Anda di halaman 1dari 29

ILMU KEPERAWATAN DASAR

Konsep, Prinsip, Keterampilan Klinis Cairan dan


Elektrolit serta Asuhan Keperawatan pada Pasien
Gangguan Elektrolit “Hipernatremia”

Dosen Pembimbing

Ns. Dewi Murni, M.Kep

Oleh Kelompok 10

1. Dina Rahmiyanti (2011316056)


2. Fatria Surisna (2011316057)
3. Rheynanda (2011316059)
4. Syafitri Wulandari (2011316058)
5. Yoga Marsa Dinata (2011316055)

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah Mata Kuliah Ilmu Keperawatan
Dasar dengan judul Konsep, Prinsip, Keterampilan Klinis Cairan dan Elektrolit serta Asuhan
Keperawatan pada Pasien Gangguan Elektrolit “Hipernatremia”
Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, kepada ibu Ns. Dewi Murni, M.Kep selaku dosen
pembimbing, serta pihak yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini
lebih baik lagi.

Padang, September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Cairan dan Elektrolit.........................................................................................................3
2.1.1 Pengertian..........................................................................................................3
2.1.2 Fungsi Cairan dan elektrolit...............................................................................3
2.1.3 Distribusi dan Komposisi Cairan ......................................................................4
2.1.4 Cara Perpindahan Cairan Tubuh....................................................................... 6
2.1.5 Pengaturan Volume Cairan Tubuh................................................................. 8
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit......................... 9
2.2 Gangguan Elektrolit Hipernatremia..................................................................................9
2.2.1 Pengertian..........................................................................................................9
2.2.2 Etiologi.............................................................................................................10
2.2.3 Tanda dan Gejala..............................................................................................11
2.2.4 Patofisiologi......................................................................................................11
2.2.5 Komplikasi........................................................................................................12
2.2.6 Penatalaksanaan................................................................................................12
BAB III ANALISIS KASUS...............................................................................................13
3.1 Deskripsi Kasus...............................................................................................................13
3.2 Analisis Kasus.................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................25
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................25
4.2 Saran................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Elektrolit berperan penting dalam tubuh manusia yang dapat mempengaruhi


metabolisme. Elektrolit darah pada setiap zat yang mengandung ion bebas yang membuat
subtansi elektrolit konduktif. Elektrolit merupakan ion yang berada didalam cairan tubuh
yang berupa kation misalnya : Na+ , K+ , Ca2+, Mg2+ , anion misalnya : Cl- , HCO3- , HPO-
2 , SO4 -2 , dan berupa laktat. Dalam keadaan normal, nilai kadar anion dan kation seimbang,
sehingga serum bersifat netral. Cairan ektrasel kation utama Na+ dan anion utama Cl dan
HCO3 - sedangkan pada cairan intrasel kation utama K+ (Siregar P, 2010).
Pemeriksaan elektrolit yang sering diminta oleh para klinisi untuk menilai
keseimbangan kadar elektrolit dalam tubuh yaitu pemeriksaan Natrium (Na), Kalium (K),
Clorid (Cl). Pengaruh pemeriksaan elektrolit yang paling berpengaruh yaitu kalium
dibandingkan dengan natrium. Kalium merupakan analit kimia yang penting apabila dalam
penanganan dalam pemeriksaan terdapat kesalahan, maka dapat menurunkan kadar kalium.
Ketelitian hasil pemeriksaan ditentukan oleh penanganan di tahap pre-analitik, analitik, pasca
analitik ( henry JB, 2007).
Gangguan elektrolit sering ditemukan pada pasien yang menjalani perawatan di
rumah sakit. Gangguan elektrolit yang paling sering terjadi adalah gangguan natrium berupa
hiponatremia atau hipernatremia. Natrium pada tubuh manusia setiap harinya membutuhkan
minimum 200- 500 mg untuk menjaga kadar garam tetap stabil. Jumlah natrium dalam tubuh
merupakan gambaran keseimbangan natrium yang masuk dan natrium yang keluar (Matfin G,
2009)
Hiponatremia didefinisikan sebagai konsentrasi natrium serum kurang dari 135
mmol/L dan hipernatremia didefinisikan sebagai konsentrasi natrium serum lebih dari 145
mmol/L. Otak merupakan salah satu organ yang paling terpengaruh oleh gangguan kadar
natrium. Pasien gangguan neurologis sering ditemukan adanya gangguan natrium yang
dikaitkan dengan keluaran pasien yang lebih jelek. Hipernatremia sering ditemukan pada
pasien yang menjalani perawatan di ruang Intensive care unit (ICU) dan dapat memperberat
gangguan neurologis yang sudah ada.
Hipernatremia dan hiponatremia sering terjadi pada usia lanjut. Hipernatremia pada
usia lanjut paling sering disebabkan oleh kombinasi dari asupan cairan yang tidak adekuat
dan bertambahnya kehilangan asupan kehilangan cairan. Gangguan mekanisme dari rasa haus

1
dan hambatan akses terhadap cairan (sekunder dari gangguan mobilitas atau menelan) terur
berkontribusi dalam timbulnya hipernatremia pada usia lanjut selain adanya keterlambatan
eskresi natrium. Kehilangan air murni pada keadaan demam, hiperventilasi dan diabetes
insipidus. Lebih sering, kehilngan airhipoteonik disebabkan oleh problem saluran cerna. ,
luka bakar, terapi diuretika atau dieresis osmotic. Seringkali deteksi hipernatremia pada usia
lanjut terlambat dilakukan sehingga usia lanjut yang lemah dapat jatuh pada keadaan
hipernatremia yang bermakna.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami konsep, prinsip, dan keterampilan klinis cairan
dan elektrolit, serta asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan elektrolit
hipernatremia.
1.2.1 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2. Untuk mengetahui fungsi cairan dan elektrolit
3. Untuk mengetahui distribusi dan komposisi cairan dan elektrolit
4. Untuk mengetahui pengaturan volume, dan perpindahan cairan tubuh
5. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
6. Untuk mengetahui konsep gangguan elektrolit hipernatremia
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien hipernatremi

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Manfaat Ilmu Pengetahuan


Diharapkan menjadi tambahan pengetahuan dan wawasan mengenai asuhan
keperawatan mengenai konsep, prinsip, keterampilan cairan dan elektrolit, serta gangguan
elektrolit pada pasien hipernatremia

1.3.2 Manfaat untuk Pelayanan Kesehatan


Diharapkan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
keperawatan mengenai konsep, prinsip, keterampilan cairan dan elektrolit, serta gangguan
elektrolit pada pasien hipernatremia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Cairan dan Elektrolit

2.1.1 Pengertian
Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh adalah semua
bahan menu yang merupakan zat cair yang terdiri dari air dan semua yang ada di dalamnya. Elektrolit
adalah senyawa dalam tubuh yang mengurai dan ion- ion yang bermuatan listrik yang berfungsi
mengatur keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan cairan dan memungkinkan
terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf.

2.1.2 Fungsi Cairan dan Elektrolit


Cairan tubuh memiliki fungsi:
1. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan naik
2. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental. Hal ini disebabkan cairan dalam
darah tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja
otak dan jantung.
3. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu mengeluarkan racun dalam tubuh. Air
membersihkan racun dalam tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan
4. Kulit
sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air dalam tubuh
berguna untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan eleastisitas kulit akibat pengaruh suhu
udara dari luar tubuh.
5. Pencernaan
Peran air dalam proses pencernaan untuk mengangkut mutrisi dan oksigen melalui darah
untuk segera dikirim ke sel-sel tubuh. Konsumsi air yang cukup akanmembantu kerja system
pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebihlancar, sehingga feses pun
keluar dengan lancar.

6. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dlaam bekerja
memasukkan oksigan ke sel tubuuh dan memompa kabondioksida keluar tubuh. Hal ini
dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa
embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
7. Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air denga cukup
selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
8. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi
untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
9. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel.
10. Mengeluarkan buangan-buangan sel
11. Membentuk dalam metabolisme
12. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
13. Mempermudah eliminasi
14. Mengangkut zat-zat seperti (hormo, enzim, SDP, SDM)

2.1.3 Distribusi dan Komposisi Cairan


Tabel 1. Distribusi Cairan Tubuh

Distribusi cairan Laki-laki Dewasa Perempuan Dewasa Bayi


Total air tubuh (%) 60 50 75
Intraseluler 40 30 40
Ekstraseluler 20 20 35
- Plasma 5 5 5
- Intersisial 15 15 30

Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu
intraselular dan ekstraselular.
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular.
Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai
sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial
dan cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung diantara
rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresi saluran pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah,
dalam hal ini plasma darah. Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu
elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion
negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama
dalam cairan intraselular adalah potasium (K+). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida
(Cl-) dan bikarbonat (HCO3), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat
(PO43-). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai
elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler.
Tabel 2. Komposisi elektrolit ekstraseluler

Kation mEq/L Anion mEq/L


Na+ 142 HCO3- 24
K+ 5 C1- 105
Ca++ 5 HPO4 = 2
Mg++ 1 SO4 = 1
Asam Org 6
Protein 16
Total 154 Total 154

Tabel 3. Komposisi elektrolit intraseluler

Kation mEq/L Anion mEq/L


Na+ 15 HCO3- 10
K+ 150 CL- 1
Ca++ 2 HPO4 = 100
Mg++ 27 SO4 = 20
Protein 63
Total 194 Total 194

b. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan bilirubin
yang tidak terdisosiasi dalam cairan.

