Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI FISIK

ACARA 1: PENGENALAN MINERAL

OLEH
MUH. ABDILLAH MUKHTAR
D111 21 1034

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberi penulis kesempatan untuk melakukan praktikum Geologi Fisik ini.

Yang dimana akhirnya melengkapi materi laporan praktikum penulis menjadi

sistematis. penulis membuat laporan ini untuk memenuhi tugas dasar praktik

geologi. Waktunya cukup singkat, tetapi kegiatan ini memberikan sesuatu yang

berharga untuk pengenalan mineral secara fisik sebagaimana judul acara. Dan

terima kasih juga kepada yang terlibat langsung. Secara khusus, saya ucapkan

kepada :

1. Dr. Ir. Irzal Nur, MT., Dosen Mata Kuliah Geologi Fisik

2. Kepada semua asisten dan teknisi laboratorium yang sabar dengan

kelompok kami selama praktikum.

3. Orang tua kami untuk doa dan dukungan mereka sehingga praktikum ini

berjalan dengan lancar.

4. Semua anggota kelompok yang bekerja berdampingan untuk

menyelesaikan tugas praktikum kami.

Kami meminta saran dan kritik, jika hasil laporan praktikum kami memiliki

banyak kesalahan. Saya berharap bahwa laporan ini akan memiliki banyak

kegunaan untuk semua pihak, termasuk grup kami.

Gowa, 30 Oktober 2021

Penulisbbbbbbbb

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………ii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

1.1 Latar Belakang........................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................6

1.3 Tujuan.....................................................................................................6

1.4 Ruang Lingkup........................................................................................6

BAB II PENGENALAN MINERAL........................................................................7

2.1 Mineral.....................................................................................................7

2.2 Pembentukan Mineral............................................................................9

2.3 Jenis-Jenis Mineral...............................................................................12

2.4 Kegunaan Mineral.................................................................................16

BAB III METODOLOGI....................................................................................17

3.1 Alat dan Bahan……………………………………………………………………16

3.2 Tahapan Praktikum……………………………………………………………..23

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................25

4.1 Sifat-Sifat Fisik Mineral.........................................................................25

4.2 Deskripsi Sifat Mineral pada Stasiun Praktikum..................................27

BAB V PENUTUP..............................................................................................32

5.1 Kesimpulan............................................................................................32

5.2 Saran…………………………………………………………………………………31

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
3.1 Kikir Baja....................................................................................................18

3.2 Kawat Tembaga..........................................................................................19

3.3 Paku...........................................................................................................19

3.4 Kaca...........................................................................................................20

3.5 Lup Geologi.................................................................................................20

3.6 Magnet.......................................................................................................21

3.7 Penggaris....................................................................................................21

3.8 HCl.............................................................................................................22

3.9 Pulpen........................................................................................................22

3.10 Pensil........................................................................................................23

3.11 Pensil Warna.............................................................................................23

3.12 Lembar Deskripsi Batuan............................................................................24

3.13 Lembar Patron...........................................................................................24

3.14 Buku Rock and Mineral...............................................................................25

4.1 Kalsit..........................................................................................................27

4.2 Arsenik.......................................................................................................28

4.3 Fluorit.........................................................................................................28

4.4 Limestone...................................................................................................29

4.5 Pirit............................................................................................................30

4.6 Kromit........................................................................................................31

4.7 Uranit.........................................................................................................32

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata Geologi berasal dari bahasa Yunaniyaitu “ge” yang berarti "bumi" dan

“logos” yang artinya "alasan" atau ilmu. Geologi adalah Ilmu (sains) yang mempelajari

komposisi bumi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. Kata

"geologi" pertama kali digunakan oleh Jean-André Deluc dalam tahun 1778 dan

diperkenalkan sebagai istilah yang baku oleh HoraceBénédict de Saussure pada tahun

1779. Orang yang mempelajari ilmu geologi disebut geolog atau ahli geologi (Zuhdi,

2019).

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Mineral

termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang

sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang telah diketahui. Senyawa an-organik

biasanya tidak termasuk, namun tahun 1995 The International Mineralogical

Association telah mengajukan definisi baru tentang mineral. Mineral didefinisikan

sebagai suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki struktur

kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi. Klasifikasi modern telah

mengikutsertakan kelas organik ke dalam daftar mineral, seperti skema klasifikasi yang

diajukan oleh Dana dan Strunz.

Mineralogi adalah bagian dari ilmu kebumian yang mempelajari sifat-sifat

kimiawi, srtuktur kristal, sifat fisik termasuk juga sifat optik dari mineral. Pengkajian

yang lebih khusus dalam mineralogi adalah termasuk proses-proses yang terlibat

dalam pembentukan, asal usul, dan klasifikasi mineral, distribusinya secara geografik,

dan juga nilai guna mineral (Kusmiyarti, 2016).

5
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Mineral?

2. Bagaimana pembentukan Mineral?

3. Apa saja jenis-jenis Mineral?

4. Apa saja kegunaan Mineral?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Mineral

2. Untuk mengetahui proses pembentukan Mineral

3. Untuk mengetahui jenis-jenis Mineral

4. Untuk mengetahui kegunaan Mineral

1.4 Ruang Lingkup

Mineral mempunyai banyak sifat fisik untuk menentukan beberapa

karakteristik suatu mineral seperti warna, kilap, belahan, cerat, kekerasan, berat jenis,

system kristal, kelompok mineral, nama mineral, komposisi mineral, genesis,

keterdapatan dan kegunaan mineral. Maka dari itu diadakan praktikum Geologi Fisik

yang dilakukan di Labolatorium Eksplorasi Mineral Departemen Pertambangan Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin dengan acara pertama yaitu pengenalan mineral pada

hari Jumat tanggal 10 September 2021.

6
BAB II

PENGENALAN MINERAL

2.1 Mineral

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Mineral

termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang

sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang telah diketahui. Senyawa an-organik

biasanya tidak termasuk, namun tahun 1995 The International Mineralogical

Association telah mengajukan definisi baru tentang mineral. Mineral didefinisikan

sebagai suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki struktur

kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi. Klasifikasi modern telah

mengikutsertakan kelas organik ke dalam daftar mineral, seperti skema klasifikasi yang

diajukan oleh Dana dan Strunz.

Batu permata kalau ditelaah adalah merupakan campuran dari unsur-unsur

mineral. Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan

memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas. Ada mineral dalam keadaan amorf,

yang artinya tidak mempunyai bangunan dan struktur kristal sendiri, misal kaca dan

opal. Tiap-tiap penkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu

makin tenang dan lambat. Suatu mineral dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati

apabila senyawa tersebut berupa padatan dan memiliki struktur kristal. Senyawa ini

juga harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia tertentu (Kusmiyarti,

2016).

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk secara alamiah, berfase

padat, mempunyai komposisi dan struktur tertentu. Batu bara bukan termasuk mineral,

7
karena berasal dari zat organic. Minyak bumi tidak termasuk mineral karena berfase

cair, salju dan glister termasuk mineral karena berfase padat (Zuhdi, 2019).

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat

secara ilmiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,

dimana atom-atom di dalamnya tersusun mngikuti suatu pola yang sistematis. Mineral

dapat kita jumpai disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah atau pasir yang

diendapkan pada dasar sungai Beberapa dari pada mineral tersebut dapat mempunyai

nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan

untuk di tambang seperti emas dan perak. Mineral kecuali beberapa jenis memiliki

sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang

teratur didalamnya (Sapiie, 2006).

Mineral adalah padatan yang terbentuk secara alami : cairan dan gas, karena

itu dikecualikan. Mineral memiliki spesifikasi komposisi, ini mungkin elemen yang sering

terjadi secara alami misalanya emas (Au), tembaga (Cu) atau berlian (C). Mineral

bagaimanapun biasanya senyawa misalnya kuarsa (SiO4). Pirit (FeS2) atau olivine

(Mg.Fe) 2 [SiO4] dimana perbandingan logam (Fe + Mg) terhadap gugus silikat [SiO4]

adalah 2:1. Mineral memiliki struktut Kristal yang khas dan karna itu mengecualikan

bahan nobn-kristal seperti kaca, misalnya kuarsa adalah sebuah fase umum yang

terbentuk secara alami dengan komposisi sederhana: SiO4, ini membentuk Kristal 6 sisi

memanjang yang berakhir pada suatu titik. Kuarsa adalah komponen penting, misalnya

granit yang terbentuk batu, granit terdiri dari beberapa mineral. Hal ini didominasi eleh

feldspar dan kuarsa (mineral berwarna terang) tetapi juga mengandung sejumlah kecil

mineral gelap (J.Richard Wilson, 2010).

Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alami dengan

komposisi kimia tertentu dan disusun atom teratur, mereka biasanya dibentuk oleh

proses organik. Ada beberapa ribu yang diketahui spesies mineral, sekitar 100

8
diantaranya merupakan komponen mineral batuan ini adalah apa yang disebut mineral

pembentuk batuan. Mineral yang menurut definisi harus dibentuk melalui proses alami,

berbeda dari padanan sintesis yang diproduksi dilaboratorium. Versi buatan manusia

mineral, termasuk zamrud, safir, berlian dan batu permata berharga lainnya. Secara

teratur diproduksi difasilitas industri dan penelitian sering kali hamper identik untuk

rekan alami mereka. Menurut definisinya sebagai padatan homogen, mineral adalah

tersusun dari zatt padat tunggal dengan komposisi seragam yang tidak dapat

dipisahkan secara fisik menjadi lebih sederhana senyawa. Homogenitas ditentukan

relatif terhadap skala yang didefinisikan. Spesimen yang secara megaskopis tampak

homogen, misalnya dapat mengungkapkan beberapa komponen mineral dibawah

mikroskop atau diatas paparan teknik fraksi sinar-x, kebanyakan batu adalah terdiri

dari beberapa mineral yang berbeda, misalnya granit terdiri dari feldspar, mika, kuarsa

dan amfibol. Tambahan gas dan cairan dikecualikan oleh interpretasi yang ketat (John

P.Rafferty,2012).

2.2 Pembentukan Mineral

Secara umum mineral terbagi menjadi dua yaitu mineral berjenis logam dan

mineral non logam. Kedua jenis logam tersebut terbentuk akibat adanya proses

mineralisasi yang berasal dari kegiatan magmatis, mineral ekonomis lain, serta proses

alterasi yaitu mineral yang berasal dari suatu mineral dan telah ada karena faktor

tertentu. Proses pembentukan mineral menurut M. Bateman dibagi menjadi beberapa

proses sehingga menghasilkan mineral tertentu. Proses pembentukan mineral tersebut

antara lain:

1. Proses Magmatis

Sesuai namanya, proses pembentukan mineral ini terjadi di dapur magma

primer sehingga mineral yang terbentuk akan bersifat ultra basa untuk kemudian

9
mengalami pendinginan dan pembekuan hingga membentuk mineral – mineral

bijih dan silikat. Proses pembentukan magmatis sendiri terbagi menjadi 2

macam, early magmatus dan late magmatis.

2. Proses Pegmatis

Pada proses ini larutan sisa magma yang terdiri atas cairan dan gas

mempunyai suhu sekitar 450oC – 600oC. Di tahap ini juga terjadi kumpulan

batuan berupa batuan granit.

3. Proses Pneumatolisis

Pada tahap ini, suhu mineral mulai menurun yaitu sekitar 450 oC – 550oC

dan selanjutnya terjadi akumulasi gas sehingga menghasilkan jebakan

pneumatolisis yang hanya menghasilkan sisa magma dalam bentuk cair.

Terdapat unsur volatile yang bergerak menerobos batuan beku dan juga batuan

yang ada di sekitarnya, hingga akhirnya tercipta mineral karena adanya proses

volatile maupun proses sublimasi dari batuan – batuan yang telah diterobos.

Hasil dari kedua proses tersebut berupa endapan mineral yang disebut mineral

pneumatolitis.

4. Proses Hidrotermal

Proses hidrotermal yaitu proses pembentukan mineral karena adanya

pengaruh dari suhu atau temperatur serta tekanan sangat rendah dan adanya

larutan magma yang sudah terbentuk sebelumnya. Bentuk – bentuk dari

endapan mineral bisa ditemukan sebagai bagian dari proses endapan hidrotermal

yang disebut Cavity Filling.

5. Proses Replacement

Proses ini juga disebut sebagai proses metasomatic replacement yaitu

proses pembentukan endapan – endapan yang berasal dari mineral epigenetik

yang didominasi dengan pembentukan endapan hipotermal dan mesotermal di

10
mana proses ini penting di dalam kelompok epitermal. Pada endapan

metasomatik terdapat mineral bijih yang telah terbentuk dan dikontrol oleh unsur

– unsur sulfida serta didominasi oleh formasi unsur – unsur endapan mineral.

6. Proses Sedimenter

Proses ini menghasilkan endapan yang berasal dari proses pengendapan

beberapa mineral dan telah mengalami pelapukan batuan sebelumnya. Hingga

akhirnya terkumpul dan tersedimentasi di suatu tempat.

7. Proses Evaporasi

Proses evaporasi merupakan suatu proses dari pembentukan mineral yang

terdapat di daerah kering dan juga panas hingga tidak heran jika di daerah ini

proses penguapan sering terjadi. Akibatnya mineral yang terlarut di dalam air

akan tetap tinggal saat penguapan sedang terjadi.

8. Konsentrasi Residu Mekanik

Pada tahap ini terdapat endapan residual yang merupakan hasil dari proses

pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat yang sama. Sehingga dapat

dikatakan jika endapan tersebut tidak mengalami perpindahan menggunakan

media seperti air atau angin. Proses pelapukannya sendiri bisa terjadi secara

kimia dan juga fisika.

9. Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment

Mineral bijih yang berada di dekat permukaan bumi, akan mengalami

pelapukan dan itu disebabkan oleh udara ataupun rembesan dari air. Akibatnya

muncullah pelapukan hingga pelarutan dari batuan di mana batuan tersebut

membentuk padatan yang masif berubah menjadi porus disebut dengan gossam.

Terdapat mineral primer yang mengalami oksidasi sampai dengan batas muka air

tanah atau zona oksidasi. Di zona oksidasi terjadi akumulasi mineral oksida

sekunder limonit yang mempunyai ciri khusus. Selanjutnya terjadi pelarutan

11
garam dan asam sulfat di zona sulfidasi atau daerah di bawah air tanah, di

daerah ini juga terbentuk mineral sekunder.

10. Proses Metamorfisme

Proses metamorfisme ini terjadi perubahan dari suatu mineral menjadi

mineral baru atau menghasilkan mineral yang sama akan tetapi mempunyai sifat

berbeda sebab menyesuaikan dengan keadaan lingkungan yang baru. Contoh

perubahan mineral lama menjadi mineral baru yaitu mineral homblende menjadi

mineral serpentine, sedangkan perubahan mineral lama menjadi mineral sama

dengan sifat berbeda yaitu mineral calcite menjadi mineral calcite kembali namun

dengan sifat yang berbeda.

Gambar 1.1 Proses terbentuknya mineral dan batuan (Dzuhniyyah)

Mineral terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan. Pengkristalan

mineral dari cairan magma adalah dengan urutan tertentu tergantung dari titik

12
pengkristalan masing-masing, demikian juga dengan mineral bijih. Sebagai contoh

mineral Sn (timah) titik pengkristalannya lebih tinggi dari Pb (timbal), atau dengan

kata lain Sn mengkristal lebih dahulu, dari pada Pb. Selain itu, Kristalisasi mineral

didalam magma juga ada yang berdasarkan hokum eutektik ialah bila ada dua atau

lebih mineral yang berbeda titik pengkristalannya kemudia bercampur maka titik

pengkristalannya akan lebih rendah. Pembentukan atau pengkristalan mineral

ditentukan oleh kondisi kimia dan fisik (Tati Budi Kusmiyarti,2016).

2.3 Jenis-Jenis Mineral

Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951) yang mendasarkan pada kemiripan komposisi

kimia dan struktur Kristal karena analisis struktur Kristal dengan sinar X berdasarkan

hukum fyodorov telah membuktikan adanya hubungan anatara komposisi kimia

dengan struktur Kristal. Dana membagi mineral menjadi 8 kelompok sebagai berikut

(Arriqofauqi, 2014) :

1. Native Element (Unsur Murni)

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan

dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada

kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada

umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa

dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat

memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan.

sistem kristalnya adalah isometrik. Contoh mineral dari kelompok Native

Element : emas (Au), perak (Ag), Platina (Pt), tembaga (Cu), bismuth (Bi),

arsenic (As).

2. Sulfida

13
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini

terbentuk dari kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-).

Pada umumnya unsur utamanya adalah logam (metal).Pembentukan mineral

kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah gunung api yang memiliki

kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya terjadi pada tempat-

tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang bercampur dengan

sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh sulfur yang

ada disekitarnya. Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam

karena unsur utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki

tingkat atau nilai kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur

pembentuknya yang bersifat logam. Beberapa contoh mineral sulfides yang

terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit (Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS),

dan Kalkopirit (CuFeS2).

3. Oksida & Hidroksida

Mineral oksida merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi unsur

tertentu dengan gugus anion oksida (O2-). Mineral oksida terbentuk sebagai

akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya

lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras

dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.

Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome, mangan, timah

dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah, korondum

(Al2O3), hematit (Fe2O3), kassiterit (SnO2), Zincite (ZnO), Magnetit (FeFe2O4),

Kalium Nitrat (KNO3),dll

Mineral hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari kombinasi

unsur tertentu dengan gugus hidroksil hidroksida (OH-).Seperti mineral oksida,

mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau persenyawaan unsur-

14
unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi pembentukannya dapat juga

terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti oksida, pada mineral

hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur logam.

4. Halida

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion

halogenelektronegatif, seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki berat

jenis yang rendah (< 5).Contoh mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2),

Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).

5. Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,

umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3

dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang

membentuk batuan sedimen.Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh

endapan bangkai plankton. Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan

pada daerah karst yang membentuk gua (caves).Beberapa contoh mineral yang

termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite (CaMg(CO3) 2, calcite

(CaCO3), magnesite (MgCO3), niter (NaNO3), borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O),

nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).

6. Sulfat

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi

logam dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya

terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian

perlahan- lahan menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah Barite

(BaSO4), Celestite (SrSO4), Anhydrite (CaSO4), angelsit dan Gypsum

15
(CaSO4·2H2O). Juga termasuk didalamnya mineral molybdate (Li2MoO4),

selenate (SeO42–), sulfite (SO32−), dll.

7. Phospat

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya

memiliki kilap kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit Ca5(PO4)3Cl, OH, F,

Vanadine Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8. 4H2O. Vivianit

Fe3(PO4)2.8H2O

2.4 Kegunaan Mineral

Mineral mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai obat untuk mengobati

infeksi, pembuatan alat-alat medis produksi peralatan medis, untuk penerbangan,

rekayasa kelautan, industry dan juga digunakan sebagai bahan pembuatan label listrik,

radiator, konektor serta bahan lainnya untuk kelistrikan (Bonewitz, 2012).

1. Kegunaan Tembaga

Umumnya selain digunakan tanpa bahan campuran lain, tembaga juga

dapat dikombinasikan dengan kuningan, timah, aluminium, maupun silikon. Akan

tetapi, nyatanya tembaga juga dapat berfungsi untuk kabel listrik yang dicampur

dengan kuningan, pipa saluran air, komponen rakitan atau bahkan untuk bahan-

bahan elektronik serta kendaraan roda dua maupun roda empat.

2. Kegunaan Emas

Selain digunakan sebagai perhiasan emas juga memiliki sifat sebagai

penghantar panas dan listrik yang baik, maka tidka heran jika emas pun

dijadikan campuran dalam pembuatan komponen elektronik agar mampu bekerja

maksimal dalam menghantarkan arus listrik.

3. Kegunaan Perak

16
Perak dikenal sebagai bahan dalam pembuatan medali untuk suatu

perlombaan atau ajang penghargaan. Sifat perak yang berupa antiseptik,

antiinflamasi, dan antimikroba menjadikan perak juga bermanfaat dalam bidang

kecantikan maupun kesehatan.

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Kikir baja

Kikir baja merupakan Kikir terbuat dari baja dengan berbagai bentuk dan

ukuran. Kikir dapat digunakan untuk mengubah bentuk dan ukuran benda

kerja, atau dapat juga digunakan untuk proses penyelesaian menghaluskan

permukaan. Pada dasarnya kikir merupakan alat untuk memotong bahan yang

lunak dengan berbagai jenis. Berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui

kekerasan suatu mineral (skala Mohs = 6,5-7).

Gambar 3. 1 Kikir baja

2. Kawat tembaga

17
Tembaga adalah jenis logam dasar yang cukup lunak (dengan ukuran 3 pada

skala Mohs). tidak heran kalau logam ini banyak digunakan dalam berbagai

macam kerajinan. Dalam praktikum Pengenalan Mineral, kawat tembaga

berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui kekerasan suatu mineral

(skala Mohs = 3).

Gambar 3. 2 Kawat tembaga

3. Paku

Paku adalah logam keras berujung runcing, umumnya terbuat dari baja, yang

digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Dalam

praktikum Pengenalan Mineral, paku berfungsi sebagai pembanding untuk

mengetahui kekerasan suatu mineral (skala Mohs = 6-6,5).

Gambar 3. 3 Paku

4. Kaca

Kaca merupakan zat tembus cahaya dan jernih yg terjadi jika tanah kersik

dalam bentuk pasir yg dilebur bersama zat" kimia. Dalam praktikum

18
“Pengenalan Mineral”, paku berfungsi sebagai pembanding untuk mengetahui

kekerasan suatu mineral (skala Mohs = 5,5 - 6).

Gambar 3. 4 Kaca

5. Lup geologi

Lup adalah sebuah lensa cembung yang mempunyai titik fokus yang dekat

dengan lensanya. Benda yang akan diperbesar terletak di dalam titik fokus lup

itu atau jarak benda ke lensa lup tersebut lebih kecil dibandingkan jarak titik

fokus lup ke lensa lup tersebut. Dalam praktikum “Pengenalan Mineral”, lup

geologi digunakan untuk melihat benda-benda yang kecil agar tampak lebih

besar misalnya warna, pecahan, dan lain-lain.

19
Gambar 3. 5 Lup geologi

6. Magnet

Magnet adalah suatu benda yang mampu menarik benda lain di sekitarnya

yang memiliki sifat khusus. Dalam praktikum, magnet digunakan dengan cara

menggantungkannya pada seutas benang. Sedikit demi sedikit mineral

didekatkan pada magnet untuk mengetahui sifat kemagnetan sebuah mineral.

Gambar 3. 6 Magnet

7. Penggaris

20
Penggaris merupakan sebuah alat ukur yang dipakai untuk mengukur besaran

panjang.

Gambar 3. 7: Penggaris

3.1.2 Bahan

1. HCl 0,5 M 30 ml

Asam klorida (HCl) adalah senyawa kimia bersifat asam kuat, yang terdiri dari

ikatan kimia antara atom hidrogen dan atom klorin. Digunakan sebagai

pereaksi pada batuan untuk membuktikan batuan kalsit. Apabila direaksikan

pada kalsit, akan menghasilkan buih/gelembung.

21
Gambar 3. 8 HCl 0,1 M 30 ml

2. Pulpen

Digunakan untuk menulis hasil pengamatan.

Gambar 3. 9 Pulpen

3. Pensil

Digunakan untuk menulis dan menggambar data hasil pengamatan.

