DI SUSUN OLEH :
NAMA : MULIADI
NIM : 150160067
PRODI : ARSITEKTUR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian
yang berjudul “Analisis Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Pesisir
Peudawa Aceh Timur Sebagai Areal Kawasan Konservasi Mangrove dan Tuntong
Laut (Batagur borneoensis)” tepat pada waktunya. Selawat dan salam penulis
sanjungkan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa
manusia dari alam kebodohan kealam penuh dengan ilmu pengetahuan. Skripsi
ini disusun berdasarkan hasil pengetahuan berdasarkan pemahaman dan
pembelajaran pada Ruang Terbuka Hijau. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis.
Pada kesempatan yang baik ini penulis dengan ketulusan hati mengucapkan
terimakasih yang sedalamnya kepada :
1. Bapak HENDRA AIYUB, S.T., M.T, selaku Ketua Program Studi Arsitektur
2. Bapak Ar., EFFAN FAHRIZAL, ST., M.T., IAI selaku Pembimbing Utama
yang telah memberikan banyak dukungan, bimbingan dan koreksi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu YENNY NOVIANTI, ST.,MT, selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan masukan dan saran agar tata bahasa dalam penulisan skripsi
menjadi terarah dan benar.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan dimasa akan datang dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah senantiasa membimbing kita kejalan
yang benar, Amin.
Lhokseumawe, 01 November 2022
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2 Alat dan bahan .................................................................................................. 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 38
3.3.1 Pengumpulan Data Primer ................................................................................ 38
3.3.2 Pengumpulan Data Sekunder ........................................................................... 38
3.4 Pengolahan dan Analisis Data........................................................................... 39
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................................ 39
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Menurut data studi yang diberikan oleh pemerintah Aceh Timur pada tahun
2020, jumlah lahan yang ditutupi oleh hutan mangrove di Aceh Timur telah
mencapai tingkat kekritisan yang tinggi. Hutan mangrove Aceh Timur, 49,85%
lahan (36,064 ha) dianggap dalam kondisi sangat kritis, 39,72% (28,729 ha)
dianggap dalam kondisi kritis, dan hanya 10,43% (7,548 ha) yang tidak dianggap
dalam kondisi kritis. Kerusakan hutan mangrove mengakibatkan penurunan
kualitas hidup ekosistem didalamnya.
Salah satu satwa yang hidup dalam ekosistem hutan mangrove adalah kura-
kura air tawar Tuntong Laut (Batagur borneoensis) yang termasuk dalam kelas
reptilia dan berada di ambang kepunahan. Organisasi lingkungan dunia yang
dikenal sebagai International Union for the Conservation of Nature (IUCN)
menjelaskan bahwa tuntong laut menempati peringkat ke-25 dari 327 spesies di
dunia yang masuk dalam kategori Critically Endangered (terancam kritis/punah),
dan di Indonesia termasuk dalam satwa yang dilindungi berdasarkan PP no. 7
Tahun 1999. Perairan di sepanjang pesisir hutan mangrove adalah habitat bagi
tuntong laut karena memiliki tingkat salinitas yang tidak terlalu tinggi. penyebaran
habitat tuntong laut di wilayah sumatera hanya ada di daerah pesisir tamiang dan
Rusaknya hutan mangrove di wilayah peudawa mengakibatkan status hidup
tuntong laut semakin mengkhawatirkan. Karena itu peneliti berinisiatif untuk
melakukan Analisis terhadap potensi ruang terbuka hijau di wilayah pesisir
peudawa sebagai areal kawasan konservasi. Ekosistem mangrove memiliki
potensi untuk dikembangkan menjadi Ruang Terbuka Hijau, selain berfungsi
sebagai habitat alami hidup tuntong laut, kerang-kerangan, kepiting, udang, ikan,
burung dan satwa lainnya juga memanfaatkan ekosistem mangrove sebagai habitat
berkembangbiak secara alami. Pemanfaatan kawasan mangrove sebagai kawasan
konservasi tidak hanya melindungi satwa endemik tuntong laut tetapi juga
berbagai satwa liar lainnya.
Pemeliharaan dan perluasan sumber daya alam dan ekosistem memainkan
peran penting dalam konsep pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Komponen-komponen sumber daya alam hayati dan ekosistem saling
mempengaruhi, dan apabila salah satu komponen tersebut terganggu maka dapat
3
LATAR BELAKANG
Kawasan konservasi di wilayah pesisir dalam skala yang luas dapat
mengantisipasi dampak yang ditimbulkan oleh pengembangan kawasan
industri perikanan sehingga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat dan
berpotensi sebagai kawasan eco wisata
TUJUAN PENELITIAN
Mengindentifikasi kriteria dan mengetahui tingkat
kesesuaian lokasi untuk pengembangan kawasan
konservasi di wilayah pesisir
6
7
pohon. Tempat hijau dapat berupa publik atau pribadi. Selain itu, setiap orang
bebas memasuki ruang terbuka hijau publik kapan pun mereka mau, tanpa
memandang waktu. Ruang hijau pribadi, di sisi lain, sangat dibatasi dan hanya
dapat dikunjungi oleh pengelola. Ruang hijau adalah istilah lain yang sering
digunakan untuk menyebut penggunaan lahan yang memiliki struktur vegetatif.
Beberapa contoh penggunaan lahan tersebut antara lain taman, jalur hujan, ruang
terbuka, warisan alam atau lingkungan, lahan kosong, atau properti konservasi
(Mehdi et al., 2017).
