GEOLOGI DASAR
MINERAL DAN BATUAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : HILAL
KELAS: 1 B
COVER . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
KATA PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .ii
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.1 LATAR BELAKANG. . . . . . . . . . . . . . .. .. 1
BAB II PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2.1 MINERAL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..2
2.2 BATUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...4
2.2.1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
2.2.2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
2.2.3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
BAB III PENUTUP. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
3.1 KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. MINERAL
Berikut ini penjelasan dari masing-masing sifat mineral:
Warna
Warna mineral dapat dilihat mata apabila terkena cahaya. Ada beberapa mineral
yang dinamakan berdasarkan warna
seperti azurite biru, malachitee hijau, erythrite merah-ungu dan lainnya.
Kilap
Kilap mineral adalah sifat optik dari mineral yang berhubungan dengan refleksi
dan refraksi dari pantulan cahaya di permukaannya. Kilap dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
kilap logam, kilap sub logam, dan kilap bukan logam.
Cerat atau gores
Adanya cerat dapat digunakan untuk membedakan dua jenis mineral yang
warnanya terlihat sama namun warna ceratnya (bentuk bubuknya) berbeda. Warna cerat
lebih stabil dan tidak berubah sehingga lebih dapat dipercaya.
Belahan
Belahan atau terbelah adalah sifat fisik dari mineral jika mengalami tekanan dari
luar atau pemukulan dengan palu. Tidak semua mineral memiliki sifat ini karena ada
yang mudah dibelah, ada yang sulit, dan ada yang tidak bisa dibelah.
Pecahan
Apabila mineral tidak dapat membelah, maka ia akan pecah secara tidak teratur.
Beberapa macam pecahan yang diketahui adalah: Konkoidal: pecahan yang
memperlihatkan gelombang lengkung di permukaannya, misalnya kwarsa.
Splintery/fibrous: pecahan yang terlihat seperti serat.
Uneven/ireguler: pecahan yang memberi kesan permukaan kasar tidak teratur.
Hackly: adalah pecahan yang mengesankan permukaan tidak teratur dengan
ujung runcing. Contoh emas native dan perak native.
Kekerasan
Kekerasan menunjukkan tingkat kerasnya suatu mineral. Ini penting sebagai
pembanding mineral satu dan mineral lainnya. Cara pengujian tingkat kekerasan adalah
dengan saling menggores masing-masing mineral. Skala yang digunakan adalah skala
“Mohs” dengan 10 tingkat kekerasan. Yang paling rendah adalah kapur (talk) dan yang
paling keras adalah intan.
Sifat dalam
Sifat dalam merupakan sifat mineral yang berhubungan dengan daya tahan
mineral apabila patah, hancur, bengkok, dll. Macamnya adalah:
1. Rapuh (brittle) : artinya mineral tersebut mudah hancur tapi bisa dipotong-
potong. Mineral yang bersifat rapuh contohnya kwarsa, orthoklas, kalsit,
pirit.
2. Mudah ditempa : artinya mineral itu dapat di tempa hingga tipis, contoh
yang bisa ditempa sampai tipis adalah emas, tembaga.
3. Dapat diiris : artinya mineral itu dapat diiris dngan pisau seperti gypsum
contohnya.
4. Fleksible : artinya mineral dapat menjadi lapisan tipis, bisa di bengkokkan
namun tak patah, tetapi tidak dapat di kembalikan lagi seperti semula.
Contoh : mineral kapur (talk), dan selenite.
5. Blastik : adalah mineral berupa lapisan tipis, dapat dibengkokkan tanpa
patah dan dapat di kembalikan keposisi semula. Contoh : muskovit.
6. Berat jenis Adalah berat relatif dari suatu mineral yang diukur terhadap
berat dari air. Cara mengukurnya:Timbang mineral dalam keadaan kering di
udara (W);Timbang mineral dengan ditenggelamkan dalam air (W1).Berat
jenisnya ditentukan dengan membagi berat dalam kondisi kering dengan
berat setelah ditenggelamkan dengan rumus:Berat jenis = W / W-(W1)
Biasanya mineral pembentuk batuan memiliki berat jenis 2.7. sedangkan mineral
logam berat jenisnya 5.
Kemagnetan
Kemagnetan adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnet. Jika ia mudah
sekali ditarik magnet maka dinamakan ferromagnetik. Sebaliknya jika menolak daya tarik
magnet dinamakan diamagnetik.
Kelistrikan
Kelistrikan adalah sifat mineral terhadap arus listrik. Jika mineral dapat
mengalirkan listrik disebut konduktor, sebaliknya jika tidak dapat mengalirkan listrik
disebut non konduktor. Jika dapat mengalirkan listrik pada batas tertenti disebut semi
konduktor
a) Mineral Silikat
b) Mineral oksida.
c) Mineral Sulfida.
ini mendingin dengan cepat, bentuknya padat, debu/ suatu larutan yang kental
dan panas.
b. scoria atau yang disebut juga terak merupakan lava yang sebagian
besar terdiri dari lubang-lubang yang bentuknya tidak beraturan, karena
ditempati oleh gas pada saat lava membeku. gas-gas yang keluar
campuran batu, pasir dan kerikil akibat adanya aliran air yang terjadi di lereng
a.Batu pasir merupakan klas dari batuan sedimen. Batu pasir menempati 30%
Dari seluruh batuan sedimen di permukaan bumi. Penamaan bila batuan 100%
Pasir (sand) disebut batu pasir. Menurut pengelompokan cara terbentuknya Batuan, batu
pasir termasuk pada kelompok batuan sedimen detritus (klastik) Yaitu pengendapan
dengan proses mekanik, yang terbagi dalam dua golongan Besar yang pembagian
golongannya berdasarkan ukuran besar butirnya. Batu Pasir termasuk pada golongan
detritus kasar.
Dapat terjadi secara langsung dari gunung api dan dapat diendapkan di sekitar
Gunung api tersebut, ataupun diendapkan di lingkungan air (sungai, Danau/laut). Breksi
termasuk pada golongan detritus kasar.
Lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam. Termasuk golongan
Detritus halus. Tufa merupakan suatu spongi, batuan karbonat yang porous, diendapkan
Sebagai lapisan tipis di permukaan, di dekat mata air (Springs) dan sungai (rivers). Tufa
memiliki tubuh yang berpori dan permukaan yang keras seperti Batu. Selain itu, Calyx
tufa juga dapat menyerap oksigen dari air melalui Proses difusi.
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak elektron bebas
sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas
tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat atau karakteristik masing-masing
batuan yang di lewatinya.
Batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-pori yang terisi oleh fluida, terutama
air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi konduktor elektrolitik, di mana konduksi
arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik dalam air.
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran
arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron bebas sedikit,
bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan berpindah dan berkumpul terpisah
dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik di luar, sehingga terjadi polarisasi.
Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik batuan yang bersangkutan, contoh:
mika.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Makalah ini telah membahas secara mendalam tentang mineral
dan batuan, dua komponen yang sangat penting dalam ilmu geologi. Kita
telah memahami bahwa mineral adalah zat padat yang memiliki
komposisi kimia tertentu dan struktur kristal yang teratur, sementara
batuan adalah agregat mineral yang membentuk kerak bumi. Pentingnya
memahami mineral dan batuan dalam geologi tidak bisa diabaikan,
karena mereka tidak hanya memberikan petunjuk tentang sejarah bumi
tetapi juga berperan dalam sumber daya alam dan proses geologis yang
memengaruhi planet kita
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/amp/s/amp.tirto.id/
pengertian-mineral-sifat-fisik-perannya-dalam-
pembentukan-batu-gdKX
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/
face0_2._Modul_Geologi_Dasar.pdf
https://beaprofesor.wordpress.com/
2011/04/17/batuan-dan-mineral/