SKRIPSI
TEKNIK MESIN
JESA RAJA
NIM. 195060207111003
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2021
LEMBAR PERNYATAAN ORISNALITAS
Mahasiswa,
Jesa Raja
NIM. 195060207111003
PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan
karuniaNya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikann makalah
penelitian yang berjudul “Kajian pengklasifikasian Es Sebagai Mineral” sebagai tugas bagi
calon asisten laboratorium metfis.
Dalam segala keterbatasan dan kemampuan penulis sebagai manusia biasa tentunya
makalah penelitian ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengaharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah penelitian ini. Harapannya
makalah peneltian ini dapat berguna dan bermanfaat terkhusus sebagai bacaan literatur
bagi pembaca.
Penulis
Jesa Raja
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR.............................................................................................................. i
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik mineral dengan ikatan ionic, kovalen, dan logam ............ 12
Tabel 2.2 Klasifikasi kimiawi mineral ................................................................... 14
Tabel 2.3 Kelas kristal ............................................................................................ 16
Tabel 2.4 Ukuran partikel dan berat minimum dari sampel ................................... 18
iv
RINGKASAN
Jesa Raja, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Januari 2021,
Kajian Pengklasifikasian Es sebagai Mineral
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Mineral memiliki property fisik yang bervariasi dengan batas tertentu karena variasanya
dikendalikan oleh variasi dari property kimianya.
Kebanyakan orang tidak secara umum tidak berpikir bahwa es merupakan
mineral, pemikiran ini dapat beralasan karena kebanyakan orang sudah terbiasa dari
wujudnya yang paling umum yaitu pada saat keadaan cair. sebagai contoh granit, dimana
kuarsa, felspar dan mika didalamnya dapat dikatakan secara sederhana yaitu magma yang
membeku. Merkuri tidak diklasifikasikan sebagai mineral namun merkuri termasuk
mineraloid. Mineraloid adalah material yang mirip dengan mineral secara definisi dengan
kekurangan yaitu struktur atomic internal dari mineraloid tidak jelas atau dapat disebut
amorf. Mineraloid berbeda dengan mineral tidak memiliki titik leleh yang spesifik dan
titik pengkristalan.
Untuk mengidentifikasi sautu material dapat diidentifikasi dengan berbagai cara
yang pertama dapat diidentifikasi dari warna fisik suatu batuan mineral, namun metode
ini kurang efekif karena beberapa mineral mempunyai warna yang sama satu sama lain
sehingga tidak dapat terlalu diandalkan. Tingkat kekerasan dari suatu material bisa diukur
menggunakan skala mohs dengan metode penggoresan. Breakage dibagi menjadi 2 yaitu
cleavage dan fracture. Cleavage merupakan kenamapakan mineral untuk membelah
bidang belahan yang rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu berpasangan.
Fracture yaitu saat suatu mineral mendapat tekanan melampaui batas elastisitas dan
plastisnya, maka mineral tersebut akan pecah yang bentuknya tidak teratur.
Mengidentifikasi mineral dengan melihat pantulan cahaya yang menunjukkan kesan
mineral, kilapan yang dihasil dibagi menjadi 2 yaitu kilap logam dan kilap non logam.
Metode streak adalah metode yang dilakukan dengan cara warna mineral dalam bentuk
bubuk menggunakan plat cerat yang biasanya berwarna hitam dan putih agar dapat lebih
mudah melihat warna bubuk dari mineral yang digoreskan pada plat tersebut.
2
yaitu struktur atomic internal dari mineraloid tidak jelas atau dapat disebut amorf.
Mineraloid berbeda dengan mineral tidak memiliki titik leleh yang spesifik dan titik
pengkristalan.
1. Luas lingkup hanya meliputi pengklasifikasian dari es yang dapat termasuk mineral atau
mineraloid
2. Apakah kasus es sama dengan pengklasifikasian merkuri yang termasuk mineraloid
1.5. Tujuan
Berdasarkjan rumusan masalah, tujuan dalam penilitian ini adalah untuk :
1. Sebagai dasar referensi argument jika nantinya ada perdebatan yang menyentuh topik
permasalahan.
2. Menghilangkan argumen yang berkontradiksi pada topik ini.
3
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi bagi penilitan selanjutnya atau pihak-pihak yang akan
melakukan penilitian serta sebagai literatur untuk menambah ilmu pengetahuan
2. Bagi Masyarakat
Penilitan ini dapat menjadi dasar referensi argument aktual pada perdebatan mengenai
topik permasalahan
3. Bagi Peniliti
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penilitian tentang topik
kualitas audit.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Gambar 2.1 Tekstur Botryoidal
6
Gambar 2.3 Teksur Cocksomb
7
J. L. Comstock, M. D. (1839), dengan bukunya yang berjudul Elements of
Mineralogy, Adapted to The Use of Seminaries and Private Students, yang menguraikan
penjelasan singkat tentang kristalografi yang menyajikan bentuk susunan atom, selain itu
dalam bukunya terdapat pemilahan metode-metode untuk mengidentifikasi suatu material
dengan penjelasan tentang parameter yang nantinya akan didapatkan pada saat
pelaksanaan metode identifikasi.
S. K. Haldar dan Josip Tisljar (2014), dengan buku yang berjudul Introductio to
Mineralogy and Petrology, yang menyinggung dengan sangat rinci tentang mineral padat
yang mengkristal dan amorf. Dalam bukunya penjelasan lebih mengarah ke konsep
struktur yang membuat penjelasan tentang suatu material amorf sangat jelas. Disini juga
dijelaskan alasan suatu material amorf bukan suatu material yang bisa klasifikasikan
8
sebagai mineral dengan alasan kurang pengkristalan dalam material tersebut, namun suatu
material amorf dapat digolongkan sebagai suatu mineraloid.
Gambar 2.6 Agate-nodule konsentris dari cahaya dan zona gelap dari amorf.
9
Gambar 2.7 The Aon Center, Chicago
Semua materi berkomposisi yang berfundamentalkan dari blok bangunan disebut elemen
yang telah ada diskrit atom, dan dapat berkombinasi untuk membentuk molekul, kristal,
dan mineral. Namun perdebatan tentang signifikasi dan arti dari telah berlangsung lebih
dari dua ribu tahun. Filsafat asal Yunani berpendapat bahwa pasti ada suatu urutan dan
strukttur dari material yang ada dibumi. Empedocles (490-430 sebelum masehi)
meringkas semua pendapat saat ia berbicara tentang “four fundamental elements”: tanah,
api, air, dan udara. Aristotle (384-322 sebelum masehi) menjabarkan elemen, sebagai
sesuati yang berkontradiksi dari sesuatu yang disebut esensi, dan ia menyuarakan
Leucippos (500 sebelum masehi) teori dari atom sebagai yang terkecil, tidak terlihat.
Democritus mengembangkan teori tersebut, menjelaskannya sebagai kecil, partikel keras
yang tidak terlihat, tidak berasa, ataupun tidak berbau. Murid dari Aristotle, Theophrastus
(372-287 sebelum masehi), mengaplikasikan teori ato ke batuan dan mineral. Dengan
bukunya yang berjudul Concerning Stones dihormati sebagai buku yang bertema
mineralogi yang pernah ditulis. Perlakuan proses dan isolasi terhadap mineral dan elemen
kimia terjadi jauh di 2900 sebelum masehi, dimana perapian untuk melelehkan emas
masih dipakai di mesir, dan datangnya zaman perunggu dimulai di Yunani. Pemurnian
emas dan perak untuk mata uang dan karya seni juga mulai meluas, dan saat-saat ini
dikenal dengan waktu Sumerians dan di cina kuno.
10
Gambar 2.8 Diagram hubungan atom dan molekul
Dalam mineral juga terdapat suatu ikatan. Partikel negative dan positif saling tarik menarik
satu sama lain. Proton menarik electron dalah atom. Hal tersebut sama dengan cation yang
bermuatan positif dan anion yang bermuatan negative mebentuk suatu ikatan ionic dalam
mineral. Bahkan semua bentuk gaya yang mengikat elemen untuk membentuk senyawa
adalah listrik. Terdapat beberapa tipe dari ikatan dan terdapat tiga jenis yang paling
signifikan yaitu ikatan ionic, kovalen, dan logam. Property umum mineral adalah ikatan
ionic, kovalen, logam. Karena atom tidak stabil saat electron tidak sepenuhnya mengisi
energi , kebanyakan elemen berionisasi. Beberapa ionisasi lebih mudah dari yang lain dan
elemen yang mudah berionisasi itu disebut elemen logam kation.
11
Gambar 2.9 Ikatan kima yang berada di mineral
Tabel 2.1 Karakteristik mineral dengan ikatan ionic, kovalen, dan logam
12
William D. Nesseb (2000), dalam bukunya yang berjudul Introduction to
Mineralogy, menguraikan pandangan masyarakat dari beberapa garis waktu yang berbeda
terhadap mineral. Dimulai dari zaman prasejarah, dimana leluhur sering menggunkan
mineral yang dibuktikkan dari penemuan penambangan dan peleburan mineral untuk
dijadikan alat keperluan seperti, tembaga, timbal, dan zinc ditemukan diperadaban lampau.
Untuk studi modern bisa dilihat ke tahun 387-272 sebelum masehi yang menuliskan buku
yang berisi perihal mineral dan batuan, dengan judul On Stones. Pada abad ke-20 beragam
jenis instrument telah dikembangkan untuk membantu kemampuan manusia menentukan
komposisi kimia mineral dan membantu manusia untuk mengerti lebih kompleks dari
struktur kristal mineral. Pada dua dimensi kemungkinan suatu simetris adalah rotasi (A₁, A₂,
A₃, A₄, A₅, A₆) dengan pencerminan. Intervasi hanya mungkin terjadi di bidang tiga dimensi.
Dengan penambahan tiga dimensi inversi menjadi mungkin dan kombinasi yang berbeda
dapat berjumlah 32 simetris. 32 simtris ini juga biasa dikenal sebagai 32 kelas kristal.
13
sebagai konstruksi kerangka dari anion-anion yang membentuk beberapa struktruk distrik
dimana cation akan cocok. Lokasi lainnya bisa saja kosong. Variasi komposisi atau yang
dikenal sebagai solusi padat, itu dapat terjadi karena kation yang berbeda dapatbergantian
menempati beberapa lokasi yang kosong diantara anion-anion.tiga tipe dari solusi padat
adalah substitution solid solution, omission solid solution, dan intersitial solid solution.
Terdapat 5 tipe bidang kisi yang dapat dibuat dari translasi sederhana di dua
dimensi yaitu dengan kotak, persegi, wajik, heksagonal dan bidang kisi yang miring.
Kelima bidang kisi meliputi hanya empat tipe bentuk yang secara fundamental berbeda,
disebut satuan mesh: kotak, persegi, heksagon, dan jajaran genjang. Kemiringinan,
persegi, heksagonal, dan bidang kisi persegi memiliki satuan mesh yang primitive karena
node kisi terbentuk di pinggirannya.
14
Gambar 2.11 Bidang kisi
15
Tabel 2.3 Kelas kristal.
16
D. V. Subba Rao (2011), dalam buku yang berjudul Mineral Benefication, yang
mencoba untuk menjelaskan bagaimana cara menganalisi suatu material, yang turun menjadi
dua tipe metode analisis yaitu, analisis kualitatif yang mana elemen tersajikan terlah
diidentifikasi. Metode analisis kuantitaitf yang mana kuatitas elemen, atau senyawa, telah di
estimasi. Dari kedua metode ini kita dapat menyajikan secara kasar estimasi isi dari suatu
batuan atau tumbuhan. Dari informasi tambahan seperti identitas mineral, komposisi
mineral, dan proporsi mineral, akan terlihat seberapa variative elemen kimiawi yang
terpartisi diantara banyak mineral. Infromasi ini pula bisa digunakan untuk mengestimasi
kuantitas dan kualitas dari berbagai produk yang bisa dibuat dari sebuah
batuan. Dengan batasan untuk batuan logam, yaitu, kualitas dari batuan tersebut yang dapat
ditinjau dari logam yang ada, mineral dipisahkan saat digunakan atau dimanfaatkan, logam
dalam batuan akan diekstraksi melalui proses secara metalurgi. Saat ingin mendapatkan
suatu sampel dari suatu material digunakan metode sampling, yaitu dengan cara memotong
bagian kecil dari suatu bagian besar material, nantinya bagian kecil akan disebut sampel dan
merupakan representative dari material tersebut. Alasan menggunakan metode sampling
yang pertama untuk menemukan informasi tentan material atau batuan yang akan
diperlakukan. Alasan kedua untuk menginpeksi kondisi titik yang dipilih saat proses
penanamaan agar dapat dibandingkan antara kondisi yang diinginkan untuk efisiensi
perlakuan dan yang sudah ada. Ketiga untuk menyingkap pemulihan dan mengurangi
kerugian.
17
Tabel 2.4 Ukuran partikel dan berat minimum dari sampel
Saat sampel diambil untuk dianilisis secara kimia dan ditentukan nilai dari pengujian
kadar logamnya, sampel sebaiknya di tumbuk ulang secukupnya di tiap pemotongannya
yang akan mebiarkan rasio diameter dari bagian terbesar sampai ke berat dari sampel
tidak melebihi proporsi aman. Saat sampel diambil untuk di anilisis masih terdapat
kemungkinan kesalahan di satu sampel. Untuk mengatisipasi kesalahan ini sebaiknya
sampel diambil dalam beberapa jumlah untuk menjaga toleransi kesalahan masih dalam
batas.
