Anda di halaman 1dari 17

KLASIFIKASI DAN GENESA MINERAL

A. PENGERTIAN MINERAL

Mineral adalah benda padat, homogen yang terdapat di alam, terbentuk


secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu, dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral adalah bagian dari

batuan. Mineral terdiri dari kristal-kristal.

A. KLASIFIKASI MINERAL

Secara garis besar mineral dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

I. Mineral Silikat

Silika merupakan penyusun utama kerak bumi (Holmes 1964). Kombinasi silika
dengan unsur yang lain membentuk mineral golongan silikat. Mineral golongan silikat
dikelompokkan berdasarkan perbandingan unsur silikon dan oksigen. Mineral silikat
terbagi dua jenis, yaitu mineral silikat primer dan mineral silikat sekunder (Loughnan
1969). Mineral silikat primer adalah mineral silikat yang terbentuk dari hasil
pembekuan magma, contohnya grup mineral piroksin, sedangkan mineral silikat
sekunder terbentuk dari hasil pelapukan batuan atau dari hasil ubahan mineral
primer, contohnya grup mineral liat (clay) Menurut Loughnan (1969), dalam struktur
silikat, oksigen merupakan anion yang paling penting. Ikatan antara kation dan
oksigen meningkat sesuai dengan jarak (radius) kation – oksigen, semakin kecil jarak

radius kation dan oksigen maka ikatan mineralnya akan semakin kuat.

Batuan silikat bisa dikelompokan menjadi dua kelompok berdasarkan


dominasi mineral penyusunnya, yaitu batuan mafic dan felsic. Kelompok batuanmafic,
batuan silikat lebih mudah untuk kita kenali berdasarkan dari warnanya yang kelam,
hal ini disebabkan dominasi oleh mineral ferro-magnesian silikat yang mengandung
banyak kation basa seperti Mg, Ca, serta unsur hara mikro Mn, Fe, Cu, dan Zn dengan
sedikit K (< 1 % K2O). Kelompok batuan felsic (yang umumnya berwarna cerah)
didominasi oleh mineral kaya silika (kwarsa dan/feldspar) mengandung sedikit hingga

cukup banyak unsur K (4 – 20 % K2O, Priyono, 2004).

Sebagian besar mineral-mineral silikat proses terbentuk terjadi ketika cairan


magma mulai mendingin. Pada proses pendinginan ini dapat terjadi dekat permukaan
bumi atau bahkan jauh di bawah permukaan bukit dimana tekanan dan temperatur
lingkungannya sangat tinggi. Lingkungan pengkristalan dan komposisi kimia dari
magma sangat mempengaruhi macam mineral yang terbentuk. Contoh, mineral olivin
mengkristal pada temperatur tinggi. Sebaliknya kuarsa mengkristal pada temperatur

yang rendah

I.I. Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Mineral Silikat


Ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi kestabilan mineral silikat,
baik secara kimia dan fisik terhadap proses degradasi, yaitu :

1. Stabilitas mineral silikat ditentukan oleh kekuatan, panjang dan arah


ikatan yang terbentuk antara unsur penyusunnya. Mineral silikat di
dominasi oleh ikatan ionik dan kovalen. Ikatan ionik dan kovalen
membentuk struktur yang kuat dan titik lebur yang tinggi.
2. Kestabilan ikatan kation – oksigen dalam mineral silikat
ditentukan oleh energi pembentukannya. Semakin besar energinya
semakin tinggi kestabilannya. Pembentukan ikatan Si – O, membutuhkan
energi yang besar, sekitar 3110 sampai 3142 kg cal/mol . Ikatan Al – O
membutuhkan energi pembentukan sebesar 1793 – 1878 kg cal/mol.
Ikatan antara ion logam dan oksigen membutuhkan energi pembentukan
sebesar 299 – 919 kg cal/mol
3. Perbandingan banyaknya ikatan antara unsur silikon (Si) dan
oksigen (O) akan mempengaruhi struktur silikat yang terbentuk. Semakin
besar perbandingan antara unsur Si dan O, maka mineral silikat akan
memiliki struktur yang lebih kuat. Stabilitas struktur tektosilikat (Si : O = 1 :
2) > struktur filosilikat (Si : O = 2 : 5) > struktur inosilikat (Si : O = 1 : 3) >
struktur nesosilikat (Si : O = 1 : 4). Adanya kandungan ion hidroksida di
dalam struktur silikat juga mempengaruhi stabilitas mineral silikat. Mineral
silikat yang mengandung ion hidroksida memiliki stabilitas yang lebih
rendah dibanding mineral yang tidak mengandung ion hidroksida.

4. Stabilitas mineral juga ditentukan oleh ukuran dan bentuk


kristalnya. Bentuk kristal yang pipih cenderung lebih stabil dibanding
yang prismatik. Mineral yang berukuran besar cenderung lebih stabil
dibanding mineral yang kecil. Semakin kecil ukurannya semakin mudah
terdegradasi. Ukuran butir kristal yang kecil akan menambah luas
permukaan spesifik kristal. Hal ini menyebabkan timbulnya reaksi dengan
lingkungan, sehingga intrusi pada permukaan kristal akan meningkat,
proses pertukaran kation akan lebih intensif dan kristal akan lebih mudah
mengalami pelarutan. Batuan dengan komposisi mineral yang sama,
dengan pengecilan ukuran batuan yang berbeda, akan menghasilkan
kecepatan pelarutan yang berbeda Ukuran butir yang lebih kecil memiliki
kecepatan pelarutan yang lebih tinggi dibanding yang berukuran lebih
besar.

I.II. Mineral ferromagnesium

Ciri yang dimiliki mineral ferromagnesium yaitu mempunyai karakter warna

yang gelap, hitam dan memiliki berat jenis yang besar.


 Olivine: dikenal karena warnanya yang "olive". Berat jenis berkisar
antara 3.27 – 3.37 , tumbuh sebagai mineral yang mempunyai bidang belah
yang kurang sempurna.
 Augitit: karakter warnanya sangat gelap hijau hingga hitam. BD
berkisar antara 3.2 – 3.4 dengan bidang belah yang berpotongan hampir tegak
lurus. Bidang belah ini sangat penting untuk membedakannya dengan mineral
hornblende.
 Hornblende: cirri warnanya hijau hingga hitam; BD. 3.2 dan
mempunyai bidang belah yang berpotongan dengan sudut kira-kira 56o dan
124o yang sangat membantu dalam cara mengenalnya.
 Biotite: merupakan mineral "mika" yang memiliki bentuk pipih
yang dengan mudah dapat dikelupas. Dalam keadaan tebal, warnanya hijau
tua hingga coklat-hitam; BD 2.8 – 3.2.

Dalam pembentukan mineral silikat dikenal yang namanya Bowen Series.


Berikut adalah gambar dari Bowen Series :

II. Mineral Non-Silikat

Adalah mineral yang tidak mengandung unsur Silicon (Si). Mineral non-silikat
ini terbagi dalam beberapa kelompok seperti, oxide, sulfide, sulfates, native element,
halite, carbonate, hydroxide, phosphates. Berikut adalah table contoh mineral non-
silikat :

II.I. Kelompok Native Element (Unsur Murni)

Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan
dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini
tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan
kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Dibagi lagi dalam 3 kelas mineral yang

berbeda , antara lain :

a. Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya: emas (Au), perak (Ag), Platina

(Pt) dan tembaga (Cu). sistem kristalnya adalah isometric.

b. Semimetal (Semi logam). Contohnya: bismuth (Bi), arsenic (As), , yang keduanya

memiliki sistem kristalnya adalah hexagonal.

c. Non metal (bukan logam). Contohnya intan, graphite dan sulfur. sistem kristalnya
dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya orthorhombic, intan sistem
kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya adalah hexagonal. Pada umumnya,

berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi, kisarannya sekitar 6.

II.II. Mineral Sulfida

Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang) (S2-). Pada umumnya

unsure utamanya adalah logam (metal).

Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah


gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi oleh
sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi dibawah
kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya dikenal sebagai
alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan hidrotermal (air
panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih
(ores). Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada
industri logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan
unsur logam dari sulfurnya.

Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang

bersifat logam.

Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pirit (FeS2), Kalkosit
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS), dan Kalkopirit (CuFeS2) .Dan termasuk juga
didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan juga

sulfosalt.

II.III. Mineral oksida

Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur


tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya
lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali
sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, Chroom, mangan, timah
dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah "es" (H2O),

korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).


II.IV. Mineral Karbonat

Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”, umpamanya


persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral
“kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.

Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonat
juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua (caves),
stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat
(BO3).

Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah dolomite
(CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh mineral nitrat dan borat
adalah niter (NaNO3) dan borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).

II.V. MINERAL HIDROKSIDA

Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran


atau persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH-). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-unsur
logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah Manganite MnO(OH), Bauksit

[FeO(OH)] dan limonite (Fe2O3.H2O).

II.VI. MINERAL HALIDA

Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenelektronegatif,


seperti: F-, Cl-, Br-, I-. Pada umumnya memiliki BJ yang rendah (< 5).Contoh
mineralnya adalah: Halit (NaCl), Fluorit (CaF2), Silvit (KCl), dan Kriolit (Na3AlF6).
II.VII. MINERAL PHOSPHAT

Kelompok ini dicirikan oleh adanya gugus PO43-, dan pada umumnya memiliki kilap
kaca atau lemak, contoh mineral yaitu:Apatit (Ca,Sr, Pb,Na,K)5 (PO4)3(F,Cl,OH),Vanadine
Pb5Cl(PO4)3,dan Turquoise CuAl6(PO4)4(OH)8 . 5H2O.

II.VIII. MINERAL SULFAT

Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada daerah
evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan menguap
sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.

Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat. Dan
sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi logam dengan
anion-anionnya masing-masing.

Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah barite (barium
sulfate), celestite (strontium sulfate), anhydrite (calcium sulfate), angelsit dan gypsum
(hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate, molybdate, selenate,
sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
B. GENESA MINERAL

Genesa/Genesis mineral merupakan tempat atau lingkungan dimana suatu


mineral terbentuk. Ada 3 macam genesa mineral, yaitu:

 Lingkungan magmatik
 Lingkungan sedimen
 Lingkungan metamorfik

A. Lingkungan Magmatik

Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki


tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan
dengan aktivitas magma. Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi
menjadi empat tipe, yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata
air panas.

1. Batuan Beku

Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok


mineral yang terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar,
feldspatoid, piroksen, hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-
mineral penting yang terdapat dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan
beku yang mengandung hampir 100% mineral yang sama, contohnya seperti Dunit
yang hampir seluruhnya tersusun atas mineral olivine.

Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,


yaitu Leucocratic (terang),Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap).Pengelompo
kkan ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium. Semakin banyak
kandungan mineral tersebut, maka warna nya akan semakin gelap.
Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang
tercermin terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku juga
mencerminkan kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi, viskositas
magma, kecepatan pembekuan, dan pertumbuhan kristalnya.

Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang
sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun
udara saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus). Sedangkan,
pembekuan yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang besar, karena
masih memiliki waktu yang cukup untuk membentuk itu. Pembekuan yang lambat ini
terjadi di dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan beku dengan
tekstur faneritik(kasar).

 Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan beku dibedakan menjadi 4 jenis.


Batuan beku asam yang mengandung lebih dari 65% silika, ex: Granit.
 Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-
65%, ex: Diorit, Syenit.
 Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%, ex: Gabbro.
 Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit, Peridotit.

2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal

Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional
yang kaya akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil.
Cairannya tidak selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil. Apabila
mencukupi, tekanan volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang permukaan lemah
pada batuan yang merupakan bagian dari batuan beku intrusi yang sama, ataupun
batuan lain yang sudah terbentuk lebih awal.
Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik,
umumnya granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali,
serta sejumlah muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan
granit, namun berbeda dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir
sangat kasar, dan berbentuk tabular.

3. Deposit Hidrotermal

Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang


mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga dapat
berupa suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian batuan.
Proses hidrotermal ini merupakan suatu proses yang penting dalam pembentukan
mineral-mineral bijih. Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya, deposit
hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

 Deposit hidrotermal : suhu antara 300-500 derajat C, dan terbentuk di


kedalaman yang sangat dalam. Dicirikan oleh mineral Molibdenit[MoS2],
Kasiterit [SnO2], Skhelit [CaWO4].
 Deposit mesotermal : suhu antara 200-300 derajat C, dengan kedalaman
yang menengah. Mineral yang mecirikannya adalah mineral-mineral sulfida
seperti Pirit [FeS2], Galena[PbS]. Urat kuarsa mengandung emas yang
merupakan suatu deposit penting, mungkin adalah deposit mesotermal.
 Deposit epitemal : terbentuk pada temperatur rendah, antara 50-200
derajat C. Mineral pencirinya adalah Perak native [Ag], Emas
native [Au], Silvanit [(Au,Ag)Te2].
4. Deposit Air Panas dan Fumarol

Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan.


Mineral yang dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan sulfida.
Sedangkan, deposit fumarol terdapat pada gunungapi yang masih aktif. Gas-gas
panasnya mengendapkan mineral-mineral seperti sulfur, dan khlorida,
terutama Khlorida Amonium [NH3Cl]. Selain itu, mungkin juga
terdapat Magnetit [Fe3O4], Hematite[Fe2O3], dan Realgar [AsS].

B. Lingkungan Sedimen

Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan


hidrosfer terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase
pelapukan, yang dapat menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru
yang bersifat lebih stabil daripada sebelumnya.

Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang berlangsung


adalah oksidasi karena terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa tempat
ada yang tidak terkena kontak atmosfer, sehingga proses yang berlangsung adalah
reduksi.

Berdasarkan stabilitas mineralnya, lingkungan sedimen dibagi menjadi 6


klasifikasi:

1. Resistat

Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap


pelapukan, sehingga tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang dikenal
paling tahan terhadap pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika dalam sedimen-
sedimen resistat dapat mencapai 90%, sehingga sangat cocok untuk digunakan
sebagai sumber dalam perindustrian.

Mineral-mineral lainnya yang tahan terhadap pelapukan


adalah Zirkon [ZrSiO4], Andalusit [Al2SiO5], Topaz [Al2SiO4(OH,F)2]. Endapan resistat
disebut juga sebagai “placer deposit” karena bernilai ekonomi.

2. Hidrolisat

Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi


kimia. Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral lempung,
berupa aluminosilikat hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang
sangat halus.

Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat


kontras, proses pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan endapan
aluminosilikat yang sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya kandungan silika, dan
meninggalkan residu berupa oksida alumunium hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3]. Residu
ini dikenal dengan “endapan bauksit”, merupakan endapan komersial yang
menghasilkan bijih alumunium.

3. Oksidat

Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi


senyawa besi dalam suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit [HFeO2]
yang memberikan warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna
merah. Bila kedua mineral ini terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi
sangat bernilai karena bijih besinya.

Mineral lainnya yang terdapat pada endapan oksidat adalah mangan.


Contohnya adalah Manganit [MnO(OH)], dan Psilomelane [(Ba,H2O)2Mn5O10], yang
sebagian besar tersusun atas MnO2.
4. Reduzat

Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang


terisolir dari atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali
dijumpai.

Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan kondisi
yang tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan
berkurangnya oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah
Pirit (pada keadaan asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).

Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya


akan berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi,
memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat
digunakan menjadi deposit bijih besi.

Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang
biasanya dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.

5. Presipitat

Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang


mensekresi gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis
ini (karbonatan) adalah di bawah laut.

Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil adalahKalsit, namun dapat juga
terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi
aragonit, hal itu dapat terjadi apabila strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena
kandungan ion-ion asing. Selain itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di
lingkungan terestrial, seperti di dalam gua batugamping, yang di sekelilingnya
terdapat mata air yang jenuh akan kandungan CaCO3.
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari
segi ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti
yang kita ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat kalsium,
dan karena terjadi perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun hanya sedikit
akan menyebabkan fosforit terpresipitasi. Bila sedimentasi dari bahan-bahan lainnya
lebih sedikit, maka akan terbentuk lapisan fosforit yang lebih murni.

6. Evaporit

Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan.


Endapan ini mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi
daerah itu, sebagai indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula
pengendapannya, sedimen evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:

Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut
yang menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang
pertama kali akan mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan
berlanjutnya evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum,
yang bergantung kepada temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran berikutnya
akan terbentuk halit. Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium karbonat,
namun pada keadaan tertentu dapat juga terendapkan garam kalsium dan
magnesium.

Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas,
baik dalam penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti
ekonomi, karena endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium[I].
Endapan ini terbentuk di darat karena menguapnya suatu danau garam. Disamping
kedua senyawa tadi, terkandung pula nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida,
dan gipsum.
C. Lingkungan Metamorfik

Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan
tekanan ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun
tetap terjadi pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme
adalah aksi dari cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang
terjadinya reaksi melalui larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan
material batuan yang disebabkan oleh cairan ini, maka prosesnya disebut
dengan metasomatisme.

1. Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf

Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu metamorfisme termal, dan


regional. Metamorfisme termal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang
berkembang di sekitar tubuh batuan plutonik. Pada tipe ini, temperatur
metamorfisme ditentukan oleh jauh dekatnya dengan intrusi magma. Batuan khas
dari metamorfisme ini adalah batutanduk (hornfels). Batu ini mempunyai butir yang
halus, dan terkadang mengandung mineral yang mempunyai kristal yang besar.
Berdasarkan komposisi mineralnya, batutanduk terbagi menjadi batutanduk biotit,
piroksen, dan silikat gamping.

Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada


suatu daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari
metamorfisme ini adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar, yang
berupa suaru lapisan yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya berseling di
antara mineral terang dan gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan
laminasi yang berkembang baik, sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan terpecah
pada bidang laminasi tersebut.
2. Mineralogi Batuan Metamorf

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol


derajat metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur setiap
derajat metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.

Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan


mineraloginya. Yaitu dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara
bersamaan. Contohnya, Biotit adalah mineral yang paling umum di batuan metamorf,
namun tidak ditemukan di metamorf yang berderajat rendah, dan digantikan dengan
Muskovit dan Khlorit.

Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul


sebagai albit, yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan
meningkatnya derajat metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan
hampir di semua derajat metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator dari
derajat metamorfisme.

Anda mungkin juga menyukai