D111221075
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Karena atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan
acara dua mineral non-logam ini dengan baik. Serta shalawat dan taslim selalu kita
panjatkan kepada jujungan kita, Nabi besar Muhammad SAW yang telah
menghantarkan kita dari alam yang penuh dengan kebodohan menuju alam yang
kepada setiap pihak yang berperan dalam penyusunan laporan ini. Terkhusus untuk
dosen pengajar geologi fisik serta para asisten yang telah banyak membantu saya dan
memberikan ilmu serta masukan yang membangun sehingga laporan acara dua
mineral non-logam ini dapat diselesaikan. Dan juga terima kasih kepada kedua orang
memberikan dukungan moral dan materi sehingga saya dapat menjalani kegiatan ini
dengan baik.
Penyusunan Laporan acara dua mineral non-logam ini tidak terlepas dari
kesalahan kalimat ataupun penyusunan laporan, maka dari itu saya terbuka untuk
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
BAB II KRISTALOGRAFI.................................................................................. 3
iii
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bentuk Mineral Dan Kristal............................................................................. 4
2.3 Bentuk kristal pada sistem isometrik dan cara penggambarannya ..................... 9
3.2 Penggaris....................................................................................................14
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
BAB I
PENDAHULLUAN
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya
dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos, dimana mengenai arti
Sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik). Maka pengertian yang jelas
dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dari
1994)
Mineral adalah zat atau benda yang biasanya padat dan homogen dan hasil
bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik dan kimia tertentu serta umumnya
berbentuk kristalin. Mineral terdiri atas mineral non-logam dan mineral logam. Mineral
logam adalah mineral yang unsur penyusunnya ialah unsur logam. Mineral non-logam
ialah mineral yang unsur penyusunnya ialah unsur non-logam dan biasanya bersifat
logam dan mineral non-logam, sehingga kita perlu melakukan suatu praktikum untuk
mengetahui lebih banyak tentang mineral. Untuk itulah diadakan praktikum Mineralogi,
sebagai sarana untuk mengetahui dan mempelajari lebih detail tentang mineral dan
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
yang ada pada setiap bentuk kristal dan memahaminya lalu dapat menentukan sistem
simetri, menggambarkan bentuk kristal atas dasar parameter, jumlah dan posisi sumbu
1.2.2 Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 25 Maret 2022 bertempat di
dimana materi yang dibahas adalah Kristalografi. Pada praktikum ini kegiatan yang
luarnya meliputi sifat fisika dan kimia kemudian mengidentifikasi nama dari sampel
mineral tersebut
2
BAB II
KRISTALOGRAFI
2.1 Mineral
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan
mineral, meliputi sifat fisik, sifat kimiawi, sifat optis dan sifat mekanika mineral.
Mineralogi dapat berupa mineralogi fisik dan dapat pula mineralogi optik. Mineralogi
fisik sangat berhubungan dengan susunan kristal dalam mineral, sehingga di dalamnya
sangat penting dalam pembelajaran mineralogi, karena setiap mineral adalah kristalin,
sehingga memiliki sifat-sifat kristal yang dapat digambarkan dan diproyeksikan dalam
2018).
secara alamiah dan kristalin. Jadi, kristalin artinya tersusun atas unsur-unsur kimia
yang homogen dengan bentuk geometri tetap sebagai gambaran dari susunan padatan
atom yang teratur, jumlah dan kedudukan bidang-bidang kristalnya tertentu dan
teratur. Hal itu, dapat didefinisikan bahwa setiap mineral pastilah kristal namun tidak
semua kristal adalah mineral. Setiap mineral yang telah mengalami perubahan
maka mineral tersebut telah terubah (alterasi), sehingga membentuk nama mineral
yang berbeda. Begitu juga dengan mineral yang secara komposisi kimia sama, namun
maka mineral tersebut pun telah terubah membentuk mineral yang lain. Susunan
3
eksternal suatu mineral adalah pencerminan dari susunan internal dari kristal yang
menyusun mineral tersebut. Halit tersusun atas ion natrium dan ion Klor. Dalam suatu
NaCl dengan rasio kation dan anion adalah 1:1. Unit sel Halit tersebut tersusun atas
enam senyawa NaCl, yang membentuk rumus bangun kubus. Kubus-kubus NaCl
2018).
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Benda padat homogen artinya
bahwa mineral hanya terdiri atas satu fase padat, hanya satu macam material, yang
tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh suatu
proses fisika. Oleh karena itu, cairan dan gas-gas tidak termasuk mineral. Mineral
terbentuk secara anorganik artinya benda-benda padat homogen yang dihasilkan oleh
komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa mineral itu merupakan
senyawa kimia. Senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-batas tertentu yang
dinyatakan dengan suatu rumus. Rumus kimia mineral dapat sederhana maupun
kompleks, tergantung dari banyaknya unsur yang ada dan proporsi kombinasinya
(Amin, 2013).
macam, yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen.
Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor
4
sedimentasion, dan organic sedimentation disebut dengan endapan sekunder. Proses
internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu sebagai berikut (Zikri,
2018).
pembawa bijih utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan
tipe endapan.
dan regional.
yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut dan umumnya
Proses eksternal atau eksogen dalam pembentukan suatu endapan mineral yaitu
(Zikri, 2018):
endapan plaser
sisa.
5
4. Secondary or supergene enrichment, pelindian (leaching) elemen-elemen
tertentu dari bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada
komposisi kimianya. Di bawah skema ini, mereka dibagi menjadi beberapa kelas
menurut anion dominan atau kelompok anioniknya (misalnya halida, oksida, dan
sulfida). Mineral yang berbeda juga muncul bersama-sama dalam matriks batuan.
Akibatnya, ilmu petrologi, yang berfokus pada komposisi batuan, juga berkaitan
senyawa kimia, dan senyawa ini mengalami perubahan fase sebagai kondisi lingkungan
berubah. Fase seperti itu perubahan dapat mempengaruhi bagaimana satu mineral
faktor pembeda tertinggi tingkat klasifikasi mineral. Pertama, kesamaan dalam sifat
mineral dengan kelompok anionik identik umumnya lebih menonjol daripada mereka
yang memiliki kation dominan yang sama. Misalnya, karbonat memiliki kemiripan yang
lebih kuat satu sama lain daripada tembaga mineral. Kedua, mineral yang memiliki
anion dominan yang identik kemungkinan besar akan ditemukan dalam yang sama
atau serupa lingkungan geologi. Ketiga, praktik kimia saat ini menggunakan
Pembagian terluas dari klasifikasi yang digunakan dalam pembahasan kali ini adalah
(1) unsur asli, (2) sulfida, (3) oksida, (4) sulfat, (5) karbonat, (6) halida, (7) silikat, (8)
6
Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari
Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya.
Dana membagi mineral menjadi delapan golongan (Klein & Hurlbut, 1993), yaitu:
1. Unsur (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur kimia,
sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas,
2. Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-
logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), dan lain-lain.
3. Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil atau
air dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4).
4. Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,
seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya halit (NaCl) dan Fluorit (CaF2).
5. Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam atau semilogam
dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya kalsit
(CaCO3).
6. Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan
8. Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral
yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini
Mineral non logam adalah kelompok mineral yang tidak termasuk mineral logam
yang penyusun utamanya berasal dari bukan logam. Mineral non logam
dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu bahan galian bangunan, bahan galian
7
mineral industri, bahan galian mineral keramik, dan bahan galian batu permata
(Lutgents, 2006):
Bahan galian bangunan meliputi andesit, granit, marmer, onik, batu apung,
pasir dan batu, batubara, serta aspal. Andesit banyak ditemukan di Sumatera
Barat, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Marmer banyak ditemukan di Sumatera
Barat, Lampung, dan Jawa Timur. Batu apung banyak ditemukan di Kalimantan
Barat dan P. Lombok. Pasir banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Belerang banyak ditemukan Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa timur, dan
Bahan galian mineral keramik meliputi pasir kuarsa, bond clay, dan kaolin. Pasir
Bahan galian batu permata meliputi intan yang banyak ditemukan di Riau, safir
8
Dalam pengertian mneral non logam, hingga saat ini belum diperoleh kepastian
untuk menjelaskan pengertian dari mineral non logam, namun pada umumnya definisi
mineral terbagi menjadi dua yaitu Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih
Karena memang belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini.
Namun pada umumnya dikenal dua definisi mineral, definisi klasik yang disimpulkan
sebelum tahun 1977 dan definisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut definisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk
secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang
tetap Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam
dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan
2001)
Mineral dapat dikenali berdasarkan sifat fisik dari mineral tersebut antara lain
warna, kilap, bentuk, belahan, kekerasan. Tiap mineral memiliki warna yang khas,
akan tetapi ada beberapa mineral yang memiliki warna yang hampir sama. Kilap atau
kilau mineral juga merupakan sifat fisik yang dapat digunakan untuk identifikasi
mineral. Bentuk kristal suatu mineral dikontrol oleh ikatan kimia mineral tersebut.
Belahan mineral dipengaruhi oleh ikatan lemah antar molekul. Kekerasan mineral
menunjukkan besarnya gaya tekan untuk membelah atau merusak stuktur mineral
Warna mineral adalah warna yang ditunjukkan oleh mineral secara fisik, bersifat
9
mungkin terjadi selama mineral tersebut berada dalam lingkungan geologi tersebut.
Sebagai contoh adalah mineral kuarsa, apatit dan fluorit. Mineral-mineral tersebut pada
dasarnya memiliki warna dasar putih. Namun, karena adanya pengotoran pada saat
kristalisasi maupun setelah kristalisasinya, oleh unsur yang lain, maka warnanya
(Mulyaningsih, 2018).
Cerat adalah warna sebenarnya dalam suatu mineral. Warna cerat kadang-
kadang berbeda dengan warna mineralnya. Contohnya grafit berwarna coklat tetapi
warna ceratnya hitam, sulfur berwarna kuning dengan warna cerat putih, pirit
berwarna keemasan dengan warna cerat hitam, dan galena berwarna silver gelap
dengan cerat coklat gelap. Namun, tidak sedikit pula mineral yang menunjukkan warna
perawakannya dan warna ceratnya sama. Sebagai contoh adalah monasit: warna
perawakan dan ceratnya merah-merah bata, kuarsa warna perawakan dan ceratnya
adalah putih, dan lain-lain. Warna cerat adalah manifestasi dari perpaduan unsur
kation dan anion yang menyusun mineral. Sifat cerat ini diidentifikasi dengan cara
menggoreskan mineral di atas benda yang lebih. Dalam penerapan lanjut, warna cerat
10
digunakan untuk identifikasi mineral pada kondisi lapuk dan identifikasi mineral pada
Bentuk kristal ditentukan dari susunan kimia unsur yang menyusun internal
eksternal krisal mencerminkan susunan internalnya. Bentuk kristal dapat berupa ikatan
dan kubik. Bentuk mineral adalah bentuk dasar dari susunan / bangun mineral. Bentuk
mineral dapat sama dengan bentuk kristal, jika pertumbuhannya sempurna maka akan
memiliki bentuk yang sama dengan bentuk kristalnya, namun jika pertumbuhan
mineral tidak sempurna maka tidak akan memiliki bentuk yang sama dengan bentuk
Kilap adalah refleksi mineral dalam menangkap sinar; ada dua jenis kilap yaitu
metalik dan non-metalik. Kilap metalik yaitu kilap yang ditunjukkan oleh, sebagaimana
logam (emas, perak, tembaga atau besi) jika dikenai sinar. Kilap non metalik yaitu
kilap kaca, kilap tanah (earthy), kilap lilin, kilap mutiara, kilap sutra dan kilapnya
11
Gambar 2.3 Contoh kilap Mutiara pada dioptase (Mulyaningsih, 2018).
menggunakan skala Mohs. Dalam skala Mohs kekerasan terendah adalah satu oleh
talk, sedangkan kekerasan tertinggi bernilai 10 yang diwakili oleh intan (Mulyaningsih,
2018).
1 Talk Mg3Si4O10(OH)2
2 Gipsum CaSO4·2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Flourit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3(OH–,Cl–,F–)
6 Orthoklas KAlSi3O8
7 Kuarsa SiO2
12
8 Topaz Al2SiO4(OH–,F–)2
9 Korundum Al2O3
10 Intan C
Belahan adalah pecahan mineral yang selalu mengikuti bentuk dan susunan
kristal. Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga arah
belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya (Hibbard,
2002):
Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak
rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi 6 macam, yaitu (Hibbard,
2002):
13
2. Pecahan berserat/fibrous, bila menunjukkan kenampakan seperti serat,
3. Pecahan tidak rata, bila menunjukkan permukaan yang tidak teratur dan kasar,
4. Pecahan Rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya Limonite.
5. Pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-
Tenacity atau sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang
pemukulan atau penghancuran. Tenacity dibagi enam macam, yaitu (Hibbard, 2002):
1. Rapuh (brittle)
5. Kenyal/lentur (elastic)
6. Fleksibel (flexible)
14
Berat jenis (specific gravity), setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu.
pembentuk batuan mempunyai berat jenis sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata
unsur metal di dalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat
15
BAB III
AKTIVITAS PRAKTIKUM
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
3.1.1 Alat
1. Buku Rocks and Minerals, sebagai buku panduan dan referensi untuk
pencarian nama mineral dalam praktikum, bisa dilihat pada gambar 3.1.
