Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

ACARA V: PENGENALAN MIKROSKOP

(MINERAL TRANSPARAN)

AGUS AFANDI

D111 20 1020

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2022
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah

memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

laporan ini, sebagai bentuk upaya agar kita dapat memahami bagian-bagian dan cara

penggunaan mikroskop polarisasi. Laporan ini pun merupakan hasil dari praktikum

penyusun yang ingin mengembangkan lebih dalam lagi potensi dalam diri mengenai

pengetahuan tentang mikroskop polarisasi pada mineral transparan. Laporan ini

disusun dalam bentuk ringkasan teori dan materi yang memungkinkan mahasiswa

untuk kreatif dan terpacu guna lebih meningkatkan kemampuan daya fikir, senantiasa

kritis, berfikir logis, dan efektif dalam proses kegiatan belajar.

Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu dan orang-

orang yang berperan dalam praktikum ini. Sehingga, praktikum dapat berjalan dengan

baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Diharapkan laporan ini bermanfaat

bagi mahasiswa teknik khususnya di bidang teknik pertambangan dalam proses

kegiatan belajar, sehingga mampu meningkatkan kecerdasan bagi mahasiswa.

Gowa, Mei 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL...................................................................................................................

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................

DAFTAR TABEL......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum............................................................................................

1.3 Ruang Lingkup Praktikum................................................................................

BAB II MASSA JENIS MINERAL..........................................................................

2.1 Mikroskop Polarisasi.......................................................................................

2.2 Mikroskop dan Bagian-Bagiannya....................................................................

2.3 Nikol Sejajar................................................................................................

2.4 Nikol Silang..................................................................................................

2.4 Mineral Transparan......................................................................................

2.4 Manfaat Analisis Mikroskop dalam Dunia Pertambangan.................................

BAB III AKTIVITAS PRAKTIKUM........................................................................

3.1 Alat dan Bahan............................................................................................

3.2 Metodologi Praktikum..............................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................

4.1 Hasil.............................................................................................................

4.1 Pembahasan.................................................................................................

iii
BAB V PENUTUP...........................................................................................26

5.1 Kesimpulan.............................................................................................26

5.1 Saran……………………………………………………………………………….....................26

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Buku Mikroskop Polarisasi………………………………………………………………………………………...21

3.2 Buku Rocks and Minerals………………………………………………………………………………………….22

3.3 Alat Tulis…………………………………………………………………………………………………………………22

3.4 Kamera…………………………………………………………………………………………………………………..23

3.5 Sayatan Tipis…………………………………………………………………………………………………………..23

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineralogi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari

mengenai mineral, baik dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk persenyawaan.

Ilmu ini mempelajari sifat fisik, sifat kimia, cara keterdapatan, cara terjadi dan

kegunaannya. Beberapa mineral memiliki nilai ekonomis sehingga memungkinkan

manusia untuk menambangnya, seperti emas dan perak. Di alam, mineral ditemukan

dalam batuan, dan sebagian besar batuan terdiri dari setidaknya beberapa mineral

yang berbeda (Warmada dkk, 2004).

Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik (tekstur dan

komposisinya) serta perilaku mineral-mineral penyusun dalam batuan (beku, sedimen

dan metamorf) tersebut tidak dapat diamati di lapangan secara megaskopis.

Contohnya batuan-batuan tersebut yaitu batuan beku yang bertekstur afanitik seperti

batuan asal gunungapi, batuan sedimen klastika seperti batugamping, batupasir,

napal, dan batuan metamorf seperti sekis, filit, gneis dan lain-lain (Bloss, 1961)..

Peralatan yang digunakan untuk menganalisis sifat optis mineral dan

menganalisis batuan secara petrografi pada sayatan tipis antara lain: Mikroskop

Polarisasi, Sayatan Tipis, Tabel warna interference (Michel-Levy), Alat tulis, dan

Formulir lembar kerja praktikum.

Jadi mineral optik dan petrografi adalah suatu metode yang sangat mendasar

dalam mendukng pembelajaran dan analisis data geologi. Alat yang digunakan dalam

praktikum ini disebut mikroskop terpolarisasi, karena data dibaca melalui lensa yang

mempolarisasinya yang selanjutnya ditangkap oleh mata (Bloss, 1961).

1
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Memahami dan mengetahui bagian-bagian mikroskop beserta fungsinya.

2. Memahami dan mengetahui cara kerja mikroskop.

3. Mampu menentukan nama mineral transparan berdasarkan hasil pengamatan.

1.3 Ruang Lingkup Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 23 Mei 2022 pukul 08.00 WITA sampai

dengan pukul 17.00 WITA bertempat di Laboratorium Analisis dan Pengelolahan Bahan

Galian, Departemen Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,

dimana materi yang dipraktikkan kali ini tentang penggunaan mikroskop polarisasi

dalam menentukan nama mineral dan juga bagian-bagian dari mikroskop polarisasi

beserta fungsinya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroskop Polarisasi

Pengamatan mineral optis tentunya membutuhkan alat bantu mikroskop. Ada

beberapa jenis mikroskop polarisasi, yaitu mikroskop terpolarisasi binokuler dan

trilokuler, baik non-digital maupun yang digital. Lampu terpisah dari mikroskup. Sinar

lampu dipantulkan melalui cermin (mirror) lalu dilanjutkan ke lensa polarizer. Sinar

menembus obyek yang diletakkan di atas meja objektif. Sinar membawa data dari

obyek (sayatan tipis) dikirimkan ke lensa objektif, ditangkap oleh okuler dan diterima

mata.

Adapun bagian-bagian dan fungsi dari mikroskop polarisasi adalah (Larsen and

Berman, 1964):

1. Lensa Okuler

Lensa okuler adalah lensa dengan perbesaran yang biasanya mencapai 10x.

Lensa ini berhubungan langsung dengan mata saat mengamati sayatan tipis

batuan di bawah mikroskup. Dalam lansa ini terdapat benangsilang yang dapat

membantu menentukan posisi utara-selatan (U-S) dan timur-barat (T-B).

Benang silang juga sering digunakan untuk mengetahui sudut pemadaman

suatu mineral, apakah miring atau tegak lurus. Perbesaran dari obyek sayatan

tipis di atas meja objektif (gambar samping) dihasilkan dari perbesaran okuler

dan lensa objektif (gambar bawah). Contoh: jika sayatan tipis dilihat dengan

menggunakan lensa objektif dengan perbesaran tertulis 4X, dan okuler 10X,

maka memiliki perbesaran total 40X. Lensa ini merupakan lensa yang dekat

3
dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya,

tegak, dan diperbesar dari lensa objektif.

2. Prisma Nikol

Jika polarizer dipindahkan dari mikroskop dan sinar direfleksikan dari

permukaan ke bidang horizontal, maka bidang terpolarisasi menjadi gelap jika

diputar ke kanan. Biotit yang disayat memotong belahannya memiliki absorpsi

terbaik jika bidang belahan sejajar dengan bidang vibrasi terpolarisasi. Pada

posisi ini mineral menjadi gelap maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai pada

mineral Tourmaline yang diputar ke kanan dari sumbu C. Kedudukan normal

dari vibrasi sinar yang melalui prisma (sinar ekstra-ordinary) dijumpai

maksimum pada kanada balsam. Prisma nikol digunakan untuk melakukan

pengamatan pada posisi nikol silang.

3. Lensa Lampu Konvergen

Mikroskop dioperasikan pada sinar lampu yang searah dengan tube dan obyek.

Lensa konvergen menangkap sinar tersebut secara maksimal dan

melanjutkannya melalui tube ke lensa polarizer. Sinar tersebut membawa data

dari obyek yang selanjutnya dikirimkan ke lensa objektif dan ditangkap oleh

lensa okuler. Yaitu dengan menaikkan nikol bagian bawah yang terletak di

bawah meja objektif, sehingga permukaan polarizer dapat menyentuh gelas

preparat

4. Meja Objektif

Meja objektif berbentuk melingkar atau kotak dan kebanyakan bulat. Meja ini

terletak di atas polarizer dan di bawah lensa objektif. Meja ini merupakan

tempat meletakkan sayatan tipis untuk diamati. Pada meja dilengkapi dengan

sekala besaran (mikrometer) yang melintang meja dan koordinat sumbu hingga

3600.

4
Bagian pusat meja harus satu garis dengan pusat optis dari tube. Centering

dilakukan dengan memutar scroll ( screws), centring 90 derajat berada di

bawah tube. Setelah posisinya centering, sayatan tipis diletakkan di atas meja

objektif, agar tidak bergeser-geser maka dapat dijepit dengan kedua penjepit.

Meja objektif dapat dinaik-turunkan sesuai dengan kebutuhan dan posisi

sentringnya. Kini, mikroskop modern telah dilengkapi monitor LCD.

5. Benang Silang

Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke kanankiri

dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah. Berfungsi untuk

mengetahui kedudukan koordinat bidang sumbu mineral, atau sudut interfacial

kristal. Meja objektif harus berkedudukan centered dengan perpotongan

benang silang, jika tidak centered maka benang silang tidak akan terlihat.

Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan

benang silang kanan-kiri, selanjutnya meja objektif diputar sampai benang

silang yang lain sejajar dengan arah lain dari meja objektif tetapi berlawanan

dengan center-nya.

6. Cermin Pantul

Cermin pantul berfungsi untuk mengirimkan sinar dari lampu ke sumber obyek.

Cermin ini berbentuk bidang datar pada sisi belakang dan cekung pada sisi

depan. Pembentuk yang pertama digunakan untuk perbesaran rendah,

sedangkan yang terakhir untuk perbesaran yang lebih tinggi. Cermin ini

berfungsi mengumpulkan sinar lampu dengan aperture yang menyudut pada

sekitar 40 derjat. Untuk perbesaran yang lebih besar dan dengan menggunakan

sinar konvergen, maka menggunakan sinar konvergen. Penggunaan cermin

terutama untuk efisinsi penggunaan mikroskop. Ketika menggunakan sinar

datang yang sejajar sebagai ordinary daylight, maka sinar tersebut direfleksikan

5
dari cermin dengan intensitas yang rendah, yang datang bersamaan dengan

focal point. Jika sumber sinar dekat dengan instrument, focal-length-nya besar,

dan sebaliknya.

7. Lensa Objektif

Lensa objektif iklasifikaskan berdasarkan nilai perbesarannya. Untuk objektif

yang memiliki power rendah, maka focal length-nya di atas 13 mm dan

perbesarannya kurang dari 15 x; untuk power menengah focal length antara

12- 5 mm dan perbesarannya 40 x; dan power tinggi focal length kurang dari

4,5 mm dan perbesarannya mencapai 40 x. Lensa objektif yang sering

digunakan adalah yang berukuran 3 dan 7 mm. Dalam satu sayatan tipis sering

terdiri atas suatu seri bidang yang saling menumpang, dan hanya salah satunya

saja yang dapat diamati. Dalam lensa objektif low-power, dapat dilihat obyek

yang menumpang bidang yang berbeda lainnya, tetapi dengan lensa high-

power hal itu tidak mungkin dilakukan. Tingkat kecerahan ( brightness) dari

image akan meningkat jika hitungan aperture-nya dapat diketahui dalam luasan

pesegi.

8. Resolving Power

Resolving power adalah bagian dari mikroskop yang berfungsi untuk

pengaturan ketelitian alat. Dengan meningkatkan resolving power untuk

mempertajam obyek pengamatan maka dapat mengurangi masa pemakaian

alat. Dalam praktik petrografis, dibutuhkan ketelitian maksimal sehingga sifat

terkecil pun terdeteksi. Mata hanya mampu membedakan 250 garis dalam 1

inci. Ketika dua titik berpindah dari posisi 6.876x dari mata, maka yang terlihat

hanya satu titik. Dengan bantuan resolving power dan okuler, mata mampu

membedakan pleurosigma angulatum sebanyak 50.000 garis.

9. Lensa Bertrand

6
Lensa Bertrand berada pada center dari microscope di atas analyzer yang

melintas masuk atau keluar tube. Digunakan sebagai mikroskop kecil bersama-

sama dengan okuler untuk memperbesar gambaran interference. Terutama

digunakan untuk mengetahui warna birefringence, sehingga dapat diketahui

ketebalan sayatannya. Pada penggunaan alat ini, juga dilengkapi dengan tabel

warna interference.

10. Mikrometer

Mikrometer berfungsi untuk mengukur jarak dalam sekala yang sempit, contoh:

diameter mineral. Bagian ini terletak di atas meja objektif. Pada pembacaan

langsung dalam meja objektif, sekala dalam ratusan mm. Jadi, dalam suatu

pengamatan sayatan tipis dapat diketahui seberapa ratus mm dalam suatu

divisi kristal. Agar familier dalam penggunaannya, siswa dapat membuat sendiri

mikrometer tersebut.

11. Adjustment Screws

Adjustment screw berfungsi untuk mengatur (bagian dalam 2) dan

menghaluskannya (bagian luar 1) kefokusan lensa okuler dan objektif.

Metodenya yaitu dengan memutar ke kanan untuk memperbesar dan ke kiri

untuk memperkecil. Adjustment screw terletak pada gagang mikroskop ( tube).

Akurasi kerja alat ini bisa mencapai 0,001 mm.

2.2 Nikol Sejajar

Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik (sumbu a =

sumbu b = sumbu c; <α = <β = <γ); rhombik (sumbu a ≠ sumbu b ≠ sumbu c; <α ≠

<β ≠ <γ); triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap sistem kristal

memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing sumbu

7
kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap

mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau

diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan mikroskopis yang

dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol sejajar

(Kerr, 1959).

2.2.1 Warna Absorbsi

Warna absorbs merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan

tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat

berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan

pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat

kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang

mempunyai warna khas (Kerr, 1959).

2.2.2 Intensitas

Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya yang

dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan

SISI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Dalam bidang optika dan fotometri

(fotografi), kemampuan mata manusia hanya sensitif dan dapat melihat cahaya

dengan panjang gelombang tertentu (spektrum cahaya nampak) yang diukur dalam

besaran pokok ini. Cahaya adalah gelombang elektro magnetik yang memiliki panjang

gelombang (λ) antara 4.10 – 7s/d 8.10-7-7 meter. Terdapat hubungan antara panjang

gelombang (λ) dengan f (frekuensi = banyaknya gelombang tiap detik) yang

dirumuskan sebagai: λ= c/f, dimana c adalah kecepatan rambat cahaya (Kerr, 1959).

2.2.3 Bentuk

Bentuk kristal adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan /

tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan

atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah

8
belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di

luar, menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya /

pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula

sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui

tingkat kristalisasi mineral secara umum (Kerr, 1959).

Namun, mineral yang berukuran besar bukan berarti tingkat kristalisasinya

sempurna. Sebagai contoh adalah mineral-mineral penyusun batuan gunung api yang

terkristalisasi dengan cepat dapat tumbuh membentuk mineral dalam diameter yang

besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral membentuk fenokris dalam batuan bertekstur

porfiritik.

Dalam pendeskripsiannya, bentuk kristal ditentukan dari orientasi tepian

mineralnya. Bentuk kristal yang tidak beraturan pada seluruh sisinya disebut anhedral;

jika sebagian sisi kristal yang tidak beraturan disebut subhedral; dan jika seluruh sisi

kristal beraturan disebut euhedral.

2.2.4 Belahan

Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.

Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu,

sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri dibentuk /

dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi susunan atom-

atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya. Hal itu

berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami benturan /

terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya (Bloss,

1961).

Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa mineral

juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral dapat diamati

di bawah mikroskup, sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin. Tetapi, sebenarnya

9
keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa, secara megaskopis memiliki pecahan

konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk kristalnya yang bipiramidal, namun di bawah

mikroskup belahan konkoidal-bipiramidal sulit dapat diamati. Olivin kadang-kadang

menunjukkan belahan dua arah miring, namun karena bentuknya yang membotol, jadi

sulit diamati juga di bawah mikroskop (Bloss, 1961).

2.2.5 Relief

Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat/

besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang

dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka makin

rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat dengan

sifat indek biasnya; Nglas < Nmineral. Relief kadang-kadang juga diimplikasikan oleh

tebal-tipisnya sayatan. Sayatan yang telah memenuhi standarisasi, tentunya memiliki

relief yang standar juga, sehingga besarnya tertentu (Bloss, 1961).

Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral

yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam mineral

yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat optis yang

berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang tinggi, sedang atau

rendah. Pada prinsipnya; kaca/air/udara memiliki indeks bias sempurna, sehingga

memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun, suatu mineral memiliki indeks

bias yang lebih rendah dibandingkan kaca/air/udara, sehingga reliefnya lebih tinggi

(Bloss, 1961).

Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias yang

dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar yang

menembusnya. Mineral menyerap sebagian sinar dan memantulkannya sebagian.

Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga reliefnya makin

rendah (Bloss, 1961).

10
2.2.6 Pecahan

Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang

tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat

dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang

belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang

bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo,

1994). Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu (Bloss, 1961):

1. Concoidal: bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan

pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.

2. Splintery/fibrous: Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos,

augit, hipersten.

3. Even: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,

contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.

4. Uneven: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang

kasar, contoh: magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.

5. Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan

runcing-runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.

2.2.7 Ukuran

Ukuran mineral yang diamati melalui mikroskop polarisasi ini adalah jumlah

pixel yang dikali dengan perbesaran yang digunakan. Ukuran ini tentu menggunakan

aproksimasi yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan dalam satuan pixel (Bloss,

1961).

2.3 Nikol Silang

Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu C,

yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral yang

11
diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda), twinning

(kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan: sejajar / miring

pada sudut berapa (Bloss, 1961).

2.3.1 Warna Interferensi

Dalam sayatan tipis, interference mineral harus dapat diamati, yang hanya

dapat dalam sayatan tipis 0,03 mm. Ct. warna interference kuarsa terrendah berada

pada orde pertama putih (abu-abu) atau mendekati warna kuning orde I. Warna

interference dapat dilihat dari posisi horizontal sayatan. Setelah warna interference

diketahui, pengamatan dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga didapatkan sifat

birefringence (BF). Dari posisi birefringence, dengan meluruskan ke bawah melalui

garis diagonal ke perpotongannya, akan diketahui ketebalan standarnya, apakah lebih

tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna interference dan birefringence

menggunakan tabel warna Michel-Levy (Larsen and Berman, 1964).

Birefringence ditentukan dari refraksi ganda pada pantulan sinar maximum

(warna orde tertinggi). BF dapat dilihat jika posisi sayatan berada pada sudut

pemadaman 45O terhadap nikol. BF dapat digunakan (bertujuan) untuk menguji

ketebalan sayatan kristal. Sifat BF mineral dapat dilihat pada tabel sifatsifat mineral

yang disertai dengan perubahan antara indeks refraksi tertinggi dan terendahnya.

Sifat difraksi maximum biasanya juga dapat diperikan dalam sifat ini. Jika obyek

memiliki belahan jelas atau bentuk kristalnya terorientasi pada keping gelas dasarnya,

beberapa partikel harus disusun ulang hingga berorientasi baru, yaitu dengan

membuka cover glass dan mineral didorong secara horizontal. Birefringence secara

relatif sama pada setiap kelompok (kelas) mineral yang sama, ct. piroksen, amfibol dan

plagioklas. Indeks refraksi dan warna mungkin berbeda di antara satu kelompok

mineral, namun warna BF-nya hampir sama (Larsen and Berman, 1964).

12
BF dapat diamati di bawah mikroskup dengan memasang lensa Bertrand

(keping gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop. Lensa

ini dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu dengan

memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer). Perubahan warna

yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan ketebalan sayatannya.

Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat BF tinggi. Kanada balsam

memiliki sifat BF tertinggi hitam (Bloss, 1961).

2.4 Mineral Transparan

Petrografi dan mineragrafi, merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi

yang mempelajari karakteristik mineral dengan batuan mikroskop. Petrografi adalah

ilmu untuk mengamati mineral pembentuk batuan yang mempunyai sifat fisik dapat

ditembus cahaya dan sedikit ditembus cahaya (mineral transparan dan semi-opak),

sedangkan mineragrafi adalah ilmu untuk mengamati mineral bijih, yang umumnya

adalah mineral logam yang tidak dapat ditembus cahaya (opak atau semi-opak).

Pengamatan mineral transparan menggunakan mikroskop refraksi, yaitu menggunakan

salah satu sifat cahaya dengan memanfaatkan perbedaan nilai indeks bias ( refractive

index). Sedangkan untuk pengamatan mineral bijih, mikroskop yang digunakan adalah

mikroksop refleksi (menggunakan sifat memantulkan cahaya) (Rogers and Kerr, 1942).

Jumlah cahaya yang dapat dilewatkan melalui mineral menentukan

transparansinya. Cahaya mampu melewati mineral transparan; mineral tembus cahaya

sebagian membiarkan cahaya melewatinya; dan mineral buram tidak membiarkan

cahaya masuk. Jenis mineral dapat menunjukkan lebih dari satu tingkat transparansi,

dan, pada kenyataannya, sebagian besar mineral transparan juga muncul dalam

bentuk tembus cahaya. Cacat, inklusi, dan kotoran menurunkan transparansi mineral.

13
Banyak mineral menunjukkan beberapa bentuk yang benar-benar transparan dan

bentuk lain yang benar-benar buram. Mineral tersebut diberi label di bagian

transparansi panduan ini sebagai transparan hingga buram. Sejumlah mineral mungkin

tampak buram, tetapi ketika dipegang pada sumber cahaya tampaknya membiarkan

sejumlah kecil cahaya melewati sudut-sudutnya. Spesimen dengan karakteristik seperti

itu dikatakan transparan dalam serpihan atau bagian tipis. Semua mineral dengan kilau

logam tidak tembus cahaya. Sebagian besar mineral dengan kilau submetalik tembus

cahaya dalam serpihan tipis (Rogers and Kerr, 1942).

Batu transparan eksklusif ditemukan jauh lebih jarang dibandingkan dengan

mineral berwarna jenuh. Alam telah melukis semua batu dalam warna yang

menakjubkan dan memberi masing-masing bagian tertentu dari transparansi dan kilap.

Properti utama dari mineral transparan adalah kemampuannya untuk berkilau dan

bersinar dalam cahaya. Dengan membiaskan sinar cahaya dengan cara yang

menakjubkan, batu memungkinkan kita untuk mengagumi efek yang menakjubkan ini.

Batu transparan apa pun sangat menarik. Itu bisa berwarna atau tidak berwarna. Jika

batu permata tidak memiliki warna sendiri, itu tidak berarti bahwa itu lebih buruk

daripada yang lain. Sebaliknya, mineral ini memiliki pesona yang unik. Misalnya,

mineral kaca transparan yang paling berharga adalah berlian. Sebagai aturan, itu tidak

berwarna. Kelompok kristal transparan juga meliputi: topas, ruby, amethyst, safir,

zamrud, garnet, dan aquamarine. Setiap batu permata diberkahi dengan kemampuan

unik yang memberinya status jimat yang kuat untuk kategori orang tertentu (Rogers

and Kerr, 1942).

2.5 Manfaat Analisis Mikroskop di Dunia Pertambangan

Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti tekstur,

komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan tersebut tidak dapat

14
dideskripsi secara megaskopis di lapangan. Contoh batuan-batuan tersebut adalah

(Warmada, 2004):

1. Batuan beku yang bertekstur afanitik atau batuan asal gunungapi

2. Batuan sedimen klastika berukuran halus, seperti batugamping, batupasir,

napal, lanau, fragmen batuan dan lain-lain

3. Batuan metamorf: sekis, filit, gneis dan lain-lain

Jadi mineralogi optis atau petrografi adalah suatu metode yang sangat

mendasar yang berfungsi untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat

melakukan pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut

mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang

dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek

tersebut selanjutnya dikirim melalui lensa objektif dan lensa okuler ke mata

(pengamat). Analisis optik atau mikroskop ini sangat diperlukan untuk mengetahui

kandungan dari mineral dalam bentuk monomineral. Sehingga, kita dapat mengetahui

kandungan mineral yang akan kita tambang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bloss, M. P. 1961. Structural Geology, Second edition, Prentice of India Private Limited,

New Delhi.

Kerr, P.F. 1959. Optical Mineralogy, The Mc Graw Hill Book Company Inc , New York,

Toronto, London.

Larsen and Berman. 1964. An Introduction to Metamorphic Petrology . New York: xiii

248 pp, Harlow Longman New York: John Wiley.

DOI:10.1017/S0016756800014199

Rogers and Kerr. 1942. Geomorphology An Introduction to the Study of Landscapes ,

McGraw-Hill Book Company, Inc New York and London.

Warmada, W & Dewi Anastasia. 2004. Agromineralogi. Yogyakarta: UGM.

16
17
1

Anda mungkin juga menyukai