Dosen Pembimbing
Oleh Kelompok 10
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
Kami di berikan kesehatan dan kesempatan dalam menyelesaikan makalah Mata Kuliah Ilmu Keperawatan
Dasar dengan judul Konsep, Prinsip, Keterampilan Klinis Cairan dan Elektrolit serta Asuhan
Keperawatan pada Pasien Gangguan Elektrolit “Hipernatremia”
Tak lupa Kami ucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, kepada ibu Ns. Dewi Murni, M.Kep selaku dosen
pembimbing, serta pihak yang tidak dapat Kami ucapkan satu persatu sehingga makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Di dalam makalah ini kami menyadari banyak terdapat kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat Kami harapkan agar menjadikan makalah ini
lebih baik lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
2.1 Cairan dan Elektrolit.........................................................................................................3
2.1.1 Pengertian..........................................................................................................3
2.1.2 Fungsi Cairan dan elektrolit...............................................................................3
2.1.3 Distribusi dan Komposisi Cairan ......................................................................4
2.1.4 Cara Perpindahan Cairan Tubuh....................................................................... 6
2.1.5 Pengaturan Volume Cairan Tubuh................................................................. 8
2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit......................... 9
2.2 Gangguan Elektrolit Hipernatremia..................................................................................9
2.2.1 Pengertian..........................................................................................................9
2.2.2 Etiologi.............................................................................................................10
2.2.3 Tanda dan Gejala..............................................................................................11
2.2.4 Patofisiologi......................................................................................................11
2.2.5 Komplikasi........................................................................................................12
2.2.6 Penatalaksanaan................................................................................................12
BAB III ANALISIS KASUS...............................................................................................13
3.1 Deskripsi Kasus...............................................................................................................13
3.2 Analisis Kasus.................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................25
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................25
4.2 Saran................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan hambatan akses terhadap cairan (sekunder dari gangguan mobilitas atau menelan) terur
berkontribusi dalam timbulnya hipernatremia pada usia lanjut selain adanya keterlambatan
eskresi natrium. Kehilangan air murni pada keadaan demam, hiperventilasi dan diabetes
insipidus. Lebih sering, kehilngan airhipoteonik disebabkan oleh problem saluran cerna. ,
luka bakar, terapi diuretika atau dieresis osmotic. Seringkali deteksi hipernatremia pada usia
lanjut terlambat dilakukan sehingga usia lanjut yang lemah dapat jatuh pada keadaan
hipernatremia yang bermakna.
2.1.1 Pengertian
Kebutuhan cairan adalah suatu proses dinamika karena metabolisme tubuh membutuhkan
perubahan yang tetap berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan tubuh adalah semua
bahan menu yang merupakan zat cair yang terdiri dari air dan semua yang ada di dalamnya. Elektrolit
adalah senyawa dalam tubuh yang mengurai dan ion- ion yang bermuatan listrik yang berfungsi
mengatur keseimbangan asam dan basa membantu memindahkan cairan dan memungkinkan
terjadinya impuls terhadap sel otot dan sel saraf.
6. Pernafasan
Paru-paru memerlukan air untuk pernafasan karena paru-paru harus basah dlaam bekerja
memasukkan oksigan ke sel tubuuh dan memompa kabondioksida keluar tubuh. Hal ini
dapat dilihat apabila kita menghembuskan nafas ke kaca, maka akan terlihat cairan berupa
embun dari nafas yang dihembuskan pada kaca.
7. Sendi dan otot
Cairan tubuh melindungi dan melumasi gerakan pada sendi otot. Otot tubuh akan
mengempis apabila tubuh kekurangan cairan. Oleh sebab itu, perlu minum air denga cukup
selama beraktivitas untuk meminimalisir resiko kejang otot dan kelelahan.
8. Pemulihan penyakit
Air mendukung proses pemulihan ketika sakit karena asupan air yang memadai berfungsi
untuk menggantikan cairan tubuh yang terbuang.
9. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel.
10. Mengeluarkan buangan-buangan sel
11. Membentuk dalam metabolisme
12. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
13. Mempermudah eliminasi
14. Mengangkut zat-zat seperti (hormo, enzim, SDP, SDM)
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen, yaitu
intraselular dan ekstraselular.
a. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular.
Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.
b. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia, yaitu sampai
sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi menjadi cairan interstitial
dan cairan intravaskular.
Cairan interstitial adalah cairan yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung diantara
rongga tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan
sekresi saluran pencernaan.
Sementara, cairan intravaskular merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah,
dalam hal ini plasma darah. Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu
elektrolit dan non-elektrolit.
a. Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion
negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation utama
dalam cairan intraselular adalah potasium (K+). Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida
(Cl-) dan bikarbonat (HCO3), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat
(PO43-). Kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai
elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler.
Tabel 2. Komposisi elektrolit ekstraseluler
b. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan bilirubin
yang tidak terdisosiasi dalam cairan.
2.2.1 Pengertian
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana kadar natrium
dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah. Kebutuhan normal bayi baru lahir adalah 1- 2 mmol/kg/hari
pada bayi aterm , dan 3-4 mmol/kg/hari pada bayi prematur.
2.2.2 Etiologi
2.2.4 Patofisiologi
Hipernatremia terjadi saat ada kehilangan air atau terlalu sedikit air dalam
hubungannya dengan sodium dan potassium dalam tubuh.Osmolaritas plasma (Posm)
normalnya berkisar antara 275-290 mOsm/kg dan utamanya ditentukan oleh konsentrasi
garam sodium.
Regulasi Posm dan konsentrasi plasma sodium dimediasi oleh perubahan asupan
dan ekskresi air.Hal ini terjadi dengan 2 mekanisme:
a. Konsentrasi urin (melalui sekresi pituitary dan efek renal terhadap ADH arginine
vasopressin(AVP)
b. Rasa haus Pada individu normal, rasa haus distimulasi oleh peningkatan osmolalitas
cairan tubuh diatas ambang tertentu. Hasilnya adalah asupan air yang meningkat untuk
secara cepat mengkoreksi keadaan hipernatremi. Mekanisme ini sangat efektif bahkan
pada keadaan patologis dimana pasien tidak mampu mengentalkan urinnya (diabetes
insipidus) dan mengeluarkan urin yang sangat banyak (10-15 L per hari), hipernatremi
tidak akan muncul karena rasa haus distimulasi dan osmolalitas cairan tubuh
dipertahankan. Oleh karena itu, hipernatremi dapat muncul pada saat hanya terjadi
gangguan mekanisme rasa haus dan asupan air tidak meningkat untuk merespon
hiperosmolaritas atau saat asupan air dibatasi.
2.2.5 Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Gagal jantung
2.2.6 Penatalaksanaan
Tatalaksana hipernatremia meliputi reduksi kehilangan air (tatalaksana underlying
cause) dan koreksi kekurangan air. Untuk pasien stabil dan asimptomatik penggantian cairan
melalui oral ataupun pipa nasogastrik masih efektif dan aman.
Pada pasien dengan status hipovolemik, volume extracellular fluid (ECF) dapat
dipulihkan dengan larutan salin normal atau 5% dextrose dalam setengah salin normal untuk
mencegah penurunan mendadak konsentrasi natrium. Hindari penggunaan D5W karena akan
menurunkan kadar natrium terlalu cepat. Selama rehidrasi, pantau natrium serum untuk
memastikan penurunan berlangsung perlahan dan mencegah penurunan mendadak.
Jumlah air yang dibutuhkan untuk mengoreksi hipernatremia dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
Water deficit (in liters) = (plasma Na concentration - 140)/140 x total body water
Total body water dapat diperkirakan sebagai 50% berat badan laki-laki dan 40% berat
badan pada wanita. Sebagai contoh, jika laki-laki dengan berat badan 70-kg dengan kadar
serum Na 160 mEq/L, maka perkiraan defisit air (160- 140)/140 x (0.5 x 70) = 5 L
Setelah defisit air diketahui, masukkan cairan untuk menurunkan kadar natrium dengan
laju 0.5 s.d 1 mEq/jam dengan penurunan tidak lebih dari 12 mEq/L dalam 24 jam pertama
dan sisanya dalam 48 s.d 72 jam.
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Deskripsi Kasus
Pasien laki – laki, usia 62 tahun datang ke IGD RS X pada tanggal 27 Mei
2014 dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 3 jam SMRS. Sebelumnya sempat
mengalami kejang kemudian pasien menjadi tidak sadar. Memiliki riwayat jatuh 1
minggu yang lalu, dalam posisi duduk. Nafsu makan berkurang 1 minggu yang lalu,
hanya makan 2-3 suap sendok bubur polos dan 2 gelas susu, 3 hari terakhir sama
sekali tidak mengkonsumsi apapun. Pasien tidak BAB selama 1 minggu. Pasien tidak
BAK selama 3 hari. Pasien tidak memiliki aktivitas apapun, hanya tiduran seharian
sudah beberapa tahun. Pasien dirawat dengan hipernatremia dd/diabetes insipidus +
DM tipe 2, GD terkontrol insulin + Hipertensi belum terkontrol + CKD Stage V
Pasien mengalami penurunan berat badan 10 kg dalam 2 tahun terakhir.
Merokok selama kurang lebih 30 tahun menghabiskan 1 bungkus rokok perharinya.
Memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu (2006). Pasien kemudian
diberikan obat, pasien tidak ingat namanya. Tetapi pasien tidak meminum obat
hipertensinya secara teratur hanya diminum ketika pasien merasa pusing maupun sakit
kepala. Memiliki riwayat diabetes sejak tahun 1995. Pasien meminum obat diabetes
secara teratur yaitu metformin, glibenklamid. Istri pasien tidak ingat dosis obatnya.
Kemudian 6 tahun yang lalu dokter mengubah obat diabetes pasien dengan insulin
humalog mix dengan dosis 34-0-34 dikombinasi dengan obat oral, tetapi istri pasien
tidak mengetahui nama obat oral yang dikonsumsi. Riwayat Stroke pada otak kiri
tahun 2008
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit berat,
kesadaran somnolent, TD : 150/70 mmHg, Nadi : 120x/menit, RR : 22x/menit, Suhu
37,8˚C. Pemeriksaan Lab Penurunan Hb, Ht, eritrosit. Peningkatan leukosit, Natrium,
klorida, ureum, kreatinin
3. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Ny. C mengatakan tidak bisa menahan rasa haus dan merasa lemah teras
sepanjang hari
b) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Pada hari Selasa, tanggal 27 Mei 2014 jam 06.45 pasien mengalami penurunan
kesadaran 3 jam SMRS. Nafsu makan berkurang sejak sejak 4 minggu yang
lalu, tidak BAB selama 4 minggubatuk dan sesak nafas sejak 10 hari yang lalu
c) Riwayat Kesehatan dahulu :
- Riwayat stroke pada otak kiri pada tahun 2008
- Memiliki riwayat penyakit diabetes
- Memiliki riwayat hipertensi sejak 8 tahun yang lalu
d) Riwayat KesehatanKeluarga :
- Keluarga mengatakan ayah kandung pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi
- Keluarga mengatakan tiga orang anaknya menderita diabetes dan dalam
keadaan sehat
e) Riwayat Kesehatan Lingkungan :
Pasien mengatakan bahwa keadaan lingkungan rumah tempat tinggalnya
cukup bersih
f) Riwayat sosial ekonomi :
Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi cukup.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Somnolent (GCS 13: E4M5V4)
b. Tanda Vital
1. Tekanan Darah : 150/70 mmHg
2. Nadi : 120x/menit
3. Pernapasan : 21x/menit
4. Suhu : 38,2 derajat celcius
5. Keluhan utama : tidak bisa menahan rasa haus
6. Kulit : pucat (-), kuning (-), luka (-), kemerahanpada
kulit (+), tugor kulit menurun
7. Kepala : normosefal
8. Mata : konjungtiva anemis(-), sclera ikterik(-)
9. Hidung : deviasi septum(-), secret(-)
10. Telinga : simetris kiri dan kanan
11. Mulut : bibir kering (+),lidah kotor (+), pucat
12. Leher : peningkatan JVP(-), pembesaran KGB(-)
pembesaran tiroid(-)
13. Thorax : Paru:
Inspeksi: simetris
Palpasi: fremitus
Perkusi: sonor
Auskultasi: ronki kering lapangan bawah paru kanan
Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi:batas jantung dalam batas normal
Auskultasi: Suara jantung (normal) reguler.
2. Eliminasi
BAB : Sehat : BAB sebanyak 1 x/hari
Sakit : tidak ada BAB sejak 1 minggu yll.
3. Pola Aktivitas
Sehat : Aktivitas dapat berjalan lancar, tanpa bantuan orang lain
Sakit : Aktivitas terhambat dan harus dibantu keluarga dan perawat.
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Kimia Klinik
Jenis
27/05/14 29/5/14 9/6/14 12/6/14 14/6/14 Nilai Rujukan
pemeriksaan
Ureum 79 100 185 133 165 20-50 mg/dl
Kreatinin 3.5 5.8 6.2 6.2 6.2 0.5-1.5 mg/dl
Glukosa Darah 46 180 115 <140 mg/dl
Sewaktu
Natrium (Na) 150 153 154 155 157 136-147
mmol/L
Kalium (K) 3.3 3.8 4.1 3.6 4.1 3.5-5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 111 119 121 128 122 95-105 mmol/L
Hematologi
Hemoglobin 12 8.8 9.4 9.5 13-18g/dl
Hematokrit 35 26 27 28 40-52%
Eritrosit 4.1 2.9 3.0 3.2 4.3-6.0 juta/µL
Leukosit 14.600 15.100 13.400 11.900 4.600-10.800/µL
7. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1. DS: Kekurangan volume Kelebihan natrium
a. Keluarga mengatakan cairan
sudah tidak BAK
selama 3 hari
DO:
a. Tugor kulit jelek
b. Membran mukosa/
kulit kering
c. Peningkatan tekanan
nadi : 110 x/menit
d. Na : 150 mmol/L
2. DS: Hipertermia Dehidrasi
-
DO:
a. Suhu : 38,2 0C
b. RR : 21 x/menit
c. Kulit tampak
kemerahan
d. Nadi:110 x/menit
e. Kulit teraba panas/
hangat
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
b. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen elektrolit:
cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 hipernatremia
dengan kelebihan jamkekurangan volume a. Pertahankan catatan
natrium cairan teratasi dengan kriteria intake dan output yang
hasil: akurat
a. Mempertahankan urine b. Pasang urin kateter jika
output sesuai dengan diperlukan
usia dan BB, BJ urine c. Monitor hasil lab yang
normal, sesuai dengan retensi
b. Tekanan darah, nadi, cairan (BUN , Hmt ,
suhu tubuh dalam batas osmolalitas urin )
normal d. Monitor vital sign
c. Tidak ada tanda tanda e. Monitor indikasi retensi /
dehidrasi, Elastisitas kelebihan cairan
turgor kulit baik, (cracles, CVP , edema,
membran mukosa distensi vena leher,
lembab, tidak ada rasa asites)
haus yang berlebihan f. Kaji lokasi dan luas
d. Orientasi terhadap waktu edema
dan tempat baik g. Monitor masukan
e. Jumlah dan irama makanan / cairan
pernapasan dalam batas h. Monitor status nutrisi
normal i. Berikan diuretik sesuai
f. Elektrolit, Hb, Hmt interuksi
dalam batas normal j. Kolaborasi pemberian
g. pH urin dalam batas obat
normal k. Monitor berat badan
h. Intake oral dan intravena l. Monitor kadar natrium
adekuat dengan ketat
m. Monitor tanda atau
gejala dehidrasi
P: Intervensi dilanjutkan :
manajemen elektrolit:
hipernatremia
P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen termoregulasi
P: Intervensi dilanjutkan :
manajemen elektrolit:
hipernatremia
A: hipertermia teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen termoregulasi
P: Intervensi dilanjutkan :
manajemen elektrolit:
hipernatremia
A: hipertermia teratasi
sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
Manajemen termoregulasi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipernatremia (kadar natrium darah yang tinggi) adalah suatu keadaan dimana
kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah. Hipernatremia juga terjadi
pada seseorang dengan fungsi ginjal yang abnormal, diare, muntah, demam, keringat
yang berlebihan.
Gambaran klinis hipernatremia non spesifik seperti anoreksia, mual, muntah,
kelelahan dan mudah tersinggung. Seperti ntrium meningkat akan ada perubahan
dalam fungsi neurologis yang lebih menonjol jika natrium telah meningkat pesat dan
tingkat tinggi. Bayi cenderung menunjukkan takipnea, kelemahan otot, gelisah,
tangisan bernada tinggi, dan kelesuan menyebabkan koma. Diagnosis diferensial
utama untuk gejala-gejala tersebut pada populasi ini adalah sepsis yang bisa
diperparah oleh hipernatremia . Adapun diagnosa keperawatan yang dapat diangkat
yaitu :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium
2. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi
4.2 Saran
Tamu. Fungsi Cairan Tubuh Manusia, Gejala Dehidrasi dan Cara Mengatasi Kehilangan Cairan
Tubuh. 2008. Dapat diakses pada: http://fungsi-cairan-tubuh-manusia-gejala-dehidrasi-dan-cara-
mengatasi-kehilangan-cairan-tubuh.html
https://www.researchgate.net/publication/311455903_Ilmu_Keperawatan_Dasar/link/5847de1908aeda
69682582be/download diakses pada tanggal 23 September 2020 pukul 18.45 WIB
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/4631b9b8c3f8152608a46238e4a719dc.pdf
diakses pada tanggal 23 September 2020 pukul 19.00
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54938/Chapter
%20I.pdf;jsessionid=382EFDD1712B76041BA670EF3390A914?sequence=4 diakses pada tanggal 23
September 2020 pukul 19.10 WIB
http://digilib.unimed.ac.id/21851/9/9.%20NIM.%206123210027_BAB%20I.pdf diakses pada tanggal
23 September 2020 pukul 19.35 WIB
http://eprints.undip.ac.id/50246/2/Alifianto_Parham_Parakkasi_22010112130126_Lap.KTI_
BAB1.pdf diakses pada tanggal 28 September 2020
http://materikesehatankita.blogspot.com/2013/10/makalah-askep-klien-dengan-
gangguan_17.html diakses pada tanggal 28 September 2020
http://risjanandi.blogspot.com/2013/03/hipernatremia-dan-hiponatremia.html
diakses pada tanggal 28 September 2020
http://info-kesehatan-bidan-irma-marisa.blogspot.com/2015/06/hiponatremia-dan-
hipernatremia.html diakses pada tanggal 29 September 2020