ISOTERM ADSORPSI
Oleh :
KELOMPOK VI
KELAS C
Audry Fenanda Siregar 2107124941
Anlili Ansari Lasmiadi 2107124337
Hanifa Yestiana 2107114028
Reihan Faizaldi 2107136511
Riska Rahma Dani 2107113607
Asisten:
Sherina Septiyani
Dosen Pengampu:
Sri Rezeki Muria ST.MP.MSc
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Proses adsorpsi yang terjadi,akan mencapai titik saturasi. Titik saturasi adalah
saat setiap titik di permukaan adsorbat telah tertutupi oleh molekul adsorben.
Hubungan antara banyak molekul yang teradsorpsi dengan luas permukaan
adsorben dalam konsentrasi zat terlarut dan suhu tertentu disajikan dalam bentuk
garfik yang disebut dengan isoterm adsorpsi. Isoterm adsorpsi dibagi menjadi dua
berdasarkan penemu dan metode yang digunakan serta berdasarkan jenis adsorpsi
yang dihitung. Pembagian isoterm adsorpsi meliputi isoterm Langmuir dan
Isoterm Freundlich. Adsorpsi isoterm langmuir digunakan dalam menghitung
proses adsorpsi yang terjadi dengan asumsi bahwa permukaan adsorben bersifat
ideal dan homogen sehingga proses adsorpsi yang terjadi pada tiap titik di
permukaan adsorben memerlukan energi yang sama, adsorpsi bersifat lokal yang
berarti atom atau molekul hanya ter adsorpsi pada titik tertentu pada permukaan
adsorben, dan tiap titik sebagai tempat terjadinya adsorpsi pada adsorben hanya
dapat berkontak dengan satu molekul atau atom adsorbat saja. Isoterm Freundlich
merupakan sebuah adsorpsi isoterm yang di rumuskan oleh Herbert Freundlich
berdasarkan hasil empiris yang didapatnya. Isoterm jenis ini sangat cocok dalam
menghitung adsorpsi yang dilakukan pada senyawa hidrokarbon ataupun karbon
aktif (Tadda, dkk., 2018).
3
4
Banyak senyawa kimia berguna yang terbuat dari asam asetat sebagai salah
satu bahan utamanya diantaranya meliputi etil asetat yang banyak dipakai sebagai
pelarut dan penghilang kafein pada kopi dan teh adalah hasil reaksi antara olefin
atau alkohol dengan asam asetat, asetamida yang biasa dipakai sebagai pembentuk
plastik merupakan hasil dari dekomposisi termal ammonium asetat, asetil klorida
yang banyak digunakan untuk proses asetilasi merupakan hasil reaksi asam asetat
dengan hidrogen klorida. Untuk produk komersial, asam asetat merupakan bahan
baku untuk membuat produk vinil klorida untuk membuat PVC, dan sebagai
bahan dasar pembuat asetat anhidrat (Hitt, 2003). Sifat kimia dari asam asetat
dapat dilihat pada tebel 2.2:
Tabel 2.2 Sifat Kimia Asam Asetat
Parameter Nilai
Rumus Senyawa 𝐶2 𝐻4 𝑂2
Berat molekul 60
Polaritas 64,8
Volume Van der walls 2,20
Luas permukaan Van der Walls 2,07
Volume molar 57,5
Panas Laten (cal/mol) 5800
Panas jenis (cal/mol/°𝐶) 29,4
Sumber: (Hitt, 2003)
Asam asetat tersedia dalam bentuk larutan terlarut dalam tubuh hewan
ataupun tanaman. Secara biologis, asam asetat diproduksi sebagai hasil
pencernaan etanol dari acetobacter atau dari pencernaan glukosa oleh bakteri
clostridium (Elliott, 2009). Asam asetat digunakan untuk banyak industri seperti
makanan, kimia, farmasi, tekstil, kosmetik, dan banyak lagi (Mokhena, dkk.,
2016). Permintaan akan asam asetat pada saat ini sebanyak 6,5 ton secara global
dan produksi asam asetat secara global 70% berasal dari Amerika, Eropa Barat,
dan jepang.Walaupun asam asetat dikenal sebagai bahan baku untuk pembuatan
cuka, pembuatan cuka tidak menjadi penggunaann terbesar dari asam asetat
adalah dalam pembuatan vinil asetat dengan penggunaan mencapai 40%-45% dari
keseluruhan produksi dunia dan asetat anhidrat dengan pengguanan sebanyak
10% dari total produksi dunia (Hitt, 2003). Produksi asam asetat secara industri
5
secara garis besar dilakukan dengan dua metode yaitu dengan metode fermentasi
dan metode sintetik. Perbedaan metode dadasari dari tujuan penggunaan asam
asetat yang dihasilkan dan asal dari asam asetat yang disintesis. Metode
pembuatan asam asetat skala industri meliputi:
1. Fermentasi
Metode ini dilakukan untuk menghasilkan asam asetat yang digunakan
pada makanan yaitu cuka. Proses ini menggunakan bahan yang bahan penghasil
karbon yang dapat diperbarui seperti, kelapa, anggur, apel, kurma, pati yang
dihidrolisis, bir, dan minuman anggur. Metode ini meliputi dua proses umum
yaitu pemberian ragi pada bahan baku dan pereaksian dengan bakteri asam asetat
seperti acetobacter. Metode fermentative ini terbagi tiga meliputi:
a. Orleans
Metode ini berasal dari Prancis. Metode ini banyak digunakan untuk
menghasilkan asam asetat dengan volume yang rendah. Tong kayu digunakan
untuk memfermentasi bahan yang menjadi difermentasi. Metode ini digunakan
oleh berbagai negara untuk memproduksi cuka eksotis yang terbuat dari bahan
tertentu dan pada musim tertentu (Mokhena, dkk., 2016).
b. Trickling
Metode ini ditemukan untuk agar proses asetifikasi lebih singkat dari
metode orleans. Metode ini dilakukan dengan menyemprotkan bahan alcohol dari
bagian atas tangki yang berisi acetobacter dalam jel untuk meningkatkan reaksi
antara bahan dan acetobacter. Udara dialiri kedalam tangka untuk mendinginkan
tangka karena proses fermentasi menghasilkan panas. Hasil yang berupa cuka
akan di keluarkan dan di semprotkan Kembali kedalam tangka secara berkala
sampai kadar asam asetat yang diinginka didapat (Mokhena, dkk., 2016).
c. Perendaman secara kontinu
Metode ini merupakan metode terkini yang digunakan untuk produksi
masal. Metode ini memiliki kecepatan oksidasi ynag lebih tinggi dari metode
sebelumnya. Metode ini 30x lebih cepat dari metode orleans dan lebih efisien.
Motor digunakan untuk memecah udara menjadi gelembung kecil lalu mendorong
udara ke alcohol dan bakteri untuk proses oksidasi yang lebih cepat. Tahap akhir
6
dari metode ini adalah filtrasi dan pasturisasi untuk menghilangkan bakteri dan
pengotor pada produk jadi (Mokhena, dkk., 2016).
2. Sintetik
Secara sintetik,asam asetat diproduksi dan disintesis dengan reaksi kimia
tanpa penggunaan bakteri. Metode sintesis asam asetat dilakukan dengan katalis
homogen ataupun katalis heterogeny. Metode yang palingbanyak digunakan saat
ini adalah metode karbonilasi dari methanol dan oksidasi dari butana fasa cair
(Hitt, 2003). Metode sintetik yang digunakan untuk sintesis asam asetat meliputi:
a. Karbonilasi methanol
Proses karbonilasi ini adalah metode yang paling banyak digunakan
dan telah dipakai selama 25 tahun metode ini disebut juga metode Monsato.
Metode ini dilakukan dengan mereaksikan methanol dengan karbon monoksida
dalam kondisi cair dengan katalis rodium. Metode ini dilakukan pada suhu 150–
200⁰C dan dengan tekanan 30–50 bar. Asam asetat yang didapat dari proses ini
sebanyak 95% dari total reaktan dan 5% hasil samping berupa asam format dan
formaldehida (Hitt, 2003).
b. Oksidasi asetaldehida.
Metode ini dilakukan dengan persiapan asetaldehida melalui oksidasi
etilen dengan katalis palladium dan tembaga klorida setelah itu hasil di oksidasi
lagi untuk mengahsilkan asam asetat. Metode ini juga bisa dilakukan dengan
menggunakan katalis cobalt dan kromium pada tekanan 55 bar dan suhu 150⁰C
(Hitt, 2003).
c. Metode oksidasi hidrokarbon
Metode ini dilakukan dengan mnggunakan senyawa hidrokarbon yang
diambil dari bagian minyak bumi yaitu butana dan nafta. Proses dilakukan dengan
menggunakan kobalt asetat atau kromium asetat sebagai katalis. Proses dilakukan
pada suhu 150–230⁰C dan pada tekanan 50–60 bar. Penggunaan minyak bumi
yang kaya akan hidrokarbon akan menghasilkan senyawa lain berupa aseton,
asam format, dan asam propionate bersamaan dengan pembentukan asam asetat
(Hitt, 2003)
7
2.4 Akuades
Akuades merupakan air tawar yang dibuat dengan menghilangkan pengotor
pada air. Akuades dibuat melalui proses distilasi dengan mendidihkan air sampai
menguap lalu uap dengan kondensor. Pengotor yang terkandung pada air sebelum
proses distilasi akan tertinggal dan hanya air yang menguap sehingga pengotor
dapat dipisahkan dari air (Schaffer, 2006). Struktur kimia dari akuades dapat
dilihat pada gambar 2.2:
10
2.6 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan sebuah istilah yang digunakan dalam menjelaskan
kecenderungan molekul dari fasa yang mengalir untuk melekat pada permukaan
benda padat. Peristiwa ini dapat terjadi dikarenakan gaya fisika ataupun ikatan
kimia. Proses adsorpsi pada dasarnya bersifat reversibel yang disebut dengan
proses desorpsi. Proses desorpsi adalah sebuah proses pelepasan molekul senyawa
dengan fasa yang mengalir dari permukaan benda padat. Proses adsorpsi yang
bersifat reversibel manandakan bahwa proses ini tidak hanya berperan dalam
pengurangan konsentrasi suatu senyawa dalam larutan tetapi juga berperan dalam
peningkatan konsentrasi senyawa dalam sebuah larutan. Proses adasorpsi
umumnya dideskripsikan dalam kondisi kesetimbangan dengan menggunakan
persamaan yang menghubungkan dan menghitung banyak senyawa yang melekat
(ter adsorpsi) pada permukaan zat padat dalam konsentrasi larutan tertentu
(Gawande, dkk., 2017). Proses adsorpsi terbagi menjadi dua yaitu adsorpsi fisika
dan adsorpsi kimia:
sebelumnya dapat ditempeli oleh partikel adsorbat lain. Proses adsorpsi secara
fisika terjadi saat suatu adsorben murni dialiri dengan adsorbat (Lennard, 1932).
Proses adsorpsi secara fisika dapat dilihat pada gambar 2.2:
Keterangan:
q = konsentrasi adsorbat
𝑞𝑠 = batas adsorpsi atau bisa juga sebagai luas permukaan adsorben
b = konstanta equilibrium
p = tekanan.
Keterangan:
x = banyak partikel atau larutan adsorbat
16
17
18
3.4 Pengamatan
Tabel 3. 1. Tabel Pengamatan
No Kosentrasi (M) Hasil Pengamatan
1 0,5 1. Volume:7,14 ml
2. Suhu larutan setelah pengocokan:
a) 10 menit pertama: 30℃
b) 10 menit kedua: 30℃
19
4.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, proses pertama yang dilakuakan adalah penimbangan
arang menggunakan neraca analitik dengan berat arang pada setiap cawan
porselen sebesar 1 gram. Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan asam
asetat yang dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,5 M; 0,25 M; 0,125 M;
0,0625 M; 0,0313M sebagai adsorbat dan arang aktif sebgai adsorben. Arang yang
akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu selama 20 menit untuk mengaktifkan
arang. Pemanasan arang bertujuan untuk membuka pori arang dan menghilangkan
pengotor yang menutupi pori arang sehingga proses adsorpsi dapat berjalan secara
maksimal (Tadda, dkk., 2018). Arang yang telah diaktivasi dimasukan kedalam 5
erlenmeyer berbeda dan ditambahkan 100 ml asam asetat yang telah dibuat
dengan konsentrasi pada tiap erlenmeyer.
Campuran arang dan larutan asam asetat dibiarkan selama 30 menit dengan
dilakukan pengocokan selama satu menit setiap 10 menit. Pengocokan dilakukan
untuk membantu dan mempercepat proses adsorpsi zat terlarut dengan membuat
larutan mengenai tiap permukaan arang aktif dan untuk memastikan proses
adsorpsi benar-benar terjadi serta memastikan partikel asam asetat yang terlepas
21
22
dapat teradsorpsi kembali pada arang aktif (Gawande, dkk., 2017). Setelah 30
menit, campuran arang dan larutan asam asetat disaring dengan kertas saring .
Hasil penyaringan yang didapat memiliki sedikit warna hitam dengan tingkat
kepekatan yang meningkat semakin tinggi konsentrasi asam asetat pada
campuran.
Larutan hasil filtrasi diteteskan 3 tetes phenolphthalein sebagai indikator
dan dilakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,1 M yang telah dibuat sampai terjadi
perubahan warna menjadi merah muda pudar pada larutan hasil filtrasi. Proses ini
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi asam asetat yang tersisa dalam larutan
setelah proses adsorpsi dengan menggunakan arang aktif . Pada proses titrasi yang
dilakukan, terdapat kesalahan prosedur. Larutan hasil filtrasi arang dengan asam
asetat 0,5 M seharusnya diambil sebanyak 10 ml untuk proses titrasi namun dalam
praktikum, proses titrasi dilakuakan dengan volume larutan sebanyak 100 ml.
akibat dari kesalahan ini adalah saat dilakukan proses titrasi, tidak terjadi
perubahan warna larutan. Kesalahan kedua adalah saat dilakukan titrasi larutan
hasil filtrasi dengan konsentrasi asam asetat sebanyak 0,0313 M, proses titrasi
melewati titik batas titrasi sehingga larutan menjadi merah muda pekat. Kesalahan
yang terjadi membuat data yang didapat tidak akurat dan tidak dapat digunakan
pada penentuan jenis isoterm adsorpsi serta pada penentuan nilai k dan n.
Sehingga digunakan data yang benar agar pada proses untuk menentukan jenis
isoterm adsorpsi dan menentukan nilai n serta nilai k, serta hasil yang didapat
valid. Berdasarkan data valid yang diapatkan, diketahui konsentrasi akhir dari
asam asetat setelah dilakuakan penyaringan dari arang dan proses titrasi dengan
larutan NaOH 0,1M yaitu 0,195 M; 0,105M; 0,0286 M; 0,0141 M; 0,0085 M.
Terjadi pengurangan konsentrasi asam asetat sebelum dicampur dengan
arang dan sesudah dicampur arang. Pengurangan yang terjadi dikarenakan proses
adsorpsi antara arang dengan asam asetat. Asam asetat sebagai adsorbat
teradsorpsi pada permukaan arang sebagai adsorben sehingga saat arang
dipisahkan dari larutan melalui proses penyaringan, konsentrasi asam asetat
menurun. Proses adsorpsi yang terjadi pada praktikum yang dilakukan merupakan
proses adsorpsi fisika dikarenakan adsorpsi yang terjadi antara arang dan asam
23
asetat dilakukan pada suhu rendah yang tidak cukup untuk memicu terjadinya
reaksi yang membuat terjadinya ikatan kimia (Lennard, 1932). Isoterm adsorpsi
dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan berdasarkan data-data dari
praktikum yang dilakukan dan disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara
banyak zat yang teradsorpsi per-satuan luas permukaan atau per-satuan berat
adsorben dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan yang bisa dilihat pada
gambar 4.1.
log C
0
-2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 -0,2 0
-0,4
-0,6
log x/m
-0,8
y = 0,4054x - 0,7134
R² = 0,9024 -1
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
Gambar 4.1 Grafik isoterm adsorpsi.
