Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH K3 DI FASYANKES

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


K3RS
Dosen : Lina Yuliana, S.Kep., M.KKK.

KELOMPOK 4
Nama :
Annisa Aulia Yasmin ( 217053039 )
Satria Rival Pradana ( 217053042 )
Muhammad Yusuf Marzuki ( 217053013 )
Johanes Kevin Leonard Paat ( 217053027 )
Mohamad Reyhan Fahd ( 217052923 )
Firza Al Hafizh ( 217053048 )
Awren Calista ( 217053029 )

FAKULTAS VOKASI PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur yang hakiki hanya milik Allah semata, yang telah melimpahkan karunia
dan kasih sayang-Nya untuk umat dan alam semesta. Atas karunia dan izin-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, yang berjudul Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasyankes. Tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan
kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari
zaman kegelapan sampai zaman terang benderang.
Maksud penulisan makalah ini ialah guna memenuhi tugas dari mata kuliah
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Kami mengucapkan terima kasih
kepada ibu Lina Yuliana, S.Kep., M.KKK. selaku dosen mata kuliah Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah pengetahuan dan wawasan dari materi-materi yang dicari.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan serta manfaat dan mudah dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisannya karena keterbatasan
kemampuan dan pemahaman kami. Sehingga besar harapan kami agar pembaca
dapat memberikan umpan balik berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan yang lebih baik di waktu yang akan datang. Akhir kata, kami
mengucapkan selamat membaca semoga makalah ini menambah wawasan serta
peningkatan ilmu bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabaraktuh

Balikpapan, 27 November 2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..
LATAR BELAKANG………………………………………………………………
TUJUAN………………………………………………………………………........
RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………...
PENGERTIAN……………………………………………………………………...
STANDAR………………………………………………………………………….
REGULASI…………………………………………………………………………
K3RS………………………………………………………………………………..
PENILAIAN…………………………………………………………………………
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan. Untuk itu, pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penanganan
penyakit, dan pemulihan kesehatan pada pekerja. Fasyankes sebagai institusi pelayanan
kesehatan merupakan salah satu tempat kerja yang memiliki risiko terhadap keselamatan
dan kesehatan kerja baik pada SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes.
Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes meliputi bahaya
fisik, kimia, biologi, ergonomi, psikososial, dan bahaya kecelakaan kerja. Potensi bahaya
biologi penularan penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, parasit merupakan
risiko kesehatan kerja yang paling tinggi pada Fasyankes yang dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja. Selain itu adanya penggunaan berbagai alat kesehatan dan
teknologi di Fasyankes serta kondisi sarana dan prasarana yang tidak memenuhi standar
keselamatan akan menimbulkan risiko kecelakaan kerja dari yang ringan hingga fatal.
WHO pada tahun 2000 mencatat kasus infeksi akibat tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi virus diperkirakan mengakibatkan Hepatitis B sebesar 32%, Hepatitis C
sebesar 40%, dan HIV sebesar 5% dari seluruh infeksi baru. Panamerican Health
Organization tahun 2017 memperkirakan 8-12% SDM Fasyankes sensitif terhadap
sarung tangan latex. Di Indonesia berdasarkan data Direktorat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan tahun 1987-2016
terdapat 178 petugas medis yang terkena HIV AIDS.
Penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan pada tahun 1998 menunjukkan bahwa 85% suntikan imunisasi
yang dilakukan oleh petugas kesehatan ternyata tidak aman (satu jarum dipakai
berulang) dan 95% petugas kesehatan mencoba ketajaman jarum dengan ujung jari.
Selain itu dari hasil penelitian Start dengan Quick Investigation of Quality yang melibatkan
136 Fasyankes dan 108 diantaranya adalah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas),
menunjukkan bahwa hampir semua petugas Puskesmas belum memahami dan
mengetahui tentang kewaspadaan standar.
Hasil penelitian lain di wilayah Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sri Hudoyo
(2004) menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan petugas menerapkan setiap prosedur
tahapan kewasdapaan standar dengan benar hanya 18.3%, dengan status vaksinasi
Hepatitis B pada petugas Puskesmas masih rendah yaitu 12,5%, dan riwayat pernah
tertusuk jarum bekas yaitu 84,2%. Kasus terjadinya kecelakaan kerja yang fatal pada
Fasyankes pernah beberapa kali terjadi seperti kasus tersengat listrik, kebakaran,
terjadinya banjir, bangunan runtuh akibat gempa bumi dan kematian petugas kesehatan
karena keracunan gas CO di Fasyankes.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu dilakukan peningkatan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja di Fasyankes. Selain itu berdasarkan peraturan
perundang-undangan terdapat hak bagi setiap orang untuk mendapatkan perlindungan
atas risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, demikian juga bagi SDM
Fasyankes, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Fasyankes.
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan ini diharapkan Fasyankes
dapat menyelenggarakan K3 di Fasyankes secara berkesinambungan sehingga tujuan
dari upaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai dengan baik.
B. Tujuan
1. Memberikan acuan kepada Fasyankes dalam menyelenggarakan K3 di Fasyankes.
2. Menciptakan Fasyankes yang sehat, aman, dan nyaman bagi SDM Fasyankes, pasien,
pengunjung, maupun lingkungan Fasyankes melalui penyelenggaraan K3 secara
optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan, sehingga proses pelayanan berjalan baik
dan lancar.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan FASYANKES ?
2. Mengapa Standar K3 Harus diterapkan pada FASYANKES ?
3. Dimana aturan yang mengatur tentang FASYANKES ?
4. Kapan SMK3 harus di terapkan pada FASYANKES ?
5. Bagaimana Penilaian FASYANKES sesuai dengan perundang – undangan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fasyankes
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara
keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses
produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
selanjutnya disebut K3 di Fasyankes adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi sumber daya manusia fasilitas pelayanan kesehatan, pasien, pendamping
pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan pengaruh
buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas kerja.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 6 tahun 2013 fasilitas pelayanan
kesehatan dibagi menjadi tiga yaitu,
a) Fasilitas kesehatan tingkat pertama adalah jenis fasilitas pelayanan
kesehatan yang melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar.
b) Fasilitas kesehatan tingkat kedua adalah jenis fasillitas pelayanan kesehatan
yang melayani dan memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan
kesehatan spesialistik
c) Fasilitas kesehatan tingkat ketiga adalah jenis pelayanan kesehatan yang
melayani dan melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
spesialistik, dan pelayanan kesehatan sub spesialistik.
B. Standar K3 Fasyankes
Pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2018 Pasal 3 Ayat 1
Setiap Fasyankes wajib menyelenggarakan K3 di Fasyankes, berarti Fasilitas Pelayanan
Kesehatan harus menerapkan standar K3 seperti :
- Pengenalan Potensi Bahaya dan Pengendalian Resiko
Pengendalian dengan Hierarki Control
1. Eliminasi (Menghilangkan Sumber/Aktivitas Berbahaya).
2. Substitusi (Mengganti Sumber/Alat/Mesin/Bahan/Material/Aktivitas/Area Yang
Lebih Aman).
3. Perancangan (Modifikasi/Instalasi
Sumber/Alat/Mesin/Bahan/Material/Aktivitas/Area Supaya Menjadi Aman).
4. Administrasi (Penerapan Prosedur/Aturan Kerja, Pelatihan Dan Pengendalian
Visual Di Tempat Kerja).
5. Alat Pelindung Diri (Penyediaan Alat Pelindung Diri Bagi Tenaga Kerja
Dengan Paparan Bahaya/Resiko Tinggi).

Identifikasi Bahaya
1. Biologi (Jamur, Virus, Bakteri, Mikroorganisme, Tanaman, Binatang).
2. Kimia (Bahan/Material/Gas/Uap/Debu/Cairan Beracun, Berbahaya, Mudah
Meledak/Menyala/Terbakar, Korosif, Iritan).
3. Fisik (Ketinggian, Tekanan, Suhu, Ruang Terbatas/Terkurung, Cahaya,
Listrik, Radiasi, Kebisingan, Getaran Dan Ventilasi).
4. Ergonomi (Postur/Posisi Kerja, Pengangkutan Manual, Gerakan Berulang).
5. Psikis/Sosial (Berlebihnya Beban Kerja, Komunikasi, Pengendalian
Manajemen, Lingkungan Sosial Tempat Kerja, Kekerasan Dan Intimidasi).
- Penerapan kewaspadaan standar
Penerapan kewaspadaan standar merupakan upaya pencegahan thd penularan
infeksi dan paparan bahan kimia dlm perawatan pasien di Fasyankes dan
dilaksanakan sesuai dengan Permenkes 27/2017 Ttg Pedoman PPI.
KEWASPADAAN STANDAR
(Kewaspadaan Lapis Pertama)
1. Kebersihan Tangan
2. Penggunaan APD
3. Higiene Respirasi (Etika Batuk dan Bersin)
4. Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien
5. Pengelolaan Limbah
6. Pengendalian Lingkungan
7. Penatalaksanaan Linen
8. Perlindungan Kesehatan Petugas
9. Penempatan Pasien
10. Praktik Menyuntik Yang Aman
11. Praktik Lumbal Pungsi Yang Aman

- Penerapan prinsip ergonomic


1. Penanganan Beban Manual (Manual Handling)
2. Postur Kerja
3. Cara Kerja Dengan Gerakan Berulang
4. Shift Kerja
5. Durasi Kerja
6. Tata Letak Ruang Kerja
- Pemeriksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes bertujuan :
1. Menilai status kesehatan,
2. Penemuan dini kasus penyakit,
3. menentukan kelaikan bekerja (fit to work).
4. Pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan minimal 1 (satu)
kali/tahun dengan memperhatikan risiko pekerjaannya.
Penentuan parameter jenis pemeriksaan kesehatan berkala disesuaikan dengan
jenis pekerjaan, proses kerja, potensi risiko gangguan kesehatan akibat
pekerjaan, dan lingkungan kerja. Pemeriksaan kesehatan bagi SDM Fasyankes
merupakan bagian dari Upaya Pelayanan Kesehatan Paripurna yang
meliputi : Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif.

- Pemberian imunisasi
Pemberian imunisasi adalah upaya utk mencegah terjadinya penularan penyakit.
SDM Fasyankes memiliki risiko tertular penyakit infeksi seperti Hepatitis,
Influenza, Varicella. Beberapa penyakit infeksi dapat dicegah dengan imunisasi.
SDM Fasyankes harus mendapatkan imunisasi khususnya yg memiliki risiko
tinggi. Pemberian imunisasi diprioritaskan untuk imunisasi Covid-19 dan Hepatitis
B, karena tingginya risiko penularan pada SDM Fasyankes.
- Pembudayaan PHBS
PHBS di Fasyankes adalah upaya untuk membudayakan SDM Fasyankes agar
mempraktikkan PHBS, serta berperan aktif dlm mewujudkan Fasyankes yg sehat.
PHBS di tempat kerja antara lain:
1. Menerapkan peraturan dan prosedur operasi kerja
2. Menggunakan APD sesuai pekerjaannya
3. Tidak merokok di tempat kerja
4. Melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur
5. Mengonsumsi makanan dan minuman yang sehat
6. Menggunakan air bersih
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
8. Membuang sampah pada tempatnya
9. Menggunakan jamban saat buang air besar dan buang air kecil
10. Tidak mengonsumsi NAPZA
11. Tidak meludah sembarang tempat
12. Memberantas jentik nyamuk

- Pengelolaan sarana dan prasarana dari aspek K3


Pengelolaan SARANA dan PRASARANA dari Aspek K3
1. Kemampuan bangunan gedung utk mendukung beban muatan
2. Kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya
kebakaran dan bahaya petir ; Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Peringatan
Bahaya (Sistem Alarm), Tangga Darurat, Pintu Darurat, Jalur Evakuasi.
3. Berfungsinya prasarana yang meliputi instalasi listrik dan sistem grounding
(sistem pembumian).
4. Penghawaan/kebutuhan sirkulasi dan pertukaran udara tersedia dgn baik,
melalui ventilasi alami/ventilasi buatan.
5. Pencahayaan memenuhi persyaratan yang berlaku.
6. Sistem sanitasi yang memenuhi persyaratan yang berlaku, meliputi
ketersediaan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, tempat
penampungan sementara kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.
7. Perlengkapan K3 seperti APD untuk pekerjaan sanitasi.
8. Penggunaan bahan bangunan gedung harus aman dan tidak menimbulkan
dampak negatif thd lingkungan, seperti zero timbal, asbes, merkuri, dll.
Persyaratan komponen bangunan dan material mengikuti peraturan yang
berlaku. Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan
ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang,
pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan sesuai peraturan
9. Kelengkapan sarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum : ruang
ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, ruang ASI, toilet, tempat parkir.
10. Kualitas bangunan pada Fasyankes seperti atap, langit-langit, dinding, lantai,
jendela, dll.

- Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3


Pengelolaan peralatan medis dari aspek K3 adalah upaya memastikan sistem
peralatan medis aman bagi SDM Fasyankes, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun masyarakat di sekitar lingkungan Fasyankes dari potensi
bahaya peralatan medis baik saat digunakan maupun saat tidak digunakan.
Pelaksanaan kegiatan pengelolaan peralatan medis dari aspek K3 antara lain :
1. Tersedianya daftar inventaris seluruh peralatan medis.
2. Penandaan pada peralatan medis yang digunakan dan yang tidak digunakan.
3. Dilakukan uji fungsi dan uji coba peralatan.
4. Dilaksanakanya kalibrasi secara berkala.
5. Dilakukan pemeliharaan pada peralatan medis.
6. Penyimpanan peralatan medis dan penggunaan sesuai SOP.
Pemantauan pelaksanaan kegiatan tsb di atas menggunakan daftar ceklis untuk
memastikan semuanya dilakukan secara berkala
- Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat/bencana, termasuk kebakaran
1. Identifikasi Risiko Kondisi Darurat/Bencana (TD/B)
2. Analisis Risiko Kerentanan Bencana
3. Pengendalian Kondisi Darurat/Bencana
4. Membentuk Tim Tanggap Darurat/Bencana,
5. Menyusun Juknis, SOP Tanggap Darurat/Bencana,
6. Menyediakan Alat/Sarana,
7. Menilai kesesuaian, penempatan, dan kemudahan utk mendapatkan alat,
8. Memasang tanda pintu darurat,
9. Simulasi kondisi darurat atau bencana ).

- Pengelolaan B3 dan limbah B3


Aspek K3 yang harus di lakukan dalam pengelolaan B3 dan Limbah B3 :
1. Indentifikasi dan inventarisasi B3 dan Limbah B3
2. Penyimpanan, pewadahan, dan perawatan B3 sesuai karekteristik, sifat, dan
jumlah.
3. Lembar data keselamatan sesuai dengan karakteristik dan sifat B3 dan Limbah
B3.
4. Sistem kedaruratan tumpahan/bocor B3 dan Limbah B3.
5. Sarana keselamatan B3 dan Limbah B3 seperti spill kit, rambu dan simbol B3
6. Ketersediaan dan penggunaan APD sesuai karekteristik dan sifat B3 dan
Limbah B3.
7. SOP yang menjamin keamanan kerja pada proses kegiatan pengelolaan B3
dan Limbah B3 (pengurangan dan pemilahan, penyimpanan, pengangkutan,
penguburan dan/atau penimbunan B3 dan Limbah B3).
8. Jika dilakukan oleh pihak ke tiga wajib membuat kesepakatan jaminan
keamanan kerja utk pengelola dan Fasyankes akibat kegagalan kegiatan
pengelolaan B3 dan Limbah B3.
- Pengelolaan limbah domestik.
Limbah domestik merupakan limbah yg berasal dari kegiatan non medis (dapur,
sampah dari pengunjung, sampah pohon) yg tidak mengandung kuman infeksius.
Pengelolaan limbah domestik Fasyankes :
1. Penyediaan tempat sampah terpilah (organik dan nonorganik) dan dilengkapi
tutup, dan dilapisi oleh kantong plastik hitam.
2. Penyediaan APD yg sesuai utk petugas kebersihan.
3. Cuci tangan memakai sabun setelah mengelola sampah.
4. Apabila terkena benda tajam atau cidera akibat buangan sampah, diharuskan
melapor kpd petugas Kesehatan untuk dilakukan investigasi, dan melakukan
Tindakan pencegahan, spt pemberian vaksin Tetanus Toksoid (TT).

C. Regulasi / Perundang – undangan


1. Peraturan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2019 Pasal 3 Ayat 1
Setiap Fasyankes wajib menyelenggarakan K3 Di Fasyankes
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2019 Pasal 11 Ayat 4
Penilaian eksternal K3 di Fasyankes sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui akreditasi Fasyankes sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
D. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)
Fasilitas Pelayanan Kesehatan juga harus menerapkan Sistem Manajemen K3 (
SMK3 ) seperti :
- Penetapan Kebijakan K3
- Perencanaan K3
- Pelaksanaan rencana K3
- Pemantauan dan evaluasi kinerja K3
- Peninjauan dan peningkatan kinerja K3.
Tujuan Penyelenggaran K3RS adalah
- Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 yg terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegrasi
- Menciptakan tempat kerja yg aman, sehat dan produktif utk SDM Fasyankes,
aman, selamat dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien, masyarakat
lingkungan sekitar
- Mencegah dan mengurangi penyakit akibat kerja

E. Penilaian Fasyankes
K3 Penilaian Fasyankes wajib dilakukan untuk mengevaluasi penyelenggaraan K3 di
Fasyankes. Penilaian internal sebagaimana dilakukan oleh penanggung jawab
Fasyankes paling sedikit setiap 6 bulan sekali sedangkan penilaian eksternal
dilaksanakan melalui akreditasi Fasyankes sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III
KESIMPULAN

Menanggapi PERMENKES NO 52 Tahun 2018 Pasal 3 ayat 1 yang berbunyi Setiap


Fasyankes wajib menyelenggarakan K3 di Fasyankes dan, PERMENKES NO 52 Tahun
2018 Pasal 11 ayat 4 yang berbunyi Penilaian eksternal K3 di Fasyankes sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui akreditasi Fasyankes sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Bahwa setiap Fasyankes wajib
menyelenggarakan Standar K3 pada Setiap Pelayanan Kesehatan untuk meminimalir
terjadinya Kecelakaan Kerja dan Fasyankes juga wajib melakukan penilaian untuk
mengevaluasi penyelenggaraan standar K3 tadi secara internal dan eksternal paling
sedikit setiap 6 bulan sekali

Anda mungkin juga menyukai