Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KELOMPOK

PENGELOLAAN LABORATORIUM DAN KESELAMATAN KERJA


PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM KIMIA

OLEH
KELOMPOK 7
ANGGOTA KELOMPOK
1.
2.
3.
4.

ANELIN OSIRIKNA
CHARLES ZULNATA
NINING NOVIA AZMIL
SRI RIZKA FADILA GUCI

DOSEN PEMBIMBING
1. ANANDA PUTRA, S.Si, Ph. D
2. DESKI BERI, M.Si

PROGRAM PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam

bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai
salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam
profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A.

LATAR BELAKANG.............................................................................................. 4

B.

MANFAAT PENULISAN......................................................................................... 5

BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................6
BAB III.........................................................................................................................................16
PEMBAHASAN...........................................................................................................................16
BAB IV..........................................................................................................................................23
PENUTUP....................................................................................................................................23
A.

KESIMPULAN................................................................................................... 23

B.

SARAN............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................25

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laboratorium merupakan suatu tempat yang sangat penting bagi dunia kimia. Karena
banyak teori yang membutuhkan pembuktian langsung melalui uji laboratorium. Sehingga
untuk pengujian tersebut kita perlu memperhatikan kedaan laboratorium, bahan-bahan yang
digunakan, kemudian limbah dari hasil perngujian atau percobaan tersebut agar tidak
mencemari lingkungan sekitar laboratorium. Kaena efek dari limbah laboratorium ini banyak
menimbulkan penyakit, karena pengerjaannya menggunakan zat-zat kimia yang berbahaya
bagi kesehatan manusia, tanah, air dan udara.
Laboratorium universitas adalah dapur bagi calon ilmuan ilmuan. Bagi Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, laboratorium bagaikan tulang punggung. Disini dilakukan suatu
kegiatan pengujian pengujian untuk memperoleh data hasil uji yang akurat dan valid. Data
yang diperoleh dari hasil pengujian di laboratorium baik pengujian secara kualitatif maupun
secara kuantitatif merupakan data yang dapat ditelusuri, selanjutnya akan dijadikan dasar
untuk penelitian selanjutnya. Seharusnya laboratorium ini dapat menunjang segala hal dalam
proses penelitian yang dilakukan.
Adanya bahan kimia di universitas di mulai dari pemberian bahan yang diperlukan dari
gudang bahan kimia kepada pekerja atau mahasiswa yang mengambil mata kuliah praktek di
laboratorium. Bahan tersebut digunakan untuk sintesis maupun analisis. Karena tujuan
penggunaannya maka terbentuk bahan awal, produk samping, pelarut yang digunakan dan
bahan kimia yang terkontaminasi, dimana bahan ini harus diurai atau dibuang jika daur
ulangnya tidak mungkin dilakukan. Berlawanan dengan limbah industri, limbah kimia dari
laboraotrium di universitas yang terbentuk biasanya dalam jumlah kecil dari campuran yang
sangat kompleks. Intinya, hal ini menyatakan jumlah limbah yang berarti, yang harus dibuang
dari universitas dengan menggunakan dananya sendiri. Namun kenyataannya, tidak satupun
laboratorium FMIPA universitas di Indonesia memperoleh akreditasi internasional. Idealnya,
untuk mendirikan laboratorium konsentrasi tersebut dibutuhkan biaya 50 juta dolar. Dan
Indonesia belum mampu untuk menyediakan biaya sebesar itu untuk sarana penunjang dalam
pendidikan.

Untuk membuang limbah laboratorium, yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda
pula, cara yang sesuai bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang
digunakan. Tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat dibuang dalam
bentuk aslinya dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan proses yang sesuai, limbah
tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan tersebut dihasilkan. Keuntungan
dari penghilangan sifat racun juga mengurangi resiko kontaminasi pada pekerja yang tidak
berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena
itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap kontaminasi lingkungan.
Saat ini belum terdapat instalasi pengolahan air limbah (IPAL) sehingga dikhawatirkan
beberapa tahun ke depan akan terjadi degradasi lingkungan akibat pencemaran lingkungan
dari air limbah laboratorium. Untuk itu diperlukan suatu rancangan pengolahan limbah
terpadu yang seyogyanya meliputi pengolahan secara fisika, kimia dan biologi.

B. MANFAAT PENULISAN
a.
b.
c.
d.

Adapun manfaat penulisan makalah Pengelolaan Limbah Laboratorium Kimia adalah


Dapat mengetahui berbagai macam pengelompokan limbah
Dapat mengetahui cara pengelolaan limbah yang benar
Dapat mengetahui bahaya yang disebabkan oleh limbah laboratorium
Dapat meningkatkan kepedulian segala pihak terhadap pengelolaan limbah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) didefinisikan sebagai
benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya dengan
cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi lingkungan.
Limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik
pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat
berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat
beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah)
suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity,flammabi lity, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
1) Klasifikasi limbah
a) Berdasarkan nilai ekonomisnya, di golongkan atas 2 golongan :
1) limbah yang memiliki nilai ekonomis adalah limbah yang dengan proses lebih
lanjut/diolah dapat memberikan nilai tambah. Contohnya : limbah dari pabrik gula
yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alkohol, ampas tebunya dapat
dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas. Limbah pabrik tahu masih
banyak mengandung protein dapat dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan
mikroba misalnya untuk produksi Protein Sel Tunggal/PST atau untuk alga,
misalnya Chlorella sp.
2) limbah non ekonomis adalah limbah yang tidak akan memberikan nilai tambah
walaupun sudah diolah, pengolahan limbah ini sifatnya untuk mempermudah sistem
pembuangan. Contohnya:limbah pabrik tekstil yang biasanya terutama berupa zatzat pewarna
b) Berdasarkan wujudnya, limbah digolongkan atas 3 golongan :
1) Limbah padat
2) Limbah cair
3) Limbah gas

c) Berdasarkan sumbernya, limbah digolongkan atas 3 golongan :

1) Limbah yang berasal dari sumber tidak spesifik


2) Limbah yang berasal dari sumber spesifik
3) Limbah dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, kebocoran, rusak kemasan atau
yang tidak memenuhi spesifikasi.
Limbah dari bahan kimia kadaluarsa merupakan timbulan limbah yang dihasilkan
oleh karena selang waktu pakai bahan kimia sudah terlampaui walaupun bahan
tersebut belum dibuka dari kemasannya. Waktu kadaluarsa ditentukan dari pabrik
pembuat bahan kimia tersebut dan dicantumkan pada kemasan sisi luar pada label
yang tertera dari masing-masing bahan kimia.
2) Sifat- sifat limbah berbahaya
a. Mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
b. Mudah terbakar (flammable) adalah limbah yang bila berdekatan dengan ai, percikan
api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyalah maka akan terus terbakar dalam waktu yang lama.
1) Cairan yang memiliki titik nyala < 60 oC
2) Bukan cairan yang dalam kondisi normal dapat terbakar sendiri
3) Gas yang mudah terbakar
4) Bahan kimia yang mudah teroksidasi (oxidizer).
a) Korosif (Corrosive)
1) Larutan yang memiliki pH 2 atau 12.5
2) Larutan yang dapat menjadi penyebab korosi besi dengan laju inch per
tahun pada suhu 55 C
b) Reaktif (reactive) adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas
atau menerima oksigen, atau limbah organic peroksida yang stabil dalam suhu
tinggi.
1. Dalam kondisi normal tidak stabil dan dapat berubah setiap saat tanpa ada
pemicu;
2. Cepat bereaksi dengan air
3. Dapat meledak apabila bercampur dengan air
4. Apabila bercampur dengan air menghasilkan gas beracun, uap yang dalam
jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan
5. Dapat membentuk sianida atau sulfida pada pH 2 12.5 dapat membentuk gas
beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan
manusia dan lingkungan
6. Dapat menjadi bahan peledak apabila direaksikan dengan bahan kimia tertentu.

c) Beracun (toxic) adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.
1) Apabila tutup kemasan rusak, bahan ini dapat memberikan uap beracun dengan
paparan sekitar tempat penyimpanannya
2) Bahan ini dapat mengganggu sistem metabolisme saluran darah didalam tubuh
manusia sehingga keterpaan dalam selang waktu tertentu (nilai ambang batas)
mengakibatkan kematian.
(UIUC CHEMICAL WASTE MANAGEMENT GUIDE - 2006)
A. Pengelolaan limbah
1. Pengelolaan limbah kadaluarsa
a. Evaluasi
Lakukan evaluasi terhadap bahan kimia yang dipertimbangkan sudah menjadi timbulan
limbah, kondisi secara fisik apakah merupakan senyawa tunggal atau campuran, masuk
kedalam kategori limbah B3 atau tidak. Upaya yang dilakukan dalam rangka
pembuangan limbah berbahaya tersebut adalah sebagai berikut :
1) Identifikasi penamaan tempat penampung limbah (labelling of waste container)
2) Tempat penampung limbah mutlak harus diberi identifikasi LIMBAH
BERBAHAYA untuk menghindari terjadinya salah pengelolaan
3) Kumpulkan timbulan limbah bahan kimia kadaluarsa
4) Kontainer tempat penyimpanan limbah bahan kimia kadaluarsa harus memiliki tutup
yang baik dan dilengkapi dengan label tentang informasi karakteristik limbah yang
tersimpan untuk kemudian diletakkan dJika semua bahan kadaluarsa telah dimasukkan
kedalam kemasan yang baik, letakkan kedalam drum atau tong dengan mengikuti tata
cara berikut :
Drum yang dipakai adalah drum dengan volume cukup besar dan memiki tutup yang baik
serta untuk penyimpanan bahan padatan masukkan kedalam drum pasir kwarsa atau butiran
vermikulit untuk mencegah guncangan selama tranportasi atau pemindahan ke tempat
penampungan sementara tempat terpisah.
a. Lengkapi form pembuangan limbah bahan B3 dengan informasi mengenai nama,
kandungan, tanggal dibuang serta sifat karakteristik bahan kimia B3 tersebut.
b. Labelling

Langkah terakhir dan yang paling menentukan adalah pemberian label informasi
mengenai isi drum sebab tanpa label maka akan dapat terjadi kesalahan penanganan dan
penyimpanan.
2. Pengelolaan limbah berbahaya
Limbah berbahaya dikumpulkan dalam wadah khusus, mematuhi aturan yang berlaku
(misalnya: Ordinance on the Hazardous Substances, juga lihat: Legal Conditions for the
Handling of Hazardous Substances and Technical Guidelines on Safety in Chemical
Laboratory Courses). Tipe limbah yang berbeda sebaiknya tidak dicampur menjadi satu.
Untuk setiap tipe limbah digunakan wadah khusus, yang telah diberikan oleh universitas
untuk pengumpulan. Wadah ini akan dikembalikan ke gudang penyimpanan limbah. Wadah
tersebut tidak boleh diisi lebih dari 90% (untuk menghindari tumpahan selama
pengangkutan) dan harus ditutup rapat serta diberi label dengan benar. Jika tidak, perusahaan
penanganan limbah tidak diijinkan untuk menerimanya. Wadah yang rusak, bocor atau
terkontaminasi dengan senyawa berbahaya juga tidak dapat diterima.
Aturan umum untuk penanganan limbah berbahaya adalah menghindari resiko yang
membahayakan terhadap manusia dan lingkungan baik selama penyimpanan, pengangkutan
dan pembuangan bahan-bahan tersebut. Adapun langkah- langkahnya antara lain :
a. Identifikasi penamaan tempat penampung limbah (labelling of waste container)
b. Tempat penampung limbah mutlak harus diberi identifikasi LIMBAH BERBAHAYA
untuk menghindari terjadinya salah pengelolaan
c. Pencantuman jenis dan karakteristik limbah sangat membantu pekerja didalam
melakukan segregasi kemasan limbah berbahaya
d. Kemasan yang tepat (proper container)
e. Tempat kemasan/botol penyimpanan limbah berbahaya diupayakan sejenis dengan asal
limbah tersebut atau dapat dipakai botol yang memiliki kapasitas 4-5 liter dengan tutup
yang masih berfungsi dengan sempurna
f. Penyimpanan berdasarkan karakteristik limbah berbahaya (storage, compability & safety)
untuk mencegah kontaminasi dengan substansi lain
g. Tidak dibenarkan untuk menyimpan kemasan limbah berbahaya berada dekat dengan
saluran pembuangan (drainage, sink) atau meletakkannya berdampingan dengan limbah
berbahaya lain dari substansi yang tidak sesuai (imcompability) untuk menghindari
apabila terjadi kebocoran dan limbah tersebut dapat beraksi membentuk ledakan, nyala
atau menghasilkan racun.

Langkah berikutnya apabila telah diketahui jenis limbah laboratorium masuk kedalam
kategori tidak berbahaya maka dilanjutkan dengan melakukan segregasi terhadap limbah
tersebut dengan memisahkan antara bentuk cairan dan padatan.
Cairan bisa langsung dibuang melalui saluran pembuangan sedangkan padatan harus
ditempatkan kedalam kemasan yang diberi label sesuai dengan karakteristik limbah yang
dimiliki dan diserahkan keapda badan atau lembaga yang memiliki kewenangan kelola
limbah. Sedangkan apabila masih ada keraguan tentang sifat dan karakter limbah tersebut,
cara yang bijak adalah menetapkannya sebagai limbah berbahaya sehingga pengolahan dan
penyimpanannya mengikuti prosedur seperti diatas.
3. Pengelolaan limbah cair
Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan
kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat penting
dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor
industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri yang dibangun
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi teknologi
pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi masyarakat yang
bersangkutan.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:
a) Pengolahan secara fisika
b) Pengolahan secara kimia
c) Pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

a)

Pengolahan Secara Fisika


Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan

agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahanbahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening) merupakan cara
yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan
tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses
pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan
mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung
seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi
juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau
pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air
flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului
proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan
sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses
adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa
aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan
untuk menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan
kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah.
Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
b)

Pengolahan Secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-

partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat
organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan
bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan
tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi),
baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi
oksidasi.

Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan
elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi
netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam
berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur
misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan
hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk
hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai
krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5). Koagulasi & Flokulasi
Dalam prakteknya saat ini, teknologi pengolahan limbah cair mungkin tidak lagi
sesederhana seperti dalam uraian di atas. Namun pada prinsipnya, semua limbah yang
dihasilkan harus melalui beberapa langkah pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan atau
kembali dimanfaatkan dalam proses produksi, dimana uraian di atas dapat dijadikan sebagai
acuan.
c)

Pengolahan secara biologi


Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan

sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan biologi
dengan segala modifikasinya.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu:
1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reaktor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reaktor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang
dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam
reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya,
antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif
konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan
BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih
sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai

kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses
kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam
tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan
pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam
jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi
hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja.
Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung
dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah
banyak dikembangkan selama ini, antara lain:
1. Trickling filter
2. Cakram biologi
3. Filter terendam
4. Reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%.
Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses
ini dapat dibedakan menjadi dua jenis:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air buangan tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap
lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi
lebih ekonomis.
4. Pengelolaan limbah gas

Limbah gas yang berasal dari hasil reaksi kimia, kebocoran gas, hancuran bahan-bahan,
dan lain-lain. Lalu gas tersebut dikeluarkan melalui cerobong yang berhubungan dengan
udara luar. Dalam cerobong terjadi proses penggumpalan partikel-partikel koloid dalam
asap buangan. Proses ini menggunakan alat yang disebut pengendap Cottrel.

5. Pengelolaan secara umum


a. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan
yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and
storage, serta oil separation.
b. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical
addition and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
c. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan
yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic
lagoon, tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological
contactor, serta anaerobic contactor and filter.
d. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
e. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya
kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure
filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration,
atau landfill.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi Di Laboratorium Kimia UNP


1. Pengelolan Limbah Padat
Botol- botol zat bekas dibuang begitu sajatanpa ada proses yang seharusnya.

Seharusnya limbah padat dibakar dalam insenerator

2.

Pengelolaan limbah cair


Cairan hasil praktikum langsung dibawa kewastafel, tanpa dilakukan penentuan zat yang
dibuang.

Saluran dari wastafel masuk ke dalam tangki yang berada dalam tanah

Lalu zat cair yang berada dalam tangki bawah tanah dinaikkan ke sumur pengendapan
menggunakan mesin pompa air

Dalam sumur pengendapan terjadi proses fisika yaitu proses pengendapan. Partikel yang
lebih berat akan mengendap terlebih dahulu. Jika sumur yang paling atas telah penuh,
maka cairan tersebut akan masuk ke sumur yang letaknya lebih rendah, hal ini berlanjut
hingga sumur paling rendah.

Tapi proses ini tidak berjalan lagi sejak terjadinya gempa karena instalasi
penampungannya pecah. Terlihat cairan didalamnya bewarna hitam

Setelah proses fisika, cairan yang telah terpisahkan dari padatan-padatannya dialirkan ke
kolam penampungan sebelum di alirkan ke lingkungan sekitar. Tidak jelas secara pasti
proses apa yang terjadi pada kolam penampungan ini. Cairan yang dihasilkan bewarna
hijau

Setelah dari kolam ini, cairan mengalir begitu saja ke kali yang berada disampingnya

Limbah juga ada yang diletakkan dibotol- botol tanpa persyaratan tertentu

3.

Pengelolaan limbah gas


Cuma ada satu fume hood yang lebih baik diantara laboratorium yang ada di universitas
negeri padang, yaitu di laboratorium penelitian. Tapi fume hood ini tidak berfungsi secara
optimal, karena tidak mampu menghisap tissu yang kami letakkan dekat cerobong
penghisap

Asap dari fume hood akan keluar melalui pipa ini. Tapi tidak ada pengelolaan limbah gas
ini.

B. Pengolahan limbah laboratorium yang sesuai dengan standar internasional

Pengolahan limbah di Kansas State University


Limbah dikumpulkan dalam drum-drum yang telah dilengkapi dengan label. Limbah
sebelum diolah terlebih dahulu diidentifikasi jenis dan sifatnya dan selanjutnya disimpan
di drum-drum sesuai dengan karakteristik limbah tersebut. Tahap selanjutnya limbah akan
di bawa ke tempat pengolahan limbah yang telah memenuhi standar.

Pengolahan limbah juga harus dilengkapi dengan bak sedimentasi dimana disini akan
terjadi pengendapan secara fisika. Dibak inilah pertama kali limbah diolah .

Selanjutnya limbah akan masuk ke trikling filter, dimana zat terlarut yang ada dalam
limbah yang tidak dapat diendapkan secara fisika maka akan dipisahkan pada proses ini.

Proses pengolahan limbah secara biologi juga akan terjadi pada bak penampung tertentu
yang juga dilengkapi dengan mikroorganisme yang mampu menguraikan limbah.

Pengolahan limbah di universitas Tokyo

Pengolahan limbah di universitas tokyo dilengkapi dengan bak netralisasi, dimana limbah
yang akan dibuang ke lingkungan terlebih dahulu dinetralkan keasamannya sesuai dengan
standar tingkat keasaman limbah yang boleh dibuang ke lingkungan agar lingkungan
tidak rusak akibat limbah

.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari tinjauan pustaka dan hasil observasi yang telah dilakukan , dapat disimpulkan bahwa
laboratorium yang baik harus mempunyai manajemen pengolahan limbah laboratorium yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan agar pencemaran lingkungan akibat limbah
laboraatorium dapat di tanggulangi.
Adapun cara pengolahan air limbah yang baik harus melalui lima tahapan yaitu:
1.
Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta
oil separation.
2.
Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses
yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and
coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration.
3.
Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang
umum digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon,
tricking filter, aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta
anaerobic contactor and filter.
4.
Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane
separation, serta thickening gravity or flotation.

5.

Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)


Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya

kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration,
vacuum filtration, centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
Limbah yang dihasilkan dari laboratotium juga harus diidentifikasi dan di
kelompokkan berdasarkan jenis dan sifatnya. Limbah juga harus disimpan atau
dikumpulkan dalam wadah yang dibuat khusus untuk penyimpanan limbah.
B. SARAN
Dari penulisan makalah ini, penulis harapkan kepada pembaca umumnya dan penulis
khususnya agar adanya perubahan kearah yang lebih baik dalam bidang penglolaan limbah di
laboratorium universitas negeri Padang. Pipa pipa yang mengalirkan limbah ke tangki
pembuangan ada juga yang tidak berfungsi dengan baik,Tanki- tanki untuk sedimentasi tidak
hanya sebabai pajangan. Tetapi benar- benar di fungsikan dengan baik.
Pengetahuan untuk pengelolaan limbah laboratorium tidak hanya harus dimiliki oleh
mahasiswa tetapi yang sangat penting pengetahuan tersebut dimiliki oleh laboran dan semua
pihak yang terlibat dalam proses praktikum tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
http/google.com. Definisi Limbah B3 dan Langkah-langkah pengolahannya. Padang/27 april
2011.
Said, Muhammad.2009. Jurnal penelitian sains edisi desember Pengolahan Air Limbah
Laboratorium dengan Menggunakan Koagulan Alum Sulfat dan PAC. Palembanng:
Universitas Sriwijaya.
http://www.pkplk-plb.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10141
http://linaayurizki.blogspot.com/2011/04/penanggulangan-limbah.html
http://www.ehs.utoronto.ca/resources/wmindex/wm5_2.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Limbah

Anda mungkin juga menyukai