A. PENGERTIAN MINERAL
A. KLASIFIKASI MINERAL
I. Mineral Silikat
Silika merupakan penyusun utama kerak bumi (Holmes 1964). Kombinasi silika
dengan unsur yang lain membentuk mineral golongan silikat. Mineral golongan silikat
dikelompokkan berdasarkan perbandingan unsur silikon dan oksigen. Mineral silikat
terbagi dua jenis, yaitu mineral silikat primer dan mineral silikat sekunder (Loughnan
1969). Mineral silikat primer adalah mineral silikat yang terbentuk dari hasil
pembekuan magma, contohnya grup mineral piroksin, sedangkan mineral silikat
sekunder terbentuk dari hasil pelapukan batuan atau dari hasil ubahan mineral
primer, contohnya grup mineral liat (clay) Menurut Loughnan (1969), dalam struktur
silikat, oksigen merupakan anion yang paling penting. Ikatan antara kation dan
oksigen meningkat sesuai dengan jarak (radius) kation – oksigen, semakin kecil jarak
radius kation dan oksigen maka ikatan mineralnya akan semakin kuat.
yang rendah
Adalah mineral yang tidak mengandung unsur Silicon (Si). Mineral non-silikat
ini terbagi dalam beberapa kelompok seperti, oxide, sulfide, sulfates, native element,
halite, carbonate, hydroxide, phosphates. Berikut adalah table contoh mineral non-
silikat :
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini
tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan
kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang
a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina
b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya
c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya
dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem
kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya,
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan termasuk juga
didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga
sulfosalt.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves),
stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat
(BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat
adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki kilap
kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr, Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine
Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah
evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium
sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum
(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate,
sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
B. GENESA MINERAL
Lingkungan magmatik
Lingkungan sedimen
Lingkungan metamorfik
A. Lingkungan Magmatik
1. Batuan Beku
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang
sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun
udara saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan,
pembekuan yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena
masih memiliki waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini
terjadi di dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan
tekstur faneritik(kasar).
Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional
yang kaya akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil.
Cairannya tidak selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila
mencukupi, tekanan volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah
pada batuan yang merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun
batuan lain yang sudah terbentuk lebih awal.
Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik,
umumnya granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali,
serta sejumlah muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan
granit, namun berbeda dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir
sangat kasar, dan berbentuk tabular.
3. Deposit Hidrotermal
B. Lingkungan Sedimen
1. Resistat
2. Hidrolisat
3. Oksidat
Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi
yang tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan
berkurangnya oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah
Pirit (pada keadaan asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).
Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang
biasanya dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.
5. Presipitat
Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi
aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena
kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di
lingkungan terestrial, seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya
terdapat mata air yang jenuh akan kandungan CaCO3.
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari
segi ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti
yang kita ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium,
dan karena terjadi perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun hanya sedikit
akan menyebabkan fosforit terpresipitasi. Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya
lebih sedikit, maka akan terbentuk lapisan fosforit yang lebih murni.
6. Evaporit
Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut
yang menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang
pertama kali akan mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan
berlanjutnya evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum,
yang bergantung kepada temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya
akan terbentuk halit. Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium karbonat,
namun pada keadaan tertentu dapat juga terendapkan garam kalsium dan
magnesium.
Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas,
baik dalam penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti
ekonomi, karena endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I].
Endapan ini terbentuk di darat karena menguapnya suatu danau garam. Disamping
kedua senyawa tadi, terkandung pula nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida,
dan gipsum.
C. Lingkungan Metamorfik
Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan
tekanan ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun
tetap terjadi pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme
adalah aksi dari cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang
terjadinya reaksi melalui larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan
material batuan yang disebabkan oleh cairan ini, maka prosesnya disebut
dengan metasomatisme.