MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Keselamatan Kerja Di Laboratorium
Yang dibina oleh Bapak Dermawan Affandy, Drs., M.Pd., H dan Ibu Vita Ria
Mustika sari, S.Pd., M.Pd
Oleh :
Kelompok 6/Offering B
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas limpahan Karunia, Rahmat,
dan Hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini berjudul Keselamatan Kerja Di Laboratorium, disusun
sebagai tugas kelompok mata kuliah manajemmen laboratorium. Makalah ini
disusun dengan segala kemampuan, namun makalah ini masih banyak kekurangan
baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk memeperbaiki makalah
ini.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi dan bermanfaat bagi
pembaca. Khususnya yang ingin lebih mengetahui mengenai keselamatan kerja di
laboratorium
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan....................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 23
3.2 Saran.....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
praktikan yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan
betah, sehingga tidak mudah lelah dan tidak akan menyebabkan kecelakaan.
Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur
sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keselamaatan kerja dilaboratorium.
2. Untuk mengetahui prosedur keselamatan dan kesehatan kerja dilaboratorium.
3. Untuk mengetahui petunjuk simbol keselamatan kerja di laboratorium
4. Untuk mengetahui prosedur keselamatan kerja di Laboratorium IPA.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defini Keselamatan Kerja Dilaboratorium
6
Laboratorium merupakan sarana untuk melaksanakan kegiatan penelitian
ilmiah. Laboratorium IPA dengan segala kelengkapan peralatan dan bahan yang
diperlukan merupakan tempat berpotensi menimbulkan bahaya kepada para
penggunanya jika para praktikan di dalamnya tidak dibekali dengan pengetahuan
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja
secara filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan
kerja maka para pengguna diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman
dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja
tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Praktikan dikatakan
nyaman jika para praktikan yang bersangkutan dapat melakukan dengan merasa
nyaman dan betah.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian segala
aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja atau para praktikan.
Pengendalian juga ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan
penyakit akibat dari jenis pekerjaan tersebut, pencegahan kecelakaan dan
penserasian peralatan kerja/mesin/ instrumen, dan karakteristik manusia yang
menjalankan pekerjaan tersebut maupun orang-orang yang berada di
sekelilingnya. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja atau praktikan akan mencapai ketahanan
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan
dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.
Perkembangan ilmu pengetahuan melalui berbagai penelitian dan
percobaan di laboratorium sudah sedemikian pesat. Perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat ini sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Akan tetapi perkembangan yang sedemikian pesat juga dikhawatirkan akan
berpotensi meningkatkan bahaya dalam industri. Kalau prinsip keseimbangan dan
keserasian dipegang teguh oleh para ilmuwan dan para pengusaha, niscaya
kekhawatiran tersebut dapat diminimalkan. Peningkatan kemampuan dalam
membuat alat dengan teknologi baru haruslah diimbangi dengan penciptaan alat
7
pengendali yang lebih canggih dan kemampuan tenaga yang makin beertambah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi bahaya yang mungkin
timbul akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain
menyangkut ukuran alat, alat pengendali, kemampuan dan ketrampilan pekerja,
alat penanggulangan musibah, dan pengawasan yang dilakukan.
2. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboraturium itu
sendiri.
b. Lingkungan kerja
8
c. Proses kerja
d. Cara kerja
9
utama.
10
12. Pastikan siswa memahami bahwa bahan-bahan kimia tidak bisa/ boleh
dicampur hanya untuk bersenang-senang. Hal serupa juga berlaku untuk
perangkat listrik atau yang menggunakan aliran listrik.
13. Hati-hati dalam penggunaan ekstensi kabel. Upayakan untuk tidak
menggunakannya.
14. Pahami risiko bahaya baik dari bahan atau perangkat sebelum memulai
aktivitas. Guru hendaknya melakukan preparasi sebelum siswa melaksanakan
kegiatan laboratorium. Selain itu, juga lakukan pemeriksaan petunjuk
keamanan kimia atau toksisitas.
15. Pastikan alat-alat dan perangkat laboratorium dalam keadaan baik sebelum
digunakan.
16. Pastikan ketersediaan perangkat pertolongan pertama (P3K) untuk
penanganan awal darurat.
17. Upayakan memeriksa kesehatan atau identifikasi kelainan kesehatan, seperti
alergi, epilepsi, dll.
18. Perhatikan pakaian dan penampilan, seperti rambut panjang, sepatu atau
sandal, dan pakaian. Selain itu, pergunakan alat-alat pelindung tubuh.
19. Pahami dan coba prosedur atau prinsip kerja berbagai alat, termasuk
pengetahuan tentang kandungan zat bahan dan penanganannya
11
8. Pastikan segera mencuci tangan atau bagian tubuh yang lain setelah kegiatan
selesai.
9. Ingatkan siswa untuk mengembalikan kondisi lab dalam keadaan bersih dan
nyaman kembali.
10. Pastikan semua manajemen kerja laboratorium diselesaikan secara baik,
termasuk kebutuhan higien laboratorium dan diri siswa.
1. Bersiap tenang, tidak panik, dan berpikir jernih untuk mencipta-kan kondisi
tenang dan nyaman bagi korban dan orang lain.
2. Melakukan identifikasi bahaya dan seleksi penanganan secara jernih melalui
analisis gejala-gejala yang ada serta jenis obat atau penanganan yang tepat.
1. Kontaminasi bahan kimia, pada mata atau kulit. segera basuh mata dengan air
jernih yang mengalir, minimal 15 menit atau sampai gejala risiko berkurang.
Jangan gunakan obat yang tidak diyakini pengaruh klinisnya, sampai tenaga
medik menangani.
2. Kebakaran yang mengenai kulit. Bila minor, basuh dengan kapas basah dan
beri krim pelembab pencegah iritasi. Bila mayor, jangan basuh dengan air,
tetapi langsung lilit dengan kasa kering, dan upayakan korban tetap dalam
keadaan hangat untuk menghindari syok. Bila kebakaran terjadi pada baju
12
kerja atau material lain, segera padamkan api dengan kain/selimut basah, busa
pemadam, atau air pancuran.
3. Luka atau infeksi. Bila luka minor dan darah mengucur, gunakan sarung
tangan non-alergenik untuk mengendalikan pendarahan. Sekiranya ada luka
yang terbuka, bersihkan dengan alkohol dan tutup dengan krim dan perban.
13
mungkin semua kecelakaan, untuk mendapatkan perlakukan yang tepat dan
memungkinkan guru untuk melakukan penyelidikan.
14
ditunjuk. Yang dimaksud kan dengan rambu-rambu dalam laboratorium adalah
semua bentuk peraturan yang dituangkan dalam bentuk :
1. Gambar-gambar/poster
2. Tulisan/logo/semboyan/motto
3. Simbol-simbol
Beberapa tanda harus dipasang sebagai bagian yang dipersyaratkan dari aturan
kesehatan dan keselamatan kerja untuk membantu mengurangi risiko berbahaya,
adapun poster merupakan penjelasan yang menjelaskan suatu aktifitas dalam bentuk
sebab dan akibat. Kesemua hal tersebut diatas teraplikasikan rangka untuk
mengingatkan kembali pentingnya prosedur, proses pekerjaan dan hasil pekerjaan
yang aman dan memenuhi standar kualifikasi yang telah ditentukan berdasarkan
undang undang keselamatan kerja yang berlaku. .
Adapun Rambu dalam workshop yang sering dipasang adalah :
1. Rambu Larangan
2. Rambu Peringatan
3. Rambu Pertolongan
4. Rambu Prasyarat
Keempat rambu tersebut diatas sangatlah penting untuk dipahami dan
disosialisasikan, disamping itu dalam kesehariannya perlu adanya contoh sebelum
peserta memasuki areal tempat kerja.
Hal ini akan menjadikan peserta dapat melaksanakan prosedur pengerjaan/
pembelajaran didalam bengkel dengan bertanggung jawab.
Pemasangan tanda isyarat yang dikenal dengan rambu - rambu di tempat kerja
sangatlah penting karena sebagai fungsi kontrol guna memberikan informasi, tentang
kondisi seperti larangan, peringatan, persyaratan bahkan suatu pertolongan. Oleh
karena itulah sangatlah perlu adanya penjelasan pengetahuan tentang symbol, kode
tentang tanda yang akan dipasang sebagai rambu-rambu dengan standar internasional.
Pemasangan rambu harus mengikuti etika standar rambu rambu keselamatan
dan kesehatan kerja yang berlaku, dan dapat dipahami secara internasional, tidaklah
asal pasang kerena jika kita salah pasang, bisa saja yang tadinya kita ingin pekerja
15
selamat malah membuat mereka berada dalam suatu resiko atau bahaya. Untuk
memilih rambu yang tepat, kita perlu melihat kegiatan yang sedang di lakukan dengan
memperhitungkan :
1. Mengidentifikasi bahaya;
2. Menentukan kontrol apa yang dibutuhkan; dan
3. Menentukan jenis rambu dan indicator apa yang perlu digunakan.
Rambu rambu K3 pada umumnya terdiri dari beberapa symbol atau kode yang
menyatakan kondisi yang perlu mendapat atensi bagi siapa saja yang ada
dilokasi tersebut. Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam
pelaksanaannya dimedakan dlam bentuk warna warna dasar yang sangat
menyolok dan mudah dikenali . Warna yang dipasang pada setiap rambu
berupa warna :
1. Warna Merah - tanda Larangan ( Pemadam Api )
2. Warna kuning - tanda Peringatan atau Waspada atau beresiko
bahaya
3. Warna Hijau - tanda zona aman atau pertolongan
4. Warna Biru - tanda wajib ditaati atau prasyarat
5. Warna Putih - tanda informasi umum
6. Warna oranye - tanda beracun
Warna warna tersebut diatas merupakan warna dasar sebagai latarbelakang
(background), sedangkan gambar atau logo/simbol diatas warna dasar tersebut
merupakan warna kontras. Menurut standar yang berlaku secara internasional berupa
warna putih atau hitam.
Adapun bentuk bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3
yang perlu dipahami adalah seperti dalam table sbb:
16
Tabel1. Warna kombinasi
Penggunaan bentuk rambu yang memuat tanda tanda atau symbol ada 3 (tiga)
bentuk dasar yaitu :
1. Bentuk Bulat - Wajib atau bentuk larangan
2. Segitiga - tanda peringatan
3. Segi Empat- darurat, informasi dan tanda tambahan
Bentuk dasar rambu rambu standar :yang perlu dipahami
17
Gbr 2. Bentuk dasar Rambu standarambu standar
2.3.4 Rambu Rambu di Laboratorium/Workshop
Kita ketahui bahwa rambu rambu keselamatan penting untuk ditaati dan dipatuhi
agar kita semua terhindar dari kecelakaan. htm. Berikut ini beberapa gambar dan
penjelasan rambu-rambu.
1. Rambu Larangan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan larangan yang wajib ditaati kepada
siapa saja yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya, tanpa ada pengecualiain.
Adapun larangan yang harus ditaati adalah sesuai dengan rambu gambar atau informasi
yang terpasang(Unfallverhutung sicherheitzeichen). Ciri-ciri rambu larangan yang
sering ditemui yaitu bentuk bulat, latar belakang berwarna putih, dan logo berwarna
hitam, dengan lingkaran terpotong berwarna merah sebagai berikut :
18
Gbr 3. Rambu larangan
2. Rambu Peringatan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan peringatan yang perlu diperhatikan
kepada siapa saja yang ada di lingkungan itu karena dapat mengakibatkan kejadian
yang tidak diinginkan. . Adapun Peringatan yang perlu diikuti adalah sesuai dengan
rambu gambar atau informasi yang terpasang. Ciri-ciri rambu peringatan yang sering
ditemui yaitu bentuk segitiga, latar belakang berwarna kuning, dan logo/gambar
berwarna hitam, dengan bingkai berwarna hitam.
19
Gbr 4.Rambu Peringatan
20
Gbr 5.Rambu Prasyarat
4 Rambu Pertolongan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan bantuan/pertolongan serta arah yang
ada di lingkungan itu karena arah/per/longan tersebut merupak petunjuk arah yang
harus diikuti siapa saja terutama bila terjadi kondisi darurat.
21
Adapun rambu pertolongan atau petunjuk arah tersebut dipasang pada tempat
yang strategis dan mudah terlihat. dengan jelas. Ciri-ciri rambu pertolongan atau
petunjuk arah tersebut berbentuk segi empat dengan warna dasar hijau dan
logo/gambar warna putih
22
2.4 Keselamatan Kerja di Laboratorium IPA
Belajar IPA atau sains pada hakekatnya adalah belajar tentang fenomena
alam. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan
dan pemahamannya. Carin mendefinisikan science sebagai The activity of
questioning and exploring the universe and finding and expressing its hidden
order, yaitu Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta
dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam. (Kholil, 2009)
Sementara itu menurut Depdiknas (2002) Sains mengandung makna pengajuan
pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban
baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis .
23
pelajaran dan kompetensi dasar yaitu sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
peserta didikdalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran, siswa SMP, mensyaratkan antara lain kegiatan
pembelajaran yang sifatnya mengeksplorasi, membuktikan, mengkomunikasikan.
Menggunakan alat-alat ukur, alat peraga, alat hitung, dan piranti lunak komputer
untuk meningkatkan pembelajaran IPA di kelas, laboratorium. Merancang
eksperimen IPA untuk keperluan pembelajaran atau penelitian Berdasarkan
uraian di atas maka seorang guru yang menyelenggarakan pembelajaran di
laboratorium dan apalagi yang sekaligus ditugasi menjadi pengelola laboratorium
wajib menguasai prinsip-prinsip dan teori-teori pengelolaan dan keselamatan
kerja/belajar di laboratorium IPA sekolah. Oleh karena itu pada makalah ini akan
dibahas bagaimana menyelenggarakan keselamatan bekerja di laboratorium IPA
Pada laboratorium IPA yang terdapat di sekolah guru sebagai pengelola maupun
sebagai guru mata pelajaran IPA bertanggung jawab atas keselamatan kerja siswa
di laboratorium. Tanggung jawab tersebut diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya
preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboratorium. Upaya-upaya
preventif tersebut dapat antara lain dengan menyediakan:
24
1. Alat pemadam api
25
Gambar 8.Desain Penataan Ruang Laboratorium
Ada beberapa simbol sebagai tanda peringatan dan label harus terpasang pada
botol karena sangat penting untuk untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Contoh Kymbol seperti ini :
26
Pelaksanaan praktikum di tingkat SMP tidak terlepas dari tuntutan
Kurikulum. Kurikulum mensyaratkan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai
dengan melaksnakan praktikum misalnya pada materi kemagnetan, kelistrikan,
gelombang dan optic, gaya dan energy, perubahan sifat kimia, pemuaian, sistem
respirasi, sistem pencernaan, sistem peredaran darah. Semua kegiatan tersebut
mengandung resiko kecelakan apabila tidak dilaksanakan dengan hati-hati. Pada
percobaan untuk menguji perubahan sifat kimia, praktikum pengujian bahan
makanan dan praktikum untuk menguji fotosintesis misalnya, pada praktikum ini
menggunakan api sebagai salah satu bahan yang harus digunakan siswa, apabila
tidak hati-hati potensi terjadinya kebakaran cukup besar. Demikian pula
praktikum yang menggunakan alat-alat gelas yang rentan pecah, maka pecahan
gelas tersebut dapat melukai siswa yang tidak hati-hati.
27
tidak boleh dipanaskan langsung di api karena dapat meledak sehingga dalam
pelaksanaannya alkohol direbus dengan cara direbus dengan penangas air. Untuk
chloroform karena sifatnya dapat membius dan mudah menguap, maka perlu hati-
hati dalam menggunaknnya.
Bila terjadi keadaan darurat maka tindakan yang harus segera dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Jangan panik.
3. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
4. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
28
5. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
1. Jangan panik.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
Penutup
29
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
31
dan terpadu perlu diperhatikan guru, siswa dan laboran dalam melaksanakan
aktivitas kerja laboratorium. Menangani risiko kecelakaan kerja perlu dilakukan
secara tenang dan diupayakan penciptaan kondisi nyaman, melalui identifikasi risiko
atau bahaya, pengurangan dampak risiko secara mental-psikologik, pemberian
tindakan secara cepat, dan pemberian tindakan lanjut. Lebih dari itu, persiapan,
pengembangan dan evaluasi berkala sistem manajemen risiko keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium perlu dilakukan demi tercapainya situasi belajar yang
nyaman dan menjamin keselamatan semua yang terlibat di aktivitas laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching, 5th Edition. Boston : Allyn &
Bacon.
Lawson, A.E. 1995. Science Teaching and the Development of Thinking. California:
Wadsworth, Inc.
32
Made Alit, dkk. 2011. Prosedur Pengelolaan Laboratorium IPA di Sekolah. P4TK
IPA Bandung.
Permendiknas no 24 tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk SD/Mi,
SMP/MTs. dan SMA/MA.
Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: IKIP Malang
(UM) Press.
Van den Berg, E. and Giddings, G.J. 1992. Laboratory Practical Work: An
Alternative View of Laboratory Teaching. Monograph. Curtin University of
Technology, Western Australia, Science and Mathematics Education Centre
33
Indonesia. Bandung
34
35