Anda di halaman 1dari 20

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

“Konsep Dasar K3 dalam Keperawatan”

Dosen Pembimbing

Ns. Ema Julita, M.Kes

Oleh Kelompok 6

1. Intan Putri Andriani (2011316051)


2. Fajar Alifah (2011316052)
3. Miftahul Aurosi (2011316053)
4. Maya Rosita (2011316054)
5. Yoga Marsa Dinata (2011316055)
6. Dina Rahmiyanti (2011316056)
7. Fatria Surisna (2011316057)
8. Syafitri Wulandari (2011316058)
9. Rheynanda (2011316059)

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Konsep Dasar K3 dalam Keperawatan” ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah ini. Terima kasih
untuk ibu Dr. Yulastri Arif, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keselamatan Pasien dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Serta, kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. 
Terlepas dari semua itu , kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik.
 Akhir kata  kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
inspirasi terhadap pembaca maupun penulis itu sendiri.

                                                                                      Padang, September 2020


    

                                                                                         Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................2

BAB II KERANGKA TEORI......................................................................................3


2.1 Pengertian..................................................................................................................3
2.2 Tujuan K3..................................................................................................................4
2.3 Manfaat K3................................................................................................................5
2.4 Etika K3.....................................................................................................................6
2.5 Ruang Lingkup K3....................................................................................................7
2.6 Kebijakan K3.............................................................................................................8
2.7 Peran Perawat dalam Meningkatkan K3...................................................................9
2.8 Risiko & Hazard yang berkaitan dalam pemberian asuhan keperawatan................12
BAB III PENUTUP......................................................................................................17
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................17
3.2 Saran.........................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang dikenal
sangat populer. Di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan
K3 yaitu Keselamatan, dan Kesehatan Kerja. Menurut ilyandra (2009) istilah K3
dapat mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah (scientific approach) dan
disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang
mempunyai tujan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja digolongkan
sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai suatu program didasari pendkatan ilmiah dalam upaya mencegah atau
memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan
kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainnya yang mungkin terjadi. (Rijanto, 2010).
Sedangkan menurut UUD 1945 pasal 27, Kesehatan dan Keselamatan Kerja secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Adapun di Negara kita,
Undangundang Dasar 1945 yang mengisyaratkan bahwa setiap warga Negara
Republik Indonesia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kemanusian. Dan
pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan apabila keselamatan tenaga
kerja dalam menjalankan pekerjaan terjamin.
Menerapkan program K3 dalam lingkungan kerja dengan tujuan agar setiap
tenaga kerja berhak untuk mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja
sangat dibutuhkan sehingga pekerja merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan
pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja,
untuk dapat bekerja sebaik mungkin dan juga dapat mendukung keberhasilan serta
target dalam pekerjaan dapat tercapai (Saputra, 2012).
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran dan
ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang perawat
harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai seorang perawat harus
dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien, selain itu seorang perawat dapat
berpenampilan menarik. Untuk itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk
memperhatikan orang lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku perawat. Saat ini perawat memiliki peran yang lebih luas
dengan penekanan pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, juga
memandang klien secara komprehensif. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang
aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

1.2 Tujuan Penulisan


a)      Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dasar k3 dalam keperawatan
b)      Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui Pengertian K3 dalam Keperawatan
2. Mahasiswa mampu mengetahui tujuan, manfaat, dan etika dalam K3
3. Mahasiswa mampu mengetahui ruang lingkup K3 dalam keperawatan
4. Mahasiswa mampu mengetahui kebijakan K3 yang berkaitan dengan
keperawatan di Indonesia
5. Mahasiswa mampu mengetahu peran perawat dalam meningkatkan K3
6. Mahasiswa mampu mengetahui risiko & hazard yang berkaitan dalam
pemberian asuhan keperawatan .
  
1.3 Manfaat Penulisan
a) Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman tentang Konsep K3 dalam Keperawatan.
b) Bagi Institusi Pendidikan
Makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi civitas akademik
dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta dapat dijadikan sebagai bahan
untuk kelengkapan perpustakaan.

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian K3 dalam Keperawatan


Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari
luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja
menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu
yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan fisik.
Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
a) Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil
karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
b) Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
c) Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang
bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup
tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi
pekerja .
d) Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait
dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental
dan stabilitas emosi secara umum.

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih
aman, meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan
dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sedangkan, menurut IOM,
Keselamatan Pasien (Patien Safety) didefinisikan sebagai bebas dari cidera (freedom
from accidental injury), cidera disebabkan karena error yang meliputi kegagalan suatu
perencnaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan.
Hiperkes pada dasarnya merupakan penggabungan dua disiplin ilmu yang
berbeda yaitu medis dan teknis yang menjadi satu kesatuan sehingga mempunyai
tujuan yang sama yaitu menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Istilah
Hiperkes menurut Undang – Undang tentang ketentuan pokok mengenai Tenaga
Kerja yaitu lapangan kesehatan yang ditujukan kepada pemeliharaan-pemeliharaan
dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,dilakukan dengan mengatur
pemberian pengobatan, perawatan tenaga kerja yangsakit, mengatur persediaan
tempat, cara-cara dan syarat yang memenuhi norma-norma hiperkes untuk mencegah
penyakit baik sebagai akibat pekerjaan, maupun penyakit umum serta menetapkan
syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

2.2 Tujuan K3
Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim
yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi,  setiap kejadian baik kecelakaan
dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh
pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut
Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program  keselamatan dan kesehatan
kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja. Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut
(Rachman, 1990) :
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut.


1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

2.3 Manfaat K3
Manfaat prosedur Kerja K3 sebagai berikut :
a) Pekerjaan medis merasa aman melakukan pekerjaannya dan rumah sakit juga
diuntungkan
b) Hemat waktu, artinya perawat tidak harus berfikir panjang dan hanya
mengikuti prosedur yang telah diterapkan

Manfaat K3 ini tidak hanya berdampak pada rumah sakit saja, tapi perawat rumah
sakit dan pasien serta pengunjung.
1. Manfaat bagi rumah sakit
a. Meningkatkan mutu pelayanan
b. Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit
c. Meningkatkan citras rumah sakit
2. Manfaat bagi perawat
a. Melindungi perawat dan penyakit akibat kerja (PAK)
b. Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja (KAK)
3. Manfaat bagi pasien dan pengunjung
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung

2.4 Etika K3
Kode etik profesi kesehatan dan keselamatan kerja etika ahli kesehatan kerja
merupakan seperangkat perilaku anggota profesi ahli kesehatan kerja dalam
hubungannya dengan klien atau pasien, teman sejawat, dan masyarakat pekerja serta
merupakan bagian dari keseluruhan proses kesehatan kerja ditinjau dari segi norma
dan nilai norma. Masalah-masalah kecelakaan, penyakit akibat kerja, keluhan-keluhan
tenaga kerja, kehilangan waktu bekerja, banyaknya angka absens menurunnya angka
produktifitas tenaga kerja, dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi
Ahli Kesehatan Kerja, hukum, agama dan masyarakat luas.
Etika yang berlaku dimasyarakat modern saat ini adalah Etika Terapan (applied
ethics) yang biasanya menyangkut suatu profesi, dimana di dalamnya membicarakan
tentang pertanyaan-pertanyaan etis dari suatu individu yang terlibat. Sehingga pada
masing-masing profesi telah dibentuk suatu tatanan yang dinamakan Kode Etik
Profesi. Perilaku ini memang agak sulit menanganinya, kecuali kesadaran sendiri
masing-masing Tenaga Kesehatan dalam menerapkan, mengaplikasikan,menghayati,
memahami, kode etik profesinya. Karena, etika profesi lebih bersifat moral, maka
kesalahan yang terjadi apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan kerja, sanksi yang
diberikan bersifat moral dan yang paling dirugikan adalah para kliennya (tenaga
kerja), sehingga untuk menangani pelanggaran yang dilakukan oleh para pelaku
pelayanan agar tidak terlalu merugikan pengguna pelayanan, dibentuklah suatu
Majelis Kode Etik Profesi yang berlandaskan pada Etika dan Hukum yang berlaku.
Fungsi kode etik profesi k3, yaitu etika tenaga kesehatan kerja yang di
dalamnya diikuti adanya kesadaran akan pilihan dari pihak manajemen, pihak tenaga
kerja, dan dari masyarakat sekitar perusahaan. Peranan ahli kesehatan kerja pada etika
kesehatan dan keselamatan kerja bisa dikatakan sangat bermakna, mengingat tugas
fungsional tenaga kesehatan dalam K3 begitu luas. Bisa dikatakan bahwa fokus utama
etika profesi kesehatan kerja adalah semua tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan
kerja yang lebih mengutamakan pihak yang lebih menderita dalam hal ini adalah
(tenaga kerja) dengan penekanan pada pencegahan terjadinya penyakit dan cedera.

2.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a)      Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di
dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan
usaha yang dikerjakan.
b)      Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2. Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan
6. Teknologi dan metodologi kerja
c)      Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga
perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d)      Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan ikut bertanggung
jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.

Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang lingkup


pekerjaan perawat hiperkes adalah :
1. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan
paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku
yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya .
3. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan
pengawasan terhadap bahaya.
4. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan kecelakaan pada
tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan, pengobatan, rujukan dan perawatan
emergensi.

5. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan kesehatannya dan
membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi krisis.
6. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-jawab pada
progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
7. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, mengenali
faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan perbaikan.
8. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup pelayanan
kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, mampu menjaga
kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
9. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja.
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga
kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter
yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan
prosedur untuk merawat orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan
pegangan yang utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing
assessment, nursing diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah
mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan selanjutnya.

2.6 Kebijakan K3 yang Berkaitan dengan Keperawatan di Indonesia


Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan Tugas Perawat:
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Penyuluh dan konselor bagi klien
3. Pengelola pelayanan keperawatan
4. Peneliti keperawatan
5. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
6. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil


tenaga kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga
kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau
ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3. Penerapan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) memiliki beberapa dasar hukum pelaksanaan. Di antaranya ialah:
a.      UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja :
1.      Tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha.
2.      Adanya tenaga kerja yang bekerja di sana.
3.      Adanya bahaya kerja di tempat itu.
b.      Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3 :
Setiap perusahaan yang memperkerjakan seratus tenaga kerja atau lebih dan
atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti
peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK).
c.       Permenaker No 4 Tahun 1987 Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3) :
1. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang
atau lebih.
2. Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari seratus orang
tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar
akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radioaktif.

2.7 Peran Perawat dalam Meningkatkan K3


Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( Nasrul
Effendi, 1998
a)      Fungsi
1. Mengkaji masalah kesehatan
2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan keperawatan terhadap pekerja
4. Penilaian
b)      Tugas
1.      Pengawasan terhadap lingkungan pekerja
2.      Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3.      Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
4.      Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja
5.      Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah     kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah
Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja
6.      Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja
7.      Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja dan
keluarga pekerja.
8.      Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
9.      Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
Fungsi seorang perawat sangat tergantung kepada kebijaksanaan  perusahaan
dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah tenaga
kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-satunya
tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah :
1.      Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes
di  perusahaan
2.      Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi
kesehatan kerja.
3.      Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan
4.      Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas
kesehatan  perusahaan.
5.      Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang telah
disetujui.
6.      Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7.      Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan
faktor  pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8.      Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9.      Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan
10.  Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah
sebagai salah satu dari segi kegiatannya
11.  Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani.
12.  Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13.  Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi.
14.  Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja
15.  Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan
16.  Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan
17.  Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan,
maka  pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan
mengawasi  pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa
fungsi specific dari perawat adalah :
1.      Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/ industry dalam
membuat  program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana bertujuan
memberikan  pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik mungkin
kepada tenaga kerja
2.      Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit -penyakit
atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan akibat kerja
bedasarkan  petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3.      Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit , klinik
atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan lebih lanjut.
4.      Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan follow
up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada
5.      Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan
6.       Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis perawatan
7.      Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan data-
data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan. Lakukan
referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai hasil yang positif.
8.      Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan
jadilaj  perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional
maupun  personal.
9.      Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
10.  Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan obyektif
dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and Restoration
11.  Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari
jalan  bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja
dan. pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
12.  Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan keselamatan
kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek perawatan dan pengobatan
dalam  bidang hiperkes ini.
13.  Secara periodic untuk meninjau kembali program-program perawatan dan
aktifitas  perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan memenuhi kebutuhan
serta efisiensi
14.  Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti
ikatan  paramedic hiperkes, dan sebagainya.
15.  Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan penting
adalah mengikuti kemajuan perkembangan profesional (continues education)

2.8 Konsep dasar K3 : Sehat, Kesehatan Kerja, Risiko & Hazard dalam
pemberian asuhan Keperawatan (Somatik, Perilaku, Lingkungan, Ergonomik,
Pengorganisasian pekerjaan, Budaya Kerja)
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-
tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan
dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya serta disimpulkan sebagai adaptasi
pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya (Komisi
Gabungan ILO/WHO,1995)
Risiko adalah kemungkinan terjadinya kejadian berbahaya atau paparan dengan
keparahan dari cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kejadian atau
paparan tersebut.13 Yang termasuk ke dalam risiko adalah perilaku bekerja, higiene
perorangan, serta kebiasaan selama bekerja yang dapat meningkatkan risiko gangguan
pada kesehatan.

Bahaya (hazard) adalah berupa sumber, tindakan atau situasi yang dapat
menyebabkan kerugian bagi manusia, baik yang bisa menyebabkan luka-luka,
gangguan kesehatan ataupun kombinasi dari keduanya. Sedangkan bahaya atau
hazard kesehatan adalah potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan. Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja, mencakup empat
komponen kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian
pekerjaan dan budaya kerja (OHSAS, 2007).
Pada kondisi tertentu hazard kesehatan dapat menjadi nyata dan
menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan. Peluang hazard kesehatan untuk
menimbulkan gangguan kesehatan disebut sebagai risiko kesehatan. Bahaya atau
hazard dapat digolongkan berdasarkan jenisnya yaitu:
1) Hazard Tubuh Pekerja
Hazard tubuh pekerja (somatic hazard), merupakan hazard yang berasal dari
dalam tubuh pekerja yaitu kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya
seorang pekerja yang buta warna bila mengerjakan alat elektronik yang penuh
dengan kabel listrik yang warna-warni, hazard somatiknya dapat membahayakan
dirinya maupun orang lain orang lain dikelilingnya bila ia salah menyambung
warna kabel tertentu karena tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran atau
ledakan.
2) Hazard Perilaku Kesehatan
Hazard perilaku kesehatan (behavioral hazard), yaitu hazard yang terkait dengan
perilaku pekerja. Contohnya antara lain model rambut panjang diruang mesin
berputar telah mengakibatkan seorang pekerja di tambang batubara tertarik dalam
mesin dan hancur tubuhnya karena tergiling mesin penggiling bongkahan batu
(crusher).
3) Hazard Lingkungan Kerja
Hazard lingkungan kerja (environmental hazard) dapat berupa faktor fisik, kimia,
dan biologik.Faktor fisik, kimia dan biologik yang berada ditempat kerja
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan bila kadarnya atau intensitas
pajanannya tinggi melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja. Hazard di
lingkungan kerja antara lain:
a. Bahaya fisik
Berpotensi menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK). Jenis-jenis
bahaya yang termasuk dalam golongan fisik serta pekerja berisiko terpajan
antara lain adalah sebagai berikut:
1) Bahaya mekanik
Yang termasuk ke dalamm bahaya mekanik antara lain terbentur, tertusuk,
tersayat, terjepit, tertekan, terjatuh, terpeleset, terkilir, tertabrak, terbakar,
terkena serpihan ledakan, tersiram, dan tertelan.

2) Bising,
Berasal dari bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat
menganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menyebabkan gangguan
pendengaran (ketulian). Ditempat kerja bising dapat berasal dari berbagai
tempat seperti pada area produksi, area generator, area kompresor, area
dapur, area umum seperti pasar atau stasiun, hingga area perkantoran, dari
suara mesin, suara benturan alat hingga suara gaduh manusia.
3) Getar atau Vibration
Getar dapat menimbulkan gangguan pendengaran, muskoloskeletal,
keseimbagan, white finger dan hematuri mikroskopik akibat kerusakan
saraf tepi dan jarinagn pembuluh darah. Getaran dapat memajani seluruh
tubuh (whole body vibration) seperti pada pekerja pemotong rumput yang
membawa mesin di punggungnya dan pengemudi.
4) Suhu ekstrem panas
Merupakan tekanan panas yang melebihi kemampuan adaptasi, dapat
menimbulkan heat cramp, heat exhaustion dan heat stroke, dan kelainan
kulit. contoh peralatan kerja mengeluarkan suhu ekstrem panas adalah
tempat pembakaran (furnace), dapur atau tempat pemanasan (boiler),
mesin pembangkit listrik (generator) atau mesin lainnya.
5) Suhu ekstrem dingin
Pajanan suhu ekstrem dingin dilingkungan kerja dapat menimbulkan
frostbite (kerusakan kulit dan sel akibat suhu dingin ekstrem) yang
ditandai dengan bagian tubuh mati rasa diujung jari atau daun telinga, serta
gejala hipotermia yaitu suhu tubuh di bawah 35oC dan dapat mengancam
jiwa. Pekerja yang berisiko seperti penyelam, pekerja di cold storage, di
ruang panel yang menggunakan alat elektronik dalam suhu ekstrem
dingin, pemotong dan pengemas daging atau makanan laut yang
dibekukan.

6) Cahaya

Cahaya yang kurang atau terlalu terang dapat merusak mata. Sering
bekerja dibawah cahaya yang redup dapat menimbulkan ketidak nyamanan
pada mata berupa kelelahan mata atau kepala sakit. Adapun pencahayaan
lainnya yang dapat berisiko mengangggu kesehatan pekerja adalah mereka
yang bekerja di pantai ataupun ditengah laut sebagai akibat terkena sinar
matahari secara langsung dan berlangsung cukup lama.
7) Radiasi Pengion
Berasal dari sinar alfa, sinar beta, sinar gamma atau sinar-X, pekerja yang
berisiko yaitu radiografer di bagian radiologi di suatu klinik atau rumah
sakit, operator pembangkit tenaga nuklir atau lainnya.

b. Bahaya Kimia
Berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas dari yang
ringan seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti kelainan
organ hati dan saraf, gagal ginjal atau cacat fungsi paru. Bahaya kimia di
tempat kerja dapat berupa :
1. Logam berat, seperti merkuri, krom atau cadmium
2. Solvent / pelarut organik, misalnya hidrokarbon alifatik, hidrokarbon
aromatik. Pelarut organik yang banyak digunakan di industri antara lain
asam sulfat, asam fosfat benzena, toluena, dll.
3. Gas dan Uap, di udara gas dan uap biasanya bersifat asphyxiants, iritasi
lokal pada mukosa mata dan saluran pernafasan, sensitasi dan yang
toksik. Beberapa contoh pemanfaatan dan keberadaan gas dan uap antara
lain adalah amoniak di pabrik pupuk, klorin dalam pembersih rumah
tangga, pemutih binatu atau desinfektan di kolom renang dan fasilitas
kesehatan.

c. Bahaya Biologik
Berpotensi menimbulkan penyakit infeksi akibat kerja (PAK), dari penyakit
flu biasa sampai SARS bahkan HIV/AIDS bagi pekerja kesehatan. Jenis
mikroorganisme yang termasuk dalam golongan faktor biologik serta pekerja
berisiko terpajan antara lain virus (Hepatitis B/C, HIV/AIDS), bakteri
(tuberkulosis, leptospirosis), jamur (coccidiomycosis, aktinomikosis) serta
parasit (malaria).

4) Hazard Ergonomik
Hazard ergonomik yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan yang
dilakukan serta peralatan kerja yang digunakan oleh pekerja termasuk work
station. Contoh pekerja yang mengalami hazard ergonomik adalah pengemudi,
penjahit, pembuat batik dan sebagainya.
5) Hazard Pengorganisasian Pekerjaan dan Budaya Kerja
Contohnya adalah faktor stress kerja berupa beban kerja berlebih atau
pembagian pekerjaan yang tidak proporsional, budaya kerja sampai larut malam
dan mengabaikan kehidupan sosial pekerja.

BAB III
Kesimpulan
3.1 Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja dewasa ini merupakan istilah yang dikenal
sangat populer.  K3 dapat mengandung arti sebagai suatu pendekatan ilmiah dan disisi
lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu program yang
mempunyai tujuan tertentu. Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena
memerlukan kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang
menderita sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. 
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-
tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya serta disimpulkan sebagai
adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. Bahaya
(hazard) adalah berupa sumber, tindakan atau situasi yang dapat menyebabkan
kerugian bagi manusia, baik yang bisa menyebabkan luka-luka, gangguan kesehatan
ataupun kombinasi dari keduanya. Pada kondisi tertentu hazard kesehatan dapat
menjadi nyata dan menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan

3.2 Saran
Makalah ini dapat dijadikan gambaran akan sistem K3 dalam keperawatan,
sehingga cara pandang keprofesian nanti tidak sempit, dan para petugas kesehatan
mampu mengetahui cara pengendalian dari bahaya (hazard) serta lebih
memperhatikan keselamata diri maupun pasien dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8779943/MAKALAH_Konsep_Dasar_K3_Hazard_dan_P
engendaliannya diakses pada tanggal 16 September 2020 pukul 15.40 WIB

http://sharahfadillaperanginangin.blogspot.com/2017/12/makalah-peran-perawat-dam-
k3.html diakses pada tanggal 16 September 2020 pukul 16.00 WIB

http://dedikun.blogspot.com/2014/09/makalah-konsep-dasar-keperawatan.html
diakses pada tanggal 16 September 2020 pukul 16.10 WIB

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/750/3/Chapter%201.doc.pdf diakses pada tanggal


16 September 2020 pukul 16.25 WIB

http://ardisukma.blogspot.com/2013/07/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html diakses pada tanggal 16 September 2020 pukul 18.20 WIB

http://mellyulianti07.blogspot.com/2016/01/makalah-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.html
diakses pada tanggal 16 September 2020 pukul 18.35 WIB

https://www.academia.edu/10189223/Fungsi_Perawat_dalam_Kesehatan_dan_kesela
matan_Kerja diakses pada tanggal 16 September 2020 pukul 19.00 WIB

https://www.scribd.com/document/366801242/Tugas-Resume-Mandiri-k3-
Pertemuan-9-Tiffany-Ekki-Roitama-Putri14-10101 diakses pada tanggal 16
September 2020 pukul 19.25 WIB

https://www.slideshare.net/mobile/muthmainnahislam/k3-keperawatan dikases pada


tanggal 19 September 2020 pukul 13.20 WIB

http://repository.unimus.ac.id/1084/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 19


September 2020 pukul 13.35 WIB

Anda mungkin juga menyukai