Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur selalu kami panjatkan atas kehadirat Allah

SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami,

sehingga kami bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Mineralogi yang berjudul Mineral

Non-Logam. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi

kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk

kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah

agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi

seluruh alam semesta.

Penulisan Laporan Mineralogi ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas

mata kuliah Mineralogi. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya

kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses

penyelesaian Laporan Mineralogi ini hingga rampungnya Laporan Mineralogi ini. Penulis

juga berharap semoga Laporan Mineralogi ini dapat memberikan manfaat bagi setiap

pembaca. Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, penulis meminta maaf apabila

terdapat kesalahan dalam penulisan Laporan Mineralogi ini, karena pada dasarnya

penulis adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Gowa, April 2021

INDRA RIZKI SAMUDRA K


DAFTAR ISI
Halaman

SAMPUL……………………………………………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv

DAFTAR TABEL...................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Tujuan Pratikum..........................................................................................2

1.3 Ruang Lingkup.............................................................................................2

BAB II KRISTALOGRAFI.....................................................................................3

2.1 Pengertian Mineral.......................................................................................3

2.2 Sifat-sifat Fisik Mineral..................................................................................4

2.3 Sifat-sifat Kimia Mineral..............................................................................11

2.4 Mineral Non Logam....................................................................................12

BAB III METODOLOGI PRATIKUM...................................................................13

3.1 Alat dan Bahan...........................................................................................13

3.2 Prosedur Pratikum......................................................................................18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................19

4.1 Hasil Pengamatan.......................................................................................20

4.2 Pembahasan..............................................................................................21

BAB V PENUTUP................................................................................................25

5.1 Kesimpulan................................................................................................25

5.2 Saran........................................................................................................26

iii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Mineral azurite biru……………………………………………………………………………………..5

2.2 Kilap intan………………………………………………………………………………………………….6

2.3 Gores abu-abu galena…………………………………………………………………………………7

2.4 Belahan tiga arah……………………………………………………………………………………….7

2.5 Pecahan serat serpentin………………………………………………………………………………8

2.6 Sifat elastis muskovit………………………………………………………………………………….10

3.1 Buku rocks and minerals…………………………………………………………………………….15

3.2 Handphone……………………………………………………………………………………………….15

3.3 Kawat tembaga………………………………………………………………………………………...16

3.4 Paku………………………………………………………………………………………………………...16

3.5 Kikir baja…………………………………………………………………………………………………..16

3.6 Alat tulis……………………………………………………………………………………………………17

3.7 Kaca…………………………………………………………………………………………………….…..17

3.8 Lup…………………………………………………………………………………………………….…….17

3.9 Kertas HVS…………………………………………………………………………………………….….18

3.10 Sampel mineral non-logam…………………………………………………………………….……18

3.11 Lembar deskripsi…………………………………………………………………………………………18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Skala kekerasan mosh………………………………………………………………………………….9

4.1 Hasil pengamatan………………………………………………………………………………………20

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineralogi adalah bagian dari ilmu kebumian yang mempelajari sifat-sifat

kimiawi, srtuktur kristal, sifat fisik termasuk juga sifat optik dari mineral. Pengkajian

yang lebih khusus dalam mineralogi adalah termasuk proses-proses yang terlibat

dalam pembentukan, asal usul, dan klasifikasi mineral, distribusinya secara geografik,

dan juga nilai guna mineral. Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui

proses geologis. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana

sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang telah diketahui.

Senyawa anorganik biasanya tidak termasuk, namun tahun 1995 The International

Mineralogical Association telah mengajukan definisi baru tentang mineral. Mineral

didefinisikan sebagai suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya

memiliki struktur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi (Kusmiyarti, 2016).

Golongan endapan mineral non-logam adalah material-material berupa padat,

cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral, batuan,

persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah

Mika, batuan Granit, Batubara, Halit dan lain-lain. Penambangan mineral non-logam

seperti Zeolit, Bentonit, Gipsum dan sebagainya kurang diperhatikan dan diminati oleh

beberapa investor pertambangan dibandingkan dengan penambangan golongan

mineral logam seperti emas, perak, besi dan tembaga. Hal tersebut dikarenakan

kurang adanya publikasi yang jelas akan manfaat dari mineral non-logam tersebut

(Kuncoro, 2013).

1
Mineral non-logam penting adanya untuk dipelajari karena dengan mempelajari

mineral, kita dapat mengidentifikasi jenis-jenis mineral dari sifat fisik maupun sifat

kimianya. Hal tersebut tentu saja membantu seluruh mahasiswa teknik pertambangan

untuk memahami apa yang menjadi bahan dasar pembentuk bumi ini dari yang ada di

sekitar kita hingga jauh di dasar bumi. Kita dapat mengetahui jenis kandungan mineral

dalam batuan. Kita juga dapat memperkirakan jumlah kandingan mineral yang

terdapat pada lokasi tambang. Kita juga dapat mengetahui kualitas mineral bahan

tambang. Sebagai mahasiswa teknik pertambangan, pentingnya mempelajari mineral

non logam akan mampu meningkatkan kecerdasan bagi mahasiswa mengenai jenis-

jenis mineral (Amin, 2014).

1.2 Tujuan Pratikum

Tujuan yang ingin dicapai dari pratikum ini adalah:

1. Mampu mendeskripsikan mineral non-logam.

2. Mampu menentukan sifat-sifat fisik mineral non-logam.

3. Mampu mengidentifikasi mineral berdasarkan sifat fisiknya.

1.3 Ruang Lingkup

Pada praktikum ini akan membahas tentang pengertian mineral non-logam,

sifat-sifat fisik mineral non-logam, dan mendeskripsikan mineral mulai dari warna,

cerat, kilap, kemagnetan, belahan, pecahan, kekerasan dan berat jenis. Praktikum ini

dilakukan di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Bahan Galian, Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin pada tanggal 3 April 2020.

2
BAB II

MINERAL NON-LOGAM

2.1 Pengertian Mineral

Mineral adalah padatan alami dengan komposisi kimia tertentu dan struktur

kristal internal yang khas. Sebagian besar mineral terbentuk secara anorganik tetapi

ada juga yang terbentuk secara organik (oleh organisme hidup). Sebagian besar

mineral adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atau lebih unsur kimia. Namun,

beberapa mineral lainnya terjadi seperti tembaga, belerang, emas dan perak terbentuk

sebagai unsur "asli" atau tunggal. Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus

pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Sedangkan

mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang

dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia

dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara beraturan di

dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Mineral didefinisikan dengan rumus

kimianya dan dengan susunan atom di dalam kristalnya. Misalnya, Iron sulfe memiliki

rumus kimia FeS2 (dimana Fe adalah Besi dan S adalah Belerang). Iron sulfe bisa

mengkristal dalam dua cara yang berbeda (Bonewitz, 2012).

Mineralogi adalah ilmu yang memepelajari tentang mineral, meliputi

pengenalan karakteristik fisik, komposisi kimia, pengelompokan, hingga proses

pembentukannya. Mineral termasuk benda mati yang terdapat di alam, sedangkan

bagian lainnya yang ada di alam adalah makhluk hidup dan tanaman. Perbedaan di

antara keduannya adalah mineral tidak dapat berkembang biak seperti makhluk hidup.

Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat mengetahui

bagian yang padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian luar yang padat dari

3
bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari batuan, dengan

mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan sphere yang berarti selaput.

Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita ketahui sekarang. Beberapa

daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan yang sederhana. Contohnya

adalah mineral intan yang hanya terdiri dari satu jenis unsur saja yaitu karbon. Garam

dapur yang disebut mineral halit, mengandung senyawa dua unsur natrium dan chlorit

dengan simbol NaCl. Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap

dengan perbandingan tertentu. Studi yang belajar segala sesuatunya tentang mineral

disebut mineralogi, didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang kristal, yang

merupakan unsur utama dalam susunan mineral (Noor, 2014).

Pengetahuan dan pengenalan mineral secara benar-benar dapat dikuasai terlebih

dahulu sebelum mempelajari dasar-dasar geologi, dimana batuan yang terdiri dari

mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Istilah mineral dalam arti geologi

adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta

tersusun dari komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu

pula. Diatas telah menyatakan bahwa salah satu syarat utama untuk dapat mengenal

jenis-jenis batuan sebagai bahan yang membentuk litosfir ini adalah dengan cara

mengenal mineral-mineral yang membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan

bahwa pembaca telah memahami dan memahami mineralogi, maka selanjutnya akan

diulas secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja (Noor, 2014).

2.2 Sifat-Sifat Fisik Mineral

Sifat fisik mineral digunakan untuk mengidentifikasi berbagai mineral dengan

kesamaan sifatnya, seperti warna, kilap, cerat, belahan, pecahan, kekerasan mineral,

tenacity, berat jenis, kemagnetan, dan kelistrikan. Berikut ini adalah penjelasan

mengenai sifat-sifat fisik mineral, yaitu (Amin, 2014):

4
1. Warna

Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat

membedakan mineral yang satu dengan yang lainnya. Warna mineral adalah

warna yang bisa ditangkap oleh mata bilamana mineral tersebut terkena sinar.

Warna ini penting untuk membedakan warna antara yang disebabkan oleh

campuran atau pengotoran dan elemen utama pada mineral tersebut. Banyak

mineral yang dinamakan berdasarkan warna. Misalnya warna asli dari elemen-

elemen utama pada mineral (idiochromatis), yaitu warna yang tetap dan khas.

Contoh mineral tersebut adalah azurite biru. Warna karena adanya pengotoran

(allochromatis) merupakan warna yang tidak tetap atau berubah-ubah (Amin,

2014).

Gambar 2.1 Mineral Azurite Biru (Amin,2014)

2. Kilap

Kilap merupakan sifat optik dari mineral yang berhubungan dengan refleksi dan

refraksi. Kilap sebagai hasil pantulan cahaya dari permukaan mineral.

Intensitas dari kilap sebenarnya merupakan kuantitas cahaya pantul dan pada

umumnya tergantung pada besaran indeks refraksi mineral. Kilap dapat dibagi

5
menjadi 3 (tiga), yaitu kilap logam, kilap sub logam, dan kilap bukan logam.

Kilap logam (kilap logam) adalah kilap yang dihasilkan dari mineral-mineral

logam.

Gambar 2.2 Kilap Intan (Amin, 2014)

Kilap sub logam (submetalic luster) terdapat pada mineral-mineral semi opak

sampai opak atau kilap yang dihasilkan dari mineral hasil alterasi. Kilap bukan

logam biasanya terlihat pada mineral-mineral yang berwarna muda (Amin,

2014).

3. Cerat dan Goresan

Cerat dapat untuk membeda-kan dua jenis mineral yang warna-nya tampak

sama tetapi warna ceratnya (warna dalam keadaan menjadi bubuk) berbeda.

Gores atau cerat lebih tidak dapat dipercaya oleh warna yang tidak disukai oleh

mineral karena warna cerat lebih stabil. Pada mineral yang kekerasan-nya

kurang dari enam, cerat dapat diperoleh dengan cara menumbuk mineral

tersebut sampai halus (Amin, 2014).

6
Gambar 2.3 Gores Abu-Abu Galena (Amin, 2014)

4. Belahan

Belahan adalah sifat fisik mineral yang mampu membelah yang disebabkan

oleh tekanan dari luar atau pemukulan menggunakan palu. Belahan terjadi bila

mineral dipukul tidak hancur tetapi terbelah-belah mengikuti bidang belah yang

licin. Tidak semua mineral mempunyai sifat ini, sehingga kenakalan mudah

dibelah, sukar dibelah, atau tidak dapat dibelah. Belahan pada mineral dibagi

menjadi tiga, yaitu belahan satu arah, belahan dua arah, dan belahan tiga arah

(Amin, 2014).

Gambar 2.4 Belahan Tiga Arah (Amin, 2014)

7
5. Pecahan

Saat mineral dikenakan gaya maka mineral akan membelah, namun jika

mineral yang diberikan gaya tersebut tidak membelah secara teratur maka

mineral tersebut akan mengalami pecahan dengan arah yang tidak teratur. Ada

beberapa macam pecahan beberapa diantaranya adalah:

a. Konkoidal, memperlihatkan gelombang yang melengkung di permukaan

pecahan seperti kenampakan kulit kerang atau botol pecah contoh: kuarsa.

b. Splintery/fibrous, menunjukkan gejala seperti serat contoh: asbestos,

augit, hipersten.

c. Uneven/irreguler, permukaan kasar tidak teratur contoh: garnet,

hematit, kalkopirit.

d. Hackly, permukaan tidak teratur dengan ujung-ujungnya yang runcing

contoh: perak native dan emas native (Amin, 2014).

Gambar 2.5 Pecahan Serat Serpentin (Amin, 2014)

8
6. Kekerasan

Kekerasan mineral diperlukan untuk mendapatkan perbandingan kekerasan

mineral satu terhadap mineral yang lain, dengan cara mengadakan saling gores

antar mineral. Perlu diketahui bahwa kekerasan mineral ke segala arah

ditentukan oleh parameter tiap-tiap poros kritalografinya. Oleh karena itu,

kekerasan untuk mineral yang satu mungkin ke segala arah sama keras dan

untuk mineral lainnya tidak demikian. Skala kekerasan mineral yang lazim

digunakan adalah skala kekerasan mosh. Skala kekerasan ini terdiri atas 10

tingkatan, berturut-turut dari yang terlunak sampai yang terkeras yang

terkeras dalam tabel berikut (Amin, 2014):

Tabel 2.1 skala Kekerasan mosh (Amin, 2014)


Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia

1 Talk H2Mg3(SiO3)4

2 Gipsum CaSO4.2H2O

3 Kalsit CaCO3

4 Flourit CaF2

5 Apatit CaF2Ca3(PO4)2

6 Ortoklas KAlSi3O8

7 Kuarsa SiO2

8 Topas Al2SiO3O8

9 Korundum Al2O3

10 Intan C

9
7. Sifat Dalam

Sifat dalam atau tenacity adalah sifat mineral yang berhubungan dengan daya

tahan mineral apabila patah, hancur, bengkok, dan irisannya. Macam-macam

sifat dalam mineral, yaitu rapuh, mudah ditempa, dapat diiris, fleksibel, dan

elastis (Amin, 2014).

Gambar 2.6 Sifat Elastis Muskovit (Amin, 2014)

8. Berat Jenis

Setiap mineral ditentukan berat ditentukan jenis tertentu. Besarnya oleh unsur-

unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam

kristalnya. Mineral-mineral khususnya pembentuk batuan, mempunyai jenis

berat sekitar 2,7 meskipun berat jenis rata-rata unsur logam didalamnya

berkisar antara 5. Susunan Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis

19,3 (Noor, 2014).

9. Kemagnetan

Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Mineral

ferromagnetik adalah mineral yang mudah tertarik dengan gaya magnet,

10
seperti mineral Magnetite dan Pyrhotite. Mineral-mineral yang menolak gaya

magnet disebut mineral diamagnetik, sedangkan mineral yang hanya tertarik

oleh gaya kuat dari elektromagnet disebut sebagai paramagnetik. Sifat

kemagnetan mineral dapat diketahui dengan cara menggantungkannya pada

seutas benang. Sedikit demi sedikit mineral didekatkan pada magnet. Bila

benang bergerak mendekatinya, berarti mineral tersebut magnetit. Kuat

tidaknya bisa terlihat dari sudut besar kecilnya yang dibuat benang tersebut

terhadap garis vertikal (Amin, 2014).

10. Kelistrikan

Kelistrikan adalah sifat mineral terhadap arus listrik. Sifat listrik mineral dapat

menjadi dua, yaitu sebagai pengantar arus atau konduktor dan yang tidak

menghantarkan arus listrik atau non konduktor. Pada prakteknya, batas ini

tidak tegas sehingga dijumpai istilah semi konduktor, yaitu mineral bersifat

sebagai konduktor dalam batas-batas tertentu. Biasanya mineral logam

menjadi konduktor listrik yang baik dan mineral non logam menjadi isolator

yang baik (Amin, 2014).

2.3 Sifat-Sifat Kimia Mineral

Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi

mineral Silikat dan mineral Non-silikat. Tersedia 8 (delapan) kelompok mineral Non-

silikat, yaitu kelompok oksida, sulfida, sulfat, native elemen, halida, karbonat,

hidroksida, dan fospat. Di awal telah dikemukakan bahwa tidak kurang dari 2000 jenis

mineral yang dikenal hingga sekarang. Namun ternyata hanya beberapa jenis saja

yang terlibat dalam gugusan batuan. Ada yang tidak dapat bersenyawan dengan

mineral lain, adapula mineral yang bisa bersenyawaan dengan logam atau bukan

logam seperti oksigen, belerang, silikat dan lain-lain. Mineral-mineral tersebut

11
dinamakan mineral pembentuk batuan, atau mineral pembentuk batuan, yang

merupakan penyusun utama batuan dari kerak dan mantel bumi batuan pembentuk

batuan dikelompokan menjadi empat, yaitu silikat, oksida, sulfida dan karbonat dan

sulfat (Noor, 2014).

1. Mineral Silikat

Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang

merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur

logam. Karena perintah yang besar, maka hampir 90% dari berat kerak bumi

terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100% dari mantel bumi (sampai

kedalaman 2900 Km dari kerak bumi). Silikat merupakan bagian utama yang

membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan

(Noor, 2014).

2. Mineral Oksida

Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan unsur

tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida

umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga

lebih berat kecuali sulfida. Unsur paling utama dalam oksida adalah besi,

mangan, dan timah (Noor, 2014).

3. Mineral Sulfida

Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan

sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri.

Beberapa dari mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai

ekonomis, atau bijih, seperti pirit, galena, dan sphalerit (Noor, 2014).

4. Mineral Karbonat dan Sulfat

Merupakan persenyawaan dengan ion, dan disebut karbonat, umpamanya

persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium karbonat, CaCO, dikenal sebagai

12
mineral kalsit. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan

sedimen (Noor, 2014).

2.4 Mineral Non-Logam

Mineral non logam adalah kelompok komoditas mineral yang tidak termasuk

mineral logam, batubara maupun mineral energi lainnya (tidak dapat menghantarkan

listrik). Mineral non logam biasa disebut juga sebagai bahan galian non logam atau

bahan galian industri atau bahan galian golongan C. Hingga saat ini masih belum

didapatkan kepastian untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena

memang belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini.

Namun pada umumnya dikenal dua definisi mineral, definisi klasik yang disimpulkan

sebelum tahun 1977 dan definisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.

Menurut definisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk

secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang

tetap dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam

dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan

umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu (Darmono,

2001).

Mineral bukan logam dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu

bahan galian bangunan, bahan galian mineral industri, bahan galian mineral keramik,

dan bahan galian batu permata. Berikut adalah penjelasannya (Lutgents, 2006).

a. Bahan Galian Bangunan

Bahan galian bangunan; meliputi andesit, granit, marmer, onik, batu apung,

pasir dan batu, batubara, serta aspal. Andesit banyak ditemukan di Sumatra

Barat, Jawa Barat dan Jawa Timur. Lombok. Pasir banyak ditemukan di Jawa

Barat dan Jawa Tengah.

13
b. Bahan Galian Mineral Industri

Bahan galian mineral industri meliputi; bentonit, barit, diatomi, dolomit,

magnesit, fosfat, belerang, batu gamping, talk, dan zeolit. Magnesit banyak

ditemukan di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, dan P. Flores.

Belerang banyak ditemukan Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa timur, dan

Sulawesi Utara. Batugamping banyak ditemukan di Aceh, Sumatra Barat,

Sumatra Selatan, P. Jawa, P. Sumba dan Sumbawa, P. Timor, dan Papua.

c. Bahan Galian Mineral Keramik

Bahan galian mineral keramik; meliputi pasir kuarsa, bond clay, dan kaolin.

Pasir kuarsa banyak ditemukan di Jawa Timur, Kalimantan Barat, Riau, P.

Bangka, dan Papua. Perlif banyak ditemukan di P. Sumbawa dan Lampung.

Kaolin banyak ditemukan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.

d. Bahan Galian Batu Permata

Bahan galian batu permata meliputi; intan yang banyak ditemukan di Riau,

safir di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, giok di Aceh, Jawa Tengah,

Sulawesi Tenggara, dan P. Halmahera, serta granit banyak ditemukan di

Sumatra Barat dan Kalimantan Barat.

14
BAB III

METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pratikum kali ini adalah:

1. Buku Rocks and Minerals adalah alat yang digunakan untuk membantu dalam

pengambilan data pada praktikum.

Gambar 3.1 Buku Rocks and Minerals

2. Kamera adalah alat dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan sampel

Mineral Non-Logam.

Gambar 3.3 Handphone

15
3. Kawat tembaga digunakan untuk menetukan kekerasan dari suatu mineral.

Gambar 3.3 Kawat Tembaga

4. Paku digunakan untuk menetukan kekerasan dari suatu mineral.

Gambar 3.4 Paku

5. Kikir Baja digunakan untuk menetukan kekerasan dari suatu mineral.

Gambar 3.5 Kikir Baja

16
6. Alat Tulis digunakan untuk menulis deskripsi dari suatu mineral.

Gambar 3.6 Alat Tullis

7. Kaca digunakan untuk menentukan kekerasan dari suatu mineral

Gambar 3.7 Kaca

8. Lup digunakan sebagai alat untuk mengamati tekstur mineral secara lebih

detail.

Gambar 3.8 Lup Magnet

17
Bahan yang digunakan pada pratikum kali ini adalah:

1. Kertas HVS digunakan sebagai bahan kelengkapan praktikum.

Gambar 3.9 Kertas HVS

2. Sampel Mineral non-logan digunakan sebagai bahan percobaan.

Gambar 3.10 Sampel Mineral logam

3. Lembar deskripsi digunakan untuk menulis data-data hasil praktikum

Gambar 3.11 Lembar deskripsi

18
3.2 Prosedur Pratikum

Langkah kerja dalam pratikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.

2. Mengamati objek praktikum (sampel mineral non-logam).

3. Mengambil dokumentasi mineral dan objek praktikum.

4. Melakukan deskripsi mineral sesuai dengan lembar deskripsi yang telah

disediakan (Mengamati warna segar dan warna lapuk dari suatu mineral;

Menentukan cerat dari suatu mineral dengan cara menggoreskan paku baja

pada mineral yang diamati kemudian ditentukan warna dari hancuran mineral

tersebut; Menentukan belahan dari suatu mineral dalam hal ini dengan

mengamati arah belahan pada mineral tanpa memberikan gaya pada mineral

tersebut; Menentukan kekerasan dari suatu mineral dengan cara menggoreskan

kuku, kawat tembaga, paku atau kikir baja pada mineral dan mengamati pada

alat apa mineral tersebut hancur ketika digores; Menentukan sistem kristal dari

suatu mineral; Menentukan komposisi kimia dan berat jenis mineral dengan

panduan buku Rock and Minerals).

5. Ulangi langkah 2 – 4 untuk objek praktikum lainnya.

6. Membuat laporan sementara pada kertas HVS dengan menggabungkan data-

data hasil pendeskripsian mineral dari setiap stasiun.

19
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengamatan

pada sampel mineral non-logam seperti di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan


No. Nama Contoh
Sketsa Foto
Sampel Mineral Batuan

Awaluit,
GF-03 Serpentin
Besi Murni

Basalt, Gabro,
ST-04 Olivin Dunite,
Peridotit

Marmer,
ST-06 Kalsit
Kapur

20
Karbonat,
Maagdolomi

ST-07 Dolomit

Ferrierite,
ST-08 Zeolit Heulandite,
Leumonit

Marmer,
ST-10 Kalsit
Kapur

4.2 Pembahasan

4.2.1 Nomor sampel GF-03

Pada nomor sampel GF-03 terdapat mineral yang memiliki warna segar dari

mineral tersebut berwarna hijau gelap dan warna lapuknya cokelat kehitaman,kilap

yang dimiliki oleh mineral ini adalah kilap lemak, belahan nya tergolong dalam belahan

sempurna tapi tidak tampak, pecahannya berbentuk konkoidal, memiliki kekrasan (3),

berat jenisnya 2,4 gram, sistem kristalnya membentuk monoklin maupun triklin,

termasuk dalam kelompok mineral silikat dan komposisi mineralnya adalah (Mg,Fe,Ni) 3

21
Si2 O6(OH)4 .jika dilihat dari sifat fisiknya nama mineral yang dapat didefinisakan adalah

serpentine.

Gambar 4.1 Mineral Serpentine


4.2.2 Nomor sampel ST-04

Pada nomor sempel ST-04, mineral non logam yang teridentifikasi adalah

mineral Olivin. Penamaan ini berdasarkan ciri-ciri dari mineral ini dimana mineral ini

memiliki warna segar hitam, warna lapuk coklat. Kilap dari mineral ini berupa kilap non

logam, belahan dua arah dan pecahan uneven dengan cerat abu-abu. Memiliki berat

jenis 3,27-4,5 gr/cm3 dengan sistem kristal Orthorombik. Mineral ini juga termasuk

dalam kelompok mineral Silikat.

Gambar 4.2 Mineral Olivin

Mineral Olivin banyak ditemukan dibatuan beku yang berwarna gelap. Mineral

ini biasanya mengkristal bersamaan dengan Plagioklas dan Piroksin untuk membentuk

batu Gabro ataupun Basalt. Berdasarkan skala Mohs, kekerasan dari mineral ini adalah

22
6-6,5. Komposisi kimia dari Kuarsa adalah (Mg,Fe) 2 SiO4. Olivin biasa digunakan dalam

proses metalurgi sebagai “slag conditioner”.

4.2.3 Nomor sampel ST--06

Pada nomor stasiun ST-06, mineral non logam yang teridentifikasi adalah mineral

Kalsit. Penamaan ini berdasarkan ciri-ciri dari mineral ini dimana mineral ini memiliki

warna segar putih kekuningan, warna lapuk coklat. Kilap dari mineral ini berupa kilap

mutiara, belahannya tidak ada dan pecahan konkoidal dengan cerat putih. Memiliki

berat jenis 2,7 gr/cm3 dengan sistem kristal Heksagonal. Mineral ini juga termasuk

dalam kelompok mineral Karbonat.

Gambar 4.5 Mineral Kalsit


Mineral Kalsit dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, metamorf, sedimen

dan melalui proses hidrotermal dan biasa ditemukan di batuan, batuan metamorf dan

pada batuan sedimen. Kalsit merupakan sumber senyawa CaCO3, yang digunakan

untuk membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur, tohor, industri kimia,

industri besi baja, dan pembenahan tanah. Berdasarkan skala Mohs, kekerasan dari

mineral ini adalah 5,5-6. Komposisi kimia dari Kalsit adalah CaCO 3.

4.2.4 Nomor sampel ST-07

Pada nomor sampel ST-07mendeskripsikan sebuah mineral yang memiliki

warna segar yaitu putih kekuningan serta warna lapuknya yaitu coklat. Mineral ini

mempunyai jenis kilap yaitu kilap logam. Mineral ini mempunyai merupakan jenis

23
pecahan konkoidal dan jenis belahan yaitu belahan tiga arah. Mineral ini memiliki

warna cerat putih. Tingkat kekerasan kalsit yaitu 3 dalam skala mohs. Tenacity dari

mineral ini yaitu Brittle. Sifat kemagnetan yang dimiliki oleh mineral ini adalah

diamagnetik. Kalsit dengan komposisi kimia CaCO 3. Unsur kimia pembentuknya terdiri

dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO 3). Golongan mineral ini yaitu Sulfat. Mineral ini

bernama Kalsit. Kalsit sangat umum ditemukan di seluruh dunia baik di dalam batuan

sedimen, batuan metamorf, maupun batuan beku. Beberapa ahli geologi

menganggapnya sebagai "ubiquitous mineral" atau mineral yang dapat hadir di hampir

semua jenis batuan. Batu kapur (batugamping) dan Marmer digunakan sebagai batuan

ornamen konstruksi seperti lantai/ubin dan pagar, ini sudah tentu setelah melewati

tahapan pemolesan sehingga menghasilkan corak yang lebih indah.

Gambar 4.4 Mineral Dolomit

4.2.5 Nomor sampel ST-08

Pada nomor sampel ST-08, dapat dilihat warna segar dari mineral tersebut

berwarna putih dan warna lapuknya abu-abu, kilap yang dimiliki oleh mineral ini

adalah kilap tanah, belahan nya sempurna 3 arah, pecahannya berbentuk uneven,

memiliki kekrasan (2,5), berat jenisnya 2,7 gram, sistem kristalnya membentuk triklin,

termasuk dalam kelompok mineral silikat dan komposisi mineralnya adalah

Al2O32SiO22H2O .jika dilihat dari sifat fisiknya nama mineral yang dapat didefinisakan

adalah kaolin.

24
Gambar 4.5 Mineral Zeolit

4.2.6 Nomor sampel ST-10

Pada Nomor sampel ST-10, mineral non logam yang teridentifikasi adalah

mineral Kalsit. Penamaan ini berdasarkan ciri-ciri dari mineral ini dimana mineral ini

memiliki warna segar putih kekuningan, warna lapuk coklat. Kilap dari mineral ini

berupa kilap mutiara, belahannya tidak ada dan pecahan konkoidal dengan cerat putih.

Memiliki berat jenis 2,7 gr/cm 3 dengan sistem kristal Heksagonal. Mineral ini juga

termasuk dalam kelompok mineral Karbonat.

Gambar 4.6 Mineral Kalsit


Mineral Kalsit dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, metamorf, sedimen

dan melalui proses hidrotermal dan biasa ditemukan di batuan, batuan metamorf dan

pada batuan sedimen. Kalsit merupakan sumber senyawa CaCO3, yang digunakan

untuk membuat semen, campuran adulan semen, pupuk, kapur, tohor, industri kimia,

industri besi baja, dan pembenahan tanah. Berdasarkan skala Mohs, kekerasan dari

mineral ini adalah 5,5-6. Komposisi kimia dari Kalsit adalah CaCO 3.

25
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Mineral non-logam merupakan kelompok komoditas mineral yang tidak

termasuk mineral logam, batubara maupun mineral energi lainnya (tidak dapat

menghantarkan listrik). Mineral non logam biasa disebut juga sebagai bahan

galian non logam atau bahan galian industri. Mineral non-logam yang

terbentuk biasanya berasosiasi dengan mineral lain, yang kemudian disebut

dengan endapan mineral non-logam.

2. Mineral non-logam dapat dilihat dari sifat fisiknya. Beberapa sifat fisik mineral

antara lain: warna, kilap, kekerasan, pecahan, belahan, cerat, berat jenis dan

tenacity.

a. Warna adalah warna yang bisa di tangkap oleh mata bilamana mineral

terkena sinar.

b. Kilap adalah kesan yang diberikan oleh mineral saat terkena pantulan

cahaya.

c. Kekerasan adalah ketahanan suatu mineral terhadap goresan.

d. Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah

yang tidak teratur jika dikenai gaya.

e. Belahan adalah kemampuan suatu mineral untuk membelah melalui bidang

belahan yang rata.

f. Cerat adalah warna dari mineral dalam wujud serbuk.

26
g. Berat jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume

mineral.

h. Tenacity adalah sifat mineral yang berhubungan dengan daya tahan

mineral apabila dipatahkan, dihancurkan, dibengkokkan dan dipotong.

3. Adapun nama-nama mineral berdasarkan sifat fisiknya adalah sebagai berikut:

Mineral Serpentin (Batuan Awaruit), Olivin (Batuan Basalt), Kalsit (Batuan

Marmer), Dolomit (Batuan Karbonat), Zeolit (Batuan Ferrierite), Kalsit (Batuan

Kapur). Karena mineral ini digolongkan kedalam mineral non-logam maka

kemagnetan mineral tersebut dikelompokkan kedalam diamagnetik, memiliki

arti mineral tersebut tidak akan tertarik oleh medan magnet. Tidak bereaksi

dengan asam. Nama mineral tersebut adalah Kuarsa.

5.2 Saran

Adapun saran untuk laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya alat di laboratorium lebih diperhatikan dan dirawat lagi.

2. Sebaiknya pemberian arahan tentang peraturan di laboratorium dipertahankan.

3. Kerapihan laboratorium sebaiknya dipertahankan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. 2014. Geologi Dasar. Jakarta: Kemendikbud.

Darmono, D.S. 2001. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UIP.

Kusmiyarti, T.B. 2016. Agrogeologi dan Lingkungan. Denpasar: Universitas Udayana.

Lutgens, K.F. 2006. Mineral Exploration. New Delhi: New India Publishing Agency.

Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai