Anda di halaman 1dari 13

Sistem Manajemen Keselamatan Kerja

NAMA MAHASISWA : ZURIYAH MUSTAQIMAH


NIM : 22021008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


PROGRAM DIPLOMA TIGA
STIKES PRIMA INDONESIA
BEKASI
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengam rahmat,karunia,serta taufik
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Sistem Manajemen Keselamatan
Kerja sesuai dengan berbagai sumber informasi dan literatul yang sudah dikembangkan. Dan
juga kami berterimakasih kepada Ibu Ladyka Viola Aulia,M.KM. selaku Dosen mata kuliah K3
Dan Patient Safety yang telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang,mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan.

Bekasi, Februari2022
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................


DAFTAR ISI ................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A.Latar Belakang ................................................................................................
B.Rumusan Masalah ................................................................................................
C.Tujuan Penulisan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................
A. Pengertian Kesehatan Dan Kecelakaan Kerja.......................................................
B. Sumber Yang Menyebakan Terjadinya Kecelakaan Kerja...................................
C. Contoh Kasus Kecelakaan Kerja...........................................................................
D. Pengendalian Kecelakaan Kerja di Laboratorium.................................................
E. Sistem Menejemen Keselamatan Kerja.................................................................
BAB III PENUTUP ................................................................................................
A.Kesimpulan ................................................................................................
B.Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efesiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan
kerja tidak tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja
tetapi juga dapat merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada
masyarakan luas.

Era globalisasi ini. Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam
setiap bagian kerja baik yang berada dilapangan ataupun didalam ruangan. Didalam
undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang kesehatan telah mengamanatkan antara lain
jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 3 Tahun1992
tentang jaminan sosial tenaga kerja yang telah mengatur bahwa pengusaha wajib
melaporkan kecelakan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada kantor Dapartemen
Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam.
Setelah itu, tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut mendapatkan surat keterangan
dokter yang menyatakan kondisi tenaga kerja tersebut sembih, cacat atau meninggal
dunia.

Untuk pekerjaan yang beresiko tinggi diharuskan ada jamsostek bagi pekerja. Untuk
setiap tempat kerja harus mengembangkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, contohnya
seperti diLaboratorium Kimia karena disini tak akan lepas kemungkinan bahaya dari
berbagai jenis bahan kimia dan peralatan yang ada didalamnya. Oleh karena itu,
diperlukan pemahaman terhadap bahaya dilaboratorium dan juga harus melaksanakan
upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja agar tidak terjadi kecelakaan atau gangguan
kesehatan terhadap para pekerja dan bukan hanya pekerja yang beresiko keluarga,
masyarakat maupun lingkungan sekitar juga akan berdampak.

Potensi bahaya diLaboratorium sangatlah tinggi, oleh karena itu kita harus tau cara
kerja,prinsip kerja serta pengantar Kecelakan Kerja dan Keselamatan Kerja yang terjadi
di Laboratorium. Untuk cara kerja dan prinsip kerja dilaboratorium ini merupakan
langkah-langkah sebelum dan sesudah para pekerja melakukan pekerjaannya agar tidak
terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak diiinginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan
yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, kita sudah
mengetahui bagaimana agar diri kita bisa terhindar dari kecelakaan dilaboratorium jika
suatu saat terjadi kecelakkan dilaboratorium. Dan dalam keamanan kerja hal pertama
yang harus dipatuhi adalah kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada
dilaboratorium agar kita terhindar dari kecelakaan dalam bekerja.
Pengelolaan laboratorium (Laboratory management) adalah usaha untukmengelola
laboratorium. Bagaimana suatu laboratorium dapat dikelola denganbaik sangat ditentukan
oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu denganyang lainnya. Beberapa alat-alat
laboratorium yang canggih, dengan stafprofessional yang terampil belum tentu dapat
beroperasi dengan baik jika tidakdidukung oleh adanya manajemen laboratorium yang
baik. Oleh karena itu,manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat
dipisahkan darikegiatan laboratorium. Suatu manajemen laboratorium yang baik,
memiliki sistemorganisasi yang baik, uraian kerja (job description) yang jelas,
pemanfaatanfasilitas yang efektif, efisien, disiplin, dan administrasi yang baik pula.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kesehatan Dan Kecelakaan Kerja?
2. Apa Sumber Yang Menyebakan Terjadinya Kecelakaan Kerja?
3. Apa Saja Contoh Kasus Kecelakaan Kerja?
4. Apa Saja Pengendalian Kecelakaan Kerja di Laboratorium?
5. Apa Saja Sistem Menejemen Keselamatan Kerja?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja (Negeri,
2011)
Keselamatan kerja menurut Mondy (2010) adalah perlindungan karyawan dari luka-luka
yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan
merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran,
ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,
penglihatan danpendengaran (Ningsih and Ferijani, 2020)
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Ilmuan merupakan semua yang ada pada ilmu
dan penerapannya untuk mencegah terjadinya suatu kejadian seperti kecelakaan, penyakit
yang terjadi akibat kejadian di tempat kerja, kebakaran, pencemaran lingkungan dan lain
sebagainya yang menyangkut kejadian di tempat kerja (Pendidikan et al., 2021)

B. Sumber Yang Menyebabkan Terjadinya Kecelakaan Kerja


Kecelakaan Kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa setiap
pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak yang
memperkejakannya. Oleh karena itu,dilakukan identifikasi kecelakaan kerja guna
mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya kerja maka
akan meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian bahaya kerja yang
dilakukan sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar tindak lanjut penangan dari
hasil identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu penilaian risiko.
Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa
yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah
terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja. Penilaian ini harus juga
melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan, mengurangi atau
meminimalkan resiko (Salawati, 2009)
Terjadinya Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis yang
terjadi kecelakaan kerja dilaboratorium terjadi disebabkan sebagai berikut (Ramadhan,
Febriyani and Iriani, 2020):
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan proses-proses
serta perkengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan.
2. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan laboratorium dan juga kurangnya pengawasan
yang dilakukan selama melakukan kegiatan laboratorium.
3. Kurangnya bimbingan terhadap pekerja yang sedang melakukan kegiatan di
laboratorium.
4. Kurangnya atau tidaknya tersedia perlengkapan keamanan dan perlengkapan pelindung
diri dalam melaksanakan kegiatan dilaboratorium.
5. Kurang atau tidaknya mengikuti petunjuk atau aturan yang harus ditaati
6. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
Tidak bersikap hati-hati dalam melakukan kegiatan dilaboratorium.

C. Contoh Kasus Kecelakaan Kerja Dilaboratorium


Ada banyak contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam beberapa
keadaan yang menimbulkan potensi kecelakaan kerja di laboratorium. Selain aspek
(keadaan dan tindakan) yang berpotensi celaka, dilakukan juga penilaian resiko untuk
mengetahui tingkat risiko di Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan agar
memperoleh nilai tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya diatas. Berdasarkan
hasil perkalian anatar paparan, peluang dan konsekunsi maka diketahui tingkat risiko dari
masing-masing potensi bahaya dilaboratorium (Abidin and Ramadhan, 2019).
Dibawah ini Contoh Kasus yang sering terjadi dilaboratorium:
NO Aktifitas Potensi Bahaya
.
1. Pengambilan reagen dari lemari asam  Keracunan
 Sesak Nafas
 Iritasi Mata
 Iritasi Kulit
 Luka Bakar
2. Pengisian Buret  Luka
 Iritasi Mata
 Tertelan Bahan Kimia
3. Pemipetan  Luka GoresPenggunaan Oven
4. Penggunaan Oven  Terpapar Panas
5. Analisa Logam dan Uji Sampel Air  Kebakaran
 Ledakan
 Keracunan
Dibawah ini contoh bahan kimia yang ada dilaboratorium yang menyebabkan beberapa
gangguan pada tubuh kita yaitu:
Jenis Zat Beracun Jenis Bahan Gangguan akibat Beracun
Logam Metaloid Timbal(Pb), Raksa(Hg), Saraf, Ginjal, Darah,Hati
Cadmium,Krom(Cr),Arsen,
Bahan Pelarut Bensin dan Minyak,alkohol, Pusing, Koma,Penglihatan
glikol
Gas Beracun Karbon Monoksida, Nitrogen Sesak Nafas, Otak, Iritasi,
monoksida, Aspiksian Jantung, Saraf, Kematian
Pestisida Berbagai macam obat Pusing, Kejang, Hilang
pembasmi hama Kesadaran, dan kematian
Karsinogen Benzena, Asbes,Krom Leukimia,Paru-Paru

D. Pengendalian Kecelakaan Kerja di Laboratorium


Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja dilboratorium
adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat
terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan. kecelakaan didalam
laboaratorium dapat dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis
(JSA) sebagai upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium
(Syakbania and Wahyuningsih, 2017)
Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:
1. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di
laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan lewat
dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
2. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat seperti
kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.
3. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.
4. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi
dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.
5. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan tertentu.
6. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di laboratorium
juga perlu dicegah.
7. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas dan
lain-lain.
8. Semua percikan dan kebocoran harus segera dibersihkan.

E. Sistem Menejemen Keselamatan Kerja


Budaya K3 Laboratorium sangat tergantung pada kebiasaan kerja masing-masing
karyawan/ kimiawan serta tingkat kepedulian dan kesadaran Tim Kerja tim untuk
melindungi diri mereka sendiri, tetangga dan komunitas serta lingkungan yang lebih
besar. Pimpinan lembaga mensyaratkan agar pegawai laboratorium mengambil langkah-
langkah berikut ini untuk meningkatkan budaya K3 di Laboratorium Kimia (Soputan,
Sompie and Mandagi, 2014):

1. Rencanakan semua eksperimen sebelumnya dan patuhi prosedur lembaga tentang


keselamatan dan keamanan selama perencanaan.
2. Selama memungkinkan, minimalkan operasi laboratorium kimia untuk
mengurangi bahaya dan limbah.
3. Asumsikan bahwa semua bahan kimia yang ada di laboratorium berpotensi
beracun.
4. Pertimbangkan tingkat kemudah-bakaran, korosivitas, dan daya ledak bahan
kimia dan kombinasinya jika melakukan operasi laboratorium.
5. Pelajari dan patuhi semua prosedur lembaga terkait keselamatan dan keamanan.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Dalam pedoman penerapan SMK3, setiap
perusahaan wajib melaksanakan (Soputan, Sompie and Mandagi, 2014):

a. Penetapan kebijakan K3,


b. Perencanaan K3,
c. Pelaksanaan rencana K3,
d. Pemantauan dan evaluasi kinerka K3,
e. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

Penerapan SMK3 sudah diuraikan dalam PP No.50 Th. 2012. Namun di bawah ini akan
diberikan panduan praktis penerapkan SMK3 di Laboratorium Kimia, yang tentu saja
sangat tergantung pelaksanaannya pada kondisi untuk masing-masing lembaga.
Berikut adalah langkah praktis membangun SMK3 di Laboratorium Kimia (Tarigan,
2021)

1. Kembangkan pernyataan kebijakan K3


Menerapkan kebijakan formal untuk mendefinisikan, mendokumentasikan, dan
menyetujui sistem manajemen keselamatan dan keamanan kimia. Pernyataan
kebijakan formal menetapkan harapan dan menyampaikan keinginan lembaga.
2. Tunjuk Petugas K3 Kimia.
Tugaskan Ahli K3 untuk mengawasi program SMK3 untuk melaksanakan
tanggung jawabnya. Ahli K3 harus memiliki akses langkah, jika diperlukan ke
pejabat senior/ manajemen sebagai Panitia Pembina K3 yang bertanggung jawab
kepada publik.
3. Identifi kasi dan atasi situasi yang sangat berbahaya.
Laksanakan evaluasi berbasis risiko untuk menentukan dampak dan kecukupan
upaya kendali yang ada, memprioritaskan kebutuhan, dan menerapkan tindakan
perbaikan berdasarkan tingkat kepentingan dan sumber daya yang
tersedia.Informasi yang dikumpulkan akan memberi dasar bagi terciptanya sistem
manajemen keselamatan yang kokoh, serta membantu memprioritaskan berbagai
upaya untuk meningkatkan keselamatan dan keamanan.
4. Terapkan kendali administratif.
Kendali administratif menjelaskan peraturan dan prosedur lembaga tentang
praktik keselamatan dan keamanan dan menetapkan tanggung jawab para individu
yang terlibat Kendali administratif juga harus memberikan mekanisme untuk
mengelola dan menanggapi perubahan, seperti prosedur, teknologi, ketentuan
hukum, staf, dan perubahan lembaga. Kontrol ini meliputi peraturan keselamatan
umum, prosedur kebersihan dan pemeliharaan laboratorium, panduan penggunaan
bahan dan peralatan, dan dokumen lain yang bisa digunakan untuk
menyampaikan peraturan dan harapan kepada semua pegawai laboratorium.
5. Terapkan prosedur manajemen bahan kimia.
Manajemen bahan kimia adalah komponen yang sangat penting dari program
keselamatan laboratorium dan meliputi prosedur tertentu untuk: – membeli bahan
kimia; – penanganan bahan kimia, termasuk ventilasi yang memadai, penggunaan
alat perlindung diri (APD) secara tepat, dan peraturan dan prosedur lembaga,
terutama untuk tumpahan dan keadaan darurat; – penyimpanan bahan kimia; –
pelacakan inventaris bahan kimia; – pengangkutan dan pengiriman bahan kimia;
dan – pembuangan limbah kimia.
6. Kenakan Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Kendali Teknik.
Setiap lembaga harus menyediakan fasilitas dan peralatan yang tepat untuk
pegawai laboratorium. Alat kendali teknik seperti tudung laboratorium, ventilasi
pembuangan, atau kotak sarung tangan, merupakan metode utama untuk
mengontrol bahaya di laboratorium kimia. Peralatan pelindung diri, seperti kaca
mata pengaman, kaca mata pelindung, dan pelindung wajah, harus melengkapi
peralatan kendali teknik. Manajemen laboratorium tidak boleh mengizinkan
eksperimen jika alat kendali teknik tidak memadai atau alat pelindung diri (APD)
tidak tersedia.
7. Pelatihan, komunikasikan, dan pembinaan.
Cara terbaik menciptakan budaya keselamatan di tempat kerja adalah dengan
memberi teladan yang baik setiap hari dengan mematuhi dan menegakkan
peraturan dan prosedur keselamatan dan keamanan setiap hari. Sangatlah penting
untuk membentuk sistem pelatihan dan pembinaan semua orang yang bekerja di
laboratorium. Setiap lembaga harus menentukan saluran komunikasi yang efektif
tentang keselamatan bahan kimia dengan pegawai di semua tingkat lembaga.
Bahan di perangkat pengembangan (toolkit) yang menyertai buku ini meliputi
studi kasus dan sumber daya lain yang berguna untuk melatih manajer
laboratorium dan staf. Pimpinan/ Manajer sebagai Panitia Pembina K3
bertanggung jawab untuk menentukan prosedur K3 serta memastikan apakah
semua orang mengetahui dan mematuhi prosedur itu. Namun, diperlukan
komitmen yang kuat dari pimpinan teratas untuk menciptakan sistem keselamatan
dan keamanan terbaik. Pimpinan teratas bertanggung jawab penuh terhadap
keselamatan dan keamanan kimia. Mereka harus menciptakan budaya yang
melindungi pekerja dan masyarakat.
8. Evaluasi fasilitas dan atasi kelemahannya.Rancang semua laboratorium untuk
memudahkan kerja eksperimen serta mengurangi kecelakaan. Keselamatan dan
keamanan harus dipertimbangkan saat merancang dan memelihara laboratorium
dan ruang kerjanya. Bacalah informasi dan evaluasi lebih lanjut tentang fasilitas
laboratorium, keamanan laboratorium, dan menilai bahaya dan risiko di
laboratorium.
9. Rencana untuk keadaan darurat
Setiap laboratorium lembaga, departemen, dan individu harus memiliki rencana
kesiapan keadaan darurat. Laboratorium harus membuat rencana untuk
menangani keadaan darurat dan insiden tak terduga. Simpan peralatan dan bahan
untuk menanggulangi keadaan darurat di tempat yang terjangkau, seperti
pemadam api, pencuci mata, pancuran keselamatan, dan perangkat kerja untuk
menangani tumpahan. Bahan kimia yang perlu diperhatikan atau Chemicals of
Concerns (COC) bisa jadi memerlukan rencana khusus, seperti penawar racun
untuk paparan yang tidak disengaja (misalnya, atropina untuk agen
organofosforus). Beberapa COC bisa tiba-tiba terbakar dan memerlukan metode
pemadaman api khusus. Rencana darurat harus melibatkan lembaga tanggap
darurat setempat, seperti pemadam kebakaran, untuk memastikan bahwa mereka
memiliki peralatan dan informasi yang memadai. Langkah-langkah
pengembangan rencana keadaan darurat meliputi: – menilai jenis-jenis kecelakaan
yang beresiko paling mungkin terjadi; – mengidentifikasi pembuat keputusan dan
pemangku kepentingan, seperti prioritas laboratorium dan penanggung jawabnya;
– membuat rencana keadaan darurat yang teridentifikasi dalam langkah pertama
untuk tindakan darurat; dan – melatih staf tentang prosedur yang dijabarkan
dalam rencana tindak tersebut.
10. Identifikasi dan atasi halangan kepatuhan terhadap keselamatan dan keamanan.
Seperti dibahas sebelumnya, ada banyak halangan kepatuhan terhadap sistem
keselamatan dan keamanan, termasuk perubahan pegawai dan kondisi yang
khusus satu laboratorium tertentu. Lembaga harus mengidentifi kasi halangan-
halangan ini dan menetapkan insentif agar pegawai laboratorium mematuhi upaya
keselamatan dan kesehatan kerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja

B. Saran
Saat memasuki laboratorium sebaiknya menggunakan alat-alat pelindung diri agar
terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan dilaboratorium. Selain itu untuk
perlengkapan keselamatan kerja sebaiknya disediakan dengan lengkap. Dan apabila
terjadi kecelakaan kerja sebaiknya langsung melakukan pertolongan pertama pada
korban. Selain itu juga kita perlu mematuhi peraturan yang telah dibuat di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A. U. and Ramadhan, I. (2019) ‘Penerapan Job Safety Analysis, Pengetahuan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Perguruan Tinggi’, Jurnal Berkala Kesehatan, 5(2), p. 76. doi: 10.20527/jbk.v5i2.7827.
Negeri, S. M. P. (2011) ‘Sim lab ipa’. Available at:
https://www.academia.edu/download/33234134/Sistem_Manajemen_Lab_MIPA.pdf.
Ningsih, W. and Ferijani, A. (2020) ‘Deskripsi Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3) Di Perusahaan Panca Jaya’, Jemap, 2(2), p. 267. doi: 10.24167/jemap.v2i2.2458.
Pendidikan, S. et al. (2021) ‘PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PADA LABORATORIUM DIESEL DI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI
SURABAYA Fathqiriza Olivia Sudjoko Putri Dyah Riandadari Abstrak’, 10, pp. 62–67.
Ramadhan, M. A., Febriyani, F. and Iriani, T. (2020) ‘Faktor Kecelakaan Kerja Dominan Yang
Terjadi Pada Praktik Plumbing (Studi Kasus Di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan UNJ)’,
Applied Science In Civil Engineering, 1(3), pp. 138–144. Available at:
http://asce.ppj.unp.ac.id/index.php/ASCE/article/view/33.
Salawati, L. (2009) ‘Hubungan Perilaku, Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan
Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Laboratorium Patologi Klinik Rumah’, pp. 1–83. Available at:
http://scholar.google.com/scholar?
start=20&q=jurnal+masalah+manajemen+SDM+tenaga+kesehatan&hl=id&as_sdt=0,5#3.
Soputan, G., Sompie, B. and Mandagi, R. (2014) ‘Manajemen Risiko Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung Sma Eben Haezar)’, Jurnal
Ilmiah Media Engineering, 4(4), p. 99095.
Syakbania, D. N. and Wahyuningsih, A. S. (2017) ‘Program Keselamatan Dan Kesehatan
KerjaDi Laboratorium Kimia’, Higeia Journal Of Public Health Research And Development,
1(2), pp. 1–9. Available at: http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia.
Tarigan, S. (2021) ‘Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada
industri pengolahan minyak kelapa sawit’, Jurnal Prima Medika Sains, 3(1), pp. 1–5. doi:
10.34012/jpms.v3i1.1469.

Anda mungkin juga menyukai