B 1. Pengantar Mata kuliah Teknik Laboratorium 8. Tata Cara Penyimpanan Alat dan Bahan di Laboratorium Biologi
O 5. Penggunaan/ Operasi Peralatan Laboratorium 12. Hubungan keterampilan proses IPA dengan laboratorium
G 6. Tata Ruang Laboratorium Biologi 13. Program kegiatan laboratorium IPA di SMP,SMA dan universitas
I 7. Tata Tertib Laboratorium Biologi 14. Evaluasi Hasil Observasi Laboratorium di Sekolah
pengertian laboratorium adalah “tempat atau kamar dan sebagainya tertentu, yang
dilengkapi dengan peralatan untuk mengadakan percobaan (penyelidikan dsb)
Saat ini, laboratorium banyak dijumpai di berbagai tempat, seperti rumah sakit, apotik, poliklinik, pabrik,
proyek-proyek besar, dan lembaga pendidikan. Masing-masing laboratorium itu mempunyai fungsi dan
tugas yang tidak sama. Jelaskan fungsi dan tugas dari laboratorium tersebut................................................
B. TIPE- TIPE LABORATORIUM
Tipe Laboratorium berdasarkan PERMENPAN No. 3 tahun 2010, terbagi dalam 4 kategori yaitu:
Wet Laboratory
Lab. Tipe 4
1. Praktikum/Percobaan Ilmiah
2. Rekontruksi kebenaran ilmiah (Pembuktian teori, mendapatkan fakta empiris)
3. Konservasi kerja ilmiah (melatih keterampilan pengamatan, pengumpulan data, teliti, sabar, keterampilan)
4. Komunikasi ilmiah (jujur, obyektif, kritis)
5. Manfaat Praktikum/Percobaan Ilmiah
6. Meningkatkan keterampilan pengukuran dan pengetahuan prosedural
7. Melatih ketrampilan proses IPA
8. Membentuk Sikap Ilmiah Peserta Didik
9. Bagian dari pendekatan saintifik
1. Penelitian Ilmiah
2. Perumusan Masalah
3. Pengajuan Hipotesis
4. Penetapan metode Penelitian
5. Identifikasi teori yang relevan
6. Persiapan Peralatan
7. Proses Pengumpulan data
8. Analisis data
9. Penarikan kesimpulan
10. Rekomendasi Hasil Penelitian
https://www.monotaro.id/corp_id/
C. FUNGSI LABORATORIUM
1.
2. Fasilitas umum 3. Peralatan dan
Bangunan/Ruangan
laboratorium bahan
laboratorium
5. Kegiatan 4. Ketenagaan
laboratorium laboratorium
Format A : Data ruangan laboratorium
Format B1 : Kartu barang
Format B2 : Daftar barang
Format B3 : Daftar penerimaan / pengeluaran barang
Format B4 : Daftar usulan/ permintaan barang
Format C1 : Kartu alat
Format C1 : Kartu Alat
Format C2 : Daftar alat
Format C3 : Daftar penerimaan / pengeluaran alat
Format C4 : Daftar usulan / permintaan alat
Format C5 : Daftar usulan / permintaan alat dari acara praktikum
Format C6 : Daftar usulan / permintaan alat dari tiap lab
Format D1 : Kartu bahan
Format D2 : Daftar bahan
Format D3 : Daftar penerimaan / pengeluaran bahan kimia
Format D4 : Daftar usulan / permintaan bahan
Format D5 : Daftar usulan / permintaan bahan dari acara praktikum
Format D6 : Daftar usulan / permintaan bahan dari tiap lab
Format E : Data ketenagaan
Format F : Agenda kegiatan lab
1. Format A: Data
Ruangan Laboratorium
2
3
4
5
6
7
8
9
2
Buatlah rekapitulasi penggunaan laboratorium dari
Mata Kuliah Praktikum
Buatlah Daftar Usulan Bahan/Zat dan Alat
3
Laboratoium seperti format di bawah ini
Struktur Organisasi Laboratorium Sekolah
Kepala Sekolah
1. Merencanakan kegiatan dan
pengembangan Laboratorium
sekolah/madrasah
2. Mengelola kegiatan Laboratorium
sekolah/madrasah
3. Membagi tugas teknisi dan laboran
Laboratorium sekolah/ madrasah
4. Memantau sarana dan prasarana
Laboratorium sekolah/madrasah
5. Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran
serta kegiatan laboratorium
sekolah/madrasah
6. Memanfaatkan laboratorium untuk
kepentingan pendidikan dan penelitian di
sekolah/madrasah
7. Menjaga kesehatan dan keselamatan
kerja di Laboratorium sekolah/madrasah
Mempunyai Pencahayaan
Pintu Darurat Cukup
Mempunyai
Pintu Keluar
Tata Tertib Keselamatan Kerja Laboratorium
Aturan umum dalam tata tertib keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
1. Dilarang mengambil atau membawa keluar alat-alat serta bahan dalam laboratorium tanpa
seizin petugas laboratorium.
2. Orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke laboratorium. Hal ini untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan.
3. Gunakan alat dan bahan sesuai dengan petunjuk praktikum yang diberikan.
4. Jangan melakukan eksperimen sebelum mengetahui informasi mengenai bahaya bahan kimia,
alat-alat, dan cara pemakaiannya.
5. Bertanyalah jika Anda merasa ragu atau tidak mengerti saat melakukan percobaan.
6. Mengenali semua jenis peralatan keselamatan kerja dan letaknya untuk memudahkan
pertolongan saat terjadi kecelakaan kerja.
7. Pakailah jas laboratorium saat bekerja di laboratorium.
8. Harus mengetahui cara pemakaian alat darurat seperti pemadam kebakaran, eye shower, respirator,
dan alat keselamatan kerja yang lainnya.
9. Jika terjadi kerusakan atau kecelakaan, sebaiknya segera melaporkannya ke petugas laboratorium.
10. Berhati-hatilah bila bekerja dengan asam kuat reagen korosif, reagen-reagen yang volatil dan mudah
terbakar.
11. Setiap pekerja di laboratorium harus mengetahui cara memberi pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K).
12. Buanglah sampah pada tempatnya.
13. Pengambilan zat tidak boleh berlebihan
14. Jangan bermain-main di dalam ruangan laboratorium.
15. Dilarang merokok, makan, dan minum di laboratorium.
16. Bersihkan alat, meja dan ruangan setelah selesai praktikum
Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di laboratorium
1. Luka
a) Luka lecet. Bersihkan luka dengan air dingin atau hangat, mengalir dan bukan dicelupkan. Antiseptik sebaiknya ditambahkan
untuk membantu membersihkan luka. Diberi betadin, dan ditutup dengan kasa steril kemudian diplester atau dibalut.
b) Luka iris. Luka akibat benda tajam seperti pisau atau pecahan kaca. Bersihkan dengan air matang bersih, diberi obat merah
atau antiseptik, dirapatkan dan dibalut, atau ditutup dengan plester atau kain kasa yang bersih.
c) Luka tusuk. Luka yang disebabkan oleh benda berujung runcing seperti paku, jarum atau tertikam. Luka dibersihkan, ditutup
dan korban dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat suntikan anti tetanus.
d) Luka memar . Luka tertutup dimana kerusakan jaringan dibawah kulit disertai perdarahan yang dari luar tampak kebiruan.
Penanganannya dengan kompres air hangat –dingin bergantian, dan meninggikan bagian yang luka.
e) Luka bakar
• Luka bakar akibat zat kimia asam: Hapus zat asam dengan kapas atau kain halus, cuci dengan air mengalir sbanya
sebanyaknya, selanjutnya cuci dengan larutan Na2CO3 1%. Cuci lagi luka dengan air, keringkan, olesi dengan salep lavert
(salep minyak ikan) dan balut dengan kain perban.
• Luka bakar akibat zat kimia basa: Cuci dengan air sebanyak- banyaknya. Bilas dengan asam asetat 1%. Cuci kembali deng
air. Keringkan, olesi dengan salep boor. Balut dengan kain perban.
• Luka bakar karena panas: Bila kulit hanya memerah, olesi dengan salep lavertan. Bila sampai terassa nyeri kompres deng
air secepatnya dan bawa ke dokter. Bila luka terlalu besar jangan diberi obat apapun, tutup luka dengan kain perban d
bawa segera ke dokter.
2. Keracunan melalui mulut Jelaskan Cara: 5
• Bila zat hanya sampai dimulut segera kumur- 1. Cara memindahkan bahan kimia
kumur sebanyak- banyaknya
(Penyimpanan dan penataan bahan
• Bila zat tertelan segera muntahkan. Jika tidak
bisa muntah pancing dengan minum segelas kimia radioaktif, bahan kimia reaktif,
air yang dicampurkan 2 sendok teh garam bahan kimia korosif, bahan kimia
dapur atau pancing dengan jari yang Flammable & Combustablebahan
dimasukkan ke pangkal tenggorokan hingga
kimia sensitif cahaya)
dapat muntah
• Jika korban pingsan, hindari pemberian 2. Pembuangan limbah
3. Penanganan kecelakaan (bila terkena
sesuatu melalui mulut, segera bawa ke bahan kimia atau korsleting listrik)
dokter
3. Keracunan zat melalui hidung
Bawa si penderita ke tempat yang udaranya
segar. Bila korban tidak bernafas, berikan nafas
buatan.
4. Mata terkena percikan zat kimia Segera basuh
dengan air sebanyak- banyaknya
6
Beberapa Simbol Bahan
Kimia
7
Lengkapi contoh zat yang
termaksud ke dalam simbol
disamping
Berikut adalah penjelasan simbol-simbol tersebut.
1. Animal hazard adalah bahaya yang berasal dari hewan. Mungkin saja hewan itu beracun
karena telah disuntik bermacam-macam zat hasil eksperimen atau dapat menggigit dan
mencakar Anda.
2. Sharp instrument hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang tajam.
Benda itu jika tidak digunakan dengan benar maka dapat melukai Anda.
3. Heat hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang panas. Tangan Anda akan
kepanasan jika menyentuh benda tersebut dalam keadaan aktif atau menyala.
4. Glassware hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah pecah. BIasanya
berupa gelas kimia.
5. Chemical hazard adalah bahaya yang berasal dari bahan kimia. Bisa saja bahan kimia itu
dapat membuat kulit kita gatal dan iritasi.
6. Electrical hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang mengeluarkan
listrik. Hati-hati dalam menggunakannya supaya tidak tersengat listrik.
7. Eye & face hazard adalah bahaya yang berasal dari benda-benda yang dapat membuat
iritasi pada mata dan wajah. Gunakan masker atau pelindung wajah sebelum
menggunakan bahan tersebut.
8. Fire hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah terbakar. Contohnya
adalah kerosin (minyak tanah) dan spiritus.
9. Biohazard adalah bahaya yang berasal dari bahan biologis. Bahan tersebut bisa dapat
menyebabkan penyakit mematikan seperti AIDS. Contohnya adalah tempat pembuangan
jarum suntik.
10. Laser radiation hazard adalah bahaya yang berasal dari sinar laser.
11. Radioactive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda radioaktif. Benda ini dapat
mengeluarkan radiasi dan jika terpapar terlalu lama maka akan menyebabkan kanker.
12. Explosive hazard adalah bahaya yang berasal dari benda yang mudah meledak. Jauhkan
benda tersebut dari api.
Pemadam
Peralatan
kebakaran Obat-obatan
pembersih
(hidrant)
Jas Laboratorium,
Eye washer Masker, Sarung Kapas/Tissue
Tangan
Kotak P3K
(Pertolongan
Water shower Plaster pembalut
Pertama Pada
Kecelakaan)
PENATAAN DAN PENYIMPANAN ALAT DAN BAHAN ZAT KIMIA DI LABORATORIUM IPA
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih
Bahan kimia penting.
cair yang berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti baki plastik untuk mencegah
Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya :
- Nama kimia dan rumusnya
timbulnya kecelakaan
- Konsentrasi
akibat bocor atau pecah. Wadah sekunder yang diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang
Tanggal penerimaan
langsung diisi-- bahan kimia, tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam wadahnya. Ukuran wadah bahan primer
Tanggal pembuatan
- Nama orang yang membuat reagen
yang perlu disediakan
- Lama hidupwadah sekundernya yaitu :
- Tingkat bahaya
1. Cairan radioaktif ketika
- Klasifikasi wadah berukuran 250 mL
lokasi penyimpanan
- Nama dan alamat pabrik
2. Semua cairan berbahaya lain untuk wadah 2,5 L
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adlah :
1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif
Penyimpanan dan penataan bahan kimia
radioaktif
Tidak sembarangan laboratorium dapat
membeli, menggunakan, menyimpan dan
membuang bahan radioaktif. Bahan tersebut
dapat diadakan di suatu lab makala mendapat
izin dari Departemen Kesehatan khususnya
bagian radiasi. Sekalipun di laboratorium
sekolah bahan ini tidak tersedia, tidak ada
salahnya bagi anda mengetahui cara
penyimpanannya. Bahan radioaktif harus
disimpan di suatu tempat yang terawasi dan
terjaga keamanannya dari kehilangan oleh Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya
orang yang tak bertanggung jawab. Pada Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan
tempat penyimpanan harus dituliskan kata atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan
“HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION oksidator, arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh
RADIOACTIVE MATERIALS)”. Catat jumlah nyata senyawa sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2), garam
dan perhatikan batas jumlah penyimpanan merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dll.
yang diperbolehkan. Hubungi Radiation Safety Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia ini harus terhindar dari
Officer untuk memperoleh informasi rinci cahaya. Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam botol berwarna
tentang penggunaan dan penyimpanan bahan coklat (amber bottle). Apabila botol penyimpan bahan kimia ini
radioaktif tersebut. harus dibungkus dengan foil (kertas perak/timah), maka tuliskan
label pada bagian luar botol tersebut.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap
lembab. Biasanya bahan reaktif memiliki lebih dari satu macam kelompok bahan bahaya, misalnya bahan tersebut termasuk padatan flammable juga sebagai bahan yang reaktif terhadap air,
karena itu memerlukan penanganan dan penyimpanan secara khusus. Biasanya sebelum menentukan cara terbaik dalam penyimpanan bahan kimia reaktif, terlebih harus menentukan bahaya
spesifik dari bahan itu.
Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak
dengan udara pada suhu < 54,44 0C. Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan piroforik harus disimpan di dalam
cabinet flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan. Ledakan tersebut diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api
dan perubahan tekanan yang tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan suatu bahan dapat meledak, sehingga menyulitkan dalam pengelompokkan bahan eksplosif ini. Faktor yang menunjang
timbulnya ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya adalah : (1) Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya
mudah meledak, (2) Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT,
azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak. Hati-hati dalam membaca label bahan kimia, dan perhatikan lambang yang menunjukkan kestabilan dan mudah meledaknya bahan tersebut.
Keputusan yang harus diambil dalam menentukan penyimpanan bahan mudah meledak atas sifat masing-masing bahan kimia tersebut. Perhatikan secara khusus agar penyimpanan bahan
tersebut tidak mengundang atau meningkatkan bahaya misalnya hindari penyimpanan asam pikrat jangan sampai kering.
Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida tersebut
diantaranya adapah p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Untuk meminimalkan timbulnya bahaya dari bahan kimia tersebut, maka cara yang harus diperhatikan
dalam penyimpanannya adalah sebagi berikut :
Simpan bahan kimia pembentuk peroksida itu dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya, Berikan label pada wadah tentang
tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut, Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 - 6 bulan (lihat Tabel-5),
Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
Bahan yang reaktif dengan air apabila kontak dengan dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida.
Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering
apabila terjadi kebaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silika gel.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Penyimpanan bahan kimia korosif jangan sampai bereaksi dengan tempat
penyimpanannya (lemari rak dan cabinet). Perhatikan bahwa diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan hebat, sehingga dapat
mengganggu kesehatan pengguna.
Untuk keperluan penyimpanan, asam-asam yang berujud cairan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis yaitu asam-asam organik (misalnya asam
asetat glacial, asam format, asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat), dan asam mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam
florida, asam perklorat, dan asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya
adalah :
a. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
b. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator,
c. Penyimpanan asam organik biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
d. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS),
kalsium karbida (CaC2) dll.
e. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
f. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari.
g. Simpanlah asam dengan botol besar pada lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
h. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastik untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau
panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau
porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik.
i. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium
hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
a. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
b. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik).
c. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
d. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah
daripada botol lebih kecil.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable & Combustable
Cairan Bahan kimia flammable dan combustible diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik didihnya (boiling point). Titik
bakar dinyatakan sebagai suhu minimum cairan untuk menghasilkan uap yang cukup sehingga dapat terbakar ketika bercampur dengan
udara.
Cairan flammable kelas I mempunyai titik bakar < 37,8 0C dan memiliki tekanan uap tidak melebihi 40 pon/inci2 pada 37,8 0C. Cairan
flammable ini dibagi lagi ke dalam sub-klas yaitu :
a. Kelas IA mempunyai titik bakar < 22,8 0C dan titik didih < 37,8 0C. Misalnya aerosol flammable.
b. Kelas IB mempunyai titik bakar < 22,8 0C dan titik didih 37,8 0C.
c. Kelas IC mempunyai titik bakar 22,8 0C dan < 37,8 0C, sedangkan titik didihnya tidak ditentukan.
Cairan combustible dikelompokkan ke dalam Kelas II dan III dengan titik bakar 37,8 0C. Cairan ini dibagi lagi ke dalam kelas sebagai berikut :
a. Kelas II : Cairan yang mempunyai titik bakar 37,8 0C tetapi < 60,0 0C.
b. Kelas III A : Cairan yang mempunyai titik bakar 60,0 0C dan < 93,4 0C.
c. Kelas III B : Cairan yang mempunyai titik bakar 93,4 0C.
Bahan kimia flammable dapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible (misalnya asetat), pelarut non-
flammable (metilklorida). Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen,
ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium adalah sebagai berikut .
a. Cairan flammable kelas I yang jumlahnya > 10 galon hingga 25 galon harus disimpan dalam wadah (cans) yang aman, sedangkan dari >
25 galon hingga 60 galon harus disimpan juga dalam cabinet.
b. Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah
logam.
c. Cairan flammable yang memerlukan kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe” atau “Flammable Storage
Refrigerators”. Jangan sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
d. Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
e. Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api.
Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas, ataupun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan
flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida, litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium (Na)
harus disimpan di dalam minyak tanah (kerosene) atau minyak mineral. Padatan flammable ini harus disimpan dalam cabinet flammable dan
dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible. Bila reaktif terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, dsb.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan
cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium
permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Bahan
kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia
reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam
formiat (HCOOH). Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu juga jangan
berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja Yang dimaksud kan dengan rambu-rambu
adalah merupakan tanda – tanda yang dipasang ditempat dalam laboratorium adalah semua bentuk
kerja/laboratorium, guna mengingatkan atau peraturan yang dituangkan dalam bentuk :
mengidentifikasi pada semua pelaksana kegiatan 1. Gambar-gambar/poster
disekeliling tempat tersebut terhadap kondisi, resiko, yang 2. Tulisan/logo/semboyan/motto
terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja.. 3. Simbol-simbol
1. Rambu Larangan
Rambu ini adalah rambu yang meberikan
larangan yang wajib ditaati kepada siapa saja
yang ada di lingkungan itu harus mematuhinya,
tanpa ada pengecualiain. Adapun larangan yang
harus ditaati adalah sesuai dengan rambu
gambar atau informasi yang terpasang
(Unfallverhutung – sicherheitzeichen). Ciri-ciri
rambu larangan yang sering ditemui yaitu bentuk
bulat, latar belakang berwarna putih, dan logo
berwarna hitam, dengan lingkaran terpotong
berwarna merah sebagai berikut :
Guna mempertegas suatu tanda atau rambu, dalam pelaksanaannya dibedakan
dalam bentuk warna – warna dasar yang sangat menyolok dan mudah dikenali.
Adapun bentuk – bentuk kombinasi warna dasar dan tulisan dasar rambu K3 yang
perlu dipahami adalah seperti dalam table sbb:
2. Rambu Peringatan
1. Lensa okuler; lensa yang berada di ujung tempat mendekatnya mata untuk mengamati bayangan benda.
Umumnya lensa itu mempunya perbesaran 10 X, 12 X dan 15 X.
2. Lensa objektif; satu set lensa yang dekat pada benda atau objek umumnya mempunyai perbesaran 5 X, 10 X 40
X dan 100 X. lensa objektif dipasang pad akedudukan drat yang dapat diputar-putar. Kebutuhan kekuatan
pembesaran lensa yang sesuai dapat diatur dengan cara memutar kedudukan lensa.
3. Diafragma; alat ini berguna mengatur besar kecilnya lubang masuknya cahaya, ataupun mengatur banyaknya
jumlah cahaya yang masuk.
4. Cermin cekung; berfungsi untuk menangkap cahaya dan memantulkannya melalui diafragma dan kondensor.
5. Kondensor; yang letaknya tepat dibawah stage yang terdiri dari dua set lensa yang berfungsi mengumpulkan
dan memusatkan sinar ke arah atas dari sumber cahaya ke sistem lensa.
6. Dasar (base) bagian bawah alat yang berfungsi menopang tubuh dan aparatus mikroskop.
7. Pentas (stage); meja atau hamparan tempat untuk meletakkan benda atau objek.
8. Tubus; ruang tempat tensa okuler dan lensa objektif diposisikan.
9. Makrometer; aparatus/mekanik kasar untuk mengatur naik turunnya tubulus.
10.Mikrometer; aparatus/mekanik halus untuk pengatur jarak antara lensa objektif dengan benda secara
granular/halus.
11.Meja Mikroskop; berfunsgi untuk tempat meletakkan preparat yang diamati.
12.Penjepit Preparat; berfungsi untuk menjepit preparat / slide agar tidak mudah berubah posisinya. Penjepit
mikroskop ada yang bisa digeser maju mundur dan ada yang tidak bisa digeser.
16. Buluh teropong pada kedua ujungnya dipasang lensa okuler yang menghadap ke mata dan lensa objektif
yang menghadap ke benda.
17. Revolver yaitu tempat lensa objektif, revolver membantu kita dalam memilih daya perbesaran tertentu.
18. Cermin berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke objek yang diamati.
19. Kaki mikroskop berfungsi untuk penopang mikroskop.
20. Tombol on/off berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan mikroskop.
21. Sendi inklinasi berfungsi mengatur sudut atau tegaknya mikroskop.
22. Kamera untuk memotret objek pada mikroskop.
23. Sekrup pengarah kondensor berfungsi menggerakan kondensor naik turun
24. Cincin filter berfungsi untuk meletakkan filter dan terletak di bawah kondensor.
25. Lensa cembung berfungsi untuk membuat bayangan lebih di perbesar.
26. Lensa cekung membuat bayangan jadi terbalik.
27. Diafragma; berfungsi untuk mengatur atau menyaring banyaknya cahaya yang masuk
28. Sumber Cahaya; berfungsi untuk memberikan cahaya agar objek dapat terlihat. Sumber cahaya pada
mikroskop ada yang menggunakan cermin dan lampu. Mikroskop yang menggunakan cermin terdiri dari
cermin datar dan cermin cekung. Mikroskop yang menggunakan lampu sebagai sumber cahaya
29. Kaki Miroskop berfungsi sebagai penumpu atau menopang mikroskop.
Spektrofo Laminar
Oven Autoklaf
tometer air flow
Preparat adalah objek yang diamati dengan mikroskop.preparat dapat berupa preparat kering atau basah
yang berupa sayatan atau tanpa sayatan. preparat awetan/kering merupakan objek yang sudah diawet
kan.preparat awetan dapat digunakan berkali-kali.’
Jenis Preparat
1. Preparat segar atau basah yaitu preparat
Biologi yang terbuat dari objek segar,hidup
dan tidak diawetkan. Umumnya preparat ini
digunakan sebagai pengamatan sekali pakai.
2. Preparat awetan/kering merupakan objek
yang sudah diawetkan dan preparat awetan
dapat digunakan berkali-kali.
(Cross-Section)
(Longitudinal-Section)
1. Alat: Mikroskop, Gunting, Pipet tetes, Kaca objek, Deck glass, Gelas ukur
2. Bahan: Koran, Aquadest, Tissue
3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum pengenalan mikroskop, membuat preparat basah dan melihat letak bayangan:
• Menggunting potongan koran kira-kira 3x3 mm yang mengandung sedikitnya 1 huruf a.
• Meletakkan potongan huruf a itu di tengah kaca objek dengan huruf a yang di cetak menghadap ke atas.
• Setelah itu, meneteskan aquadest secukupnya dengan menggunakan pipet tetes agar di sekitarnya masih ada air.
• Selanjutnya menutup objek dengan deck glass, dan mengusahakan supaya tidak terjadi gelembung udara.
• Kemudian melihat melalui lensa okuler, membandingkan letak bayangan huruf a di dalam okuler, dan
membandingkan huruf a di dalam preparat (objek yang sedang di amati).
• Mengambil gambar hasil pengamatan pada mikroskop.
1. Jelaskan peranan kertas koran (huruf) pada praktikum penggunaan mikroskop?
2. Mengapa pada penyiapan preparat huruf, ditambahkan aquades?
3. Jelaskan apa saja kelebihan dam kekurangan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron?
4. Gambarlah hasil pengamatan preparat huruf tiap perbesaran?
m m m
Perbesaran 100x Perbesaran 400x Perbesaran 1000x
Larutan & Pengenceran (Praktek)
1. Latar Belakang: Pengenceran adalah menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Pada proses pengenceran, volume dan
molaritas berubah sedangkan jumlah molnya tetap. Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Pengenceran yaitu
suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah
tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerka.
Pelarutan adalah membuat larutan dari padatan murni dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu, sehingga konsentrasinya tetap. Larutan
terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang
lebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat terlarut. Larutan yang saling melarutkan adalah campuran dua larutan polar
atau dua larutan non polar yang membentuk larutan satu fase homogen. Larutan yang tidak melarutkan adalah campuran dari dua zat cair polar dan non polar
membentuk dua fase. (Annisa. 2008)
2. Tujuan: membuat larutan gula dalam berbagai perlakuan, dan mengamati waktu terlarutnya dalam berbagai pelakuan, dan hal- hal yang mempengaruhi pelarutan.
3. Alat & Bahan: Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu air 80ml, gula 20gram, gelas kimia 100gram, batang pengaduk, kertas saring, kawat kasa,
kaki tiga, bunsen.
4. Cara Kerja: Cara kerja yang dilakukan pada praktikum larutan dan pengenceran yaitu dengan tiga cara, - diaduk, dipanaskan, dipanaskan dan diaduk. Pada proses
yang diaduk dimasukan 20gram gula, dan 80gram air kedalam gelas kimia kemudian diaduk dengan menggunakan batang pengaduk dan cara mengaduknya
diusahakan searan dengan jarum jam dan jangan sampai mengenai pinggir dari gelas kimia, dan dalam proses mengaduk hitung waktu hingga gula larut pada air.
Pada proses pelarutan dengan cara dipanskan diukur 20 gram gula dan 80 gram air dan di panaskan campuran gula dan air diatas pemanas air tampa diaduk dan
dihitung waktunya sehingga gula larut dalam air. Dan pada proses diaduk dan dipanaskan, dimasukan 20gram gula, dan 80 gram gula dimasukan kedalam gelas
kimia kemudian dipanaskan diatas pemanas air dan diaduk, dihitung lama waktunya hingga gula larut dalam air.
Kelompok Perlakuan Keterangan
Diaduk Dipanaskan Dipanaskan dan diaduk
.......sekon ..........sekon ............sekon - Endapan .......
- Warna...............
Rata-Rata ......... ........... ...............
=..................................................
THANK YOU