Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH K3RS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Kerja dengan dosen mata ajar
Bapak Bhakti Permana, M.Kep

Disusun oleh :

Kelompok 4

1. Anisa Nurfadilah 221006

2. Dhevia Nurisa Pratama 221009

3. Dini Mareta 221011

4. Indah Tiaranovelia 221018

5. Linda Faulani 221021

6. Muhamad Yasir Sahroni 221024

7. Muhammad Rijal Hidayat 221025

8. Nadya Nazwa Nurrandy 221027

9. Sofiana Natasya 221034

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT

Jalan Muhammad No. 34 Telp./Fax. (022) 6004498 Bandung

2022

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kesehatan Kerja.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.

Bandung, 19 March 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I............................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1

BAB II...........................................................................................................................................................4

PENUTUP.....................................................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................5

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan K3 merupakan instrumen
yang melindungi pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan dari hal-hal merugikan yang
dapat diakibatkan oleh aktivitas pekerjaan. Menurut Mathis dan Jackson, K3 adalah tindakan
ataupun kegiatan untuk menjamin terwujudnya kondisi kerja yang aman bagi karyawan,
menghindarkannya dari gangguan fisik dan mental, mengarahkan dan mengendalikan
pelaksanaan tugas, serta memberikan bantuan, baik dari lembaga pemerintah maupun
perusahaan. K3 berperan untuk menjamin setiap tenaga kerja mendapat perlindungan kesehatan
dan keselamatan saat bekerja, menjamin setiap sumber produksi layak dan aman digunakan
sehingga mengurangi risiko kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja.
Sementara itu, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit disebut dengan K3RS.
K3RS (Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit) adalah segala kegiatan untuk menjamin
serta melindungi keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit dengan upaya pencegahan
kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.
Pelaksanaan Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga
dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak hanya menimbulkan
korban jiwa ataupun kerugian materi bagi pekerja atau perusahaan. Tetapi berdampak luas pada
lingkungan dan masyarakat luas. Dalam hal ini, perawat sebagai salah satu tenaga kerja di rumah
sakit harus mengetahui dan memiliki pengetahuan terkait K3RS dan pengoperasian K3RS yang
berlaku di rumah sakit tempat ia bekerja. Perilaku perawat juga merupakan salah satu faktor
yang dapat mengakibatkan suatu kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk mencegah
terjadinya kecelakaan adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman.

4
1.2 Tujuan
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan K3RS.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang pada dasarnya
adalah untuk menyelamatkan pasien. keselamatan pasien merupakan prioritas bagi pelaksanaan
lima isu penting tentang keselamatan di rumah sakit, karena masalah keselamatan pasien
berkaitan erat dengan kualitas dan citra rumah sakit itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sedemikian pesat menyebabkan pelayanan kesehatan di rumah sakit menjadi
sangat kompleks sehingga jika tidak dilakukan dengan benar dan hati-hati akan berpotensi untuk
terjadinya Insiden Keselamatan Pasien (IKP) yang terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan
(KTD), Kejadian Nyaris Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC) dan Kondisi Potensial
Cedera (KPC) (Depkes,2006).

Pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit disebutkan bahwa K3RS (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit) merupakan seluruh kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan
penyakit akibat kerja di rumah sakit. Perawat sebagai tenaga kerja di rumah sakit dengan peranan
yang sangat penting sudah seharusnya memiliki pengetahuan dasar terkait bagaimana seorang
perawat menerapkan K3 selama bekerja.

Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal 23


dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang memiliki risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan yang paling sedikit beranggotakan 10 orang. Jika
memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelas bahwa Rumah Sakit termasuk ke dalam kriteria
tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan,
tidak hanya terhadap para pekerja langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien
maupun pengunjung yang terdapat di RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya untuk meningkatkan K3 di RS.

5
Tujuan umum penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (k3) antara lain
yaitu, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan nyaman dengan melakukan penilaian secara
kualitatif dan kuantitatif dan menciptakan kondisi yang sehat bagi karyawan, keluarga dan
masyarakat sekitarnya melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promosi
kesehatan di tempat kerja menurut WHO adalah berbagai kebijakan dan aktifitas di tempat kerja
yang dirancang untuk membantu pekerja dan perusahaan di semua level untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesejahteraan dengan melibatkan partisipasi pekerja, manajemen dan stakeholder
lainnya. Upaya promotif K3 dilakukan untuk meningkatkan kesehatan (health promotion) dan
perlindungan khusus.

Peningkatan kesehatan di tempat kerja dapat dilaksanakan dengan


memberikan pendidikan dan pelatihan dengan berbagai metode dan media yang intraktif.
Misalnya diklat manajemen risiko, penyuluhan tanggap darurat bencana, penyuluhan gizi kerja,
penyuluhan tuberkulosis di tempat kerja dan berbagai kegiatan lainnya sesuai skala prioritas
perusahaan. Sedangkan perlindungan khusus (spesific protection) adalah upaya promosi K3
dalam mencapai tujuan tertentu. Perlindungan khusus ini misalnya pemberian vaksin bagi
pekerja yang akan bertugas ke daerah dengan endemik penyakit tertentu, pengendalian
lingkungan kerja secara teknis, administrasi dan pemakaian alat pelindung diri, penyesuaian
antara manusia dengan lingkungan kerja.

Pentingnya penerapan K3 di rumah sakit jelas berhubungan dengan faktor


risiko yang mungkin dapat membahayakan atau merugikan pihak rumah sakit dalam berbagai
bidang. Mulai dari keselamatan pekerja, pasien, maupun pengunjung di rumah sakit. Dengan
adanya Penerapan K3RS pihak penyelanggara dan tim dapat merencanakan dan mengelola risiko
dan bahaya yang dapat terjadi di lingkungan rumah sakit.

 Tujuan K3 dalam Keperawatan

Berdasarkan Permenkes nomor 66 tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit, didapatkan beberapa tujuan K3 yang disimpulkan antara lain sebagai berikut:

1. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit bertujuan untuk mencegah terjadinya


kecelakaan kerja.

6
2. Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan
kesehatan di Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap keselamatan
dan kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung.

3. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja


di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan.

4. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk melindungi sumber daya manusia Rumah
Sakit termasuk perawat, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
Rumah Sakit dari limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

5. Pencegahan dan pengendalian kebakaran bertujuan untuk memastikan SDM Rumah


Sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, dan aset Rumah Sakit aman dari bahaya
api, asap, dan bahaya lain.

6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan
kehandalan sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.

7. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit bertujuan untuk melindungi SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit dari potensi bahaya peralatan medis baik
saat digunakan maupun saat tidak digunakan.

8. Kesiap siagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana bertujuan untuk


meminimalkan dampak terjadinya kejadian akibat kondisi darurat dan bencana yang
dapat menimbulkan kerugian fisik, material, dan jiwa, mengganggu operasional, serta
menyebabkan kerusakan lingkungan, atau mengancam finansial dan citra Rumah Sakit.

9. Unit Pelayanan Kesehatan Kerja Rumah Sakit bertujuan untuk menurunkan kejadian
dan prevalensi penyakit pada SDM Rumah Sakit dari penyakit menular, penyakit tidak
menular, penyakit akibat kerja, dan kecelakaan akibat kerja.

 Manfaat K3 dalam Keperawatan

7
Penerapan K3 di rumah sakit bagi tenaga kerja termasuk perawat, yaitu:

1. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)

Penyakit akibat kerja adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan yang
dilakukan setiap hari atau suatu penyakit yang memiliki asosiasi hubungan cukup kuat
dengan lingkungan kerja. Penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh pekerjaan, alat
kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan adanya penerapan K3 di rumah
sakit, tenaga kerja termasuk perawat dapat terlindungi dari bahaya penyakit akibat kerja.

2. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)

Dampak cedera akibat kerja perawat terbesar adalah sprain dan strain, Bergesernya
cakram intervertebralis, tertularnya penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B atau C, infeksi
patogen, fraktur, dan cedera kepala (Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet,
2010). Untuk mencegah terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukanlah penerapan K3
yang diharapkan dapan meminimalisir bahkan mengatasi kecelakaan ataupun cedera pada
tenaga kerja termasuk perawat.

8
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Sebuah ambulans Rumah Sakit sedang dalam perjalanan untuk menjemput pasien dengan
kondisi kritis Selama perjalanan salah satu anggota tim medis mengalami cedera pada
tangan saat mengangkat pasien ke atas brankar

1. Bagaimana menjaga ketenangan dan memastikan keselamatan pasien yang sedang


dalam kondisi kritis

Setiap instansi memiliki budaya masing-masing beegitu pula dengan rumah sakit. rumah sakit
berperan dalam memberikan keselamatan pasien, kesembuhan pasien, kepuasan pasien dan
masih banyak lagi. Budaya keselamatan ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan cara
organisasi mementingkan dan mendukung perkembangan keselamatan dengan baik. Organisasi
yang memiliki pemikiran positif terkait budaya keselamatan memiliki rasa saling percaya,
memiliki pemahaman bahwa keselamatan itu penting, memiliki solusi pencegahan terhadap hal
yang tidak diinginkan, dan dukungan bagi tenaga kerja. Keselamatan pasien di rumah sakit
merupakan suatu tujuan utama dan prioritas penting rumah sakit yang tujuannya yaitu
memperoleh kepuasan dan keselamatan pasien. Upaya yang di lakukan pihak rumah sakit dalam
upaya mencegah hal hal yang bisa menimbulkan insiden berupa kecelakaan dan hal-hal yang
tidak diinginkan lainnya. Untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan tersebut, pihak yang
bertanggung jawab perlu mengambil langkah-langkah upaya pencegahan dan upaya untuk
memaksimalkan terjadinya insidem tersebut.

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit memberikan
asuhan yang lebih aman melalui usaha-usaha, menganalisi resiko, mengelola resiko, dan belajar
dari resiko yang terjadi supaya kejadian tersebut tidak terulang kembali. Dengan kata lain bahwa
keselamatan pasien rumah sakit merupakan upaya mencegah kejadian yang tidak diharapkan.

Keselamatan merupakan prinsip dasar dalam pelayanan pasien dan komponen kritis dari
manajemen mutu. Salah satu tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnyakejadian tidak

9
dihatapkan KTD. Untuk mencapai tujuan tersebut makan ada upaya-upaya yang harus dilakukan.
Apabila rumah sakit ingin menurunkan kejadian insiden keselamatan pasien upaya yang
dilakukan rumah sakkit bersama tim-timnya yaitu menerapkan budaya keselamatan pasien.

Institute for Healthcare Improvement merekomendasikan ada 10 komponen pendekatan yang


bisa di gunakan dalam membangun budaya keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan,
komponen-komponen tersebut antara lain, yaitu: melakukan kepemimpinan keselamatan pasien
WalkRounds, membuat sistem pelaporan, membentuk tim keselamatan pasien, melibatkan pasien
dalam inisiatif keselamatan, menyampaikan laporan keselamatan di pergeseran shift, menunjuk
juara keselamatan untuk setiap unit, memahami berbagai risiko yang mungkin terjadi, melakukan
pengarahan keselamatan, membentuk team respon kejadian yang tidak diinginkan

Penilaian klien terhadap pelayanan kesehatan harus diperhatikan, sebab masyarakatlah


yang menilai baik buruknya pelayanan yang ada di rumah sakit. Perawat perlu memperhatikan
tingkat kepuasan pasien atau klien, Informasi merupakan elemen yang penting dalam
membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk terhadap kepuasan pelanggan
dan kualitas pelayanan (Kotler, 2005) usaha yang di lakukan perawat dalam memberi layanan
dan perawatan yang baik bertujuan untuk mencapai tingkat kepuasan pasien yang mendapatkan
layanan. Layanan yang berkualitas yang diberikan perawat kepada pasien tidak terlepas dari
prilaku carring. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku caring perawat.
carring bertujuan memberikan kenyamanan dan kepuasan secara maksimal kepada pasien,
carring perawat bisa meminimalisir kekhawatiran yang dirasakan pasien.

2. Bagaimana memberikan pertolongan pertama pada anggota tim medis yang mengalami
cedera termasuk membersihkan dan membalut luka dan memastikan ketersediaan obat-
obatan dan alat kesehatan lainnya yang diperlukan

Luka terbuka yang mengeluarkan darah bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Hal ini tidak
bisa kita anggap remeh. Salah penanganan bisa menyebabkan perdarahan hingga menimbulkan
infeksi. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengetahui cara perban luka yang benar.

Ada berbagai jenis luka yang mungkin membutuhkan penanganan berbeda. Luka lecet kecil atau
goresan mungkin tidak memerlukan perban.

10
Akan tetapi, pada luka yang lebih dalam dan besar, seperti luka terbuka, perlu pembalut luka
sebagai pertolongan pertama untuk menghentikan perdarahan, sambil menunggu bantuan medis.
Apalagi jika luka mengeluarkan darah yang cukup banyak. Itu sebabnya, perlu mengetahui cara
membalut luka yang benar agar tak kehilangan banyak darah.

Cara membalut luka yang benar

Sebagai teknik pertolongan pertama paling dasar, kita perlu memahami cara membalut luka yang
benar. Pasalnya, luka bisa saja terjadi tanpa kita tahu. Berikut ini cara perban luka yang perlu
dipahami langkah demi langkah:

1. Hentikan perdarahan

Luka yang mengeluarkan banyak darah atau perdarahan bisa menyebabkan syok dan berakibat
fatal. Jika kita mengalaminya, segera hubungi dokter untuk pertolongan intensif. Sambil
menunggu pertolongan medis datang dan menutup luka dengan perban, kita perlu terlebih dulu
menghentikan perdarahan pada luka. Kita bisa menekan area luka terbuka yang mengeluarkan
darah dengan kain bersih, kasa, atau tisu steril. Pastikan sebelum menerapkan berbagai cara
membalut luka, sudah mencuci tangan terlebih dulu dengan sabun dan air mengalir.
Menggunakan sarung tangan khusus juga bisa menjadi pilihan. Yang terpenting, harus yakin
bahwa tangan kita steril. Sebab, jika tidak, ada risiko infeksi bakteri yang masuk ke dalam luka
terbuka.

2. Membersihkan luka

Jika perdarahan sudah bisa teratasi, langkah selanjutnya dalam tata cara perban luka adalah
membersihkan luka. Sebelum menutup luka dengan perban, pastikan untuk membersihkan luka
dan area sekitarnya dengan air mengalir selama 5-10 menit. Rendamlah kain kasa dengan cairan
saline, lalu usap ke area luka secara perlahan. Setelahnya, tepuk-tepuk area luka secara lembut
dengan handuk atau kasa hingga kering. Perawatan luka ini bertujuan menghilangkan kotoran
sehingga tidak masuk ke dalam luka yang bisa meningkatkan risiko infeksi. Jika ada partikel
lain dalam luka seperti pecahan kaca atau kerikil, bisa menggunakan pinset untuk
mengeluarkannya. Akan tetapi, jika benda yang menancap cukup besar, sebaiknya kita tidak

11
mencabutnya. Tunggulah hingga mendapatkan pertolongan medis. Pasalnya, beberapa benda
yang menancap saat terjadi luka justru mencegah kita dari perdarahan yang lebih hebat. Jika
cukup yakin, luka yang terjadi cukup ringan dan bisa diatasi sendiri di rumah, keringkan area
luka dengan handuk atau kain bersih setelah membersihkannya. Keringkan dengan cara menepuk
lembut. Jangan menggosok luka

3. Membalut luka

Membalut luka bertujuan untuk melindungi luka terbuka dari gesekan pakaian atau kontaminasi
kotoran yang berpotensi menimbulkan infeksi. Selain itu, pembalut luka juga berfungsi
menyerap atau menahan darah yang mungkin masih keluar setelah luka dibersihkan.

Cara membalut luka yang paling umum adalah dengan menggunakan perban dari kassa steril
yang ukurannya telah disesuaikan dengan ukuran luka kita. Setelahnya, gunakan plester perekat
di beberapa sisi pembalut luka agar tidak lepas. Akan tetapi, pastikan tidak merekatkannya
terlalu kencang dan gunakan yang tahan air. Beberapa orang mungkin menggunakan obat merah
pada luka sebelum diperban. Namun, ini tidak menjadi prioritas dan biasanya hanya dikhususkan
pada jenis luka tertentu. Penelitian terdahulu dalam jurnal BioMedicine justru menyatakan
bahwa penggunaan obat merah berbahan dasar iodine justru bisa membuat kulit iritasi dan
berubah warna.

Cara mengganti perban luka

Dalam perawatan luka, selain cara membalut, kita juga harus paham cara melepas dan mengganti
perban yang lengket di luka. Luka terbuka biasanya akan basah dan sangat mungkin
membuatnya lengket pada permukaan kasa. Kita perlu mengganti perban luka setiap hari atau
bahkan beberapa kali dalam sehari jika perban tampak basah. Cara ini mencegah perban menjadi
lengket ke luka, sekaligus menjaganya tetap kering dan bersih. Untuk mengganti perban luka,
ada beberapa cara dan langkah yang perlu kita ikuti, yaitu:

 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau gunakan sarung tangan khusus untuk
mencegah infeksi
 Lepaskan plester yang merekat pada kasa dan angkat balutan kasa dengan hati-hati

12
 Cara melepas perban yang lengket di kulit adalah dengan membasahinya memakai air
hangat
 Buang plester, kasa, dan sarung tangan yang telah dipakai ke dalam kantung plastik
tertutup
 Potonglah kasa steril seukuran luka, kemudian tutup lukanya
 Tempelkan perekat agar penutup luka tidak bergeser

Selain memahami cara mengganti perban, pastikan menempatkan perlengkapan luka kita di
tempat yang steril. Proses penyembuhan luka bervariasi, tergantung jenis lukanya. Pada luka
pascaoperasi misalnya, perlu waktu sekitar 8-12 minggu hingga luka benar-benar mengering dan
tidak membutuhkan perban lagi.

Beberapa jenis luka mungkin tidak bisa ditangani sendiri di rumah. Itu sebabnya, segera cari
pertolongan medis jika:

-Luka mengeluarkan darah segar atau darah memancar keluar

-Luka tusukan di kepala, leher, dada, perut, panggul, atau punggung dengan kedalaman lebih dari
2 cm

-Luka tusukan yang dalam pada lengan di atas siku atau kaki di atas lutut.

Jangan mencoba mencabut benda dari luka tusuk yang cukup dalam. Hal ini justru bisa
menyebabkan munculnya perdarahan. Mengetahui cara mengganti perban luka sendiri bisa
menjadi pertolongan pertama saat kita atau orang terdekat mengalami luka. Hal ini bisa
mencegah dari perdarahan hebat dan kemungkinan infeksi dari kontaminasi kotoran pada luka
terbuka

3. Bagaimana melaporkan insiden tersebut kepada pimpinan unit dan melakukan


pengaduan kepada ambulans serta memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada anggota
tim medis mengenai teknik yang tepat dan aman dalam mengangkat pasien

INSIDEN Keselamatan pasien masih menjadi masalah utama dirumah sakit dimana berbagai
macam pelayanan memiliki resiko yang mengancam keselamatan pasien di rumah
sakit.Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit

13
membuat asuhan kepada pasien lebih aman, yaitu meliputi : Assessment / Pengkajian risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko dan untuk hal ini Pemerintah sudah berupaya mengutamakan
Keselamatan pasien di pelayanan rumah sakit.

1. disalahkan

2. komitmen kurang dari manajemen dan unit terkait

3. tidak ada reward dari rumah sakit jika melaporkan

4. tidak tahu batasan mana atau apa yang harus dilaporkan

5 sosialisasi insiden keselamatan pasien belum menyeluruh ke semua staf

6. belum ikut pelatihan tentang keselamatan pasien untuk semua staf RS dan menurut penelitian
Widodo & Harijanto 2015 yang dilakukan di Rumah Sakit di Jawa Tengah yang menyebabkan
rendahnya pelaporan Insiden, yaitu :

(1) kurangnya pemahaman petugas untuk melaporkan insiden keselamatan pasien,

(2) kurang optimalnya pelaksanaan sistem pelaporan Insiden keselamatan pasien,

(3) ketakutan untuk melapor dan tingginya beban kerja SDM. Laporan data insiden
keselamatan pasien sangat penting karena insiden keselamatan pasien yang valid dan
akurat akan menentukan evaluasi program dan pelayanan kesehatan selanjutnya yang
berbasis keselamatan serta mendasari perbaikan sistem pelayanan dan pencegahan
terjadinya insiden keselamatan pasien berulang (Hwang,Lee & Park,2012).

Umumnya insiden keselamatan pasien keselamatan luput dari perhatian petugas kesehatan
karena yang dilaporkan hanya insiden keselamatan pasien yang ditemukan secara kebetulan saja.
Tantangan yang dihadapi Adanya komitmen untuk menegakkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan, menuntut pemerintah
pusat, pemerintah daerah dan rumah sakit negeri maupun swasta bertanggung jawab memastikan

14
bahwa pasien memiliki hak untuk mendapatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mendapatkan
tindakan yang komprehensif dan responsif terhadap kejadian yang tidak diinginkan di fasilitas
pelayanan kesehatan serta tuntutan dari masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang aman hal
ini sudah menjadi perhatian publik dan merupakan isu kebijakan yang mendesak, termasuk
kebutuhan untuk meninjau ulang Peraturan Menteri Kesehatan untuk memastikan didalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit terdapat pelayanan kesehatan berdasarkan keselamatan
pasien.

4. Bagian mengevaluasi kembali prosesur pengangkatan dan pemindahan pasien di dalm


ambulan, serta memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada anggota tim medis
mengenai teknik yang tepat dan aman dalam mengangkat pasien

Perlu dipilih proper lifting techniques sebagai dasar perbaikan terhadap sistem yang diteliti,
mengingat situasi kerja sebenarnya dari paramedis ambulans yang darurat dan dilakukan dengan
cepat. Seyogianya, usulan perbaikan mestilah yang bisa memenuhi dua keadaan tersebut agar
tidak merugikan atau membahayakan keadaaan pasien. Namun, karena teknologi dan peralatan
yang ada saat ini tidak memungkinkan untuk mengangkat pasien tersebut dengan aman dan
dalam waktu pengaturan (setup time) yang singkat, maka dapat lebih ditekankan pada perbaikan
teknik dari pengangkatan pasien yang dilakukan oleh petugas paramedis sehingga risiko
terjadinya low back pain dapat dikurangi. Prinsip umum dari proper lifting techniques adalah
menjaga agar tulang belakang (spine) tetap lurus dengan tulang ekor pada saat proses
pengangkatan suatu benda yang memiliki berat cukup besar.5 Ini dilakukan dengan cara
menjadikan otot paha sebagai tumpuan ketika melakukan pengangkatan, dan bukan dengan
menggunakan bagian punggung atau membungkuk

5. Bagaimana memeriksa kembali kondisi dan ketersediaan peralatan medis di dalam


ambulans seperti berangkat pengaman pasien dan alat bantu lainnya untuk memastikan
keselamatan pasien dan anggota tim medis Selama perjalanan

15
Setiap peralatan yang ada baik medis maupun non medis harus dilakukanpemeliharaan, pebaikan
dan kalibrasi alat agar perlatan dapat tetap terpeliharadan dapat digunakan sesuai dengan
fungsinya.

Pemeliharaan kendaran ambulance dilakukan oleh bagian IPSRS dengan meliputi tentang
kondisi kendaran, jadwal service rutin, penyediaan bahan bakar,kebersihan kendaraan,
kelengkapan surat-surat kendaraan. Pengecekan kendaraan rutin dilakukan setiap pagi oleh
pengemudi ambulance denganmengecek cek list. Kendaraan dilakukan pembersihan setiap kali
habis dipakai mengantar pasien.

Pemeliharaan peralatan medis ambulance dilakukan oleh Intalasi gawat darurat meliputi
ketersedian alat medis dan obat, pengecekan kondisi alat medis,kalibrasi alat medis penyimpanan
peralatan medis ambulance. Ketersediaan alatkesehatan dan obat-obatan yang dipakai langsung
diisi ulang setelah dipakaidengan berkoordinasi dengan pihak apotik

TUJUAN

a. Agar peralatan yang ada dapat digunakan sesuai dengan Fungsi dan tujuannya.

b. Agar nilai yang dikeluarkan dari alat medis sesuai dengan nilai yang di inginkan

c. Agar pelalatan yang ada dapat tetap terpelihara dan siap digunakan.

d. Sebagai bahan informasi untuk perencanaan peremajaan peralatan medis yang diperlukan.

PEOSESUR

a. Untuk perbaikan peralatan yang rusak, penanggung jawab harus membuat permintaan
perbaikan peralatan yang bersangkutan kepada IPSRS

b. Pihak maintenance melihat alat yang rusak dan diperbaiki c.Setelah alat selesai diperbaiki oleh
teknisi, alat dikembalikan kepenanggung jawab ambulance.

d. Bila alat tidak dapat diperbaiki oleh maintenance internal, maka alat di perbaiki oleh
meintenance luar (melalui bagian IPSRSI).

B. Peraiapan pemeriksaan ambulance

16
1. Mesin mati

-periksa seluruh bodi ambulace

-periksa roda/ ban tekanan

-periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat

-periksa fungsi setiap pintu dan kursi

-periksa bagian system pendingin

-periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator,pelumas, rem air, dan
pelumas setir

-periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi

-periksa kebersihan kabin termasuk dashboard

-periksa fungsi jendela

-Tes fungsi klakson

-Tes fungsi sirene

-periksa sabuk pengaman

-posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin

-periksa jumlah bahan bakar, pengisian bahan bakar .

2. Mesin hidup

Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan dan pemeriksaan sebagai
berikut :

-Tes fungsi indicator di dashboard

-periksa meteran yang terletak di dashboard

17
-Tes fungsi rem

-Tes fungsi rem tangan

-Tes fungsi stir

-periksa fungsi wifer

-Tes fungsi lampu

-periksa fungsi pendingin baik di komponnen pasien

-Periksa perlengkapan komunikasi

Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akromin (EWAGONE)

a. Enggine: periksa mesin baik/tidaknya

b.water: periksa air radiator, wiper, air cadangan radiator, air accusesuai dengan petujuk
pemakaian

c. Ari: periksa tekanan udara ban cukup atau tidak, Ac dan blower berfungsi baik atau tidak

d.gas: periksa bahan bakar minyak solar/premium sesuai petunjuk pemakaian atau tidak

e.:oil: periksa indicator oli mesin dan minyak rem sesuai petujuk pemakaian

f. noise: dengarkan suara mesin normal atau tidak

g.elektrikal system: periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh, sign hazard, rotator, sirine, lampu
kabin depan dan belakang dan lampu-lampu indicator menyala atau tidak dan pecah atau tidak.

h.body: periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus ada kerusakan atau tidak

i.alat penunjang: periksa toolkit, dokrang, ban serep, triangle hazard dan APAR tersedia pada
tempatnya

18
j.alat penunjang: periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik atau sudah gundul, apakah retak
atau sobek

k.Sabuk pengaman: pemeriksaan dan coba sabuk pengaman masih dalam kondisi baik atau tidak,
kain sabuk pengaman sobek atau tidak

Pengemudi yang baik adalah pengemudi yang memiliki tidak hanyakemampuan teknis
mengendarai dan pengetahuan berlalu-lintas tetapi jugakepribadian dan attitude yang baik,
apalagi pengemudi yang mengemudikan kendaraan khusus seperti ambulance.

Pengemudi yang ideal adalah yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki kecakapan dalam
mengemudikankendaraannya, mengemudikan kendaraannya dengan tenang, memahamirambu-
rambu lalu lintas, dan tentu saja berkepribadian baik sehingga bisamelayani dan menghargai
penumpangnya.

Pelayanan ambulance berada di bawah organisasi instalasi gawat darurat secara fungsional
dengan berkoordinasi dengan bagian umum

Tugas dan tanggung jawab

Jabatan Tugas dan Tanggung jawab dengan

1. kepala Satuan pelayanan

-Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelyanan ambulance, ketersedian dan kesiapan tenaga,
kelengkapan fasilitas medis, perencanaan dan evaluasi kegiatan

-Mengkoordinasikan penyusunan ambulance

2. Penanggung jawab

-Menyusun jadwal tugas perawat

-Perencanaan, pemeliharaan dan memantau pengecekan rutin alat medis dan obat-obatan.

19
-Memantau perekapan data pelayananambulance dalam buku kegiatan

3. perawat ambulance

-Menyiapkan alat medis dan obat-obatanagar selalu dalam keadaan siap pakai.

-Melakukan pendampingan pasien

-Melakukan pendokumentasian tindakanmedis keperawatan pada pasien

-Pencatatan pada buku rujukan

4. pengemudi ambulance

-Menjadi pengemudi kendaraan pada saatmelakukan pelayanan

-Membantu perawat dalam proses evakuasipasien

-Melakukan pengecekan dan memastikan ambulance siap pakai termasuk pengisian bahan
bakar.

-Mengisi catatan pemakaian kendaraan1

20
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumah sakit memberikan
asuhan yang lebih aman melalui usaha-usaha, menganalisi resiko, mengelola resiko, dan belajar
dari resiko yang terjadi supaya kejadian tersebut tidak terulang kembali. Cedera akibat
kecelakaan kerja pada perawat menjadi salah satu masalah urgrnt di lingkungan rumah sakit,
menghentikan pendarahan kemudian membersihkan luka lalu membalut luka untuk melindungi
luka terbuka dari gesekan pakaian atau kontaminasi kotoran yang berpotensi menimbulkan
infeksi tindakakn tersebut bisa dilakukan untuk memberikan pertolongan pertama pada anggota
tim medis yang mengalami cedera. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit adalah
suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan kepada pasien lebih aman, yaitu meliputi :
Assessment / Pengkajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan untuk hal ini
Pemerintah sudah berupaya mengutamakan keselamatan pasien di pelayanan rumah sakit.

4.2 Saran

21
Adapun saran kami dalam penulisan makalah ini bahwa keselamatan merupakan prinsip
dasar dalam pelayanan pasien dan komponen kritis dari manajemen mutu. Salah satu
tujuan keselamatan pasien yaitu menurunnya kejadian tidak dihatapkan (KTD).Maka
dari itupimpinan unit harus lebih sering memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada
anggota tim medis mengenai teknik yang tepat dan aman dalam mengangkat pasien, serta
memberikan penyuluhan bagaimana cara memberikan teknik pertolongan pertama paling
dasar pada anggota tim medis yang mengalami cedera.

DAFTAR PUSTAKA

22
● https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/10120/05%20BAB%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y Diakses pada Minggu, 19 Maret 2023 Pukul 12.00 WIB

23

Anda mungkin juga menyukai