Grafik diatas menunjukan hubungan antara log x/m dengan log C.
Berdasarkan grafik diatas nilai dari tetapan n dan k dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan linier Y=mx + c. Persamaan linier dapat digunakan
dalam menentukan nilai tetapan n dan k dikarenakan bentuk logaritma dari
persamaan Freundlich adalah log x/m= 1/n log C + log k sama dengan persamaan
liner pada grafik yaitu Y=mx + c dengan 1/n sebagai graadien pada grafik, log C
sebagai x, log k sebagai c, log x/m sebgai Y (Vigdorowitsch, dkk., 2021).
Nilai tetapan n dan k yang telah didapatkan menggunakan rumus garis
liner secara berturut adalah n = 2,4667 dan k = 5,1689. Grafik yang dibentuk oleh
hubungan nilai logaritma dari x/m dengan nilai logaritma dari C merupakan
sebuah garis lurus. Grafik nilai logaritma yang berupa garis lurus menunjukan
jenis isoterm adsorpsi yang terjadi antara arang aktif dengan asam asetat yaitu
isoterm adsorpsi freundlich.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Semakin tinggi konsentrasi asam asetat yang digunakan dalam larutan
semakin banyak adsorpsi terhadap arang aktif. Grafik yang didapat setelah
dilakukan perhitungan dari data yang telah didapat berbentuk garis lurus yang
menunjukan bahwa jenis isoterm adsorpsi merupak isoterm adsorpsi freundlich.
Grafik yang berbentuk garis lurus tanpa ada belokan menunjukan bahwa proses
adsorpsi belum mencapai batas adsorpsi. Nilai k dan n diambil dari gradien pada
grafik log x/m dan log C dengan nilai k 5,1689 dan n 2,4667.
5.2 Saran
a. Proses pembagian tugas yang dilakukan praktikan harus lebih terencana
agar tidak terjadi kebingungan akan tugas masing masing praktikan.
b. Praktikan harus lebih teliti daan cermat dalam menulis data agar tidak
terjadi kebingungan dari data yang didapat.
c. Kerjasama antar praktikan harus ditingkatkan lagi.
d. Praktikan harus lebih berhati-hati dalam melakukan titrasi agar hasil
yang didapat ideal dan sesuai dengan yang diinginkan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ahsan, A., Syuhada, N., Jolhi, E., Darain, K. M., Rowshon, M. K., Jakariya, M.,
Shafie, S., & Ghazali, A. H. (2014). Assessment of distillate water quality
parameters produced by solar still for potable usage. Fresenius
Environmental Bulletin, 23, 859–866.
Bährle-Rapp, M. (2007). Sodium Hydroxide. Springer Lexikon Kosmetik Und
Körperpflege, 511–511. Springer German, Berlin
Elliott, D. C. (2009). Chemical from biomass. Encyclopedia of Energy, 1, 53–54,
Elsivier Inc, Boston.
Gawande, S. M., Belwalkar, N. S., & Mane, A. A. (2017). Adsorption and its
Isotherm – Theory. International Journal of Engineering Research, 6, 312.
Glaz, E., dan Vecsel, P. (1971). Biological Activity. Aldosterone, 90–107, Nature,
Berlin
Hitt, F. (2003). Le caractère fonctionnel des représentations. Annales de
Didacqique et de Sciences Cognitives, 8, 255–271, Celanese Ltd. Texas
Joshi, S. (2015). New Techniques for Distillation of Water for Laboratories and
New Techniques for Distillation of Water for..
Khechekhouche, A., & Boubaker, B. (2018). Technical and Processed for the
Production of Sistilled,Study Day on Green Chemistry and Bioactive
Substances, 2–3.
Lennard, J. E. (1932). Chapter 2 Physical Adsorption. Encyclopedia of
Microfluidics and Nanoluidics13–71, Springer New York, NY.
Medina-Martos, E., Gálvez-Martos, J.-L., Almarza, J., Lirio, C., Iribarren, D.,
Valente, A., & Dufour, J. (2022). Environmental and economic performance
of carbon capture with sodium hydroxide. Journal of CO2 Utilization, 60,
Mokhena, T., Mochane, M., Tshwafo, M., Linganiso, L., Thekisoe, O., & Songca,
S. (2016). Advanced Biometric Technologies. Intech, 225–240.
Mystkowska, J., Dabrowski, J. R., Kowal, K., Niemirowicz, K., & Car, H. (2013).
Physical and chemical properties of deionized water and saline treated with
low-pressure and low-temperature plasma. Chemik, 67, 719–724.
Schaffer, E. (2006). Water. American Journal of Nursing, 106, 15, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia
Tadda, M. ., Ahsan, A., Shifu, A., ElSergany, M., Arunkumar, T., Jose, B.,
Razzaque, Abdur, M., & Daud, Nik, N. . (2018). A Review on Activated
Carbon from Biowaste : Process , Application and Prospects. Journal of
Advanced Civil Engineering Practice and Research, 5, 82–83.
Vigdorowitsch, M., Pchelintsev, A., Tsygankova, L., & Tanygina, E. (2021).
Freundlich isotherm: An adsorption model complete framework. Applied
Sciences, 11.
Yamabe, S., Tsuchida, N., & Yamazaki, S. (2021). A density functional theory
study of the reaction mechanism of formation of phenolphthalein and
fluorescein. Journal of Physical Organic Chemistry, 34, 2–10.
25
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
a) Larutan 1
M1 . V1 = M2 . V2
17.5 M . V1 = 0.5 M . 250 mL
V1 = 7.14 mL
b) Larutan 2
M1 . V1 = M2 . V2
0.5 M .V1 = 0.25 M . 250 mL
V1 = 125 mL
c) Larutan 3
M1 . V1 = M2 . V2
0.25 M .V1 = 0.125 M . 250 mL
V1 = 125 mL
d) Larutan 4
M1 . V1 = M2 . V2
0.125 M .V1 = 0.0625 M . 250 mL
V1 = 125 mL
e) Larutan 5
M1 . V1 = M2 . V2
0.0625 M .V1 = 0.0313 M . 250 mL
V1 =125 mL
2. Perhitungan nilai x, x/m, log x/m, ∆c dan log ∆c
Diketahui :
Berat Awal Konsentrasi Awal Volume yang Terpakai Untuk Titrasi
Arang (gram) CH3COOH CH3COOH (mL) NaOH (mL)
1,00 0.5 M 100 30,5
1,00 0.25 M 10 14,5
1,00 0.125 M 25 24,1
1,00 0.0625 M 50 24,2
1,00 0.0313 M 100 11,4
Ditanya : Nilai x, x/m, log x/m, ∆c dan log ∆c...?
Jawab :
1. Konsentrasi asam akhir (C) :
1. Larutan 1
MA . VA = MB . VB
MA . 10 mL = 0,1 M . 30,5 mL
MA = 0,305 M
∆c = (Cawal-Cakhir)
= 0,5 M – 0,305 M = 0,195 M
2. Larutan 2
MA . VA = MB . VB
MA . 10 mL = 0,1 M . 14,5 mL
MA = 0,145 M
∆c = (Cawal-Cakhir)
= 0,25 M – 0,145 M = 0,105 M
3. Larutan 3
MA . VA = MB . VB
MA . 25 mL = 0,1 M . 24,1 mL
MA = 0,0964 M
∆c = (Cawal-Cakhir)
= 0,125 M – 0,0964 M = 0,0286 M
4. Larutan 4
MA . VA = MB . VB
MA . 50 mL = 0,1 M . 24,2 mL
MA = 0,0484 M
∆c = (Cawal-Cakhir)
= 0,0625 M – 0,0484 M = 0,0141 M
5. Larutan 5
MA . VA = MB . VB
MA . 50 mL = 0,1 M . 11,4 mL
MA = 0,0228 M
∆c = (Cawal-Cakhir)
= 0,0313 M – 0,0228 M = 0,0085 M
3. Penentuan x/m :
1. Larutan 1
x/m = 0,117 gram / 1 gram = 0,117
2. Larutan 2
x/m = 0,063 gram / 1 gram = 0,063
3. Larutan 3
x/m = 0,0429 gram / 1 gram = 0,0429
4. Larutan 4
x/m = 0,0423 gram / 1 gram = 0,0423
5. Larutan 5
x/m = 0,0429 gram / 1 gram = 0,0255
5. Penentuan log ∆c
1. Larutan 1 log 0,195 = -0,710
2. Larutan 2 log 0,105 = -0,979
3. Larutan 3 log 0,0286 = -1,544
4. Larutan 4 log 0,0141 = -1,851
5. Larutan 5 log 0,0085 = -2,071
1/n = 0,4054
n = 0,4054
Log k = 0,7134
k = 5,1689
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
B.1 Tugas
1. Susun pengamatan menurut tabel seperti berikut ini :
Temperature 30 ⁰C
Kosentr
Kosentr
m asi asam x
asi asam Log
No mula- x/m Log C
akhir (x/m)
mula
(C)
(gram) (M) (gram)
1 1,00 0,5 0,195 0,117 0,117 -0,932 -0,710
2 1,00 0,25 0,105 0,063 0,063 -1,201 -0,979
3 1,00 0,125 0,0286 0,0429 0,0429 -1,368 -1,544
4 1,00 0,0625 0,0141 0,0423 0,0423 -1,374 -1,851
5 1,00 0,0313 0,0085 0,0255 0,0255 -1,593 -2,071
𝑥
2. Alurkan 𝑚 (sebagai ordinat) terhadap C (sebagai absis)
0,14
0,08
0,06 x/m
0,04
0,02
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
𝑥
3. Alurkan log 𝑚 (sebagai ordinat) terhadap log C (sebagai absis )
log C
0
-2,5 -2 -1,5 -1 -0,5 0
-0,2
-0,4
-0,6
-0,8
y = 0,4054x - 0,7134 log x/m
R² = 0,9024 -1
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
B.2 Pertanyaan
1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi?
Jawab :
Proses adsorbsi fisik karena ikatan yang terjadi itu ikatan lemah yaitu gaya
Van der Walls dan mempunyai entalpi reaksi serta melalui panas reaksi).
2. Apakah perbedaan kedua jenis adsorpsi ini ? Berikan beberapa contoh
kedua
jenis adsorpsi ini?
Jawab :
Adsorpsi Fisika Adsorpsi Kimia
Molekul terikat pada adsorben oleh Molekul terikat pada adsorben oleh
gaya van der walls ikatan kimia
Mempunyai entalpi reaksi -4 sampai - Mempunyai entalpi reaksi -40
40 kJ/mol sampai -800 kJ/mol
Dapat membentuk lapisan multilayer Membentuk lapisan monolayer
Adsorpsi hanya terjadi pada suhu Adsorpsi dapat terjadi pada suhu
dibawah titik didih adsorbat tinggi
Jumlah adsorpsi pada permukaan Jumlah adsorpsi pada permukaan
merupakan fungsi adsorbat merupakan karakteristik adsorben
dan adsorbat
Tidak melibatkan energi aktivasi Melibatkan energi aktivasi tertentu
tertentu
Bersifat tidak spesifik Bersifat sangat spesifik
Contoh : Adsorbsi oleh karbon aktif Contoh : Ion exchange
3. Bagaimana isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsoprsi gas pada
permukaan zat padat?
Jawab :
Isotherm Freundlich untuk adsoprsi gas pada permukaan zat padat tidak
disarankan karena situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat
heterogen, sedangkan isotherm Freundlich untuk campuran cair).
4. Mengapa isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan
zat padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isotherm adsorpsi
Langmuir?
Jawab :
Karena pada adsorpsi pada Langmuir bersifat homogen, sedangkan adsorpsi
Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifar heterogen.
Ketika mengadsorpsi gas yang wujudnya campuran yang homogen, maka
adsorpsi Freundlich kurang cocok.
5. Bagaimana bentuk kurva isotherm adsorpsi Langmuir (antara N dengan C
untuk larutan, dan antara v/m untuk P dan gas?
Jawab :
Gambar D.3 Arang dan Asam Asetat Gambar D.4 Larutan Asam Asetat
di Saring yang Sudah di Saring
Gambar D.5 Arang dan Asam
Asetat Setelah Titrasi