Gambar 3. 10 Pensil

4. Pensil warna

22
Digunakan untuk mewarnai gambar.

Gambar 3. 11 Pensil warna

5. Lembar deskripsi mineral 15 lembar

Sebagai tempat pencatatan data-data dari sifat fisik ketika melakukan

praktikum.

Gambar 3. 12 Lembar deskripsi mineral

6. Lembar patron Praktikum Geologi Fisik 15 lembar

23
Sebagai tempat untuk mencatat jawaban soal-soal pendahuluan sebagai

pendahulu dalam melakukan praktikum.

Gambar 3. 13 Lembar patron

7. Buku Rock and Mineral (Per kelompok)

Merupakan salah satu buku pedoman yang digunakan untuk mendeskripsikan

mineral.

Gambar 3. 14 Buku Rock and Minerals

3.2 Tahapan Praktikum

24
Tahapan praktikum pengenalan mineral, yaitu :

1. Praktikan dijelaskan tentang definisi mineral beserta sifat fisik dan cara

mendeskripsikan mineral.

2. Praktikan mendeskripsikan mineral yang telah disediakan dengan menggunakan

alat deskripsi mineral yang telah dibawa.

3. Setelah melakukan deskripsi mineral, praktikan membuat laporaan sementara

mengenai pengenalan mineral.

25
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Sifat-Sifat Fisik Mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik

mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral

tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), cerat (streak), belahan

(cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam

(tenacity), dan kemagnetan.

Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Kilap adalah kesan mineral

akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu

kilap logam dan kilap bukanlogam. Kilap logam memberikan kesan seperti logam bila

terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung

logam atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan-logam tidak

memberikan kesan seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan

menjadi:

1. Kilap kaca (vitreous luster) memberikan kesan seperti kaca bila terkena cahaya,

misalnya: kalsit, kuarsa, halit.

2. Kilap intan (adamantine luster) memberikan kesan cemerlang seperti intan,

contohnya intan

3. Kilap sutera (silky luster) memberikan kesan seperti sutera, umumnya terdapat

pada mineral yang mempunyai struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gypsum.

4. Kilap damar (resinous luster) memberikan kesan seperti damar, contohnya:

sfalerit dan resin.

26
5. Kilap mutiara (pearly luster) memberikan kesan seperti mutiara atau seperti

bagian dalam dari kulit kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit, dan tremolit.

6. Kilap lemak (greasy luster) menyerupai lemak atau sabun, contonya talk,

serpentin.

7. Kilap tanah kenampakannya buram seperti tanah, misalnya: kaolin, limonit,

bentonit.

Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relative

sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs, yang dimulai dari skala 1

yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras. Skala Mohs

tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4) fluorit, (5) apatit, (6) feldspar, (7)

kuarsa, (8) topaz, (9) korundum, dan (10) intan.

Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau

berbeda dengan warna mineral. Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan

kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin.

Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata

dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi: (a) pecahan konkoidal, bila

memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan (Gambar 4.1); (b)

pecahan berserat/fibrus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya

asbes, augit; (c) pecahan tidak rata, bila memperlihatkan permukaan yang tidak

teratur dan kasar, misalnya pada garnet; (d) pecahan rata, bila permukaannya rata

dan cukup halus, contohnya: mineral lempung; (e) pecahan runcing, bila

permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral

kelompok logam murni; (f) tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya

mineral lempung.

27
4.2 Deskripsi Sifat Mineral pada Stasiun Praktikum

4.2.1 Kalsit

Berdasarkan deskripsi pada stasiun pertama, kami mendapati bahwa warna

mineral tersebut ernih atau putih, abu-abu, kuning dan hijau, kilap non logam, sistem

kristal trigonal heksagonal, pembelahan sempurna, pecahan konkoidal, kekerasan tiga,

berat jenis 2.71 g/cm, dan cerat putih.

Gambar 4.2.1 Kalsit

Gambar 4.2.1 Kalsit

4.2.2 Arsenik

Pada stasiun ini kami mendapat data bahwa mineral ini berwarna hitam, kilap

logam, sistem kristal rhombohedral, belahan sempurna, pecahan kasar (uneven)

kekerasan 2,5 , berat jenis 5.6 dan cerat berwarna hitam.

28
Gambar 4.2.2 Arsenik

4.2.3 Fluorit

Mineral ini berwarna kuning, kilap logam, dan sistem kristal isometrik.

Pembelahan sempurna, dan pecahan tidak halus (uneven). Mineral ini memilliki

kekerasan 4, berat jenis 34,34, dan cerat berwarna cokelat.

Gambar 4.2.3 Fluorit

4.2.4 Limestone (Batu Gamping)

Pada stasiun ini, kami mendapati data-data seperti warna putih dan warna

lapuk putih kecokelatan. Kilap non logam, sistem kristal orthorombik, pembelahan

29
sempurna pecahan halus, kekerasan 5,47, berat jenis 34,6 dan ceratnya berwarna

putih keabu-abuan.

Gambar 4.2.4 Limestone

4.2.5 Pirit

Ketika kami lakukan pengamatan pada sampel ini dan kami memperoleh data

bahwa sampel ini berwarna segar kuning, berwarna cokelat ketika lapuk. Kilap dari

mineral ini adalah kilap logam, belahan sempurna, pecahan , sistem kristal isometrik,

berat jenis 4.95–5.10, pecahan/fraktur kasar dan tidak jelas, kekerasan 6–6.5 dan

cerat berwarna hitam.

30
Gambar 4.2.5 Pirit

4.2.6 Kromit

Mineral ini berwarna abu-abu dengan kilap logam. Sistem kristal orthorombik,

pembelahan tidak sempurna dan tidak terlalu jelas. Kekerasan dari mineral ini adalah

6,5. Dengan berat jenis 25,60 dan cerat berwarna hitam.

Gambar 4.2.6 Kromit

31
4.2.7 Uranit

Di stasiun terakhir kami mendapatkan data bahwa mineral ini berwarna hitam,

kilap logam, sistem kristal kubik, belahan tanpa perbedaan, pecahan konkoidal sampai

uneven, kekerasan 5,5 , berat jenis 10,63-10,95, dan cerat berwarna hitam. Mineral ini

terdapat pada alluvial yang mengandung uranium oksida dan digunakan sebagai bahan

radioaktif untuk pembuatan nuklir.

Gambar 4.2.7 Uranit

32
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Mineral

termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat

yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang telah diketahui.

2. Mineral terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan. Pengkristalan

mineral dari cairan magma adalah dengan urutan tertentu tergantung dari titik

pengkristalan masing-masing, demikian juga dengan mineral bijih.

3. Dana membagi mineral menjadi 8 kelompok yaitu Native Element (Unsur

Murni), Sulfida, Oksida & Hidroksida, Sulfat, Phospat, dan Silikat.

4. Mineral mempunyai banyak kegunaan diantaranya sebagai obat untuk

mengobati infeksi, pembuatan alat-alat medis produksi peralatan medis, untuk

penerbangan, rekayasa kelautan, industry dan juga digunakan sebagai bahan

pembuatan label listrik, radiator, konektor serta bahan lainnya untuk kelistrikan

5.2 Saran

Untuk memperluas pengetahuan tentang mineral kita harus mempelajari dan

memahami maksud dari mineral dan mampu mengidentifikasi nama batuan mineral

berdasarkan sifat fisik yang dimiliki dan determinasinya di kehidupan sehari-hari.

33
DAFTAR PUSTAKA

Bonewitz R.L, 2012, Nature guides Rocks and Minerals. USA : smithsonian

Graha, Doddy Setya. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung.

John p, Rafferty, 2012, Minerals. New York : Britannica Educational Publishing

J. Richard Wilson, 2010, Minerals and Rocks. Ventus Publishing ApS

Sapiie, B, 2006, modul praktikum geologi dasar. Jakarta : Erlangga

Tati Budi Kusmiyarti, 2016, Buku ajar Agrogeologi dan Lingkungan Denpasar:

Universitas Udayama

Zuhdi, M., 2019. Buku Ajar Pengantar Geologi. Mataram: Duta Pustaka Ilmu.

34

Anda mungkin juga menyukai