Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi
SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau yang
lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter syndrome.SIADH
dapat didefiisikan sebagaiGangguan produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi
garam atau hiponatremia.
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh ketidakmampuan
ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari hipofisis
posterior. (Barbara K.Timby, 2000)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH
sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan.
(Corwin, 2001)
SIADH adalah syndrome yang diakibatkan karena ekresi ADH yang berlebihan dari lobus
posterior dan dari sumber ektopik yang lain. (Black dan Matassarin Jacob, 1993)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH
sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan.
(Corwin, 2001)
SIADH (syndrome of inapropiate secretion of anti diuretic hormon) adalah gangguan pada
hipofisis posterior yang ditandai dengan peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior.
(elizabet j.corwin, 2001)
2.2 Epidemiologi
Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma. Keganasan
yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru ( sel gandum ),
kanker duodenum dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma. Beberapa zat
kemoterapi, sisplatin, siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah menunjukkan pelepasan
ADH yang tidak mencukupi

Pasien usia lanjut dengan hiponatremia yang sedang direhabilitasi cenderung


memiliki gejala SIADH. Hal ini terbukti pada studi di kelompok usia lanjut dengan
hiponatremi idiopatik kronik yang mendasari hubungan antara SIADH dan usia.
Hiponatremia sendiri sering dengan korelasi medis yang kurang signifikan. Walau
bagaimanapun risiko kejadian SIADH meningkat bila pasien menderita hiponatremia. Insiden
SIADH adalah 1/3 nya pada anak yang rawat inap dengan pneunomia, yang berkorelasi
dengan perburukan penyakit dan kesembuhannya. Mungkin restriksi cairan pada pasien ini
sangat diperlukan untuk meningkatkan kesembuhannya
2.3 Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus
(bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam memproduksi
hormone). Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain dari tubuh) bisa
merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan kasus lainnya
seperti dibawah ini:
1. Kelebihan vasopressin
2. Peningkatan tekanan intracranial baik pada proses infeksi maupun trauma pada otak.
3. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin (vinuristin, cisplatin, dan
ocytocin)
4. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal,dan insufisiensi pituitary anterior
5. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik/ karsinoma pancreatic yang dapat
mensekresi ADH secara ektopic(salah tempat)
6. Cidera Kepala
7. Pembedahan(dapat memunculkan SIADH sesaat)
8. Obat- obatan seperti :
a. cholorpropamid(obat yang menurunkan gula darah)
b. Carbamazepine (obat anti kejang)
c. Tricilyc (antidepresan)
d. Vasopressin dan oxytocin ( hormon anti deuretik buatan ).

1. Meningitis
2. Kelebihan ADH
Faktor Pencetus :
1. Trauma Kepala
2. Meningitis.
3. Ensefalitis.
4. Neoplasma.
5. Cedera Serebrovaskuler.
6. Pembedahan.
7. Penyakit Endokrin.
2.4 Patofisiologi
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini
menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi. Pengeluaran
berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan
ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional.Dimana akan terjadi penurunan
konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin
menjadi pekat.Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas
serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan
mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH , yaitu

1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak adanya
tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik hipofisis ,
yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan . bermacam-macam
obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut termasuk
nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium, diuretic tiazid , obatobat hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic : sisplatin,
siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.

Pathway SIADH

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala yang sering muncul adalah:
1. Hiponatremi (penurunan kadar natrium )
2. Mual, muntah, anorexia, diare
3. Takhipnea
4. Retensi air yang berlebihan
5. Letargi
6. Penurunan kesadaran sanpai koma.
7. Osmolalitas urine melebihi osmolalitas plasma , menyebabkan produksi urine yang kurang
terlarut.
8. Ekskresi natrium melalui urine yangberkelanjutan
9. Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular
Menurut Sylvia ( 2005). Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung
pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia . perlu dilakukan pemeriksaan tingka
osmolalitas serum , kadar BUN, kreatinin, Natrium, Kalium, Cl dan tes kapasitas pengisian
cairan:
1. Na serum >125 mEq/L.
1. Anoreksia.
2. Gangguan penyerapan.
3. Kram otot.
2. Na serum = 115 120 mEq/L.
1. Sakit kepala, perubahan kepribadian.
2. Kelemahan dan letargia.
3. Mual dan muntah.
4. Kram abdomen.

3. Na serum < 1115 mEq/L.


1. Kejang dan koma.
2. Reflek tidak ada atau terbatas.
3. Tanda babinski.
4. Papiledema.
5. Edema diatas sternum.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.
Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap Na)
2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
Kalium serum,mungkin turun sesuai upaya ginjal untuk menghemat Na dan Kalium sedikit.
3.Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun,tergantung ion mana yang hilang dengan
DNA.
4. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.
Osmolalitas urin,dapat turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana
kasus ini akan melebihi osmolalitas serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada
SIADH.
1. Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya: kelebihan cairan melawan
dehidrasi.
2. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium serum
menurun sampai 170 M Eq/L.
3. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.
4. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah.
5. Pemeriksaan laboratorium : penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia, hipokalemia,
peningkatan natrium urin
2.7 Penatalaksanaan

Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis
SIADH biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada peningkatan
intake cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis
akibat hiponatremi ( Bodansky & Latner, 1975)
Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1.Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang
ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
2. Mengurangi retensi cairan yang berlebihan .
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan.
Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat
dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal
cairan hipertonik dan furosemid adalah terapi pilihan.
3. Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran
(kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan emosional.

Rencana non farmakologi

1. Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)


2. Pembatasan sodium

Rencana farmakologi

1. Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah


2. Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
3. Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
4. Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 % secara
perlahan-lahan

mengatasihiponatremi

dan

peningkatan

osmolaritas

serum

(dengan

peningkatan = overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif.

Pengobatan khusus = prosedur pembedahan

Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH bersal dari produksi tumor
ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :
1. Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu
pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social
dan rekreasi).
2. Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara
kontinyu.
3. Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
4. Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor
dokter.
5. Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
6. Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
7. Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara
spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan diuretik dan obat yang
menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium
klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,maka terapi untuk menghilangkan tumor
tersebut.
2.8 Komplikasi
Gejala-gejala neurologis dapat berkisar dari nyeri kepala dan konfusi sampai kejang otot,
koma dan intoksikasi air.
2.9 Prognosis
Kecepatan dan durasi respon sangat bergantung pada penyebabnya . SIADH biasanya
berkurang dengan regresi tumor , tetapi dapat menetap walaupun tumor primer telah
terkontrol. Gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya bersifat reversibel dan tidak
memerlukan rehabilitas jangka panjang.

SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan
ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat ringannya angka
mortalitas dan morbiditas pasien.Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih
tinggi dibandingkan pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat (25%)
bila pasien konsentrasi serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien degan hiponatremia
ringanAngka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan drastis serum
Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak angka mortalitas hanya 8%.
Bayi dalam kandungan akan merespon edema yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena
lebih luasnya volum kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas
dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya adaptasi otak dengan
volum luas dan lambatnya berobat.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien meliputi: nama, umur, pekerjaan, dan alamat,ras, dan jangan lupa
cantumkan nama penanggung jawab.
2. Keluhan Utama :
Biasanya pasien merasakan Mual, muntah, anorexia.
3. Riwayat penyakit dahulu:
adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta riwayat
radiasi pada kepala.
4. Riwayat penyakit sekarang :
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan
keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana
sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan kejang sampai
penanganan apa yang diberikan sebelum pasien dibawa ke rumah sakit.
5. Riwayat penyakit keluarga:
riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular, atau dalam
keluarga apakah ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan pasien saat ini.
6. Pantau status cairan dan elektrolit.
7. Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan segera lakukan
tindakan untuk mengatasinya.
8. Catat perubahan berat badan (BBI jika ada peningkatan dari 1 kg laporkan pada
dokter).
9. Periksa TTV : Meliputi pemeriksaan suhu, nadi,RR, tekanan darah.
2. Pemeriksaan Persistem
B1 (Breathing) :
inspeksi apakah terdapat sekret pada hidung
apakah terdapat pernafasan cuping hidung atau tidak
apakah menggunakan otot bantu pernafasan
Bagaimana Irama Pernafasanya
B2 (Blood) :
Inspeksi : Apakah terdapat Distensi vena jugularis.
Auskultasi : apakah terdapat takikardia
Bagaimana suara jantung apakah terdapat suara tambahan atau tidak

Apakah terdapat nyeri dada atau tidak

B3 ( Brain ) :
Bagaimana kondisi mental klien apakah terdapat kekacauan mental
Apakah terdapat kejang
Apakah terdapa Sakit kepala
Bagaimana reflek patologis
Adakah gangguan penciuman,pendengaran,pandangan
B4 ( Bladder )
Bagaimana kondisi kandung kemih apakah terdapat nyeri tekan atau tidak
Apakah terdapat Penurunan volume urine
Penurunan frekuensi berkemih
Apakah klien terpasang kateter atau tidak
B5 ( Bowel )
Mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).
Mual dan muntah
Apakah terdapat Peningkatan berat badan secara tiba-tiba
Apakah terdapat penurunan berat badan
B6 ( Bone )
Letargi
Perkusi : Penurunan refleks tendon dalam
Berapa kekuatan otot
Bagaimana kekuatan sendi apakah terdapat kelemahan anggota gerak
3. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi Urin berhubungan dengan penurunan volume urine.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan anoreksia
3.
Diagnosa 1
NS.
DIAGNOSIS :

RETENSI URIN

(NANDA-I)

DEFINITION:

DEFINING
CHARACTER

Pengosongan kandung kemih tidak komplit.

Tidak ada keluaran urin

ISTICS

Distensi kandung kemih

Menetes

Disuria

Sering berkemih

Inkontinensia aliran berlebih

Residu urin

Sensasi kandung kemih penuh

Berkemih sedikit.

RELATED

ASSESSMENT

FACTORS:

Sumbatan

Tekanan ureter tinggi

Inhibisi arkus refleks

Sefingter kuat

Subjective data entry

Objective data entry

Client

Ns. Diagnosis (Specify): Pengosongan kandung kemih tidak

Diagnostic

komplit.

DIAGNOSIS

Related to:
Statement:

Intervensi 1
No

NOC

urinary elimination

Kandung kemih kosong


secarapenuh

Tidak ada residu urine


>100-200 cc

Intake cairan dalam


rentang normal

Bebas dari ISK

Tidak ada spasme bladder

Balance cairan seimbang

NIC

Urinary Retention Care

Monitor intake dan output

Monitor
penggunaan
antikolinergik

Monitor derajat distensi bladder

Instruksikan pada pasien dan


keluarga untuk mencatat output
urine

Sediakan privacy untuk eliminasi

Stimulasi reflek bladder dengan


kompres dingin pada abdomen.

Kateterisaai jika perlu

Monitor tanda dan gejala ISK


(panas, hematuria, perubahan bau
dan konsistensi urine)

Diagnosa 2

obat

NS.
DIAGNOSIS :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(NANDA-I)

DEFINITION:

DEFINING
CHARACTER
ISTICS

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolik

Kram abdomen

Nyeri abdomen

Menghindari makan

Berat badan 20 % atau lebih dibawah berat badan ideal

Kerapuan kapiler

Diare

Kehilangan rambut berlebihan

Bising usus hiperaktif

Kurang makanan

Kurang informasi

Kurang minat pada makanan

Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

Kesalahan konsepsi

Kesalahan informasi

Membran mukosa pucat

Ketidakmampuan memakan makanan

Tonus otot menurun

Mengeluh gangguan sensasi rasa

Mengeluh asupan makanan kurang dari RDA

Cepat kenyang setelah makan

Sariawan rongga mulut

Seteatorea

Kelemahan otot mengunyah

Kelemahan otot untuk menelan

Faktor biologis

Faktor ekonomi

RELATED

Ketidakmampuan untuk mengarsobsi nutrien

FACTORS:

Ketidakmampuan untuk mencerna makanan

Ketidakmampuan menelan makanan

Faktor psikologis

ASSESSMENT

Subjective data entry

Objective data entry

DIAGNOSIS

Ns. Diagnosis (Specify): Ketidakseimbangan nutrisi kurang


Client

dari kebutuhan tubuh.

Diagnostic
Statement:

Related to: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan untuk mencerna
makanan.

Intervensi 2
No

NOC

NIC

Nutritional status: Adequacy of

nutrient

Kaji adanya alergi makanan


Kolaborasi

dengan

ahli

gizi

untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang


dibutuhkan pasien

- indicator:

tinggi serat untuk mencegah konstipasi

Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding capacity

Yakinkan diet yang dimakan mengandung

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan


makanan harian.

Monitor adanya penurunan BB dan gula


darah

Jumlah limfosit

Setelah

dilakukan

Monitor lingkungan selama makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam,


total protein, Hb dan kadar Ht

tindakan

keperawatan 2x24 jam diharapkan

Monitor mual dan muntah

Nutrisi pasien terpenuhi dengan :

Monitor

pucat,

kemerahan,

dan

kekeringan jaringan konjungtiva


- Pasien akan mempertahankan
berat badan

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan keluarga


tentang manfaat nutrisi

Pasien menjelaskan komponen diet


bergizi adekuat

Kolaborasi dengan dokter tentang

Pasien menoleransi diet yang di

kebutuhan suplemen makanan seperti

anjurkan

NGT/ TPN sehingga intake cairan yang

Pasien mempertahankan massa

adekuat dapat dipertahankan.

tubuh dan berat badan dalam batas

Anjurkan banyak minum

normal

Pertahankan terapi IV

Pasien memiliki nilai laboratorium


dalam batas normal
Pasien melaporkan tingkat energi
yang adekuat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT SIADH
Kasus :Tn.A datang ke RS pada tanggal 28 April 2014 pukul 12.30 WIB dengan keluhan
mual, muntah, anorexia, diare disertai dengan Hiponatremi (penurunan kadar natrium ) yang
mengganggu kenyamanan Tn.A, setelah itu perawat memeriksa keadaan Tn.A dengan hasil
yang didapat TD 130/90, N 110x/menit, RR 26 x/menit, suhu 36,5 o C, satu bulan yang lalu
Tn.A BB 61kg setelah sakit BB Tn.A menjadi 65kg. Dari pengakuan keluarga Tn.A hanya

makan 2 sendok sekali makan dan dalam sehari pasien makan 2x sehari makan, konsumsi
minum pasien kira kira 1 liter/ 4 gelas sehari, .

1.Pengkajian
1. Nama Pasien : Tn A

Penanggung jawab Biaya

2. Umur

Nama

: Tn M

Alamat

: Jln Bronggalan 2/a

: 56 th

3. Suku/ Bangsa: Jawa/ Indonesia


4. Agama

: Islam

5. Pendidikan

: SD

6. Pekerjaan

: Tani

7. Alamat

: Jalan Bronggalan 2/a

: Umun

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Keluhan utama : keluhan mual, muntah

Riwayat penyakit sekarang : sebelum datang ke rumah sakit Tn.A mengeluh


mual,muntah, anorexia dan hanya makan 2 sendok sehari sekali makan dan dalam
sehari pasien makan 2x sehari, konsumsi minum pasien kira kira 1 liter/ 4 gelas
sehari.kemudian Tn.A disuruh istirahat dan dikasih teh hangat oleh keluarganya
dirumah setelah 2 jam Tn.A didapati mual muntah yang berlebih hingga pihak
keluarga membawanya ke rumah sakit.

Riwayat penyakit dahulu : Tn.A pernah mengalami kecelakaan dan pernah dilakukan

operasi kerena cidera di kepala.


Riwayat penyakit keluarga : didalam keluarga Tn.A tidak ada yang menderita
penyakit menular.

Pemeriksaan Fisik
1. Tanda Tanda Vital
Suhu
Nadi
TD
RR
TB
BB

: 36,5C
: 110x/menit
: 130/90 mmHg
: 26x/menit
: 170 cm
: 70 kg

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda Tanda Vital
Suhu
Nadi
TD
RR
TB
BB

: 36,5C
: 110x/menit
: 130/90 mmHg
: 26x/menit
: 170 cm
: 70 kg

2. Sistem Pernafasan
Inspeksi: hidung simetris,tidak ada sekret,dada simetris,
Palpasi: hidung tidak ada polip,tidak ada nyeri tekan pada daerah hidung dan
dada.
Perkusi:suara nafas vesikuler
Auskultasi:Irama nafas teratur,Suara nafas vesikuler
3. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada pebesaran vena jugularis
Palpasi : N : 110x/menit di daerah arteri dorsalis pedis.
TD : 13/90mmHg
Perkusi :suara jantung (redup)
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 tunggal tidak ada suara jantung tambahan

2. Sistem Persyarafan
Inspeksi : tingkat kesadaran normal, ada reflek membuka mulut, konjungtiva merah
muda.
Nervus cranial
Nervus 1 olfaktorius : klien dapat membedakan bau-bauan
Nervus II optikus : klien tidak dapat melihat jelas dengan jarak 5-6 m
Nervus III okulomatorius : lapang pandang normal
Nervus IV troklearis : miosis
Nervus V trigeminus : ada reflek kornea, otot masseter dan otot temporal teraba keras.
Nervus VI abdusen : ada reflek membuka mata
Nervus VII fasial : saraf perasa normal dapat membedakan jenis-jenis rasa.

Nervus VIII akustik : pendengaran mengalami ketulian.


Nervus IX glosofaring, Nervus X vagus : klien ada reflek muntah dan menelan .
Nervus XI asesoris spinal : klien ada tahan tapi minimal
Nervus XII hipoglosus : lidah tidak ada lesi.
3. Sistem Perkemihan
Produksi urin dalam sehari 600 cc
Anamnesa: pasien mengatakan kandung kemih terasa penuh, Penurunan retensi
urin
Inspeksi: klien dengan pemasangan kateter
Palpasi: Terdapat pembengkakakn kandung kemih, Terdapat nyeri tekan
4. Sistem Pencernaan
Inspeksi : mulut : bersih
Mukosa : lembab
Abdomen : tegang pada perut bagian bawah dan terdapat nyeri tekan.
Auskultasi : peristalti usus : 5x per menit
BAB : 1x per hari dengan konsistensi padat
Makan 2 sendok per hari disertai mual muntah
5. Sistem muskulo skeletal dan integumen
a. Pergerakan sendi : bebas
b. Kekuatan otot 4

c.Kelainanekstremitas : tidak ada


d. Kulit

: terdapat ikterik

e. Turgor : normal
9. Sistem Endokrin

Tidak terdapat Pembesaran kelenjat tyroid


Tidak Terdapat Pembesaran Kelenjar getah bening
Tidak terdapat Hipoglikemia
Tidak terdapat Hiperglikemia
Tidak terdapat Luka gangren

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )


1. Natrium urin kurang dari 15 M Eq/L(menandakan konservasi ginjal terhadap Na)

2. Berat urine meningkat ( <1,020 )


3. Osmolalitas plasma dan hiponatremia ( penurunan konsentrasi natrium, natrium serum
menurun sampai 170 M Eq/L
4. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal adrenal,dan tiroid normal.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Retensi Urin berhubungan dengan penurunan volume urine.
Diagnosa 1
NS.
DIAGNOSIS :

RETENSI URIN

(NANDA-I)

DEFINITION:

DEFINING

Pengosongan kandung kemih tidak komplit.

Tidak ada keluaran urin

Distensi kandung kemih

Menetes

Disuria

Sering berkemih

Inkontinensia aliran berlebih

Residu urin

Sensasi kandung kemih penuh

CHARACTER
ISTICS

Berkemih sedikit.

RELATED

ASSESSMENT

FACTORS:

Sumbatan

Tekanan ureter tinggi

Inhibisi arkus refleks

Sefingter kuat

Subjective data entry

Objective data entry

keluhan mual, muntah, anorexia,

Suhu
Nadi
TD
RR

diare.

: 36,5C
: 110x/menit
: 130/90 mmHg
: 26x/menit

Ns. Diagnosis (Specify):

Client
Diagnostic

Retensi urin

Statement:

Related to: Sumbatan

Intervensi 1
No

NOC

urinary elimination

NIC

Urinary Retention Care

Kandung kemih kosong


secarapenuh

Tidak ada residu urine


>100-200 cc

Intake cairan dalam


rentang normal

Bebas dari ISK

Tidak ada spasme bladder

Balance cairan seimbang

Monitor intake dan output

Monitor
penggunaan
antikolinergik

Monitor derajat distensi bladder

Instruksikan pada pasien dan


keluarga untuk mencatat output
urine

Sediakan privacy untuk eliminasi

Stimulasi reflek bladder dengan


kompres dingin pada abdomen.

Kateterisaai jika perlu

Monitor tanda dan gejala ISK


(panas, hematuria, perubahan bau
dan konsistensi urine)

obat

Implementasi
No
1

Tanggal/jam Tindakan
29
April
Mengkaji Peeriksaan Fisik
2014/ 08.00

Periksa Tanda-Tanda vital:

Paraf

Suhu
Nadi
TD
RR

: 36,5C
: 90x/menit
: 120/80 mmHg
: 24x/menit

Memonitor intake dan output

Memonitor penggunaan obat antikolinergik

Memonitor derajat distensi bladder

Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk


mencatat output urine
menyediakan privacy untuk eliminasi
menstimulasi reflek bladder dengan kompres
dingin pada abdomen.
Kateterisaai jika perlu
Memonitor tanda dan gejala ISK (panas,
hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)

Evaluasi
Masalah

Tgl/jam

Catatan perkembangan

Paraf

kep/kolaboratif
Retensi Urin

30-04-2014/

S : Tn.A merasa sudah lebih baik

08.00

dari

sebelumnya

dan

produksi urin dalam sehari


1000 cc
O : Tanda- tanda Vital
Suhu
Nadi
TD
RR
TB
BB

: 36,5C
: 68x/menit
: 120/80 mmHg
: 25x/menit
: 170 cm
: 65 kg

A : Masalah teratasi sebagian


P: rencana tindakan keperawatan
1 -10 dilanjutkan

BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
SIADH merupakan kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik atau
yang lebih dikenal dengan Inappropriate ADH syndrome, Schwartz-Bartter syndrome.SIADH
dapat didefiisikan sebagaiGangguan produksi hormon antidiuretik ini menyebabkan retensi
garam atau hiponatremia.
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior.
Peningkatan pengeluaran ADH biasanya terjadi sebagai respon terhadap peningkatan
osmolalitas plasma (penurunan konsentrasi air plasma) atau penurunan tekanandarah.
Penyebabnya adalah cedera,pembedahan,tumor-tumor si luar SSP terutama karsinoma
bronkogenik.Tanda-tanda : Retensi urine,penurunan pengeluaran urine,mual dan muntah
yang semakin parah seiring dengan intoksikasi air.

5.2 Saran
Bagi penderita SIADH yang masih ringan,retriksi cairan cukup dengan pembatasan
cairan dan pembatasan sodium.Dan penderita dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya dan mengikuti prosedur diit yang dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai