Anda di halaman 1dari 35

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keselamatan Kerja Di Laboratorium
Yang dibina oleh Bapak Dermawan Affandy, Drs., M.Pd., H dan Ibu Vita Ria
Mustika sari, S.Pd., M.Pd

Oleh :

Kelompok 6/Offering B

1. Nurul Umi Marfuah (150351602244)


2. Rosita Dwika M (15035160 )
3. Septi Putri Ayu (150351600451)
4. Silva Ayu Indah (15035160 )
5. Tri Wahyuni (150351601030)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN IPA
FEBRUARI 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat,
dan Hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Keselamatan Kerja Di Laboratorium, disusun
sebagai tugas kelompok mata kuliah manajemmen laboratorium. Makalah ini
disusun dengan segala kemampuan, namun makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk memeperbaiki makalah
ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan bermanfaat bagi
pembaca. Khususnya yang ingin lebih mengetahui mengenai keselamatan kerja di
laboratorium

Malang, 4 Maret 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................5

1.3 Tujuan....................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definis Project Based Learning ............................................................7

2.2 Sejarah Munculnya Project Based Learning.........................................7

2.3 Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning.............................8

2.4 Prinsip-prinsip pembelajaran Project Based Learning..........................9

2.5 Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning ...................11

2.6 Teori Yang Mendukung Pembelajaran Project Based Learning.........12

2.7 Implementasikan Project Based Learning Pada Pembelajaran IPA...13

2.8 Hasil Penelitian Tentang Penggunaan Pembelajaran Project Based


Learning Di SMP................................................................................. 18

2.9 Kelebihan Dan Kelemahan Dari Model Pembelajaran Project Based


Learning............................................................................................... 20

3
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................... 23

3.2 Saran.....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laboraturium merupakan suatu tempat untuk melakukan kegiatan praktikum,


penelitian-penelitian dan temuan teknologi-teknologi baru yang menunjang proses
belajar mengajar, maupun untuk pelayanan masyarakat. Institusi-institusi pendidikan,
industri dan lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan memiliki laboraturium
dalam jenis yang berbeda-beda dalam desain, fasilitas, teknik dan penggunaan bahan.
Dalam sudut pandang keselamatan kerja di dalam laboraturium, semua laboraturium
memiliki bahaya dasar yang sama sebagai akaibat penggunaan bahan atau alat yang
digunakan maupun teknik selama bekerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting bagi praktikan untuk


menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas praktikum
dilaboratorium. Kecelakaan pada saat praktiukum tidak saja menimbulkan korban jiwa
maupun kerugian materi bagi praktikan tetapi juga dapat merusak lingkungan yang
pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Kesehatan kerja di laboratorium mempengaruhi manusia dalam hubunganya


dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan
seseorang tersebut.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka dari berbagai pihak pengguna
laboratorium dan pengurus laboratorium diharapkan dapat melakukan pekerjaan atau
praktikum dengan aman dan nyaman. Pekerjaan atau praktikum dikatakan aman jika
apapun yang dilakukan oleh praktikum tersebut, akan memunculkan resiko namun
dapat dihindari. Pekerjaan atau praktikum dikatakan nyaman jika para pekerja atau

5
praktikan yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan
betah, sehingga tidak mudah lelah dan tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud keselamatan kerja dilaboratorium ?

2. Bagaimana prosedur keselamatan dan kesehatan kerja dilaboratorium?

3. Apa saja petunjuk simbol keselamatan kerja di laboratorium ?

4. Seperti apa prosedur keselamatan kerja di Laboratorium IPA?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keselamaatan kerja dilaboratorium.
2. Untuk mengetahui prosedur keselamatan dan kesehatan kerja dilaboratorium.
3. Untuk mengetahui petunjuk simbol keselamatan kerja di laboratorium
4. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja di Laboratorium IPA.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defini Keselamatan Kerja Dilaboratorium

6
Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian
ilmiah. Laboratorium IPA dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan yang
diperlukan merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para
penggunanya jika para praktikan di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman
dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Praktikan dikatakan
nyaman jika para praktikan yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa
nyaman dan betah.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala
aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja atau para praktikan.
Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan
penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan
penserasian peralatan kerja/mesin/ instrumen, dan karakteristik manusia yang
menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di
sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja atau praktikan akan mencapai ketahanan
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.
Perkembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai penelitian dan
percobaan di laboratorium sudah sedemikian pesat. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Akan tetapi perkembangan yang sedemikian pesat juga dikhawatirkan akan
berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip keseimbangan dan
keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para pengusaha, niscaya
kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan kemampuan dalam
membuat alat dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan penciptaan alat

7
pengendali yang lebih canggih dan kemampuan tenaga yang makin beertambah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bahaya yang mungkin
timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain
menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan ketrampilan pekerja,
alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboraturium, pengguna


laboraturium harus melaksanakan K3. Selain itu untuk mencegah terjadi
kecelakaan, pelaksanaan K3 akan menimbulkan kondisi dan suasana laboraturium
yang nyaman. Jika suasana laboraturium nyaman, pengguna (laboran, pengelola,
ataupun praktikan) akan nyaman dalam bekerja di laboraturium. Hal itu akan
meningkatkan semangat dan produktifitas kerja. K3 merupakan kependekan dari
Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Secara definitif, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja merupakan daya upaya yang terencana untuk mencegah terjadinya musibah
kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Sedangkan secara teoritik, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja merupakan usaha atau tindakan pencegahan agar didalam
kegiatan praktikum di laboraturium terhindar dari kecelakaan.

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tak diduga


sebelumnya yang mengacaukan suatu proses yang telah direncanakan
sebelumnya. Kecelakaan di laboraturium dapat berbentu 2 janis yaitu:

1. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.

2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboraturium itu
sendiri.

Penyebab kecelakaan kerja dapat dibagi dalam 2 kelompok:

1. Kondisi berbahaya (unsafe condition), yaitu yang tidak aman dari:

a. Mesin, peralatan, bahan

b. Lingkungan kerja

8
c. Proses kerja

d. Cara kerja

2. Perbuatan berbahaya (unsafe act), yaitu perbuatan berbahaya dari


manusia, yang dapat terjadi antara lain karena:

a. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan pelaksana

b. Keletihan dan kelemahan daya tahan tubuh

c. Sikap dan perilaku yang tidak baik saat praktikum.

Berikut ini merupakan contoh kecelakaan yang banyak terjadi di


laboraturium:

1. Terpeleset, biasanya terjadi karena lantai licin.

2. Mengangkat beban, biasanya terjadi karena beban yang dibawa terlalu


berat

3. Terkena cairan berbahaya, contohnya ketika membawa cairan kimia


dan tidak sengaja tumpah atau mengenai bagian tubuh.

4. Resiko terjadi kebakaran.

2.2 Prosedur Keselamatan Kerja Dilaboratorium


Upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi
pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process)
sampai dengan penanganan risiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi
tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan laboran sekolah secara
bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah beban
pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan
belajar yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi siswa adalah tujuan

9
utama.

2.2.1 Hal-hal Mendasar pra-Kerja


Hal-hal mendasar yang perlu diperhatikan sebagai persiapan kerja adalah :

1. Adanya kesepakatan (kontrak) tentang keselamatan bersama antara guru,


siswa dan bila memungkinkan orang tua. Dalam hal ini, upayakan keterlibatan
siswa dalam menyusun atau membuat aturan, prosedur, dan rencana tindakan
darurat.
2. Sosialisasi prosedur keselamatan dan kebijakan regulasi lainnya melalui
model atau poster.
3. Mengenal baik keberadaan sistem keamanan dan keselamatan kerja di
sekolah, seperti jalur evakuasi/penyelamatan, letak pemadam api/kebakaran,
instalasi air, dll).
4. Pengetahuan keberadaan tempat-tempat perlindungan, catatan atau peringatan
penting, termasuk kontak darurat (polisi, RS, dokter, pemadam kebakaran,
dll).
5. Pastikan bahwa seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan praktik di
laboratorium terlindungi dari risiko kecelakaan, seperti panas, bahan kimia,
proyektil logam, debu alergik, parasit, dll, dengan mengenakan pakaian dan
alat pelindung.
6. Perhitungkan ukuran atau jumlah siswa (dalam kelompok) yang terlibat dalam
aktivitas laboratorium secara proporsional. Hal ini juga perlu
mempertimbangkan kapasitas ruang laboratorium dan sarana pendukung
seperti meja, kursi atau alat-alat lab.
7. Pastikan ada larangan untuk tidak makan dan minum di dalam laboratorium
(terlebih ketika kegiatan pengamatan, percobaan atau investigasi sedang
berlangsung).
8. Jangan menyimpan bahan-bahan kimia dan biologis (termasuk spesimen) di
dalam lemari penyimpan (lemari es) yang sama dengan penyimpan makanan.
9. Pastikan siswa memahami larangan minum menggunakan gelas/ plastik yang
digunakan untuk kegiatan.
10. Beri label (penanda) peralatan-peralatan dan bahan-bahan kimia, termasuk
informasi tentang kandungan dan risiko-risikonya.
11. Simpan bahan-bahan kimia di tempat yang sesuai.

10
12. Pastikan siswa memahami bahwa bahan-bahan kimia tidak bisa/ boleh
dicampur hanya untuk bersenang-senang. Hal serupa juga berlaku untuk
perangkat listrik atau yang menggunakan aliran listrik.
13. Hati-hati dalam penggunaan ekstensi kabel. Upayakan untuk tidak
menggunakannya.
14. Pahami risiko bahaya baik dari bahan atau perangkat sebelum memulai
aktivitas. Guru hendaknya melakukan preparasi sebelum siswa melaksanakan
kegiatan laboratorium. Selain itu, juga lakukan pemeriksaan petunjuk
keamanan kimia atau toksisitas.
15. Pastikan alat-alat dan perangkat laboratorium dalam keadaan baik sebelum
digunakan.
16. Pastikan ketersediaan perangkat pertolongan pertama (P3K) untuk
penanganan awal darurat.
17. Upayakan memeriksa kesehatan atau identifikasi kelainan kesehatan, seperti
alergi, epilepsi, dll.
18. Perhatikan pakaian dan penampilan, seperti rambut panjang, sepatu atau
sandal, dan pakaian. Selain itu, pergunakan alat-alat pelindung tubuh.
19. Pahami dan coba prosedur atau prinsip kerja berbagai alat, termasuk
pengetahuan tentang kandungan zat bahan dan penanganannya

2.2.2 Hal-hal Pencegahan Kecelakaan saat Kerja


1. Awasi siswa dengan seksama selama kegiatan laboratorium. Strategi atau
pendekatan pola pengawasan bisa diatur dalam kesepakatan atau kontrak
belajar. Upayakan pendekatan yang dilakukan utama-nya melalui pendekatan
psiko-emosional.
2. Pastikan bahwa siswa telah membaca dan memahami prosedur kerja
kegiatan/percobaan yang harus dilakukan.
3. Pastikan bahwa tangan siswa dan bagian tubuh lainnya dalam keadaan kering
sebelum menyambungkan perangkat berlistrik.
4. Cegah kontaminasi dengan tidak mengembalikan sisa bahan kimia ke dalam
tempat semula.
5. Pastikan limbah atau sampah, khususnya limbah B3, terbuang dengan aman
sesuai klasifikasinya.
6. Penanganan segera segala bentuk kecelakaan.
7. Matikan gas dan peralatan listrik lainnya setelah selesai kegiatan.

11
8. Pastikan segera mencuci tangan atau bagian tubuh yang lain setelah kegiatan
selesai.
9. Ingatkan siswa untuk mengembalikan kondisi lab dalam keadaan bersih dan
nyaman kembali.
10. Pastikan semua manajemen kerja laboratorium diselesaikan secara baik,
termasuk kebutuhan higien laboratorium dan diri siswa.

2.2.3 Penanganan/Pertolongan Pertama Kecelakaan Kerja


Pertolongan pertama (First Aid) merupakan upaya penanganan segera
terhadap kecelakaan untuk mencegah risiko bahaya yang lebih parah/besar, baik
fisik maupun mental, terhadap si korban melalui tindakan medis mendasar. Pada
dasarnya tindakan medis dasar ini bisa diupayakan untuk dilakukan oleh orang
awam. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memberi tindakan pertolongan
pertama adalah:

1. Bersiap tenang, tidak panik, dan berpikir jernih untuk mencipta-kan kondisi
tenang dan nyaman bagi korban dan orang lain.
2. Melakukan identifikasi bahaya dan seleksi penanganan secara jernih melalui
analisis gejala-gejala yang ada serta jenis obat atau penanganan yang tepat.

Memberikan bantuan penanganan sesegera mungkin secara tepat dan


representatif termasuk menghubungi tenaga medis yang lebih berkompeten untuk
penanganan yang lebih baik, atau segera mengirimkan korban ke rumah sakit.

Secara spesifik, tindakan penanganan terhadap kecelakaan dapat dilakukan


untuk kasus-kasus kontaminasi bahan kimia, kebakaran, dan luka atau infeksi.

1. Kontaminasi bahan kimia, pada mata atau kulit. segera basuh mata dengan air
jernih yang mengalir, minimal 15 menit atau sampai gejala risiko berkurang.
Jangan gunakan obat yang tidak diyakini pengaruh klinisnya, sampai tenaga
medik menangani.
2. Kebakaran yang mengenai kulit. Bila minor, basuh dengan kapas basah dan
beri krim pelembab pencegah iritasi. Bila mayor, jangan basuh dengan air,
tetapi langsung lilit dengan kasa kering, dan upayakan korban tetap dalam
keadaan hangat untuk menghindari syok. Bila kebakaran terjadi pada baju

12
kerja atau material lain, segera padamkan api dengan kain/selimut basah, busa
pemadam, atau air pancuran.
3. Luka atau infeksi. Bila luka minor dan darah mengucur, gunakan sarung
tangan non-alergenik untuk mengendalikan pendarahan. Sekiranya ada luka
yang terbuka, bersihkan dengan alkohol dan tutup dengan krim dan perban.

2.3 Petunjuk Simbol Keselamatan Kerja Dilaboratorium


Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda
tanda yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut
terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja.Sesuai dengan Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b bahwa
Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja

Yang dimaksud kan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah


semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk : Gambar-gambar/poster,
Tulisan/ logo/ semboyan/motto, Simbol-simbol. Rambu dalam workshop yang
sering dipasang adalah : Rambu Larangan, Rambu Peringatan, Rambu
Pertolongan, Rambu Prasyarat. Keempat rambu tersebut diatas sangatlah penting
untuk dipahami dan disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu
adanya contoh sebelum peserta memasuki areal tempat kerja. Pemasangan tanda
isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja sangatlah penting
karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi yang jelas apa yang
harus diketahui dan dipersiapkan pada daerah tersebut.

Penyebab terjadinya kecelakaan di laboratorium bisa berasal dari luar


maupun dari dalam diri seseorang. Padahal ada simbol-simbol yang menerangkan
keterangan / arti pada simbol-simbol tersebut. Apa yang harus dilakukan pada saat
terjadi kecelakaan, tidak dapat dirumuskan dalam kalimat yang sederhana. Guru
harus menekankan kepada siswa bahwa mereka harus melaporkan sesegera

13
mungkin semua kecelakaan, untuk mendapatkan perlakukan yang tepat dan
memungkinkan guru untuk melakukan penyelidikan.

2.3.1 Rambu Rambu K3


Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan tanda
tanda yang dipasang ditempat kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan disekeliling tempat tersebut
terhadap kondisi, resiko, yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja

2.3.2 Landasan Hukum


1. Undang-undang no 1 Tahun 1970 Pasal 14b.
Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan
kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja
2. Permenaker No. 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Kriteria audit 6. 4. 4.

2.3.3 Manfaat Pemasangan Rambu


1. Menyediakan kejelasan informasi dan memberikan pengarahan. umum
2. Memberikan penjelasan tentang kesehatan dan keselamatan kerja
3. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
4. Mengigatkan para pelaksanan dimana harus menggunakan peralatan
perlindungan diri sebelum memulai aktifitas di tempat kerja.
5. Menunjukkan dimana peralatan darurat keselamatan berada.
6. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau
perilaku yang tidak diperbolehkan.

Tanda digunakan untuk memperingatkan karyawan dan anggota masyarakat


tentang zat-zat berbahaya seperti asam, atau untuk menunjukkan fitur-fitur
keselama tan seperti keluar api. Mereka juga dapat memberikan informasi umum
atau instruksi spesifik tentang peralatan yang harus dipakai di daerah yang

14
ditunjuk. Yang dimaksud kan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah
semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk :
1. Gambar-gambar/poster
2. Tulisan/logo/semboyan/motto
3. Simbol-simbol

Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya,
adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktifitas dalam bentuk
sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut diatas teraplikasikan rangka untuk
mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan
yang aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan
undang undang keselamatan kerja yang berlaku. .
Adapun Rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah :
1. Rambu Larangan
2. Rambu Peringatan
3. Rambu Pertolongan
4. Rambu Prasyarat
Keempat rambu tersebut diatas sangatlah penting untuk dipahami dan
disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum
peserta memasuki areal tempat kerja.
Hal ini akan menjadikan peserta dapat melaksanakan prosedur pengerjaan/
pembelajaran didalam bengkel dengan bertanggung jawab.
Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja
sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi, tentang
kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu pertolongan. Oleh
karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang symbol, kode
tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar internasional.
Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu rambu keselamatan
dan kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah
asal pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja

15
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan dengan
memperhitungkan :
1. Mengidentifikasi bahaya;
2. Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan
3. Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan.
Rambu rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa symbol atau kode yang
menyatakan kondisi yang perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada
dilokasi tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam
pelaksanaannya dimedakan dlam bentuk warna warna dasar yang sangat
menyolok dan mudah dikenali . Warna yang dipasang pada setiap rambu
berupa warna :
1. Warna Merah - tanda Larangan ( Pemadam Api )
2. Warna kuning - tanda Peringatan atau Waspada atau beresiko
bahaya
3. Warna Hijau - tanda zona aman atau pertolongan
4. Warna Biru - tanda wajib ditaati atau prasyarat
5. Warna Putih - tanda informasi umum
6. Warna oranye - tanda beracun
Warna warna tersebut diatas merupakan warna dasar sebagai latarbelakang
(background), sedangkan gambar atau logo/simbol diatas warna dasar tersebut
merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara internasional berupa
warna putih atau hitam.
Adapun bentuk bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3
yang perlu dipahami adalah seperti dalam table sbb:

16
Tabel1. Warna kombinasi

Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda tanda atau symbol ada 3 (tiga)
bentuk dasar yaitu :
1. Bentuk Bulat - Wajib atau bentuk larangan
2. Segitiga - tanda peringatan
3. Segi Empat- darurat, informasi dan tanda tambahan
Bentuk dasar rambu rambu standar :yang perlu dipahami

17
Gbr 2. Bentuk dasar Rambu standarambu standar
2.3.4 Rambu Rambu di Laboratorium/Workshop
Kita ketahui bahwa rambu rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi
agar kita semua terhindar dari kecelakaan. htm. Berikut ini beberapa gambar dan
penjelasan rambu-rambu.

1. Rambu Larangan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan larangan yang wajib ditaati kepada
siapa saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualiain.
Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi
yang terpasang(Unfallverhutung sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu larangan yang
sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih, dan logo berwarna
hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut :

18
Gbr 3. Rambu larangan

2. Rambu Peringatan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu diperhatikan
kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan kejadian
yang tidak diinginkan. . Adapun Peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan
rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan yang sering
ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna kuning, dan logo/gambar
berwarna hitam, dengan bingkai berwarna hitam.

19
Gbr 4.Rambu Peringatan

3. Rambu Prasyarat/ Wajib Dilaksanakan


Rambu ini adalah rambu yang meberikan persyaratan dilaksanakan kepada
siapa saja yang ada di lingkungan itu karena prasyarat tersebut merupakan kewajiban
yang harus dilaksanakan. Adapun Prasyarat yang perlu dilaksankan adalah sesuai
dengan rambu tergambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu
prasyarat/kewajiban yang sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna
biru, dan logo/gambar berwarna putih.

20
Gbr 5.Rambu Prasyarat

4 Rambu Pertolongan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan bantuan/pertolongan serta arah yang
ada di lingkungan itu karena arah/per/longan tersebut merupak petunjuk arah yang
harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat.

21
Adapun rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada tempat
yang strategis dan mudah terlihat. dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau
petunjuk arah tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan
logo/gambar warna putih

Gbr 6.Rambu Keselamatan

22
2.4 Keselamatan Kerja di Laboratorium IPA
Belajar IPA atau sains pada hakekatnya adalah belajar tentang fenomena
alam. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan
dan pemahamannya. Carin mendefinisikan science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and expressing its hidden
order, yaitu Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta
dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam. (Kholil, 2009)
Sementara itu menurut Depdiknas (2002) Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban
baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis .

Berdasarkan definisi di atas, belajar sains tentunya memiliki karakteristik


khusus dibandingkan belajar ilmu-ilmu yang lain.Belajar sains tidak sekedar
belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud
pengetahuan deklaratif, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara
memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk
pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah
dan sikap ilmiah. Pada hakekatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,
proses, dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau
fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif
menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam.

Pendekatan dan metode pembelajaran sains/IPA yang sesuai dengan


definisi IPA di atas antara lain dengan eksplorasi, inkuiri dan eksperimen. Dalam
pencapaian Standar kompetensi yaitu kualifikasi kemampuan minimal peserta
didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

23
pelajaran dan kompetensi dasar yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didikdalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran, siswa SMP, mensyaratkan antara lain kegiatan
pembelajaran yang sifatnya mengeksplorasi, membuktikan, mengkomunikasikan.

Untuk mendukung kegiatan tersebut fasilitas laboratorium adalah sarana


penunjang yang seharusnya ada di setiap satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pembelajaran sains/IPA (Permendiknas no 24 tahun 2007).
Untuk menyelenggarakan pembelajaran IPA dengan memanfaatkan fasilitas
laboratorium maka sesuai dengan Standar dan kompetensi guru mata pelajaran
IPA SMP/MTs berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru diperlukan
guru yang memiliki kompetensi antara lain.

1. Memahami lingkup dan kedalaman IPA sekolah.


2. Kreatif dan inovatif dalam penerapan dan pengembangan IPA.
3. Menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan
kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah.

Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak komputer
untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium. Merancang
eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau penelitian Berdasarkan
uraian di atas maka seorang guru yang menyelenggarakan pembelajaran di
laboratorium dan apalagi yang sekaligus ditugasi menjadi pengelola laboratorium
wajib menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan
kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah. Oleh karena itu pada makalah ini akan
dibahas bagaimana menyelenggarakan keselamatan bekerja di laboratorium IPA

Pada laboratorium IPA yang terdapat di sekolah guru sebagai pengelola maupun
sebagai guru mata pelajaran IPA bertanggung jawab atas keselamatan kerja siswa
di laboratorium. Tanggung jawab tersebut diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya
preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium. Upaya-upaya
preventif tersebut dapat antara lain dengan menyediakan:

24
1. Alat pemadam api

2. alat untuk menghindarkan terjadinya kebocoran gas

3. kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakanan (P3K)

Gambar 7 .Peralatan Pemadam Api, Pengaman Tabung Gas dan Kotak

Selain peralatan tersebut pengelola laboratorium wajib melakukan tindakan


preventif yaitu dengan :

1. Membuat desain dan penataan ruangan yang memenuhi persyaratan


keamananan
2. Mengetahui lokasi dan perlengkapan darurat
3. Menggunakan perlengkapan keselamatan pada saat bekerja
4. Memahami sifat bahan dan memahami kemungkinan bahaya yang terjadi
5. Memberikan tanda peringatan pada bahan atau alat yang berbahaya
6. Membuat aturan agar setiap pengguna bekerja dengan prosedur yang benar
7. Membuang sisa kegiatan/praktikum di tempat yang telaah disediakan dan
dengan prosedur yang benar.
8. Menjaga kebersihan dan kerapihan laboratorium
9. Desain dan penataan ruang yang memenuhi persyaratan keamanan dapat
dilihat pada gambar berikut ini :

25
Gambar 8.Desain Penataan Ruang Laboratorium

Ada beberapa simbol sebagai tanda peringatan dan label harus terpasang pada
botol karena sangat penting untuk untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Contoh Kymbol seperti ini :

26
Pelaksanaan praktikum di tingkat SMP tidak terlepas dari tuntutan
Kurikulum. Kurikulum mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai
dengan melaksnakan praktikum misalnya pada materi kemagnetan, kelistrikan,
gelombang dan optic, gaya dan energy, perubahan sifat kimia, pemuaian, sistem
respirasi, sistem pencernaan, sistem peredaran darah. Semua kegiatan tersebut
mengandung resiko kecelakan apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati. Pada
percobaan untuk menguji perubahan sifat kimia, praktikum pengujian bahan
makanan dan praktikum untuk menguji fotosintesis misalnya, pada praktikum ini
menggunakan api sebagai salah satu bahan yang harus digunakan siswa, apabila
tidak hati-hati potensi terjadinya kebakaran cukup besar. Demikian pula
praktikum yang menggunakan alat-alat gelas yang rentan pecah, maka pecahan
gelas tersebut dapat melukai siswa yang tidak hati-hati.

Penggunaan bahan-bahan kimia misalnya alcohol yang digunakan untuk


melarutkan klorofil pada daun pada praktikum fotosintesis dan penggunaan
chloroform dalam praktikum pembedahan juga harus hati-hati. Misalnya alcohol

27
tidak boleh dipanaskan langsung di api karena dapat meledak sehingga dalam
pelaksanaannya alkohol direbus dengan cara direbus dengan penangas air. Untuk
chloroform karena sifatnya dapat membius dan mudah menguap, maka perlu hati-
hati dalam menggunaknnya.

Tugas Guru untuk Menjaga Keselamatan Siswa di Laboratorium. Guru wajib


selalu mengingatkan siswa untuk selalu berhati-hati dalam bekerja. Siswa diberi
pengetahuan tentang symbol=symbol tanda bahaya berikut artinya, sisw juga
diberi pengetahuan akan bahan-bahan kimia berbahaya. Siswa setingkat SMP
sebaiknya tidak dibiarkan melakukan praktikum tanpa pengawasan. Guru juga
harus menerapkan tata tertib yang ketat ketika mengajak siswa bekerja di
laboratorium. Siswa yang cenderung tidak focus sebaiknya segera diperingatkan
ketika bekerja di laboratorium, Siswa sudah seharusnya dilatih untuk
bertanggung jawab atas semua alat dan bahan yang digunakan dan dibiasakan
untuk selalu menjaga kebersihan laboratorium. Sisa-sisa bahan praktikum yang
dapat membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap harus dibuang diluar
laboratorium. Siswa juga dibiasakan untuk menjaga kebersihan bak pencucian dan
tidak menjadikannya sebagai tempat sampah. Selain itu siswa sebaiknya juga
dibiasakan untuk mematikan kran air dan seluruh sumber listrik yang tidak
terpakai ketika meninggalkan laboratorium.

Bila terjadi keadaan darurat maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah
sebagai berikut :

Bila terkena bahan kimia maka yang harus dilakukan adalah :

1. Jangan panik.

2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada didekat anda.

3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).

4. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

28
5. Bawa ketempat yang cukup oksigen.

6. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

Jika terjadi kebakaran maka yang harus dilakukan adalah

1. Jangan panik.

2. semprotkan gas pemadam api apabila api masih mungkin dipadamkan.

3. Beritahu teman anda.

5. Hindari mengirup asap secara langsung.

6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).

7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.

8. Hubungi pemadam kebakaran.

Kebiasaan-kebiasaan positif tersebut sebaiknya dengan disiplin diterapkan


guru sebagai salah satu standar untuk menjaga keselamatan bekerja di
laboratorium

Penutup

Laboratorium adalah sumber pembelajaran yang penting bagi siswa. Di


dalam laboratorium tersimpan bahan-bahan dan peralatan yang berpotensi
menjadi penyebab kecelakaan apabila digunakan dengan tidak benar oleh karena
itu guru sebagai pengelola dan guru mata pelajaran IPA wajib melakukan upaya-
upaya preventif baik berupa sosialisasi terhadap perlunya berhati-hati dan
menerapkan standar operasional yang baku untuk beraktivitas di dalam
laboratorium. Serta juga menerapkan disiplin dan menerapkan atjuran yang ketat
bagi siap saja yang akan melaksanakan praktikum di laboratorium.

29
30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum beberapa peristiwa yang pernah terjadi di laboratorium dapat


merupakan cermin bagi setiap orang untuk meningkatkan kewaspadaannya ketika
bekerja di laboratorium. Peristiwa-peristiwa tersebut kadang-kadang terlalu pahit
untuk dikenang, namun meninggalkan kesan pendidikan yang baik, agar tidak
melakukan kesalahan dua kali pada peristiwa yang sama. Oleh karena itu, untuk
mengurangi bahaya yang terjadi, setiap pengguna laboratorium (mahasiswa, dosen,
peneliti dan sebagainya) harus melakukan pekerjaannya menurut praktek
laboratorium yang benar.
Pengelolaan (manajemen) risiko keselamatan dan kesehatan kerja di
laboratorium sains tidak sekadar menyangkut aspek teknis persiapan, pelaksanaan
dan aktvitas pasca kegiatan laboratorium, namun yang juga penting adalah kesadaran
dan pemahaman perihal kesiapan mental psikologis potensi risiko dan
penanganannya. Banyak kasus kecelakaan kerja di laboratorium terjadi karena
perilaku siswa yang tidak memperhatikan aspek mental ini. Banyak bercanda, tidak
fokus atau konsentrasi, kurang perhatian terhadap prosedur kerja, adalah beberapa
faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
Prinsip promotif-persuasif, preventif, perlindungan dan penanganan secara tepat

31
dan terpadu perlu diperhatikan guru, siswa dan laboran dalam melaksanakan
aktivitas kerja laboratorium. Menangani risiko kecelakaan kerja perlu dilakukan
secara tenang dan diupayakan penciptaan kondisi nyaman, melalui identifikasi risiko
atau bahaya, pengurangan dampak risiko secara mental-psikologik, pemberian
tindakan secara cepat, dan pemberian tindakan lanjut. Lebih dari itu, persiapan,
pengembangan dan evaluasi berkala sistem manajemen risiko keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium perlu dilakukan demi tercapainya situasi belajar yang
nyaman dan menjamin keselamatan semua yang terlibat di aktivitas laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan


Menggunakan Metode Discovery dan Inkuiri. Jakarta: Depdikbud.

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Puskur-Balitbang


Depdiknas.

Erwanti Novia. 2010. Pentingya Mengelola Laboratorium Sekolah. Dinas Pendidikan


Kota Padang. Sumber: http://disdik.padang.go.id (diunduh, 6 Juni 2012).

Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching, 5th Edition. Boston : Allyn &
Bacon.

Kholil, Anwar, 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. file:///E:/hakikat-pembelajaran-


ipa.html

Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California:
Wadsworth, Inc.

32
Made Alit, dkk. 2011. Prosedur Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah. P4TK
IPA Bandung.

Margono, Hadi. 2000. Metode Laboratorium. Malang: Jurusan Pendidikan Biologi


FMIPA Universitas Negeri Malang Press.

Permendiknas No. 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Pengelola Laboratorium


Sekolah/Madrasah.

Peermendiknas no 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan


Kompetensi Guru.

Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/Mi,
SMP/MTs. dan SMA/MA.

Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan


Dasar dan Menengah.

Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: IKIP Malang
(UM) Press.

Van den Berg, E. and Giddings, G.J. 1992. Laboratory Practical Work: An
Alternative View of Laboratory Teaching. Monograph. Curtin University of
Technology, Western Australia, Science and Mathematics Education Centre

Jahya, Ranawidjaja. 1998. Panduan Pengelolaan Laboratorium IPA. Bhratara Jakarta

Suraya. 1988. Pedoman Penggunaan Laboratorium IPA SMP-SMA. Bhratara:


Jakarta.

Wirjosoemarto,Koesmadji. 2004. Teknik Laboratorium Universitas Pendidikan

33
Indonesia. Bandung

34
35

Anda mungkin juga menyukai