Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH METODE PEMISAHAN DAN PENGUKURAN I

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

KELOMPOK 3

SALISA PUTRI FATHICA H031211011

FADHILAH ALIFIYYAH IBRAHIM H031211013

SHERINA H031211014

GERAL ROCHY SALINDING H031211015

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul

“Titrasi Kompleksometri” untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode

Pemisahan dan Pengukuran I.

Limpahan rasa hormat penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Djabal Nur

Basir, S.Si., M.Si. selaku dosen pada mata kuliah Metode Pemisahan dan

Pengukuran I yang senantiasa membimbing dan membagi ilmunya dengan sabar

sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian tugas ini.

Demikian ucapan terima kasih dari penulis. Penulis menyadari masih ada

kekurangan dan keterbatasan dalam tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua serta kritik dan saran penulis harapkan

untuk perbaikan tugas ini.

Kelompok 3

2022
DAFTAR ISI

halaman

PRAKATA..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................ 2
1.2 Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................... 3
2.1 Kompleksometri........................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Titrasi Kompleksometri. ............................................ 5
2.3 Indikator Kompleksometri ........................................................... 6
2.4 Prosedur Kerja Titrasi Kompleksometri....................................... 8
2.4.1 Pembuatan Larutan................................................................. 8
2.4.2 Indikator................................................................................. 8
2.4.3 Kenormalan EDTA 0,1M dengan CaCO3......................... 9
2.4.4 Penetapan Kadar
MgSO4.7H2O................................................................. 9
2.5 Perhitungan................................................................................... 9
2.5.1 Pembuatan Larutan Standar EDTA 0,1 M......................... 9
2.5.2 Kenormalan EDTA 0,1M dengan CaCO3.................................... 10
2.5.3 Penetapan Kadar
MgSO4.7H2O............................................................ 10
BAB III. PENUTUP....................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu dari reaksi-reaksi matematis yang tidak disertai perubahan

valensi adalah reaksi pembentukan kompleks. Penetapan kualitatif yang

berdasarkan reaksi komlpeks disebut kompleksometri. Kompleksometri disebut

juga dengan kelatometri. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran

dan titrat saling mengompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi

pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan

penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Oleh karena itu, perlu

pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun akan diterapkan pada

titrasi.

Reaksi pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA sangat

peka terhadap pH karena reaksi pembentukan kompleks selalu dilepaskan H+

maka (H+) di dalam larutan akan meningkat walaupun sedikit. Akan tetapi yang

sedikit ini akan berakibat menurunnya stabilitas kompleks pada suasana tersebut

(reaksi ini dapat berjalan pada suasana asam, netral dan alkalis). Untuk

menghindari hal tersebut, maka perlu diberikan penahan (buffer). Sebagai larutan

buffer yang dapat langsung digunakan dengan campuran NH4Cl dan NH4OH.

Indikator untuk menetukan titik akhir titrasi adalah EBT (Erichrom Black T).

Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk dipelajari dan dipahami

mengenai titrasi kompleksometri agar mahasiswa mampu mengetahui titrasi

kompleksometri, larutan standar, indikator dala, titrasi kompleksometri, pereaksi

yang digunakan serta prosedur kerja dari titrasi kompleksometri.


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:

1. apa yang dimaksud dengan titrasi kompleksometri?

2. apa saja indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri?

3. bagaimana prosedur kerja dari titrasi kompleksomteri?

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:

1. untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan titrasi kompleksometri

2. untuk mengetahui indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri

3. untuk mengetahui bagaimana prosedur kerja dari titrasi kompleksomteri


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kompleksometri

Kompleksometri adalah suatu analisis volumetri berdasarkan reaksi

pembentukan senyawa kompleks antara ion logam dengan zat pembentuk

kompleks

(ligan) atau ligan adalah suatu unsur yang memiliki pasangan elektron bebas

untuk

di donorkan pada logam. Ligan yang banyak digunakan adalah dinatrium

etilen, dianida tetra asetat (Na2EDTA). Kompleks yang dimaksud disini adalah

komplek yang dibentuk melalui reaksi ion logam,sebuah kation, dengan sebuah

anion atau molekul netral. Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi

yang meliputi reaksi pembentukkan molekul netral yang terdisosiasi dalam

larutan.

Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan

tinggi, selain titrasi kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti

yang menyambut penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut

ligan (polidentat). Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH=

10 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator

yang juga bertindak sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut

indikator metalokromat. Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang

mantap dengan sejumlah besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang

tidak selektif. Dalam larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial

EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara


spesies seperi CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan

tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam

yang ada dalam larutan tersebut.

Kelebihan titrasi kompleksometri adalah EDTA stabil, mudah larut dan

menunjukkan komposisi kimiawi yang tertantu. Selektivitas kompleks dapat

diatur dengan penegendalian pH misal pada magnesium, krom, kalsium dapat di

titrasi pada pH=11. Etilen diamin asetat (EDTA) sebagai garam natrium sendii

merupakan standar primer sehingga tidak perlu standarisasi lebih lanjut.

Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Kestabilan kompleks-kompleks

logam EDTA dapat diubah dengan mengubah pH dan adanya zat-zat

pengompleks lain. Maka tetapan kestabilan kompleks EDTA akan berbeda dari

nilai yang dicatat pada suatu pH tertentu. Larutan air EDTA akan memiliki nilai

yang berbeda dari nilaiyang telah dicatat. Kondisi baru ini dinamakan tetapan

kestabilan nampak atau tetapan kestabilan menurut kondisi.

Titrasi ini digunakan dalam estimasi garam logam. Etilen diamin asam

tetra asetat (EDTA) adalah titran yang biasa digunakan membentuk stabel 1:1

komplek dengan semua logam efektif. Logam alkali seperti natrium dan kalium.

Logam alkali tanah seperi kalsium dan magnesium bentuk kompleks yang stabil

pada nilai pH rendah dan dititrasi dalam ammonium klorida penyangga di pH.

Titrasi komleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.

Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah

agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang

kesetimbangan, dan pengaruh pH pada kesetimbangan ini.


Titrasi EDTA pada kalsium ditambah magnesium umumnya digunakan

untuk memerlukan kesadahan air. Hampir semua logam lainnya dapat secara

akurat ditentukan oleh titrasi kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran

penting dalam banyak kimia dan biokimia. Banyak kation akan membentuk

kompleks dalam larutan dengan berbagai zat yang memiliki pasangan elektron

baik terbagi ( misalnya pada N,O,S atom dalam molekul ) mampu memuaskan

bilang koordinasi pada logam.

Syarat-syarat indikator kompleksometri adalah sebagai berikut:

1. kompleks yang terbentuk harus stabil

2. reaksi yang terjadi harus kuantitatif sehingga dapat diukur

3. tidak mempunyai rekasi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat

keseimbang rekasi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar

4. pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak

boleh mengendap

5. ada perbuahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun

dengan potensiometri

6. adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut dan bekerja

pada kondisi yang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.

2.2 Jenis-Jenis Titrasi Kompleksometri

Adapun jenis-jenis titrasi kompleksometri yaitu:

1. Titrasi Langsung

Titrasi langsung dilakukan untuk menganalisa ion-ion logam yang tidak

mengendap pada pH titrasi karena reaksi berlangsung sangat cepat sehingga untuk
menganalisa ion logam tersebut harus dititrasi langsung oleh EDTA dengan

menggunakan indikator yang sesuai.

2. Titrasi Kembali

Titrasi kembali dilakukan untuk menganalisa ion-ion logam yang

mengendap pada pH titrasi, reaksi pembentukan kompleks berlangsung lambat,

tidak ada indikator yang cocok dan dilakukan jika penentuan titik akhir melalui

titrasi langsung tidak dapat terjadi.

3. Titrasi Substitusi

Titrasi substitusi dilakukan apabila cara titrasi langsung dan titrasi kembali

tidak dapat memberikan hasil yang baik. Titrasi tersebut dilakukan untuk

menganalisa ion-ion logam yang tidak bereaksi (atau tidak bereaksi sempurna)

dengan indikator logam atau untuk ion-ion logam yang membentuk kompleks

EDTA yang lebih stabil daripada kompleks ion-ion logam lain, seperti Mg 2+ atau

Zn2+ (Mg-EDTA dan Zn-EDTA).

4. Titrasi Tidak Langsung

Titrasi tidak langsung dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) titrasi kelebihan kation pengendap (misalnya penetapan ion sulfat)

b) titrasi kelebihan kation pembentuk senyawa kompleks (misalnya penetapan

ion sianida).

2.3 Indikator Kompleksometri

Terdapat lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada

pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu :


1) reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir

semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna

kuat

2) reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif

3) kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau

tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam

4) kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks

logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan

ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA

harus tajam dan cepat

5) kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus

sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion

logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin

dengan titik ekuivalen.

Beberapa indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri yaitu:

1. Eriochrom Black T (EBT)

Indikator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada

pH 8 -10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur.

Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati,

demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indikator ini dilakukan pada

pH 10. Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat terionisasi. Namun,

kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya tidak stabil, dan hanya bisa

digunakan dalam suasana basa.

2. Jingga Xilenol
Sebagai Indikator asam-basa, Xylenol orange berwarna kuning lemon

dalam larutan asam (pH < 5,4) dan merah pada pH 5,5 – 7,4. Sedangkan kelat

indikator logam berwarna violet atau merah. Indikator ini dipakai pada pH rendah

(< 5,4) atau dalam suasana asam.

3. Murexide

Murexide dengan logam berwarna merah muda dan indikator bebasnya

berwarna ungu. Berwarna ungu kemerahan dengan pH natar 9 sampai 11 dan biru

diatas pH 11.

2.4 Prosedur Kerja Titrasi Kompleksometri

2.4.1 Pembuatan Larutan

2.4.1.1 Larutan EDTA 0,1 M

Adapun prosedurnya yaitu:

1. Ditimbang 37,23 gram dinatriumhidrogen-diaminatetrasetat dihidrat A.R

(EDTA).

2. Dilarutkan dengan air suling ke dalam labu ukur 1 Liter

3. Diencerkan hingga tanda batas.

2.4.2 Indikator

2.4.2.1 Eriochrom Black T (EBT)

Adapun prosedurnya yaitu:

1. Na2EDTA dilarutkan dalam akuades

2. 142 ml amoniak pekat dicampur dengan 17,5 g NH4Cl.

2.4.2.2 Penetapan Kenormalan EDTA 0,1 M Dengan Bahan Baku CaCo3

Adapun prosedurnya yaitu:

1. Ditimbang 1 gram CaCO3, lalu dilarutkan dalam HCL 4N


2. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, diencerkan hingga tanda garis lalu

dihomogenkan

3. Dipipet 25 mL ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 50 mL akuades,

dinetralkan dengan NaOH 4N (lakmus). Lalu ditambahkan NH 4OH 4N

sampah pH 10/11 (atau 10 mL buffer pH 10). Ditambahkan indikator EBT

(larutan berwarna merah).

4. Larutan dititar dengan EDTA 0,1 M sampai warna berubah dari merah ke biru.

2.4.2.3 Penetapan Sampel Kadar Magnesium sebagai Standarisasi EDTA

Adapun prosedurnya yaitu:

1. Ditimbang ± 600 mg sample MgSO4.7H2O, dimasukkan kedalam gelas piala

400 mL ke dalam labu ukur 100 mL hingga garis miniskus lalu

dihomogenkan.

2. Dipipet 25 mL larutan sample ke dalam Erlenmeyer 250 mL diencerkan

sampai 100 mL dan dipanaskan pada suhu 40. Lalu ditambahkan 2 mL larutan

buffer (pH= 10) dan ditambahkan indikator EBT.

3. Larutan dititar dengan larutan EDTA 0,1 M hingga warna berubah dari merah

menjadi biru.

1.4 Perhitungan

2.5.1 Pembuatan Larutan EDTA 0,1 M

Berat EDTA = NEDTA  x  VEDTA  x BEEDTA

2.5.2 Penetapan Kenormalan EDTA 0,1 M Dengan Bahan Baku CaCo3

  Berat Sample CACO3


N EDTA=
FP  x  V EDTA  x  BE CACO3
2.5.3 Penetapan Kadar MgSO4

FP  x  V EDTA x N EDTA x BE MgSO4


Kadar MgSO 4= x 100 %
Berat Sample

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling

mengkompleks sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks

2. beberapa indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah

indikator EBT, jingga xilenol dan murexide

3. prosedur kerja dari titrasi kompleksometri yaitu pembuatan larutan, indikator,

penetapan kenormalan EDTA 0,1 M dengan bahan baku CaCo 3, Penetapan

Kadar Magnesium Sulfat.


DAFTAR PUSTAKA

Saputri, G.A.R., dan Nofita, 2018, Penetapan Kadar Kalsium pada Ikan Teri
Basah yang dijual di Pasar SMEP Bandar Lampung dengan Menggunakan
Kompleksometri, Jurnal Analis Farmasi, 3(3): 193-198.

Triwahyuni, E.M., dan Yusrin, 2021, Penggunaan Metode Kompleksometri pada


Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan
Vitamin C, Jurnal Unimus, 1(1): 335-345.

Anda mungkin juga menyukai