Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN HASIL KEGIATAN FIELD STUDY

KESEHATAN KESELAMATAN KERJA (K3)


PT YKK ZIPPER INDONESIA
CIMANGGIS , JAWA BARAT

Disusun oleh: Kelompok


Sukmawati Eka Suhartiningsih (1710211132)
Achmad Nabil Hafidh Maftuhin (1710211133)
Ahmad Syarif Shahab (1710211135)
Maya Kartika Hadiyuni (1710211136)
Fashan Awlya Murfid S. (1710211137)
Hasna Iffah Diah Labibah (1710211138)
Geraldo Darrin (1710211139)
Dewangga Aji Rahmantama (1710211142)
Destiana Putri Nurfauziah (1710211144)
Salsabila Nanda Maharani (1710211145)
Kalmarisa Zabila Aini (1710211146)
Bianca Khairunnisah Desvany (1710211147)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah field study yang berjudul “Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada dosen mata kuliah CHOP yang banyak memberi masukan demi terwujudnya
laporan ini.
Makalah ini berisi pembahasan mengenai Kunjungan kami ke PT YKK Zipper Indonesia
dimana kami mendapatkan banyak ilmu yang bermanfaat tentang K3 ( Kesehatan Keselamatan
Kerja ) di perusahaan YKK Zipper yang notabene sudah termahsyur , Makalah ini juga
diperuntukan untuk memenuhi kewajiban mahasiswa tingkat 3 FK UPN Veteran Jakarta untuk
memenuhi Nilai CHOP.

Kami mohon maaf apabila di dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan. Kami
sadar masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun agar dapat menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 22 November 2019

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah Field Study diajukan oleh : Kelomp


Nama :
1. Sukmawati Eka Suhartiningsih (1710211132)
2. Achmad Nabil Hafidh Maftuhin (1710211133)
3. Ahmad Syarif Shahab (1710211135)
4. Maya Kartika Hadiyuni (1710211136)
5. Fashan Awlya Murfid (1710211137)
6. Hasna Iffah Diah Labibah (1710211138)
7. Geraldo Darrin (1710211139)
8. Dewangga Aji Rahmantama (1710211142)
9. Destiana Putri Nurfauziah (1710211144)
10. Salsabila Nanda Maharani (1710211145)
11. Kalmarisa Zabila Aini (1710211146)
12. Bianca Khairunnisah Desvany (1710211147)

Program studi : Kedokteran


Jenjang : Strata Satu (S1)
Judul Makalah :
Tanggal :
Tempat : PT YKK

Tulisan makalah ini mendapat persetujuan dari :

Dosen Pembimbing

drg. Nunuk Nugrohowati, MS

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan...........................................................................1
1.3 Tujuan Kegiatan ...................................................................................................2
1.4 Manfaat Kegiatan .................................................................................................3

BAB 2 : LANDASAN TEORI


2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja........................................................................4
2.2 Sistem Manajemen Kesehatan Kerja ....................................................................9
2.3 Kecelakaan Kerja ..................................................................................................12
BAB 3 : HASIL KEGIATAN METODE PENELITIAN
3.1 Pengukuran dan Pengendalian ..............................................................................19
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .....................................................................................................................23
4.2 Pembahasan ..........................................................................................................28

BAB 5 : PENUTUP

5.1 Kesimpulan ...........................................................................................................30

5.2 Saran .....................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................31


LAMPIRAN ......................................................................................................................... 32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut (Depnakes: 2005), Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala daya
upaya pemikiran yang dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi dan mengurangi
terjadinya kecelakan dan dampak melalui langkah-langkah identifikasi, analisis dan
pengendalian bahaya dengan menerapkan pengendalian bahaya secara tepat dan
melaksanakan perundang- undangan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) LAPOR diartikan sebagai
sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan
manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil, makmur dansejahtera. Sedangkan ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan
kesehatan kerja diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya

Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi


pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan
produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Sebagai
calon dokter, mahasiswa harus mengetahui hal-hal terkait keselamatan dan kesehatan kerja
guna terlindungi dalam bekerja serta terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atas kondisi kerja.

1.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


1.2.1 Tempat
Field Study dilaksanakan di PT. YKK Zipper Indonesia Jl. Raya Jakarta-Bogor, Kec.
Cimanggis, Kota Jakarta Timur, Jawa Barat.

1
1.2.2 Waktu dan Kegiatan

Field Study dilaksanakan pada tanggal 4 November 2019, adapun waktu dan
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

06.30 – 07.30 Keberangkatan peserta Field Study

07.30 – 08.00 Tiba dan persiapan di PT. YKK Ziper Indonesia

08.00 – 10.00 Factory Tour dengan tema Fastening Experience

10.00 – 11.00 Tahapan pemberian materi tentang K3

11.00 – 11.30 Dokumentasi dan Kepulangan peserta

1.3 Tujuan Kegiatan


1.4.1 Tujuan Umum
Kegiatan Field Study yang dilaksanakan diharapkan dapat meningkatan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN “VETERAN“ Jakarta tingkat 3 semester V
khususnya dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.4.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai antara lain :

1. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang


telah didapat di fakultas.
2. Mahasiswa dapat melatih kemampuan komunikasi efektif, berinteraksi dan
bersosialisasi dengan masyarakat.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sistem manajemen K3 di perusahaan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui alur produksi di perusahaan.
5. Mahasiswa dapat berlatih untuk mengidentifikasi bahaya potensial di perusahaan.
6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahaya kecelakaan kerja di perusahaan.
7. Mahasiswa mengetahui tingkat kejadian PAK/PAHK dan kecelakaan kerja.
8. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan K3 apa yang telah dilakukan oleh
perusahaan terkait dengan bahaya potensial yang ada.
9. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk layanan kesehatan diterima oleh
karyawan.

2
10. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sistem limbah di perusahaan.
11. Mahasiswa mampu bekerjasama secara lintas sektoral.

1.4 Manfaat Kegiatan


Kegiatan Field Study ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya :
1. Mahasiswa dapat lebih memahami sistem manajemen K3.
2. Mahasiswa dapat melihat secara langsung penerapan sistem manajemen K3 pada
perusahaan.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahaya potensial yang ada di perusahaan saat Field Study.
4. Mahasiswa mengetahui cara perusahaan menanggulangi kecelakaan kerja yang terjadi.
5. Mahasiswa dapat mengetahui cara perusahaan meminimalisasi angka kecelakaan kerja.
6. Mahasiswa mengetahu cara pengolahan limbah pada perusahaan yang dapat lebih ramah
lingkungan.
7. Mahasiswa mampu melatih kerjasama antar sektoral.

3
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja


2.1.1 Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan
fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan kerja
merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena
dengan adanya kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material,
karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih
menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama.

Kesehatan kerja menurut Flippo, dalam Sibarani Mutiara (2012:113), kesehatan kerja di
bagi menjadi dua, yaitu:
1. Physical Health

a. Preplacement Physical Examinations (Pemeriksaan jasmani prapenempatan)


b. Periodic Physical Examinations for All Key Personnel (Pemeriksan jasmani
secara berkala untuk personalia)
c. Voluntary Periodic Physical Examinations for All Key Personnel (Pemeriksan
jasmani secara berkala secara sukarela untuk personalia)
d. A Well-Equipped and Staffed Medical Dispensary (Klinik medis yang
mempunyai staf dan perlengkapan yang baik)
e. Availability of Trained Industrial Hygienists and Medical Personnel
(Tersedianya personalia medis dan ahli hygiene industri yang terlatih)
f. Systematic and Preventive Attention Devoyed to Industrial Stresses and Strains
(Perhatikan yang sistematik dan prefentif yang dicurahkan pada tekanan dan
ketegangan industrial)
g. Periodic And Systematic Inspections Of Provisions For Propersanitation
(Pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk sanitasi
yang tepat).
2. Mental Health

a. Availability Of Psychiatric Specialist And Instructions (Tersedianya Penyuluhan


Kejiwaan Dan Psikiater)
b. Coorperation With Outside Psychiatric Specialist And Instructions (Kerja Sama
Dengan Spesialis Dan Lembaga-Lembaga Psikiater Dari Luar Organisasi)

4
c. Education Of Company Personnel Concerning The Nature And Importance Of
The Mental Health Problem (Pendidikan Personalia Perusahaan Sehubungan
Dengan Hakikat Dan Pentingnya Masalah Kesehatan Mental)
d. Development And Maintenance Of Aproper Human Relations Program
(Pengembangan Dan Pemeliharaan Program Hubungan Kemanusiaan Yang
Tepat).
Tujuan kesehatan kerja menurut Tarkawa (2008) yaitu:

a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggitingginya


baik fisik, mental dan sosial di semua lapangan kerja.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan kerja.
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.
d. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisik, tubuh, mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.

2.1.2 Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja juga berkaitan dengan mesin, alat kerja,
bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan
pekerjaan dan proses produksi. Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah
satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja
secara aman melakukan kerjanya secara aman melakukan kerjanya sehari-hari untuk
meningkatkan produktivitas. Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan perlindungan
tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja sebagai upaya
meminimalkan kecelakaan kerja.

Menurut Bangun Wilson (2012:379) terdapat tiga alasan keselamatan kerja merupakan
keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, antara lain alasan moral, hukum,
dan ekonomi.

1. Moral
Manusia merupakan makhluk termulia di dunia, oleh karena itu sepatutnya
manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi. Manusia
memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia dan nilai-nilai agama (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Para pemberi kerja melaksanakan itu untuk
membantu dan memperingan beban pederitaan atas musibah kecelakaan kerja yang
dialami para karyawan dan keluarga.

5
2. Hukum
Undang-Undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja
untuk menghadapi resiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan pekerjaan. Para
pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam melindungi pekerja yang
mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat hukuman yang setimpal yang
sesuai dengan Undang-undang ketenagakerjaan. Yang tertara pada undang-undang
nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi para
pekerja pada segala lingkungan kerja baik di darat, dalam tanah, permukaan air, di
dalam air maupun di udara, yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.

3. Ekonomi
Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena mengelurkan
biaya-biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami
pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian kecelakaan kerja yang
dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan hanya berkaitan
dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnnya, tetapi banyak faktor lain
yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja yang diderita para pekerja.

2.1.3 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan
kesehatan kerja maka para pihak baik pihak perusahaan maupun pekerja diharapkan dapat
melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerja dikatatakan aman jika apapun yang
dilakukan pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaaan
dikatakan nyaman jika pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa
nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. (Sucipto, 2014)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah segala daya upaya pemikiran yang dilakukan
dalam rangka mencegah, menanggulangi dan mengurangi terjadinya kecelakan dan dampak
melalui langkah-langkah identifikasi, analisis dan pengendalian bahaya dengan menerapkan
pengendalian bahaya secara tepat dan melaksanakan perundang- undangan tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. (Depnakes, 2005)

Oleh karena itu disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari
sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.

6
Jika sebuah perusahaan melakukan tindakan tindakan keselamatan dan kesehatan yang
efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita cidera atau penyakit jangka pendek maupun
jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut. Oleh karena itu,
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan secara efektif oleh suatu
perusahaan, karena hal itu dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Di samping itu, dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan.

2.1.4 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Pemeliharaan keselamatan dan kesehatan karyawan merupakan hal yang sangat penting
untuk diperhatikan. Perusahaan memperhatikan hal ini untuk mengurangi atau menghilangkan
risiko kecelakaan kerja yang dialami karyawan untuk mencapai keamanan dan kenyamanan
kerja dalam mencapai tujuan perusahaan secara efisien dan efektif.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996 pasal 2


sebagai tujuan dan sasaran dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan
unsur manajemen, tenaga kerja, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam dalam rangka
mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.

Menurut Mangkunegara (2013), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut:

a. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik,
psikologis dan sosial.
b. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif
mungkin.
c. Agar semua produksi dipelihara keamanannya.
d. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi terhadap
pegawai.
e. Meningkatnya akan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja
f. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau
kondisi kerja.
g. Setiap pegawai akan merasa aman dan terlindungi dalam melakukan pekerjaan.