M. Hill (2003), dalam buku yang berjudul Dictionary of Geology and Mienralogy
yang menjelaskan kriteria dari es sebagai yaitu es yang terbentuk pada mesin pendingin
tidak dapat dikatakan sebagai mineral karena terdapat campur tangan manusia dalam
proses pembuatannya, sedangkan es yang terbentuk secara alami di pegunangan atau di
kutub utara dan selatan bisa digolongkan menjadi mineral. Es merupakan senyawa
anorganik karena tidak ditemukan adanya ikatan karbon-hidrogen. Es sebagai material
yang bersifat homogen dengan arti antara satu es dengan lainnya memiliki komposisi dan
sifat yang sama dan secara kristalografi, es termasuk ke dalam sistem kristal heksagonal
dengan H-M: 6/m 2/m 2/m – Dihexagonal Dypyramindal. Bentuk penemuan es secara
alami memiliki beberapa variasi dari mulai bentuk sederhana seperti salju dan kepingan
salju hingga gletser.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode
Metode penelitian yang digunakan menerapkan pendekatan kuantitatif. Menurut
Cresswell (1994:5) penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dapat dilihat dari sudut
pandang ontologis dimana hal yang diteliti bersifat objektif, tunggal dan hal diteliti dengan
peniliti memiliki jarak atau peniliti tidak berpartisipan langsung dalam penelitian. Dari aspek
epistemologis hubungan antara peniliti dengan hal yang diteliti dimana peniliti berada pada
posisi independent dan tidak berinteraksi langsung dengan hal yang diteliti. Dalam aspek
aksiologis, manfaat atau peran dari nilai yang kita dapat nantinya harus sebebas-bebasnya
dengan maksud tidak bias terhadap apa yang nantinya akan didapat dari hasil penilitian ini.
Secara aspek rhetoris, Bahasa yang digunakan dalam penelitian harusnya berbahasa formal
yang didasari oleh kumpulan definisi-definisi yang jelas dan actual tanpa ada intervansi
personal dalam menganalisis. Dalam aspek metodologis, metode dan proses yang dipilih
oleh peneliti nantinya harus bersifat deduktif atau menganilisis sebab-akibat dari generalisasi
yang nantinya akan semakin spesifik hingga menemukan hasilnya dan juga mengedepankan
validitas dan realiabilitas. Menurut Sugiyono (2011:7), penelitian dengan pendekatan
eksperimen adlah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu
terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Hal yang serupa juga
dikemukakan Creswell (2012:295), bahwa desain eksperimen digunakan Ketika ingin
menenukan kemungkinana penyebab dan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat, yang
berarti berusaha untuk mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil kecuali
variabel bebas. Kemudian Ketika variabel bebas mempengaruhi varaiabel terikat maka dapat
diakatakan bahwa variabel bebas menyebabkan atau mempengaruhi variabel terikat. Pola
penelitian yang digunakan pada penilitan ini adalah sebagai berikut:
19
1. Penelitian kuantitatif
Penilitian kuantitatif adalah suatu penilitan yang pada dasarnya menggunkanan
pendekatan deduktif. Pendekatan dimuali dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli,
maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudia dikemmbangkan
menjadi permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran atau penolakan dalam bentuk dukungan empiris di lapangan.
2. Penelitian komparasi
Penilitian komparasi penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel , antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan
hubungan sebab-akibatnya. Dengan penggunaan metode ini peniliti bermaksud untuk
menarik sebuah konklusi dengan membandingkan fakta-fakta actual dan pengertian
agar dapat mengeliminasi suatu kekeliruan umum.
20
sebagai mineral karena belum terdapat metode yang dapat digunakan untuk mempelajarinya.
Model computer terbaru yang terjadi karena perkembangan dari mikroskop gaya atom mulai
bisa membuka berbagai metode untuk mempelajari cairan. Salah satu topik yang sedang
dibicarakan adalah seberapa banyak zat yang dibutuhkan untuk dinyatakan sebagai mineral.
Salah satu karakteristik dari air yaitu air dapat menjadi padat, cair, dan gas dengan kondisi
tertentu. Ahli dalam bidang ini masih harus melakukan studi-studi baru untuk menyatakan
lelehan mineral yang berbentuk cari bisa dipertimbangkan sebagai mineral atau sebaliknya.
