OLEH
KELOMPOK 4 :
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah dapat menyelesaikan makalah “Konsep K3 dalam
Melakukan Praktek Bakteriologi dan Konsep Good Laboratory Practices dalam
Praktek di Laboratorium” tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Bakteriologi prodi
D4 jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Surabaya yang harus dipenuhi untuk
memperoleh nilai mata kuliah Bakteriologi. Berbagai kendala yang dialami
penulis dalam penyusunan makalah ini, namun semua itu dapat teratasi berkat
bimbingan dan tuntunan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata
penulis mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
Daftar Pustaka ............................................................................................. 57
iii
BAB I
PENDAHULUAN
terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia. Selain itu, peralatan yang ada
di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko
tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui
cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Selain bersumber dari
kasat mata yang terdapat dalam sampel pasien maupun yang terdapat di ruangan
secara lengkap dan tidak mengerjakan pemeriksaan dengan benar maka besar
keselamatan dan bahaya kerja dilaboratorium serta pemahaman tentang tata cara
melakukan praktikum di laboratorium yang baik dan benar. Telah banyak terjadi
kecelakaan ataupun menderita luka baik yang bersifat luka permanen, luka ringan,
1
praktikum yang sangat mahal harganya. Semua kejadian ataupun kecelakaan kerja
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya. Sedangkan
kerja.
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
Kesehatan Swasta.
2
pemantauan hasil pengobatan. Oleh karena itu hasil pemeriksaan laboratorium
Practice).
Testing Board No.144, 21st March 1973. Selanjutnya Amerika Serikat melalui
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1976 juga menetapkan
peraturan tentang GLP tersebut tertuang dalam Food and Drug Administration
Practice 19th November 1976 kemudian diterbitkan sebagai Food and Drug
tegas.
3
dimonitor, direkam, dan dilaporkan sesuai dengan persyaratan kesehatan dan
atau kesalahan yang mungkin timbul sehingga dapat menghasilkan data yang
tepat, akurat dan tak terbantahkan yang pada akhirnya dapat dipertahankan secara
ilmiah maupun secara hukum. Dari definisi tersebut GLP adalah suatu alat
dan menjaga mutu data hasil uji. Sebagai alat manajemen GLP bukan merupakan
mencapai mutu data pengujian yang konsisten. Sebagai alat manajemen, GLP
bukan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan ilmiah namun hanya merupakan
pelengkap dalam praktek berlaboratorium untuk mencapai mutu data hasil uji
yang konsisten.
4
11. Bagaimana Good Laboratory Practice di laboratorium bakteriologi ?
Surabaya ?
Ngagel Surabaya
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah “upaya perlindungan untuk tenaga kerja
dan orang lain di tempat kerja agar selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta
agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.”
kerja dari segala aspek yang berpotensi membahayakan dan sumber yang
kecelakaan dan penserasian peralatan kerja, dan karakteristik pekerja serta orang
fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi sehingga menciptakan
tempat kerja yang terjadi secara kebetulan tetapi karena ada alasan-alasan yang
sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai suasana lingkungan kerja yang aman,
sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial,
6
Tujuan kesehatan kerja adalah:
jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk
7
- Dekontaminasi permukaan meja kerja dengan ddesinfektan yang sesuai
sisa specimen
pentingnya perencanaan yang tepat, pakaian kerja yang tepat, penggunaan alat-
8
alat perlindungan diri, pengaturan warna, tanda-tanda petunjuk, label-label,
tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan
lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana
lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja
1. Ventilasi
2. Wastafel
3. Meja kerja
4. Emergency Alarm
1. Jas laboratorium
a. Nyaman dipakai
c. Berwarna Terang/putih
9
d. Berkancing(Non Resleting)
e. Panjang jas sampai lutut dan dengan lengan sampai pergelangan tangan
2. Masker
3. Autoclave
5. Inkubator
6. Sepatu laboratorium
Sepatu Latex/Karet
Tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik extra pada permukaan
licin.
Sepatu Buthyl
basa.
Sepatu Vinyl
Tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas dan darah.
Sepatu Nitrile
tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh
manusia dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual
10
Ribuan bahkan jutaan kuman yang tidak kasat mata ada disekitar kita.
Sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau, kita akan melakukan kontak atau
bahkan impossible untuk terhindar sama sekali (steril).Karena itulah, kapan saja di
saat kondisi badan lemah terutama anak-anak, sistem pertahan tubuh (immunitas)
dalam tubuh tanpa kita sadari, baik melalui makanan dan minuman, setelah
bekerja, bermain ataupun keluar dari kamar kecil. Yang pada akhirnya kita akan
jatuh sakit.
Digosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan, sehingga menghasikan
busa secukupnya selama 30-60 detik. Lakukan gerakan 6 langkah cuci tangan
yang baik dan benar. Pertama-tama gosokkan sabun di kedua telapak tangan,
kemudian gosok kedua punggung tangan secara beegantian. Setelah itu bersihkan
sela jari, kemudian tangan saling mengait. Lalu bersihkan ibu jari kedua tangan.
Terakhir kuncupkan ujung jari lalu bersihkan dengan menggosokkan ujung jari
tangan kanan pada telapak tangan kiri dan sebaliknya ujung jari tangan kiri pada
11
2.5.Cara Menggunakan Alat-Alat di Laboratorium Bakteriologi
pipet
kontaminasi
5. Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai tetes
terakhir
6. Gunakan kapas yang telah diberi desinfektan bila ada tetesan cairan yang
7. Rendap pipet habis pakai dalam wadah berisi desinfektan. Biarkan 18-24
Pembukaan wadah botol atau cawan petri dan tabung biakan dari bahan
yang memiliki potensi terinfeksi tapi dengan risiko yang tidak terlihat yang
menimbulkan aerosol atau kontaminasi pada kulit atau daerah kerja. Yang
paling sering terjadi dalam pembukaan wadah adalah ditempat kerja dengan
membuka tutup wadah karena bila tidak hati-hati, bahan terinfeksi yang ada
dalam wadah dapat menularkan secara langsung atau jatuh ke tempat kerja.
12
Berbagai pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko
1. Buka tutup wadah di tempat kerja dengan hati-hati agar isi dalam wadah
3. Hindari aerosol
4. Spesimen yang bocor atau pecah hanya boleh dibuka di dalam safety
cabinet
2. Buang ampul, tabung, botol dan wadah lainnya yang pecah selama
disimpan . Gunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal
3. Semua wadah yang disimpan harus diberi label yang jelas berisi nama
bahan, tanggal disimpan dan nama petugas yang menyimpan. Wadah yang
4. Cairan yang mudah terbakar tidak boleh disimpan dalam lemari pendingin
Ampul yang berisi bahan infeksi yang disimpan dalam bentuk liofilisat
harus dibuka dengan hati-hati. Bahan didalam ampul berada dalam tekanan
13
yang rendah dan jika dibuka dengan tiba-tiba sebagian dapat menyebarkan
udara. Ampul harus selalu dibuka dalam cabinet kemasan biologis. Dianjurkan
2. Beri tanda pada bagian ampul dekat sumbat kapas atau selulose
3. Tempelkan batang yang membara pada dinding ampul yang telah dibri
5. Jika masih ada sumbat diatas bahan , lepaskan dengan forsep steril
laboratorium
14
e. Wadah tempat pengambilan sampel harus steril untuk pemeriksaan
kultur
g. Wadah diletakkan pada baki khusus yang terbuat dari logam atau
laboratorium
setiap hari
15
d. Juka specimen bocor/tumpah diatas baki, dekontamnasi baki dan
specimen atau media secara steril dan buang jarum suntik pada
BAHAYA INFEKSI
kain kasa
16
c. Kaca dan benda tajam
mengambil darah
e. Peralatan Otomatis
pembuangan limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik, yang lebih dikenal dengan sampah, yang kehadirannya
pada suatu saatdan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis.Ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
17
Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan
laboratorium.Limbah ini memiliki sifat khas yang berbeda dengan limbah yang
yang sangat tinggi walaupun dari setiap macambahan yang dibuang tersebut
B3 yang sangat bervariasi dengan konsentrasi yang relatif tinggi.Oleh karena itu,
4. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah
diautoklaf
Penggolongan limbah:
a. Limbah padat
b. Limbah cair
c. Limbah gas
2. Berdasarkan Klasifikasinya
18
d. Garam dalam larutan: lakukan penyesuaian kandungan kemasan pada pH 6
–8
i. Padatan anorganik
Limbah bakteriologis/infeksius
Limbah radioaktif
Limbah umum
berada dalam limbah tersebut. Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat
limbah, yaitu:
1) Netralisasi
Limbah yang bersifat asam dinetralkan dengan basa seperti kapur tohor,
sebagai indikator dapat digunakan Phenol Phtalein (PP). Zat ini akan
19
berubah pada pH 6-8 sehingga cukup aman digunakan jika pH
3) Reduksi-Oksidasi
Terhadap zat organik toksik dalam limbah dapat dilakukan reaksi reduksi
4) Penukaran Ion
Ion logam berat nikel, Ni dapat diserap oleh kation, sedangkan anion
20
4) Metode Insinerasi (Pembakaran): memusnahkan limbah dengan cara
c. Limbah Radioaktif
1) Bentuk : cair, padat dan gas, tinggi-rendahnya tingkat radiasi sinar gamma
d. Limbah umum
resiko yang sering terjadi sebagai penyebab penularan utama petugas pemeriksa
21
1. Perlindungan petugas pemeriksa
- Batasi kontaminasi
- Dekontaminasi karyawan
2. Dekontaminasi kulit
merusak kulit
3. Dekontaminasi mata
mencegah penyebaran kontaminasi dari satu area ke area lain . tersedia eye
washer
4. Dekontaminasi pakaian
pada wadah tertentu dengan label infeksius. Harus dipindahkan dari lokasi
Bebaskan area tumpahan dan beri tanda. Basahi semua daerah kerja yang
sarung tangan . Harus ada Spill kit yang isinya lengkap dan termonitor
Terdapat kotak P3K yang lengkap harus tersedia di laboratorium dan diletakkan di
22
tempat yang diketahui oleh semua karyawan laboratorium yang disertai panduan
pertolongan K3. Tersedia tabung pemadam api yang termonitor, eye washer, dan
dan sesudah digunakan. Dapat dengan etanol 70% atau klorin 10%
6) Gunakan jas praktikum saat bekerja. Menggunakan jas lab atau kemeja lengan
panjang yang kancingnya tertutup. Pakainan tersebut (jas Lab) harus menutupi
7) Hindari luka/tertusuk pada saat bekerja (lakukan segala sesuatu dengan hati-
hati)
23
10) Cuci tangan dengan sabun disinfektan ketika masuk ke laboratorium dan
11) Jangan menaruh apapun di mulut anda seperti pensil, pena, label, atau jari.
dengan desinfektan yang tepat secara rutin, dan terutama setelah tumpahan,
14) Menyediakan tempat tersendiri untuk peralatan yang digunakan dan telah
16) Jaga ruang kerja bebas dari semua bahan yang tidak perlu. Ransel, dompet,
dan mantel harus ditempatkan dalam rak-rak kecil atau loker diluar
laboratorium
18) Kencangkan tutup pada reagen, botol larutan, dan kultur bakteri. Jangan
benar-benar diperlukan.
19) Inokulasi loop dan jarum (ose) harus disterilkan dalam api (pembakar) bunsen
sebelum disimpan.
20) Jika menggunakan bunsen dengan bahan bakar spiritus atau alkohol, pastikan
selesai digunakan.
24
21) Perlakukan semua mikroorganisme sebagai patogen potensial. Gunakan
peralatan dan alat pelindung diri yang tepat dan tidak membawa kultur keluar
dari laboratorium.
sebagai berikut :
ini dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan ternak, namun pada
25
4) Kelompok ini merupakan kelompok yang mempunyai risiko tinggi baik
patogen ini dapat menimbulkan penyakit genus dan sangat menular baik
1.) Perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good Planning and execution)
dari substansi, bahan, atau produk untuk keperluan pengujian dari sampel yang
sampel adalah :
26
Frekuensi pengambilan sampel
Keselamatan kerja
dalam pengambilan sampel serta telah ditunjuk atau mewakili laboratorium yang
bersangkutan.
perangkat keras dan perangkat lunak, harus dilindungi dari penyetelan atau
dan perangkat lunak yang digunakan untuk pengujian harus sesuai dengan tugas
dan ruang lingkup pengujian, mampu mencapai akurasi yang disyaratkan, serta
27
Peralatan dan instrument yang tersedia harus diinspeksi secara periodik,
dijaga kebersihan, distel dan dikalibrasi sesuai dengan standar. Peralatan dan
instrumentasi harus dioperasikan oleh personel yang ahli, terlatih dan ditunjuk.
Semua instruksi cara operasi setiap peralatan harus tersedia di tempat. Catatan
Bukti bahwa suatu peralatan tertentu menghasilkan data analisa atau test
yang sesuai standar dan memadai untuk kontrak atau peraturan. Semua peralatan
ukur dan instrumentasi harus terlebih dahulu dikalibrasi sebelum digunakan dan
standar. Jika laboratorium menggunakan pelayanan kalibrasi oleh pihak luar ada
kalibrasi
kompetensinya
28
Standar banding (Certified Reference Materials/SRMs) yang dipakai dalam
analisa SRM.
Selang waktu antar kalibrasi harus sesuai dengan standar nasional atau
internasional. Apabila standar tidak ada, peralatan dikalibrasi pada interval sesuai
tujuan standar. Untuk peralatan yang didasarkan pada perbandingan dan bahan
(accuracy) hasil analisa. Catatan tentang kalibrasi peralatan harus ada dan
Rekaman data hasil uji, pemrosesan, serta penerbitan laporan hasil uji merupakan
unsur yang sangat penting dalam keseluruhan proses pengujian. Rekaman dapat
berupa hard copy atau media elektronik. Seluruh rekaman data yang berhubungan
dengan cepat sampai batas waktu yang ditentukan. Selain itu, rekaman tersebut
harus disimpan pada lokasi yang memadai untuk mencegah kerusakan, kehilangan
29
dan harus dijamin aman serta rahasia. Biasanya rekaman disimpan selama 5 tahun,
Pengamatan, pencatatan data dan perhitungan harus direkam pada saat pengujian
meghilangkan data aslinya, sehingga membuat tidak dapat terbaca. Cara yang
benar adalah : nilai yang salah dicoret, dan nilai yang benar ditulis disampingnya.
Karena itu, perlu dihindari penggunaan pensil yang mudah dihapus untuk
30
rekaman harus ditandatangani atau diparaf oleh orang yang melakukan koreksi.
Tindakan serupa harus dilakukan pada rekaman yang disimpan secara elektronik
6.) Praktek menjaga akomodasi dan lingkungan kerja yang baik (Good
lokasi dan sistem pengendalian yang memadai agar dapat memenuhi tugas dan
fungsi laboratorium. Desain yang tidak tepat dan fasilitas laboratorium yang
kurang terawat dapat mengurangi mutu data hasil uji dan atau kalibrasi,
laboratorium yang baik, selain untuk mencapai keabsahan mutu data juga dapat
menghasilkan data yang tepat, akurat dan tak terbantahkan, yang pada akhirnya
laboratorium adalah :
Personel
Peralatan
Ketertelusuran pengukuran
31
Pengambilan sampel uji
Penanganan sampel yang akan diuji dan barang yang akan dikalibrasi
A. Organisasi Laboratorium
sesuai dengan GLP diperlukan suatu organisasi dan manajemen dengan uraian
yang jelas mengenai susunan, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta wewenang
kewenangan, ruang lingkup tanggung jawab, uraian kerja serta hubungan timbal
tanggung jawab dan wewenang untuk meyakinkan bahwa sistem manajemen mutu
diterapkan dan diikuti sepanjang waktu. Manajer mutu tersebut harus dapat
atas seluruh operasional teknis serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan
32
untuk meyakinkan bahwa operasional laboratorium telah memenuhi persyaratan
mutu.
B. Personel
laboratorium. Program pelatihan harus relevan dengan tugas sekarang dan tugas
masa depan yang diantisipasi oleh laboratorium. Harus ada catatan atau data
tentang kualifikasi, pengalaman dan latihan yang dipunyai oleh setiap personel.
dalam bentuk pengarahan oleh personel senior yang berwenang terhadap personel
in house training untuk seluruh atau sebagian personel lama, didasarkan atas
luar dalam suatu program pelatihan. Training tersebut biasanya diikuti oleh
33
personel yang kompeten sehingga dapat memberikan pengetahuan yang didapat
kepada personel lain. Pelatihan jenis ini dikenal dengan istilah training of trainer.
menggunakan metode dan prosedur yang tepat untuk semua jenis pengujian yang
transportasi
penyimpanan
spesifikasi yang telah diakui serta berisi informasi yang cukup dan ringkas tentang
dokumentasi untuk tahapan metode atau detail informasi perlu dilakukan. Hal-hal
34
semua metode tersebut harus dipelihara kemutakhirannya dan tersedia untuk
C. Validasi Metode
konfirmasi dengan cara menguji suatu metode dan melengkapi bukti-bukti yang
sesuai tujuan tertentu. Dengan kata lain, validasi metode merupakan proses
kondisi akomodasi dan lingkungan, sampel /barang, dan waktu yang semuanya
penyimpangan yang tidak dapat dihindari dari suatu metode pada kondisi normal
35
dimana seluruh elemen terkait telah dilaksanakan dengan baik dan benar. Dalam
metode non-standar
metode standar yang digunakan di luar ruang lingkup (rentang) yang ditentukan
kepentingan laboratorium
kepentingan pelanggan
laboratorium harus mencatat hasil yang diperoleh, prosedur yang digunakan untuk
validasi, dan suatu pernyataan bahwa metode sesuai dengan penggunaan yang
dimaksud.
diharuskan dalam kondisi steril baik media maupun semua peralatan yang
digunakan serta lingkungan dan meja kerja harus bersih untuk mengurangi
36
A. Sterilisasi
atas dasar sifat-sifat biakan murni dari spesies tersebut. Untuk mendapatkan
banyak cara yaitu secara fisika (misalnya dengan pemanasan, penyinaran) secara
penyaringan). Cara sterilisasi yang dipakai tergantung pada macam dan sifat alat
atau bahan yang akan disterilisasi (misalnya ketahanan terhadap panas, bentuk
1. Persiapan Sterilisasi
aquabides
37
2. Alat-alat gelas bekas pakai
2% semalam
aquabides
kering ( oven)
sabun semalam
semalam
aquabides
4. Peralatan Lain
Alat-alat plastik :
aquadest
38
c. Dikeringkan dan siap disteriisasi dengan autoclave atau sinar
ultraviolet
B. Cara-cara Sterilisasi
1. Secara Fisika
Cara ini dipakai untuk sterilisasi alat-alat yang tidak rusak oleh
Sterilisasi bertingkat
1. Tyndalisasi:
39
Cara ini untuk membebaskan media/bahan dari bakteri
2. Pasteurisasi
40
e. Sterilisasi dengan air mendidih
Yang dapat disteril dengan cara ini adalah alat-alat yang tidak
kaca dll.
2. Secara Kimia
3. Secara Mekanik
(misalnya serum darah, toksin dll) atau yang relative tidak tahan panas
41
tinggi (misalnya media yang mengandung gula), larutan buffer,
natrium bikarbonat.
600 atm. Untuk mematikan bakteri perlu 6000 atm, sedangkan untuk
C. Alat-alat Sterilisasi
3. Autoclaf
B. Desinfeksi
dengan bahan kimia. Desinfeksi dengan bahan kimia biasanya digunakan pada
alat-alat yang sensitif/tidak tahan panas. Bahan kimia yang umum digunakan
A. Jenis-jenis desinfeksi
42
- Sputum : Cresol ( pH) 5% 1:1 4 jam
B. Sifat-sifat desinfektan
1. Natrium hypochlorite
mikroorganisme
2. Formaldehid
(70%).
43
4. Yodium
dalam etil alcohol dapat membunuh spora dan dapat digunakan untuk
mencuci tangan.
5. Alkohol
6. Glutaraldehid
C. Dekontaminasi
D. Teknik Pewarnaan
yang paling banyak digunakan adalah karbol fuchsin, metilen biru, gentian violet
dan sapranin.
44
Pada pewarnaan tertentu misalnya pewarnaan Gram dapat digunakan
sebagai petunjuk awal dari identifikasi bakteri dalam penentuan genus sampai
spesiaes bakteri dengan melihat bentuk dan warna, flagella, spora dan kapsul
bakteri. Untuk menyiapkan bakteri agar dapat diwarnai, dibuat sediaan di atas
kaca obyek dan biasanya dinamakan pulasan. Pulasan ini dikeringkan pada suhu
kamar dan bakteri dapat difiksasi dengan jalan pemanasan di atas nyala api.
Setelah dingin pulasan dapat diwarnai dengan zat warna tertentu sesuai dengan
A. Macam-macam pewarnaan
2. Pewarnaan Gram
3. Pewarnaan Alberts
4. Pewarnaan Neisser
5. Pewarnaan ZN
lar.metylen blue
7. Pewarnaan Spora
45
E. Media dan Reagen
siap jadi dan saat digunakan. Mutu dari media dan reagen ditentukan sejak stok
pembuatan, untuk itu diperlukan uji kualitas dari masing-masing bahan seelah jadi
dengan bakteri standart, misalnya standart ATCC. Untuk penyimpanan stok media
diperhatikan suhu ruangan atau lemari pedingin yang sesuai dengan petunjuk suhu
5. PH tidak sesuai
1. Terjadi kekeruhan/pengendapan
46
A. Jenis-jenis Media
nutrient, infusion broth, air pepton, Cooked meat broth, Fusion broth,
2. Media Enriched
darah, agar coklat, lofler medium, Agar serum, Glukose broth, glycerol
3. Media Enrichment
Merupakan media cair yang berisi bahan kimia yang dapat menghambat
diperoleh melalui sub kultur pada media padat. Contoh media enrichment
adalah selenite yang digunakan untuk isolasi prime dari bakteri enterik.
4. Differential media
47
penampilan/gambaran koloni yang special dalam kultur, Misalnya : agar
Mac Conkey, yang mengandung laktosa sebagai substrat dan merah netral
asam dan akan merubah warna indicator dan koloni akan berubah menjadi
5. Media Selektif
agar darah terulit untuk C.difhteriae, Bile agar, garmac conkey, mannitol
6. Media Transport
48
2.12. SOP Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Pramita Cabang Ngagel Surabaya
Mulai
Identifikasi Risiko
Kebijakan K3
Perencanaan K3
Sosialisasi Program
K3
Kebijakan K3
Program Kerja
K3
Pelaksanaan Program
Bentuk TIM K3
Incident?
Tidak
Dokumen Program Kerja K3 Ya
Program Kerja
K3 Identifikasi
Masalah
Berat Ringan/Berat ?
Verifikasi
Tidak
Ringan
Membuat Laporan kejadian
Sudah Sesuai?
Penanganan
Incident
YA
Rekap Kejadian
Persetujuan
Laporan Program K3
Laporan Program K3
Selesai
Tindakan Koreksi
Usulan Program Selanjutnya & Pencegahan
49
1. Tujuan & Ruang Prosedur tetap ini ditujukan untuk menjelaskan pedoman baku
Lingkup pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) agar didapatkan
kenyamanan dan keselamatan dalam bekerja.
50
4. Pengertian a. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada saat
atau akibat melakukan aktivitas pekerjaan
b. TIM 3 adalah Tim yang terdiri dari beberapa unit kerja yang
bertugas sebagai koordinator/leader pelaksanaan K3 dan
penanganan kecelakaan kerja.
c. Identifikasi adalah pengenalan risiko bahaya dan risiko
kesehatan di tempat kerja dengan cara melihat dan mengenal
risiko lingkungan kerja (walk through survey)
d. Perencanaan adalah analisa situasi kesehatan dan
keselamatan kerja, identifikasi masalah dan alternative upaya
penanggulanggannya.
e. Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan,
bilamana pada saat itu sedikit saja ada perubahan maka dapat
mengakibatkan terjadinya accident/ celaka
f. Accident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan
berakibat cedera pada manusia, kerusakan barang, gangguan
terhadap pekerjaan dan pencemaran lingkungan
g. Incident ringan adalah incident/kejadian yang dapat langsung
ditangani oleh pekerja (contoh: reagen tumpah, sampel
tumpah)
h. Incident berat adalah incident/kejadian yang tidak dapat
langsung ditangani oleh pekerja dan memerlukan investigasi
dan evaluasi lebih lanjut (contoh : tertusuk jarum, tersengat
arus listrik, terpapar bahan kimia berbahaya, kecelakaan lalu
lintas, terpeleset)
7. Dokumen Terkait 1.4 Intruksi Kerja Penggunaan Alat Pelindung Kerja (SDM.14-IKA-PP-
03.2/01)
1.5 Intruksi Kerja Pedoman Umum Upaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Laboratorium (SDM.14-IKA-PP-03.2/02)
1.6 Instruksi Kerja Keselamatan Radiologi (SDM.14-IKA-PP-03.2/03)
1.7 Instruksi Kerja Pengenalan Terhadap Tanda-Tanda
Bahaya/Keselamatan Kerja (SDM.14-IKA-PP-03.2/04)
1.8 Instruksi Kerja Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko Kesehatan
dan Kecelakaan Kerja (SDM.14-IKA-PP-03.2/05)
51
1.9 Instruksi Kerja Penggunaan Desinfektan (SDM.14-IKA-PP-03.2/06)
1.10 Instruksi Kerja Perencanan dan Pelaksanaan Rencana K3
(SDM.14-IKA-PP-03.2/07)
1.11 Instruksi Kerja Penanganan Kebakaran (SDM.14-IKA-PP-03.2/08)
1.12 Instruksi Kerja Penanganan Kecelakaan Kerja (SDM.14-IKA-PP-
03.2/09)
1.13 Intruksi Kerja Evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SDM.14-IKA-PP-03.2/10)
1.14 IKA Pengelolaan limbah (SDM.01-IK-PP-03.2/11)
1.15 Formulir Program Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(SDM.14-FRM-PP-03.2/1)
1.16 Formulir Laporan Pelaksanaan K3 (SDM.14-FRM-PP-03.2/2)
1.17 Formulir Identifikasi Bahaya dan Risiko Kesehatan dan
Kecelakaan Kerja (SDM.14-FRM-PP-03.2/3)
8. Prosedur
8.1 Kepala Cabang 8.1.1 Kepala Cabang menetapkan kebijakan K3 berdasarkan dari hasil
tinjuan awal kondisi K3 berdasarkan adanya kelebihan,
kekurangan, peluang, dan ancaman.
8.1.2 Kepala Cabang menetapkan Tim K3
8.2 Tim K3 8.2.1 Melakukan identifikasi risiko bahaya yang ada di tempat kerja
mulai dari alur proses, bahan kimia yang dipergunakan, limbah
yang dihasilkan, efek kesehatan dan perkiraan petugas yang
potensial terpapar
8.2.2 Melalukan penilaian bahaya dan risiko yang didapatkan pada
saat melakukan identifikasi bahaya dan risiko
8.2.3 Membuat perencanaan program K3 dan meminta persetujuan
kepada Kepala Cabang, jika perencanaan disetujui dilanjutkan
dengan pembuatan program kerja K3, jika tidak melakukan
revisi perencanaan,
8.2.4 Program kerja yang telah disetujui disosialisasikan ke semua unit
terkait.
8.3 Unit Kerja 8.3.1 Setelah mendapatkan sosialisasi program kerja K3 dari Tim K3,
unit kerja melaksanakan semua program kerja yang telah
ditetapkan
8.3.2 Apabila terjadi incident, melakukan identifikasi masalah.
Apabila masalah ringan penanganan dalat dilakukan oleh unit
kerja terkait,
8.3.3 Unit kerja membuat laporan kejadian, dan disampaikan kepada
Tim K3
8.3.4 Apabila incident berat, maka penangangan dilakukan langsung
oleh Tim K3
52
kepada Kepala Cabang, sekaligus membuat ususlan untuk
program kerja tahun berikutnya, apabila ada masalah atau
potensi masalah diperlukan tindakan korekstif dan pencegahan.
8.4.6 Selesai
9. Catatan -
53
Gunakan alat pelindung muka/mata jika terdapat risiko
percikan bahan infeksi saat bekerja
3.4 Cara mecegah tertusuk bahan infeksius
Bekerja dengan hati hati
Mempergunakan jarum suntik sejarang mungkin
Pilih pipet pasteur yang terbuat dari plastik
3.5 Cara menggunakan Pipet dan Alat bantu pipet
Hindarkan memipet dengan mulut, selalu gunakan alat bantu
pipet
Masukkan sumbat kapas ke dalam mulut pipet untuk
mengurangi kontaminasi terhadap pipet
Jangan meniupkan udara maupun mencampur bahan
infeksius dengan cara menghisap atau meniup cairan lewat
pipet
Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan
sampai tetes terakhir
Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan,
biarkan 18 – 24 jam sebelum disterilkan
Gunakan alat khusus untuk membuka botol dengan penutup
karet
3.6 Cara menggunakan sentrifuge
Lakukan sentrifugasi sesuai dengan instruksi pabrik
Sentrifus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga
petugas laboatorium yang pendekpun dapat melihat ke
dalamnya dan menempatkan tabung sentrifuge dengan
mudah
Periksa rotor sentrifuge dan selongsong secara berkala untuk
melihat tanda korosi atau keretakan
Gunakan air untuk penyeimbang, jangan NaCl atau
hipoklorit karena bersifat korosif
Setelah dipakai simpan selongsong dalam posisi terbalik agar
cairan penyeimbang dapat mengalir ke luar
Cara sentrifugasi yang benar adalah menggunakan tabung
yang tertutup rapat
54
BAB III
3.1. Kesimpulan
resiko yang terdapat disana yang bisa terlihat dampaknya sekaligus dan juga bisa
dalam waktu yang panjang karena pekerjaan yang dilakukan dalam sebuah
terlihat mata secara langsung. Selain agen, peralatan, media dan reagen yang ada
di dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko
tinggi bagi petugas dan orang-orang di sekitarnya jika tidak mengetahui prosedur,
APD dan penggunaan alat, media serta reagen yang akan digunakan. Selain
sampel pasien maupun yang terdapat di ruangan laboratorium. Jika petugas tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) secara lengkap dan tidak mengerjakan
pemeriksaan dengan benar maka besar kemungkinan akan terkena atau terinfeksi
menyentuh, dan yang lainnya. Maka dari itu petugas harus bekerja sesuai Standart
Prosedur yang ada dan sesuai petunjuk buku pedoman laboratorium mikrobiologi
55
3.2 Saran
resiko secara langsung maupun tidak langsung maka sebaiknya dalam bekerja
harus :
56
DAFTAR PUSTAKA
analis.blogspot.com/2013/09/bekerja-aman-di-laboratorium.html
Kristianingrum, Denanda., Dongky Parwanto, Isnaini Putri S., Karina Dwi S.,
Kezia Lilian F., dan Khuntari Prayetno P. 2015. Makalah Kesehatan dan
Bakteriologi.http://coklatline.blogspot.com/2015/06/makalah-kesehatan-dan-
keselamatan-kerja.html
Chernecky CC & Berger BJ. 2008. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures
Depkes RI. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good Laboratory
57