Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DISIPLIN ILMU

MINERALOGI

Disusun Oleh :

Annas Lathifah Rianti S. 10060315017


Villasentia Dewi J.H.S 10060315018
Arinda Ramadhana 10060315023
Ika Kartika 10060315025
Riri Karima 1006031502
Indrawati 1006031003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2018 M / 1439 H
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Serta shalawat serta
salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita semua
kejalan kebenaran yang diridhoi Allah SWT kepada kami,. Makalah yang kami buat
ini berjudul “Mineralogi”.
Tujuan membuat makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah PAI
disiplin ilmu yang dibimbing ibu Yani Lukmayani, M.Si.,Apt. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan berguna, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Demikian makalah ini dibuat, kami menyadari di dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari pada itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi
dan atas kritik dan sarannya kami ucapkan terimakasih.

Bandung, Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 3

2.1 Klasifikasi, Sinonim, Nama Umum ...................................................... 3

2.2 Deskripsi Tanaman ............................................................................... 3

2.3 Kandungan Kimia ................................................................................ 4

2.4 Manfaat ................................................................................................ 5

2.5 Ekologi ................................................................................................. 5

2.6 Asal dan Penyebaran Geografis ........................................................... 6

2.7 Pedoman Budidaya .............................................................................. 7

2.8 Hama dan Penyakit .............................................................................. 10

BAB IV KESIMPULAN ................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineralogi adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologi.
Istilah meniralogi termasuk tidak hanya bahan komposisi alami tetapi juga stuktur
mineral. Mineral juga dapat diartikan sebagai bahan padat organic yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu,
dimana ataom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis.
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita, dapat berwujud sebagai
batuan, tanah, atau pasir yang di endapkan pada dasar sungai. Mineral, kecuali
beberapa jenis. Memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya. Sebagai
perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata, dan diasumsikan
sebagai bentuk-bentuk yang teratur dikenal sebagai “ kristal’.
Dengan demikian KristaL secara definisi sebagai bahan padat yang homogen
yang memilki pola internal susunan tiga demensi yang teratur. Studi yang khusus
dipelajari sifat-sifat, bentuk susunan, dan cara-cara terjadi bahan padat tersebut
dinamakan kristalografi. Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak
untuk mempelajari bagian padat dari bumi ini, yang terdiri dari batuan. Untuk
mempelajari stuktur batuan sebaiknya harus mengenal lebih dahulu Kristal dan
mineral pembentukan batuan tersebut, oleh karena beberapa hal yang sangat penting
di atas maka makalah ini ini di buat untuk mengenal lebih jauh atau memperdalam
ilmu pengetahuan tentang mineral.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, rumusan masalah yang
dapat kami susun adalah sebagai berikut :
 Menjelaskan pengertian mineral dan sifar-sifat dari mineral?
 Menguraikan tentang proses pembentukan mineral?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
 Menjelaskan pengertian mineral dan sifar-sifat dari mineral
 Menguraikan tentang proses pembentukan mineral

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mineral

Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan


kepastian untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang
belum didapatkan kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada
umumnya dikenal dua defenisi mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum
tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang
terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus
kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral Madalah suatu zat yang
terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-
sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris
tertentu.
Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik,
yang termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi
kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup
semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut.
Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena
penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga
digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome.
Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai
silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan
organik biasanya tidak termasuk).
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral.
Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,
pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui
sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik
secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori
hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat

3
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral
yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat
mineral secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom
pada sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan
mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut
cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini
disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap.
Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi
daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
2. Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai
padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini
tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan
timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi
yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral
secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna.
3. Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok
mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari
sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral,
sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan
bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur
mineral.
4. Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima
dan juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada
dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan
yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
5. Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam
mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan

4
γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti
Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan
Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam
mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari
mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat
juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu
paruhnya (half time).
6. Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam
proses-proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet.
Mineral Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi
cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral
Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh
mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada
gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi
cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7. Bau dan Rasa
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
 Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
 Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter
Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral
diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
 Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
 Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
 Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan
memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang
dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaanAmorf, yang
artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal).
Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu
makin tenang dan lambat.

5
2.2. Proses Pembentukan Mineral

Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun


yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses
pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral
yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan
mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa
faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur
kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam
dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma,
dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari
proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu
faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak
terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk
setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi
atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai
ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
Gambar 2.1 Siklus Batuan dan Mineral
1. Proses Magmatis
Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan
bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk
mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk
sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu :

6
1. Early magmatis, yang terbagi atas:
ü Disseminated, contohnya Intan
ü Segregasi, contohnya Crhomite
ü Injeksi, Contohnya Kiruna
2. Late magmatis, yang terbagi atas:
ü Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
ü Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
ü Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
ü Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2. Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)
yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai
450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3. Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai
membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.
Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan
samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang
diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral
pneumatolitis.
4. Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan
tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara
garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
1. Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
ü Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
ü Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan
kedalaman yang besar.

7
ü Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan
Spalerite serta oksida besi.
ü Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.

2. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :


ü Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal.
ü Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi.
ü Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses
penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
ü Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
ü Proses pengayaan sering terjadi.

3. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :


ü Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
ü Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
ü Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
ü Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
ü Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
ü Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya
berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi
berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,
Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution cavity
filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.

8
5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang
didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat
penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic
kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan
unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya.
Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa
pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi
penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau
dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak
mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral
yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan
merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan
Disseminated.
6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
ü Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
ü Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan
eolian.
9. Supergen enrichment
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.
C. Mineral Pembentuk Batuan
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :
1. Felsic mineral

9
Tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta mempunyai
berat jenis kecil atau ringan.
Contohnya :
a) Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan
kombinasinya. Rumus kimia tau komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis
dari mineral ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada
kuarsa dapat jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi
dari gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor
dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan
dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada kuarsa.
Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang berkaitan dengan
gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk
batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan
warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang
juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian
disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna
yang bermacam-macam ini disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak
bersih.
b) Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
1. Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
2. Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu),
feldspar ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan
Plagioklas.

10
c) Orthoclase (Potassium feldspar)
Orthoklas adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars)
adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya
prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis
mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin,
mempunyai kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan
sebagai bahan baku dalam industri keramik.
d) Plagioklas feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung
Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-
orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76.
plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk
kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan
mempunyai berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.
a) Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan
ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal
dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0.
mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan
pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.

11
b) Piroksin
Piroksin merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki
hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun
mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan
monoklin. Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya
dan tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg
dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan langsung dengan silicon.
c) Amphibole (Horblende)
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O).
Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada
berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
3. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon
(Si) dan air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap
SiO4 mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan
valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
4. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan
mineral ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam
suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar
dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid
adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang
umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
5. Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal,
walaupun bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari

12
mineral ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan
nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65.
Kilap pada nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak.
Belahan permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar.
Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
6. Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah
trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan
nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai
dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah
putih keabu-abuan.

BAB IV
KESIMPULAN

Ada beberapa kesimpulan yang dapat kita petik dari pembahasan di atas yakni
:
1. mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas,
bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang
mempunyai bentuk geometris tertentu.
2.Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai
dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,
pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
3. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1. Suhu Kohesi
2. Reaksi Terhadap Cahaya
3. Perawakan Kristal
4. Sifat Kelistrikan
5. Sifat Radioaktivitas
6. Gejala Emisi Cahaya
7. Bau dan Rasa

13
4.Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun
yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses
pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral
yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan
keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak
bernilai ekonomis.
B. Saran
Semoga apa yang ada di dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca. Makalah yang membahasan tentang mineral ini mengajarkan kita tentang
bagaimana peting mineral bagi kehidupan. Dan karena didalam isi makalah ini
mungkin masih ada yang perlu di benarkan, maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

14
15

Anda mungkin juga menyukai