Anda di halaman 1dari 40

KONSEP DASAR PENANGANAN

GAWAT DARURAT
OLEH:
SU’UDI, M.Kep
RESPON INDIVIDU & KELUARGA PADA KASUS
GAWAT DARURAT
Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat

• Cemas
Rasa ketakutan, perasaan tidak menyenangkan.
• Histeris
Emosi yang tidak terkendali. kehilangan kontrol
diri karena ketakutan yang luar biasa terhadap
suatu kejadian/suatu kondisi
• Mudah marah
Apabila seseorang dalam kondisi gelisah dan
tidak tahu apa yang harus di perbuat
Permasalahan
Masyarakat indonesia memiliki sikap pasrah yang seakan-
akan apabila menghadapi korban gawat darurat, bila ada
yang meninggal/cacat mengganggapnya sebagai nasib
atau sudah merupakan kehendak tuhan.

Sebenarnya angka kematian dan cacat dapat dicegah atau


diturunkan bila memiliki sistem SPGDT.
Otak
tidak dapat O2 mati
Jantung
3 – 8 menit
Keterlambatan Melakukan Resusitasi
Kemungkinan Yang Terjadi :

Kerusakan Sel-sel otak tidak


0- 4 Menit diharapkan
Mati Klinis
Mungkin sudah terjadi Kerusakan
4-8 menit Sel-Sel Otak

Sudah Mulai terjadi Kerusakan Otak


8-10 menit
Mati Biologis Hampir Dipastikan terjadi Kerusakan
>10 menit sel-sel Otak

Proses Terjadinya Kerusakan dan Kematian Sel-Sel Otak Selanjutnya


Diikuti Dengan Henti Jantung Kematian
PENDERITA /PASIEN GAWAT DARURAT

Pasien yang perlu pertolongan “


tepat,cermat, cepat” untuk mencegah
kematian/ kecacatan
DOKTRIN DASAR

Time saving is life and limb saving


UKURAN KEBERHASILAN
RESPONSE TIME
(WAKTU TANGGAP)
FUNGSI VITAL
AIRWAY (jalan nafas) A
BREATHING (pernafasan) B
CIRCULATION (peredaran darah) C
DISABILITY (Kesadaran/Otak/refleks) D

TERGANGGU
Terlambat diketahui,
Terlambat ditolong, diperbaiki, diusahakan seperti semula

DALAM WAKTU SINGKAT


KORBAN MATI/CACAT
PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT  PELAYANAN MEDIK
DASAR UNTUK MENGATASI KEGAWAT DARURATAN JALAN NAFAS,
PERNAFASAN,PEREDARAN DARAH DAN KESADARAN,

PENTING

JALAN NAFAS TERGANGGU BAGAIMANA


PERNAFASAN TERGANGGU MENOLONG
BAGAIMANA
SIRKULASI TERGANGGU DENGAN
TAHU CEPAT
KESADARAN TERGANGGU
Pendekatan Pelayanan keperawatan gawat
Darurat
• Cepat
Melakukan tindakan segera dalam waktu singkat,
cekatan, tangkas serta terampil dapat menerima dan
menolong pasien
• Tepat
Melakukan tindakan dengan betul dan benar
• Cermat
Melakukan tindakan dengan penuh minat, perhatian,
sabar, tanggap terhadap keadaan pasien, teliti dan
berhati-hati dalam bertindak serta hemat sesuai
dengan kebutuhan
Lanjutan Pendekatan Pelayanan keperawatan gawat Darurat

A, B, C adalah prioritas utama karena kematian dapat


terjadi sangat cepat, rangkin pertolongan ini disebut “ Live
Saving First Aid “ yang meliputi:
• Membebaskan jalan nafas
• Memberikan napas buatan
• Pijat jantung jika jantung berhenti
• Menghentikan pendarahan dengan menekan titik
perdarahan dan menggunakan beban
• Posisi shock, kedua tungkai dinaikan auto tranfusi
• Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum
bertindak, jangan panik
• Pengkajian yang cepat terhadap masalah yang
mengancam jiwa
• Pengkajian yang sistematik sebelum melakukan tindakan
secara menyeluruh.
Keberhasilan Penanggulangan
Pasien Gawat Darurat Tergantung 4 Kecepatan :

1. Kecepatan ditemukan adanya penderita GD

2. Kecepatan dan respon petugas

3. Kemampuan dan kualitas penolong

4. Kecepatan minta tolong


 Gawat darurat
Keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan
medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut.
 Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Unit di rumah sakit yang harus dapat memberikan
pelayanan darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut dan mengalami kecelakaan, sesuai
dengan standar.
 IGD juga menyediakan sarana penerimaan untuk
penatalaksanaan pasien korban bencana, hal ini
merupakan bagian dari perannya di dalam membantu
keadaan bencana yang terjadi di tiap daerah.
Status Kegawatan Pasien
a) Pasien gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan
gawat darurat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya
(akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya, misalnya COB
b) Pasien gawat tidak darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat, misalnya kanker
stadium lanjut.
Lanjutan Status Kegawatan Pasien

c. Pasien darurat tidak gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba,
tetapi tidak mengancam nyawa dan kecacatan
anggota badannya, misalnya Vulnus Lateratum
tanpa pendarahan..
d Pasien tidak gawat tidak darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan
kedaruratan, misalnya : pasien batuk, pilek.
Kejadian Kegawatdaruratan
a. Kecelakaan (accident)
Kejadian dimana interaksi berbagai faktor yang
datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehingga
menimbulkan cedera.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1. Tempat kejadian:
a) Kecelakaan lalu lintas
b) Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c) Kecelakaan dilingkungan pekerjaan
d) Kecelakaan di sekolah
e) Kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya tempat
rekreasi, perbelanjaan, di arena olahraga, dan lain-lain.
2. Mekanisme kejadian:
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik, tersengat, terbakar dll
3. Waktu kejadian:
a) Waktu perjalanan (travelling/transport time)
Lanjutan Kejadian Kegawatdaruratan

b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan


lain-lain.
b. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/ dialami sebagai
akibat kecelakaan.
c. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam dan atau manusia yang mengakibatkan
korban dan penderitaan manusia, kerugian harta
benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan
terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
PENANGANAN DISASTER/BENCANA
PENANGANAN DISASTER/BENCANA
1. Bencana dapat terjadi di Rumah Sakit / Internal
Disaster
(RSnya secara struktural rusak atau secara
fungsional tidak dapat berfungsi dengan baik
karena terlalu banyak pasien atau terjadi
kekacauan dalam manajemen).
2. Bencana dapat juga terjadi di luar RS / External
Disaster
RS harus mengirim tim nya ke tempat bencana
atau menerima jumlah korban yang banyak dari
tempat kejadian.
1. Bencana dapat berlangsung dalam waktu
yang pendek (kecelakaan lalu lintas, tabrakan
kereta api, kecelakaan pesawat terbang,
serangan teroris dll), biasanya karena ulah
manusia.
2. Dapat juga berlangsung untuk jangka waktu
yang cukup lama (gempa & tsunami di Aceh
dan Nias, Jogyakarta, Pangandaran).
Sejauh mana penanganan Bencana di
Indonesia ???
• Tingkat kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah
dan pemahamannya sangat penting pada tahapan ini
untuk dapat menentukan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana.
Mitigasi bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur
utama, yaitu penilaian bahaya, peringatan dan
persiapan. Penilaian bahaya (hazard assestment);
diperlukan untuk mengidentifikasi populasi dan
aset yang terancam, serta tingkat ancaman. Penilaian
ini memerlukan pengetahuan tentang karakteristik
sumber bencana, probabilitas kejadian bencana, serta
data kejadian bencana di masa lalu
• Prevention adalah suatu kegiatan yang menyangkut
upaya untuk mencegah dan memperkecil peluang atau
terjadinya suatu keadaan darurat, serta
terjadinya kerusakan dan kerugian yang mungkin
timbul pada saat adanya bencana.
• Risk Reduction adalah upaya untuk memperkecil
semaksimal mungkin segala akibat dan dampak yang
bersifat merusak, merugikan dan
mengancam keamanan jiwa manusia dan harta
benda milik masyarakat umum maupun publik.
• Mitigation adalah kegiatan untuk memperkecil atau
mengurangi dampak atau akibat dari suatu bencana.
Kegiatan Mitigasi dapat dikatakan dapat menutup celah
dari titik kegiatan tanggap darurat sampai saat bencana itu
terjadi, dengan persiapan untuk menghadapi bencana yang
mungkin terjadi dikemudian hari.
• Preparedness adalah kegiatan untuk melakukan
perencanaan yang sistematis tentang bagaimana upaya dari
masyarakat dan pihak terkait dalam menghadapi suatu
keadaan darurat yang diakibatkan oleh terjadinya bencana.
Termasuk dalam kegiatan ini adalah kesiapan dan pelatihan
untuk memastikan bahwa rencana yang telah dipersiapkan
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
• Response / tanggap darurat adalah kegiatan yang
dilakukan segera setelah bencana terjadi di suatu
tempat. Tindakan darurat ini dilakukan oleh
otoritas pemerintah pusat, daerah atau lokal dan
masyarakat setempat dengan maksud untuk
membatasi meluasnya dampak dari bencana
terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
• Recovery adalah merupakan tindak lanjut dari
kegiatan tanggap darurat dari saat terjadinya
bencana, dan diteruskan sampai pada saat
seluruh keadaan menjadi normal kembali.
upaya penanggulangan bencana yang dapat dilakukan pada
setiap tahap dalam siklus bencana antara lain:

a. Pencegahan dan mitigasi


• Upaya ini bertujuan menghindari terjadinya bencana dan
mengurangi risiko dampak bencana. Upaya‐upaya yang dilakukan
antara lain:
• penyusunan kebijakan, peraturan perundangan, pedoman dan
standar
• pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah kesehatan
• pembuatan brosur/leaflet/poster
• analisis risiko bencana
• pembentukan tim penanggulangan bencana
• pelatihan dasar kebencanaan
• membangun sistem penanggulangan krisis kesehatan berbasis
masyarakat.
b. Kesiapsiagaan
• Upaya kesiapsiagaan dilaksanakan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana.
Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat
bencana mulai teridentifikasi akan terjadi.
Upaya‐upaya yang dapat dilakukan antara lain:
– penyusunan rencana kontinjensi
– simulasi/gladi/pelatihan siaga
– penyiapan dukungan sumber daya
– penyiapan sistem informasi dan komunikasi
c. Tanggap darurat;
• Upaya tanggap darurat bidang kesehatan
dilakukan untuk menyelamatkan nyawa dan
mencegah kecacatan. Upaya yang dilakukan
antara lain:
– penilaian cepat kesehatan (rapid health assessment)
– pertolongan pertama korban bencana dan evakuasi ke
sarana kesehatan
– pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan
• perlindungan terhadap kelompok risiko tinggi
kesehatan
d. Pemulihan.
• Upaya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Upaya rehabilitasi bertujuan mengembalikan kondisi
daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke
kondisi normal yang lebih baik. Upaya rekonstruksi
bertujuan membangun kembali sarana dan prasarana yang
rusak akibat bencana secara lebih baik dan sempurna.
Upaya‐upaya yang dilakukan antara lain:
• Perbaikan lingkungan dan sanitasi
• Perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan
• Pemulihan psiko‐sosial
• Peningkatan fungsi pelayanan kesehatan
Rehabilitasi Post Disaster
• Rehabilitasi Fisik
• Rehabilitasi Sosial Psikologis
• Rehabilitasi Komunitas (Pelayanan
Kesehatan)
Rehabilitasi Sosial Psikologis
• Cakupan
• Pengertian :
– Pemberian bantuan kepada masyarakat yang terkena dampak
bencana agar dapat berfungsi kembali secara normal.
– kegiatan mengaktifkan elemen elemen masyarakat agar dapat
kembali menjalankan fungsi sosial secara normal. Kegiatan ini
dapat dilakukan oleh siapa saja yang sudah terlatih.
– kegiatan intervensi psikologis adalah pemberian pertolongan
kepada masyarakat untuk meringankan beban psikologis akibat
bencana dan mencegah terjadinya dampak psikologis lebih
lanjut yang mengarah kepada gangguan mental. Intervensi
diberikan oleh profesional.
– Bantuan konseling dan konsultasi keluarga adalah pemberian
pertolongan kepada individu atau keluarga untuk melepaskan
ketegangan dan beban psikologis secara terstruktur.
Rehabilitasi Sosial Psikologis cont..

– Pendampingan pemulihan trauma adalah pendampingan


terstruktur dengan berbabagai metode terapi psikologis
yang tepat kepada individu yang mengalami trauma
psikologis agar dapat berfungsi secara normal kembali.
– Pelatihan pemulihan kondisi psikologis adalah pelatihan
untuk pemuka komunitas, relawan dan pihak-pihak yang
ditokohkan/mampu dalam masyarakat untuk memberikan
dukungan psikologis kepada masyarakatnya.
• Indikator capaian
• Dapat menerima kejadian bencana
• Dapat mengelola emosi dan luka psikologis sebagai
akibat bencana
• Terbebas dari ketegangan dan kecemasan
• Dapat mengelola beban psikologis sehingga tidak
berlanjut kepada gangguan kesehatan mental
TRIAGE
• Triage ini utamanya didasarkan pada urgensi
(tingkat keparahan), kemungkinan hidup dan
ketersediaan sarana perawatan.
• Tujuan dari triage adalah untuk
mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera (perawatan di
lapangan) dan mengidentifikasi korban yang
hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan darurat (life saving surgery)
(Depkes, 2011).
Prinsip triage
• Seleksi korban berdasarkan:
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam
ukuran menit
2. Dapat mati dalam ukuran jam
3. Rudapaksa ringan
4. Sudah meninggal
• Normal:
1. Korban paling berat ditolong lebih dulu
dengan semua sarana yang ada
2. Korban paling ringan ditolong
belakangan/ditunda
• Bencana:
- Korban paling mudah diselamatkan ditolong
lebih dulu dengan sarana minimal yang ada
- Korban paling berat ditolong
belakangan/ditunda
• Pengelompokan korban atas berat-ringanya
trauma/penyakit serta kecepatan
penanganan/pemindahanya
• Dapat dilakukan di rs/maupun dilapangan
• Digunakan dalam kegawatan sehari-hari/dapat
diekskalasikan untuk musibah masal dan
bencana
Kode identifikasi korban dalam triage
• Kartu warna merah (P1) /mengancam jiwa
penanganan/pemindahan segera
- Digunakan sebagai penanda korban yang membutuhkan
stabilisasi segera dan korban yang mengalami syok oleh
berbagai kausa, gangguan pernapasan, trauma kepala
dengan pupil anisokor, perdarahan eksternal masif.
• Kartu warna kuning (P2)/potensial mengancam jiwa
- Digunakan sebagai penanda korban yang memerlukan
pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda
sementara. Kondisi pasien yang termasuk dalam kondisi ini
adalah korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan
jantung, trauma abdomen), fraktur multiple, fraktur
femur/pelvis, luka bakar luas, gangguan kesadaran atau
trauma kepala, dan korban dengan status yang tidak jelas
Kode identifikasi korban dalam triage cont...

• Kartu warna hijau sebagai penanda kelompok


korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat ditunda,
yaitu fraktur minor, luka minor, luka bakar
minor
• Kartu warna hitam ini digunakan sebagai
penanda korban yang telah meninggal dunia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai