Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RAGAM RISIKO DALAM PENANGANAN/PENGELOLAAN


LABORATORIUM

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Andi Niehal Nafisa Arfah H031211023

Nur Afny H031211024

Nur Afni H031211025

Liswasia Istawati H031211026

Lucky Laksmana H031211028

Muh. Ikhzan Jasdar H031211029

Nur Azisah Irsyam H031211030

Ayu Pradila H031211031

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ragam Resiko
dalam penanganan/pengelolaan laboratorium" dengan baik.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen
Laboratorium. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan dan
pengetahuan kita tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam bekerja di
laboratorium terutama resiko dalam penanganan/pengelolaan laboratorium.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Rugaiyah A. Arfah, M.Si
selaku guru Mata Kuliah Manajemen Laboratorium. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 16 Mei 2022

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................. 1

BAB I ...................................................................................................................... 3

1.1 Pendahuluan .................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

2.1 Resiko ............................................................................................................ 5

2.2 Penanganan/Pengelolaan Laboratorium ........................................................ 5

2.3 Risiko Bahaya didalam Laboratorium ........................................................... 6

2.4 Penangan Risiko Bahaya pada Laboratorium................................................ 8

BAB III ................................................................................................................. 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 12

3.2 Saran ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki angka kecelakaan kerja
yang tinggi seperti data yang didapat dari pusat data dan informasi Kementrian
Kesehatan RI (2015), menyatakan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK) di Indonesia masih tinggi. Jumlah kasus kecelakaan akibat kerja pada tahun
2011-2014 yang paling tinggi yaitu pada tahun 2013 yaitu 35.917 kasus kecelakaan
kerja, sedangkan untuk kasus penyakit akibat kerja paling tinggi juga pada tahun
2013 yaitu 97.144.
Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi risiko bahaya dalam bentuk
kecelakaan kerja, besarnya potensi kecelakaan dan penyakit akibat kerja tergantung
dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, tata ruang dan
lingkungan serta kualitas manajemen dan tenaga pelaksana. Maka dari itu
pelaksanaa K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sangat penting diterapkan
dalam berbagai jenis pekerjaan untuk mengurangi atau bahkan meniadakan potensi
risiko bahaya yang berakibat keceelakaan. Keselamatan kerja adalah salah satu
program untuk melindungi karyawan atau pekerja saat bekerja atau saat berada
ditempat kerja dari risiko kecelakaan kerja dan kerusakan mesin atau alat kerja
untuk mencegah dan menghilangkan sebab terjadinya kecelakaan.
Tidak terkecuali dengan Perguruan tinggi atau Universitas juga harus
menerapkan K3 sebagai pembelajaran dan pembiasaan kepada mahasiswanya
karena pada bangku Perguruan Tinggi atau Universitas ini juga diajarkan berbagai
hal menyangkut praktek nyata dunia kerja dengan simulasi-simulasi. Sarana tempat
simulasi praktek kerja itu salah satunya adalah Laboratorium-laboratorium yang
ada pada tiap jurusan. Laboratorium harus sesuai standar-standar yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Tiap-tiap laboratorium juga dilengkapi dengan alat-alat
canggih yang menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan serta juga material-
material praktikumnya.
Pada setiap alat dan material untuk praktikum pasti memiliki penanganan
khusus, hal ini dimaksud agar alat dan material tidak rusak serta tidak
membahayakan sekitarnya. Penanganan yang dilakukan untuk alat dan bahan ini
dapat sangat membantu ketika akan dilakukan praktikum karena dapat mencegah

3
resiko terjadinya hal yang tidak diinginkan saat di laboratorium. Selain alat dan
bahan, laboratorium yang baik harus memperhatikan keadaan ruangan dimana
praktikum dilakukan, dalam upaya membuat aman dan nyaman, serta tidak terjadi
kecelakaan kerja kerja hal itu yang harus dihindari bahkan dihilangkan.
Kecelakaan kerja harus ditangani sesegera mungkin yang biasanya
diakibatkan oleh faktor fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental
psikologis atau tindakan dari manusia sendiri. Selain kecelakaan kerja yang
disebabkan oleh teknis, ada pula kecelakaan kerja yang disebabkan oleh kurangnya
perhatian pimpinan atau menejemen terkait dengan peralatan yang digunakan,
sebagaimana dalam bukunya yang berjudul manajemen Keselamatan Operasi
menyatakan bahwa kesadaran dan tanggung jawab para pemimpin untuk
melindungi para pekerjanya dari risiko operasi masih sangat rendah. Banyak
pemimpin perusahaan yang beranggapan kecelakaan kerja yang terjadi itu
dikarenakan nasib. Para pemimpin tersebut tidak melihat bahwa terjadinya
kecelakaan karena mengesampingkan K3 lebih tinggi biaya yang harus ditanggung
dibandingkan biaya mencegah kecelakaan itu.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. apa itu risiko?
2. apa itu penanganan/pengelolaan laboratorium?
3. apa saja potensi risiko bahaya yang dapat terjadi pada laboratorium?
4. bagaimana menangani risiko bahaya yang terdapat pada laboratorium?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. untuk mengetahui apa itu risiko
2. untuk mengetahui penanganan/pengelolaan laboratorium
3. untuk mengetahui potensi risiko bahaya yang dapat terjadi pada laboratorium
4. untuk mengetahui cara menangani risiko bahaya yang terdapat pada laboratorium

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Resiko
Menurut OHSAS 18001 dalam Socrates (2013), Risiko adalah perpaduan
dari kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya dengan keparahan dari cidera
ataupun gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian. Menurut Gunawan 13
et al (2016) Risiko adalah kemungkinan terjadinya sesuatu yang menimbulkan
kerugian yang besar atau tingginya risiko tersebut ditentukan oleh gabungan antara
tingkat kemungkinan dan tingkat kerusakan akibat kejadian yang tidak diharapkan
tersebut. Makin tinggi kemungkinan dan makin parah dampak kejadian, makin
tinggi pula risiko yang akan dihadapi. Dari contoh pada bahaya sebelumnya, ketika
akan menyebrang jalan, bahaya nya adalah massa yang dimiliki kendaraan yang
bergerak dengan kecepatan tinggi. Lalu bagaimana dengan risiko nya. Risiko yang
dihadapi adalah tertabrak kendaraan bermotor, dapat terluka atau bahkan tewas.
Namun semua risiko itu masih bersifat kemungkinan atau potensi.

2.2 Penanganan/Pengelolaan Laboratorium


Penanganan adalah usaha untuk mengelola semua perangkat laboratorium.
Penanganan alat dan bahan penelitian sangat bergantung pada fasilitas yang ada di
laboratorium dan kepentingan pemakaian laboratorium. Fasilitas yang dimaksud
disini adalah adanya ruangan penyimpanan khusus, ruangan persiapan dan tempat
penyimpanan seperti lemari kabinet dan rak-rak.
Pengelolaan laboratorium adalah proses pendayagunaan sumber daya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara
optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan
laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium
(bangunan, peralatan laboratorium, specimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas
yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan menyatakan bahwa pengelolaan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten atau

5
kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan

2.3 Risiko Bahaya didalam Laboratorium


Salah satu tempat kerja yang memiliki potensi bahaya tinggi adalah
laboratorium. Laboratorium merupakan sarana yang sangat penting pada
lingkungan sekolah. Laboratorium adalah tempat yang digunakan untuk melakukan
suatu percobaan. Bekerja di laboratorium tidak boleh bertindak ceroboh dalam
memperlakukan dan mempergunakan peralatan dan bahan-bahan yang terdapat di
laboratorium. Hal itu bertujuan mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan di
laboratorium. Potensi bahaya yang dapat terjadi pada laboratorium, antara lain,
bahaya kebakaran, keracunan, dan kerusakan alat.
Berdasar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), terdapat 2,78 juta
pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sekitar 2,4 juta (86,3 persen) dari kematian ini dikarenakan penyakit akibat kerja,
sementara lebih dari 380.000 (13,7 persen) dikarenakan kecelakaan kerja. Hampir
terdapat seribu kali lebih banyak kecelakaan kerja non-fatal dibandingkan
kecelakaan kerja fatal yang terjadi setiap tahunnya. Kecelakaan non-fatal
diperkirakan dialami 374 juta pekerja setiap tahun.
Angka kecelakaan yang terhitung banyak tidak boleh diremehkan begitu
saja. Laboratorium merupakan tempat kerja dengan berbagai macam risiko bahaya
harus dilengkapi pengendalian agar tidak menyumbang angka kecelakaan kerja di
Indonesia. SMK3 merupakan salah satu sistem manejemen K3 dengan standar
nasional yang bertujuan melindungi para pekerja dari hal-hal yang tidak diinginkan
yg timbul dari lingkungan kerja ataupun aktivitas pekerjaan. Sesuai dengan
persyaratan SMK3 bahwa organisasi harus menetapkan prosedur dan melakukan
Hazards Identification, Risk Assessment dan Deterimining Control. Hal ini
dilakukan dengan tujuan utama untuk mengenali bahaya dan mengendalikan
bahaya.

