TITRASI KOMPLEKSOMETRI
KELOMPOK 3
SHERINA H031211014
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkat dan
Limpahan rasa hormat penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Djabal Nur
Basir, S.Si., M.Si. selaku dosen pada mata kuliah Metode Pemisahan dan
sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah
Demikian ucapan terima kasih dari penulis. Penulis menyadari masih ada
kekurangan dan keterbatasan dalam tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua serta kritik dan saran penulis harapkan
Kelompok 3
2022
DAFTAR ISI
halaman
PRAKATA..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1 Kompleksometri........................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Titrasi Kompleksometri. ............................................ 5
2.3 Indikator Kompleksometri ........................................................... 6
2.4 Prosedur Kerja Titrasi Kompleksometri....................................... 8
2.4.1 Pembuatan Larutan................................................................. 8
2.4.2 Indikator................................................................................. 8
2.4.3 Kenormalan EDTA 0,1M dengan CaCO3......................... 9
2.4.4 Penetapan Kadar
MgSO4.7H2O................................................................. 9
2.5 Perhitungan................................................................................... 9
2.5.1 Pembuatan Larutan Standar EDTA 0,1 M......................... 9
2.5.2 Kenormalan EDTA 0,1M dengan CaCO3.................................... 10
2.5.3 Penetapan Kadar
MgSO4.7H2O............................................................ 10
BAB III. PENUTUP....................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Oleh karena itu, perlu
pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun akan diterapkan pada
titrasi.
maka (H+) di dalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang
sedikit ini akan berakibat menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tersebut
(reaksi ini dapat berjalan pada suasana asam, netral dan alkalis). Untuk
menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan (buffer). Sebagai larutan
buffer yang dapat langsung digunakan dengan campuran NH4Cl dan NH4OH.
Indikator untuk menetukan titik akhir titrasi adalah EBT (Erichrom Black T).
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Kompleksometri
kompleks
(ligan) atau ligan adalah suatu unsur yang memiliki pasangan elektron bebas
untuk
etilen, dianida tetra asetat (Na2EDTA). Kompleks yang dimaksud disini adalah
komplek yang dibentuk melalui reaksi ion logam,sebuah kation, dengan sebuah
anion atau molekul netral. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi
larutan.
yang menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut
mantap dengan sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang
tidak selektif. Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial
tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam
titrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii
pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda dari
nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki nilai
yang berbeda dari nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan
Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam
tetra asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1
komplek dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium.
Logam alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil
pada nilai pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH.
Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah
agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang
untuk memerlukan kesadahan air. Hampir semua logam lainnya dapat secara
penting dalam banyak kimia dan biokimia. Banyak kation akan membentuk
kompleks dalam larutan dengan berbagai zat yang memiliki pasangan elektron
baik terbagi ( misalnya pada N,O,S atom dalam molekul ) mampu memuaskan
3. tidak mempunyai rekasi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat
boleh mengendap
5. ada perbuahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun
dengan potensiometri
1. Titrasi Langsung
mengendap pada pH titrasi karena reaksi berlangsung sangat cepat sehingga untuk
menganalisa ion logam tersebut harus dititrasi langsung oleh EDTA dengan
2. Titrasi Kembali
tidak ada indikator yang cocok dan dilakukan jika penentuan titik akhir melalui
3. Titrasi Substitusi
Titrasi substitusi dilakukan apabila cara titrasi langsung dan titrasi kembali
tidak dapat memberikan hasil yang baik. Titrasi tersebut dilakukan untuk
menganalisa ion-ion logam yang tidak bereaksi (atau tidak bereaksi sempurna)
dengan indikator logam atau untuk ion-ion logam yang membentuk kompleks
EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lain, seperti Mg 2+ atau
ion sianida).
Terdapat lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada
semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna
kuat
tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam
sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion
logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin
Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada
pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur.
Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati,
demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada
pH 10. Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat terionisasi. Namun,
kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil, dan hanya bisa
2. Jingga Xilenol
Sebagai Indikator asam-basa, Xylenol orange berwarna kuning lemon
dalam larutan asam (pH < 5,4) dan merah pada pH 5,5 – 7,4. Sedangkan kelat
indikator logam berwarna violet atau merah. Indikator ini dipakai pada pH rendah
3. Murexide
berwarna ungu. Berwarna ungu kemerahan dengan pH natar 9 sampai 11 dan biru
diatas pH 11.
(EDTA).
2.4.2 Indikator
dihomogenkan
4. Larutan dititar dengan EDTA 0,1 M sampai warna berubah dari merah ke biru.
dihomogenkan.
sampai 100 mL dan dipanaskan pada suhu 40. Lalu ditambahkan 2 mL larutan
3. Larutan dititar dengan larutan EDTA 0,1 M hingga warna berubah dari merah
menjadi biru.
1.4 Perhitungan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saputri, G.A.R., dan Nofita, 2018, Penetapan Kadar Kalsium pada Ikan Teri
Basah yang dijual di Pasar SMEP Bandar Lampung dengan Menggunakan
Kompleksometri, Jurnal Analis Farmasi, 3(3): 193-198.