(MINERAL TRANSPARAN)
AGUS AFANDI
D111 20 1020
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
laporan ini, sebagai bentuk upaya agar kita dapat memahami bagian-bagian dan cara
penggunaan mikroskop polarisasi. Laporan ini pun merupakan hasil dari praktikum
penyusun yang ingin mengembangkan lebih dalam lagi potensi dalam diri mengenai
disusun dalam bentuk ringkasan teori dan materi yang memungkinkan mahasiswa
untuk kreatif dan terpacu guna lebih meningkatkan kemampuan daya fikir, senantiasa
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu dan orang-
orang yang berperan dalam praktikum ini. Sehingga, praktikum dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Diharapkan laporan ini bermanfaat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL...................................................................................................................
KATA PENGANTAR.................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
4.1 Hasil.............................................................................................................
4.1 Pembahasan.................................................................................................
iii
BAB V PENUTUP...........................................................................................26
5.1 Kesimpulan.............................................................................................26
5.1 Saran……………………………………………………………………………….....................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.4 Kamera…………………………………………………………………………………………………………………..23
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
mengenai mineral, baik dalam bentuk tunggal maupun dalam bentuk persenyawaan.
Ilmu ini mempelajari sifat fisik, sifat kimia, cara keterdapatan, cara terjadi dan
manusia untuk menambangnya, seperti emas dan perak. Di alam, mineral ditemukan
dalam batuan, dan sebagian besar batuan terdiri dari setidaknya beberapa mineral
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik (tekstur dan
Contohnya batuan-batuan tersebut yaitu batuan beku yang bertekstur afanitik seperti
napal, dan batuan metamorf seperti sekis, filit, gneis dan lain-lain (Bloss, 1961)..
menganalisis batuan secara petrografi pada sayatan tipis antara lain: Mikroskop
Polarisasi, Sayatan Tipis, Tabel warna interference (Michel-Levy), Alat tulis, dan
Jadi mineral optik dan petrografi adalah suatu metode yang sangat mendasar
dalam mendukng pembelajaran dan analisis data geologi. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini disebut mikroskop terpolarisasi, karena data dibaca melalui lensa yang
1
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan yang ingin dicapai dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 23 Mei 2022 pukul 08.00 WITA sampai
dengan pukul 17.00 WITA bertempat di Laboratorium Analisis dan Pengelolahan Bahan
dimana materi yang dipraktikkan kali ini tentang penggunaan mikroskop polarisasi
dalam menentukan nama mineral dan juga bagian-bagian dari mikroskop polarisasi
beserta fungsinya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
trilokuler, baik non-digital maupun yang digital. Lampu terpisah dari mikroskup. Sinar
lampu dipantulkan melalui cermin (mirror) lalu dilanjutkan ke lensa polarizer. Sinar
menembus obyek yang diletakkan di atas meja objektif. Sinar membawa data dari
obyek (sayatan tipis) dikirimkan ke lensa objektif, ditangkap oleh okuler dan diterima
mata.
Adapun bagian-bagian dan fungsi dari mikroskop polarisasi adalah (Larsen and
Berman, 1964):
1. Lensa Okuler
Lensa okuler adalah lensa dengan perbesaran yang biasanya mencapai 10x.
Lensa ini berhubungan langsung dengan mata saat mengamati sayatan tipis
batuan di bawah mikroskup. Dalam lansa ini terdapat benangsilang yang dapat
suatu mineral, apakah miring atau tegak lurus. Perbesaran dari obyek sayatan
tipis di atas meja objektif (gambar samping) dihasilkan dari perbesaran okuler
dan lensa objektif (gambar bawah). Contoh: jika sayatan tipis dilihat dengan
menggunakan lensa objektif dengan perbesaran tertulis 4X, dan okuler 10X,
maka memiliki perbesaran total 40X. Lensa ini merupakan lensa yang dekat
3
dengan mata pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya,
2. Prisma Nikol
terbaik jika bidang belahan sejajar dengan bidang vibrasi terpolarisasi. Pada
posisi ini mineral menjadi gelap maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai pada
Mikroskop dioperasikan pada sinar lampu yang searah dengan tube dan obyek.
dari obyek yang selanjutnya dikirimkan ke lensa objektif dan ditangkap oleh
lensa okuler. Yaitu dengan menaikkan nikol bagian bawah yang terletak di
preparat
4. Meja Objektif
Meja objektif berbentuk melingkar atau kotak dan kebanyakan bulat. Meja ini
terletak di atas polarizer dan di bawah lensa objektif. Meja ini merupakan
tempat meletakkan sayatan tipis untuk diamati. Pada meja dilengkapi dengan
sekala besaran (mikrometer) yang melintang meja dan koordinat sumbu hingga
3600.
4
Bagian pusat meja harus satu garis dengan pusat optis dari tube. Centering
bawah tube. Setelah posisinya centering, sayatan tipis diletakkan di atas meja
objektif, agar tidak bergeser-geser maka dapat dijepit dengan kedua penjepit.
5. Benang Silang
Benang silang berada pada lensa okular, satu benang melintang ke kanankiri
dan benang yang lain melintang ke atas dan ke bawah. Berfungsi untuk
benang silang, jika tidak centered maka benang silang tidak akan terlihat.
Pembacaan akan dapat dilakukan jika salah satu sisi kristal sejajar dengan
silang yang lain sejajar dengan arah lain dari meja objektif tetapi berlawanan
dengan center-nya.
6. Cermin Pantul
Cermin pantul berfungsi untuk mengirimkan sinar dari lampu ke sumber obyek.
Cermin ini berbentuk bidang datar pada sisi belakang dan cekung pada sisi
sedangkan yang terakhir untuk perbesaran yang lebih tinggi. Cermin ini
sekitar 40 derjat. Untuk perbesaran yang lebih besar dan dengan menggunakan
datang yang sejajar sebagai ordinary daylight, maka sinar tersebut direfleksikan
5
dari cermin dengan intensitas yang rendah, yang datang bersamaan dengan
focal point. Jika sumber sinar dekat dengan instrument, focal-length-nya besar,
dan sebaliknya.
7. Lensa Objektif
12- 5 mm dan perbesarannya 40 x; dan power tinggi focal length kurang dari
digunakan adalah yang berukuran 3 dan 7 mm. Dalam satu sayatan tipis sering
terdiri atas suatu seri bidang yang saling menumpang, dan hanya salah satunya
saja yang dapat diamati. Dalam lensa objektif low-power, dapat dilihat obyek
yang menumpang bidang yang berbeda lainnya, tetapi dengan lensa high-
power hal itu tidak mungkin dilakukan. Tingkat kecerahan ( brightness) dari
image akan meningkat jika hitungan aperture-nya dapat diketahui dalam luasan
pesegi.
8. Resolving Power
terkecil pun terdeteksi. Mata hanya mampu membedakan 250 garis dalam 1
inci. Ketika dua titik berpindah dari posisi 6.876x dari mata, maka yang terlihat
hanya satu titik. Dengan bantuan resolving power dan okuler, mata mampu
9. Lensa Bertrand
6
Lensa Bertrand berada pada center dari microscope di atas analyzer yang
melintas masuk atau keluar tube. Digunakan sebagai mikroskop kecil bersama-
ketebalan sayatannya. Pada penggunaan alat ini, juga dilengkapi dengan tabel
warna interference.
10. Mikrometer
Mikrometer berfungsi untuk mengukur jarak dalam sekala yang sempit, contoh:
diameter mineral. Bagian ini terletak di atas meja objektif. Pada pembacaan
langsung dalam meja objektif, sekala dalam ratusan mm. Jadi, dalam suatu
divisi kristal. Agar familier dalam penggunaannya, siswa dapat membuat sendiri
mikrometer tersebut.
sumbu b = sumbu c; <α = <β = <γ); rhombik (sumbu a ≠ sumbu b ≠ sumbu c; <α ≠
<β ≠ <γ); triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap sistem kristal
memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing sumbu
7
kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk itulah setiap
mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi sejajar atau
dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan pada nikol sejajar
(Kerr, 1959).
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang
2.2.2 Intensitas
Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya yang
dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan sudut. Satuan
SISI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Dalam bidang optika dan fotometri
(fotografi), kemampuan mata manusia hanya sensitif dan dapat melihat cahaya
dengan panjang gelombang tertentu (spektrum cahaya nampak) yang diukur dalam
besaran pokok ini. Cahaya adalah gelombang elektro magnetik yang memiliki panjang
gelombang (λ) antara 4.10 – 7s/d 8.10-7-7 meter. Terdapat hubungan antara panjang
dirumuskan sebagai: λ= c/f, dimana c adalah kecepatan rambat cahaya (Kerr, 1959).
