung jawab dan pura – pura tidak tahu atau Cuma membaca Grup chat
saja dan tidak peduli sama sekali dalam pembuaan laporan ini dan tidak
membantu untuk menggerjakan laporan dan juga banyak yang beralasan yang
tidak masuk di akal dan yang bekerja hanya beberapa orang saja, sebaiknya
dibagi rata yang rajin dan malas dicampur agar kegiatan berjalan dengan lancar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, L. (2014). Kelimpahan dan komposisi fitoplankton di Danau Sentani,


Papua. Papua: LIMNOTEK

Anonim. 2012. Laporan Praktikum Penyehatan Air. http://setiya-dewi


megasari.blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-penyehatan-air-
dan_24.html

Aria, Perwira. 2009. Oksigen Terlarut. http://www.perwira-aria.blogspot.com/.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Huet, H.B.N. (1970) dalam Santika, Sri Sumesti 1987. Metode Penelitian Air.
Jakarta : Usaha Nasional.

Nurhaniah (1998) Kelimpahan dan Distribusi Vertikal Plankton di Perairan


Tergenang. Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis.


Jakarta: PT. Gramedia.

Said, N. I. (2011). Penghilangan Deterjen dan Senyawa Organik Dalam Air Baku
Air Minum dengan Proses Biofilter Ungun Tetap Tercelup. Journal BPPT,
7(1), 97–108.

Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen biologi (BOD)
sebagai salah satu 14ndicator untuk menentukan kualitas perairan.
Oseana. 30(3): 21-26.

Simanjuntak, M. 2012. Kualitas Air Laut Ditinjau dari Aspek Zat Hara, Oksigen
Terlarut, dan pH di Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Bidang Dinamika
Laut, Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta

14
LAMPIRAN

15
16

Anda mungkin juga menyukai