Pada saat suhu nol tidak ada gerakan pada atom di benda padat, namun seiring temperature
naik mulai terjadi getaran di atom-atom tersebut, namun karena ikatan yang masih terjadi
membuat atom tidak rusak. Pada temperature yang melelehkan benda tersebut atom yang
tersesun bergetar dengan sangat tinggi, hal ini membuat ikatan tersebut rusak. Energi termal
membuat atom untuk bergerak dengan gerakan yang cukup membuat tidak adanya
kecenderungan untuk membentuk suatu susunan atom dengan jangkauan yang panjang. Pada
definisi secara geologis terhadap mineral es dapat disesuai dengankan pada kategori tersebut.
Dapat dilihat dari kebanyakan buku referensi mengatakan bahwa mineral merupakan sesuatu
yang terjadi secara alami, padatan kristalin yang anorganik yang juga merupakan elemen
kimia atau senyawa. Dari sudut pandang es merupakan sesuatu yang terjadi secara alami,
sebagai contoh pada musim salju kepingan salju akan turun dan kepingan salju itu
diklasifikasikan memenuhi syarat suatu mineral yaitu terjadi secara alami. Es juga
merupakan material yang tergolong anorganik dikarenakan terbentuk tanpa adanya campur
tangan dari makhluk hidup. Penurunan dari definisi mineral lebih banyak mengutamakan
denga apa yang terjadi di sejarah daripada secara semantic.
21
Suatu mineral harus mempunyai karakteristik yaitu kristalin padat, yang memiliki
maksud bahwa mineral harus memiliki susunan internal atom yang teratur. Susunan
simetris dari es dapat terlihat di kepingan es dengan bentuk sistem kristal heksagonal. Es
jatuh ke dalam kategori simetris yang sama dengan turmalin, yang membuktikan bahwa
bagian atas dan bawah dari es dapat memiliki bentuk yang berbeda. Es juga memiliki
komposisi kimia yang tetap yaitu H₂O.
23
Gambar 3.3 Igeneous, sedimentary, dan metamorphic
24
Namun dengan begitu banyak fakta-fakta mendukung bahwa es merupakan mineral, terdapat
limitasi saat dibandingkan dengan mineral-mineral yang lain, yaitu es tidak stabil pada
temperature ruangan. Dimana saat berada di temperature ruangan es akan menjadi air. Jika
dikaitkan pada kasus merkuri yang merupakan pengecualian dalam penklasifikasian ini
dikarenakan alasan yang berdasarkan sejarah, sehinggan secara teknis merkuri merupakan
mineraloid.
Mineraloid merupakan sebuah material yang terbentuk secara alami dan anorganic,
mineraloid juga tidak memiliki sturuktur atom yang teratur atau kata lain mineraloid
merupakan material amorf. Air dan merkuri sering diklasifikasikan sebagai mineraloid,
karena keduanya terjadi secara alami yang memiliki komposisi kimia yang pasti dan juga
cair dalam temperature ruangan. Keduanya juga merupakan satu-satunya cairan yang
mengkristal menjadi mineral dengan jangkauan temperature dan tekanan di permukaan
bumi. Air mengkristal saat didinginkan ke suhu 0˚C sedangkan merkuri mengkristal saat
didinginkan ke suhu -38.8 ˚C pada suhu tersebut keduanya dapat tergolong sebagai mineral.
25
3.3. Kesimpulan
Dari hasil yang telah dibahas dapat ditarik kesimpulang bahwa es dalam
temperature yang stabil merupakan mineral, yang bisa dilihat dari kecocokan
karakteristiknya diamana es terbentuk secara alami dan bersifat anorganik, es juga
memiliki susunan internal atom yang tersusun secara teratur membentuk sistem kristal
heksagonal. Es memiliki senyawa kimiawi yang tetap yaitu H₂O. Dengan begitu Es
memenuhi semua kriteria yang dibutuhkan untuk diklasifikasikan sebagai mineral.
Berbeda dengan air dan merkuri yang jatuh pada kategori mineraloid, disebabkan oleh
bentuk wujud air dan merkuri yang bentuk cair sehingga tidak menepati salah satu kriteria
mineral yaitu harus padatan berkristal.
3.4 Saran
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditetapkan secara umum bahwa es
merupakan bagian dari keluarga mineral dengan satu batasan dimana tidak stabil pada
temperature ruangan namun tidak menyangkal dengan kuat bahwa es bukan mineral.
Untuk penelitan pada air dan merkuri masih membutuhkan penelitian lebih lanjut dan
juga perkembangan teknologi yang membatasi studi-studi yang dapat dilakukan terhadap
benda cair.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28