METANOL
Disusun oleh :
1. Jessica (1400610019)
2. Muhammad Hilmy Hakeem (1400610013)
3. Rena Nadia Permata Asry (1400610029)
Pembimbing :
1. Dr. Sholeh Mamun
2.Petrick Gideon Effendi ST M.Sc
Di ajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhin mini riset teknik kimia I
Fakultas Clean Energy and Climate Change
Department of Chemical and Green Process Engineering Surya University
Di ajukan oleh :
1. Jessica (1400610019)
2. Muhammad Hilmy Hakeem (1400610013)
3. Rena Nadia Permata Asry (1400610029)
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
CO2 kini telah menjadi pusat masalah global warming yaitu emisi gas rumah kaca, banyak
peneliti melakukan percobaan untuk mengurangi gas CO2 ini, dimulai dengan CO2 capture
hingga pemanfaatan CO2 ini ke metanol. Untuk itu tujuan kami adalah agar dapat mengetahui
pemanfaatan emisi gas ini serta dijadikan acuan bagi peneliti untuk melakukan proses ini.
Dalam proses konversi CO2 ke metanol ini melalui reaktor sintesis metanol memerlukan bahan
baku CO2 murni dengan hidrogen (H2) atau air (H2O). CO2 dan H2 dalam hal ini, kami
menggunakan proses sintesis metanol langsung, sedangkan CO2 dan H2O dalam hal ini, kami
menggunakan proses fotosintesis buatan dengan bantuan sinar matahari (sinar UV).
Secara singkatnya, dalam proses pemanfaatan CO2 ke metanol, dibutuhkan katalis yang tepat,
khususnya nanokatalis, dengan bahan bakunya CO2 dan H2 yang lebih efisiensi dalam
kebutuhan energi dan listrik serta proses pemanfaatan CO2 dan H2 yang kami gunakan adalah
proses sintesis metanol secara langsung.
Nowadays, CO2 have become one of the biggest source of the greenhouse effect, which further
leads to the global warming. Many researchers have done the research on this subject, that is,
to reduce the concentration of CO2 in the atmosphere through the carbon capture system or the
production of methanol with CO2 as the raw material. Thus, this research objective is to find
how the emission of CO2 can be beneficial for us and so that it may become the reference
material for the other researchers to do this conversion process.
The conversion process from CO2 to methanol needs pure CO2 and hydrogen (H2) or water
(H2O). For the CO2 and H2 reaction, we use the direct synthesis methanol process, and for CO2
and H2O reaction, we use the artificial photosynthesis process with the help of sunlight (UV
light)
In short, to undergo an optimal conversion process from CO2 to methanol, we have to find the
right catalyst, particularly nanocatalyst, with the raw material of CO2 and H2 because it has
more efficiency in energy consumption. So, the process that we choose in the conversion of
CO2 and H2 to methanol is the direct synthesis methanol process.
Keywords: CO2, methanol synthesis, artificial photosynthesis, H2, H2O
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmatNya
yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga mampu menyelesaikan makalah studi kajian
literatur ini yang berjudul Pemanfaatan CO2 untuk Pembuatan Metanol. Makalah ini
diajukan guna untuk memenuhi salah satu tugas riset dalam semester pendek.
1. Bpk. Yalun Arifin, selaku kepala dosen Chemical Engineering, yang memberikan
kami ijin untuk melakukan riset ini.
2. Bpk. Sholeh Mamun, selaku dosen pembimbing kami, yang telah memberikan
ilmunya untuk mempermudah kami menyelesaikan makalah ini.
3. Bpk. Petrick Gideon Effendi, selaku dosen pembimbing kami, yang telah membantu
kami membenarkan kesalahan yang kami buat dalam makalah ini.
4. Orang tua kami yang telah memberikan dukungannya baik secara materi maupun
moral.
5. Teman-teman dalam satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan dan belum
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran khususnya dosen pembimbing
kami yang bersifat membangun, agar makalah yang kami buat ini berguna dan memberikan
wawasan yang luas bagi pembaca serta peneliti selanjutnya dimasa depan, untuk itu kami
menyelesaikan makalah ini demi tercapainya Indonesia Jaya.
Penyusun
Daftar Isi
Abstrak . i
Daftar Isi iv
Daftar Tabel .. ix
BAB I. Pendahuluan . 1
1.3 Tujuan .. 3
2.1.3 Konklusi . 15
2.2.1 Nanokatalis . 16
2.2.2 Organokatalis .. 17
2.2.3 Konklusi .. 18
1. Flash Separator . 21
2. Compressor 22
3. Reactor .. 24
5. Distillation Column 25
8. Relief Valve 30
9. Heat Exchanger .. 31
2.Heater . 36
3.Reactor 36
4.Cooler .. 36
5. Separator . 37
3.2.2 Proses Produksi Metanol dengan bahan baku CO2 dan H2O . 37
Daftar Pustaka 45
Daftar Simbol
H2 Hidrogen
H2O Air
N2 Nitrogen
CH4 Metana
CFC CloroFluorCarbon
CO Karbon Monoksida
CH3OH Metanol
MeOH Metanol
Daftar Tabel
Tabel 10. Reaksi yang terjadi dalam reaktor sintesis metanol kedua . 33
PENDAHULUAN
Udara yang terdapat pada atmosfer bumi utamanya terdiri dari Oksigen (O2) = 21%
volume, Nitrogen (N2) = 78% volume dan sisanya 1% terdiri dari bermacam-macam gas
diantaranya : Argon (Ar) = 0.94% volume dan karbon dioksida (CO2). Karbondioksida (CO2)
adalah salah satu senyawa alami berbasis karbon terbanyak di atmosfir atau paling tidak
terbanyak diantara gas rumah kaca lainnya seperti metana (CH4) dan klorofluorokarbon (CFC).
CO2 ini juga merupakan suatu gas penting yang dalam kadar normal bermanfaat dalam
kehidupan manusia. Kadar yang lebih dari normal akan sangat beresiko bagi kehidupan. Perlu
diketahui bahwa kadar normal CO2 yang terkandung dalam udara segar (yaitu udara di
permukaan laut) adalah 0,036%-0,039%, tergantung pada lokasinya. Jadi kadar di atas angka
tersebut sudah harus kita waspadai. Kadar 0,1-0,5% membuat konsentrasi terganggu. Dan 0,5%
adalah batas aman internasional yang telah ditetapkan. Kadar 1% membuat kita bernafas lebih
cepat, tapi kita tidak menyadarinya. Kadar 2% membuat kita bernafas lebih cepat lagi, dan cepat
lelah, serta pusing. Kadar 3% membuat kita bernafas 2 kali lebih cepat, pusing, sakit kepala,
detak jantung meningkat, tekanan darah naik, bahkan pendengaran terganggu. Pada kadar 4%
ke atas, kita sudah memasuki tahap keracunan, di mana gejalanya berkembang menjadi sesak
nafas, gangguan penglihatan dan pada akhirnya kehilangan kesadaran. Sejak revolusi industri
250 tahun yang lalu hingga sekarang, CO2 terus meningkat di dalam jumlah. Bisa dilihat di
tabel berikut dari tahun 2004 hingga 2010.
Gambar 1. Grafik Emisi CO2 pada tahun 2004 - 2010
Gas rumah kaca inilah, termasuk CO2, yang menyebabkan naiknya suhu permukaan
bumi atau yang dikenal secara umum sebagai Global Warming. Global Warming adalah isu
yang paling sering dibicarakan dalam berbagai kalangan di dunia.
Senyawa CO2 dapat dihasilkan dari berbagai macam sumber, diantaranya sistem
respirasi makhluk hidup, ataupun hasil reaksi pembakaran dari senyawa hidrokarbon (terutama
yang berasal dari fossil fuel seperti bensin dan gas alam) yang sebagian besar berasal dari
kendaraan bermotor dan kegiatan industri. Karena itulah bertambahnya jumlah kendaraan
bermotor dan pabrik berhubungan langsung dengan meningkatnya konsentrasi karbondioksida
pada atmosfer.
1.2 Permasalahan
Efek rumah kaca adalah masalah terbesar yang disebabkan oleh karbondioksida.
Dengan meningkatnya konsentrasi CO2 pada atmosfir panas berupa energi yang telah masuk
dan dipantulkan kembali dari permukaan bumi tidak dapat menembus lapisan atmosfer karena
tertahan oleh CO2 dan gas rumah kaca lainnya. Pada akhirnya panas tersebut dikembalikan ke
permukaan bumi dan meningkatkan suhu permukaan bumi (Global Warming). Inilah yang
disebut efek rumah kaca.
Sebenarnya pada level konsentrasi CO2 tertentu, efek rumah kaca dibutuhkan untuk
menstabilkan suhu permukaan bumi agar perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu
jauh. Namun jika konsentrasi CO2 terlalu tinggi, efek ini justru menjadi permanen dan
menyebabkan suhu permukaan bumi meningkat setiap tahunnya. Hal ini berikutnya
menyebabkan naiknya permukaan air laut karena kenaikan suhu yang terjadi di kutub utara dan
selatan, dan juga perubahan cuaca yang semakin tidak menentu.
Karbondioksida ini memiliki banyak dampak yang buruk terhadap manusia. Hal ini
karena karbon dioksida adalah gas terbanyak kedua. Konsentrasi karbondioksida yang
meningkat pada air laut pun dapat menyebabkan kadar asam pada air laut meningkat, dan dapat
mengganggu ekosistem di dasar laut. Hal ini juga dapat menyebabkan hujan asam yang bersifat
korosif karena kadar asam yang tinggi. Pada konsentrasi tertentu, CO2 juga dapat bersifat racun
(toxic) yang berbahaya bagi makhluk hidup, termasuk manusia.
1.3 Tujuan
Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan dari karbondioksida dan juga
proses untuk mengubah CO2 menjadi produk tertentu. Dengan fokus penelitian yaitu mengubah
CO2 menjadi CH3OH (metanol) dan juga menentukan proses produksi paling efektif yang dapat
digunakan untuk memperoleh hasil yang maksimal.Semakin banyak orang menyadari akan
dampak emisi karbondioksida ini maka dengan adanya makalah ini kami jadikan sebagai acuan
bagaimana pemanfaatan emisi karbondioksida ini menjadi suatu hal yang murah, efisien dan
hasilnya juga ramah lingkungan.
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Metode Pembuatan Metanol dari karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H2)
Metanol merupakan salah satu komponen yang lebih sering digunakan dalam industri
kimia. Dalam hal ini, sintesis methanol bisa dikatakan sebagai proses hijau jika reaktan
utamanya adalah CO2 dan H2, reaksi kimianya sebagai berikut:
Dari reaksi kimia tersebut, dapat disimpulkan bahwa produk dari reaksi tersebut adalah metanol
dan air sehingga meminimalisir produk yang tidak diinginkan seperti DME (Dimethyl Eter) ,
metana, dll. CO2 bisa disediakan dengan adanya teknologi CCS (Carbon Capture and Storage),
dan hidrogen dapat diproduksi melalui elektrolisis air. Metode pembuatan metanol di bagi
menjadi dua cara yaitu : direct methanol synthesis process dan two step methanol synthesis
process.
Tahap pertama dari proses CO2 menjadi CO melalui RWGS (Reverse Water Gas
Shift) dengan reaksi:
CO2 + H2 CO + H2O
Reaksi ini merupakan reaksi endotermik, oleh karena itu konversi CO2 meningkat pada
suhu yang lebih tinggi.
Lalu masuk dalam reaktor pertama yaitu water cooled reactor. Aplikasi katalis sangat
penting dalam proses ini karena katalis ini harus cocok untuk memastikan konversi yang
sangat selektif untuk dekat dengan keseimbangan, sehingga menghasilkan konversi
fraksional CO2 sekitar 60%, lalu produk dari reaktor pertama yang didinginkan masuk
dalam reaktor kedua, di reaktor kedua terjadi sintesis methanol, dalam reaktor kedua
terdapat katalis Cu/ZnO yang diperkaya juga dengan ZrO2 untuk mencapai konversi
CO2 ke methanol yang lebih tinggi. Lalu dilanjutkan dengan 3 kolom distilasi. Kolom
pertama digunakan untuk memisahkan gas-gas terlarut yang diperoleh sebagai gas
distilat dan menjalani pembakaran secara bersamaan dan dibersihkan dari synthesis loop.
Energi yang dilepaskan selama pembakaran digunakan untuk memasok jumlah yang
diperlukan energi untuk reaktor RWGS. Lalu CO2 yang dihasilkan dari pembakaran
dapat dipisahkan dengan menggunakan post-combustion carbon capture. CO2 yang
dipisahkan dapat digunakan lagi sebagai bahan awalnya. Dua kolom terakhir digunakan
untuk memisahkan metanol dan air. Metanol yang diperoleh sangat murni.
Campuran karbon dioksida dan hidrogen dengan rasio 1:3, lalu secara langsung
masuk dalam reaktor pertama untuk proses sintesis methanol, katalis yang digunakan
adalah Cu/ZnO yang diolah dengan ZrO2 untuk memastikan konversi yang tepat dari
reaktan, kemudian didinginkan. Mayoritas dalam fase gas yang dihasilkan didaur ulang
kembali ke reaktor pertama sementara bagian ke dua disampaikan ke reaktor kedua
untuk tambahan sintesis methanol, produk dari reaktor kedua juga didinginkan lalu
dilanjutkan dengan tiga kolom distilasi. Sebelum memasuki 3 kolom distilasi terdapat
unit PSA (Pressure Swing Adsorption) untuk memperoleh kembali H2. H2 ini dapat
digunakan lagi dalam sintesis methanol karena konsumsi H2 dalam proses ini sangat
tinggi. Proses yang terjadi dalam 3 kolom distilasi sama dengan proses yang terjadi
dalam two step synthesis methanol.
1. Efisiensi Ekonomi
Biaya utama dalam proses produksi metanol ini dari kedua metode
tersebut adalah produksi hidrogen, dalam kasus ini, hidrogen diproduksi melalui
elektrolisis air, dan memerlukan sejumlah besar tenaga listrik yang diperlukan
untuk tujuan itu. Proses produksi metanol juga dapat dikombinasikan dengan
beberapa teknologi penangkap CO2, sejumlah besar oksigen yang dihasilkan dari
produksi hidrogen melalui elektrolisis air. Oksigen ini bisa digunakan untuk
proses pembakaran (combustion), hanya CO2 dan air sebagai gas buangnya, air
dapat dipisahkan dengan mudah dan CO2 murni dapat diperoleh untuk produksi
metanol. Teknologi ini dikenal sebagai teknologi oxy-fuel.
Efisiensi perbandingan ekonomi antara kedua metode produksi
metanol dari CO2 ini didasarkan pada NPV (Net Present Value). Net Present
Value adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan efisiensi
ekonomi. Metode ini memberikan beberapa parameter yang sangat penting, yang
dapat digunakan untuk perbandingan dua proses.
C = nE Co (S / nSo)f
Biaya unit proses yang diambil dari literatur yang berbeda, oleh
karena itu CEPCI (Chemical Engineering Plant Cost Index) harus
diperhitungkan. Dalam hal ini nilai indeks CEPCI untuk 2013 dan 2014
belum tersedia, dalam arti belum mencapai final. Untuk itu nilai indeks
yang diambil sebagai nilai sekarang adalah 2012.
Dari data diatas, kita dapat menghitung biaya unit proses tersebut, ambil
contoh kita menghitung biaya unit proses untuk elektrolisis air pada 2
tahap sintesis metanol
C = 45.93 m$
Bagian kedua dari biaya operasional adalah harga reaktan dan bahan
baku. Dalam kedua sintesis metanol, reaktan utamanya adalah hidrogen
dan karbon dioksida, sementara dalam proses two step synthesis
methanol, gas alam dianggap sebagai bahan baku.
Hal ini dapat dilihat bahwa sejumlah besar hidrogen diperlukan untuk
sintesis metanol langsung, sebab jumlah proses yang dibutuhkan
hidrogen dalam sintesis metanol langsung selain dari PSA adalah 5811
kg/h, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan biaya yang besar
untuk proses elekrolisis air. Sedangkan pada proses 2 tahap sintesis
metanol hanya diperlukan 4870 kg/h.
Dari sisi lain, jumlah yang dibutuhkan karbon dioksida untuk kedua
proses dapat dilihat di tabel 5.
Tabel 6. Jumlah dan harga metanol serta oksigen untuk kedua proses
Metanol Oksigen
Xmet (kg/h) Harga XH2 (kg/h) XO2 (kg/h) Harga
jlmh metanol (M/a) jmlh bersih H2 jmlh (M/a)
yg diproduksi bersih O2
yang yang
diproduksi diproduksi
Sintesis metanol 28,757 46.90 5790 46,320 16.44
langsung
2 tahap sintesis 25,320 41.29 4864 38,917 13.83
metanol
Ap = Pm + Po Ot Mt
Ap adalah laba tahunan, Pm adalah harga dari jumlah total metanol yang
dihasilkan, Po adalah harga dari jumlah total oksigen yang dihasilkan, Mt
adalah biaya pemeliharaan, dan Ot adalah biaya operasi total.
Dari rumus tersebut, dapat menghitung laba tahunan pada two step
synthesis methanol. Dari tabel diatas (tabel 6) yang telah disebutkan
bahwa harga dari jumlah total metanol dan oksigen masing-masing
adalah 41.29 M dan 13.83 M, selain itu telah disebutkan juga biaya
pemeliharaannya 4.617 M, dan biaya operasi totalnya adalah 38.93 M.
Maka laba tahunan pada two step synthesis methanol adalah
Ap = 11.57 M
Ap = 14.56 M
Dari perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa sintesis metanol
langsung lebih menguntungkan.
2. Efisiensi Energi
Sumber energi utama untuk proses ini adalah listrik. Kedua reaktan
diperoleh dengan menggunakan listrik dan itu akan sangat berguna untuk
menghitung listrik yang diperlukan per 1 kg metanol yang diproduksi. Selain
itu, 0.914 kWh listrik yang diperlukan untuk menangkap 1 kg karbon dioksida
selama proses post-combustion. Dengan menggunakan data ini, perhitungan
dapat dilakukan untuk berapa banyak listrik yang dibutuhkan untuk
memproduksi 1 kg metanol, dapat dilihat di tabel 7.
Aspek lain dari efisiensi energi adalah penggunaan LHV (Lower Heating
Value) dan HHV (Higher Heating Value). LHV digunakan untuk
membandingkan proses efisiensi, yang mewakili total panas yang dilepaskan
selama pembakaran dikurangi dengan panas dari vaporisasi air. Rasio antara
LHV dari reaktan dan produk didefinisikan sebagai efisiensi gas dingin.
Efisiensi gas dingin secara keseluruhan berdasarkan lebih rendah dan tinggi
nilai-nilai pemanasan untuk kedua proses, dapat dilihat di tabel 8.
Tabel 8. Nilai-nilai setiap komponen reaktan dan produk
Dimana (LHV)p adalah nilai LHV pada produk dan (LHV)r adalah nilai LHV
pada reaktan.
Dari persamaan tersebut dapat dihitung efisiensi gas dingin pada proses
two step methanol synthesis, dari tabel 8 telah disebutkan bahwa produk
LHVnya adalah 504,056 MJ dan reaktan LHVnya adalah 629,311 MJ. Maka
efisiensi gas dinginnya:
EGD = 0.801 MJ
Maka rata-rata LHV pada proses two step synthesis methanol adalah 0.801 x
100% = 80.1%.
EGD = 0.82 MJ
Maka rata-rata LHV pada proses direct synthesis methanol adalah 0.82 x 100%
= 82%.
Dapat disimpulkan bahwa proses sintesis metanol langsung lebih hemat
energi dan proses termodinamikanya juga lebih efisien.
2.1.4 Konklusi
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam
reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis sangat penting dalam proses
methanol, karena jika tidak ada penggunaan katalis dalam proses sintesis metanol maka akan
dibutuhkan energi yang besar serta konsumsi listrik yang sangat tinggi dikarenakan proses
sintesis methanol yang terlalu lama. Dalam proses sintesis metanol diperlukan kinerja katalis
yang tinggi, aktif serta selektif. Penggunaan katalis dalam sintesis methanol dibagi dua yaitu :
nanokatalis dan organokatalis.
2.2.1 Nanokatalis
2.2.2 Organokatalis
Organokatalis adalah katalis yang terdiri dari unsur-unsur non logam yang
ditemukan dalam senyawa organik. Organokatalis yang digunakan adalah NHC, NHC
(N-heterocyclic carbenes) seperti Imes adalah bentuk organokatalisis yang stabil dan
mudah disimpan. NHC tidak mengandung logam berat berbahaya dan mudah untuk di
produksi dengan tidak mengeluarkan biaya yang besar. Sehingga para ilmuwan
menggunakan NHC untuk mengubah karbondioksida menjadi metanol. Menggunakan
NHC karena NHC justru stabil, bahkan dalam kondisi adanya oksigen. Oleh karena itu,
reaksi NHC dengan karbon dioksida bisa terjadi dalam suhu kamar di udara yang kering.
Menurut Yugen Zhang Ph.D. ketua tim IBN dan Kepala Riset Ilmuwan
menjelaskan Hidrosilane memberikan hidrogen, yang mengikat karbon dioksida dalam
reaksi reduksi. Reduksi karbon dioksida ini secara efisien dikatalisis oleh NHC bahkan
pada suku kamar. Metanol bisa dengan mudah diperoleh dari produk reaksi karbon
dioksida. Berdasarkan hasil riset kami sebelumnya terhadap NHC juga memperlihatkan
aplikasinya yang beragam sebagai antioksidan yang kuat untuk memerangi penyakit
degeneratif, dan sama efektifnya sebagai katalis dalam mengubah gula menjadi bahan
bakar alternatif. Sekarang ini kami telah memperlihatkan NHC bisa juga diterapkan dan
berhasil untuk mengubah karbon dioksida menjadi metanol, yang membantu untuk
mengurangi gas yang sangat melimpah di lingkungan.
Selama ini, berbagai upaya untuk mengurangi gas karbon dioksida menjadi
produk yang bermanfaat selalu membutuhkan input energi yang lebih besar serta waktu
reaksi yang lebih panjang. Selain itu, mereka juga butuh transisi katalis logam, yang
ternyata tidak stabil dalam kondisi adanya oksigen serta berbiaya sangat mahal.
2.2.3 Konklusi
Tidak seperti produksi methanol yang sebelumnya sudah dibahas, yaitu dengan
melakukan reaksi hidrogenisasi karbondioksida. Pembuatan methanol dari bahan baku CO2 dan
air (H2O) menggunakan sinar UV (Ultraviolet) dari cahaya matahari. Reaksi kimia yang
berlangsung adalah sebagai berikut:
Reaksi ini disebut reaksi artificial photosynthesis atau fotosintesis buatan, karena mirip
dengan reaksi fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan. Selain karena keduanya sama-sama
menggunakan karbondioksida (CO2) dan air (H2O), reaksi-reaksi tersebut juga sama-sama
menggunakan sinar UV yang telah disebutkan sebelumnya. Yang membedakan kedua reaksi
ini adalah produk yang dihasilkan; fotosintesis pada daun menghasilkan glukosa (C6H12O6)
sementara; artificial photosynthesis menghasilkan methanol (CH3OH).
Pada dasarnya, proses pembuatan metanol dengan bahan baku karbondioksida dan air
merupakan sebuah usaha untuk meniru reakssi fotosintesis alami yang terjadi pada daun.
Namun keseluruhan proses fotosinstesis alami masih belum bisa dibuat tiruannya, hal ini
dikarenakan reaksi tersebut membutuhkan visible light absorber (penangkap cahaya) dan
katalis tertentu. Visible light absorber yang efisien seperti klorofil pada daun dibutuhkan untuk
reaksi ini, begitu pula katalis untuk memecah ikatan molekul air (H2O) yang pada proses
fotosintesis alami menggunakan katalis berupa protein berstruktur kompleks dengan susunan
ion mangan (Mn2+) yang belum bisa dibuat di laboratorium.
Oleh karena itu dibutuhkan katalis yang efektif, sustainable, dan masih tinggi
ketersediaannya di bumi. Titanium dioksida (TiO2) adalah salah satu pilihan ini karena dapat
berperan dalam oksidasi H2O yaitu dengan menjadi fotokatalis sekaligus berperan dalam
reduksi CO2 (dilarutkan di dalam NaOHaq). Namun dalam reaksi ini persentase karbondioksida
yang dikonversi ke metanol hanya sebesar 6% dan akan membutuhkan bahan baku dalam
jumlah yang cukup besar untuk produksi skala industri.
Katalis lain yang dapat digunakan adalah nano-structured wall catalyst, yaitu katalis
berbentuk dinding yang tersusun dari kumpulan molekul TiO3 dengan ion aluminum III (Al3+)
dan natrium (Na+). Katalis ini dipasang pada dinding reaktor dan akan menghasilkan metanol,
air, dan molekul oksigen. Oksigen molekular (O2) tersebut kemudian dialirkan melalui gas
collector, sementara metanol dan air dipisahkan dengan proses distilasi. Air ini kemudian
dialirkan kembali untuk bahan baku reaksi berikutnya. Persentase karbondioksida yang
dikonversi menjadi metanol adalah sebesar 97% dan dapat mengurangi CO2 pada atmosfer
sebesar 25%.
BAB III
PROSES PEMBUATAN
1. Flash Separator
1.1 Dekripsi
2.1 Dekripsi
Kompresor sentrifugal
menggunakan peralatan
mekanik untuk
memberikan energi kepada
fluida gas/udara, sehingga
dapat mengalir dari suatu
tempat ke tempat lain secara
kontinyu. Kompresor Gambar 3.
4.1 Dekripsi
5. Distillation Column
5.1 Dekripsi
5.2.1.1 Dekripsi
Kondensor atau
pendingin yang
digunakan
menggunakan
pendingin air dimana
air yang masuk
berasal dari bawah
dan keluar di atas,
karena jika airnya
berasal (masuk) dari
Gambar 9. Mekanisme kondensor
atas maka air dalam
pendingin atau kondensor tidak akan memenuhi isi
pendingin sehingga tidak dapat digunakan untuk
mendinginkan uap yang mengalir lewat kondensor
tersebut. Oleh karena itu pendingin atau kondensor air
masuknya harus dari bawah sehingga pendingin atau
kondensor akan terisi dengan air maka dapat digunakan
untuk mendinginkan komponen zat yang melewati
kondensor tersebut dari berwujud uap menjadi
berwujud cair.
5.2.2 Boiler
5.2.2.1 Dekripsi
7.1 Dekripsi
8.1 Dekripsi
9.1 Dekripsi
CO2 yang sudah dicapture masuk kedalam compressor (B1) yang berfungsi
untuk meningkatkan tekanan pada gas CO2, setelah itu masuk ke heat exchanger (B2)
untuk meningkatkan suhu gas CO2, sementara H2 dihasilkan dari elektrolisis air,
seperti pada reaksi kimia tersebut:
2H20 2H2 + O2
Dalam hal ini diperlukan listrik untuk menguraikan H20 menjadi hidrogen dan
oksigen, dengan mengalirkan arus listrik, maka H20 akan terpecah menjadi dua atom
H2 dan satu atom O2 seperti pada reaksi diatas. Karena hidrogen lebih ringan daripada
air, hidrogen akan bergerak menuju ke permukaan air, maka hidrogen tersebut dapat
dipisahkan.
namun dalam hal ini ada kemungkinan reaksi yang terjadi selain konversi CO2 tersebut,
dapat dilihat ditabel berikut:
Dari tabel diatas maka produk dari reaktor sintesis pertama terdapat metanol
mentah yang masih mengandung berbagai gas yang tidak diinginkan (CO, CH4,
CH3OCH3). Karena produk yang dihasilkan dari reaktor tersebut sangat panas
(mencapai 2000C) maka didinginkan melalui cooling tower (B19), dalam cooling tower
ini menggunakan medium air untuk mendinginkan fase cair (metanol) hingga suhu
normal (berkisar 30-40oC), lalu selanjutnya aliran dari cooling tower (B19) menuju ke
heat exchanger (B22), dalam hal ini temperatur metanol mentah dan gas yang tidak
diinginkan tersebut didinginkan hingga 5-10oC, setelah itu masuk kedalam flash
separator (B14). Dalam flash separator terjadi pemisahan fase gas dan cair, fase gas
yang telah dipisahkan ini dialirkan menuju ke compressor (B20) sebelum memasuki ke
unit PSA (Pressure Swing Adsorption) untuk memperoleh kembali H2.
Selain itu aliran dari compressor (B20) juga memasuki tambahan sintesis
metanol, yaitu reaktor kedua yang sebelumnya telah didinginkan oleh Cooling Tower
(B13), dalam reaktor kedua, ada kemungkinan reaksi yang bisa terjadi selain konversi
CO2 ke metanol, kemungkinan reaksi ini dapat dilihat di tabel berikut
Tabel 10. Reaksi yang terjadi dalam reaktor sintesis metanol kedua.
CO + 2H2 CH3OH - CO
Lalu metanol mentah yang telah dipisahkan ini terlebih dahulu diturunkan
tekanannya melalui relief valve (B21) yang berfungsi untuk menurunkan tekanan,
karena tekanan yang dihasilkan dari flash separator cukup tinggi sehingga perlu
diturunkan sampai tekanan normal, setelah itu dilanjutkan dengan 3 kolom distilasi.
Kolom pertama digunakan untuk memisahkan gas-gas terlarut yang diperoleh sebagai
gas distilat dan menjalani pembakaran secara bersamaan dan dibersihkan dari synthesis
loop. Lalu CO2 yang dihasilkan dari pembakaran dapat dipisahkan dengan
menggunakan post-combustion carbon capture. CO2 yang dipisahkan dapat digunakan
lagi sebagai bahan awalnya. Dua kolom terakhir digunakan untuk memisahkan metanol
dan air.
Pada dua kolom distilasi ini mengandalkan perbedaan titik didih. Titik didih air
adalah 100oC sedangkan titik didih metanol adalah 64,7oC. Perbedaan titik didih ini
cukup besar, sehingga mudah dipisahkan. Panas dihasilkan dari boiler yang diletakkan
dibawah sehingga uap panas mengalir dari bawah ke atas, dan terjadi kontak antara air
dan metanol, karena terkena panas hingga 64,7oC (diusahakan untuk stabil suhunya),
metanol pun menguap sedangkan air tetap didalam kolom distilasi karena pada
temperatur tersebut air belum menguap. Akibatnya air akan tetap berada dalam fasa cair
dan tidak ikut menguap bersama metanol. Hal ini karena tekanan uap air belum
mencapai tekanan atmosfer. Uap metanol akan bergerak ke atas dan melalui kondensor.