2.2.3 Bentuk
tata aturan pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan
atom dan pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah
8
belahannya. Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di
sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
sempurna. Sebagai contoh adalah mineral-mineral penyusun batuan gunung api yang
terkristalisasi dengan cepat dapat tumbuh membentuk mineral dalam diameter yang
besar, tetapi bentuk kristalnya anhedral membentuk fenokris dalam batuan bertekstur
porfiritik.
mineralnya. Bentuk kristal yang tidak beraturan pada seluruh sisinya disebut anhedral;
jika sebagian sisi kristal yang tidak beraturan disebut subhedral; dan jika seluruh sisi
2.2.4 Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.
Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal tertentu,
dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi susunan atom-
atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya. Hal itu
terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya (Bloss,
1961).
Belahan lebih mudah diamati pada posisi nikol sejajar tetapi beberapa mineral
juga dapat diamati pada posisi nikol silang. Tidak semua belahan mineral dapat diamati
di bawah mikroskup, sebagai contoh adalah kuarsa dan olivin. Tetapi, sebenarnya
9
keduanya memiliki pecahan yang jelas. Kuarsa, secara megaskopis memiliki pecahan
konkoidal (seperti kaca) akibat bentuk kristalnya yang bipiramidal, namun di bawah
menunjukkan belahan dua arah miring, namun karena bentuknya yang membotol, jadi
2.2.5 Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat/
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka makin
rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat dengan
sifat indek biasnya; Nglas < Nmineral. Relief kadang-kadang juga diimplikasikan oleh
Relief mineral dapat digunakan untuk memisahkan antara batas tepi mineral
yang satu dengan yang lain. Suatu batuan yang tersusun atas berbagai macam mineral
yang berbeda, masing-masing mineral tersebut tentunya memiliki sifat optis yang
berbeda pula. Jadi, kesemua itu akan membentuk relief; ada yang tinggi, sedang atau
memantulkan seluruh sinar yang menembusnya. Namun, suatu mineral memiliki indeks
bias yang lebih rendah dibandingkan kaca/air/udara, sehingga reliefnya lebih tinggi
(Bloss, 1961).
Bandingkan indeks bias yang dipantulkan oleh mineral dengan indeks bias yang
dipantulkan oleh kanada balsam. Kanada balsam memantulkan seluruh sinar yang
Makin tidak berwarna sinar yang dipantulkan makin besar, sehingga reliefnya makin
10
2.2.6 Pecahan
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat
dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang
belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang
bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo,
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh Kuarsa.
augit, hipersten.
5. Hackly: Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
2.2.7 Ukuran
Ukuran mineral yang diamati melalui mikroskop polarisasi ini adalah jumlah
pixel yang dikali dengan perbesaran yang digunakan. Ukuran ini tentu menggunakan
aproksimasi yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan dalam satuan pixel (Bloss,
1961).
Pengamatan nikol silang dilakukan jika sayatan berada pada diagonal sumbu C,
yaitu dengan memasang prisma polarisasi bagian atas. Sifat-sifat optis mineral yang
11
diamati pada posisi nikol silang adalah birefringence (interference ganda), twinning
(kembaran): tipe kembaran dan arah orientasinya dan sudut gelapan: sejajar / miring
Dalam sayatan tipis, interference mineral harus dapat diamati, yang hanya
dapat dalam sayatan tipis 0,03 mm. Ct. warna interference kuarsa terrendah berada
pada orde pertama putih (abu-abu) atau mendekati warna kuning orde I. Warna
interference dapat dilihat dari posisi horizontal sayatan. Setelah warna interference
tebal atau tidak dari 0,03 mm. Orde warna interference dan birefringence
(warna orde tertinggi). BF dapat dilihat jika posisi sayatan berada pada sudut
ketebalan sayatan kristal. Sifat BF mineral dapat dilihat pada tabel sifatsifat mineral
yang disertai dengan perubahan antara indeks refraksi tertinggi dan terendahnya.
Sifat difraksi maximum biasanya juga dapat diperikan dalam sifat ini. Jika obyek
memiliki belahan jelas atau bentuk kristalnya terorientasi pada keping gelas dasarnya,
beberapa partikel harus disusun ulang hingga berorientasi baru, yaitu dengan
membuka cover glass dan mineral didorong secara horizontal. Birefringence secara
relatif sama pada setiap kelompok (kelas) mineral yang sama, ct. piroksen, amfibol dan
plagioklas. Indeks refraksi dan warna mungkin berbeda di antara satu kelompok
mineral, namun warna BF-nya hampir sama (Larsen and Berman, 1964).
12
BF dapat diamati di bawah mikroskup dengan memasang lensa Bertrand
(keping gipsum). Lensa Bertrand keberadaannya sering terpisah dari mikroskop. Lensa
ini dapat dilepaskan. Sifat BF dapat diamati pada posisi nikol silang, yaitu dengan
memasang lensa Bertrand pada posisinya (yaitu di atas analyzer). Perubahan warna
yang dihasilkan biasanya ditentukan oleh warna reliefnya dan ketebalan sayatannya.
Jika reliefnya rendah (tidak berwarna) maka memiliki sifat BF tinggi. Kanada balsam
Petrografi dan mineragrafi, merupakan salah satu cabang dari ilmu geologi
ilmu untuk mengamati mineral pembentuk batuan yang mempunyai sifat fisik dapat
ditembus cahaya dan sedikit ditembus cahaya (mineral transparan dan semi-opak),
sedangkan mineragrafi adalah ilmu untuk mengamati mineral bijih, yang umumnya
adalah mineral logam yang tidak dapat ditembus cahaya (opak atau semi-opak).
salah satu sifat cahaya dengan memanfaatkan perbedaan nilai indeks bias ( refractive
index). Sedangkan untuk pengamatan mineral bijih, mikroskop yang digunakan adalah
mikroksop refleksi (menggunakan sifat memantulkan cahaya) (Rogers and Kerr, 1942).
cahaya masuk. Jenis mineral dapat menunjukkan lebih dari satu tingkat transparansi,
dan, pada kenyataannya, sebagian besar mineral transparan juga muncul dalam
bentuk tembus cahaya. Cacat, inklusi, dan kotoran menurunkan transparansi mineral.
13
Banyak mineral menunjukkan beberapa bentuk yang benar-benar transparan dan
bentuk lain yang benar-benar buram. Mineral tersebut diberi label di bagian
transparansi panduan ini sebagai transparan hingga buram. Sejumlah mineral mungkin
tampak buram, tetapi ketika dipegang pada sumber cahaya tampaknya membiarkan
itu dikatakan transparan dalam serpihan atau bagian tipis. Semua mineral dengan kilau
logam tidak tembus cahaya. Sebagian besar mineral dengan kilau submetalik tembus
mineral berwarna jenuh. Alam telah melukis semua batu dalam warna yang
menakjubkan dan memberi masing-masing bagian tertentu dari transparansi dan kilap.
Properti utama dari mineral transparan adalah kemampuannya untuk berkilau dan
bersinar dalam cahaya. Dengan membiaskan sinar cahaya dengan cara yang
menakjubkan, batu memungkinkan kita untuk mengagumi efek yang menakjubkan ini.
Batu transparan apa pun sangat menarik. Itu bisa berwarna atau tidak berwarna. Jika
batu permata tidak memiliki warna sendiri, itu tidak berarti bahwa itu lebih buruk
daripada yang lain. Sebaliknya, mineral ini memiliki pesona yang unik. Misalnya,
mineral kaca transparan yang paling berharga adalah berlian. Sebagai aturan, itu tidak
berwarna. Kelompok kristal transparan juga meliputi: topas, ruby, amethyst, safir,
zamrud, garnet, dan aquamarine. Setiap batu permata diberkahi dengan kemampuan
unik yang memberinya status jimat yang kuat untuk kategori orang tertentu (Rogers
Analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat fisik, seperti tekstur,
14
dideskripsi secara megaskopis di lapangan. Contoh batuan-batuan tersebut adalah
(Warmada, 2004):
Jadi mineralogi optis atau petrografi adalah suatu metode yang sangat
mendasar yang berfungsi untuk mendukung analisis data geologi. Untuk dapat
melakukan pengamatan secara optis atau petrografi diperlukan alat yang disebut
mikroskop polarisasi. Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang
dilakukan melalui lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek
tersebut selanjutnya dikirim melalui lensa objektif dan lensa okuler ke mata
(pengamat). Analisis optik atau mikroskop ini sangat diperlukan untuk mengetahui
kandungan dari mineral dalam bentuk monomineral. Sehingga, kita dapat mengetahui
15
DAFTAR PUSTAKA
Bloss, M. P. 1961. Structural Geology, Second edition, Prentice of India Private Limited,
New Delhi.
Kerr, P.F. 1959. Optical Mineralogy, The Mc Graw Hill Book Company Inc , New York,
Toronto, London.
Larsen and Berman. 1964. An Introduction to Metamorphic Petrology . New York: xiii
DOI:10.1017/S0016756800014199
16
17
1