16
3. Kawat tembaga berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan pada mineral.
4. Paku berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan pada mineral. Paku
5. Kikir baja berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan suatu mineral. Kikir
17
6. Alat tulis dan pensil warna, untuk pencatatan data-data dan sketsa mineral
8. Lup geologi berfungsi untuk melihat kilap pada mineral. Lup geologi bisa dilihat
18
9. berfungsi untuk menguji reaksi mineral dengan asam. Larutan HCL dapat
10. Kaca berfungsi sebagai alat untuk menguji kekerasan pada mineral. Kaca dapat
3.1.2 Bahan
19
Gambar 3.11 Kertas HVS A4.
2. Sampel mineral non logam, berfungsi sebagai objek pada praktikum, bisa dilihat
20
2. Mengamati objek praktikum (sampel mineral non-logam).
disediakan (Mengamati warna segar dan warna lapuk dari suatu mineral,
Menentukan cerat dari suatu mineral dengan cara menggoreskan paku baja
pada mineral yang diamati kemudian ditentukan warna dari hancuran mineral
tersebut, Menentukan belahan dari suatu mineral dalam hal ini dengan
mengamati arah belahan pada mineral tanpa memberikan gaya pada mineral
21
kuku, kawat tembaga, paku atau kikir baja pada mineral dan mengamati pada
alat apa mineral tersebut hancur ketika digores, Menentukan sistem kristal dari
suatu mineral, Menentukan komposisi kimia dan berat jenis mineral dengan
22
BAB IV
4.1 Hasil
Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa hasil dari praktikum
dapat dilihat pada tabel dibawah ini
Isometrik
1. 03
(ST 1) a=b=c
α=β=¥=90°
Heksagonal
2. 30 30
a=b=d≠c
(ST 1)
α=β=120°,¥=90°
Tetragonal
3. 04 a=b≠c
(ST 2) α=β=¥=90°
Trigonal
a=b=d≠c
4. 23
(ST 2) α=β=¥=120°
23
Isometrik
5. 02
(ST 3) a=b=c
α=β=¥=90°
Monoklin
6. 27
a≠b≠c
(ST 3)
α=β=90°/¥≠90°
Heksagonal
7. 21
a=b=d≠c
(ST 4)
α=β=120°,¥=90°
Tetragonal
8. 32 a=b≠c
(ST 4)
α=β=¥=90°
Tetragonal
9. 11 a=b≠c
(ST 5)
α=β=¥=90°
Isometrik
10. 14 a=b=c
(ST 5)
α=β=¥=90°
24
Ortorombik
11. 18
(ST 6) a=b≠c
α=β=¥=90°
Heksagonal
12. 24
a=b=d≠c
(ST 6)
α=β=120°,¥=90°
Tetragonal
13. 08 a=b≠c
(ST 7)
α=β=¥=90°
Ortorombik
14. 29 a=b≠c
(ST 7) α=β=¥=90°
Tetragonal
15. 15 a=b≠c
(ST 8)
α=β=¥=90°
Triklin
16. 28
a≠b≠c
(ST 8)
α≠β≠¥≠90°
25
Triklin
17. 25 a≠b≠c
(ST 9)
α≠β≠¥≠90°
Isometrik
18. 01
(ST 9) a=b=c
α=β=¥=90°
Tetragonal
19. 07 a=b≠c
(ST 10) α=β=¥=90°
Isometrik
20. 16 a=b=c
(ST 10)
α=β=¥=90°
Heksagonal
21. 21
(ST 11) a=b=d≠c
α=β=120°,¥=90°
Tetragonal
22. 09 a=b≠c
(ST 11)
α=β=¥=90°
26
Tetragonal
23. 10
a=b≠c
(ST 12)
α=β=¥=90°
Isometrik
24. 13
a=b=c
(ST 12)
α=β=¥=90°
Heksagonal
25. 05 a=b=d≠c
Triklin
a≠b≠c
26. 26
α≠β≠¥≠90°
(ST 13)
Tetragonal
27. 19 a=b≠c
(ST 14)
α=β=¥=90°
Isometrik
a=b=c
28. 22
(ST 14) α=β=¥=90°
27
Isometrik
29. 20
(ST 15) a=b=c
α=β=¥=90°
Tetragonal
30. 31
(ST 15) a=b≠c
α=β=¥=90°
Tetragonal
31. 06
a=b≠c
(ST 16)
α=β=¥=90°
Ortorombik
32. 17
a=b≠c
(ST 16)
α=β=¥=90°
4.2 Pembahasan
Dari hasil observasi diatas yang dilakukan maka dilakukan penjelasan setiap
4.2.1 Stasiun 1
Pada stasiun 01 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga
memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 03 dan 30
mempunyai sistem kristal isometrik dan heksagonal yang berbeda. Maket kristal
28
dengan nomor 3 berbentuk sistem kristal isometrik memiliki sumbuh a=b=c bersama
