OLEH
D111 21 1088
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
penyusun dapat menyelesaikan laporan Geologi Fisik dengan judul “Batuan Metamorf”
dalam pembuatannya, sehingga laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
segala saran dan kritikan yang membangun sangat dibutuhkan agar laporan ini dapat
Penyusun mengucapkan terimakasih, kepada bapak Dr.Ir. Irzal Nur, MT. selaku
dosen mata kuliah Geologi Fisik yang telah memberikan arahan, serta kepada asisten
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin serta seluruh pihak yang telah
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................27
iii
4.7 STASIUN 07.............................................................................................31
BAB V PENUTUP................................................................................................32
5.1 Kesimpulan..............................................................................................32
5.2 Saran.......................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................34
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
……………..6
…………..9
11
12
12
……..13
……………………………………….15
…..17
20
3.3 Paku…………………………………………………………………………….…………………………..…21
v
3.4 kaca……………………………………………………………………………………..
……………………..21
21
3.6 Magnet………………………………………….…………………………………………………………….22
3.7 Penggaris……………………………………………….……………………………………………………22
………………………………………..22
3.9 Pulpen………………………………………………………………………….……………………………..23
3.10 Pensil…………………………………………………………………………………..
…………………….23
…………..23
24
……………………..24
……………………….25
Fisik…………………………………………………………..26
4.1 Marmer………………………………………………………………………………….…………………...27
4.2 Gneis………………………………………………………………………………….……………………….28
…………………………….28
vi
4.4 Sabak…………………………………………………………………….……………………………………29
4.5 Serpentin……………………………………………………………………..………………………………
30
4.6 Kuarsit…………………………………………………………………………..…………………………….30
4.7 Filit……………………………………………………………………………….…………………………….31
vii
BAB I
PENDAHULAN
bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-
dataran di benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Batu atau batuan
yang anda lihat dimanapun itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak
yang berbeda. Tidak mengherankan apabila batuan merupakan bagian utama dari
bumi kita ini. Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang
mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada.
Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas
sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Ilmu ini mempelajari dari benda-
benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan rangkaian
pegunungan. Dari hasil pengamatan terhadap jenis-jenis batuan tersebut, kita dapat
pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi
dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan
mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan
temperatur (T) tertentu. Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-
proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik
dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak
menjadi batuan metamorf karena perubahan tekanan dan temperatur yang besar.
Batuan asal dari batuan metamorf tersebut dapat batuan beku, batuan sedimen dan
batuan metamorf sendiri yang sudah ada. Kata metamorf sendiri adalah perubahan
bentuk. Agen atau media menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah panas,
tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada batuan
Deskripsi atau pengenalan batuan beku dapat didasarkan pada berbagai sifat
dari batuan itu sendiri, antara lain sifat fisika dan sifat optik. Oleh karena itu
tentang
2
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan batuan metamorf.
batuan metamorf.
batuan metamorf terhadap sampel yang telah disediakan berdasarkan lembar deskripsi
yang telah dibagikan. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 8 Oktober
3
BAB II
BATUAN METAMORF
Batuan merupakan benda padat yang terdiri dari agregat-agregat baik itu satu mineral
atau lebih, semua batuan pada mulanya dari magma. Magma keluar di permukaan
bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Gunung berapi ada di daratan ada
Dalam daur batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari proses
pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam bumi yang disebut magma.
Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada didalam litosfer, yang terdiri
dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang mengapung didalamnya, serta
pada kedalaman berkisar sekitar 200 kilometer dibawah permukaan bumi, terdiri
yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya, akan berusaha
untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfer hingga akhirnya mampu
dan mengalir diatas permukaan bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam
ketika masih berada didalam litosfer dan membentuk dapur-dapur magma sebelum
mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan membeku ditempat,
4
Gambar 2.1 interaksi konvergen lempeng litosfir (Noor, 2012).
Dalam daur batuan, batuan beku terbentuk sebagai akibat dari pendinginan
dan pembekuan magma. Pendinginan magma yang berupa lelehan silikat, akan diikuti
oleh proses penghabluran yang dapat berlangsung dibawah atau diatas permukaan
bumi melalui erupsi gunung berapi. Kelompok batuan beku tersebut, apabila kemudian
yang menyebabkan berlangsungnya proses pelapukan. Melalui proses ini batuan akan
dipindahkan/digerakkan dari tempatnya terkumpul oleh gaya berat, air yang mengalir
diatas dan dibawah permukaan, angin yang bertiup, gelombang dipantai dan gletser
sebagai alat pengikis, yang dalam bekerjanya berupaya untuk meratakan permukaan
bumi. Bahan-bahan yang diangkutnya baik itu berupa fragmen-fragmen atau bahan
Proses berikutnya adalah terjadinya ubahan dari sedimen yang bersifat lepas, menjadi
batuan yang keras, melalui pembebanan dan perekatan oleh senyawa mineral dalam
larutan, dan kemudian disebut batuan sedimen. Apabila terhadap batuan sedimen ini
terjadi peningkatan tekanan dan suhu sebagai akibat dari penimbunan dan atau
5
terlibat dalam proses pembentukan pegunungan, maka batuan sedimen tersebut akan
mengalami ubahan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang baru, dan terbentuk
batuan malihan atau batuan metamorfis. Apabila batuan metamorfis ini masih
mengalami peningkatan tekanan dan suhu, maka ia akan kembali leleh dan berubah
dapat terganggu dengan adanya jalan-jalan pintas yang dapat ditempuh, seperti dari
batuan beku menjadi batuan metamorfis, atau batuan metamorfis menjadi sedimen
tanpa melalui pembentukan magma dan batuan beku. Batuan sedimen di lain pihak
Dalam pengelompokkan batuan yang ada didalam kulit bumi, dapat dibagi
1. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan hasil pembekuan magma, yaitu masa cair dan pijar
6
di dalam bumi. Batuan ini merupakan material - material yang membentuk
kerak bumi dan terdiri dari kumpulan mineral-mineral pembentuk batuan yang
kimianya, bentuk kristalnya, bidang belah, berat jenis dan kekerasan. Kemudian
dalam bumi.
di permukaan bumi.
2. Batuan sedimen
diendapkan langsung ditempat asal batuan aslinya atau di bawa oleh air, angin,
7
gletser air laut sebagai larutan, suspensi dan lain-lain dan diendapkan di tempat
lain. Pada mulanya batuan ini diendapkan sebagai material-material yang lepas,
tetapi kemudian terjadi proses litifikasi (pemadatan) karena faktor waktu dan
b. Batu pasir, salah satu skema klasifikasi yang paling sering digunakan orang
c. Batu lumpur, batu lumpur (mudrocks), yaitu batuan sedimen klastik terigen
komposisinya.
terigen.
8
Gambar 2.4 contoh beberapa batuan sedimen (Noor, 2012).
3. Batuan metamorf
fase cair dahulu. Proses perubahan dalam kondisi padat dinamakan proses
menjadi 3 yaitu:
pegunungan lipatan batuan yang telah ada terlipat oleh gaya-gaya yang
kuat dan terjadi kenaikan temperatur yang tinggi proses metamorfosa. Jadi
dalam hal ini, faktor tekanan dan temperatur memegang faktor yang
dominan.
cair panas dengan batuan yang ada disekelilingnya. Jadi faktor temperatur
(bentuk). Metamorph berarti perubahan bentuk. William, Turner, dan Gilbert (1954)
menjelaskan bahwa semua batuan sedimen dan vulkanik (dan beberapa pluton batuan
beku) yang terletak pada kedalaman 3 km – 20 km akan berada dibawah kondisi fisik
yang benar benar berbeda yaitu Temperatur (T) antara 100º C - 600º C dan Tekanan
(P) beberapa ribu atmosfir. Batuan pada kondisi ini berada pada kedudukan yang tidak
setimbang karena batuan pada kondisi ini akan mengatur mineralogi dan struktur nya
sesuai dengan temperatur dan tekanan pada kondisi tersebut. Semua perubahan
mineral dan struktur yang menyusun batuan metamorf tetap pada kondisi batuan
padat yang asli tanpa mengalami fase cair (Amin, MBA, 2014).
sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Metamorfisme
terjadi pada keadaan padat (padat ke padat tanpa melalui fase cair) meliputi proses
10
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan batuan asalnya. Proses
metamorfisme tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 – 20 km.
mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respons terhadap
kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya
Pengenalan batuan metamorf tidak jauh berbeda dengan jenis batuan lain yaitu
didasarkan pada warna, tekstur, struktur dan komposisinya. Namun untuk batuan
tinjauan apakah termasuk dalam struktur foliasi (ada penjajaran mineral) atau non
penamaan batuan metamorf baik yang berstruktur foliasi maupun berstruktur non
foliasi dapat dilakukan. Misal: struktur skistose nama batuannya sekis; gneisik untuk
genis; slatycleavage untuk slate/ sabak. Sedangkan non foliasi, misal: struktur
hornfelsik nama batuannya hornfels; liniasi untuk asbes (Amin, MBA, 2014).
1. Struktur Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari
metamorf. Struktur foliasi ini terdiri dari struktur Slatycleavage, struktur Filitic,
a. Struktur Slatycleavage
11
Gambar 2.6 struktur Slatycleavage (Noor, 2012).
belahan belahan yang rapat, mulai terdapat daun daun mika halus.
sudah mulai agak kasar. Derajat metamorfosanya lebih tinggi dari salte
12
(batu sabak), dimana daun daun mika dan khlorit sudah cukup besar/kasar,
tinggi dari filit, dicirikan dengan hadirnya mineral mineral lain disamping
mika. Ciri yang sangat khas adalah kepingan kepingan yang tampak jelas
13
Gambar 2.9 Struktur Gnesosa (Gneissic) (Noor, 2012).
membutir relatif lebih banyak dibanding mineral pipih dan mempunyai sifat/
batuan beku, yaitu terdapatnya mineral kwarsa, feldspar dan mineral mafic.
a. Struktur Hornfelsik
merupakan rekristalisasi dari batuan asal. Tidak ada foliasi, batuan tampak
b. Struktur Milonitik
14
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang
asalnya.
c. Struktur Kataklastik
Struktur ini hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih
kasar.
d. Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai struktur milonitik tetapi butirannya lebih kasar dan
e. Struktur Flaser
f. Struktur Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa lensanya terdiri dari butir butir
g. Struktur Granulose
h. Struktur Liniasi
Tekstur pada batuan metamorf secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu
15
1. Tekstur Kristaloblastik, yaitu tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral
dalam suasana padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair karena itu
kristal yang terjadi disebut blastos. Tekstur batuan asalnya sudah tidak tampak
a. Tekstur Lepidoblastik
Ialah tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral mineral pipih
b. Tekstur Granoblastik
Ialah tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral yang
c. Tekstur Nematoblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral mineral yang
d. Tekstur Porfiroblastik
16
e. Tekstur Idioblastik
euhedral.
f. Tekstur Xenoblastik
anhedral.
2. Tekstur Palimpsest, ialah tekstur sisa dari batuan asalnya yang masih dijumpai
a. Tekstur Blastoporfiritik
b. Tekstur Blastopsefit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari
pasir (psefite).
c. Tekstur Blastopsamit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya sama besar dengan
pasir (psamite).
d. Tekstur Blastopellite
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang ukuran butirnya sama besar dengan
Lempung (pellite).
Pada hakekatnya komposisi mineral yang terdapat dalam batuan metamorf itu
1. Mineral Stress
Suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dimana mineral ini dapat
ber bentuk pipih atau tabular, atau prismatik, maka mineral mineral
17
tersebut akan tumbuh tegak lurus searah gaya. Contohnya Mika, Zeolite,
Suatu mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan. Bentuk dari mineral
Kordierite, Garnet.
pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar terjadi
dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk struktur dan
mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru pada tekanan (P) dan
temperatur (T) tertentu. Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-
proses yang mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau
tanggapan terhadap kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik
18
dan kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak
perubahan yang terjadi pada batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada
karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan yang sangat
batuan selama proses metamorfisme harus tetap dalam keadaan padat. Apabila
sampai mencapai titik lebur batuan maka proses tersebut bukan lagi proses
tekanan, larutan yang terlibat, waktu dan media metamorfisme. Ketiganya dapat
tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur
daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P & T rendah ke P & T
tinggi.
19
3. Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi, terjadi di daerah pergeseran yang
dangkal misal zona sesar dimana tekanan lebih berperan daripada temperatur,
20
BAB III
METODOLOGI
pekerjaan dan tidak berkurang atau habis setelah digunakan. Sedangkan bahan adalah
benda yang wajib disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bisa berkurang atau
3.1.1 Alat
1. Kikir baja, berfungsi sebagai alat uji kekerasan batuan metamorf dengan 6,5
sampai 7 skala mohs.
2. Kawat tembaga, berfungsi sebagai alat uji kekerasan batuan metamorf dengan
3 skala mohs.
21
3. Paku, berfungsi sebagai alat uji kekerasan batuan metamorf dengan 2,5 skala
mohs.
Gambar 3. 3 Paku
4. Kaca, berfungsi sebagai alat uji kekerasan batuan metamorf dengan 5,5 sampai
6 skala mohs.
Gambar 3. 4 Kaca
menjadi besar dan lebih jelas yang tidak dapat dilihat dengan mata secara
22
6. Magnet, berfungsi untuk menguji sifat kemagnetan batuan metamorf.
Gambar 3. 6 Magnet
Gambar 3. 7 Penggaris
23
9. Pulpen, berfungsi sebagai alat tulis ketika mendeskripsikan batuan metamorf.
Gambar 3. 9 Pulpen
10. Pensil, berfungsi sebagai alat tulis ketika mendeskripsikan batuan metamorf.
Gambar 3. 10 Pensil
11. Pensil warna, berfungsi sebagai alat tulis ketika mendeskripsikan batuan
metamorf.
24
13. Kamera Handphone, berfungsi untuk mengambil gambar sampel batuan.
3.1.2 Bahan
25
2. Lembar deskripsi batuanl, berfungsi untuk mencatat deskripsi sampel batuan
metamorf.
3. Lembar patron praktikum geologi fisik, berfungsi sebagai lembar jawaban untuk
26
3.2 Tahapan Praktikum
yang telah disediakan yang terdiri dari warna segar dan warna lapuk batuan,
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 STASIUN 01
memiliki ciri fisik pertama berupa warna segar yaitu warna abu-abu kekuningan dan
warna lapuk kuning kecoklatan. Selain itu, batuan di bawah memiliki tekstur
kristoblastik, secara lebih rinci yaitu tekstur idioblastik. Struktur dari batuan ini adalah
non foliasi yaitu mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar.
Batuan ini terbentuk ketika Batu Gamping mendapat tekanan dan panas sehingga
mengalami perubahan dan rekristalisasi Kalsit. Dari ciri-ciri di atas dapat disimpulkan
4.2 STASIUN 02
warna lapuknya adalah abu-abu kecoklatan. Struktur batuan ini adalah tekstur foliasi.
Adapun teksturnya adalah relic (sisa), secara rinci blastosefit. Dari data hasil
28
pengamatan tersebut, maka dapat diketahui bahwa nama dari batuan ini adalah Batu
Gneiss. Merupakan batuan yang terbentuk dari hasil metamorfosisme batuan beku
dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Dalam Gneiss dapat diperoleh rekristalisasi
4.3 STASIUN 03
Batuan ini memiliki warna segar hitam kecoklatan dan warna lapuknya adalah
hitam. Struktur dari batuan ini adalah foliasi. Jika ditinjau dari segi teksturnya batuan
ini memiliki tekstur kristoblastik. Dari data-data hasil pengamatan tersebut maka dapat
29
4.4 STASIUN 04
warna segar dari batuan ini adalah abu-abu gelap. Adapun warna lapuknya adalah
abu-abu kecoklatan. Batuan ini tergolong ke dalam struktur non foliasi. Adapun untuk
teksturnya, batuan metamorf ini memiliki tekstur yang tergolong tekstur relic (sisa),
tepatnya blastosefit. Dari data-data yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa nama dari batuan stasiun 04 ini adalah Batu Sabak. Batu Sabak terbentuk dari
proses metamorfosisme batuan sedimen Serpih atau Batu Lempung pada temperatur
4.5 STASIUN 05
Batu pada stasiun ini memiliki warna segar abu-abu kehijauan gelap. Adapun
warna lapuk dari batuan ini adalah abu-abu kecoklatan. Adapun jika ditinjau dari segi
teksturnya, batuan ini memiliki tekstur kristoblastik, tepatnya idioblastik yaitu tekstur
(baik). Batuan ini memiliki struktur non foliasi. Dari data-data tersebut diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa nama batuan di stasiun 05 ini adalah Serpentin. Gambar dari
30
Gambar 4.4 Batuan Serpentin
4.6 STASIUN 06
Batuan metamorf di bawah didapatkan memiliki warna segar kuning dan warna
Dari data-data yang telah didapatkan dan disebutkan diatas, maka ditarik kesimpulan
bahwa nama batuan dari stasiun 06 ini adalah Batu Kuarsit. Batu Kuarsit terbentuk
ketika Batu Pasir (Sandstone) mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi. Ketika
rekristalisasi, dan biasanya tekstur dan struktur asal pada Batu Pasir terhapus oleh
proses metamorfosis.
31
Gambar 4.5 Batuan Kuarsit
4.7 STASIUN 07
Batuan metamorf ini memiliki warna segar abu-abu kehitaman dan warna lapuk
abu-abu kecoklatan. Batuan metamorf ini memiliki struktur foliasi dan mempunyai
disimpulkan bahwa nama batuan dari stasiun 07 ini adalah Batu Filit. Batu Filit
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pada keadaan padat (padat ke padat tanpa melalui fase cair) meliputi proses
asalnya.
Blastopellit.
3. Setelah melakukan deskripsi pada sampel batuan kita dapat menentukan nama
dideskripsi sesuai dengan stasiunnya yaitu pada stasiun satu terdapat Marmer,
33
stasiun dua Gneiss, stasiun tiga Batu Sabak, stasiun empat Sabak, stasiun lima
5.2 Saran
dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. Sc, I. K. M., 2017. Modul Geologi Teknik Pelatihan Perencanaan Bendungan
Tingkat Dasar. Bandung: Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air dan
Konstruksi.
Kusmiyarti, T. B., 2016. Buku Ajar Agrogeologi dan Lingkungan. Denpasarr: Universitas
Udayana.
Noor, D., 2012. Pengantar Geologi. 2 ed. Bogor: Pakuan University Press.
Dan Kebudayaan.
Zuhdi, M., 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Lombok: Duta Pustaka Ilmu.
35
LAMPIRAN
36