Disusun Oleh:
Faradilla
03061281320028
Dosen Pembimbing:
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas izin-Nya Laporan Konseptual Pra Tugas
Akhir dengan judul “Perencanaan dan Perancangan Museum Gempa Bumi dan Tsunami
di Kota Padang” dapat diselesaikan sesuai target penulis. Tujuan penulisan laporan ini
adalah untuk memenuhi tahapan Tugas Akhir yang juga merupakan salah satu syarat untuk
dapat menyelesaikan program studi S1 Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya.
Tidak lupa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Allah SWT yang telah memberi kemudahan, kesehatan dan kesempatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini.
2. Bapak Dr. Ir. Ari Siswanto, MCRP selaku Kepala Prodi Arsitektur Universitas
Sriwijaya
3. Bapak Dr. Johannes Adiyanto, ST. MT selaku dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan motivasi yang berharga terhadap penulis.
4. Keluarga tercinta Mama, Papa, Uni-uni, Resta, Om dan Tante yang telah memberi
dukungan dan motivasi agar penulis selalu kuat dalam menjalani perkuliahan selama
ini dan dalam masa penulisan laporan ini.
5. Sahabat tercinta, Paket Helay yang telah bersama-sama melalui masa sulit dan senang
selama 4 tahun ini. Semoga kita lulus bersama dalam waktu dekat, aamiin.
6. Teman-teman Arsitektur Universitas Sriwijaya 2013, semoga kita diberi kemudahan
dalam mencapai tujuan dan kesuksesan masing-masing.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak selalu diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Laporan Konseptual Pra Tugas Akhir ini dari awal sampai akhir.
Wassalamualaikum wr.wb
Faradilla
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
2.1 Definisi dan Pemahaman Museum Gempa dan Tsunami di Kota Padang ................. 8
2.2.2. Pedoman Mitigasi Bencana Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
33 Tahun 2006 ............................................................................................................15
5.4.2 Skenario Konsep Pemanfaatan Ruang Dalam pada Keadaan Darurat ................ 154
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| iv
DAFTAR GAMBAR
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| v
Gambar 2.31 Potongan B-B Museum Tsunami Aceh..............................................................41
Gambar 2.32 Balok dan Kolom Struktur Museum Tsunami Aceh.......................................... 41
Gambar 2.33 Lokasi Museum Gunung Merapi....................................................................... 42
Gambar 2.34 Transformasi Konsep Bentukan.........................................................................43
Gambar 2.35 Simbolisme dan Diorama Gunung Merapi........................................................ 44
Gambar 2.36 Sumbu Imajiner..................................................................................................45
Gambar 37 Tugu Jogjjakarta dan Atap MGM..........................................................................45
Gambar 2.38 Candi Gedongsongo dan Tampak Depan MGM................................................46
Gambar 2.39 Candi Sambi Sari, Candi Prambanan, Amphiteater MGM................................46
Gambar 2.40 Diorama Letusan Gn. Api.................................................................................. 46
Gambar 2.41 Candi Ratu Boko dan MGM.............................................................................. 47
Gambar 2.42 Hubungan Ruang Lantai 1 MGM...................................................................... 56
Gambar 2.43 Hubungan Ruang Lantai 2 MGM...................................................................... 56
Gambar 2.44 Interior MGM)................................................................................................... 57
Gambar 2.45 Lokasi Sendai Mediatheque...............................................................................57
Gambar 2.46 Zonasi Vertikal Sendai Mediatheque................................................................. 58
Gambar 2.47 Denah Sendai Mediaheque.................................................................................58
Gambar 2.48 Interior Sendai Mediatheque..............................................................................58
Gambar 2.49 Potongan Sendai Mediatheque...........................................................................59
Gambar 2.50 Kolom Baja Sendai Mediatheque...................................................................... 59
Gambar 2.51 Tampak Sendai Mediatheque............................................................................. 59
Gambar 2.52 Stuktur dan Material Lantai............................................................................... 60
Gambar 2.53 Struktur Kolom Sendai Mediatheque.................................................................60
Gambar 2.54 Cincin Baja.........................................................................................................61
Gambar 2.55 Sistem Fasad...................................................................................................... 61
Gambar 2.56 Sistem Pondasi dan Base Isolator System..........................................................62
Gambar 2.57 Peta Kawasan Purus Kelurahan Kelurahan Flamboyan, Padang Barat.............72
Gambar 2.58 Peta Kawasan Purus Kelurahan Purus, Padang Barat........................................72
Gambar 2.59 Peta Kawasan Wisata Gunung Padang, Padang Selatan....................................73
Gambar 4.1 Lokasi Museum Gempa Bumi dan Tsunami…………………………………. 106
Gambar 4.2 Batas-batas Tapak Museum Gempa Bumi dan Tsunami…………………….. 107
Gambar 4.3 Respon Konteks Lingkungan Terhadap Tapak………………………………. 108
Gambar 4.4 Ukuran dan Zonasi Tapak……………………………………………………. 109
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| vi
Gambar 4.5 Legalitas Tapak………………………………………………………….…… 110
Gambar 4.6 Peta Kontur Tapak……………………………………………………….….. 110
Gambar 4.7 Sirkulasi dan Pencapaian Tapak…………………………………….……….. 111
Gambar 4.8 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian...………………………………….………. 112
Gambar 4.9 Utilitas Tapak...……..……………………………………………….……….. 112
Gambar 4.10 Analisa View Tapak...…………………………………………….……...…. 114
Gambar 4.11 Analisa Iklim pada Tapak…….....………………………………….………. 115
Gambar 4.12 Respon Tapak dan Bangunan Terhadap Bangunan …………….….………. 116
Gambar 4.13 Gubahan Massa Bangunan……....………………………………….………. 118
Gambar 4.14 Tampak Atas Massa Bangunan…….……………………………….………. 118
Gambar 4.15 Analisa Arsitektural……..……....…………………………………….……. 119
Gambar 4.16 Seismic Isolation System...……....…………………………………….……. 120
Gambar 4.17 Sintesa Tapak dan Lingkungan……………………………………….…….. 121
Gambar 4.18 Tampak Atas Massa Bangunan…….……………………………………..... 122
Gambar 4.19 Perspektif Sintesa Analisa Arsitektural 1………….……………………..…. 122
Gambar 4.20 Sintesa Tapak dan Lingkungan 2…………………….………………….….. 123
Gambar 4.21 Perspektif Sintesa Analisa Arsitektural 1………….……………………..…. 124
Gambar 4.22 Pondasi setempat……………………….………….……………………..…. 126
Gambar 4.23 Seismic Isolation System...……....…………………………………….……. 127
Gambar 4.24 tree steel columns…..........……....…………………………………….……. 127
Gambar 5.1 Analogi Konsep Dasar Perancangan………………………………….…….... 138
Gambar 5.2 Konsep Sirkulasi Kendaraan………………………………………….…….... 139
Gambar 5.3 Jalur Utama Menuju Tapak………..…………………………………….….... 140
Gambar 5.4 Jalur Kendaraan di Dalam Tapak………..……………………………...…..... 140
Gambar 5.5 Konsep Sirkulasi kendaraan Servis..………………………………………..... 140
Gambar 5.6 Konsep Sirkulasi Pejalan Kaki..…………………………………….……....... 142
Gambar 5.7 Konsep Tata Massa………………..……………………………….………..... 143
Gambar 5.8 Konsep Tata Hijauu………………..……………………………….……….... 144
Gambar 5.9 Tanaman Bakau sebagai Buffer…..……………………………….………...... 145
Gambar 5.10 Jenis Vegetasi………………..…………………………………………….... 146
Gambar 5.11 Transformasi Geometri …...……..…………………………….………….... 147
Gambar 5.12 Konsep Tampak Depan Banguna..………………………………………...... 148
Gambar 5.13 Konsep Tampak Samping……..…………………………………………..... 148
Tabel 4.7 Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Saat Keadaan Darurat………………… 100
Tabel 4.8 Kebutuhan Area Parkir…………………………………………………………. 101
Tabel 4.9 Total Kebutuhan Ruang Museum Gempa Bumi dan Tsunami…………………. 102
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| ix
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang rentan terkena bencana alam, hal ini
dikarenakan posisi Indonesia berdasarkan letak astronomisnya Indonesia dilalui
oleh garis equator. Indonesia yang merupakan wilayah yang berada di Cincin Api
(Ring of Fire) yang mengakibatkan banyaknya gunung api aktif dan berpotensi
terjadi letusan gunung api serta gempa bumi. Cincin Api adalah akibat langsung
dari lempeng tektonik dan pergerakan serta tabrakan dari lempeng kerak, 90% dari
gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi sepanjang
Cincin Api. Daerah gempa (5-6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa
terbesar adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatera, Himalaya,
Mediterania hingga Atlantika. (Wikipedia Bahasa Indonesia, 2017)
(sumber: http://www.gitews.org/)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 2
warga Padang mengalami trauma. Hal ini menyebabkan mereka sangat rentan dan
mudah terpengaruh oleh isu-isu dan prediksi gempa dan tsunami oleh pihak yang
tak bertanggungjawab. Meskipun sudah dirancang SOP saat gempa terjadi tetapi
masyarakat bereaksi diluar skema yang sudah ditetapkan. Kemudian terbatasnya
fasilitas teknologi informasi, lambatnya proses sosialisasi, belum mengetahui
konsep dan prinsip penanggulangan bencana, dan praktik-praktik penanggulangan
bencana. Selain itu, Museum Gempa yang didirikan untuk mengenang peristiwa
30 September itu yang saat ini berada di Gedung LKAAM belum mampu
melayani pengunjung dengan optimal karena keterbatasan tempat alat-alat peraga
sehingga berdampak menurunnya jumlah pengunjung.
Pada museum edukasi gempa bumi dan tsunami juga dibutuhkan fasilitas
informasi tekstual dan visual, simulasi aktif (pengunjung ikut berinteraksi)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 3
maupun pasif (pengguna hanya merasakan), dan fasilitas pelatihan yang berisikan
tentang penyelamatan.
Kota Padang dengan visi pembangunannya yang tertuang dalam Perda No.
4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Padang Tahun 2010-
2030 adalah penataan Ruang Wilayah Kota Padang dilaksanakan dengan tujuan
mewujudkan Kota Padang sebagai kota metropolitan berbasis mitigasi bencana
dengan didukung oleh pengembangan sektor perdagangan, jasa, industri, dan
pariwisata. Sehingga dalam rangka mewujudkan Kota Padang yang berbasis
mitigasi bencana dapat direalisasikan dengan merancang sebuah museum gempa
bumi dan tsunami dengan beberapa fungsi utama penunjang seperti pelatihan dan
simulasi gempa bumi dan tsunami serta tempat evakuasi bencana.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 4
tsunami serta sebagai ruang evakuasi bencana melalui “Desain
Tanggap Bencana” di Kota Padang?
2) Merencanakan dan merancang fasilitas penunjang Museum Gempa
Bumi dan Tsunami yang dapat mendukung proses edukasi mengenai
gempa bumi dan tsunami.
3) Merencanakan suatu konsep perancangan yang mempertimbangkan
keadaan geografis Kota Padang.
4) Menerapkan konsep bangunan tanggap bencana pada perencanaan dan
perancangan Museum Gempa Bumi dan Tsunami.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 5
Pengguna/pengunjung menurut pekerjaan:
Pelajar/mahasiswa
Peneliti
Komunitas Siaga Bencana
Wisatawan lokal
Wisatawan mancanegara
Instansi pemerintahan
3) Lokasi Perancangan berada di Kota Padang, Sumatera Barat, menimbang
kondisi geografis Kota Padang yang rawan gempa bumi perancangan ini
mempertimbangkan aspek-aspek pendirian bangunan tahan gempa dan
tsunami.
BAB I PENDAHULUAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 6
Berisi pembahasan menyeluruh dari objek rancangan, mengenai Museum
Bumi dan Tsunami, dimulai dari analisa fungsional, analisa spasial dan
geometri, analisa kontekstual, analisa enclosure, hingga sintesa analisa
perencanaan dan perancangan.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka
akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan
terjadinya gempa bumi.
Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang
sangat kecil hingga sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan
kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat
mampu menjalar ke seluruh bagian bumi.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 8
c. Gempa bumi runtuhan
Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur atau pertambangan,
gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat local.
Dari uraian diatas maka secara umum “Museum Gempa Bumi dan Tsunami”
dapat diartikan sebagai suatu institusi permanen dalam hal melayani dan
mengembangkan masyarakat, terbuka untuk umum yang mempelajari berbagai hal
mengenai gempa bumi dan tsunami disertai pelatihan penanggulangan bencana
tersebut. Selain itu, museum ini juga difungsikan sebagai ruang evakuasi bagi
masyarakat dalam skala lingkungan pada saat terjadi bencana. (gempa bumi dan
tsunami).
2.2 Pedoman/Standar-standar/Ketentuan-ketentuan
2.2.1. Standarisasi Museum
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 19 Tahun 1995 tentang
Pemeliharaan dan Pemanfaatan Cagar Budaya Bab VII Pasal 30
A. Lokasi Museum
1) Lokasi museum harus strategis, mudah dijangkau oleh umum.
2) Lokasi museum sehat, bukan terletak di daerah industry yang banyak
polusi udara dan bukan daerah yang tanahnya berlumpur/tanah rawa
atau tanah berpasir. Kelembaban udara setidak-tidaknya harus
terkontrol mencapai kenetralan yaitu 55% sampai 65%.
B. Persyaratan Bangunan
1) Persyaratan umum
a. Bangunan dikelompokan dan dipisahkan menurut:
Fungsi dan aktivitasnya
Ketenangan dan keramaian
Keamanan
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 11
b. Pintu masuk utama adalah penunjang museum
c. Pintu masuk khusus untuk lalulintas koleksi, bagian pelayanan,
perkantoran, rumah jaga serta ruang-ruang pada bangunan khusus
d. Area publik/umum terdiri dari:
Bangunan utama (Pameran tetap dan temporer)
Auditorium, keamanan/pos jaga, lobby, toilet, taman dan
tempat parkir
e. Area Semi Publik terdiri dari bangunan administrasi (termasuk
perpustakaan dan ruang rapat)
f. Area privat terdiri dari:
Laboratorium konservasi
Studi preparasi
Strorage dan ruangan studi koleksi
2) Persyaratan Khusus
a. Bangunan utama (Pameran tetap dan Pameran Temporer) harus:
Dapat membuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan
Mudah dicapai baik dari luar maupun dari dalam
Merupakan bangunan penerima yang memiliki daya tarik
sebagai bangunan pertama yang dikunjungi pengunjung
museum
Mempunyai sistem keamanan yang baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami (cuaca dan lain-lain) maupun dari segi
kriminalitas dan pencurian.
b. Bangunan Auditorium harus:
Mudah dicapai oleh umum
Dapat dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi, ceramah
c. Bangunan khusus terdiri dari laboratorium konservasi, studi
preparasi, storage, dan studi koleksi. Bangunan khusu ini harus:
Terletak pada daerah tenang
Mempunyai pintu masuk khusus
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 12
Memiliki sistem keamanan yang baik (terhadap kerusakan,
kebakaran, dan kriminalitas) yang menyangkut segi-segi
konstruksi maupun spesifikasi ruang.
d. Bangunan administrasi harus:
Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun
bangunan-bangunan lain.
Mempunyai pintu masuk khusus
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 13
tulisan yang bersifat ilmiah dan popular serta mempersiapkan bahan
untuk label.
3) Bagian Konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan
koleksi yang bersifat preventif dan kreatif serta mengendalikan
keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta
penanganan laboratorium konservasi
4) Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan
penanganan bengkel preparasi.
5) Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang
berhubungan dengan bimbingan edukatif kultural, penelitian yang
bersifat ilmiah dan popular serta penanganan peralatan audiovisual.
6) Bagian pengelolaan perpustakaan, mengani kegiatan yang
berhubungan dengan kepustakaan/referensi.
E. Metode Penyajian
1) Penataan Pameran
Penataan dalam suatu pareman dapat disajikan secara:
a. Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan
subtema.
b. Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau
sistem klasifikasi.
c. Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut
usianya dari yang tertua hingga sekarang.
2) Vitrin dan Panil Informasi
a. Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi
awal/pengenalan mengenai pameran yang diselenggarakan, tema
dan subtema pameran, kelompok koleksi.
b. Label individu yang berisi nama dan keterangan singkat mengenai
koleksi yang dipamerkan. Informasi yang disampaikan berisi
keterangan yang bersifat deskriptif, dan informasi yang
dibutuhkan sesuai dengan alur cerita.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 14
3) Pertimbangan konservasi
Dalam menuangkan gagasan pameran, maka pertimbangan
konservasi harus dimulai dipikirkan sejak awal mengingat koleksi
yang disajikan perlu dijaga kelestariannya, baik pemilihan material
sekitar koleksi maupun sistem pemeliharaannya.
4) Tata Cahaya
Pengaturan tata cahaya tidak boleh mengangggu koleksi atau
menyilaukan pengunjung. Usahakan lampu tersebut tersembunyi
sehingga tidak langsung mengenai mata pengunjung dan kemudian
mengganggu penglihatan pengunjung terhadap koleksi yang
dipamerkan.
5) Tata Pengamanan
Pengamanan benda koleksi sangatlah penting untuk menjaga
ketahanan dan keawetan benda koleksi. Biasanya digunakan vitrin
untuk penutup. selain dari segi pemeliharaan, dapat juga digunakan
CCTV, Passive Indra Red dan Flush Moun Door Contact.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 62
2.4 Tinjauan Fungsional
2.4.1 Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan pada Museum Kampung Palembang merupakan
penggabungan beberapa fungsi, dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:
a. Aktivitas Utama
1) Kegiatan Kuratorial
Kegiatan Kuratorial dapat berupa koleksi, preservasi, identifikasi,
dokumentasi, studi, restorasi, dan menyimpan koleksi tersebut.
Kegiatan ini memungkinkankan terjadinya komunikasi satu arah
ataupun dua arah untuk memperoleh data mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan sejarah kampung palembang. Informasi yang
disajikan berupa informasi ilmiah maupun sosial-budaya
mengenai kegempaan dan tsunami seperti informasi model
pembentukan, mekanisme terbentuknya maupun proses-proses
yang menyertai bencana tersebut.
Penyimpanan Koleksi
2) Kegiatan Display
Pameran Tetap
Pameran tetap merupakan pameran yang diselenggarakan dalam
jangka waktu sekurang-kurangnya 5 tahun.
Pameran Temporer
Pameran temporer adalah pameran yang diselenggarakan dalam
jangka waktu tertentu dan dalam variasi waktu yang singkat dari
satu minggu hingga sampai satu tahun dengan mengambil tema-
tema khusus sesuai aspek-aspek tertentu.
Audio-Visual.
Media Audio-Visual ini menyajikan informasi berbentuk digital
baik melalui komponen suara (audio) maupun komponen gambar
(visual)
Kegiatan Persiapan
3) Kegiatan Edukasi
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 63
Kegiatan edukasi akan diwadahi melalui perpustakaan dengan
tema sejarah Palembang, sehingga pengunjung tidak hanya
mendapatkan wawasan mengenai perkampungan namun juga
peristiwa-peristiwa di Palembang lainnya.
Seminar, tour sekolah, pertemuan komunitas/organisasi
4) Kegiatan Simulasi dan Pelatihan
b. Aktivitas Penunjang
1) Kegiatan Administrasi dan Pengelolaan
Resepsionis, informasi, sales, dan pengawasan galeri display
2) Kegiatan Servis
Amenitas
Pemeliharaan Gedung
2.4.2 Pelaku
Pengguna/pelaku Museum Gempa Bumi dan Tsunami ini terbagi menjadi:
A. Pengguna Tetap
Pengguna tetap yaitu pengguna yang akan beraktivitas dalam Museum
Gempa Bumi dan Tsunami dalam jangka waktu lama. Pengguna ini adalah
para pengelola Museum Gempa Bumi dan Tsunami ini sendiri, baik
pimpinan maupun staf. Berikut adalah pengguna tetap Museum Gempa
Bumi dan Tsunami:
1) Pimpinan Museum
Kepala Museum
Wakil Kepala Museum
2) Bagian Tata Usaha/Administrasi
Kepala Bagian Tata Usaha/Administrasi
Staff Keuangan
Staff Administrasi
Staff Personalia/Humas
3) Bagian Kuratorial
Kepala Bagian Kuratorial
Kurator
4) Bagian Konservasi dan Preparasi
Kepala Bagian Konservasi dan Praparasi
Staff
5) Bagian Publikasi dan Pameran
Kepala Bagian Publikasi dan Pameran
Staff Penata Display
Staff Guide
6) Bagian Perpustakaan
Kepala Perpustakaan
Staff Perpustakaan
7) Bagian Operasional
Kepala Bagian Operasional
Staff Harian (Cleaning Service)
Staff ME
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 67
Pengembangan Pariwisata I (WPP I) dengan penekanan meliputi Wisata Sejarah,
Seni dan Budaya, City Tour, dan Wisata Belanja. Sebagai pusat pengembangan
adalah Kota Padang Lama, dan secara administrasi koridor wisata ini berada di
Kecamatan Padang Barat, Padang Timur dan sebagian ODTW di Kecamatan
Padang Selatan.
Pada perencanaan ini diusulkan tiga alternatif site yang disesuaikan dengan
Wilayah Pengembangan Pariwisata di Kota Padang.
Parameter
Tapak
Pencapaian Kondisi Fisik Potensi Regulasi
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 69
sebagai kawasan an kawasan
lama Kota wisata untuk
Padang. masa yang
akan datang
Diseberang
site terdapat
dermaga
pelabuhan
wisata dan
kawasan
kota Lama
Padang
(Urban
Heritage)
menjadikan
tapak tidak
hanya
berada di
kawasan
wisata alam
namun juga
wisata
sejarah
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tapak yang memenuhi kriteria
pemilihan tapak dan memiliki potensi yang lebih besar adalah Tapak 2. Tapak 2
memenuhi syarat garis sepadan pantai yaitu 130 m – 170 m dan dengan adanya
waduk tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan water rescue dan
ruang terbuka biru.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 70
2.5.3 Peta Lokasi
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 71
2.5.4 Peta Kawasan
Gambar 2.57 Peta Kawasan Purus Kelurahan Kelurahan Flamboyan, Padang Barat
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 72
Gambar 2.59 Peta Kawasan Wisata Gunung Padang, Padang Selatan
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 73
B. Garis Kontur
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 74
3. Lokasi Museum sesuai dengan RTRW dan perencanan kawasan wisata
Kota Padang dan tidak melanggar ketentuan yang telah di tetapkan.
B. Persyaratan Bangunan
Bangunan diatur berdasarkan fungsi dan aktivitasya, dapat dibagi
menjadi beberapa zonasi, yaitu:
1. Area publik/umum terdiri dari:
Bangunan utama (Pameran tetap dan temporer)
Auditorium, keamanan/pos jaga, lobby, toilet, taman dan tempat
parkir
2. Area Semi Publik terdiri dari bangunan administrasi (termasuk
perpustakaan dan ruang rapat)
3. Area privat terdiri dari:
Laboratorium konservasi
Studi preparasi
Strorage dan ruangan studi koleksi
C. Struktur Organisasi Museum
1. Bagian tata usaha, mengenai kegiatan yang berhubungan dengan
registrasi, ketertiban/keamanan, kepegawaian, dan keuangan
2. Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan identifikasi, klarifikasi, katalogisasi koleksi.
3. Bagian Konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan
koleksi yang bersifat preventif dan kreatif serta mengendalikan
keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan
laboratorium konservasi
4. Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan
pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan
penanganan bengkel preparasi.
5. Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang
berhubungan dengan bimbingan edukatif kultural, penelitian yang
bersifat ilmiah dan popular serta penanganan peralatan audiovisual.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 75
6. Bagian pengelolaan perpustakaan, mengani kegiatan yang
berhubungan dengan kepustakaan/referensi.
D. Metode Penyajian
1. Penataan Pameran
Tematik
Taksonomik
Kronologis
2. Vitrin dan Panil Informasi
Teks dinding (introductory label)
Label individu
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 76
4. Kekuatan
Pada prinsipnya struktur diberi kekuatan secukupnya, sehingga
akibat gempa berkekuatan sedang struktur tersebut tetap elastis tanpa
mengalami kerusakan struktur, tetapi kerusakan elemen non-struktural
dapat diterima.
5. Duktilitas
Salah satu syarat mutlak untuk tercapainya duktilitas yang tinggi
adalah kolom-kolom harus lebih kuat dari pada balok-balok sehingga
sendi plastis selalu akan terjadi dalam balok dan tidak pada kolom
struktur.
6. Sifat Liat
Bangunan dengan ketinggian sedang bahan dan sistem struktur
menurut kecocokan pertama adalah baja, kedua beton bertulang dengan
dicor setempat, ketiga beton pracetak yang direncanakan dan
dilaksanakan dengan baik, keempat beton pra-tekan, dan kelima tembok
(hollow block) dengan tulangan/reinforced masonry.
7. Bentuk Geometri
Untuk lebih aman dalam merespons gempa pada bangunan,
disarankan bentuk-bentuk gubahan massa bangunan lebih sederhana
dan simetrik.
8. Kompatibilitas
Pada aspek ini sebaiknya bagian-bagian bangunan yang berbeda
dalam kekakuan dan massanya harus dipisahkan satu terhadap lainnya.
9. Kontinuitas
Dalam sistem struktur harus diberikan kesinambungan
(kontinuitas) kekakuan dan kekuatan yang merata pada massa
bangunan.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 77
2. Perlindungan terhadap bahaya tsunami untuk bangunan yang berada di
daerah dengan jarak <5 KM dari garis pantai, dilakukan melalui
penataan lingkungan/kawasan.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 78
BAB 3
Metode Perancangan
b. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui proses pengambilan
data secara langsung pada lokasi, dengan cara sebagai berikut:
1) Data Tapak
Pengumpulan data yang dilakukan adalah survei lapangan secara
langsung terkait lokasi untuk mendapat beberapa data yang
diperlukan dalam perancangan. Data yang diperoleh tersebut akan
dijadikan sebagai bahan kajian yang lebih lanjut dalam Perancangan
Museum Gempa Bumi dan Tsunami. Pada data tapak, beberapa data
yang diperlukan serta metode yang dilakukan dalam perolehan data-
data tersebut adalah:
Data RTRWK/RTBL. Data ini dibutuhkan untuk mengetahui
data-data terkait peruntukan lahan dan peraturan mengenai
pendirian bangunan, KDB, KLB, dan GSB. Dengan demikian
bangunan yang dirancang nantinya akan sesuai dengan
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 79
ketentuan umum pembangunan yang ditetapkan oleh
PERDA.
Data kondisi eksisting lapangan. Data tersebut meliputi data
batas tapak, data kondisi di sekitar tapak, kondisi fisik alamiah
tapak, sirkulasi pada tapak, vegetasi, kebisingan, serta view yang
akan dimiliki oleh tapak. Dalam pengumpulan data tersebut
metode yang digunkan adalah dengan observasi secara langsung
pada tapak dan pengolahan data terkait batas-batas tapak juga
dapat dilakukan dengan menggunkan peta.
Dokumentasi. Data ini digunakan sebagai bukti akan data-
data yang diperoleh dalam observasi yang telah dilakukan
pada tapak. Metode yang dilakukan adalah
mendokumentasikan melalui foto mengenai kondisi eksisting
yang ada pada tapak.
c. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data atau informasi yang tidak berkaitan secara
langsung dengan objek perancangan tetapi sangat mendukung program
perancangan, melalui:
1) Data Objek
Pada tahap pengumpulan data objek, yang dilakukan adalah
pengumpulan data literatur atau referensi tentang bangunan dan
standarnya. Berikut beberapa referensi mengenai Museum Gempa
Bumi dan Tsunami:
Referensi terkait penjelasan teori bangunan secara umum dan
lebih khusus mengenai Museum Gempa Bumi dan Tsunami.
Referensi terkait dengan fasilitas-fasilitas pendukung yang
diperlukan dalam Museum Gempa Bumi dan Tsunami serta
tatanan ruang yang digunakan dalam bangunan.
Referensi terkait standar ruang yang dipakai dalam fasilitas
utama dan fasilitas penunjangnya. Standar ini kemudian
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 80
digunakan sebagai acuan dalam menentukan luasan ruang
yang dibutuhkan.
2) Data Tema
Metode pengumpulan data tema yang dilakukan adalah dengan
mengumpulkan beberapa literatur mengenai tema yang digunakan
dalam Perancangan Museum Gempa Bumi dan Tsunami, yaitu
Desain Tanggap Bencana.
3) Data Studi Banding
Studi banding dilakukan untuk memperoleh data mengenai bangunan
yang sejenis yang pernah ada sebelumnya. Studi terkait obyek yang
sejenis dan bangunan dengan tema yang sama.
Adapun studi banding yang diambil adalah Museum Gunung Merapi
di Yogyakarta sebagai studi terkait obyek yang akan dirancang dan
Mediatheque Library di Jepang sebagai studi obyek terkait
penerapan tema yang dipakai. Metode yang digunakan pada
pengumpulan data adalah dengan survei lapangan untuk bangunan
yang berada di Indonesia dan pengumpulan referensi atau literatur
untuk bangunan yang berada di luar negeri.
Data yang dibutuhkan pada pengumpulan data ini adalah
mencangkup data tapak, obyek, dan kesesuaian tema yang digunakan
dalam perancangan obyek tersebut. Data tersebut digunakan sebagai
acuan standard dan pembanding dengan obyek yang akan dirancang.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 81
Pada museum persepsi visual adalah salah satu aspek yang paling
penting. Persepsi visual merupakan suatu proses optis yang kompleks,
dengan melibatkan otak, alat sensor, dan informasi-informasi visual
yang ada untuk dapat menyeleksi, memahami, dan menerjemahkan apa
yang dilihat oleh mata atau bentuk visual menuju persepsi yang
bermakna. Pada persepsi visual ini akan membahas pendekatan urutan
ruang yang dibutuhkan pengunjung untuk mengenali suatu zona di
dalam Museum Gempa Bumi dan Tsunami.
Pada urutan ruang menekankan dimensi ke 4, yaitu waktu, dimana
orang bergerak dalam ruang. Pendekatan ini menekankan urutan ruang
melihat kaitan antar berbagai pembentuk ruang dengan perhatian
khusus pada perancangan sambungannya. Pendekatan ini juga sering
dilakukan pada tipe bangunan dimana pergerakan orang dalam
bangunan tidak hanya bersifat fungsional saja, tetapi juga menjadi
aspek penting dalam bangunan tersebut.
b. Ruang sebagai Susunan (Struktur)
Ruang diperlakukan sebagai susunan untuk menentukan konstruksi
dan jenis struktur. Pemilihan sistem struktur untuk suatu rancangan
bangunan didasarkan pada berbagai hal, antara lain ekspresi/tampilan
bangunan dan konteks tapak. Dalam persepsi struktur, terdapat dua
pendekatan yaitu pendekatan aturan ruang dan tata ruang. Aturan ruang
dapat dicapai melalui susunan obyek dengan lingkungannya dalam hal
ini museum Gempa Bumi dan Tsunami berada pada lingkungan yang
rawan terhadap gempa bumi dan tsunami sehingga perlu di atur pola
susunan bangunan terhadap tapak dan struktur bangunan tersebut agar
tahan terhadap bencana. Sedangkan pada pendekatan tata ruang tercapai
melalui susunan ruang dalam obyek secara hierarki. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan susunan ruang yang responsif terhadap pengunjung
tidak hanya pada keadaan normal, tetapi juga saat terjadi bencana
(ruang evakuasi).
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 82
3.2 Kerangka Berpikir Perancangan
Latar Belakang
Tingginya angka korban jiwa dikarenakan faktor kurangnya pengetahuan dan informasi
mengenai gempa, serta struktur bangunan yang belum memenuhi kriteria bangunan
tahan gempa, sehingga menimbulkan kerugian yang besar
Permasalahan
Bagaimana merencanakan dan merancang Museum Gempa Bumi dan Tsunami di Kota FEED BACK
Padang sebagai wadah pembelajaran beragam hal mengenai gempa bumi dan tsunami serta
sebagai ruang evakuasi bencana melalui pendekatan “Desain Tanggap Gempa?
FEED BACK
Pengumpulan Data
Analisis
Fungsional Geometri/enclosure
Konsep
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 83
BAB 4
ANALISA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 84
Tabel 4.1 Analisa Fungsional Museum Gempa Bumi dan Tsunami
2) Kegiatan Pameran
Pameran Tetap Pengunjung 08.00-16.00 Sirkulasi dengan jalur Memberi suasana Ruang Pameran Panel dan
(pelajar/mahasiswa, WIB linear yang nyaman baik Tetap Vitrin (Alat
komunitas, masyarakat visual maupun Peraga)
umum, instansi terkait) thermal
Pengelola Memiliki kualitas
visual dari objek
terhadap pandangan
pengunjung
Memiliki suasana
ruang yang
kontekstual terhadap
tema museum
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 85
Sudut pandang
normal adalah 27
dan 54
Jarak pandang
tergantung seberapa
besar objek yang
dipamerkan
Pameran Temporer Pengunjung Disesuaikan Sirkulasi dengan jalur Memberi suasana Ruang Pameran Panel dan
(pelajar/mahasiswa, linear yang nyaman baik Kontemporer Vitrin (Alat
komunitas, masyarakat visual maupun Peraga)
umum, instansi terkait) thermal
Pengelola Memiliki kualitas
visual dari objek
terhadap pandangan
pengunjung
Memiliki suasana
ruang yang
kontekstual terhadap
tema museum
Sudut pandang
normal adalah 27
dan 54
Jarak pandang
tergantung seberapa
besar objek yang
dipamerkan
Membutuhkan ruang
yang fleksibel agar
ruang dapat
disesuaikan dengan
kebutuhan temporer
(sesuai dengan waktu
dan kegiatan
pameran)
Audio Visual Pengunjung 08.00-16.00 Tidak menimbulkan Interaktif Ruang Audio Komputer
Sebagai ruang audio dan (pelajar/mahasiswa, WIB dengung dan feedback Memberikan suasana Visual media
visualisasi yang komunitas, masyarakat saat penggunaannya yang tenang sehingga TV
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 86
menyajikan dokumentasi umum, instansi terkait) (Penerapan sistem materi yang Perangkat
mengenai gempa bumi Pengelola akustik yang baik) disampaikan dapat audio
30 September 2009 Pola spiral diterima dengan baik
diaplikasikan untuk
memberi pengalaman
ruang pada
pengunjung
3) Edukasi
Membaca dan Pengunjung 08.00-16.00 Skala ruang memenuhi Memberi Perpustakaan Rak Buku
meminjam buku (pelajar/mahasiswa, kebutuhan kenyamanan thermal Meja dan
WIB
komunitas, masyarakat Pola sirkulasi dan Tertata dan teratur Kursi
umum, instansi terkait) furniture lebih dinamis Suasana santai dan Pengunjun
dinamis sehingga g
meningkatkan minat Meja
pengunjung Adminidtr
asi
Seminar, tur sekolah, Pengunjung 08.00-16.00 Memiliki tinggi ruang Ruang yang Auditorium Kursi dan
pertemuan (pelajar/mahasiswa, diatas rata-rata dipusatkan sebagai Ruang terbuka meja
WIB
komunitas/organisasi komunitas, masyarakat Tidak menimbulkan pandangan penonton Proyektor
umum, instansi terkait) dengung dan feedback Memberi
saat penggunaannya kenyamanan visual,
(Penerapan sistem thermal, dan sirkulasi
akustik yang baik)
Klerikal Pengelola 08.00-16.00 Bersifat tertutup dan Memberi Ruang Kerja Meja dan
hanya dapat diakses kenyamanan thermal Kursi
WIB
oleh pengelola Tertata dan teratur Pengelola
Mudah dalam Lemari
melakukan pemantauan
kerja
2
Simulasi dan Pelatihan
1) Simulasi Gempa Bumi Pengunjung 08.00-16.00 Ruang bersifat terbuka Suasana ruang Model Ruang Meja dan
dan Tsunami (pelajar/mahasiswa, WIB Ruang berupa model dirancang seperti Kelas Kursi
komunitas, masyarakat dari ruang-ruang yang suasana ril pada Papan Tulis
umum, instansi terkait) ditemukan dalam setiap model ruang Lemari
Pengelola keseharian Pengunjung akan Aksesoris
kelas
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 87
(administrasi, Menggunakan merasakan keadaan Model Ruang Sofa dan
pelatih/instruktur) teknologi mesin gempa dengan Keluarga meja
simulator pada setiap kekuatan 7,6 SR TV
model ruang Lampu
Pajangan
ruangan
Model Ruang Meja dan
Kerja Kursi
Lemari
Ruang Diorama Diorama
Pasca
Gempa dan
Tsunami
Ruang simulasi Simulator
tsunami tsunami
Ruang Terbuka
2) Pelatihan Medical Pelajar/mahasiswa Berkala Bersifat tertutup, hanya Memberi Ruang kelas Meja dan
First Responder Komunitas dapat diakses oleh kenyamanan thermal pelatihan Kursi
Masyarakat umum peserta pelatihan dan Terjadi komunikasi Papan Tulis
Pelatih/Instansi terkait tim instruktur dua arah oleh peserta Alat Peraga
(BPBD) dan instruktur Peralatan
Pengelola Penunjang
lain
3) Pelatihan Water Pelajar/mahasiswa Berkala Memiliki fleksibilitas Mengutamakan Kolam Alat Peraga
Rescue Komunitas yang tinggi dan dinamis keselamatan dalam Renang/Sungai
Masyarakat umum pelatihan Alami/Buatan
Pelatih/Instansi terkait Terjadi komunikasi
(BPBD) dua arah oleh peserta
Pengelola dan instruktur
4) Pelatihan High Angle Pelajar/mahasiswa Berkala Sirkulasi dinamis Ruang memiliki Ruang kelas Alat Peraga
Rescue Technique Komunitas struktur yang mampu pelatihan
Masyarakat umum menahan beban yang
Pelatih/Instansi terkait cukup tinggi karena
(BPBD) terdapat banyak alat
Pengelola bantu pelatihan
Mengutamakan
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 88
keselamatan dalam
pelatihan
Terjadi komunikasi
dua arah oleh peserta
dan instruktur
5) Pelatihan Collapsed Pelajar/mahasiswa Berkala Sirkulasi dinamis Ruang berupa model Ruang terbuka Alat Peraga
Structure Research Komunitas bangunan runtuh
and Rescue Masyarakat umum dengan skala
Pelatih/Instansi terkait sebenarnya
(BPBD) Mengutamakan
Pengelola keselamatan dalam
pelatihan
Terjadi komunikasi
dua arah oleh peserta
dan instruktur
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 89
4) Triage (pemilahan PMI/Relawan Saat terjadi Terpusat mudah dijangkau, dan Ruang Peralatan
kondisi kesehatan) Pengunjung bencana aman secara struktur pelayanan P3K
oleh Petugas Masyarakat sekitar dan konstruksi kesehatan Set bed
Pelayanan Kesehatan kawasan Ruang
Penyimpanan
obat-obatan
4 Pengelolaan Museum
Koordinasi Pengelolaan Kepala/wakil kepala 08.00-16.00 Bersifat tertutup dan Memberi R. Rapat Alat tulis
museum WIB hanya dapat diakses kenyamanan R.Tamu kerja
Sekretaris oleh pengelola thermal Komputer
Bagian Tata Mudah dalam Tertata dan teratur Meja dan
Usaha/Administrasi melakukan pemantauan kursi kerja
Bagian Kuratorial kerja Lemari
Bagian Konservasi dan
Preparasi
Bagian Bimbingan dan
Publikasi
Bagian Registrasi dan
Dokumentasi
Pustakawan
Kuratorial Bagian Kuratorial 08.00-16.00 Bersifat privat Memberi Ruang Set meja
Kabag Kuratorial WIB pola grid untuk kenyamanan thermal kuratorial kursi
Staf memudahkan Tertata dan teratur File cabinet
efesiensi ruangan dan Lemari alat
pola gerak Papan
pengumuma
n
Konservasi dan Preservasi Bagian Konservasi dan 08.00-16.00 Bersifat tertutup dan Memberi Ruang Set meja
Preparasi WIB hanya dapat diakses kenyamanan thermal Konservasi dan kursi
Kabag Konservasi oleh pengelola Tertata dan teratur preservasi File cabinet
dan Preparasi Mudah dalam Lemari alat
Staf melakukan pemantauan Papan
kerja pengumuma
n
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 90
Registrasi dan Bagian Registrasi dan 08.00-16.00 Bersifat privat Memberi Ruang registrasi Set meja
dokumentasi Dokumentasi WIB pola grid untuk kenyamanan thermal dan kursi
Kabag Bagian memudahkan Tertata dan teratur dokumentasi File cabinet
Registrasi dan efesiensi ruangan dan Lemari alat
Dokumentasi pola gerak Papan
Staff Regitrasi pengumuma
n
Staff Dokumentasi
Penyimpanan koleksi Bagian Kuratorial 08.00-16.00 pola grid untuk aman dari kerusakan Ruang File cabinet
Kabag Kuratorial WIB memudahkan tahan api Penyimpanan Lemari
Staf penyimpanan koleksi Koleksi
Kegiatan Persiapan Pengelola Disesuaikan Ruang lebih tertutup Memberi Ruang Meja
Hanya dapat diakses kenyamanan thermal persiapan/ Kursi
oleh pengelola dan sirkulasi workshop Lemari
Ruang lebih santai
(tidak kaku)
Menyelenggarakan urusan Bagian Tata 08.00-16.00 Bersifat tertutup dan Memberi R. Kerja Alat tulis
tata usaha, rumah tangga, Usaha/Administrasi WIB hanya dapat diakses kenyamanan R. Tamu kerja
dan ketertiban museum oleh pengelola thermal Komputer
Mudah dalam Tertata dan teratur Meja dan
melakukan pemantauan kursi kerja
kerja Lemari
Klerikal Pengelola 08.00-16.00 Bersifat tertutup dan Memberi R. Kerja Alat tulis
WIB hanya dapat diakses kenyamanan kerja
oleh pengelola thermal Komputer
Mudah dalam Tertata dan teratur Meja dan
melakukan pemantauan kursi kerja
kerja Lemari
5
Servis
Pelayanan Amenitas Pengunjung 08.00-16.00 Bersifat terbuka Memberi R. Ibadah Peralatan
Pengelola WIB Letak strategis dan kenyamanan Cafetaria ibadah
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 91
mudah diakses thermal Toilet Meja dan
Bersih dan rapi kafetaria
Peralatan
masak
Pelayanan Bangunan 07.00-17.00 Mudah diakses Memberi Ruang mesin Mesin
1) Kegiatan ME Teknisi WIB Struktur tahan api dan kenyamanan genset
kerusakan lainnya thermal Mesin
Bisa dicapai Aman bagi water
hidran/mobil kebakaran pengguna treatment
Mesin
pompa
Water
groundtan
k
Set AC
outdoor
unit
Set box
hidrant
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 92
4) Kegiatan Kebersihan Office boy/girl Berdekatan dengan Janitor Alat
dan perawatan gedung pantry dan mudah Gudang kebersihan
diakses dari ruang
pengelola
5) Klerikal Teknisi/pengelola Bersifat tertutup dan R. Kerja Alat tulis
hanya dapat diakses kerja
oleh pengelola Komputer
Meja dan
kursi kerja
Lemari
6 Sirkulasi dan Pencapaian Pengunjung 08.00-16.00 Frontal. Pencapaian Ujung akhir visual dari Jalur kendaraan Penanda
(pelajar/mahasiswa, WIB frontal secara langsung pencapaian terliat dan manusia
komunitas, masyarakat mengarah ke pintu masuk jelas, dapat berupa
umum, instansi terkait) sebuah jalur lurus dan seluruh fasad depan
Pengelola aksial. atau pintu masuk yang
mendetail.
Lobby Lobby
R. R.
Antrian Antrian
Tiket Tiket
Kegiatan Pameran
Perpustakaan
Auditorium
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 94
Kegiatan Simulasi dan Pendidikan
Kegiatan Pengelola
Lobby
R. Tamu
Resepsionis
R.sekretaris
R. Bagian
R. Bagian
Konservasi dan
Preparasi Administrasi
R. Bagian R. Bagian
Bimbingan dan Registrasi dan
Pendidikan Dokumentasi
Kegitan Servis
eRetailStor
R. R. R. R.
cafetaria si TV
Toilet R. R. R.
O Gudang
Persiapa Penyimpan
n an Koleksi B
Mushala
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 95
2) Pola Pergerakan Aktfitas Pengungsi (Keadaan Darurat)
Alternatif 1
Gedung Utama
(Pameran)
Gedung
Auditorium
Penunjang (R. Evakuasi
&Pengelola Utama)
R. Terbuka
Alternatif 2
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 96
4.2 Analisa Spasial
Analisa spasial berfungsi untuk menentukan kebutuhan ruang yang
berdasarkan fasilitas-fasilitas yang telah dianalisa pada analisa fungsional
sebelumnya. Pada analisa ini dibagi berdasarkan keadaan normal dan keadaan
darurat (bencana).
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 97
Subtotal 1.391,6
Sirkulasi 40% 684,24
Total 1.948,24
Fasilitas Outdoor
Tabel 4.4 Kebutuhan Ruang Simulasi dan Pelatihan Outdoor
1 Ruang outdoor 4 pelatih 3mx4m 12
Pelatihan High 15 orang peserta
1
Angle Rescue
Technique
2 Ruang outdoor 4 pelatih - AP 20
Pelatihan 15 orang peserta
Collapsed
1
Structure
Research and
Rescue
3 Kolam buatan 4 pelatih 416,5 m2 DA 416,5
(Pelatihan 1 15 orang peserta
Water Rescue)
Subtotal 448,5
Sirkulasi 30% 134,55
Total 583,05
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 98
C. Kelompok Kegiatan Pengelolaan Museum
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 99
5 Toilet 1closet : 50 12x (0,8m
12 orang x 1,5m)= 14,4
14,4 m2
6 Ruang 10 orang 13,24 m2 DA 13,24
Cleaning
1
Service dan
OB
7 Ruang Teknisi 1 2 orang 9 m2 DA 9
8 Ruang Mesin 1 3 orang 107 m2 AP 107
9 Ruang Utilitas 1 3 orang 14,8 m2 DA 14,8
10 Pos Jaga 2 2 orang 9 m2 DA 18
11 Ruang CCTV 1 3 orang 11,8 m2 AP 11,8
12 Gudang 1 3 orang 23 m2 DA 23 m2
Subtotal 661,24
Sirkulasi 30% 198.37
Total 859.61
DA : Data Arsitek
HSDI : Human Dimension and Interior Space
TSS : Time Saver Standard
SNI : Standar Nasional Indonesia
AP : Analisa Pribadi
Tabel 4.9 Total Kebutuhan Ruang Museum Gempa Bumi dan Tsunami
SITE
Batas-batas Tapak:
Sebelah utara : Sungai Banjir Kanal (Kel. Rimbo Kaluang)
Sebelah Selatan : Rusunawa
Sebelah Timur : Permukiman
Sebelah Barat :Waduk dan Samudra Hindia
Penataan ruang merupakan salah satu upaya pemanfaatan lahan yang
mempertimbangkan berbagai aspek. Oleh karena itu, pengaturan bangunan dan
lingkungannya perlu dilakukan sejak dini.
Respon:
Respon:
Tapak yang memiliki resiko tinggi terhadap bencana alam maka perlu
adanya pertimbangan rancangan baik dari bangunan maupun tapaknya
sendiri.
Tata masa yang direkomendasikan berdasarkan pola ruang ramah
bencana seperti sistem blok bangunan dan panggung. Sistem panggung
sebagai respon terhadap resiko banjir dan gelombang tsunami.
Pengaturan pengembangan bangunan yang tahan gempa: komposisi
masa bangunan yang memudahkan untuk evakuasi apabila terjadi gempa
Respon:
4.3.7 Utilitas
Respon:
Penyediaan prasarana umum seperti air bersih, air kotor, limbah padat, listrik,
dan utilitas lainnya pada tapak tertanam di tanah (underground system),
khususnya di bawah ruas jalan. Sempadan (easement) yang memadai perlu
disediakan di sepanjang jalur-jalur tersebut untuk menampung sistem utilitas
terpadu.
Dari beberapa sisi view dari tapak, sisi yang paling potensial dengan view
yang positif adalah sisi barat yang menghadap langsung ke Samudera Hindia.
Namun, kontur lahan yang landai menyebabkan view tidak terlihat maksimal serta
banyaknya lapak-lapak liar mengakibatkan terhalangnya pemandangan ke arah
barat. Kemudian untuk ketiga sisi lainnya view kurang baik, karena merupakan
permukiman padat penduduk.
Respon:
Untuk mengoptimalkan view ke arah barat (Samudera Hindia), massa
bangunan dapat ditinggikan (sistem panggung), sedangkan untuk ketiga view
lainnya dapet dimaksimalkan dengan penataan view dalam tapak.
Untuk lebih aman dalam merespons gempa pada bangunan, maka bentuk-
bentuk gubahan massa bangunan lebih sederhana dan simetrik. Bangunan simetrik
dalam hal kekuatan dan pembagian komposisi massa.
Gelombang Laut
Gubahan Massa
Pohon
Struktural
Struktur bangunan gedung bertujuan untuk:
memberikan kriteria minimal untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
keruntuhan.
Pada analisa stuktur dan konstruksi ini, terdapat tiga pengelompokan yaitu
stuktur bagian atas, struktur bagian tengah, dan struktur bagian bawah.
1) Struktur Bawah
2) Struktur Tengah
Struktur tengah berfungsi sebagai penopang yang disesuaikan dengan
kebutuhan ruang berdasarkan aktivitas ruang dan juga ditentukan melalui tinggi
lebar bangunan. Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan guna mendukung
struktur badan pada bangunan Museum Gempa Bumi dan Tsunami ini, yaitu:
a. Memiliki berat masa bangunan diusahakan atau harus seringan mungkin
b. Bahan finishing seringan mungkin
Pada sistem struktur badan dapat menggunakan kolom baja dan dinding
beton yang merupakan material tahan gempa. Selain sebagai sistem struktur,
pemilihan struktur kolom baja dengan desain tree steel column juga bertujuan
untuk mencapai analogi konsep geometri yang kemudian memberi nilai lebih
Struktur atas dan tengah dirancang sebagai satu kesatu, yaitu struktur
tengah sekaligus berperan sebagai struktur atas. Hal ini sebagai solusi
mengurangi beban struktur bawah.
Sintesa Utilitas
2) Lampu fluorescent
Lampu fluorescent mempuyai keunggulan dalam menghasilkan
25% energy untuk menghancurkan cahaya sehingga efikasi (lumen per
watt) lampu ini 2-3 kali lebih baik dari lampu pijar. Lampu ini lebih
efektif dalam hal pencahayaan dan lebih terang dan tidak
menghasilkan panas secara sia-sia.
Pada analisis penghawaan ruang pada museum Gempa Bumi dan Tsunami
ini, penghawaan ruang merupakan hal wajib yang harus dipenuhi dalam
memberikan kenyamanan ruang khususnya pada ruang pamer ataupun ruang
lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi penghawaan ruang yaitu aktivitas
Penghawaan ruang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan system
penghawaan alami dan system penghawaan buatan. Untuk penghawaan alami
digunakan untuk memberikan bukaan-bukaan pada bangunan yang memberikan
system penghawaan secara alami. Sistem yang dimungkinkan diterapkan pada
bangunan Museum Gempa Bumi dan Tsunami adalah dengan sistem cross
ventilation agar aliran udara yang masuk silih berganti dan memberikan
kenyamanan pada ruang tersebut. Untuk mendapatkan kenyamanan thermal
tersebut, terdapat beberapa pedoman yaitu :
o
Memperhatikan suhu pada ruang luar yaitu maksimal 28 C.
Memperhatikan lingkungan lainnya seperti bangunan yang menghalangi
masuknya udara dalam bangunan yang dapat menghalangi aliran udara
yang masuk maupun keluar.
Elemen pembatas ruang seperti dinding dan atap menjadi peranan penting
karena seperti dinding harus terlindungi oleh sinar matahari secara
langsung agar tidak mendapakan panas secara berlebihan. Pengolahan
plafon dapat mencegah terjadinya panas atas yang masuk ke dalam ruang
di bawahnya.
Vegetasi pada ruang luar memberikan kesejukan pada ruang didalamnya.
Jaringan listrik yang berasal dari PLN yang merupakan pasokan listrik
terbesar untuk bangunan Museum ini. Pasokan yang dari trafo inilah harus
kembali masuk ke dalam bangunan dengan 2 sistem perkabelan yaitu dengan
kabel bawah tanan dan kabel udara yaitu melaui atas palfon atau melalui dinding.
Sistem tata suara yang terdapat pada Museum Gempa Bumi dan Tsunami ini
adalah tata suara yang digunakan untuk memberikan segala informasi yang
terdapat pada ruang pamer. Pada ruang pamer akan diberikan speaker-speaker
yang akan memberikan suara pada ruang pamer tersebut. Sistem tata suara ini juga
digunakan untuk tanda bahaya andaikata terjadi bahaya di Museum ini.
Perencanaan tata suara tidak terlepas pula dari persyaratan kebisingan yang
disesuaikan dengan fungsi bangunan, agar rasa nyaman pengunjung bangunan
dapat tetap terpenuhi.
Sistem keamanan sangat penting dalam Museum Gempa Bumi dan Tsunami
ini. Sistem kemanan ini dilakukan demi mendapatkan keamanan atas hasil/materi
pameran yang nantinya terpajang pada ruang pamer. Sistem keamanan yang
dipakai pada Museum, yaitu :
Selain sebagai suatu fasilitas edukasi, museum ini juga dijadikan sebagai
simbol kebangkitan masyarakat terhadap gempa bumi yang pernah terjadi di Kota
Padang pada 30 September 2009 lalu.
out
entrance
Parkir Mobil
Sirkulasi kendaraan (mobil dan sepeda motor) melalui dua jembatan yang
disediakan agar memudahkan akses menuju tapak. Jembatan dan jalan kendaraan
memiliki lebar 6 m. Pencapaian ke bangunan mengadirkan perspektif yang
dinamis pada tujuan pencapaian. Letak area parkir tepak di depan bangunan agar
memudahkan pencapaian pengunjung ke bangunan dan mempersingkat waktu
tempuh.
Halte
Drainase
Jalur
Jalur Cepat Jalur Lambat
Pejalan
1.5 m 6m 3m
Gambar 5.4 Jalur kendaraan di dalam tapak
Area Parkir
out
entrance
Loading dock
entrance
Taman
150 m
144 m
Massa Penunjang
Massa Utilitas
Massa Utama
Auditorium
(R. Evakuasi Utama)
Pada sisi selatan tapak ditempatkan sebuah bangunan utilitas dimana selain
bersifat fungsional bangunan ini juga dimanfaatkan sebagai sculpture. Perletakan
sculpture ini berada di dekat auditorium sebagai ruang evakuasi
Taman
Plaza
Waduk
Penataan ruang terbuka diatur melalui tata hijau yang membentuk karakter
tapak serta memiliki peran penting baik secara ekologis, rekreatif dan estetis bagi
lingkungan sekitarnya, dan memiliki karakter terbuka sehingga mudah diakses
sebesar-besarnya oleh publik.
Konsep tata hijau pada tapak menganjurkan penanaman pohon tropis yang
memiliki cabang dan daun rimbun. Tata hijau harus mampu memberikan kesatuan
antar massa bangunan, unsur air dan sirkulasi udara alami merupakan aspek
perancangan ruang luar yang baik. Jenis pengerasan dibatasi pada batu-batuan
atau beton, grass block atau paving block, hal ini sangat tergantung dari keserasian
penataan taman dimasing-masing area.
Dalam upaya mitigasi, pada area waduk akan dirancang hutan bakau.
Hutan bakau ini dimanfaatkan sebagai buffer dari gelombang air laut (tsunami).
Pembatas Pandang
Tanaman tinggi
Bermassa daun padat
>5M Ditanam
berbaris/membentuk
massa
Jarak tanaman rapat
Bebas Volusi
Gelombang sebagai gambaran akan bencana yang dapat terjadi kapan pun
sedangkan pohon sebagai simbol kebangkitan atas bencana yang terjadi (diambil
dari filosofi mambangkik batang tarandam). Bentuk gelombang diaplikasikan
pada bentuk bangunan yang memiliki ketinggian yang berbeda menciptakan
Massa dibagi menjadi 3 massa sesuai Dari kolom-kolom inilah akan terlihat analogi
dengan zonasi masing-masing pohon yang dimaksud diatas. Kolom-kolom
Ketinggian massa dibentuk asimetris didesain dengan bentuk pohon dengan
hingga membentuk gelombang material baja. Selain sebagai struktur kolom
ini juga sebagai estetika menambah nilai
visual bangunan
Perpustakaan R. Simulasi
P. Temporer R. P. MFR
P. Tetap Lantai 2
Audio Visual
Resepsionis
Lobby
Loket
R. antrian
Lantai 1
Tata Ruang Dalam Massa 1
Lobby Lobby
R. R.
Antrian Antrian
Tiket Tiket
Perpustakaan
R. B&P R. R&D
Cafetaria
R. OB R. K&P R. ADM
Toilet
R. R.Kepala
R. Teknisi
WakilR.sekretaris
Resepsi R.
Retail
R. onis Tamu
Store CCTV
Lantai 2
R. Pen
Yimpan
an
Mu
shola
R.
persiapan
Lantai 1
R. Bagian
R. Bagian
Konservasi dan
Preparasi Administrasi
R.sekretaris
Resepsionis
Lobby R. Tamu
R. P. Kesehatan
R. petugas
Auditorium
Gudang
Ruang Utilitas
entrance
Jalur evakuasi ke bangunan
Gedung Evakuasi
P. Temporer R. P. MFR
P. Tetap Lantai 2
Audio Visual
Resepsionis Tangga
Lobby
Loket
Dari lantai 1 menuju
lantai 2 untuk evakuasi
R. antrian
Lantai 1
Lantai 1
Tanah
Lantai 2
Lantai 1
Tanah
R. petugas
Auditorium
Keluar
Lantai 1
Masuk
2) Struktur Tengah/Atas
Pada sistem struktur tengah menggunakan kolom baja dan dinding beton
yang merupakan material yang aman terhadap gempa dengan menggunakan
sistem panggung. Selain sebagai sistem struktur, pemilihan struktur kolom baja
dengan desain tree steel column juga bertujuan untuk mencapai analogi konsep
geometri yang kemudian memberi nilai lebih pada estetika (visual) bangunan.
Sedangkan dinding dirancang sekaligus sebagai atap.
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 157
Beton
Plat Baja
Baja
Struktur lantai berupa plat baja yang merupakan material yang tahan
terhadap gempa dan lebih ringan.
PDAM
GROUND
POMPA WATER POMPA DISTRIBUSI
TANK
SUMUR
BOR
2. Sistem Pencahayaan
Pada Museum Gempa Bumi dan Tsunami pencahayaan ruang yang
dilakukan untuk mendapatkan pencahayaan alami yang sebaik mungkin.
Kaca
3. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan pada bangunan Museum Gempa Bumi dan
Tsunami menggunakan sistem penghawaan alami dan buatan. Untuk
sistem penghawaan alami mengoptimalkan bukaan pada masing-masing
massa sedangkan untuk penghawaan buatan menggunakan AC central pada
bagian lobby, ruang pameran, ruang audio visual, auditorium, dll.
Sedangkan penggunaan AC split hanya diaplikasikan pada ruang
perpustakaan dan zona pengelola, dll.
6. Telekomunikasi
Sistem jaringan komunikasi pada Museum Gempa Bumi dan
Tsunami ini menggunakan beberapa alat komunikasi, yaitu:
a. Telepon
Dengan beberapa nomor ekstensi untuk mempermudah komunikasi
antar ruang
b. Faksimile
Dengan beberapa nomor ekstensi untuk menghindari jaringan sibuk,
sehingga pelayanan lebih lancar
UNIVERSITAS SRIWIJAYA| 162
c. LAN (Local Area Network)
Sebagai jaringan komunikasi antar komputer staff.
d. Jaringan internet
Dilengkapi dengan server untuk mengatur bandwith pemakaianan setiap
computer dan router untuk penentuan area hot-spot pada area museum.
7. Sistem Listrik
a. PLN
Sumber listrik dari PLN adalah sumber listrik utama yang
dimanfaatkan untuk setiap kegiatan yang membutuhkan listrik (untuk
penerangan, penghawaan,pompa, akustik, dll). b. Generator Set (Genset)
Sistem penangkal petir yang dipakai pada Museum Gempa Bumi dan
Tsunami ini adalah sistem penangkal petir faraday. Penangkal petir akan
dipasang di bagian tertinggi bangunan untuk melindungi bangunan dari
sambaran petir yang dapat membahayakan pengguna bangunan. Radius
jangkauan lindung penangkal petir adalah 45°. Pemasangan penangkal
petir dilakukan secara berjajar lalu dialirkan ke tanah melalui
pengebumian.
ICOM. (2007, Agustur 24). Museum Definition. Dipetik Januari 18, 2017, dari
International Council of Museum: http://icom.museum/the-
vision/museum-definition/
Ismanto, R. (2009). Repository Binus. Dipetik Januari 25, 2017, dari Repository
Binus: repository.binus.ac.id/2009-2/content/R0524/R052445737.doc
Luhur Arsiyanto Putra, R. F. (2014). Museum Tsunami Aceh. Dipetik Januari 29,
2017, dari Kompas 10 Tahun Tsunami Aceh:
http://id.infografik.print.kompas.com/tsunamiaceh/museum-tsunami-
aceh.php
Widiarti, R. (2015). Penerapan Arsitektur Tradisional Aceh pada Museum Tsunami Aceh.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Wikipedia Bahasa Indonesia. (2017, Januari 4). Cincin Api Pasifik. Dipetik Januari 18, 2017,
dari Wikipedia Org Web Site: https://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik
Wikipedia Bahasa Indonesia. (2017, Januari 12). Gempa Bumi Sumatera Barat 2009.
Retrieved Januari 22, 2017, from Wikipedia Bahasa Indonesia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Sumatera_Barat_2009
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum Mitigasi
Bencana
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan
Pemanfaatan Cagar Budaya