sudut α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral emas. Maket kristal dengan nomor
4.2.2 Stasiun 2
Pada stasiun 2 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga
memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 04 dan 23
mempunyai sistem kristal tetragonal dan trigonal yang berbeda. Maket kristal dengan
nomor 04 berbentuk sistem kristal tetragonal memiliki sumbuh a=b≠c bersama sudut
α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral rutil. Maket kristal dengan nomor 23
memiliki sistem kristal trigonal dengan hubungan sumbu a=b=d≠c serta hubungan
4.2.3 Stasiun 3
Pada stasiun 3 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga
memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 02 dan 27
mempunyai sistem kristal isometrik dan monoklin yang berbeda. Maket kristal dengan
nomor 02 berbentuk sistem kristal isometrik memiliki sumbuh a=b=d=c bersama sudut
α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral azurit. Maket kristal dengan nomor 27
memiliki sistem kristal monoklin dengan hubungan sumbu a≠b≠d≠c serta hubungan
4.2.4 Stasiun 4
karena memiliki empat sumbu di mana panjang sumbu a, b, dan d sama, tetapi tidak
sama dengan panjang sumbu c, dan sudut α dan β masing-masing 120° dan contoh
mineralnya apatit, sedangkan sudut γ adalah 90°. Sedangkan pada sampel 32 memiliki
sistem kristal tetragonal karena memiliki tiga sumbu di mana panjang sumbu a dan b
29
sama dan tidak sama dengan panjang sumbu c, dan sudut kristalografi α, β, dan γ
4.2.5 Stasiun 5
Stasiun 5 memiliki dua sampel dengan sistem kristal yang berbeda. Sampel 11
memiliki sistem kristal tetragonal karena memiliki tiga sumbu di mana panjang sumbu
a dan b sama dan tidak sama dengan panjang sumbu c, dan sudut α, β, dan γ masing-
masing 90° dan contoh mineralnya rutil. Sedangkan pada sampel 14 memiliki contoh
mineral emas dan sistem kristal isometrik karena memiliki tiga sumbu di mana panjang
4.2.6 Stasiun 6
Pada stasiun 6 terdapat dua jenis sampel maket kristal yang diamati sehingga
memiliki beragam bentuk maket kristal yang memiliki kristal nomor 18 dan 24
mempunyai sistem kristal isometrik dan heksagonal yang berbeda. Maket kristal
dengan nomor 3 berbentuk sistem kristal isometrik memiliki sumbuh a=b=c bersama
sudut α=β=¥=90° dan mempunyai contoh mineral stibnit. Maket kristal dengan nomor
4.2.7 Stasiun 7
Pada stasiun 7, sampel 08 memiliki sistem kristal tetragonal yang terdiri dari 3
sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c dan sudutnya α=β=γ=90˚ serta
contoh mineralnya rutil . Sedangkan pada sampel 29, memiliki sistem kristal
ortorombik yang terdiri dari 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c
4.2.8 Stasiun 8
sumbu dengan perbandingan a=b≠c dan sudut α=β=γ=90 dan memiliki contoh
30
mineral rutil˚. Sedangkan sampel 28 pada stasiun 8 memiliki sistem kristal triklin yang
memiliki 3 sumbu dengan perbandingan yang berbeda-beda, yaitu a≠b≠c dan sudut
4.2.9 Stasiun 9
Pada stasiun 9, sampel 25 memiliki sistem kristal triklin dengan 3 sumbu yaitu
a, b, dan c yang memiliki perbandingan sumbu yang berbeda-beda yaitu a≠b≠c dan
sudut kristalografi yang berbeda pula yaitu α≠β≠γ≠90° serta contoh mineral albit.
Sedangkan sampel 01 pada stasiun 9 memiliki contoh mineral emas dan sistem kristal
isometrik yang memiliki 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan yang sama,
4.2.10 Stasiun 10
dan sudut kristalografi α=β=γ=90˚ dan contoh mineralnya rutil. Sedangkan pada
sampel 16, sistem kristalnya adalah isometrik dengan tiga sumbu a, b, dan c yang
memiliki perbandingan yang sama, yaitu a=b=c dan sudut kristalografi α=β=γ=90˚
4.2.11 Stasiun 11
sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan yang sama, yaitu a=b≠c dan sudut
4.2.12 Stasiun 12
Sampel 10 pada stasiun 12 memiliki contoh mineral rutil serta sistem kristal
tetragonal karena memiliki tiga sumbu yaitu a, b, dan c dengan perbandingan a=b≠c
31
dan sudut α=β=¥=90°. Sementara sampel 13 pada stasiun yang sama memiliki sistem
kristal isometrik karena memiliki tiga sumbu yang sama panjang, yaitu a=b=c, dan
4.2.13 Stasiun 13
sumbu di mana a=b=d≠c dan sudut α=β=120°, dan sudut ¥=90° dan memiliki contoh
mineral albit. Sedangkan, sampel 26 memiliki sistem kristal triklin dengan 3 sumbu
yaitu a, b, dan c, di mana a≠b≠c dan sudut α≠β≠¥≠90° dan contoh mineralnya apatit.
4.2.14 Stasiun 14
yaitu a, b, dan c, dimana a=b≠c dan α=β=¥=90° dan contoh mineralnya emas.
Sementara itu, sampel 22 di stasiun 14 memiliki contoh mineral emas dan sistem
kristal isometrik dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c, dimana a=b=c dan α=β=¥=90°.
4.2.15 Stasiun 15
Di stasiun 15, sampel 20 memiliki sistem kristal isometrik dengan tiga sumbu di
mana a=b=c dan sudut α=β=90°, dan memiliki contoh mineral emas. Sedangkan,
sampel 31 memiliki sistem kristal tetragonal dengan 3 sumbu yaitu a, b, dan c dengan
4.2.16 Stasiun 16
Sampel 06 pada stasiun 16 memiliki contoh mineral rutil serta sistem kristal
yang sama dengan nilai yang berbeda dengan sumbu c. Sudut antara sumbu a, b, dan
c adalah 90°. Sementara itu, sampel 17 memiliki contoh mineral stibnit sistem kristal
yang sama dengan nilai yang berbeda dengan sumbu c. Sudut antara sumbu a, b, dan
c adalah 90°.
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
biasa disebut bahan galian non-logam. Bahan galian ini dibedakan menjadi
2. Mineral mempunyai sifat-sifat fisik yang khas, ini digunakan untuk mendeskripsi
ataupun menentukan suatu mineral yaitu ditinjau dari bentuk kristal dan habit,
belahan dan pecahan, kekerasan, warna dan warna gores, kilap, dan berat
jenis.
3. Mineral dapat dikenali berdasarkan Sifat fisik dari mineral tersebut. Tiap mineral
memiliki warna yang khas, akan tetapi ada beberapa mineral yang memiliki
warna yang hampir sama. Sifat fisika suatu mineral mungkin juga bervariasi
mulai dari unsur murni dan garam sederhana sampai yang sangat komplek
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan terhadap praktikum dan asisisten adalah sebagai
berikut:
5.2.1 Praktikum
33
Saran terhadap kegiatan ini diadakan lebih lama saat pengambilan data agar
5.2.2 Asisten
Saran terhadap asisten untuk mekanisme praktikum sudah bagus, namun perlu
adanya sedikit tambahan waktu untuk mengerjakan respon, sehingga para praktikan
34
DAFTAR PUSTAKA
Mondadori, Arlondo. 1997 . Simons & Schuster’s Guide to Rocks and Minerals. Milan.
Wayan dan Anatasia Dewi Titisari. 2004 . Agromineralogi. Yogyakarta: Fakultas Teknik
UGM.
35