2.1.4 Cara Perpindahan Cairan Tubuh


1. Difusi
Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas
dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam
tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang
permeable.Kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul,
konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat
dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi
tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan
mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi
dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat.
Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang
garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra
dan intra.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan
nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh.
Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya
dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang
dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl
mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic
merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan
hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis
dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang
kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang
berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi
akan bertambah volumenya.
3. Transport aktif
Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk
mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
4. Tekanan cairan
Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga
menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik
larutan melalui membrane. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang
mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid).
Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid).
Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein
bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable
tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan
intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat
isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu
larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan
osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena
konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan
interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane
semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak
dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
5. Membran semipermeable
Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung.Membran
semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh
sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan

2.1.5 Pengaturan Volume Cairan Tubuh


Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan caiaran antara
lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi pada proses
metabolisme.
1. Asupan cairan.
Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500 cc/hari.
Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan
mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa
haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus.Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya
pendarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya penurunan tekanan
darah.
2. Output Cairan
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses
output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b) IWL (Insesible Water Loss)IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal
dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d) Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor
a. Usia
Pada bayi atau anak anak, keseimbangan cairanm dan elektrolit dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Diantaranya adalah asupan cairan yang besar di diimbangi dengan haluaran yang besar
pula, metabolisme tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal, serta
banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal , paru-paru , dan proses penguapan.
b. Temperatur
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan seseorang
berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan
15-30gr garam/hari. Suhu tubuh meningkat dan individu beresiko mengalami keletihan akibat
panas atau mengalami heatstroke
c. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak adekuat
dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum menurun, cairan interstisial
tidak bisa masuk ke pembuluh darah sehingga menjadi edema.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsenrasi darah,dan glikolisis
otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan
produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
e. Sakit
Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang
rusak tersebut dibutuhkan adanya proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan
sakit menimbulkan ketidakseimbangan hormonal, yang dapat ,menganggu kesesimbangan
kebutuhan cairan.

2.2 Gangguan Elektrolit Hipernatremia

2.2.1 Pengertian
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah. Kebutuhan normal bayi baru lahir adalah 1- 2 mmol/kg/hari
pada bayi aterm , dan 3-4 mmol/kg/hari pada bayi prematur.

Hipernatremia adalah defisit cairan relatif. Hipernatremia jarang terjadi namun


umumnya disebabkan karena resusitasi cairan dalam jumlah besar dengan larutan NaCl 0.9%
([Na+]154mEq/l). Hipernatremia juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan gangguan rasa
haus misal pada kondisi kesadaran terganggu atau gangguan mental.Selain itu juga pada
penderita diabetes insipidus Hipernatremia dapat terjadi pada pasien-pasien dengan volume
cairan normal atau pada pasien dengan FVD atau FVE.

2.2.2 Etiologi

1. Kehilangan air ekstrarenal (Uosm >700-800 mOsm/L)


a. Saluran cerna: muntah, drainase nasogastrik (NGT), diare osmotik, fistula
b. Insensible loss: demam, keringat saat aktivitas, ventilasi, luka bakar
2. Kehilangan air di ginjal (Uosm <700-800 mOsm/L)
a. Diuresis: osmotik (glukosa, manitol, urea), diuretik loop (misal furosemid)
b. Diabetes insipidus, bisa bersifat sentral yaitu defisiensi ADH atau resisten terhadap
ADH (nefrogenik)
1) Sentral: penyakit hipotalamus atau gangguan pituitari posterior (kongetial,
trauma/bedah, tumor, penyakit infiltratif/IgG4), dapat pula idiopatik, esefalopati
hipoksik, keracunan etanol
2) Nefrogenik: kongenital (mutasi reseptor V2 ADH, mutasi aquaporin-2), obat-
obatan (liitum, amphotericin, demeclocycline, foscarnet, cidofovir), metabolik
(hiperkalsemia, hipokalemia berat, malnutrisi protein, kelainan kongenital),
penyakit tubulointerstitial (posobstruksi, fase pemulihan acute tubular
necrosis/ATN, penyakit ginjal polikistik, sickle cell, Sjogren, amiloidosis),
kehamilan (produksi vasopresinase dari plasenta)
3. Lainnya (Uosm >700-800 mOsm/L)
a. Overload natrium: cairan hipertonik (misalnya resusitasi dengan
cairan bikarbonat/NaHCO3), kelebuhan mineralokortikoid
b. Kejang: peningkatan osmol intraseluler menyebabkan pergeseran air ke dalam
sel sehingga menyebabkan hipernatremia sementara di serum

2.2.3 Tanda dan Gejala


Gejala utama dari hipernatremia merupakan akibat dari kerusakan
otak.Hipernatremia yang berat dapat menyebabkan:
1) Kebingungan
2) Kejang otot
3) Kejang seluruh tubuh
4) Koma
5) Kematian
6) Fungsi ginjal yang abnormal
7) Diare
8) Muntah
9) Demam
10) Keringat yang berlebihan

2.2.4 Patofisiologi

Hipernatremia terjadi saat ada kehilangan air atau terlalu sedikit air dalam
hubungannya dengan sodium dan potassium dalam tubuh.Osmolaritas plasma (Posm)
normalnya berkisar antara 275-290 mOsm/kg dan utamanya ditentukan oleh konsentrasi
garam sodium.
Regulasi Posm dan konsentrasi plasma sodium dimediasi oleh perubahan asupan
dan ekskresi air.Hal ini terjadi dengan 2 mekanisme:
a. Konsentrasi urin (melalui sekresi pituitary dan efek renal terhadap ADH arginine
vasopressin(AVP)
b. Rasa haus Pada individu normal, rasa haus distimulasi oleh peningkatan osmolalitas
cairan tubuh diatas ambang tertentu. Hasilnya adalah asupan air yang meningkat untuk
secara cepat mengkoreksi keadaan hipernatremi. Mekanisme ini sangat efektif bahkan
pada keadaan patologis dimana pasien tidak mampu mengentalkan urinnya (diabetes
insipidus) dan mengeluarkan urin yang sangat banyak (10-15 L per hari), hipernatremi
tidak akan muncul karena rasa haus distimulasi dan osmolalitas cairan tubuh
dipertahankan. Oleh karena itu, hipernatremi dapat muncul pada saat hanya terjadi
gangguan mekanisme rasa haus dan asupan air tidak meningkat untuk merespon
hiperosmolaritas atau saat asupan air dibatasi.

2.2.5 Komplikasi

1. Gagal ginjal
2. Gagal jantung

2.2.6 Penatalaksanaan
Tatalaksana hipernatremia meliputi reduksi kehilangan air (tatalaksana underlying
cause) dan koreksi kekurangan air. Untuk pasien stabil dan asimptomatik penggantian cairan
melalui oral ataupun pipa nasogastrik masih efektif dan aman.
Pada pasien dengan status hipovolemik, volume extracellular fluid (ECF) dapat
dipulihkan dengan larutan salin normal atau 5% dextrose dalam setengah salin normal untuk
mencegah penurunan mendadak konsentrasi natrium. Hindari penggunaan D5W karena akan
menurunkan kadar natrium terlalu cepat. Selama rehidrasi, pantau natrium serum untuk
memastikan penurunan berlangsung perlahan dan mencegah penurunan mendadak.
Jumlah air yang dibutuhkan untuk mengoreksi hipernatremia dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
Water deficit (in liters) = (plasma Na concentration - 140)/140 x total body water
Total body water dapat diperkirakan sebagai 50% berat badan laki-laki dan 40% berat
badan pada wanita. Sebagai contoh, jika laki-laki dengan berat badan 70-kg dengan kadar
serum Na 160 mEq/L, maka perkiraan defisit air (160- 140)/140 x (0.5 x 70) = 5 L
Setelah defisit air diketahui, masukkan cairan untuk menurunkan kadar natrium dengan
laju 0.5 s.d 1 mEq/jam dengan penurunan tidak lebih dari 12 mEq/L dalam 24 jam pertama
dan sisanya dalam 48 s.d 72 jam.

BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Deskripsi Kasus

Pasien laki – laki, usia 62 tahun datang ke IGD RS X pada tanggal 27 Mei
2014 dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 3 jam SMRS. Sebelumnya sempat
mengalami kejang kemudian pasien menjadi tidak sadar. Memiliki riwayat jatuh 1
minggu yang lalu, dalam posisi duduk. Nafsu makan berkurang 1 minggu yang lalu,
hanya makan 2-3 suap sendok bubur polos dan 2 gelas susu, 3 hari terakhir sama
sekali tidak mengkonsumsi apapun. Pasien tidak BAB selama 1 minggu. Pasien tidak
BAK selama 3 hari. Pasien tidak memiliki aktivitas apapun, hanya tiduran seharian
sudah beberapa tahun. Pasien dirawat dengan hipernatremia dd/diabetes insipidus +
DM tipe 2, GD terkontrol insulin + Hipertensi belum terkontrol + CKD Stage V
Pasien mengalami penurunan berat badan 10 kg dalam 2 tahun terakhir.
Merokok selama kurang lebih 30 tahun menghabiskan 1 bungkus rokok perharinya.
Memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu (2006). Pasien kemudian
diberikan obat, pasien tidak ingat namanya. Tetapi pasien tidak meminum obat
hipertensinya secara teratur hanya diminum ketika pasien merasa pusing maupun sakit
kepala. Memiliki riwayat diabetes sejak tahun 1995. Pasien meminum obat diabetes
secara teratur yaitu metformin, glibenklamid. Istri pasien tidak ingat dosis obatnya.
Kemudian 6 tahun yang lalu dokter mengubah obat diabetes pasien dengan insulin
humalog mix dengan dosis 34-0-34 dikombinasi dengan obat oral, tetapi istri pasien
tidak mengetahui nama obat oral yang dikonsumsi. Riwayat Stroke pada otak kiri
tahun 2008
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat,
kesadaran somnolent, TD : 150/70 mmHg, Nadi : 120x/menit, RR : 22x/menit, Suhu
37,8˚C. Pemeriksaan Lab Penurunan Hb, Ht, eritrosit. Peningkatan leukosit, Natrium,
klorida, ureum, kreatinin

3.2 Hasil Analisis


A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Umur : 62 tahun
Agama : Kristen
Alamat : Jalan Pemuda, No. 150
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk RS : 27 Mei 2014, jam: 6:00
Tanggal pengkajian : 27 Mei 2014, jam 6:52
No. Registrasi 595960 13612524
Ruangan : VVIP Pandawa lantai 4
No RM 148400
Diagnosa medis : Hipernatremia dd/diabetes insipidus

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. C
Umur : 52 tahun
Agama : Kristen
Alamat : Jalan Pemuda, No. 150, Kabupaten Ponorogo
Hubungan dengan pasien : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Ny. C mengatakan tidak bisa menahan rasa haus dan merasa lemah teras
sepanjang hari
b) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pada hari Selasa, tanggal 27 Mei 2014 jam 06.45 pasien mengalami penurunan
kesadaran 3 jam SMRS. Nafsu makan berkurang sejak sejak 4 minggu yang
lalu, tidak BAB selama 4 minggubatuk dan sesak nafas sejak 10 hari yang lalu
c) Riwayat Kesehatan dahulu :
- Riwayat stroke pada otak kiri pada tahun 2008
- Memiliki riwayat penyakit diabetes
- Memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu
d) Riwayat KesehatanKeluarga :
- Keluarga mengatakan ayah kandung pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi
- Keluarga mengatakan tiga orang anaknya menderita diabetes dan dalam
keadaan sehat
e) Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Pasien mengatakan bahwa keadaan lingkungan rumah tempat tinggalnya
cukup bersih
f) Riwayat sosial ekonomi :
Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Somnolent (GCS 13: E4M5V4)
b. Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 150/70 mmHg
2. Nadi : 120x/menit
3. Pernapasan : 21x/menit
4. Suhu : 38,2 derajat celcius
5. Keluhan utama : tidak bisa menahan rasa haus
6. Kulit : pucat (-), kuning (-), luka (-), kemerahanpada
kulit (+), tugor kulit menurun
7. Kepala : normosefal
8. Mata : konjungtiva anemis(-), sclera ikterik(-)
9. Hidung : deviasi septum(-), secret(-)
10. Telinga : simetris kiri dan kanan
11. Mulut : bibir kering (+),lidah kotor (+), pucat
12. Leher : peningkatan JVP(-), pembesaran KGB(-)
pembesaran tiroid(-)
13. Thorax : Paru:
Inspeksi: simetris
Palpasi: fremitus
Perkusi: sonor
Auskultasi: ronki kering lapangan bawah paru kanan
Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi:batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Suara jantung (normal) reguler.

14. Abdomen : Inspeksi: tidak terdapat lesi atau jejas


Palpasi: nyeri tekan (-)
Perkusi: tympani
Auskultasi: bising usus(+)normal
15. Ekstremitas
a. Atas : hangat (+/+), oedem (-/-), CRT< 2 detik
b. Bawah : hangat (+/+), oedem (-/-), CRT< 2 detik

5. Pola Aktivitas Sehari-hari


1. Nutrisi
Makan : Sehat : makan sebanyak 3 x/hari
Sakit : nafsu makan berkurang sejak 4 hari yll
Minum: Sehat : minum cukup +/- 2L /hari
Sakit : minum berkurang sejak 4 hari yll

2. Eliminasi
BAB : Sehat : BAB sebanyak 1 x/hari
Sakit : tidak ada BAB sejak 1 minggu yll.

BAK : Sehat : BAK sebanyak 4-6 x/hari


Sakit : sudah tidak BAK sejak 3 hari yll

3. Pola Aktivitas
Sehat : Aktivitas dapat berjalan lancar, tanpa bantuan orang lain
Sakit : Aktivitas terhambat dan harus dibantu keluarga dan perawat.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Kimia Klinik

Jenis
27/05/14 29/5/14 9/6/14 12/6/14 14/6/14 Nilai Rujukan
pemeriksaan
Ureum 79 100 185 133 165 20-50 mg/dl
Kreatinin 3.5 5.8 6.2 6.2 6.2 0.5-1.5 mg/dl
Glukosa Darah 46 180 115 <140 mg/dl
Sewaktu
Natrium (Na) 150 153 154 155 157 136-147
mmol/L
Kalium (K) 3.3 3.8 4.1 3.6 4.1 3.5-5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 111 119 121 128 122 95-105 mmol/L

Hematologi
Hemoglobin 12 8.8 9.4 9.5 13-18g/dl
Hematokrit 35 26 27 28 40-52%
Eritrosit 4.1 2.9 3.0 3.2 4.3-6.0 juta/µL
Leukosit 14.600 15.100 13.400 11.900 4.600-10.800/µL
7. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1. DS: Kekurangan volume Kelebihan natrium
a. Keluarga mengatakan cairan
sudah tidak BAK
selama 3 hari
DO:
a. Tugor kulit jelek
b. Membran mukosa/
kulit kering
c. Peningkatan tekanan
nadi : 110 x/menit
d. Na : 150 mmol/L
2. DS: Hipertermia Dehidrasi
-
DO:
a. Suhu : 38,2 0C
b. RR : 21 x/menit
c. Kulit tampak
kemerahan
d. Nadi:110 x/menit
e. Kulit teraba panas/
hangat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
b. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit:
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 hipernatremia
dengan kelebihan jamkekurangan volume a. Pertahankan catatan
natrium cairan teratasi dengan kriteria intake dan output yang
hasil: akurat
a. Mempertahankan urine b. Pasang urin kateter jika
output sesuai dengan diperlukan
usia dan BB, BJ urine c. Monitor hasil lab yang
normal, sesuai dengan retensi
b. Tekanan darah, nadi, cairan (BUN , Hmt ,
suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin )
normal d. Monitor vital sign
c. Tidak ada tanda tanda e. Monitor indikasi retensi /
dehidrasi, Elastisitas kelebihan cairan
turgor kulit baik, (cracles, CVP , edema,
membran mukosa distensi vena leher,
lembab, tidak ada rasa asites)
haus yang berlebihan f. Kaji lokasi dan luas
d. Orientasi terhadap waktu edema
dan tempat baik g. Monitor masukan
e. Jumlah dan irama makanan / cairan
pernapasan dalam batas h. Monitor status nutrisi
normal i. Berikan diuretik sesuai
f. Elektrolit, Hb, Hmt interuksi
dalam batas normal j. Kolaborasi pemberian
g. pH urin dalam batas obat
normal k. Monitor berat badan
h. Intake oral dan intravena l. Monitor kadar natrium
adekuat dengan ketat
m. Monitor tanda atau
gejala dehidrasi

2. Hipertemi Termoregulasi Manajemen termoregulasi


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor suhu sesering
dehidrasi keperawatan selama 3x24 jam mungkin
pasien menunjukkan : b. Monitor warna dan suhu
a. Suhu tubuh dalam batas kulit
normal dengan kreiteria c. Monitor tekanan darah,
hasil: nadi dan RR
b. Suhu 36 – 37C d. Monitor penurunan
c. Nadi dan RR dalam tingkat kesadaran
rentang normal e. Monitor WBC, Hb, dan
d. Tidak ada perubahan Hct
warna kulit dan tidak ada f. Monitor intake dan
pusing, merasa nyaman output
g. Berikan anti piretik
h. Kelola Antibiotik
i. Selimuti pasien
j. Berikan cairan intravena
k. Kompres pasien pada
lipat paha dan aksila
l. Tingkatkan sirkulasi
udara
m. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
n. Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
o. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
p. Monitor hidrasi seperti
turgor kulit, kelembaban
membran mukosa)
4. Implementasi dan Keperawatan
Dari intervensi keperawatan yang telah disusun maka intervensi yang akan dilakukan
sesuai keadaan pasien pada kasus diatas adalah
No Diagnosa Tindakan
Implemetasi Evaluasi (SOAP)
1. Kekurangan Manajemen elektrolit: 27/05/2014. 10.30 WIB
volume hipernatremia S:
cairan a. Mempertahankan catatan - Keluarga mengatakan Tn.
berhubungan intake dan output yang B sudah 3 hari tidak BAK
dengan akurat O:
kelebihan b. Memasang urin kateter - Dilakukan pemasangan
natrium jika diperlukan kateter urin pada Tn. B
c. Memonitor vital sign - Intake pasien 300 ml,
d. Mengkaji lokasi dan luas output 200 ml
edema - Terdapat edema pada kaki
e. Memberikan diuretik kanan dan kiri
sesuai interuksi - Nilai natrium pasien pada
f. Memonitor kadar tgl 27 mei 2014 adala 150
natrium dengan ketat mmol/L
g. Memantau tanda atau - Terdapat tanda dan gejala
gejala dehidrasi dehidrasi pada Tn. B yaitu
h. Memantau intake oral turgor kulit menurun, bibir
dan intravena adekuat kering,
- Vital sign pasien
- TD: 150/70
HR: 110 x/menit
RR: 22 x/menit
- Tn. B mendapatkan diet
lunak rendah garam,
blender 1900 kal/hari
- Tn. B mendapatkan infus
D5 ¼ NS 500 ml/jam

A: Kekurangan volume cairan


belum teratasi,

P: Intervensi dilanjutkan :
manajemen elektrolit:
hipernatremia

2. Hipertermia Manajemen termoregulasi 27/05/2014


berhubungan a. Memonitor warna dan Pukul: 11.30 WIB
dengan suhu kulit S:
dehidrasi b. Memantau tekanan - Keluarga mengatakan
darah, nadi dan RR pasien dikompres dengan
c. Memonitor penurunan air hangat pada area lipat
tingkat kesadaran paha dan aksila
d. Memberikan anti piretik O:
e. Memberikan antibiotik - Tn. B mendapatkan obat
f. Memberikan cairan antipiretik: paracetamol
intravena - Tn. B mendapatkan
g. Mengompres pasien antibiotic
pada lipat paha dan ceftriazone 2x2 gram
aksila levofloxacin 750 mg/48 jam
h. Memonitor hidrasi - Vital sign Tn. B
seperti turgor kulit, TD: 150/70 mmHg
kelembaban membran HR: 110 x/menit
mukosa) RR: 22x/menit
T: 38, 20C
- Turgor kulit pasien masih
jelek, mukosa bibir kering

A: hipertermia belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen termoregulasi

3. Kekurangan Manajemen elektrolit: 28/05/2014. 10.30 WIB


volume hipernatremia S:
cairan a. Mempertahankan catatan - Keluarga mengatakan Tn.
berhubungan intake dan output yang B sudah ada BAK sejak
dengan akurat dipasang kateter urin
kelebihan b. Memasang urin kateter O:
natrium jika diperlukan - Tn. B terpasang akteter
c. Memonitor vital sign urin
d. Mengkaji lokasi dan luas - Intake pasien 600 ml,
edema output 350 ml
e. Memberikan diuretik - Terdapat edema pada kaki
sesuai interuksi kanan dan kiri
f. Memonitor kadar - Nilai natrium pasien pada
natrium dengan ketat terakhir pada tgl 28 mei
g. Memantau tanda atau 2014 adalah 150 mmol/L
gejala dehidrasi - Terdapat tanda dan gejala
h. Memantau intake oral dehidrasi pada Tn. B yaitu
dan intravena adekuat turgor kulit menurun, bibir
kering,
- Vital sign pasien
- TD: 140/75
HR: 101 x/menit
RR: 21 x/menit
- Tn. B mendapatkan diet
lunak rendah garam,
blender 1900 kal/hari
- Tn. B mendapatkan infus
D5 ¼ NS 500 ml/jam
A: Kekurangan volume cairan
belum teratasi,

P: Intervensi dilanjutkan :
manajemen elektrolit:
hipernatremia

4. Hipertermia Manajemen termoregulasi 28/05/2014


berhubungan a. Memonitor warna dan Pukul: 11.30 WIB
dengan suhu kulit S:
dehidrasi b. Memantau tekanan - Keluarga mengatakan
darah, nadi dan RR pasien dikompres dengan
c. Memonitor penurunan air hangat pada area lipat
tingkat kesadaran paha dan aksila
d. Memberikan anti piretik
e. Memberikan antibiotik O:
f. Memberikan cairan - Tn. B mendapatkan obat
intravena antipiretik: paracetamol
g. Mengompres pasien - Tn. B mendapatkan
pada lipat paha dan antibiotic
aksila ceftriazone 2x2 gram
h. Memonitor hidrasi levofloxacin 750 mg/48 jam
seperti turgor kulit, - Vital sign Tn. B
kelembaban membran TD: 140/75 mmHg
mukosa) HR: 101 x/menit
RR: 21x/menit
T: 37, 50C
- Turgor kulit pasien sudah
membaik, bibir lembab

A: hipertermia teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen termoregulasi

5. Kekurangan Manajemen elektrolit: 29/05/2014.


volume hipernatremia Pukul: 10.30 WIB
cairan a. Mempertahankan catatan S:
berhubungan intake dan output yang - Keluarga mengatakan Tn.
dengan akurat B sudah BAK sejak
kelebihan b. Memasang urin kateter dipasang kateter urin
natrium jika diperlukan O:
c. Memonitor vital sign - Intake pasien 750 ml,
d. Mengkaji lokasi dan luas output 400 ml
edema - Terdapat edema pada kaki
e. Memberikan diuretik kanan dan kiri
sesuai interuksi - Nilai natrium pasien pada
f. Memonitor kadar tgl 29 mei 2014 adalah
natrium dengan ketat 153 mmol/L
g. Memantau tanda atau - Tanda dan gejala dehidrasi
gejala dehidrasi pada Tn. B sudah
h. Memantau intake oral berkurang yaitu turgor
dan intravena adekuat kulit mulai membaik, bibir
lembab,
- Vital sign pasien
- TD: 140/80 mmHg
HR: 98 x/menit
RR: 20 x/menit
- Tn. B mendapatkan diet
lunak rendah garam,
blender 1900 kal/hari
- Tn. B mendapatkan infus
D5 ¼ NS 500 ml/jam

A: Kekurangan volume cairan


teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan :
manajemen elektrolit:
hipernatremia

6. Hipertermia Manajemen termoregulasi 29/05/2014


berhubungan a. Memonitor warna dan Pukul: 11.30 WIB
dengan suhu kulit S:
dehidrasi b. Memantau tekanan - Keluarga mengatakan
darah, nadi dan RR pasien dikompres dengan
c. Memonitor penurunan air hangat pada area lipat
tingkat kesadaran paha dan aksila
d. Memberikan anti piretik
e. Memberikan antibiotik O:
f. Memberikan cairan - Tn. B mendapatkan obat
intravena antipiretik: paracetamol
g. Mengompres pasien - Tn. B mendapatkan
pada lipat paha dan antibiotic
aksila ceftriazone 2x2 gram
h. Memonitor hidrasi levofloxacin 750 mg/48 jam
seperti turgor kulit, - Vital sign Tn. B
kelembaban membran TD: 140/80 mmHg
mukosa) HR: 98 x/menit
RR: 20x/menit
T: 36, 80C
- Turgor kulit pasien sudah
membaik, bibir lembab

A: hipertermia teratasi
sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen termoregulasi
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah. Hipernatremia juga terjadi
pada seseorang dengan fungsi ginjal yang abnormal, diare, muntah, demam, keringat
yang berlebihan.
Gambaran klinis hipernatremia non spesifik seperti anoreksia, mual, muntah,
kelelahan dan mudah tersinggung. Seperti ntrium meningkat akan ada perubahan
dalam fungsi neurologis yang lebih menonjol jika natrium telah meningkat pesat dan
tingkat tinggi. Bayi cenderung menunjukkan takipnea, kelemahan otot, gelisah,
tangisan bernada tinggi, dan kelesuan menyebabkan koma. Diagnosis diferensial
utama untuk gejala-gejala tersebut pada populasi ini adalah sepsis yang bisa
diperparah oleh hipernatremia . Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi

4.2 Saran

Perlunya penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan


pengobatan pada penderita hipernatremia. Menginformasikan tentang pencegahan-
pencegahan terjadinya hipernatremia dengan memberitahu makanan-makanan yang
perlu dan tidak perlu dikonsumsi.
DAFTAR PUSTAKA

Tamu. Fungsi Cairan Tubuh Manusia, Gejala Dehidrasi dan Cara Mengatasi Kehilangan Cairan
Tubuh. 2008. Dapat diakses pada: http://fungsi-cairan-tubuh-manusia-gejala-dehidrasi-dan-cara-
mengatasi-kehilangan-cairan-tubuh.html

https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan_Dasar/link/5847de1908aeda
69682582be/download diakses pada tanggal 23 September 2020 pukul 18.45 WIB

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4631b9b8c3f8152608a46238e4a719dc.pdf
diakses pada tanggal 23 September 2020 pukul 19.00

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54938/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=382EFDD1712B76041BA670EF3390A914?sequence=4 diakses pada tanggal 23
September 2020 pukul 19.10 WIB
http://digilib.unimed.ac.id/21851/9/9.%20NIM.%206123210027_BAB%20I.pdf diakses pada tanggal
23 September 2020 pukul 19.35 WIB

http://repository.unimus.ac.id/1280/1/BAB%20I.pdfD diakses pada tanggal 28 September 2020

http://eprints.undip.ac.id/50246/2/Alifianto_Parham_Parakkasi_22010112130126_Lap.KTI_
BAB1.pdf diakses pada tanggal 28 September 2020

http://materikesehatankita.blogspot.com/2013/10/makalah-askep-klien-dengan-
gangguan_17.html diakses pada tanggal 28 September 2020

http://risjanandi.blogspot.com/2013/03/hipernatremia-dan-hiponatremia.html
diakses pada tanggal 28 September 2020

https://caiherang.com/hipernatremia/ diakses pada tanggal 29 September 2020

http://info-kesehatan-bidan-irma-marisa.blogspot.com/2015/06/hiponatremia-dan-
hipernatremia.html diakses pada tanggal 29 September 2020

http://dokterpost.com/tatalaksana-hipernatremia-di-instalasi-gawat-darurat/ diakses pada tanggal 29


September 2020

Anda mungkin juga menyukai