Sedangkan menurut S.Gotto (2002) adapun yang menjadi tujuan keselamatan kerja
adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Memelihara sumber produksi dan menggunakan secara aman dan efisien

7
2.1.5 Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut UU No.1 tahun 1970 dalam dokumen Binwasnaker Kemenakertrans RI,
sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Work Life Safe

Melindungi buruh dan orang lain di temapat kerja (lingkungan kerja) upaya mencegah
kecelakaan.
b. Property Safe

Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien upaya mencegah
terjadinya kebakaran, peledakan, kerusakan, kerugian, dan lain-lain.
c. Environmental Safe
Menjamin proses produksi tidak menimbulkan pencemaran lingkungan

2.1.6 Manfaat Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Menurut Randall dan Jackson (2009), apabila perusahaan dapat melaksanakan program
keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik, maka perusahaan akan dapat memperoleh
manfaat sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang.


b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih komitmen.
c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.
d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena
menurunnya pengajuaan klaim.
e. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari partisipasi dan
rasa kepemilikan.
f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatkan citra perusahaan.
g. Perusahaan dapat meningkatkan keuntungannya secara substansial

2.1.7 Dasar Hukum Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun Undang-undang
Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan berlaku pada tanggal 6 januari
1951, kemudian disusul dengan Peraturan Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya
peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang
disadarinya arti penting keselamatan kerja di dalam perusahaan. Penerapan program K3 dalam
perusahaan akan selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program K3 itu sendiri.
Landasan hukum tersebutlah yang menjadi pijakan utama dalam menafsirkan aturan dalam

8
menentukan seperti apa ataupun bagaimana program K3 tersebut harus diterapkan (Ibrahim,
2010) menjelaskan, sumber-sumber hukum yang menjadi dasar penerapan program K3 di
Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


Undang-undang ini memuat antara lain ruang lingkup pelaksanaan keselamatan
kerja, syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan tentang kecelakaan,
kewajiban dan hak tenaga kerja, kewajiban memasuki tempat kerja, kewajiban
pengurus dan ketentuan penutup (ancaman pidana) dan lain-lain.
2. Undang–Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang jaminan Sosial Tenaga Kerja
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena
Hubungan Kerja
5. Peraturan Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan
Pelayan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
6. Undang–Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

2.2 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.2.1 Pengertian SMK3

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat penggunaan alat-alat


produksi semakin kompleks. Makin kompleksnya peralatan yang digunakan, makin besar pula
potensi bahaya yang mungkin terjadi dan makin besar pula kecelakaan kerja yang ditimbulkan
apabila tidak dilakukan penanganan dan pengendalian sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan
bahwa masalah-masalah keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari kegiatan secara
keseluruhan, maka pola-pola yang harus dikembangkan di dalam penanganan K3 dan
pengendalian potensi bahaya harus mengikuti pendekatan sistem yaitu dengan menerapkan
sistem manajemen K3.
Menurut PER.05/MEN/1996 pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan. Keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Sedangkan Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut


standar OHSAS 18001:2007 ialah bagian dari sebuah sistem manajemen organisasi
(perusahaan) yang digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan Kebijakan K3 dan
mengelola resiko K3 organisasi (perusahaan) tersebut.

9
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih
dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan
produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran,
pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen K3

2.2.2 Tujuan SMK3

Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja
yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Tujuan yang ingin dicapai pada sistem manajemen K3 meliputi berbagai golongan. Dari
beberapa golongan tersebut diharapkan dapat menjadikan sebuah sistem manajemen K3 yang
baik dalam pelaksanaannya. Sistem manajemen K3 tersebut dapat digolongkan meliputi:

a. Alat ukur kinerja K3 dalam organisasi.


Sistem manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja penerapan K3
dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan
persyaratan tesebut, organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3.

b. Pedoman implementasi K3 dalam organisasi


Sistem manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk sistem manajemen K3 yang
digunakan sebagai acuan misalnya ILO OHSMS Guidelines, API HSE MS Guidelines,
Oil and Gas Producer Forum (OGP), HASEMS Guidelines, ISRS dari DNV dan lainnya.

c. Dasar penghargaan (Awards)


Sistem manajemen K3 juga digunakan sebagai dasar untuk pemberian penghargaan K3
atas pencapaian kinerja K3. Penghargaan K3 diberikan baik oleh instansi pemerintah
maupun lembaga independen lainnya.

d. Sertifikasi penerapan K3
Sistem manajemen K3 juga dapat digunakan untuk sertifikasi penerapan manajemen K3
dalam organisasi.sertifikat diberikan oleh lembaga sertifikat yang telah diakreditasi oleh
suatu badan akreditasi. Sistem sertifikasi dewasa ini telah berkembang secara global
Karena dapat diacu di Seluruh dunia

2.2.3 Manfaat Sistem Manajemen K3

Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bagi


perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah :

10
a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur sistem
operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan, insiden dan
kerugian-kerugian lainnya.

b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di


perusahaan.

c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan bidang K3.

d. Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang K3,


khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit.

e. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Penerapan sistem manajemen kesehatan dan kesalamatan kerja bagi duni


industri/usaha memiliki banyak manfaat antara lain:

a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.

b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja

c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja

d. Meningkatkan image market terhadap perusahaan

e. Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan

f. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur
alat semakin lama.

2.2.4 Proses Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Menurut Ramli Soehatman (2010:50), Proses Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan dan Kesehatan adalah penerapan berbagai fungsi manajemen:

1. Penerapan, meliputi perkiraan dengan penerapan tujuan sasaran yang akan dicapai,
menganalisis data, serta menyusun program.

2. Pelaksanaan, meliputi penggorganisasian, penetapan staf, pendanaan, serta


implementasi program

11
3. Pengawasan, meliputi pementasan evaluasi hasil kerja serta pengendalian.

Pada hakekatnya, proses manajemen yang berkelanjutan di mulai dari peracanaan,


pelaksanaan, serta pngawasan. Apabila ada permasalahan, maka manager yang bersangkutan
akan menganalisis penyebab timbulnya permasalahantersebut dan akan mencari cara
pencegahan yang tepat.

Menurut OHSAS tahun 1992, bahwa Process Safety Management adalah pendekatan
sistematik pada manajemen bahaya proses kimia, yang jika diterapkan akan memastikan arti
penting pencegahan lepasnya zat kimia berbahaya, kebakaran dan ledakan yang akan di
pahami. Adapun manfaat dari OHSAS tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berpotensi sebagai pengurangan biaya resultan
2. Menjamin kecocokan dengan kebijakan K3
3. Memperagakan keselarasan dengan pihak ketiga dan ketentuan umum

4. Konsisten dan pendekatan terhadap resiko keselamatan dan kesehatan terbukti, saat
ini dan masa depan

5. Penyebaran metode untuk perbaikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan


kerja dapat berkesinambungan
6. Meningkatkan kesadaran akan bahaya dan resiko dengan pemenuhan persyaratan

7. Lingkungan kerja yang aman menurunkan claim asuransi dan penurunan biaya
kehilangan jam kerja

8. Memenuhi kewajiban undang-undang dengan menunjukkan kesungguhan dalam


mengelola resiko

9. Memiliki image perusahaan yang baik dimata pemerintah, karyawan dan


masyarakat umum.

2.3 Kecelakaan Kerja

Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai “kejadian yang tak terduga”.
Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan
kondisi tidak memenuhi persyaratan (Bennet N. B. Silalahi, 1995:40). Kecelakaan sebelumnya
dianggap sebagai kehendak Tuhan, karena itu orang tertimpa kecelakaan menerimanya sebagai
nasib atau takdir. Heinrich adalah orang yang pertama mengamati kecelakaan. Ia menyimpulkan
bahwa kecelakaan mempunyai urut-urutan tertentu (Syukri Sahab, 1997:7).

12
Dalam Permenaker No.03/MEN/1998 tentang tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan, disebutkan bahwa kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda (Himpunan Peraturan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, 2004:88). Sedangkan menurut M. Sulaksomo (1997) dalam Gempur Santoso
(2004:7) kecelakaan adalah kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses
suatu aktivitas yang telah diatur. Adapun definisi lain dari kecelakaan adalah kejadian yang tak
terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan (Suma’mur PK., 1989:5).

Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung dengan hubungan kerja pada
perusahaan. Hubungan kerja dapat berarti bahwa kecelakaan itu terjadi karena pekerjaan atau pada
waktu melaksanakan pekerjaan. Kadang-kadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang
lingkupnya, sehingga meliputi juga 15 kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat
perjalanan atau transpor ke dan dari tempat kerja (Suma’mur PK., 1989:5).

Sedangkan pengertian kecelakaan kerja yang tercantum dalam petunjuk teknis


penyelesaian jaminan kecelakaan kerja PT. Jamsostek (Persero) (Jamsostek, 2005:1) adalah
kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat kerja, karena untuk
sampai pada kecelakaan akibat kerja harus melalui prosedur investigasi (Depkes RI, 2007:2)

2.3.1 Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) tahun 1952, kecelakaan kerja dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (ILO, 1980:43):

2.3.1.1 Klasifikasi menurut Jenis Kecelakaan

13
Menurut jenisnya, kecelakaan dapat dikategorikan sebagai berikut: (1) Terjatuh,(2)
Tertimpa benda jatuh,(3) Tertumbuk atau terkena benda, terkecuali benda jatuh, (4)
Terjepit oleh benda, (5) Gerakan yang melebihi kemampuan, (6) Pengaruh suhu tinggi, (7)
Terkena arus listrik, (8) Kontak dengan bahan berbahaya atau radiasi, (9) Jenis lain
termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau kecelakaan lain yang belum masuk
klasifikasi tersebut

2.3.1.2 Klasifikasi menurut Penyebab

A. Mesin
Mesin yang dapat menjadi penyebab kecelakaan, diantaranya: (1) Pembangkit tenaga terkecuali
motor listrik, (2) Mesin penyalur (transmisi), (3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam, (4)
Mesin pengolah kayu, (5) Mesin pertanian, (6) Mesin pertambangan, (7) Mesin lain yang tak
terkelompokkan.

B. Alat angkutan dan peralatan terkelompokkan Klasifikasi ini terdiri dari:

(1) Mesin pengangkat dan peralatannya, (2) Alat angkutan yang menggunakan rel, (3) Alat
angkutan lain yang beroda, (4) Alat angkutan udara, (5) Alat angkutan air, (6) Alat angkutan lain.

C. Peralatan lain
Penyebab kecelakaan kerja oleh peralatan lain diklasifikasikan menjadi: (1) Alat bertekanan
tinggi, (2) Tanur, tungku dan kilang, (3) Alat pendingin, (4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik
tetapi dikecualikan alat listrik (tangan), (5) Perkakas tangan bertenaga listrik, (6) Perkakas,
instrumen dan peralatan, diluar peralatan tangan bertenaga listrik, (7) Tangga, tangga berjalan, (8)
Perancah (Scaffolding), (9) Peralatan lain yang tidak terklasifikasikan.

Material, Bahan-bahan dan radiasi Material, Bahan-bahan dan radiasi yang dapat menjadi
penyebab kecelakaan diklasifikasikan menjadi: (1) Bahan peledak, (2) Debu, gas, cairan, dan zat

14
kimia, diluar peledak , (3) Keping terbang, (4) Radiasi, (5) Material dan bahan lainnya yang tak
terkelompokkan.


D. Lingkungan kerja

Faktor dari Lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kecelakaan diantaranya berupa: (1) Di luar
bangunan, (2) Di dalam bangunan, (3) Di bawah tanah.


E. Perantara lain yang tidak terkelompakkan

Penyebab kecelakaan berdasarkan perantara lain yang tidak terkelompokkan terbagi atas: (1)
Hewan, (2) Penyebab lain.


Perantara yang tidak terklasifikan karena kurangnya data. Kurangnya data penunjang dari
penyebab kecelakaan, dapat diklasifikasikan tersendiri dalam satu kelompok.


2.3.1.3 Klasifikasi menurut Sifat Luka

Menurut sifat luka atau kelainan, kecelakaan dapat dikelompokkan menjadi: (1) Patah
tulang, (2) Dislokasi atau keseleo, (3) Regang otot atau urat, (4) Memar dan luka yang lain, (5)
Amputasi, (6) Luka lain-lain, (7) Luka di permukaan, (8) Gegar dan remuk, (9) Luka bakar, (10)
Keracunan-keracunan mendadak, (11) Akibat cuaca dan lain-lain, (12) Mati lemas, (13) Pengaruh
arus listrik, (14) Pengaruh radiasi, (15) Luka yang banyak dan berlainan sifatnya. 2.1.4.4

2.3.1.4 Klasifikasi menurut Letak Kelainan

Berdasarkan letak kelainannya, jenis kecelakaan dapat dikelompokkan pada: (1) Kepala,
(2) Leher, (3) Badan, (4) Anggota atas, (5) Anggota bawah, (6) Banyak tempat, (7) Kelainan
umum, (8) Letak lain yang tidak dapat dimasukkan klasifikasi tersebut.

Sedangkan menurut Bennet NB. Silalahi (1995:156) dalam analisa sejumlah kecelakaan,
kecelakaan-kecelakaan tersebut dapat dikelompokkan kedalam pembagian kelompok yang jenis
dan macam kelompoknya ditentukan sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya kelompok:


15
- Tingkat Keparahan Kecelakaan

Dalam Mijin Politie Reglement Sb 1930 No. 341 kecelakaan dibagi menjadi 3 tingkat keparahan,
yakni mati, berat dan ringan. Dalam PP 11/1979 keparahan dibagi dalam 4 tingkat yakni mati,
berat, sedang dan ringan.

- Daerah Kerja atau Lokasi

Dalam pertambangan minyak dan gas bumi, ditentukan kelompok daerah kerja: seismik,
pemboran, produksi, pengolahan, pengangkutan, dan pemasaran.

2.3.2 Dampak Kecelakaan Kerja

Korban kecelakaan kerja mengeluh dan menderita, sedangkan sesama pekerja ikut bersedih
dan berduka cita. Kecelakaan seringkali disertai terjadinya luka, kelainan tubuh, cacat bahkan juga
kematian. Gangguan terhadap pekerja demikian adalah suatu kerugian besar bagi pekerja dan juga
keluarganya serta perusahaan tempat ia bekerja.

Tiap kecelakaan merupakan suatu kerugian yang antara lain tergambar dari pengeluaran dan
besarnya biaya kecelakaan. Biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya kecelakaan seringkali sangat
besar, padahal biaya tersebut bukan semata-mata beban suatu perusahaan melainkan juga beban
masyarakat dan negara secara keseluruhan. Biaya ini dapat dibagi menjadi biaya langsung meliputi
biaya atas P3K, pengobatan, perawatan, biaya angkutan, upah selama tidak mampu bekerja,
kompensasi cacat, biaya atas kerusakan bahan, perlengkapan, peralatan, mesin dan biaya
tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu dan beberapa waktu pasca
kecelakaan terjadi, seperti berhentinya operasi perusahaan oleh karena pekerja lainnya menolong
korban, biaya yang harus diperhitungkan untuk mengganti orang yang ditimpa kecelakaan dan
sedang sakit serta berada dalam perawatan dengan orang baru yang belum biasa bekerja pada
pekerjaan di tempat terjadinya kecelakaan (Suma’mur, 2009)


2.3.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang penyebab kecelakaan. Sebab-


sebab kecelakaan pada suatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisis setiap kecelakaan
yang terjadi. Metode analisis penyebab kecelakaan harus benar-benar diketahui dan diterapkan

16
sebagaimana mestinya. Selain analisis mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa kecelakaan,
untuk pencegahan kecelakaan kerja sangat penting artinya dilakukan identifikasi bahaya yang
terdapat dan mungkin menimbulkan insiden kecelakaan di perusahaan serta mengases besarnya
risiko bahaya. Pencegahan kecelakaan kerja menurut Suma’mur (2009) ditujukan kepada
lingkungan, mesin, peralatan kerja, perlengkapan kerja dan terutama faktor manusia.

1. Lingkungan

Syarat lingkungan kerja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :


a. Memenuhi syarat aman, meliputi higiene umum, sanitasi, ventilasi udara, pencahayaan dan
penerangan di tempat kerja dan pengaturan suhu udara ruang kerja


b. Memenuhi syarat keselamatan, meliputi kondisi gedung dan tempat kerja yang dapat menjamin
keselamatan


c. Memenuhi penyelenggaraan ketatarumahtanggaan, meliputi pengaturan penyimpanan barang,


penempatan dan pemasangan mesin, penggunaan tempat dan ruangan

2. Mesin dan peralatan kerja

Mesin dan peralatan kerja harus didasarkan pada perencanaan yang baik dengan memperhatikan
ketentuan yang berlaku. Perencanaan yang baik terlihat dari baiknya pagar atau tutup pengaman
pada bagian-bagian mesin atau perkakas yang bergerak, antara lain bagian yang berputar. Bila
pagar atau tutup pengaman telah terpasang, harus diketahui dengan pasti efektif tidaknya pagar
atau tutup pengaman tersebut yang dilihat dari bentuk dan ukurannya yang sesuai terhadap mesin
atau alat serta perkakas yang terhadapnya keselamatan pekerja dilindungi.

3. Perlengkapan kerja 


Alat pelindung diri merupakan perlengkapan kerja yang harus terpenuhi bagi pekerja. Alat
pelindung diri berupa pakaian kerja, kacamata, sarung tangan, yang kesemuanya harus cocok
ukurannya sehingga menimbulkan kenyamanan dalam penggunaannya. 


17
4. Faktor manusia

Pencegahan kecelakaan terhadap faktor manusia meliputi peraturan kerja, 
mempertimbangkan


batas kemampuan dan ketrampilan pekerja, meniadakan hal- hal yang mengurangi konsentrasi
kerja, menegakkan disiplin kerja, menghindari perbuatan yang mendatangkan kecelakaan serta
menghilangkan adanya ketidakcocokan fisik dan mental. 


BAB 3
3.1 Pengukuran dan pengendalian
Faktor-faktor yang di pantau pada pengukuran dan pengendalian oleh PT. YKK Zipper
Indonesia (PERMENAKER 05 / 2018) yaitu :

FISIKA KIMIA BIOLOGI PSIKOLOGI ERGONOMI


Iklim kerja Debu Bakteri Konflik peran Posisi Kerja
Kebisingan Uap logam Jamur Kualitatif Cara Kerja
Getaran Gas Virus Kuantitatif Berat Kerja
Gelombang Radio Pelarut/Pewarna Responsibility Waktu Kerja

18
Pencahayaan
Medan magnet

A. K3 di PT.YKK Zipper Indonesia


1. Health and Safety Activities 2019
a) Annual Medical Check Up (MCU)
Medical Check up ini dilakukan setiap hari kepada seluruh karyawan/karyawati
PT. YKK Zipper Indonesia
b) Safety Day Patrol
Patroli dilaukan setiap hari guna mnghindari dari terjadinya kecelaaan, tindakan
kejahatan, maupun perlindungan lainnya
c) Monthly safety meeting
Pertemuan yang dilakukan setiap bulan sekali ini dilakukan untuk memberikan
hasil dari upaya keselamatan serta pembahasan upaya yang akan dilakukan
kedepannya

2. Safety handling procedure


a) Safety Prosedur oleh Supplier
Supplier akan memastikan terlebih dahulu sebelum barang diantar bahwa APD
yang digunakan sesuai dengan MSDS yang dituangkan dalam Check Sheet.

b) Safety Prosedur oleh YKK


Ketika barang diterima di PT.YKK maka akan dilakukan terlebih dahulu
pengecekan kesesuaian barang dan kelengkapan APD sesuai Check Sheet yang
dikirimkan. Jika tidak sesuai maka penerimaan barang tidak dapat adilakukan
atau ditolak.

3. Emergency Drill Activity


a) Evaluasi respon karyawan saat terdengan bunyi alarm
b) Penggunaan hydran
c) Assembly point
d) Penanganan tumpahan kimia
e) Evakuasi korban

4. Safety Training for all Employee


a) Pengenalan terhadap potensi kecelakaan atau resiko di area produksi
b) Pengenalan terhadap peralatan keamanan (safety equipment)
c) Pelatihan induksi (induction training) dengan kontraktor sebelum melakukan
project di area kerja PT.YKK Zipper Indonesia.

19
Dalam pelaksanaannya pelathan K3 juga perlu dilakukan terhadap pekerja yang
berada disekitar lingkungan PT. YKK Zipper Indonesia karena apabila terjadi
kesalahan maupun kecelakaan kerja PT. YKK Zipper Indonesia lah yang
bertanggung jawab apa yang terjadi pada lingkungan sekitar mereka

B. Hirarki Pengendalian Risiko


1. Substitusi
Substitusi dalam pengendalian resiko yaitu penggantian alat/mesin/bahan/tempat
kerja yang lebih aman. Apa bila terdapat peralatan yang tidak memenuhi standar
operasional Di PT YKK Indonesia, maka dilakukan penggantian alat-alat produksi
yang lebih baik sesuai standar. Substitusi merupakan cara untuk meningkatkan
keselamatan para pegawai tanpa mengurangi efisiensi fungsi alat-alat tersebut dalam
menghasilkan produk-produk

2. Perancangan
Perancangan yaitu merubah atau memodifikasi alat/mesin/tempat kerja yang lebih
aman. apabila terdapat sedikit kecacatan pada alat-alat produksi di PT YKK Indonesia,
maka dilakukan perancangan pada bagian tertentu pada mesin sehingga dapat
meningkatkan fungsi alat tersebut. Modifikasi pada bagian tertentu mesin produksi
selain dapat meningkatkan fungsi produksi juga dapat menjadikan alat tersebut aman
saat digunakan para pegawai adar mengurangi terjadinya kecelakaan di PT YKK

3. Administrasi
Administrasi yaitu prosedur, aturan, pelatihan, durasi kerja, tanda bahaya, rambu,
poster dan label yang tertera di perusahaan. Di PT YKK, prosedur tentang keselamatan
pegawai saat proses produksi berlangsung telah ditetapkan oleh Direksi K3 yang tertera
pada Peraturan Perusahaan pada bagian Standart Operational Production (SOP) PT
YKK Indonesia
Terdapat 17 aturan oleh PT YKK yang telah ditetapkan untuk menjaga keselamatan
pegawai, yaitu:
a. Memperhatikan jalur evakuasi dan area evakuasi kedaaan darurat
b. Dilarang memasuki area terbatas kecuali dengan izin khusus
c. Menggunakan sepatu tertutup selama berada di pabrik
d. Merespon segala bentuk tanda bahaya/ alarm
e. Dalam keadaan darurat/bahya wajib menghubungi dan menginformasikan ke
petugas keamanan atau pendamping
f. Dilarang merokok, kecuali ditempat yang telah ditentukan
g. Dalam keaadaan darurat, mengikuti jalur evakuasi untuk menuju area evakuasi
h. Dilarang makan dan minum, kecuali pada waktu yang ditentukan oleh
pendamping

20
i. Dilarang menumpahkan bahan kimia, cat, thinner, oli, minyak tanah/bahan
berbahaya lainnya
j. Membuang sampah pada tempat yang telah ditentukan dan menjaga kelestarian
lingkungan
k. Tidak diperkenankan membawa handphone dan melakukan pemotretan di area
pabrik
l. Menanyakan kepada bagian keamanan, resepsionis, atau pendamping untuk
hal-hal yang belum dipahami
m. Dilarang mengambil apapun yang terjatuh atau tercecer di area lantai produksi
n. Menjaga jarak aman dengan mesin dan dilarang melewati garis pembatas putih
di sepanjang lantai produksi
o. Bekerjasama agar selalu tertib saat di area produksi
p. Mematuhi segala peraturan yang ada sebab area prosuksi merupakan area
dengan potensi bahaya tinggi

Dalam langkah memaksimalkan aturan tersebut PT YKK membuat rambu-rambu


dan simbol K3 sebagai berikut :

a) Pelindung wajah
o Pegawai menggunakan pelindung wajah yang menutupi seluruh area
wajah

b) Respirator
Respirator digunakan pegawai guna melindungi organ pernafasan pegawai
yaitu tenggorokan dan paru-paru agar pegawai tidak menghirup udara yang
telah terkontaminasi dengan bahan-bahan kimia berbahaya di sekitar pabrik.
Penyakit akibat kerja di PT YKK yang terbanyak adalah Infeksi Saluran
Pernafasan Atas sehingga pegawai wajib untuk menggunakan respirator

c) Masker
o Masker yang digunakan pegawai merupakan masker yang tertutup pada
bagian hidung dan mulut sehingga menurunkan zat polutan masuk
melalui pernafasan

d) Sarung tangan
o Sarung tangan yang digunakan oleh pegawai merupakan sarung tangan
lateks yang tebal agar tidak teriritasi oleh zat-zat kimia berbahaya di
pabrik
e) Kacamata

21
o Lingkungan pabrik PT YKK yang panas menyebabkan pegawai
menggunakan kacamata agar mata tidak mudah teriritasi dan kornea
menjadi kering

f) Sepatu
o Sepatu jenis boot yang tebal pada bagian sol wajib digunakan pegawai
saat berada di area pabrik

g) Helm
o Helm digunakan untuk mecegah cedera kepala yang mungkin terjadi
seperti tertimpa barang-barang berat di pabrik saat proses produksi
berlangsung

h) Simbol hati-hati licin


o Pegawai diminta untuk selalu hati-hati karena lantai pabrik sangat licin
dan pegawai akan mudah terjatuh apabila tidak hati-hati

4. Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri yang digunakan pegawai di PT YKK adalah :
a) pelindung wajah
b) respirator
c) sarung tangan
d) kacamata
e) sepatu safety
f) helm

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
1. Profil PT. YKK
PT. YKK Zipper Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
Pembuatan Restleting. YKK merupakan kepanjangan dari Yoshida Kogyo
Kabushikikaisha, tahun 1934 Tadao Yoshida mendirikan Yoshida Kogyo
Kabushikikaisha. Perusahaan ini di dunia kini terkemuka sebagai produsen Retsleting,
membuat sekitar 90 persen dari seluruh Retsleting di lebih dari 206 fasilitas di 52
negara.

22
Pada kenyataannya, mereka tidak hanya membuat Retsleting, mereka juga
memproduksi mesin pembuat Retsleting; tidak ada kata "tidak" jika mereka sekaligus
membuat spare parts, mesin-mesin yang membuat ritsleting. Pabrik YKK terbesar
berada di Georgia, Amerika dan membuat lebih dari 7 juta ritsleting per hari.
Hal ini pada gilirannya akan menguntungkan produsen yang menggunakan
ritsleting dan pelanggan akhir (konsumen) dan karena hal-hal yang menguntungkan
perusahaan YKK itu, maka referensi penjualan ritsleting mereka menjadi meningkat,
sehingga Mr Yoshida mampu menyelesaikan "Cycle of Goodness" atau "Lingkaran
Kebajikan. Jadi waktu berikutnya ketika teman-teman membuka-tutup celana, tas dan
peralatan lain yang menggunakan ritsleting, maka luangkan waktu untuk mengingat Mr
Yoshida, karena dialah pencetus YKK di hampir semua risleting yang ada di dunia ini.
Sejak awal thn 1972, PT YKK Zipper Indonesia sudah tumbuh jadi YKK Fastening
Indonesia kelompok, dan terkonsentrasi dalam memberikan bermacam keuntungan
bagi perdagangan Indonesia & industri. Produk yang di bahas ini sudah bermanfaat
untuk dukungan industri dalam negeri. Nyaris 80% dari produk ini diekspor ke
bermacam macam ruangan di seluruhnya dunia. Yang Merupakan salah satu sentra
produksi YKK Corporation, YKK di inginkan utk mengikuti perkembangan industri
erat & perdagangan global, terutama yang berjalan di Asia.
PT. YKK Zipper Indonesia didirikan pada tanggal 23 Mei 1972 yang merupakan
perusahaan manufaktur resleting-gabungan antara YKK Memegang Asia & PT
Andityawarman. PT YKK Zipper Indonesia beroperasi sukses bersama 1,478
karyawan & dukungan dari 2 pabrik, satu di Cimanggis, Bogor & yang lain di Cibitung,
Bekasi.

2. Alur Proses Produksi Perusahaan

23
Request
Konsumen melakukan pemesanan dengan spesifikasi tertentu. PT YKK Zipper hanya
memproduksi ritsleting sesuai pesanan

Diecasting

Pencetakan logam cair/plastik panas dalam cetakan untuk membentuk komponen ritsleting

Assembling

Penyusunan komponen ritsleting

Finishing

Terbagi menjadi 3 proses pewarnaan, pemanasan, dan pemasangan risleting pada strap

Packing dan storing


Memilah-milah risleting dengan produksi yang kurang baik (quality check), mengemas produk
yang sudah sesuai, dan melakukan penyimpanan sebelum pengiriman

3. Identifikasi Resiko dan Peluang


a. Fisika
- Bising mesin secara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan pendengaran
- Mesin kecepatan tinggi dapat menyebabkan luka gores atau luka bakar jika
terdapat gesekan
- Area bertegangan tinggi dapat beresiko tersengat arus listrik
- Mesin pemanas dan pengering dapat beresiko luka bakar
- Mesin press kecepatan tinggi dapat beresiko mengakibatkan cedera tangan
akibat tertusuk atau terkena mesin press
- Mesin produksi dengan tegangan listrik yang tinggi dapat beresiko tersengat
listrik

b. Kimia
- Bahan pewarna dapat menyebabkan iritasi dan alergi
- Bau dan menghirup partikel bahan kimia dapat menyebabkan sesak napas dan
kekambuhan asma

c. Ergonomi

24
- Lantai licin dapat beresiko tergelincir
- Posisi angkat yang kurang ergonomis dapat menyebabkan cedera tulang
belakang

d. Psikososial
- Pekerjaan yang repetitive dapat menyebabkan kejenuhan dan gangguan
psikososial

4. Sistem Manajemen K3
Bertujuan untuk menyediakan Health and safety at the workplace dengan
mengendalikan atau mencegah resiko yang dapat timbul di area kerja. Health and safety
at the workplace adalah kondisi dan factor-faktor yang berpengaruh atau dapat
mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan, pekerja sementara (temporer),
pekerja kontraktor, tamu dan pekerja lainnya di area kerja. Adapun Management
System Certification yang telah dimiliki oleh PT. YKK sebagai berikut:
a. OHSAS 18001:2007  ISO 45001:2018 (Sertifikasi pada 25 Oktober 2017)
b. SMK3 PP No. 50 Tahun 2012

5. PDCA Cycle pada Sistem Manajemen K3

a. Plan
Memahami konteks organisasi termasuk OH&S risiko dan peluang. Mendirikan
tujuan, proses, dan OH&S sumber daya yang dibutuhkan untuk dikirim hasil sesuai
dengan kebijakan K3 organisasi

b. Do

25
Mengimplementasikan proses sebagai sesuatu yang terencana dengan melibatkan
partisipasi dari pekerja, identifikasi bahaya dan kesiapsiagaan dalam keadaan
darurat

c. Check
Monitoring dan evaluasi pada proses dan kegiatan OHS

d. Act
Mengambil tindakan untuk peningkatan berkelanjutan termasuk dalam penanganan
temuan audit, insiden, dan ketidaksesuaian yang terdapat dalam proses.

6. Hirarki Pengendalian Risiko

7. Prinsip Pencegahaan Kecelakaan


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja perlu dilakukan upaya
menghilangkan bahaya yang ada pada tempat kerja, apabila tidak dapat dihilangkan,
tindakan pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan resiko dari
bahan-bahan kimia yang dihadapi pekerja. Tujuan utama tindakan-tindakan
pencegahan ini haruslah untuk melindungi seluruh karyawan perusahaan. Ada
beberapa prinsip pencegahan kecelakaan menurut Ridley (2006:113), yaitu:

a. Mengidentifikasi bahaya.
Dalam mengidentifikasi bahaya, meliputi teknik-teknik yang harus dilakukan,
yaitu:

26
1.) Melakukan inspeksi
2.) Melalui patrol dan inspeksi keselamatan kerja
3.) Laporan dari operator
4.) Laporan dalam jurnal-jurnal teknis
b. Menghilangkan bahaya.
1.) Dengan sarana-sarana teknis
2.) Mengubah material
3.) Mengubah proses
c. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak
dapat dilakukan.
1.) Dengan saran teknis dan memodifikasi perlengkapan
2.) Pemberian pelindung/kumbung
3.) Pemberian alat pelindung diri (personal protective equipment)
d. Melakukan penelitian resiko residual.
e. Mengendalikan resiko residual.

Tindakan pencegahan kecelakaan dapat dilakukan diantaranya dengan program


tri-E (program triple E) yang terdiri dari:

a. Teknik (Engineering)
Adalah tindakan pertama yang melengkapi semua perkakas dan mesin dengan
alat pencegah kecelakaan (safety guards).
b. Pendidikan (Education)
Adalah perlu memberikan memberikan pendidikan dan latihan kepada para
pegawai untuk menanamkan kebiasaan bekerja dan cara kerja yang tepat dalam
rangka mencapai keadaan yang aman (safety) semaksimal mungkin.
c. Pelaksanaan (Enforcement)
Adalah tindakan pelaksanaan, yang memberi jaminan bahwa peraturan
pengendalian kecelakaan dilaksanakan.
4.2 Pembahasan

Dalam setiap proses produksi yang dilakukan pada pabrik, pastinya akan membutuhkan
banyak mesin-mesin untuk proses produksi beserta karyawan-karyawan untuk mendukung

27
proses produksi tersebut. Pada PT. YKK Zipper Indonesia yang khususnya memproduksi
ritsleting ini pasti memiliki mesin dan karyawan yang sangat mencukupi untuk menunjang
proses tersebut. Maka dari itu, kombinasi produksi antara karyawan dan mesin-mesin produksi
dapat menimbulkan bahaya-bahaya beserta factor resiko bagi karyawan seperti yang tertera
pada di atas. Bahaya-bahaya ini dapat diatasi dengan pengendalian dengan menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) dan pengendalian dari lingkungan kerja itu sendiri serta peraturan yang
ditetapkan dari pihak pabrik sendiri.
Selain minimalisasi resiko kecelakaan kerja dan penyesuaian waktu kerja, PT YKK
juga menyediakan klinik yang dijaga oleh satu orang dokter dan satu orang perawat. Hal ini
telah sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER.03/MEN/1982 yang
mewajibkan perusahaan untuk melakukan pelayanan kesehatan kerja. Jumlah tenaga kesehatan
yang melayani juga telah sesuai dengan kaidah pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja dimana
perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 500 orang wajib menyediakan klinik yang dijaga
satu orang dokter setiap hari. Selain itu, penatalaksanaan kasus emergensi atau gawat darurat
dapat dilakukan dengan rujukan ke Rumah Sakit Tugu Ibu, Cimanggis yang berjarak ± 5 km.
PT YKK Indonesia juga telah menerapkan sistem manajemen K3 dengan membentuk
Komite Direktif sebagai P2K3. Komite ini akan bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pelatihan maupun dalam pengawasan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja. Komite ini
juga bertanggung jawab dalam pembuatan peraturan yang berkaitan dengan K3. Selain komite
direktif, terdapat divisi independen yang bergerak dalam pengembangan dan pengawasan
kualitas perusahaan (Research and Development dan Quality Control). Divisi ini akan
melakukan pengawasan berbagai faktor kualitas berupa faktor manusia, mesin, metode,
material, dan lingkungan.

28
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan atas Field Study di PT. YKK yang sudah kami lewati adalah
1. PT. YKK Zipper Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Industri
pembuatan Resleting yang didirikan pada tanggal 23 Mei 1972 dan beroperasi sukses
bersama 1,478 karyawan
2. Sistem Manajemen K3 yang dimiliki oleh PT. YKK adalah OHSAS 18001:2007 / ISO
45001:2018 (Sertifikasi pada 25 Oktober 2017) dan SMK3 PP No. 50 Tahun 2017
3. PT.YKK menggunakan PDCA (Plan, Do, Check, Act) Cycle sebagai Sistem Manajemen
K3 di lingkungan kerja
4. PT.YKK menggunakan Hirarki Pengendalian Resiko untuk mengevaluasi hal hal yang
dapat membahayakan karyawan pekerja PT.YKK
5. PT.YKK juga mempunyai klinik yang dijaga oleh satu orang dokter dan satu orang
perawat yang telah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER.03/MEN/1982
6. PT. YKK membentuk Komite Direktif sebagai P2K3 yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pelatihan maupun dalam pengawasan mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja

5.2 Saran
Saran atas Field Study di PT. YKK yang sudah kami lewati
1. Karyawan PT. YKK Zipper Indonesia diharapkan dapat meningkatkan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) di dalam kawasan kerja agar tidak terjadi hal yang dapat
mengancam jiwa

29
2. Pihak K3 dari PT.YKK Zipper Indonesia diharapkan selalu mengingatkan betapa
pentingnya penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada karyawan PT. YKK Zipper
Indonesia agar tidak terjadi hal yang dapat mengancam jiwa
3. PT. YKK Zipper Indonesia diharapkan meningkatkan pemantauan dari berbagai aspek
(Fisika, Kimia, Ergonomi, Psikososial) dan mengevaluasi hal hal apa saja yang dapat
melukai karyawan saat bekerja

DAFTAR PUSTAKA

1. PT. YKK Zipper Indonesia, https://ykk.co.id/ (diakses tanggal 18 November 2019)


2. International Labor Organization, 2013. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sarana
Untuk Produktivitas Modul Lima, Indonesia
3. S. Syamsyiar, 2014. Upaya-Upaya Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pada PT. Ratri Sempana Palembang, Skripsi. Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya
4. Suma’mur, 2009, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Sagung Seto, Jakarta

30
LAMPIRAN – LAMPIRAN

31
32
33

Anda mungkin juga menyukai