Berikut adalah Resiko bekerja di laboratorium:

1. Situasi Dalam skala besar

6
Banyak kejadian dalam skala besar yang sensitf yang mempengaruhi
perusahaan atau lembaga laboratorium hingga ketingkat

Operasional perusahaan. misalnya:

- kebakaran
- banjir
- gempa bumi
- pemadam listrik
- hilangnya bahan laboratorium
2. Pelanggaran Keamanan

Pelanggaran kemananan yang terjadi dapat berupa hilangnya aset fisik


laboratorium ataupun aset data. Penyalahgunaan aset labaratorium dapat
menyebabkan kerugian besar bagi lembaga laboratorium, selain itu pelanggaran
juga dapat terjadi dengan eksperimentasi laboratorium yang tidak sah.

3. Bahan kimia beracun


Salah satu resiko yang sulit dapat diprediksi dan paling berbahaya
dalam pekerjaan di laboratorium adalah kadar racun dari bahan-bahan berbahaya.
di dalam laboratorium tidak ada zat yang sepenuhnya aman.

4. Bahan kimia mudah terbakar, eksplosif dan reaktif

Hampir semua bahan kimia adalah bahan yang mudah terbakar. Bahan
reaktif adalah adalah bahan yang bereaksi secara liar jika di kombinasikan dengan
bahan kimia yang lain, selain itu bahan kimia adalah bahan yang mudah meledak.

5. Bahaya Hayati

Bahaya hayati merupakan masalah di laboratorium yang menangani


mikroorganisme atau bahan yang terkontaminasi mikroorganisme. Bahaya bahaya
ini muncul biasanya muncul di laboratorium penelitian kimia dan penyakit menular,
dan tidak menutup kemungkinan muncul di laboratorium mikrobiologi.

6. Limbah Berbahaya

7
Hampir setiap laboratorium menghasilkan limbah. Limbah adalah bahan
yang dibuang atau hendak dibuang, atau tidak lagi berguna sesuai peruntukannya.
Limbah juga meliputi item seperti bahan bekas laboratorium sekali pakai, media
filter, larutan cair, dan bahan kimia berbahaya.

Limbah dianggap berbahaya jika memiliki salah satu sifat berikut ini :

- Bisa menyulut api


- Korosif
- Reaktif
- Beracun
7. Bahaya Fisik

Beberapa kegiatan di laboratorium menimbulkan resiko fisik bagi petugas


karena zat atau peralatan yang digunakan, seperti misalnya:

- Gas yang dimampatkan


- Kriogen tidak mudah menyala
- Reaksi tekanan tinggi
- Kerja vakum
- Bahaya frekuensi radio dan gelombang mikro
- Bahaya listrik

2.4 Penangan Risiko Bahaya pada Laboratorium


Penanganan atau tindakan kontrol yang dimulai dari bahaya yang
mempunyai risiko tinggi kemudian yang lebih rendah tingkat bahayanya.
Penanganan yang dilakukan berupa pengendalian teknis seperti telah terdapat ruang
asam di laboratorium yang memakai bahan kimia, terdapat exhaust ventilation di
laboratorium yang memakai bahan kimia, pada alat elektronik, ada tombol on/off
untuk dihentikan bila keadaan darurat, terdapat penerangan yang sudah diuji oleh
subdit K3 Universitas Airlangga, tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR),
tersedia Emergency Shower dan pencuci mata, tersedia kotak P3K. Penanganan lain
yang dapat dilakukan seperti terdapatnya poster K3, terdapat rambu K3, terdapat
SOP untuk pengoperasian alat, terdapat MSDS setiap bahan. Pengendalian Alat
Pelindung Diri (APD) yang dilakukan seperti mewajibkan mahasiswa memakai jas

8
lab, memakai masker, memakai sarung tangan, disediakan kacamata safety, dan
mewajibkan mahasiswa pakai alas kaki. Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa
digunakan adalah:
- Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung
harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau
pengotoran oleh bahan kimia.
- Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan
dan dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan
kimia, dan bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani
bahan-bahan korosif seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan
untuk melindungi tangan dan jari dari benda-benda tajam seperti pada saat
bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes diperlukan untuk menangani bahan-
bahan Sarung tangan karet perlu disimpan dengan baik dan perlu
ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
- Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari
percikan bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit
sepasang. Ideal setiap siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman
dipakai dan cukup ringan. Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja
dengan asam, bromin, amonia atau bila bekerja dibengkel seperti memotong
logam natrium, menumbuk, menggergaji, menggerinda dan pekerjaan sejenis
yang memungkinkan terjadinya percikan ke mata.
- Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap
dan debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-
gas beracun walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan
nitrogen dioksida maka perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi yang
baik untuk melindungi dari keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena
meninggalkan kran gas dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam
lemari uap harus selalu ditutup bila tidak digunakan.
- Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang
padat harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan

9
menggunakan sandal untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
- Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan
kimia dan alat-alat hampa udara.
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi
pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process)
sampai dengan penangan resiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi
tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan laboran secara bersama. Meski
tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah beban pekerjaan, namun
tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan
yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi praktikan adalah tujuan
utama. Dalam Laboratorium juga terdapat limbah yang harus ditanggualangi, ini
merupakan salah satu cara supaya dalam pengantar kecelakaan kerja dapat
dikurangi.
Agar dapat menghindari atau meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja
perlu dilakukan tindakan pencegahan yaitu melalui identifikasi potensi bahaya yang
dapat timbul dari suatu aktivitas. Dengan adanya identifikasi bahaya tersebut,
pengendalian dan solusi untuk mengatasi nya dapat tepatsesuai dengan kebutuan
dan konteks yang terjadi di lapangan. Untuk memaksimalkan penanganan potensi
kecelakaan kerja perlu tindak lanjut dengan melakukan penilaian resiko. Penilaian
terhadap resiko merupakan cara tersistem dalam melakukan aktivitas di
laboratorium, identifikasi terhadap potensi munculnya bahaya dan kemungkinan
buruk lainnya, serta mengambil keputusan untuk mengendalikan dan mencegah
terjadinya kecelakaan.
Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi penanganan risiko
dilboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya
yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu
kecelakaan. Kecelakaan didalam laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya
dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja di dalam laboratorium. Berikut adalah aturan umum yang
berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:

10
- Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di
laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan
lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
- Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti
kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.
- Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.
- Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan
terjadi dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut. Berikan tanda
peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu. Eksperimen
yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di laboratorium juga perlu
dicegah. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas,
kertas dan lain-lain. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. pelaksanaa K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) sangat penting diterapkan
dalam berbagai jenis pekerjaan untuk mengurangi atau bahkan meniadakan
potensi risiko bahaya yang berakibat keceelakaan.
2. penanganan alat dan bahan penelitian sangat bergantung pada fasilitas yang ada
di laboratorium dan kepentingan pemakaian laboratorium. Pengelolaan
laboratorium juga harus dilakukan dengan baik agar alat dan laboratorium tetap
terjaga keberlanjutan fungsinya.
3. laboratorium harus sesuai standar-standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah
agar resiko yang mungkin ada dapat dihindari. Laboratorium tempat kerja
dengan berbagai macam risiko bahaya harus dilengkapi pengendalian agar tidak
menyumbang angka kecelakaan kerja di Indonesia. SMK3 merupakan salah
satu sistem manejemen K3 dengan standar nasional yang bertujuan melindungi
para pekerja dari hal-hal yang tidak diinginkan yg timbul dari lingkungan kerja
ataupun aktivitas pekerjaan.
4. penanganan yang dapat dilakukan di laboratorium seperti terdapatnya poster
K3, terdapat rambu K3, terdapat SOP untuk pengoperasian alat, terdapat MSDS
setiap bahan.

3.2 Saran
Saran untuk pembaca agar lebih berhati-hati bekerja dalam laboratorium
untuk menghindari segala resiko yang ada.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fathimahhayati, L., 2015, Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job Safety
Analysis (JSA) Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Di Laboraorium X. Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.
Samarinda, Tekinfo, 4(1): 25-32.

Gunawan, F,A,. Lestari, Fatma., Subekti, Audist., dan Somad., 2016, Manajemen
Keselamatan Operasi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Bandung.

Puspitasari dan Nindya., 2010, Hazard identifikasi dan Risk Assesment dalam
upaya megnurangi tingkat resiko dibagian produksi, PT.Bina Guna Kimia
Ungaran, Semarang.

Putra, I. O., 2017, Manajemen Risiko Pada Laboratorium Biofarmasetika dan


Analisis Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, The Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health, 7(3): 81-90.

Murdiyono, 2016, Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko di bengkel


pengelasan SMK, Jurnal pendidikan vocasional teknik Mesin, 4(1): 47-54.

Raharjo dan Harjanto, S., 2017, Penanganan Alat dan Bahan yang Baik dalam
Rangka Menunjang Kegiatan Di Laboratorium Kimia, Jurnal
MetanaMetana, 13(2): 58-60.

Soehatman, R., 2010, Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS
18001, Dian Rakya, Jakarta.

Tarwaka, 2008, Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen Dan Implementasi


K3 Di Tempat Kerja, Harapan Press, Surakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai