Anda di halaman 1dari 27

K3 & ERGONOMIKA

Tugas Mata Kuliah PSIKOLOGI INDUSTRI & ORGANISASI

Pengampu: Dr. Unika Prihatsanti, S.Psi., M.A. & Achmad Mujab Masykur, S.Psi.,
M.A.

Kelompok 10

1. Nabilah Larashati 15000120140187


2. Fauziah Nurul Faisa 15000120140292
3. Margareta Titan Anggriani 15000120130088
4. Adinda Diah Ayu Putri 15000120140079
5. Ulfah Nur Azizah 15000120130194
6. Farsya Fatima Zahra 15000120140127
7. Aqilah Fathiyyah Amirah 15000120140345
8. Shaula Mega Rahajeng 15000120120048
9. Yustina Ardisti Ashaumi 15000120120009

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

GASAL, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
dengan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan Makalah Psikologi Industri dan
Organisasi yang berjudul “K3 dan Ergonomika” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Psikologi Industri dan Organisasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang K3 dan Ergonomika.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Unika Prihatsanti S.Psi., M.A.
dan Bapak Achmad Mujad Masykur S.Psi., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Industri dan Organisasi Kelas 1 yang telah membimbing dan memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah
berkontribusi dalam pembuatan makalah dengan baik. Kami berharap makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta manfaat kepada pembaca. Terlepas dari itu,
kami sangat menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah.
Semarang, 15 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 4
A. Pengertian Kesehatan Kerja .................................................................... 4
B. Materi Kesehatan Kerja ........................................................................... 4
C. Pengertian Keselamatan Kerja................................................................. 6
D. Keselamatan Kerja ................................................................................... 6
E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja .......................................................... 8
F. Sikap terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja ................................. 8
G. Pengertian Ergonomika ........................................................................... 11
H. Materi Ergonomika .................................................................................. 12
I. Prinsip dalam Ergonomika ....................................................................... 14
BAB III CONTOH KASUS ....................................................................................... 16
A. Kasus 1 ..................................................................................................... 16
B. Kasus 2 ..................................................................................................... 16
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN KASUS ...................................................... 18
A. Analisa dan Pembahasan Kasus 1 ............................................................ 18
B. Analisa dan Pembahasan Kasus 2 ............................................................ 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 20
A. Kesimpulan .............................................................................................. 20
B. Saran........................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Begitu pesatnya perubahan teknologi sehingga berbagai peralatan kerja telah
menjadi kebutuhan pokok di berbagai lapangan pekerjaan. Peralatan dan teknologi
merupakan alat untuk meningkatkan produktivitas dalam berbagai jenis pekerjaan.
Di samping itu, akan ada dampak negatif apabila pekerja kurang waspada dalam
memakai alat dan teknologi tersebut. Adanya berbagai resiko misalnya, juga
penyakit akibat kerja yaitu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kecelakaan akibat kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara
pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan ergonomi.
Ergonomi merupakan ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja
dengan kemampuan esensial manusia untuk memperoleh keluaran yang optimum
(Bennet dalam Sedarmayanti, 2011). Kemudian menurut Suma’mur (dalam
Sedarmayanti, 2011) ergonomi merupakan ilmu yang penerapannya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan
tujuan mencapai produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya. Ergonomika yang bersasaran
akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti penting bagi tenaga kerja, baik
sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja
mengesampingkan aspek ergonomi bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat
merugikan para pekerja itu sendiri.
Semua pekerja pastinya ingin bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang
sehat, aman, dan nyaman sehingga selain memperhatikan ergonomi, tempat kerja
atau perusahaan juga harus memperhatikan K3 bagi pekerja. Di era globalisasi ini,

1
perusahaan dituntut untuk melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) ini didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja
yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan
pelatihan, pengarahan, serta kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari para
karyawan dan pemberian bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari
lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja (Mathis dan
Jackson dalam Elphiana E.G, Yuliansyah M. Diah, 2017). Untuk itu perlu kita
mengembangkan dan meningkatkan K3 di sektor kesehatan dalam rangka menekan
serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan
kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Oleh karena itu, di dalam
makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja (K3), ergonomika, beserta contoh kasus dan analisisnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai kesehatan kerja?
2. Bagaimana penjelasan mengenai keselamatan kerja?
3. Bagaimana penjelasan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja (K3) ?
4. Bagaimana penjelasan mengenai sikap terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja?
5. Bagaimana penjelasan mengenai ergonomika?
6. Bagaimanakan contoh kasus dan analisisnya mengenai K3 dan ergonomika?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan dan memaparkan materi tentang kesehatan kerja.
2. Untuk menjelaskan dan memaparkan materi tentang keselamatan kerja.
3. Untuk menjelaskan dan memaparkan materi tentang kesehatan dan
keselamatan kerja.

2
4. Untuk menjelaskan dan memaparkan materi tentang sikap terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja.
5. Untuk menjelaskan dan memaparkan materi tentang ergonomika.
6. Untuk menjelaskan contoh kasus dan analisisnya tentang K3 dan
ergonomika.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Kerja
Menurut Meily (dalam Putra, 2018) kesehatan kerja merupakan tingkat
kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial seluruh karyawan yang dijaga dan
ditingkatkan pada level yang tinggi melalui usaha yang dilakukan perusahaan.
Wirawan (2015) menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah penerapan dari
ilmu kesehatan atau kedokteran di bidang ketenagakerjaan yang tujuannya untuk
mencegah penyakit yang timbul akibat kerja serta mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan para pekerja untuk meningkatkan kinerja mereka.
Menurut Hartatik (2014) kesehatan kerja merupakan suatu kondisi
kesehatan yang ditujukkan pada pekerja agar memperoleh derajat kesehatan pada
level tinggi, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Kesehatan kerja perlu
diperhatikan oleh perusahaan karena karyawan akan merasa senang, nyaman, dan
mampu bekerja lebih lama sehingga menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kesehatan kerja merupakan usaha perusahaan pada pekerja untuk menjaga dan
meningkatkan derajat kesehatan pekerja pada level tinggi baik secara fisik, mental,
rohani, dan kesejahteraan sosial dengan mencegah gangguan kesehatan yang timbul
akibat kerja atau lingkungan kerja.

B. Materi Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja memiliki tujuan agar para pekerja/masyarakat yang bekerja
tetap mendapatkan hak dan derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik maupun
mental, penyakit/gangguan yang ditimbulkan karena faktor pekerjaan maupun

4
lingkungan kerja, dan penyakit umum lainnya. Keselamatan kerja memiliki arti yang
sama dengan hygiene perusahaan dan memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sasarannya adalah manusia
2. Bersifat medis
Ketika melakukan suatu pekerjaan, banyak faktor yang dapat menjadi sebuah
risiko pada kesehatan pekerjaan, seperti tata letak tempat kerja, lingkungan sekitar
tempat kerja, serta material-material yang digunakan.
Dalam sebuah lingkungan kerja, dibutuhkan seseorang yang ahli dalam segi
pengetahuan serta pemahaman dari risiko material-material yang digunakan. Ia juga
harus mengetahui dan memahami bagaimana reaksi tubuh ketika material tersebut
bersinggungan langsung dengan tubuh manusia (pekerja) agar dapat meminimalisir
risiko yang akan terjadi kedepannya. Pengetahuan ini menjadi sangat penting
terutama untuk kesehatan para pekerja sebagai tindakan preventif terhadap
timbulnya suatu penyakit.
Menurut Ridley (2008) terdapat beberapa jalur risiko dari substansi
berbahaya yang dapat masuk ke tubuh, yaitu :
a. Asupan makanan (masuk melalui mulut, kemudian menuju usus).
b. Hirupan napas (masuk melalui organ pernapasan menuju paru-paru).
c. Penyerapan (masuk melalui pori-pori kulit).
d. Masuk melalui luka dan sayatan terbuka.
Ridley juga membagikan beberapa Tindakan pencegahan sederhana untuk
mencegah berbagai substansi berbahaya tersebut masuk ke dalam tubuh para
pekerja :
a. Asupan makanan
1. Tidak makan di tempat kerja
2. Menjaga kebersihan diri dengan senantiasa mencuci tangan sebelum
makan

5
3. Tidak merokok di tempat kerja
b. Hirupan pernapasan
1. Menggunakan masker atau pelindung pernapasan yang sesuai dengan
standar keselamatan tiap substansi
2. Menyediakan ventilasi keluar (exhaust ventilation)
3. Ekstraksi uap dan debu
c. Penyerapan
1. Menggunakan sarung tangan
2. Membersihkan area yang terkontaminasi dengan air sabun hingga bersih
3. Menggunakan krim pelindung kulit
d. Masuk melalui luka dan sayatan terbuka
1. Mengobati seluruh luka dan sayatan terbuka
2. Menutupi seluruh luka dan sayatan ketika bekerja

C. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani dan rohani bertujuan untuk
menjaga keamanan dan kenyamanan tenaga kerja agar tercapainya ketahanan fisik,
daya kerja,dan tingkat kesehatan yang tinggi (Hasibuan dkk, 2020).

D. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja menjadi sebuah hal yang penting untuk diperhatikan. Tiap
perusahaan yang beroperasional wajib mengutamakan keselamatan kerja
karyawannya dan mempraktikkannya. Wiratmani (2010) menjelaskan berbagai
tujuan diterapkannya keselamatan kerja, yaitu :
1. Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja,
kebakaran, ledakan, dan pencemaran lingkungan.

6
2. Mengamankan mesin, pesawat, instalasi, peralatan kerja, bahan baku,
dan hasil produksi.
3. Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman
dan aman.
4. Meningkatkan produktivitas kerja atas dasar tingkat keselamatan kerja
yang tinggi.
Suatu perusahaan yang baik dapat menyediakan hal-hal yang dapat
menunjang keselamatan kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
karyawan alat pelindung diri, memperhatikan kondisi alat kerja, melakukan
perawatan alat, menyediakan bahan baku yang baik, memberikan
penerangan/pencahayaan yang baik di lokasi kerja, serta kebersihan dan ketertiban
yang terjaga (Wahyuni, Suyadi & Hartanto, 2018).
Keselamatan kerja berkaitan dengan kecelakaan kerja. Prinsip keselamatan
kerja digunakan untuk mengurangi dan menghindari adanya kecelakaan kerja.
Suma’mur (dalam Pisceliya & Mindayani, 2018) mendefinisikan kecelakaan kerja
sebagai suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Hasiguna (2009) membagi dua
kategori penyebab kecelakaan kerja, yaitu :
1. Kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak
melakukan tindakan penyelamatan. Contohnya, pakaian kerja,
penggunaan peralatan pelindung diri, falsafah perusahaan, dan lain-lain.
2. Kecelakaan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan kerja yang tidak
aman. Contohnya, penerangan, sirkulasi udara, temperatur, kebisingan,
getaran, penggunaan indikator warna, tanda peringatan, sistem upah,
jadwal kerja, dan lain-lain.

7
E. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara harfiah terdiri dari tiga suku
kata, yaitu keselamatan, kesehatan, dan kerja. Keselamatan dalam bahasa Inggris
disebut safety yang berarti keadaan terbebas dari celaka dan hampir celaka
(Geotsch dalam Rizky, 2009). Kesehatan dalam bahasa Inggris disebut health.
Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 kesehatan ialah “Keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.” Kerja dalam bahasa Inggris disebut work atau
occupation yang berarti kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan (penghasilan
dan lain-lain) (Geotsch dalam Rizky, 2009).
Menurut ILO (International Labour Organization) K3 adalah “semua kondisi
dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi
tenaga kerja maupun orang lain di tempat kerja”. K3 diatur dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 1/1970 tentang keselamatan kerja yang mendefinisikan
tempat kerja sebagai ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap dimana tenaga kerja bekerja. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau
berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

F. Sikap Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Suatu sikap muncul pada setiap manusia yang akan timbul dari adanya
interaksi manusia dengan objek tertentu. Menurut Bogardus (dalam Kartini Kartono,
1994) mengatakan bahwa sikap merupakan tendensi untuk bereaksi tertentu
terhadap faktor-faktor lingkungan, dan bisa bersifat positif atau negatif.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan
keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal

8
kesehatan dan keselamatan personil yang berada di daerah atau tempat tersebut
baik pekerja maupun bukan pekerja perusahaan tersebut.
Pada hakekatnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
upaya mengamankan proses produksi, menjamin agar setiap orang yang berada di
tempat kerja senantiasa dalam kondisi aman, sehat, dan selamat.
Tersedianya lingkungan kerja dan sarana-sarana kerja yang memadai itu
harus dibarengi dengan kesediaan para pekerja sendiri untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan kerja yang berlaku, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan penggunaan sarana-sarana kerja. Dilanggarnya ketentuan-ketentuan itu
dapat menyebabkan pekerja terganggu kesehatannya atau malah tertimpa
kecelakaan, walaupun sarana-sarana kerja yang disediakan sebenarnya sudah
memadai. Misalnya terdapat seorang juru las yang tidak mau menggunakan
kacamata pelindung yang sudah disediakan ketika sedang bekerja mengelas sesuatu,
ia tidak saja dapat terluka matanya, tetapi juga dapat mengalami kebutaan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap karyawan
terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah kecenderungan untuk
memahami, merasakan, dan berperilaku sesuai dengan penerapan kegiatan atau
usaha perlindungan yang dilakukan perusahaan untuk para karyawannya dan orang-
orang disekitar tempat kerja dengan upaya menciptakan kerja aman dan sehat, alat-
alat dan mesin yang terawat serta karyawan yang terlatih agar mencapai tujuan
bersama yang ditetapkan perusahaan.
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu
bentuk manajemen suatu perusahaan terhadap karyawannya yang bertujuan
melindungi para pekerjanya agar terhindar dari risiko kecelakaan kerja dan
gangguan kesehatan. Kepercayaan para karyawan terhadap manajemen yang
diterapkan perusahaan berkaitan dengan produktivitas karyawan terhadap
perusahaannya.

9
Sikap merupakan tendensi untuk bereaksi tertentu terhadap faktor-faktor
lingkungan, bisa bersifat positif dan negatif (Kartini kartono, 1994). Bila penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat memberikan keamanan, Kesehatan,
ketenangan, kenyamanan, ketentraman maka akan dinilai positif oleh para
karyawannya, sehingga setiap karyawan dapat memiliki sikap mendukung terhadap
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan. Sebaliknya, jika
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja tidak memberikan perasaan nyaman,
aman, tentram, tenang pada karyawan saat bekerja maka akan dinilai negatif oleh
para karyawannya, sehingga setiap karyawan dapat memiliki sikap tidak mendukung
penerapan keselamatan dan kesehatan kerja. Sikap negatif ini muncul karena kurang
atau tidak terjaminnya keselamatan dan kesehatan dalam bekerja, yang pada
akhirnya akan tercermin melalui tindakan pemogokan yang menuntut peningkatan
kesejahteraan, unjuk rasa dengan berbagai latar belakang, bolos kerja, karyawan
tidak bersemangat dalam bekerja, dan turnover. Program K3 yang oleh karyawan
dirasa atau dipandang efektif dan sesuai dengan prosedur dapat mensejahterakan
karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas karyawan.
Terdapat juga dalam undang-undang ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003
pasal 86 tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang berbunyi:
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

10
G. Pengertian Ergonomika
Secara etimologi, ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu “ergon” (kerja)
dan “nomos” (hukum alam). Ergonomi sebagai salah satu cabang keilmuan yang
sistematis untuk memanfaatkan informasi- informasi mengenai sifat, kemampuan
dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja yang baik untuk
mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan yang efektif, efisien, aman dan
nyaman (Ginting, 2010).
Bennet yang dikutip Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja
(2011:2), mengemukakan bahwa ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan
perlengkapan kerja dengan kemampuan esensial manusia untuk memperoleh
keluaran yang optimum. Selaras dengan pendapat tersebut, Suma’mur yang dikutip
oleh Sedarmayanti, Tata Kerja dan Produktivitas Kerja (2011:2), mengemukakan
bahwa ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan mencapai
produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor
manusia seoptimal-optimalnya.
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik
(Tarwaka, 2004).
Dalam dunia kerja ergonomi memiliki peran yang besar dan semua bidang
pekerjaan memerlukan ergonomi. Ergonomi berkenaan dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan di
tempat rekreasi. Ergonomi yang diterapkan di dunia kerja membuat pekerja merasa
nyaman dalam melakukan pekerjaan. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka

11
akan bermanfaat pada produktifitas kerja yang diharapkan dan mampu
membuatnya meningkat (Suhardi,2008).
Berdasarkan beberapa pengertian ergonomi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan
informasi mengenai sifat kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat bekerja pada sistem dengan baik, guna
mencapai tujuan melalui pekerjaan yang dilakukan dengan efisien dan nyaman.
Kemudian ilmu ergonomi ini dapat berupaya untuk menyerasikan suatu alat, cara
dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan segala keterbatasan
manusia sehingga manusia dapat berkarya secara optimal tanpa pengaruh buruk
dari pekerjaannya.

H. Materi Ergonomika
Fokus ergonomi melibatkan tiga komponen utama yaitu manusia, mesin dan
lingkungan yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi tersebut
menghasilkan suatu sistem kerja yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan
yang lainnya yang dikenal dengan istilah worksystem (Bridger, 2003).
Ergonomi terdiri dari beberapa tujuan dalam penerapannya. Berikut ini
merupakan tujuan dari ergonomi.
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif
maupun setelah tidak produktif.

12
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek: teknis,
ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang
dilakukan, sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Selain itu, ergonomi juga mempunyai beberapa manfaat dalam
penerapannya. Berikut ini merupakan manfaat dari ergonomi (Pheasant, 2003).
1. Peningkatan hasil produksi, yang berarti menguntungkan secara ekonomi.
2. Menurunnya probabilitas terjadinya kecelakaan.
3. Dengan menggunakan antropometri dapat direncanakan atau didesain:
a. Pakaian kerja
b. Workspace
c. Lingkungan kerja
d. Peralatan/ mesin
e. Consumer product
Terdapat dua pendekatan dalam melakukan ergonomi, yaitu kuratif dan
konseptual. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai pendekatan dalam
ergonomi (Anies, 2005).
1. Pendekatan Kuratif
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung.
2. Pendekatan Konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat
efektif dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika terkait
dengan teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-
prinsip ergonomi telah diterapkan. Penerapannya bersama-sama dengan
kajian lain, misalnya kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan. Pendekatan holistik ini dikenal dengan pendekatan teknologi
tepat guna.

13
I. Prinsip dalam Ergonomika
Prinsip ergonomi merupakan pedoman dalam menerapkan ergonomi di
tempat kerja. Terdapat 12 prinsip kerja ergonomis menurut Macleod (1999) dalam
Setyowati & Fathimahhayati (2021).
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal.
Postur tubuh memberikan titik awal yang baik untuk mengevaluasi
pekerjaan yang dilakukan. Posisi normal manusia mencakup saat manusia
bekerja dalam posisi duduk dan berdiri. Posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat
badan tertumpu seimbang pada dua kaki (Siboro, et al., 2013).
2. Mengurangi beban berlebih.
Beban yang berlebihan dapat menyebabkan potensi kelelahan dan
cidera.
3. Menempatkan peralatan agar selalu ada dalam jangkauan.
Konsep yang berkaitan dengan hal ini adalah reach envelope. Konsep ini
berupa bentuk setengah lingkaran yang dibuat pada saat mengulurkan
lengan, benda idealnya dapat berada dalam jangkauan ini.
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh
Posisi kerja harus dalam keadaan posisi normal tubuh, oleh karena itu
ketika alat yang dipakai membuat pekerja harus membungkuk atau
melihat ke atas secara terus menerus, maka ketinggian pekerja dengan
alat harus disesuaikan (Siboro, et al., 2013).
5. Mengurangi gerakan berulang berlebih.
Cara paling sederhana untuk mengurangi pengulangan manual adalah
dengan menggunakan perkakas listrik jika memungkinkan.
6. Minimalisasi gerak statis

14
Menahan dengan posisi yang sama selama jangka waktu tertentu disebut
sebagai beban statis. Hal ini menciptakan kelelahan dan
ketidaknyamanan serta dapat mengganggu pekerjaan.
7. Minimalisasi titik beban
Tekanan yang terpusat dari sebuah benda yang mengenai tubuh akan
menimbulkan ketidaknyamanan saat bekerja dan akan menurunkan
ketahanan tubuh.
8. Memiliki cukup jarak atau clearance
Area kerja perlu diatur agar pekerja memiliki ruang yang cukup untuk
kepala, lutut, dan kaki. Pekerja jelas tidak ingin bertabrakan dengan
banyak hal sepanjang waktu, atau harus bekerja dalam postur tubuh yang
berubah-ubah, atau meraih karena tidak ada ruang untuk lutut atau kaki.
9. Melakukan gerakan, olahraga, dan peregangan saat bekerja
Bergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan, latihan yang berbeda di
tempat kerja dapat membantu. Jika memiliki pekerjaan yang menuntut
fisik, pekerja mungkin akan terbantu untuk melakukan peregangan dan
pemanasan sebelum melakukan aktivitas berat. Jika memiliki pekerjaan
yang tidak banyak bergerak, pekerja mungkin dapat mengambil istirahat
sesering mungkin untuk melakukan beberapa peregangan.
10. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
Lingkungan yang nyaman, yaitu diantaranya pencahayaan yang cukup,
suhu yang sesuai, dan tingkat kebisingan yang rendah.
11. Membuat petunjuk dan pengontrol yang dapat dimengerti
Penggunaan suatu alat biasanya didukung dengan petunjuk pemakaian
untuk memudahkan pengguna. Petunjuk dan pengontrol harus dibuat
dengan desain yang mudah dimengerti.
12. Mengurangi stress dengan meningkatkan organisasi kerja

15
BAB III
CONTOH KASUS
A. Kasus 1
Kasus : Kecelakaan Kerja PT Agung Beton Persada Utama
15 April 2020 Teguh seorang buruh PT Agung Beton Persada Utama
sebuah perusahaan pembuat aspal beton dan hotmix untuk kebutuhan
pembangunan jalan Tol mengalami kecelakan kerja. Sebelum terjadinya
peristiwa tidak mengenakan tersebut, Teguh diberi tugas oleh pengawas
untuk menjahit karet belting yang tidak layak pakai dan nyaris koyak pada
mesin conveyor. Teguh juga membersihkan batu pasir yang lengket pada
mesin tersebut karena jika tidak dibersihkan maka mesin akan rusak dan
karet bisa semakin koyak. Namun ketika Teguh sedang membersihkan mesin
conveyor tiba-tiba saja operator menghidupkan mesin dengan posisi tangan
kiri Teguh yang masih berada didalam mesin yang menyala. Hal ini
menyebabkan tangan kiri teguh ikut tergulung mesin dan terluka parah
sehingga perlu dilarikan ke rumah sakit. Tangan Teguh berakhir akhirnya
diamputasi dan harus menjalani perawatan berminggu-minggu.
B. Kasus 2
Kasus : Posisi Duduk yang Salah Ketika Bekerja
Dalam video terlihat seorang karyawan yang tidak nyaman dengan
posisi duduknya yang disebabkan oleh desain kursi yang tidak sesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini menyebabkan karyawan tersebut mengalami
kelelahan pada tulang punggung, yang berakibat nyeri.

16
Kasus : Kesalahan dalam Manual Lifting and Handling
Dalam video terlihat seorang karyawan laki-laki melakukan gerakan
memindah barang dengan memutar dibagian pinggang yang menimbulkan
kelelahan dan sakit pada pinggang.

17
BAB IV
ANALISA & PEMBAHASAN KASUS
A. Analisa dan Pembahasan Kasus 1
Dari kasus diatas, penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut
adalah faktor manusia (human error). Dalam kasus tersebut terdapat
kelalaian pada operator mesin conveyor dan kurangnya pengawasan
manajemen dalam bidang kesehatan, keselamatan, dan keamanan pada PT
Agung Beton Persada Utama. Operator mesin conveyor pada kasus ini kurang
berhati-hati dan teliti dalam mengoperasikan mesin. Seharusnya operator
mesin memperhatikan apakah masih ada orang yang membersihkan mesin
atau tidak. Pengawasan manajemen yang ketat terhadap mesin conveyor
sangat diperlukan menyadari mesin ini memiliki resiko yang besar dalam
menyebabkan kecelakaan kerja. Kemudian untuk solusi yang bisa diberikan
agar kasus tidak terjadi lagi adalah sebagai berikut:
● Membuat sanksi jika ada pekerja yang melakukan kesalahan dalam
bekerja.
● Perlu ditingkatkannya pengawasan manajemen terhadap mesin
conveyor dengan meletakan cctv di sekitar area mesin sehingga
operator dapat memastikan bahwa tidak ada orang yang sedang
membersihkan mesin.
● Jika ingin menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi dalam
pengawasan manajemen PT Agung Beton Persada Utama dapat
memasang alat pendeteksi yang bisa mendeteksi apakah terdapat
benda asing didalam mesin.

18
B. Analisa dan Pembahasan Kasus 2
Kasus : Posisi Duduk yang Salah Ketika Bekerja
Penyebabnya adalah desain kursi yang tidak tepat (terlalu tinggi dan
rendah) sehingga menyebabkan karyawan mengetik dengan posisi tubuh
membungkuk atau menengadah. Hal ini menyebabkan terjadinya kelelahan
dan rasa nyeri pada karyawan tersebut. Solusi dalam kasus ini yakni lebih
memperhatikan desain meja dan kursi.
Kasus : Kesalahan dalam manual lifting and handling
Karyawan laki-laki melakukan gerakan memutar dengan menitik beratkan
pada pinggang sehingga bisa menimbulkan kelelahan, nyeri, bahkan cedera
pada pinggang. Solusi dari kasus ini adalah jika ingin melakukan manual
lifting and handling lakukan dengan menggerakan seluruh badan.

19
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
A. Kesimpulan
Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha
dan keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin
secara maksimal kesehatan dan keselamatan personil yang berada di daerah
atau tempat tersebut baik pekerja maupun bukan pekerja perusahaan
tersebut. Tersedianya lingkungan kerja dan sarana-sarana kerja yang
memadai itu harus dibarengi dengan kesediaan para pekerja sendiri untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kerja yang berlaku, khususnya ketentuan-
ketentuan yang berkaitan dengan penggunaan sarana-sarana kerja.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap
karyawan terhadap penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
kecenderungan untuk memahami, merasakan, dan berperilaku sesuai
dengan penerapan kegiatan atau usaha perlindungan yang dilakukan
perusahaan untuk para karyawannya dan orang-orang disekitar tempat kerja
dengan upaya menciptakan kerja aman dan sehat, alat-alat dan mesin yang
terawat serta karyawan yang terlatih agar mencapai tujuan bersama yang
ditetapkan perusahaan.
Sikap negatif muncul karena kurang atau tidak terjaminnya
keselamatan dan kesehatan dalam bekerja, yang pada akhirnya akan
tercermin melalui tindakan pemogokan yang menuntut peningkatan
kesejahteraan, unjuk rasa dengan berbagai latar belakang, bolos kerja,
karyawan tidak bersemangat dalam bekerja, dan turnover.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi mengenai sifat kemampuan dan keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat bekerja

20
pada sistem dengan baik, guna mencapai tujuan melalui pekerjaan yang
dilakukan dengan efisien dan nyaman. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan
mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja,
menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan
kepuasan kerja Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinasi kerja secara tepat
guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman Lingkungan yang
nyaman, yaitu diantaranya pencahayaan yang cukup, suhu yang sesuai, dan
tingkat kebisingan yang rendah.

B. Saran
Pengetahuan tentang materi K3 dan Ergonomi terkait dengan
keselamatan,keamanan dan kenyamanan karyawan dan lingkungan kerja
memiliki bahasan dan perspektif yang cukup luas dan beragam. Harapan
kami makalah ini bisa memberikan informasi yang cukup pada materi K3 &
Ergonomi ini. Namun, Kami sangat menyadari keterbatasan sumber yang
kami miliki. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk perkembangan yang lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA
Farihah, R. (2006). Hubungan antara sikap karyawan terhadap penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas karyawan PT
Toyotetsu Corporation. Skripsi, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Diakses dari
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13796/1/RIF%2
7ATIL%20FARIHAH-FPSI.pdf pada tanggal 18 November 2021 pukul 20.30.
Firmansyah, G.C. (2020) Studi Literatur Penggunaan Kursi Ergonomi Untuk
Menurunkan Keluhan Otot Rangka dan Kelelahan. Skripsi thesis, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta. Diakses dari
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3212/4/Chapter%202.pdf pada tanggal 19
November 2021.
Hadiguna, R.A. (2009). Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan
Efektifitas. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartatik, Indah P. (2014). Buku praktis mengembangkan SDM. Laksa.
Pisceliya, D.M.R. & Mindayani, S. (2018). Analisis Kecelakaan Kerja Pada Pekerja
Pengelasan Di CV Cahaya Tiga Putri. Jurnal Riset Hesti Medan, 3(1). 66–75.
Polres Pematangsiantar. (2021, Januari 13). Penanganan kasus kecelakaan kerja
karyawan pt agung beton persada utama. Tribratanews polres
pematangsiantar.
https://tribratanews.polrespematangsiantar.id/penanganan-kasus-
kecelakaan-kerja-karyawan-pt-agung-beton-persada-utama/
Pribadi, T. (2020, Oktober 2). Kisah teguh, kehilangan tangan akibat tergulung mesin
aspal beton, perusahaan seperti “lepas tangan”. Kompas.com.
https://regional.kompas.com/read/2020/10/02/08195351/kisah-teguh-
kehilangan-tangan-akibat-tergulung-mesin-aspal-beton-perusahaan

22
Putra, Reynaldo E. (2018). Pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis,
57(2).
Apriyani, R. K. (2019). Pengaruh pelaksanaan k3 (Kesehatan Dan keselamatan kerja)
terhadap tingkat kecelakaan kerja perekam medis. Jurnal Ilmiah Ilmu
Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 5(2). https://doi.org/10.33485/jiik-
wk.v5i2.139
Rizky, Achmad S. (2009). Manajemen penggajian dan pengupahan karyawan
perusahaan. Gramedia Utama.
Sembiring, M. (2020). Pengaruh lingkungan kerja terhadap produktivitas kerja
karyawan pada PT Indah Pontjan Lau Pakam. Skripsi, Universitas Quality.
Diakses dari
http://portaluniversitasquality.ac.id:55555/1137/3/BAB%20II.pdf pada
tanggal 19 November 2021.
Siboro, B. A. H., Suroso, S., Suhendrianto, S., & Esmijati, E. (2013). Penerapan 12
Prinsip Ergonomi Pada Ruang Server (Studi Kasus Ruang Server Universitas
Gadjah Mada). PROFISIENSI: Jurnal Program Studi Teknik Industri, 1(1).
https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnalprofisiensi/article/viewFile
/212/205
Setyowati, D. L., & Fathimahhayati, L. D. (2021). Buku sikap kerja ergonomis untuk
mengurangi keluhan muskuloskeletal pada pengrajin manik-manik. Penerbit
Insan Cendekia Mandiri.
https://www.journal.unrika.ac.id/index.php/jurnalprofisiensi/article/viewFile
/212/205
Wahyuni, N., Suyadi, B., Hartanto, W. (2018). Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT Kutai Timber
Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 12(1). 99–104.

23
Wiratmani, E. (2010). Analisis Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K–3)
Pada Bagian Pressing Di PT X. Jurnal Ilmiah Faktor E, 3(1). 95–110.
Widyawati, Ni Komang. (2020). Pentingnya Penguasaan Konsep Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) Dalam Mendukung Kinerja Calon Lulusan Pendidikan
Kejuaran di Dunia Kerja. Jurnal Bosaparis : Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga 11(3). Universitas Ganesha Singaraja.
Wirawan. (2015). Manajemen sumber daya manusia Indonesia. PT Raja Grafindo
Persada.

24

Anda mungkin juga menyukai