Ruang terbuka hijau (RTH) secara fisik dapat dibagi menjadi dua kategori:
ruang terbuka hijau alami, yang meliputi habitat alam liar, kawasan lindung, dan
taman nasional; dan membangun ruang terbuka hijau, yang meliputi taman,
lapangan olah raga, kuburan, dan jalan hijau. Menurut fungsi yang dapat
dilakukan oleh ruang terbuka hijau, antara lain fungsi lingkungan, sosial budaya,
arsitektur, dan ekonomi. Ruang terbuka hijau, baik publik maupun pribadi,
memiliki berbagai fungsi penting, termasuk fungsi ekologis, di samping fungsi
lain, termasuk kegunaan estetika, ekonomi, arsitektur, dan sosial budaya.
bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat, termasuk aksesibilitas bagi mereka
yang memiliki keterbatasan fisik. Sebagai pedoman dalam mengklasifikasikan
banyak jenis ruang terbuka hijau. Berikut adalah tipologi ruang terbuka hijau.:
Tabel 2.1 Tipologi RTH Sebagai Arahan Dalam Penentuan Jenis RTH
Sumber : Skripsi Nur Rizky, 2018
8
a. Penghuni dapat terlibat dalam bentuk rekreasi yang menuntut fisik, seperti
olahraga dan berkebun, di RTH karena dirancang sebagai ruang rekreasi
untuk mereka gunakan.
b. Sebagai tempat kerja, seperti tanah yang digunakan oleh perusahaan yang
mengkhususkan diri dalam tanaman yang menarik, yang dapat digunakan
untuk menyediakan satu dengan cara subsisten. Sebagai ruang
pemeliharaan, yaitu ruang yang mengelola pemeliharaan sungai atau
selokan sebagai koridor kota.
c. Dalam kapasitas ruang keamanan, yang melindungi seseorang atau barang
dari ancaman potensial, seperti jalur instalasi militer, pembangkit listrik,
atau area penyangga.
d. Sebagai ruang untuk mendukung pelestarian dan keamanan lingkungan
alam, sebagai kawasan konservasi atau pelestarian alam untuk
mengamankan kemungkinan erosi dan longsor melindungi bantaran sungai,
melestarikan daerah resapan air, atau abrasi air laut; sebagai ruang untuk
mendukung pelestarian dan keamanan lingkungan alam; sebagai ruang
untuk mendukung pelestarian dan keamanan lingkungan alam..
Karakteristik RTH
Tipologi kawasan
Fungsi utama Penerapan kebutuhan RTH
Pesisir pengamanan wilayah berdasarkan luas wilayah
pantai berdasarkan fungsi tertentu
sosial budaya
Pegunungan konservasi Tanah berdasarkan luas wilayah
konservasi air berdasarkan fungsi tertentu
Tabel 2.2 Fungsi dan penerapan RTH pada beberapa tipologi kawasan
Sumber : Skripsi Nur Rizky, 2018
2.2 Mangrove
Ekosistem mangrove yang sangat luas merupakan salah satu kekayaan alam
Indonesia yang telah memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa sebagai
negara maritim. Diperkirakan bahwa ekosistem mangrove mencakup area total
antara 2,5 dan 4,5 juta hektar, menjadikannya yang terbesar dari jenisnya di dunia.
Luas mangrove yang ditemukan di Indonesia lebih luas dari Brazil (1,3 juta ha),
Nigeria (1,1 juta ha), dan Australia (0,97 juta ha). Kesejahteraan biologis, fisik,
dan ekonomi masyarakat pesisir meningkat secara signifikan dengan adanya
kawasan ekosistem mangrove.
Ada enam aplikasi praktis yang berbeda untuk mangrove, yaitu sebagai
berikut :
1. Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2. Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi
3. Menahan badai atau angin kencang dari laut
4. Menahan hasil proses penimbunan lumpur sehingga membentuk dataran
lahan baru.
5. Sebagai penyangga dan penyaring air laut menjadi air payau.
Mengubah limbah beracun, menghasilkan O2 dan menyerap CO2. Adapun
manfaat mangrove dari segi biologi yaitu :
a. Mengurai bahan organik menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme
seperti plankton sehingga berperan penting untuk rantai makanan
b. Tempat memijah dan berkembangbiak ikan, kerang, udang dan kepiting
12
Telah ditentukan melalui penelitian bahwa provinsi Aceh adalah rumah bagi
tujuh varietas vegetasi mangrove yang berbeda. Varietas tersebut adalah sebagai
berikut: Bruguiera cylindrica, Exocoecaria agallocha, Rhizophora apiculata,
Rhizophora stylosa, Sonneratia alba, dan Sonneratia ovata. Secara total, ada tujuh
bentuk vegetasi mangrove yang berbeda, yang dapat dikategorikan ke dalam tiga
kelompok berbeda (Pemerintah Aceh Timur, 2020).
13
Jumlah -----------------------
Pohon itu memiliki akar lutut dan akar papan yang memanjang ke samping
di pangkal pohon, dan tingginya kadang-kadang bisa mencapai 23 meter. Pohon
itu selalu hijau. Kulitnya berwarna abu-abu kusam, agak halus, dan memiliki
beberapa lentisel yang tersebar di seluruh.
1. Daun Bagian bawah memiliki rona antara kuning dan hijau sedangkan
permukaannya hijau cerah, Unit Tata Letak yang Sederhana dan
berlawanan, Bentuk elips, Ujungnya agak miring ke dalam dan Ukuran
7-17x2-8cm.
2. konsentrasi bunga muncul di ujung tandan (panjang tandan 1-2 cm). Rambut
putih biasanya terlihat di permukaan sisi luar bunga bawah, Letakkan di
dekat ujung tangkai bunga atau di lekukan tandan bunga.
3. Buah hipokotil memanjang dan berbentuk silinder. Ini sering memiliki
penampilan kurva hijau di dekat pangkal buah dan hijau ungu di ujungnya.
Pangkal buah terhubung dengan kelopak bunga dan hipokotil dapat tumbuh
dengan panjang 8 hingga 15 sentimeter atau diameter 5 hingga 10
milimeter.
4. Ekologi Biasanya membentuk koloni besar dan dapat ditemukan baik di
tanah liat yang terletak di belakang zona Avicennia atau di tengah vegetasi
bakau yang memanjang ke arah laut. Spesies ini juga memiliki kemampuan
untuk tumbuh di tanah atau substrat yang baru diproduksi, meskipun
varietas lain tidak ideal untuk itu. Karena mampu tumbuh di tanah liat, jenis
15
pohon ini sangat bergantung pada akar nafasnya untuk mendapatkan jumlah
oksigen yang sesuai dan sangat sensitif terhadap banjir yang berlangsung
dalam jangka waktu yang lama.
Pohon kecil yang kehilangan daunnya di musim gugur dan dapat tumbuh
setinggi 15 meter. Kulit batangnya halus dan berwarna abu-abu, tetapi memiliki
tonjolan di sekujurnya. Akar cenderung menjadi kusut dan tertutup lentisel ketika
menyebar di sepanjang permukaan tanah. Getah berwarna putih dan lengket
terdapat pada batang, cabang, dan daun tanaman, serta berpotensi mengiritasi kulit
dan mata.
1. Daun awalnya berwarna hijau tua, tetapi pada akhirnya akan berubah warna
menjadi merah bata sebelum rontok. Pinggir daun sedikit bergerigi dan
terdapat dua kelenjar di pangkal daun. Tata Letak Sederhana Persimpangan
unit. Bentuk elips, Sebuah titik yang meruncing, Ukuran 6.5-10.5 x 3.5-5
cm.
2. Bunga tidak akan pernah memiliki bunga jantan dan betina itu hanya dapat
memiliki satu atau yang lain. Bunga jantan biasanya tidak memiliki tangkai
dan terasa lebih kecil dari rekan betinanya. Mekar jantan juga cenderung
lebih tersebar di seluruh tandan. Tandan bunga jantan bisa mencapai
panjang 11 sentimeter dan memiliki penampilan hijau yang tajam, tersebar
16
Pembentukan butir harus terjadi di ketiak daun. Corolla yang berwarna hijau
dan putih. Kelopak bunga yang berwarna hijau kekuningan. Benang sari 3
berwarna kuning.
3. Buah berbentuk bola dan memiliki tiga tonjolan, berwarna hijau,
permukaannya mirip kulit, dan mengandung biji berwarna coklat tua.
Diameternya berkisar antara 5 hingga 7 mm.
4. Ekologi Agar tumbuh subur, tanaman ini harus mendapatkan dosis air yang
konsisten sepanjang tahun. Dalam kebanyakan kasus, mangrove dapat
ditemukan di daratan di atas garis pasang, tetapi mereka juga dapat
ditemukan di pinggiran daratan. Keuntungan Sakit gigi dan edema dapat
diatasi dengan menggunakan akar secara topikal. Ukiran biasanya dilakukan
pada kayu. Karena memiliki bau yang tidak sedap saat digunakan untuk
memasak, kayu tidak dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar.
Dimungkinkan untuk membuat kertas berkualitas tinggi dari kayu, yang
merupakan salah satu dari banyak kegunaannya. Dimungkinkan untuk
membunuh ikan dengan getah. Penting untuk dicatat bahwa getah putih
beracun dan dapat menyebabkan kebutaan sementara, seperti namanya,
yaitu kebutaan.
1. Daun yang telah dikupas dan memiliki gagang daun berwarna hijau yang
panjangnya berkisar antara 2,5 hingga 5,5 sentimeter. Daun pinak dengan
ukuran berkisar antara 5,5 hingga 8,5 sentimeter, terdapat di pangkal tangkai
daun. Lokasi Unit, dan di seberangnya. Bentuk elips melebar menjadi
bentuk bulat memanjang. Tepi dengan Ukuran Lancip 11-23 x 5-13 cm.
2. Gagang Bunga Kepala bunga berbentuk seperti garpu, memiliki dua jenis
kelamin, dan dihubungkan dengan tangkai bunga terpisah yang panjangnya
berkisar antara 2,5 cm sampai 5 cm. Taruh di ketiak daun. Pembentukan
Kelompok (4-8 bunga per kelompok). 4 helai daun mahkota berwarna putih
dan panjang rambut 9 milimeter. Kelopaknya empat, kuning muda, dan
panjangnya antara 13 dan 19 milimeter. Benang sari 8 tak bertangkai.
3. Buah berbentuk oval atau telur panjang, berukuran 5-7 sentimeter, berwarna
hijau, sering kasar di pangkal, dan berisi satu biji. berbentuk silindris, kasar,
dan bernodul hipokotil. Saat dewasa, leher Cotylodon berwarna kuning.
Panjang hipokotil dapat berkisar antara 36 hingga 70 sentimeter dan
diameternya hanya 2 hingga 3 sentimeter.
4. Ekologinya terletak di wilayah yang sama dengan R. apiculata, meskipun
lebih tahan terhadap substrat dan pasir yang lebih keras. Tumbuh
berkelompok, biasanya dekat atau di dasar sungai pasang surut dan di
sekitar muara sungai; sangat jarang tumbuh di daerah yang letaknya jauh
dari air pasang. Kondisi terbaik untuk pertumbuhan ditemukan di tempat
yang sering terendam air dan di tanah yang banyak mengandung humus. Ini
adalah salah satu bentuk mangrove yang paling banyak didistribusikan dan
signifikan secara ekonomi.
abu hingga hitam. Ini juga mengandung akar udara yang tumbuh dari cabang
bawah dan akar tunggang yang dapat tumbuh hingga 3 meter.
pantai atau di bagian daratan mangrove. Batas hutan bakau pada suatu pulau
atau substrat karang merupakan contoh jenis relung yang dapat diisi oleh
organisme ini. Mempertahankan kapasitasnya untuk menghasilkan bunga
dan buah sepanjang tahun. Penyerbukan kemungkinan besar dilakukan oleh
angin. Manfaat Sebagai komponen konstruksi, dalam produksi arang dan
kayu bakar.
Pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian 10 meter dan memiliki satu
batang atau lebih. Kulitnya bersisik, berlubang, dan warnanya bervariasi dari abu-
abu hingga hitam. Ini juga mengandung akar udara yang tumbuh dari cabang
bawah dan akar tunggang yang dapat tumbuh hingga 3 meter.
total empat dan panjangnya berkisar antara 13 hingga 19 mm. 8 benang sari
dan putik yang panjangnya 4-6 milimeter.
3. Buahnya panjangnya antara 2,5 sampai 4 sentimeter, berbentuk buah pir,
dan berwarna coklat. Silinder dan hanya sedikit bernodul, hipokotil. Saat
dewasa, leher Cotylodon berwarna kuning kehijauan. Panjang hipokotil
berkisar antara 20 hingga 35 sentimeter, sedangkan diameternya berkisar
antara 1,5 hingga 2,0 sentimeter.
4. Ekologi Dapat ditemukan tumbuh di berbagai lingkungan, termasuk lumpur,
pasir, dan batu di daerah pasang surut. Menyukai dasar sungai pasang surut,
tetapi juga dapat ditemukan bertindak sebagai spesies pionir di lingkungan
pantai atau di bagian daratan mangrove. Batas hutan bakau pada suatu pulau
atau substrat karang merupakan contoh jenis relung yang dapat diisi oleh
organisme ini. Mempertahankan kapasitasnya untuk menghasilkan bunga
dan buah sepanjang tahun. Penyerbukan kemungkinan besar dilakukan oleh
angin.
Pohon yang menyandang daun yang selalu hijau dan dapat mencapai
ketinggian 15 meter. Kulit kayu berkisar dari putih gelap hingga warna coklat dan
memiliki retakan halus yang memanjang. Di bawah tanah, akarnya berbentuk
kabel, dan di permukaan muncul sebagai akar pernapasan yang memiliki
penampilan kerucut tumpul dan dapat tumbuh hingga ketinggian 25 sentimeter.
1. Daun Panjang tangkai atau tangkai daun berkisar antara 2 sampai 15 mm.
Unit Tata Letak Sederhana berlawanan. Ovoid adalah bentuknya. Ujungnya
membulat. Ukuran: 4-10 x 3-9 cm.
2. Bunga Tangkai bunga, juga dikenal sebagai tangkai bunga, tegak dan
panjangnya berkisar antara satu hingga dua sentimeter. Kuncup bunga
memiliki bentuk lonjong yang lebar dan memiliki banyak tonjolan di
atasnya. Letakkan di akhir daftar. Pengelompokan soliter datang bersama
(ada 1-3 bunga per kelompok). Tidak ada satu pun daun mahkota. Warna
merah dapat dilihat pada kelopak terdalam. Panjangnya berkisar antara 2,5
hingga 4,5 sentimeter. Pegangannya pendek dan tabung yang muncul
darinya terlihat seperti mangkuk. Organ reproduksi jantan, yang dikenal
sebagai benang sari, berlimpah, berwarna putih, dan mudah dikeluarkan.
3. Buah Berbentuk bola, bagian bawah ditumbuhi kelopak bunga, sedangkan
bagian atasnya ditempeli batang. Dari segi ukuran, hampir identik dengan S.
alba. Ukuran buah berdiameter 3-5 cm.
23
4. Ekologi Tumbuh di sepanjang tepi sungai yang lebih kecil dan di tepi hutan
bakau, di mana airnya kurang asin dan tanahnya berlumpur, dan di mana
pasang surut berpengaruh pada tanah. Jangan pernah mencoba untuk
berkembang pada substrat karang. Bunganya mekar di berbagai waktu
sepanjang tahun. Buahnya yang masih muda dapat dikonsumsi sebagai
rujakan, yang merupakan salah satu manfaat kayu bakar.
Menurut berbagai deskripsi, ada tiga jenis mangrove yang berbeda. Ini
termasuk Rhizopora mucronata, Avicennia marina, dan Avicennia alba. Ada
1733,3 individu per hektar untuk setiap spesies, 100 individu per hektar, dan
766,7 individu per hektar. Tegakan mangrove memiliki luas 57,3 hektar dan
memiliki kapasitas menyimpan CO2 setara dengan 31.183 ton karbon per hari.
Total kandungan karbon tegakan mangrove adalah sekitar 8.496,7 ton karbon.
Ukuran tubuh tuntong laut bisa beragam dari sedang hingga besar,
sedangkan panjang tempurung tuntong bisa mencapai maksimal satu meter, meski
kebanyakan hanya sekitar setengah panjangnya. Panjang tubuh tuntong betina
bisa mencapai 60 sentimeter, sedangkan ukuran rata-rata jantan berkisar antara 30
hingga 40 sentimeter. Lebar badan tuntong kira-kira 50 sentimeter, dan beratnya
kira-kira 20 kilogram. Pada umumnya tuntong betina berukuran lebih besar dari
pada jantan. Tuntong laut didominasi warna coklat muda, sedangkan bagian
belakang tuntong laut berwarna gading atau warna coklat kehijauan muda dengan
bintik-bintik yang tersusun sebagai tiga garis hitam yang memanjang di tengah
lempeng kosta dan tulang belakang. Orang-orang diketahui muncul dengan
hampir seluruh punggung mereka tertutupi warna hitam. Bagian atas kepala
tuntong jantan ditandai dengan garis merah lebar, dan pipi spesies ini berwarna
putih. Perisai yang terletak di perut berwarna krem, dan tidak memiliki garis atau
bintik di atasnya. Rahang atas tuntong bergerigi, kaki depan tuntong memiliki
lima cakar, sedangkan kaki belakang tuntong memiliki empat cakar, dan bagian
depan hidung tuntong sedikit condong ke atas. Panjang telur tuntong kurang lebih
5 sentimeter, sedangkan ketebalannya berkisar antara 3 sampai 4 sentimeter.
Tuntong laut adalah spesies herbivora, yang berarti bahwa itu adalah hewan
yang hanya memakan tumbuhan. Di lingkungan alaminya, makanan utama
tuntong laut terdiri dari buah pohon bakau, tanaman yang jatuh ke sungai, pucuk,
25
dan tanaman liar yang tumbuh di tepi sungai. Tuntong sangat bergantung pada
rumput sungai sebagai salah satu sumber nutrisi utama mereka. Telah diamati
bahwa tuntong laut kadang-kadang memakan sampah yang dibuang ke sungai
oleh penduduk setempat. Saat dipelihara di penangkaran, tuntong dapat diberi
makan berbagai sayuran, termasuk bayam, kubis, bok choy, sawi, selada, dan
eceng gondok. (Guntoro, 2012).
khususnya tuntong laut. Tuntong laut sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan
yang tercemar, serangan predator, dan aktivitas yang dilakukan manusia. Jasa
ekologis yang diberikan oleh mangrove mampu meningkatkan peran dan
fungsinya sehingga lebih efektif dalam mencegah masuknya bahan pencemar
yang disebabkan oleh sampah organik. Selain berfungsi sebagai sumber makanan
dan perlindungan dari predator berbahaya, mangrove memainkan peran penting
bagi penyu dalam proses aklimatisasi air salinitas tinggi karena membantu
mengendalikan tingkat kematian. agar tongtong laut dapat hidup di sungai dan
muara yang memiliki tingkat keasinan yang rendah. perubahan struktur,
komposisi, dan fungsi tuntong laut dapat terjadi akibat kerusakan mangrove
(Saputra, 2019).
dari sejumlah faktor yang berbeda. Penangkapan dan perburuan ilegal adalah
salah satu penyebab utamanya. Ada banyak orang yang tinggal di sini yang
menangkap tuntong dan kemudian membawa telurnya untuk dijual di pasar lokal.
Isu kedua adalah penipisan hutan bakau, yang disebut tuntong sebagai rumah
tetapi dibuka untuk penggunaan lain. Salah satu sumber nutrisi terpenting bagi
tuntong adalah buah yang dijatuhkan dari pokok anggur (Sonnetaria caseolaris).
Mereka berisiko kehilangan akses ke pasokan makanan mereka jika hutan bakau
rusak. Selain itu, terganggunya ekosistem mangrove dapat berdampak negatif
terhadap rantai makanan dan ekologi kawasan sekitarnya. Hal ini karena tuntong
berperan penting dalam penyebaran bibit pohon dewasa. Kecelakaan yang terjadi
saat kontak dengan manusia masih memberikan risiko lain dan dapat
menyebabkan gangguan. Tuntong rentan terjerat jaring ikan, terjerat mata kail,
atau bahkan mati tertimpa baling-baling perahu (Guntoro, 2012).
2.5 Konservasi
Ilmu konservasi dikembangkan untuk membantu proses konservasi.
Konservasi in-situ mengacu pada kegiatan yang dilakukan di dalam habitat alami
organisme, sedangkan konservasi ex-situ mengacu pada kegiatan yang dilakukan
di luar habitat alami organisme. Kedua jenis konservasi tersebut berada di bawah
payung istilah "perlindungan lingkungan". Yang dimaksud dengan "konservasi"
adalah setiap tindakan yang dilakukan untuk melindungi alam dengan
memperhatikan keuntungan yang dapat diperoleh dan memastikan bahwa setiap
komponen alam tetap ada sehingga dapat digunakan secara berkelanjutan. dan
bermanfaat di masa yang akan datang (Irmawati et al., 2017).
Menurut International Union for the Conservation of Nature (IUCN),
populasi ikan tuna laut (Batagur borneoensis) termasuk dalam kategori kritis (CR,
Critically Endangered). Sebagai akibat langsung dari hal ini, pemerintah Indonesia
telah menetapkan tuntong laut sebagai spesies yang layak mendapat prioritas
tinggi dalam upaya konservasi. Selain itu, pelestarian hewan dan tumbuhan diatur
dalam “Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999”, dan lampiran yang memuat
tuntong laut merupakan bagian dari undang-undang tersebut. Dalam komunitas
ilmiah, ada anggapan bahwa perilaku manusia, bukan proses alami, adalah
28
penyebab utama kerusakan alam. Menyikapi hal ini, saran bahwa mengubah
perilaku manusia sangat penting untuk menyelamatkan tuna laut di habitat aslinya,
mengubah perilaku, memberlakukan pembatasan ketat, dan meningkatkan
kesadaran publik dianggap penting. Pemantauan terus menerus dan tindakan
penyelamatan proaktif, seperti pemantauan tempat berkembang biak tuntong dan
mengerami telur di lokasi yang aman, dapat mempromosikan konservasi spesies
tuna laut. Metode-metode tersebut antara lain dijelaskan di bawah ini. Mengingat
pentingnya peran hutan mangrove dalam menjamin kelangsungan hidup tuntong
laut, maka konservasi hutan mangrove menjadi sangat penting (Guntoro, 2012).
1. Mutia Sari Di pesisir Samatiga Teknik deskriptif, yang Nilai indeks kelestarian hutan mangrove di
Aceh Barat telah memerlukan penulisan pesisir Aceh Barat secara multidimensi
(2014)
dilakukan analisis deskripsi sistem dan cukup lestari dengan skor indeks 63,50,
indeks dan penilaian peristiwa yang terjadi sedangkan nilai indeks dimensi ekologi,
status keberlanjutan sambil terus menggunakan ekonomi, sosial budaya, dan kelembagaan
ketersediaan jenis metode polling dan studi pengelolaan hutan mangrove di pesisir Aceh
hutan mangrove. kasus di area penelitian yang Barat berturut-turut adalah 70,17, 36,61,
relevan. 86,44, dan 80,63. Nilai indeks kelestarian
hutan mangrove di pesisir Aceh Barat
secara multidimensi cukup lestari. Temuan
uji statistik cukup andal untuk dijadikan
sebagai titik acuan untuk menilai secara
cepat efektivitas kebijakan mengenai hutan
mangrove di suatu wilayah atau wilayah.
29
2. Rahman et al., Di sekitar Sungai Metode deskriptif kuantitatif Total serapan karbon ekosistem mangrove
Tallo Kota Makassar, dengan pengumpulan studi di kaw asan sungai tallo yaitu 351.02
(2020)
mitigasi emisi gas literatur dan data persepsi tonCO2/ha dan total suplai oksigen yaitu
rumah kaca melalui dan partisipasi masyarakat 252.29 ton O2/ha. tingginya nilai serapan
pengelolaan ruang karbon dan suplai oksigen pada suatu
terbuka hijau berbasis ekoosistem di pengaruhi bertambahnya
ekosistem mangrove diameter dan kerapatan mangrove. Kegiatan
rehabilitasi mangrove berfungsi untuk
menjaga kelestarian ekosistem mangrove
sehingga tidak mengalami krisis lahan.
3. Chantika Osfindra Persepsi dan Observasi dilakukan di Persepsi masyarakat terhadap hutan
Pertama Partisipasi Masyarakat lapangan dan wawancara mangrove dijadikan ruang terbuka hijau
Desa Kota Karang dan dilakukan dengan masuk dalam kategori netral. Karena
(2020)
Kota Bandar menggunakan kuesioner. masyarakat masih ragu dalam bersikap akibat
Lampung terhadap Pengambilan sampel melalui rendahnya pengetahuan, informasi dan
Keberadaan Ruang sampling dan snowball kesadaran. Serta kurangnya partisipasi
Terbuka Hijau sampling. Setelah itu, analisis masyarakat dalam pengelolaan kelestarian
30
Mangrove di Wilayah kuantitatif dan kualitatif hutan mangrove. Kondisi ini berpotensi
Pesisir Perkotaan berdasarkan skala Likert terancamnya hutan mangrove, Oleh karena
disajikan. itu, wajar untuk mengantisipasi bahwa
pemerintah akan melakukan upaya untuk
memperluas persepsi masyarakat tentang
hutan mangrove dan mendorong partisipasi
mereka dalam penyelenggaraan kegiatan
sosialisasi dan perumusan kebijakan yang
akan menentukan apakah hutan tersebut akan
dikonversi atau tidak. menjadi ruang terbuka
hijau.
31
4. Maurent Kartika Variasi luasan lahan Metode observasi/ Ekosistem mangrove terancam karena begitu
Maharani et al., berupa mangrove pengamatan langsung banyak komunitas telah terbentuk di lahan
yang dimanfaatkan dilapangan, wawancara dan yang dulunya merupakan habitat mangrove.
(2021)
sebagai ruang terbuka analisis data secara digital Berdasarkan hasil citra Google Earth tahun
hijau di kawasan menggunakan aplikasi 2012, 2015, 2017, dan 2019, luas desa
pesisir kota Bandar Google Eart, dan ArcMap. menunjukkan perubahan luas yang fluktuatif
Lampung akibat pembangunan infrastruktur yang
memangkas luas mangrove menjadi total
0,4781 ha. Persyaratan ini dapat
dipertimbangkan agar kawasan mangrove
dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka
hijau.
5. Musdalifah Keinginan tapak untuk Teknik menggunakan alat Berdasarkan temuan penelitian ini, terdapat
penciptaan ruang Arc GIS untuk menilai dan dua kelurahan yang memiliki tingkat
(2019)
terbuka hijau-biru dan melapisi kriteria kesesuaian kesesuaian sangat sesuai; ini adalah desa
implikasinya di geografis selama proses Ende dan Pattunuang. Kajian tersebut juga
wilayah pesisir kota pengembangan GBOS. menemukan bahwa terdapat delapan desa
32
Makassar yang sesuai, sepuluh desa yang kurang sesuai,
dan lima desa yang tidak sesuai untuk
digunakan sebagai konsep ruang terbuka
hijau-biru pada kawasan yang layak huni.
6. Iswahyudi et al., Di Kotamadya Langsa Metode deskriptif dengan Tipe pasang surut semidiur yakni 2 kali
Aceh telah dilakukan teknik survei lapangan (data pasang surut selama 24 jam. Dengan salinitas
(2019)
penilaian kesesuaian pasang surut, tekstur tanah, berkisar antara 20-31 ppt. Tekstur tanah pada
lahan untuk dan salinitas air laut) data ekosistem hutan mangrove menentukan jenis
penanaman kembali yang diperoleh dari proyek mangrove yang dapat berkembang pada suatu
hutan mangrove. penelitian sebelumnya dan daerah. Hasil menunjukan tekstur tanah
lembaga resmi sebagai lempung, lempung berliat, lempung berliat
sumber sekunder. berpasir, dan lempung berpasir. Setelah
diketahui kelas kesesuaian lahan maka
penanaman mangrove di wilayah rusak untuk
rehabilitasi mangrove di kota langsa telah
berhasil.
33
Temuan penelitian yang telah dibahas
7. Rijal et al., Potensi hutan Metode deskripsi, Data utama
sebelumnya mengarahkan penulis pada
mangrove sebagai dikumpulkan secara langsung
(2020) kesimpulan bahwa potensi hutan mangrove
lokasi tempat berlibur melalui wawancara dan
impian kabupaten Tarowang dan kabupaten
dan jenis liburan observasi. Data untuk
Jeneponto sangat menjanjikan untuk
lainnya (studi kasus penelitian sekunder
dikembangkan sebagai tujuan wisata edukasi.
hutan mangrove ideal dikumpulkan dari berbagai
Potensi tersebut meliputi lima jenis pohon
di Kecamatan sumber, termasuk publikasi
bakau: Aviciennia Officinalis, Rhyzophora
Tarowang, Kabupaten oleh otoritas statistik, buku,
Apiculata, Aviciennia Marina, dan Bruguiera
Jeneponto, Provinsi dan jurnal, di antara jenis
Gymnorhiza. Rhyzopora stylose juga
Sulawesi Selatan) publikasi lainnya.
termasuk dalam kelompok ini. Selain itu,
lingkungan hutan bakau adalah rumah bagi
berbagai spesies burung dan mamalia.
Kegiatan kehidupan sehari-hari masyarakat
dalam budidaya tambak seperti ikan, udang,
dan kepiting, selain berbagai upacara yang
dilakukan oleh masyarakat adat di dalam dan
sekitar kawasan Hutan bakau impian memiliki
potensi untuk menjadi tujuan wisata yang
34
menawarkan pengalaman pendidikan yang
sangat menarik. Strategi pengembangan hutan
mangrove. Impian Kabupaten Tarowang dan
Kabupaten Jeneponto sebagai objek wisata
edukasi yang dimaksudkan adalah penataan
kawasan secara terpadu dan terpadu dengan
memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan
yang ditawarkan oleh ekosistem hutan
mangrove.
35
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Sungai Cina
Sungai Sembilang
1. Attraction (daya tarik), merupakan sesuatu yang Sesuatu yang dapat dilihat 1. Pemandangan sekitar jalan
dimiliki oleh sebuah tempat seperti keunikan, (Something To See) 2. Pemandangan pertambakan
keindahan, serta nilai yang terbentuk dari 3. Pemandangan laut
keanekaragaman alam maupun buatan manusia 4. Fauna yang ada di hutan
yang menarik untuk di kunjungi mangrove
40
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
41
43
Kerusakan ekosistem hutan mangrove di wilayah Aceh Timur dapat dilihat pada
Gambar 4.1. dan tabel 4.1. di bawah ini :
Site
Gambar 4.1. Tingkat Kekritisan Lahan Hutan Mangrove Di Kab. Aceh Timur
Sumber : Gambar Pribadi, 2022
LuasLahan (Ha) Berdasarkan
No Kecamatan Tingkat Kekritisan Total
SangatKritis Kritis TidakKritis
1 2 3 4 5 6
1 Banda Alam 1635 - - 1635
2 BiremBayeun 598 1960 4756 7314
3 DarulAman 1768 244 - 2012
4 Idi Rayeuk 2052 - - 2052
5 Julok 1776 1200 - 2976
6 Nurussalam 2542 385 - 2927
7 PanteBidari 12374 13403 940 26717
8 Peudawa 102 - - 102
9 Peureulak 1279 2155 - 3434
10 Peureulak Barat 865 177 - 1041
11 PeureulakTimur 1202 1484 53 2740
12 RantauSelamat 2740 646 1189 4575
13 RantoPeureulak 303 1924 - 2228
14 SimpangUlim 2734 1897 211 4842
15 Sungai Raya 3856 3256 399 7511
JUMLAH ------- 36.064 28.729 7.548 72.341
Salah satu biota yang hidup di kawasan hutan mangrove adalah jenis kura-
kura air tawar tuntong laut (Batagur borneoensis), tuntong laut masuk dalam
kategori Critically Endangered hewan yang dilindungi keberadaannya di alam
semakin sulit di jumpai dan terancam punah, tuntong laut berperan penting dalam
penyebaran bibit mangrove di wilayah pesisir. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pencari sarang tuntong laut pada tahun 2019 di temukan sarang telur
berjumlah 52 buah sarang, pada tahun 2020 dengan 48 sarang dan penemuan
sarang tuntong laut menurun secara signifikan pada tahun 2021 yakni hanya 30
buah sarang. Menurunnya jumlah penemuan sarang tuntong laut membuktikan
keberadaan tuntong di alam semakin sedikit. Hal ini di yakini dengan tingkah laku
dari tuntong laut itu sendiri, dimana tuntong laut akan kembali ke lokasi bertelur
yang sama dengan sebelumnya.
1 2 3
4 5 6
Keterangan :
1. Penemuan Sarang dari data dan Hasil Observasi Lapangan
2. Pengukuran Sarang, Untuk Rekayasa Lingkungan penetasan Telur
3. Pendataan jumlah dan pengukuran berat Telur
4. Telur dipindahkan kewadah direkayasa lingkungan untuk dilindungi dari
ancaman predator.
5. Masa pengeraman telur selama 1- 2 bulan
6. Kemudian setelah 1 minggu menetas, tuntong dilepas liarkan ke habitat
alaminya.
1 2 3
SITE
4 5 6
Keterangan :
1. Sisi Barat, Batasan dengan sungai (Alue Cina)
2. Areal pantai sebagai tempat berlangsungnya pasang dan surut, air laut.
3. Sisi Timur, Berbatasan dengan sungai (Alue Sembilang)
4. Area wisatawan berekreasi dan melakukan aktifitas.
5. Akses utama ke lokasi melalui area pertambakan
6. Vegetasi alami, pohon cemara Laut di sepangjang bibir pantai.
49
50
50
51
51
52
1 2 3
Keterangan :
Kredit karbon berbasis alam adalah unit emisi yang mewakili pengurangan
atau penghilangan gas rumah kaca melalui sistem alam. Habitat mangrove
bermanfaat untuk mitigasi perubahan iklim melalui konservasi dan restorasi alam.
Ekosistem hutan mangrove yang berada di dalam kawasan budidaya juga sangat
berpengaruh terhadap pembuangan limbah proses industri secara alami. Ekosistem
hutan mangrove di lokasi pesisir bermanfaat karena beberapa alasan, termasuk
kemampuannya untuk meminimalkan erosi dan abrasi laut, bertindak sebagai
peredam angin laut, dan menyediakan habitat alami bagi biota mangrove.
56
1 2 3
4 5 6
Keterangan :
1. Pencarian Bibit dilokasi mangrove yang ada disekitaran sungai
2. Pemilihan calon bibit unggul
3. Persiapan polibet dengan jumlah bibit
4. Memberi tanah sebagai media untuk bibit
5. Persiapan lahan pembibitan, dengan area air pasang surut.
6. Menunggu selama 3 bulan sampai adanya tunas diketiak daun
batang, dari dua jenis Rhizophora Mucronata dan Rhizopora Apiculata. Untuk
5.1 Kesimpulan
61
62
5.2 Saran
Calvyn. F.A. Sondak. 2015. Estimasi Potensi Penyerapan Karbon Biru (Blue
Carbon) Oleh Hutan Mangrove Sulawesi Utara. Faculty Of Fisheries And
Marine Science. Universitas Manado. North Sulawesi. Jurnal Of Asean
Studies On Maritime Issues, Vol. 1 No 1 November 2015
63
Mehdi, Rakhshandehroo, Mohd Johari Mohd Yusof Dan Sahrakar Afshin. 2017.
Terminology Of Urban Open And Green Spaces. 11th Asean Postgraduate
Seminar, APGS 2017, Faculty Of Built Environment, University Of
Malaya, Malaysia. 15 November 2017: 1-10.
Murdiyarso, D., Mackenzie, R., And Kauffman, B.J. 2014. Approaches To Use
Coastal Marine Ecosystemsfor Climate Change Mitigation.
Musdalifah. 2019. Kesesuaian Lokasi Dalam Pengembangan Green-Blue Open
Space Di Kawasan Pesisir Kota Makasar. [Skripsi]. Program Studi Teknik
Perencanaan Wilayah Dan Kota. Universitas Hasanuddin.
Mutia Sari. 2014. Analisis Indeks Dan Status Keberlanjutan Ketersediaan Jenis
Hutan Mangrove Di Pesisir Samatiga- Aceh Barat. [Skripsi]. Program
Studi Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
Nur Rizky, R. 2018. Analisis Kebutuhan Dan Pengembangan Ruang Terbuka
Hujai (RTH) Publik Di Wilayah KPY Kabupaten Bantul. [Skripsi].
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
[PEMKAP] Pemerintahan Kabupaten Aceh Timur. 2020. Kondisi Hutan
Mangrove Di Kabupaten Aceh Timur.
Rahman, Effendi. H, Iman. R, Yuliandab. F, Wardiatnob. Y,. 2020. Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau Berbasis Ekosistem Mangrove Sebagai Mitigasi Gas
Rumah Kaca Di Kawasan Sungai Tallo Kota Makassar. Jurnal
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan. Vol 10(2):320-32
Rijal. S, Zainal. F. A, Zainuddin. M. B. 2020. Potensi Hutan Mangrove Sebagai
Daya Tarik Wisata (Studi Kasus Pada Hutan Mangrove Idaman Kec.
Tarowang, Kab. Jeneponto, Prov. Sulawesi Selatan). Journal Of Tourism,
Hospital, Travel And Busines Event. Vol 2. No.2. 135-159
Riza Mohammad, I. Drs. I. G. Krisnadi, M. Hum. 2016. Konservasi Mangrove
Oleh Masyarakat Pesisir Malang Selatan. Jurnal Historia, Vol. No. 2
(Januari 2020): 215-234.
Saputra, S. 2019. Peran Ekosistem Mangrove Sebagai Habitat Populasi Tuntong
Laut (Batagur Borneoensis, Schlegel Dan Muller, 1844). Program Studi
Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Almuslim.
Sumarto, Saroyo Dan Simbala. Herni, E, I. Dan Koneri. Roni Dan Siahaan,
Parluhutan. 2012. Biologi Konservasi. Cv. Patra Media Gravindo,
Bandung. ISBN 978-602-17976-1-7.
64