Anda di halaman 1dari 16

KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM

(Kecelakaan Kerja Karena Bahan Kimia)

Pembimbing :

Su’udi, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Di susun oleh :

1. Yuni Ardiana Savita (P27820517001)


2. Lailatul Muamanah (P27820517015)
3. Deva Ria Anggraeni (P27820517016)
4. Fery Hidayah (P27820517017)
5. Fenti Erlindaningtyas (P27820517026)
6. Finny Magfirotun N (P27820517030)
7. Fatikhatul Mufidah (P27820517030)
8. Galuh Meta P(P27820517030)
9. Nabi’ilatus Salamah(P27820517030)
10. Sendy Wahyuni(P27820517030)
11.
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI DIII KEPERAWATAN TUBAN
Jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 2 Tuban
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kecelakaan Kerja
Di Laboratorium untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan
Keeja (K3) dan merupakan salah satu tugas kelompok yang harus dipenuhi oleh
mahasiswa.

Dalam pembuatan makalah ini kami banyak mendapatkan bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak, oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah yakni pak Su’udi, S.Kep.,Ns.,M.Kepdan Rekan - rekan mahasiswa
yang telah membantu dan memberikan dorongan dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyatakan bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata
kami ucapkan terima kasih.

Tuban , 28 Juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................................
1.4 Manfaat .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................

2.1. Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja .......................................................


2.2.Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium .................................................
2.3.Contoh Kasus Kecelakaan Dilaboratorium ..........................................................
2.4.Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium ................................................

BAB III PENUTUP................................................................................................................

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................

3.2 Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Mengenai penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan telah


mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal 10 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang telah mengatur
bahwa pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada
Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Peyelengara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali
24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat
keterangan dokter yang menyatakan bahwa kondisi tenaga kerja tersebut sembuh, cacat atau
meninggal dunia seperti penelitian (Kharismawan, 2014) yang mengharuskannya ada
jamsostek bagi pekerja. Setiap tempat kerja harus pengembangan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Dilaboratorium analis kesehatan melaksanakan upaya kesehatan kerja,
agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan
disekitarnya (Anonim, 2010).

Setelah mengetahui bagimana cara kerja, prinsip kerja serta pengantar kecelakaan kerja dan
keamanan kerja di laboratorium maka dapat berguna bagi kita sebagai panduan sebelum
melakukan praktikum di laboratorium. Cara kerja dan prinsip kerja di laboratorium ini
merupakan langkah-langkah sebelum dan sesudah kita melakukan praktikum agar selama
proses praktikum tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak di inginkan serta dapat
menimbulkan kecelakaan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain (Salim,
2012). Untuk keamanan kerja di laboratorium kita mengetahui bagaimana agar diri kita
bisa terhindar dari kecelakaan di laboratorium dan jika terjadi kecelakaan maka kita sudah
mengetahui bagaimana cara menanganinya. Dalam keamanan kerja hal pertama yang harus di
patuhi adalah kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada di laboratorium
agar tidak terjadinya kecelakaan (Subiantoro, 2011).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa definisi dan tujuan dari keselamatan kerja?


2. Apakah sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium?
3. Bagaimana contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium?
4. Bagaimana pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Mengetahui definisi dan tujuan dari keselamatan kerja.


2. Mengetahui sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium.
3. Mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium.
4. Mengetahui pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1. Menambah ilmu pengetahuan Mahasiswa khususnya didalam bidang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3).
2. Memberikan alternatif supaya dapat mengantisipasi dan menghindari kecelakaan di
laboratorium.
3. Memberikan informasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang sangat
bermanfaat didalam dunia kerja.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja

Sebagai seorang praktikan, sebelum melakukan praktikum kita terlebih dahulu harus
mengetahui bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium,
agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar. Keselamatan kerja adalah
keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat-alat laboratorium, bahan dan proses
praktikum, tempat praktikun & lingkungannya serta cara-cara melakukan praktikum.
Menurut (Salim, 2012) keselamatan kerja menyangkut segenap proses Praktikum di
laboratorium. Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak
diharapkan yang terjadi pada saat praktikum sedang berlangsung. Oleh karena dibelakang
peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan
(Rahayuningsih, 2013).

Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan
terwujudnya pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan
dengan cara penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting
keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk laboratorium dan bagi para pekerja.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat
produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran
kesehatan kerja khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan
laboratorium. Dalam laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk
mengantisifasi terjadinya kecelakaan, dan harus di dukung dengan enabling factor/
pendukung (lingkungan fisik dan ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein
forcing factor/ faktor pendorong (dukungan sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi
dilaboratorium (Wulandari, 2011). Selain di laboratorium manajemen K3 juga harus
diterapkan di rumah sakit (Salikkuna, 2011).

2.2. Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium

Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap
pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang
mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka akan
meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang dilakukan
sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari hasil
identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko. Penilaian risiko
adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi
buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan,
atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan
untuk menghilangkan, mengurangi atau meminimalkan risiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan
pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan
kedua adalah faktor manusia (unsafe action). Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa faktor manusia menempati posisi yang sangat penting terhadap
kecelakaan kerja yaitu antara 80-85% (Soyuno, 2013).
Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis terjadinya
kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab terjadinya kecelakan kerja
di labolatorium:
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-
proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan
2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang melakukan
kegitan labolatorium.
4. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan labolatorium.
5. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya harus
ditaati.
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
7. Tidak bersikap hati-hati dalam melakukan kegiatan.
(Suyono, 2013).

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di manapun,
dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya kerja di
laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau bahkan cacat,
serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila intensitasnya
meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan kematian (Winarni,
2014).Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :

1. Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api,


atau alat-alat logam.
2. Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara,
gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur, bakteri,
serbuksari atau racun gigitan serangga.
3. Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang tidak
tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain) (Hidayati,
2011).
Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.


2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium
itu sendiri.
Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

 Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah


bentuk kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :
 Ringan: memar
 Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.
 Pencegahannya : Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak
tinggi, tali sepatu longgar, hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang
dipel (basah dan licin) atau tidak rata konstruksinya dan pemeliharaan
lantai dan tangga.
 Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan
yang mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi
bila terdapat 3 unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah
terbakar dan panas. Akibatnya :
 Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai berat
bahkan kematian.
 Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
 Pencegahannya : Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan
yang baik dan terhadap bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan
terhadap terjadinya kemungkinan timbulnya kebakaran didalam
laboratoruim (Anonim, 2010).
Berikut adalah orang yang seharusnya bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium

1. Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium yaitu
kelengkapannya, pemeliharaan, dan keamanan labolatorium.
2. Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk yang
diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek keamanan.
3. Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek kesehatan
dan keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik yang digunakan
maupun yang dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan dari teknik dan prosedur
yang akan dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa atau siswa dapat menyusun
peralatan dan mengikuti prosedur yang seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat
dihindari atau dikurangi.
Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-pokok
tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk membantu dalam
proses penanganan apabila terjadi kecelakaan dilaboratorium. Pertolongan pertama pada
kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat bagi korban sebelum
pertolongan yang lebih lanjut diberikan ke dokter (Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang
harus diperhatikan dalam melakukan tindakan P3K yaitu :

1. Jangan panik tidak berarti boleh lamban.


2. Perhatikan pernafasan korba
3. Hentikan pendarahan.
4. Perhatikan tanda-tanda shock.
5. Jangan memindahkan korban terburu-buru.
2.3. Contoh Kasus Kecelakaan Dilaboratorium

DEPOK - Kecelakaan kerja terjadi di Laboratorium Kimia Kualitatif, Lantai 2 Gedung J


Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (FFUI) sekira pukul 10.30 WIB saat para mahasiswa
FFUI menjalankan kegiatan perkuliahan praktikum. Akibatnya, 14 orang mengalami luka-
luka. “Luka yang dialami para korban adalah luka jahitan dan luka di bagian sekitar wajah
dan leher akibat serpihan kaca dari labu destilasi (tidak ada yang terluka akibat bahan kimia
karena pada praktikum tersebut tidak menggunakan bahan kimia berbahaya),” tegas Kepala
Kantor Komunikasi UI, Rifelly Dewi Astuti, Senin (16/3/2015). Seluruh korban sempat
dilarikan ke Rumah Sakit Bunda Margonda untuk mendapat perawatan. Saat dikonfirmasi,
seluruh pasien sudah diperbolehkan pulang dari RS Bunda Margonda setelah mendapatkan
observasi. “Seluruh korban merupakan mahasiswa farmasi angkatan 2013. UI turut berduka
atas musibah ini. UI berharap dan berupaya agar musibah ini tidak akan terulang di masa
yang akan datang. Ke depannya, para civitas akademika UI, khususnya program studi yang
menjalankan kegiatan praktikum, diharapkan dapat terus berhati-hati, fokus, dan tetap selalu
mengikuti instruksi dan prosedur yang telah ditetapkan,” ujarnya seraya menegaskan bahwa
Tim Laboratorium telah menjalankan tugas sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Musibah terjadi ketika kegiatan praktikum telah berjalan karena mahasiswa terlambat
mengangkat pemanas bunsen hingga larutan sampel dalam labu destilasi hampir kering,
sehingga terjadi ledakan.
2.4.Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium

Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja di


laboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang
mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan.
Menurut (Fathimahhayati, 2015) kecelakaan didalam laboaratorium dapat dianalisis potensi
bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja di dalam laboratorium.
Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:

1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di laboratorium.
Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan lewat dan tempatkan
segala sesuatu pada tempatnya.
2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti kotak
P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.
3. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.
4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan
ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.
5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu.
6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di
laboratorium juga perlu dicegah.
7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas dan
lain-lain.
8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.
(Fathimahhayati, 2015)

Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna, maka
pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah penting (Ramli,
2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk
menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah luka
jika terjadi kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium harus
dilakukan dengan baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi
dan evaluasi kondisi dari praktek berbahaya (Indriyani, 2014).
Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:

1. Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung harus
nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran
oleh bahan kimia.
2. Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan
dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia,
dan bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani bahan-bahan
korosif seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan untuk melindungi
tangan dan jari dari benda-benda tajam seperti pada saat bekerja di bengkel. Sarung
tangan asbes diperlukan untuk menangani bahan-
bahan Sarung tangan karet perlu disimpan dengan baik dan perlu
ditaburi talkagar tidak lengket saat disimpan.
3. Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan
bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Ideal
setiap siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup
ringan. Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, amonia
atau bila bekerja dibengkel seperti memotong logam natrium, menumbuk,
menggergaji, menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya
percikan ke mata.
4. Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan
debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas
beracun walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan nitrogen
dioksida maka perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi yang baik untuk
melindungi dari keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran gas
dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu
ditutup bila tidak digunakan.
5. Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat
harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan menggunakan sandal
untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda
berat.
6. Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia
dan alat-alat hampa udara.
Selanjutnya untuk pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium dengan metode JSA dapat
dilakukan sebagai berikut:

1. Membuat Prosedur K3
Berdasarkan hasil penelitian (Amanah, 2010) diketahu bahwa 65% responden
memiliki tingkat pengetahuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang baik. Hal
ini disebabkan antara lain karena pada semester 6 mereka sudah dibekali dengan
materi keselamatan dan kesehatan kerja. Tingkat pengetahuan responden tentang
keselamatan dan kesehatan kerja secara umum sudah baik, namun jika dikaji lagi
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya di laboratorium tingkat
pengetahuan mereka masih kurang, hal ini disebabkan karena materi perkuliahan
yang diberikan hanya mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum
tetapi tidak menjurus ke dalam keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium.
Menurut (Ramadan, 2014) prosedur K3 merupakan cara untuk melakukan
pekerjaan mulai awal hingga akhir yang didahului dengan penilaian risiko terhadap
pekerjaan tersebut yang mencakup keselamatan dan kesehatan terhadap pekerja
dilaboratorium. Melihat besarnya manfaat dari adanya prosedur K3 ada baiknya
pihak laboratorium membuat prosedur K3,.

2. Menyediakan Material Safety Data Sheet (MSDS)


Sebelum lembar data keselamatan bahan diterapkan, ada baiknya bagi
pengguna laboratorium mengerti arti dan fungsi dari Material Safety Data
Sheet (MSDS). Lembar data keselamatan bahan atau MSDS merupakan informasi
acuan tentang keselamatan bahan yang lebih detail. Berdasarkan hasil kuisioner, 53%
responden menyatakan telah mengerti arti dan fungsi dari MSDS dan 47%
menyatakan tidak mengerti arti dan fungsi MSDS. Ketidaktahuan responden terhadap
arti dan fungsi dari MSDS dapat disebabkan karena sebelumnya belum ada
pengenalan atau sosialisasi dari pihak laboratorium ataupun kampus dalam
memperkenalkan MSDS kepada mahasiswanya baik saat praktikum di laboratorium
ataupun saat perkuliahan. MSDS amat penting bagi pengguna laboratorium, dari
MSDS ini dapat diketahui sifat bahaya bahan dan cara penanganan termasuk cara
penyimpanan bahan kimia (Amanah, 2010).
3. Harus Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD)
Pada dasarnya setiap pengguna laboratorium sudah sadar benar arti pentingnya
APD sebagai pelindung diri saat bekerja dilaboratorium. hal ini dibuktikan dengan
hasil kuisioner, 85% responden menyetakan mengerti arti dan fungsi dari alat
pelindung, 4% tidak tahu dan 11% menyatakan ragu-ragu. Selain itu pengguna
laboratorium juga merasakan secara langsung manfaat yang besar dari penggunaaan
APD yang bertujuan untuk melindungi diri mereka dari potensi bahaya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. hal ini dibuktikan 96% pengguna (mahasiswa) menyatkan
APD sangat bermanfaat dan 4% menyatakan APD tidak berpengaruh terhadap
aktivitas mereka (Amanah, 2010).
APD berfungsi sebagai alat pelindung diri bagi pengguna laboratorium, APD
sudah didesain sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek-aspek keselamatan
kesehatan kerja bagi penggunanya. Untuk membuktikan hal tersebut dilakukan
observasi lapang dengan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan
data. Dari data yang diperoleh 100% pengguna (mahasiswa) laboratorium menyatakan
belum pernah mengalami kecelakaan akibat penggunaan APD.

4. Harus Tersedianya Kelengkapan P3K yang Memadai dan Eyewash.


Pertolongan pertama saat terjadinya kecelakaan sangat diperlukan untuk
membantu mempermudah proses penanganan korban atau pengobatan selanjutnya.
Untuk itu laboratorium perlu menyediakan kotak P3K yang memadai
dan eyewas. Mengingat bila terjadi kecelakaan di laboratorium selalu diandalkan
ketersedian akan obat-obatan dan peralatan pertolongan pertama yang dibutuhkan saat
terjanya suatu kecelakaan.
Namun jika dilihat dari potensi bahaya yang dapat timbul seperti percikkan
bahan kimia, tidak ada salahnya jika laboratorium menyediakan eyewash sebagai alat
bantu pertolongan pertama bagi pengguna laboratorium yang matanya terkena
percikkan bahan kimia, karena beberapa peraturan mewajibkan pada cara penangan
bahan kimia, apabila bahan kimia tersebut terkena mata ataupun tertumpah di badan
harus segera dibersihkan dengan air. Eyewash adalah alat pertolongan pertama yang
baik digunakan untuk menangani masalah tersebut sebelum dilakukan tindakan lebih
lanjut oleh bagian medis (Amanah, 2010).
5. Harus Tersedianya Alat Pemadam Kebakaran.
Kebakaran harus segera dipadamkan bila kemungkinan dari aspek
keselamatan, tetapi jika api telah membahayakan maka gunakan alat pemadam api
ringan (APAR). Pemadam api berupa gas CO2 atau bubuk kimia kering dapat
digunakan untuk tipe kebakaran A, B, C dan D. Pemadaman api dilakukan dengan
menyemprotkan APAR pada dasar api dan mengetahui arah angin agar tidak terkena
gas CO2 atau debu kimia.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari hasil makalah yang telah di buat ini, dapat simpulkan bahwa:

1. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat
laboratorium, bahan dan proses praktikum. Tujuanya adalah agar kita dapat terhindar
dari kecelakaan dan tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja dan lingkungan
disekitarnya, serta melindungi diri dengan APD.
2. Sumber terjadinya kecelakaan dilaboratorium diantanya kurangnya pengetahuan dan
pemahaman tentang bahan-bahan kimia, kurangnya atau tidak tersedianya
perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan kegiatan laboratorium dan
lain-lain.
3. Pengendalian kecelakaan kerja dilaboratorium diantaranya sebelum mulai bekerja
kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk
mengurangi bahaya tersebut, menggunakan perlengkapan keamanan, setiap orang
harus mengetahui letak kotak P3K dan lain-lain.

3.2. Saran
Disarankan kepada praktikan, dosen dan peneliti agar dapat mematuhi prosedur
keselamatan kerja di laboratorium dan harus mempelajari pengantar kecelakaan kerja supaya
dapat meminimalisir dan dapat menangani apabila terjadi kecelakaan di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Amanah Ila, dkk. 2010. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko (Risk Assessment) Di
Laboratorium Studi Kasus Di Laboratorium Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro. Undip. Semarang.

Kharismawan I Gusti, 2014. Penerapan Jaminan Kecelakaan Kerja di Perusahaan


PT. Narmada Awet Muda Di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang
Jamsostek. Fakultas Hukum Universitas Mataram. Mataram.

Anonim. 2010. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga Kesehatan.


Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat Pendidik Tenaga Kerja. Jakarta.

Hati Shinta, W. 2015. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Pembelajaran Di Laboratorium. Program Studi Teknik Mesin Politeknik Negeri Batam. Riau.

Ramadan Prilia. 2014. Pegaruh Pengetahuan K3 dan Sikap Terhadap Kesadaran Berperilaku
K3 Di Laboratorium CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta. Fakultas Teknik UNY.
Yogyakarta.

Suyono Karina., dkk. 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya Keselamatan Kerja
dengan Safety Behavior di PT DOK dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction. Univ
Airlangga. Surabaya.

Subiantoro Agung. 2011. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains. Fakultas
Mipa UNY. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai