Anda di halaman 1dari 36

KAJIAN PENGKLASIFIKASIAN ES SEBAGAI MINERAL

SKRIPSI
TEKNIK MESIN

Diajukan untuk memenuhi tugas


Sebagai calon asisten laboratorium metfis

JESA RAJA
NIM. 195060207111003

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2021
LEMBAR PERNYATAAN ORISNALITAS

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya dan


berdasarka hasil penelusuran berbagai karya ilmiah, gagasan dan masalah ilmiah yang
diteliti dan diulas di dalam Naskah Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah asli dari pemikiran
saya. tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh
gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah Skripsi/Tesis/Disertasi ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi/Tesis/Disertasi dibatalkan, serta diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25
ayat 2 dan pasal 70).

Jakarta, 16 Januari 2021

Mahasiswa,

Jesa Raja
NIM. 195060207111003
PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, dan
karuniaNya yang telah dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikann makalah
penelitian yang berjudul “Kajian pengklasifikasian Es Sebagai Mineral” sebagai tugas bagi
calon asisten laboratorium metfis.

Dalam segala keterbatasan dan kemampuan penulis sebagai manusia biasa tentunya
makalah penelitian ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengaharapkan
kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah penelitian ini. Harapannya
makalah peneltian ini dapat berguna dan bermanfaat terkhusus sebagai bacaan literatur
bagi pembaca.

Jakarta, 16 Januari 2021

Penulis

Jesa Raja

i
DAFTAR ISI

PENGANTAR.............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii


DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iv
RINGKASAN ............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.4 Pembatasan Masalah .................................................................................. 3
1.5 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 4
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 16
3.1 Metode ..................................................................................................... 16
3.2 Hasil dan Pembahasan ............................................................................. 17
3.3 Kesimpulan .............................................................................................. 21
3.4 Saran ........................................................................................................ 22

ii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 2.1 Macam-macam mineraloid .................................................................... 6
Gambar 2.2 Tekstur reniform .................................................................................... 6
Gambar 2.3 Teksur cocksomb .................................................................................... 7
Gambar 2.4 Tekstur stellate ........................................................................................ 7
Gambar 2.5 Karateristik yang dapat membantu mengidetifikasi mineral .................. 8
Gambar 2.6 Agate-nodule konsentris dari cahaya dan zona gelap dari amorf ........... 9
Gambar 2.7 The Aon Center, Chicago ....................................................................... 10
Gambar 2.8 Diagram hubungan atom dan molekul .................................................... 11
Gambar 2.9 Ikatan kimia yang berada di mineral ...................................................... 12
Gambar 2.10 Kelompok titik simetris dua dimensi ...................................................... 13
Gambar 2.11 Bidang Kisi ............................................................................................. 15
Gambar 2.12 Proses Sampling...................................................................................... 17
Gambar 3.1 Kepingan Salju ....................................................................................... 21
Gambar 3.2 Struktur kristal dari es ............................................................................. 22
Gambar 3.3 Igeneous, sedimentary, dan metamorp ................................................... 24
Gambar 3.4 Contoh batuan sedimen, magmatic, dan metamorf ............................... 24
Gambar 3.5 Macam-macam mineraloid ................................................................... 25

iii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1 Karakteristik mineral dengan ikatan ionic, kovalen, dan logam ............ 12
Tabel 2.2 Klasifikasi kimiawi mineral ................................................................... 14
Tabel 2.3 Kelas kristal ............................................................................................ 16
Tabel 2.4 Ukuran partikel dan berat minimum dari sampel ................................... 18

iv
RINGKASAN

Jesa Raja, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Januari 2021,
Kajian Pengklasifikasian Es sebagai Mineral

Mineral merupakan material yang terjadi secara alami dengan karakteristik


komposisi kimia dinyatakan denagn formula kimiawi; bisa terbentuk atau terjadi kristal
individu atau bisa tersebar di mineral atau batuan lain; selain itu syarat material dinyatakan
mineral juga harus anorganik dan strukur internal kristalin harus pasti.
Pada penilitan ini dilakukan proses penelitian secara deduktif, dimana penelitian
memiliki kategori untuk aktivitas pengujian hipotesis yang bertujuan untuk menvalidasi
sebuah teori. Penilitian ini juga dipakai untuk memanipulasi teori dan berupaya
menemukan sebab akibat dan mempresentasikan sebuah analisis stastik. Penggunakaan
pendekatan ini pula berupaya unutk memverifikasi sebuah pola dengan memakai metode
observasi dan berfokus menguji teori yang telah ada.
Selaian itu, di penelitian ini juga aka nada pengkomparasian es dan air terhadap
merkuri dimana keduanya memiliki kasus yang mempunyai kemiripan dan pantas untuk
diteliti. Alasan utama pengkomparsian dikarenakan kedunya tidak stabil atau tidak
berwujud padat pada temperature ruangan dan harus mencapai beberapa kondisi agar dapat
diklasifikasikan sebagai mineral.

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Istilah mineral memiliki sejumlah pengertian untuk beberapa masyarakat. Di zaman
lampau, manusia memmbagi semua hal di bumi menjadi hewan, sayuran,, atau kerajaan
mineral, atau dapat dibilang dahulu mineral merupakan segala hal yang berupa bahan
anorganic. Pada saat ini, ahli diet menggunakan istilah mineral sebagai elemen-elemen
nutrisi seperti kalsium, zat besi, atau sodium. Sedangkan penambang menggunakan istilah
mineral semuah hal yang dapat digali dari tanah yang teramasuk batu bara, pasir, atau kerikil.
Ahli mineralogis dan ahli geologis pada abad ke-20 mengembangkan pengertian spesifik
dari kata mineral yaitu: Mineral adalah senyawa kimia padat yang secara normal mengkristal
dan terbentuk dikarenakan proses geologi. Mineral juga harus memiliki komposisi kimia
yang tetap dan juga harus memiliki struktur atom yang tersusun dan berulang. Di masa lalu,
sebuah material tidak dapat diklarifikasi sebagai mineral jika material tersebut merupakan
hasil dari proses organic. Namun, pada masa kini, definisi material dibagian tersebut sudah
disangkal oleh beberapa orang yang memandang bahwa material kristalin biogenik serperti
kalsium fosfat dalam tulang atau gigi, atau kalsium karbonat dalam kerang, sebagai mineral.
Sebuah mineral haruslah kristalin padat. Atom-atom yang meliputi material kristalin disusun
dan memiliki ikatan kimia yang teratur dan berulang dengan pola yang Panjang. Susunan
kristal yang tersusun pada mineral merupakan akibat dari struktu atomic yang tersusun.
Namun, benda-benda pada seperti gelas tidak memiliki susunan atomic dengan jangkaun
yang panjang disebut amorf. Padatan amorf bukanlah mineral. Agar dapat dipandang sebagai
kristalin sebuah material harus padat, walaupun material-material kristalin dapat berferomasi
menjadi material ulet dalam keadaan dimana suhu dan tekanannya berada dalam kondisi
tertentu.
Semua mineral memiliki komposisi kimia yang pasti tetapi tidak tetap, sebuah
contoh yaitu kuarsa (SiO₂), yang tersusun dari silicon dan oksigen di rasio 1:2. Komposisi
dari banyak mineral dapat bervariasi dengan batas tertentu. Sebagai contoh mineral olivin,
yang kaya akan besi (Fe₂SiO₄) atau kaya akan magnesium (Mg₂SiO₄), ataupun memiliki
komposisi yang menengah. Namun, nilai dari proporsi akan membuat rasionya (Fe +
Mg):Si:O selalu 2:1:4. Karena itu, sampel mineral yang berbeda akan memiliki komposisi
yang berbeda pula, walapun dengan variabilitas yang terbatas.

1
Mineral memiliki property fisik yang bervariasi dengan batas tertentu karena variasanya
dikendalikan oleh variasi dari property kimianya.
Kebanyakan orang tidak secara umum tidak berpikir bahwa es merupakan
mineral, pemikiran ini dapat beralasan karena kebanyakan orang sudah terbiasa dari
wujudnya yang paling umum yaitu pada saat keadaan cair. sebagai contoh granit, dimana
kuarsa, felspar dan mika didalamnya dapat dikatakan secara sederhana yaitu magma yang
membeku. Merkuri tidak diklasifikasikan sebagai mineral namun merkuri termasuk
mineraloid. Mineraloid adalah material yang mirip dengan mineral secara definisi dengan
kekurangan yaitu struktur atomic internal dari mineraloid tidak jelas atau dapat disebut
amorf. Mineraloid berbeda dengan mineral tidak memiliki titik leleh yang spesifik dan
titik pengkristalan.
Untuk mengidentifikasi sautu material dapat diidentifikasi dengan berbagai cara
yang pertama dapat diidentifikasi dari warna fisik suatu batuan mineral, namun metode
ini kurang efekif karena beberapa mineral mempunyai warna yang sama satu sama lain
sehingga tidak dapat terlalu diandalkan. Tingkat kekerasan dari suatu material bisa diukur
menggunakan skala mohs dengan metode penggoresan. Breakage dibagi menjadi 2 yaitu
cleavage dan fracture. Cleavage merupakan kenamapakan mineral untuk membelah
bidang belahan yang rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu berpasangan.
Fracture yaitu saat suatu mineral mendapat tekanan melampaui batas elastisitas dan
plastisnya, maka mineral tersebut akan pecah yang bentuknya tidak teratur.
Mengidentifikasi mineral dengan melihat pantulan cahaya yang menunjukkan kesan
mineral, kilapan yang dihasil dibagi menjadi 2 yaitu kilap logam dan kilap non logam.
Metode streak adalah metode yang dilakukan dengan cara warna mineral dalam bentuk
bubuk menggunakan plat cerat yang biasanya berwarna hitam dan putih agar dapat lebih
mudah melihat warna bubuk dari mineral yang digoreskan pada plat tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah


Es dapat dikatakan padat saat mencapai suhu tertentu, pada suhu temperature
ruangan es akan mencair dan melanggar salah satu syarat material dapat disebut sebagai
mineral. Kasus ini memiliki kemiripan pada merkuri yang tidak dapat dikategorikan
sebagai mineral salah satunya dikarenakan pada temperatur ruangan memiliki bentuk
cair, hanya di suhu atau tekanan tertentu merukuri dapat menjadi bentuknya yang padat.
Merkuri tidak diklasifikasikan sebagai mineral namun merkuri termasuk mineraloid.
Mineraloid adalah material yang mirip dengan mineral secara definisi dengan kekurangan

2
yaitu struktur atomic internal dari mineraloid tidak jelas atau dapat disebut amorf.
Mineraloid berbeda dengan mineral tidak memiliki titik leleh yang spesifik dan titik
pengkristalan.

1.3. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penilitan ini adalah :
1. Apakah es dapat diklarifikasikan sebagai mineral atau ditinjau dari syarat-syarat
lengkap bahwa suatu material disebut mineral
2. Apakah es atau air dapat digolongkan menjadi mineraloid
3. Apakah kasus merkuri sebagai mineraloid sama pada kasus es atau air sebagai mineral
atau mineraloid

1.4. Pembatasan Masalah


Membatasi sauatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan
maupun pelebaran pokok masalah agar penilitian tersebut lebih terarah. Beberapa Batasan
masalah dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Luas lingkup hanya meliputi pengklasifikasian dari es yang dapat termasuk mineral atau
mineraloid
2. Apakah kasus es sama dengan pengklasifikasian merkuri yang termasuk mineraloid

1.5. Tujuan
Berdasarkjan rumusan masalah, tujuan dalam penilitian ini adalah untuk :
1. Sebagai dasar referensi argument jika nantinya ada perdebatan yang menyentuh topik
permasalahan.
2. Menghilangkan argumen yang berkontradiksi pada topik ini.

1.6. Manfaat Penilitian


Berdasarkan tujuan di atas, manfaat yang diharapkan dalam penilitian ini adalah
sebagai berikut :

3
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi bagi penilitan selanjutnya atau pihak-pihak yang akan
melakukan penilitian serta sebagai literatur untuk menambah ilmu pengetahuan
2. Bagi Masyarakat
Penilitan ini dapat menjadi dasar referensi argument aktual pada perdebatan mengenai
topik permasalahan
3. Bagi Peniliti
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penilitian tentang topik
kualitas audit.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka


Tinjauan pustaka merupakan tinjauan terhadap beberapa pustaka yang dijadikan
sebagai pedoman dalam penulisan ini. Digunakannya sumber pustaka dalam penelitian ini
dapat dijadikan sebagai sumber acuan yang berkaitan dengan penelitian sangat diperlukan
untuk memperoleh petunjuk dan perbandingan sesuai dengan permasalahan serta sebagai
data sekunder dalam sebuah penelitian. Kajian tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan
untuk menelusuri data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini. Berdasarkan pustaka tersebut kemudian dicari data, konsepsi, dan teori yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun beberapa sumber pustaka yang digunakan
adalah sebagai berikut.
John Mason (2015), dalam bukunya yang berjudul Introduction Mineralogy yang
memuat tentang pengenalan dasar tentang penjelasan secara definitive dari mineral. Selain
menjelaskan pengerian mineral, dalam buku buku ini juga membahas property apa yang
membuat suatu material dapat disebut mineral dengan penjelasan rinci dari tiap-tiap
propertinya. Walaupun dalam buku ini pada awalannya juga membahas Sebagian besar
tentang elemen dan senyawa kimia pengenalan dasar tentang mineral tetap relevan dan rinci.
Kristal dari mineral yang sama dan yang tebentuk bersamaan seperti kebanyakan mineral
terbentuk memiliki suatu tekstur yang unik. Botryoids memliki bentuk bundar, dan memiliki
banyak kristalin yang tumbuh dengan tipikal permukaan yang halus, tekstur lain yang
memiliki kemiripan adalah reniform (bentuknya menyerupai ginjal manusia dan memanjang
secara keseluruhan dengan permukaan yang halus biasa digambarkan sebagai stalactitic.
Cocksomb secara keseluruhan terdiri dari kristal datar yang berada diujung dan menyilang.
Lamellar secara keseluruhan adalah mineral yang bersisik seperti lembaran silikat.
Kelompok yang menyebar (atau stellate-memiliki kemiripan dengan bentuk bintang)

5
Gambar 2.1 Tekstur Botryoidal

Gambar 2.2 Tekstur Reniform

6
Gambar 2.3 Teksur Cocksomb

Gambar 2.4 Tekstur Stellate

7
J. L. Comstock, M. D. (1839), dengan bukunya yang berjudul Elements of
Mineralogy, Adapted to The Use of Seminaries and Private Students, yang menguraikan
penjelasan singkat tentang kristalografi yang menyajikan bentuk susunan atom, selain itu
dalam bukunya terdapat pemilahan metode-metode untuk mengidentifikasi suatu material
dengan penjelasan tentang parameter yang nantinya akan didapatkan pada saat
pelaksanaan metode identifikasi.

Gambar 2.5 Karateristik yang dapat membantu mengidetifikasi mineral

S. K. Haldar dan Josip Tisljar (2014), dengan buku yang berjudul Introductio to
Mineralogy and Petrology, yang menyinggung dengan sangat rinci tentang mineral padat
yang mengkristal dan amorf. Dalam bukunya penjelasan lebih mengarah ke konsep
struktur yang membuat penjelasan tentang suatu material amorf sangat jelas. Disini juga
dijelaskan alasan suatu material amorf bukan suatu material yang bisa klasifikasikan

8
sebagai mineral dengan alasan kurang pengkristalan dalam material tersebut, namun suatu
material amorf dapat digolongkan sebagai suatu mineraloid.

Gambar 2.6 Agate-nodule konsentris dari cahaya dan zona gelap dari amorf.

Dexter Perkins (2014), dalam bukunya yang berjudul Mineralogy, merincikan


betapa pentingnya mineral sebagai fondasi dasar dalam sector pembangunan, karena sangat
fatal saat pembangunan menggukan mineral dan tidak mengidentifkasi dengan benar
property internal atau eksternal suatu mineral. Sebagai contoh pembangunan Gedung Aon
Center yang berlokasikan di Chicago, dimana gedung ini menggunakan bahan dasar marble-
clad dan membuat orang-orang yang berjalan disekitaran bawah gedung ini keracunan.

9
Gambar 2.7 The Aon Center, Chicago

Semua materi berkomposisi yang berfundamentalkan dari blok bangunan disebut elemen
yang telah ada diskrit atom, dan dapat berkombinasi untuk membentuk molekul, kristal,
dan mineral. Namun perdebatan tentang signifikasi dan arti dari telah berlangsung lebih
dari dua ribu tahun. Filsafat asal Yunani berpendapat bahwa pasti ada suatu urutan dan
strukttur dari material yang ada dibumi. Empedocles (490-430 sebelum masehi)
meringkas semua pendapat saat ia berbicara tentang “four fundamental elements”: tanah,
api, air, dan udara. Aristotle (384-322 sebelum masehi) menjabarkan elemen, sebagai
sesuati yang berkontradiksi dari sesuatu yang disebut esensi, dan ia menyuarakan
Leucippos (500 sebelum masehi) teori dari atom sebagai yang terkecil, tidak terlihat.
Democritus mengembangkan teori tersebut, menjelaskannya sebagai kecil, partikel keras
yang tidak terlihat, tidak berasa, ataupun tidak berbau. Murid dari Aristotle, Theophrastus
(372-287 sebelum masehi), mengaplikasikan teori ato ke batuan dan mineral. Dengan
bukunya yang berjudul Concerning Stones dihormati sebagai buku yang bertema
mineralogi yang pernah ditulis. Perlakuan proses dan isolasi terhadap mineral dan elemen
kimia terjadi jauh di 2900 sebelum masehi, dimana perapian untuk melelehkan emas
masih dipakai di mesir, dan datangnya zaman perunggu dimulai di Yunani. Pemurnian
emas dan perak untuk mata uang dan karya seni juga mulai meluas, dan saat-saat ini
dikenal dengan waktu Sumerians dan di cina kuno.

10
Gambar 2.8 Diagram hubungan atom dan molekul

Dalam mineral juga terdapat suatu ikatan. Partikel negative dan positif saling tarik menarik
satu sama lain. Proton menarik electron dalah atom. Hal tersebut sama dengan cation yang
bermuatan positif dan anion yang bermuatan negative mebentuk suatu ikatan ionic dalam
mineral. Bahkan semua bentuk gaya yang mengikat elemen untuk membentuk senyawa
adalah listrik. Terdapat beberapa tipe dari ikatan dan terdapat tiga jenis yang paling
signifikan yaitu ikatan ionic, kovalen, dan logam. Property umum mineral adalah ikatan
ionic, kovalen, logam. Karena atom tidak stabil saat electron tidak sepenuhnya mengisi
energi , kebanyakan elemen berionisasi. Beberapa ionisasi lebih mudah dari yang lain dan
elemen yang mudah berionisasi itu disebut elemen logam kation.

11
Gambar 2.9 Ikatan kima yang berada di mineral

Tabel 2.1 Karakteristik mineral dengan ikatan ionic, kovalen, dan logam

12
William D. Nesseb (2000), dalam bukunya yang berjudul Introduction to
Mineralogy, menguraikan pandangan masyarakat dari beberapa garis waktu yang berbeda
terhadap mineral. Dimulai dari zaman prasejarah, dimana leluhur sering menggunkan
mineral yang dibuktikkan dari penemuan penambangan dan peleburan mineral untuk
dijadikan alat keperluan seperti, tembaga, timbal, dan zinc ditemukan diperadaban lampau.
Untuk studi modern bisa dilihat ke tahun 387-272 sebelum masehi yang menuliskan buku
yang berisi perihal mineral dan batuan, dengan judul On Stones. Pada abad ke-20 beragam
jenis instrument telah dikembangkan untuk membantu kemampuan manusia menentukan
komposisi kimia mineral dan membantu manusia untuk mengerti lebih kompleks dari
struktur kristal mineral. Pada dua dimensi kemungkinan suatu simetris adalah rotasi (A₁, A₂,
A₃, A₄, A₅, A₆) dengan pencerminan. Intervasi hanya mungkin terjadi di bidang tiga dimensi.
Dengan penambahan tiga dimensi inversi menjadi mungkin dan kombinasi yang berbeda
dapat berjumlah 32 simetris. 32 simtris ini juga biasa dikenal sebagai 32 kelas kristal.

Gambar 2.10 Kelompok titik simetris dua dimensi

Mineral berbeda dengan elemen asli lainnya dapat diklasifikasikan berdasarkan


dari identitas kelompok anion dan anionic. Pendekatan ini berkonsisten dengan praktisi
secara normal dalam studi kima yang mengepentingkan klasifikasi komposisi kimawi yang
anorganik. Hal ini sesuai dengan observasi dengan mineral yang mempunyai kelompok
anion atau anionic sama cenderung mempunyai hubungan relasi dari sudut panda struktur,
fisik dan property kimia. Klasifikasi ini juga mengiktui aturan untuk padatan ikatan ionic
oleh Pauling. Dimana aturan pertama, ketiga, keempat mengatakan bahwa dapat diekspetasi
anion yang mengartikan dasar-dasar struktur mineral. Aturan yang kedua menyediakan
dasar-dasar untuk memisahkan mineral berdasarkan apakah mineral tersebut mengandung
suaru kelompok anionic. Variasi komposisi pada mineral, penejelasan dari aturan Pauling,
struktur ikatan ion dari mineral bisa dipertimbangkan

13
sebagai konstruksi kerangka dari anion-anion yang membentuk beberapa struktruk distrik
dimana cation akan cocok. Lokasi lainnya bisa saja kosong. Variasi komposisi atau yang
dikenal sebagai solusi padat, itu dapat terjadi karena kation yang berbeda dapatbergantian
menempati beberapa lokasi yang kosong diantara anion-anion.tiga tipe dari solusi padat
adalah substitution solid solution, omission solid solution, dan intersitial solid solution.

Tabel 2.2 Klasifikasi kimiawi mineral

Terdapat 5 tipe bidang kisi yang dapat dibuat dari translasi sederhana di dua
dimensi yaitu dengan kotak, persegi, wajik, heksagonal dan bidang kisi yang miring.
Kelima bidang kisi meliputi hanya empat tipe bentuk yang secara fundamental berbeda,
disebut satuan mesh: kotak, persegi, heksagon, dan jajaran genjang. Kemiringinan,
persegi, heksagonal, dan bidang kisi persegi memiliki satuan mesh yang primitive karena
node kisi terbentuk di pinggirannya.

14
Gambar 2.11 Bidang kisi

15
Tabel 2.3 Kelas kristal.

16
D. V. Subba Rao (2011), dalam buku yang berjudul Mineral Benefication, yang
mencoba untuk menjelaskan bagaimana cara menganalisi suatu material, yang turun menjadi
dua tipe metode analisis yaitu, analisis kualitatif yang mana elemen tersajikan terlah
diidentifikasi. Metode analisis kuantitaitf yang mana kuatitas elemen, atau senyawa, telah di
estimasi. Dari kedua metode ini kita dapat menyajikan secara kasar estimasi isi dari suatu
batuan atau tumbuhan. Dari informasi tambahan seperti identitas mineral, komposisi
mineral, dan proporsi mineral, akan terlihat seberapa variative elemen kimiawi yang
terpartisi diantara banyak mineral. Infromasi ini pula bisa digunakan untuk mengestimasi
kuantitas dan kualitas dari berbagai produk yang bisa dibuat dari sebuah
batuan. Dengan batasan untuk batuan logam, yaitu, kualitas dari batuan tersebut yang dapat
ditinjau dari logam yang ada, mineral dipisahkan saat digunakan atau dimanfaatkan, logam
dalam batuan akan diekstraksi melalui proses secara metalurgi. Saat ingin mendapatkan
suatu sampel dari suatu material digunakan metode sampling, yaitu dengan cara memotong
bagian kecil dari suatu bagian besar material, nantinya bagian kecil akan disebut sampel dan
merupakan representative dari material tersebut. Alasan menggunakan metode sampling
yang pertama untuk menemukan informasi tentan material atau batuan yang akan
diperlakukan. Alasan kedua untuk menginpeksi kondisi titik yang dipilih saat proses
penanamaan agar dapat dibandingkan antara kondisi yang diinginkan untuk efisiensi
perlakuan dan yang sudah ada. Ketiga untuk menyingkap pemulihan dan mengurangi
kerugian.

Gambar 2.12 Proses sampling

17
Tabel 2.4 Ukuran partikel dan berat minimum dari sampel

Saat sampel diambil untuk dianilisis secara kimia dan ditentukan nilai dari pengujian
kadar logamnya, sampel sebaiknya di tumbuk ulang secukupnya di tiap pemotongannya
yang akan mebiarkan rasio diameter dari bagian terbesar sampai ke berat dari sampel
tidak melebihi proporsi aman. Saat sampel diambil untuk di anilisis masih terdapat
kemungkinan kesalahan di satu sampel. Untuk mengatisipasi kesalahan ini sebaiknya
sampel diambil dalam beberapa jumlah untuk menjaga toleransi kesalahan masih dalam
batas.
M. Hill (2003), dalam buku yang berjudul Dictionary of Geology and Mienralogy
yang menjelaskan kriteria dari es sebagai yaitu es yang terbentuk pada mesin pendingin
tidak dapat dikatakan sebagai mineral karena terdapat campur tangan manusia dalam
proses pembuatannya, sedangkan es yang terbentuk secara alami di pegunangan atau di
kutub utara dan selatan bisa digolongkan menjadi mineral. Es merupakan senyawa
anorganik karena tidak ditemukan adanya ikatan karbon-hidrogen. Es sebagai material
yang bersifat homogen dengan arti antara satu es dengan lainnya memiliki komposisi dan
sifat yang sama dan secara kristalografi, es termasuk ke dalam sistem kristal heksagonal
dengan H-M: 6/m 2/m 2/m – Dihexagonal Dypyramindal. Bentuk penemuan es secara
alami memiliki beberapa variasi dari mulai bentuk sederhana seperti salju dan kepingan
salju hingga gletser.

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode
Metode penelitian yang digunakan menerapkan pendekatan kuantitatif. Menurut
Cresswell (1994:5) penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dapat dilihat dari sudut
pandang ontologis dimana hal yang diteliti bersifat objektif, tunggal dan hal diteliti dengan
peniliti memiliki jarak atau peniliti tidak berpartisipan langsung dalam penelitian. Dari aspek
epistemologis hubungan antara peniliti dengan hal yang diteliti dimana peniliti berada pada
posisi independent dan tidak berinteraksi langsung dengan hal yang diteliti. Dalam aspek
aksiologis, manfaat atau peran dari nilai yang kita dapat nantinya harus sebebas-bebasnya
dengan maksud tidak bias terhadap apa yang nantinya akan didapat dari hasil penilitian ini.
Secara aspek rhetoris, Bahasa yang digunakan dalam penelitian harusnya berbahasa formal
yang didasari oleh kumpulan definisi-definisi yang jelas dan actual tanpa ada intervansi
personal dalam menganalisis. Dalam aspek metodologis, metode dan proses yang dipilih
oleh peneliti nantinya harus bersifat deduktif atau menganilisis sebab-akibat dari generalisasi
yang nantinya akan semakin spesifik hingga menemukan hasilnya dan juga mengedepankan
validitas dan realiabilitas. Menurut Sugiyono (2011:7), penelitian dengan pendekatan
eksperimen adlah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu
terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Hal yang serupa juga
dikemukakan Creswell (2012:295), bahwa desain eksperimen digunakan Ketika ingin
menenukan kemungkinana penyebab dan pengaruh variabel bebas dan variabel terikat, yang
berarti berusaha untuk mengontrol semua variabel yang mempengaruhi hasil kecuali
variabel bebas. Kemudian Ketika variabel bebas mempengaruhi varaiabel terikat maka dapat
diakatakan bahwa variabel bebas menyebabkan atau mempengaruhi variabel terikat. Pola
penelitian yang digunakan pada penilitan ini adalah sebagai berikut:

19
1. Penelitian kuantitatif
Penilitian kuantitatif adalah suatu penilitan yang pada dasarnya menggunkanan
pendekatan deduktif. Pendekatan dimuali dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli,
maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudia dikemmbangkan
menjadi permasalahan beserta pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh
pembenaran atau penolakan dalam bentuk dukungan empiris di lapangan.
2. Penelitian komparasi
Penilitian komparasi penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel , antara subjek yang berbeda atau waktu yang berbeda dan menemukan
hubungan sebab-akibatnya. Dengan penggunaan metode ini peniliti bermaksud untuk
menarik sebuah konklusi dengan membandingkan fakta-fakta actual dan pengertian
agar dapat mengeliminasi suatu kekeliruan umum.

3.2. Hasil dan Pembahasan


Penurunan dari definisi mineral lebih banyak mengutamakan denga apa yang
terjadi di sejarah daripada secara semantic pada abad ke-17 dan ke-18, terdapat koleksi
benda natural yang dikumpulkan bersama, misalnya terdapat dua puluh jenis variasi dari
kuarsa (batuan kristal, batuan kecubung, batuan akik dan batuan certa) yang terklasifikasi
menjadi berbagai macam benda yang berbeda dan beberapa sama. Manusia selalu
mencoba untuk memahami sesuatu dengan cara mengelompokannya dengan hal-hal lain
dan menggeneralisasikan dengan pacuan karateristiknya masing-masing. Dua titik
penting yang mendasari definisi dari mineral adalah bahwa mineral memiliki jangkauan
susunan yang panjang dan komposisi kimia yang pasti. Dengan dua faktor itu,
memungkinkan pembagian dunia mineral menjadi objek berbeda (mineral) yang
memiliki karakteristik yang sama. Jika melihat karbon pada prinsip kimia yang sama,
maka perbedaan di kristalografi akan menghasilkan efek pada property yang dimiliki
mineral. Sehingga intan, grafit, fullerene dengan kristalografi masing-masing meskipun
memiliki kesamaan kimiawi. Jika melihat kristalografi dengan prinsip kimia yang
berbeda maka dapat perbedaan pada emas dan perak dapat dilihat. Hasil pengerjaan Dari
Haüy di kristalografi dan Berzelius di bidang kimia pada abad ke-17 dan ke-19
mengizinkan mineral secara sistematis di tentukan dengan gabungan kristalografi dan
kimia. Terdapat percobaan untuk mengklasifikasikan mineral menggunakan sistem
Linnaean, teteapi tidak berhasil. Untuk mengapa air ataupun cairan lainnya diklasifikasi

20
sebagai mineral karena belum terdapat metode yang dapat digunakan untuk mempelajarinya.
Model computer terbaru yang terjadi karena perkembangan dari mikroskop gaya atom mulai
bisa membuka berbagai metode untuk mempelajari cairan. Salah satu topik yang sedang
dibicarakan adalah seberapa banyak zat yang dibutuhkan untuk dinyatakan sebagai mineral.
Salah satu karakteristik dari air yaitu air dapat menjadi padat, cair, dan gas dengan kondisi
tertentu. Ahli dalam bidang ini masih harus melakukan studi-studi baru untuk menyatakan
lelehan mineral yang berbentuk cari bisa dipertimbangkan sebagai mineral atau sebaliknya.
Pada saat suhu nol tidak ada gerakan pada atom di benda padat, namun seiring temperature
naik mulai terjadi getaran di atom-atom tersebut, namun karena ikatan yang masih terjadi
membuat atom tidak rusak. Pada temperature yang melelehkan benda tersebut atom yang
tersesun bergetar dengan sangat tinggi, hal ini membuat ikatan tersebut rusak. Energi termal
membuat atom untuk bergerak dengan gerakan yang cukup membuat tidak adanya
kecenderungan untuk membentuk suatu susunan atom dengan jangkauan yang panjang. Pada
definisi secara geologis terhadap mineral es dapat disesuai dengankan pada kategori tersebut.
Dapat dilihat dari kebanyakan buku referensi mengatakan bahwa mineral merupakan sesuatu
yang terjadi secara alami, padatan kristalin yang anorganik yang juga merupakan elemen
kimia atau senyawa. Dari sudut pandang es merupakan sesuatu yang terjadi secara alami,
sebagai contoh pada musim salju kepingan salju akan turun dan kepingan salju itu
diklasifikasikan memenuhi syarat suatu mineral yaitu terjadi secara alami. Es juga
merupakan material yang tergolong anorganik dikarenakan terbentuk tanpa adanya campur
tangan dari makhluk hidup. Penurunan dari definisi mineral lebih banyak mengutamakan
denga apa yang terjadi di sejarah daripada secara semantic.

Gambar 3.1 Kepingan Salju

21
Suatu mineral harus mempunyai karakteristik yaitu kristalin padat, yang memiliki
maksud bahwa mineral harus memiliki susunan internal atom yang teratur. Susunan
simetris dari es dapat terlihat di kepingan es dengan bentuk sistem kristal heksagonal. Es
jatuh ke dalam kategori simetris yang sama dengan turmalin, yang membuktikan bahwa
bagian atas dan bawah dari es dapat memiliki bentuk yang berbeda. Es juga memiliki
komposisi kimia yang tetap yaitu H₂O.

Gambar 3.2 Struktur kristal dari es


22
Es juga mmemiliki karaketeristik mineralogika yang unik, dimana tingkat
kekerasannya berada di tingkat 1,5 di skala kekerasan Moh. Es tidak memiliki belahan tetapi
memiliki pecahan Choncoidal dimana pecahannya menyerupai pecahan botol atau kulit
bawang. Es memiliki kilap yang menyerupai kilap kaca, sedangkan plat cerat es mempunyai
warna bening atau colorless. Terdapat batuan yang terbuat dari es, bahkan pembuatan suatu
batuan dari es dapat menyerupai batuan magmatic, batuan sedimen, batuan metamorf.
Batuan magamatik terbuat dari lelehan batu yang terkonsolidasi dan air dibiarkan sebagai
komposisi magma kita dapat melihat penyurapaan es, tekstur di es sebagai fakta juga
menyerupai tekstur yang bisa ditemukan di batuan magmatic seperti granit dan basal. Ukuran
butir yang terdapat dalam es dikendalikan oleh seberapa cepat pendinginan yang terjadi. Jika
suatu pendinginan terjadi secara instan maka air yang berada diatas danau akan memiliki
butiran es yang halus. Es juga dapat membentuk batuan sedimen, es dapat membentuk suatu
yang menyeruapai semen diantara partikel yang ada di tanah yang akan membuatnya sangat
keras. Untuk contoh secara permanen bisa dilihat di kutub utara dan selatan dimana disanan
tanah merupakan tanah yang membeku. Es yang terkubur dalam di gletser tertumpuk jumlah
tekanan yang besar dan membuat es untuk mengkristal ulang dan membentuk batuan
metamorf. Tekstur yang dilihat dari es glasiel menyerupai dengan yang berada di marmer
dan kuarsa.
Dibawah miksroskop, tiga tipe batuan ini sangatlah mudah untuk dibedakan.
Untuk batuan magmatic biasanya terdiri dari mineral yang menampuilkan susunan
kristalisasi. Kristalisasi mineral paling awal cenderung untuk terbentuk dengan baik, dan
karena kecepatan pertumbuhan yang tiggi , ukuran dari kristal di batuan juga cenderung
besar. Kristalpertama yang terbentuk dikenal dengan nama yaitu phenocrysts. Kristal ini
dikelilingi oleh kristal-kristal yang nantinya akan membentuk porsi kelompok kristal yang
berjumlah banyak. Sebaliknya, butiran yang banyak dari batuan sedimen menunjukkan bukti
bahwa pemindahan dan penggabugan melewati abrasi. Batuan ini juga merupakan batuan
yang paling tahan dengan abrasi, dengan contoh kuarsa yang paling umum. Sedangkan untuk
batuan metamorf cukup sering terbentuk di bidang batas konvergen, dimana lempeng
subduksi akan naik diakibatkan begitu tingginya tekanan yang dikeluarkan cairan yang naik
ke atas lempeng, dimana menjadikan metamorphosis.

23
Gambar 3.3 Igeneous, sedimentary, dan metamorphic

Gambar 3.4 Contoh batuan sedimen, magmatic, dan metamorf

24
Namun dengan begitu banyak fakta-fakta mendukung bahwa es merupakan mineral, terdapat
limitasi saat dibandingkan dengan mineral-mineral yang lain, yaitu es tidak stabil pada
temperature ruangan. Dimana saat berada di temperature ruangan es akan menjadi air. Jika
dikaitkan pada kasus merkuri yang merupakan pengecualian dalam penklasifikasian ini
dikarenakan alasan yang berdasarkan sejarah, sehinggan secara teknis merkuri merupakan
mineraloid.

Gambar 3.5 Macam-macam mineraloid

Mineraloid merupakan sebuah material yang terbentuk secara alami dan anorganic,
mineraloid juga tidak memiliki sturuktur atom yang teratur atau kata lain mineraloid
merupakan material amorf. Air dan merkuri sering diklasifikasikan sebagai mineraloid,
karena keduanya terjadi secara alami yang memiliki komposisi kimia yang pasti dan juga
cair dalam temperature ruangan. Keduanya juga merupakan satu-satunya cairan yang
mengkristal menjadi mineral dengan jangkauan temperature dan tekanan di permukaan
bumi. Air mengkristal saat didinginkan ke suhu 0˚C sedangkan merkuri mengkristal saat
didinginkan ke suhu -38.8 ˚C pada suhu tersebut keduanya dapat tergolong sebagai mineral.

25
3.3. Kesimpulan
Dari hasil yang telah dibahas dapat ditarik kesimpulang bahwa es dalam
temperature yang stabil merupakan mineral, yang bisa dilihat dari kecocokan
karakteristiknya diamana es terbentuk secara alami dan bersifat anorganik, es juga
memiliki susunan internal atom yang tersusun secara teratur membentuk sistem kristal
heksagonal. Es memiliki senyawa kimiawi yang tetap yaitu H₂O. Dengan begitu Es
memenuhi semua kriteria yang dibutuhkan untuk diklasifikasikan sebagai mineral.
Berbeda dengan air dan merkuri yang jatuh pada kategori mineraloid, disebabkan oleh
bentuk wujud air dan merkuri yang bentuk cair sehingga tidak menepati salah satu kriteria
mineral yaitu harus padatan berkristal.

3.4 Saran
Berdasarkan hasil tersebut, dapat ditetapkan secara umum bahwa es
merupakan bagian dari keluarga mineral dengan satu batasan dimana tidak stabil pada
temperature ruangan namun tidak menyangkal dengan kuat bahwa es bukan mineral.
Untuk penelitan pada air dan merkuri masih membutuhkan penelitian lebih lanjut dan
juga perkembangan teknologi yang membatasi studi-studi yang dapat dilakukan terhadap
benda cair.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mason, J. (2015). Introducing Mineralogy. London: Dunedin Academic Press Ltd.

Comstock, J. L. (1826). Elemets of Mineralogy. Boston: S. G. Goodrich.

Nesse, William D. (2000). Introductio to Mineralogy. New York: Oxford University


Press.

Haldar, S. K. (2014). Introductio to Mineralogy and Petrology. Massachusetts:


Elsevier.

Perkin, Dexter. (2014). Mineralogy. Harlow: Pearson Education Limited.

Subba, D. V. (2011). Mineral Benefication. Andra Pradesh: CRC Press.

27
28

Anda mungkin juga menyukai