Pada kondensor dialirkan air secara terus menerus yang berfungsi sebagai pendingin,
sehingga pada kondensor ini terjadi peristiwa kondensasi atau pengembunan dimana
uap metanol yang didinginkan sehingga mengembun dan menjadi cairan kembali.
Untuk pemurnian metanol yang tinggi, maka produk pada kolom distilasi kedua
kembali dipisahkan dalam kolom distilasi ketiga. Proses dalam kolom distilasi ketiga
sama dengan yang kedua, mengandalkan perbedaan titik didih, dimana metanol terlebih
dahulu menguap dan masuk kedalam kondesor yang berada diatas kolom distilasi, lalu
dalam kondensor ini terjadi pengembunan, uap metanol kini kembali menjadi cair, dan
menghasilkan kemurnian mencapai 99,8%.
3.1.3 Process Flow Diagram
Gambar 13. Proses Skema Diagram Alur pada Direct Synthesis Methanol
Gambar 14. Process Flow Diagram pada Direct Synthesis Methanol
1. Mixer Recycle
1.1 Deskripsi
Mixer adalah unit operasi untuk mencampur dua bahan atau lebih
yang bersifat heterogen satu sama lain agar bersifat lebih homogen untuk
memudahkan proses selanjutnya dalam sebuah rangkaian proses produksi.
1.2 Mekanisme
Mixer recycle menerima feed yaitu H2O dan CO2. H2O yang didapat
tidak hanya dari aliran dari luar system tapi juga air yang didapat dari proses
recycle dari air yang telah digunakan.
Gambar 14. Process Flow Diagram pada Direct Synthesis Methanol
2. Heater
2.1 Deskripsi
Heater adalah unit operasi untuk memanaskan suhu campuran pada
suhu tertentu dan juga mengubah wujud campuran dari cair ke gas agar
reaksi dapat berlangsung lebih optimal.
2.2 Mekanisme
Heater menerima feed dari luar dan kemudian dipanaskan. Energi
yang digunakan diperoleh dari uap dari steam turbine.
3. Reaktor
Reaktor adalah tempat berlangsungnya reaksi utama yaitu reaksi kimia
dalam sebuah proses produksi. Pada proses produksi metanol dari H2O dan CO2
reaktor yang digunakan adalah reactor khusus yang dinding bagian dalamnya
tersusun dari katalis untuk reaksi artificial photosynthesis ini. Katalis ini
termasuk nanokatalis yaitu kumpulan molekul TiO3 dengan ion aluminum III
(Al3+) dan natrium (Na+).
4. Cooler
4.1 Deskripsi
Cooler adalah unit operasi untuk mendinginkan campuran pada suhu
tertentu dan juga mengubah wujud campuran dari gas ke cair agar dapat
menyesuaikan dengan proses selanjutnya.
4.2 Mekanisme
Cooler menerima feed dari luar dan kemudian didinginkan dengan
metode water-cooler yaitu dengan mengalirkan feed melalui chilled water
atau air yang sudah didinginkan.
5. Separator
5.1 Deskripsi
Separator yang digunakan adalah vapor-liquid
separator yang digunakan untuk memisahkan uap
(vapor) dan cairan (liquid)
5.2 Mekanisme
Vapor-liquid separator menerima feed yang
masuk melalui feed inlet kemudian inlet diffuser
memisahkan kedua campuran, cairan akan langsung
mengalir kebawah, sementara uap akan melalui de- Gambar 15. Mekanisme Separator
entrainment mesh pad untuk menangkap cairan dan menurunkannya lagi ke
dasar separator.
6. Distillation Tower
Distillation tower digunakan untuk
memisahkan produk dari feed dengan menggunakan
metode distilasi sehingga masing- masing produk
akan tertinggal pada masing-masing kolom fraksi
sesuai dengan titik didihnya. Produk berupa gas
yang terdapat pada puncak menara distilasi
(overhead product) dialirkan menuju condenser agar
dapat dialirkan kembali menuju menara distilasi
(reflux) ataupun dialirkan sebagai produk akhir
menuju storage. Sementara cairan yang ada pada
dasar menara kemudian dialirkan menuju reboiler
dan kembali menjadi uap dan melakukan proses Gambar 16. Mekanisme Kolom Distilasi
3.2.2 Proses produksi metanol dengan bahan baku CO2 dan H2O
Seperti yang terlihat pada gambar diatas, feed (air (H2O) dan karbondioksida
(CO2)) dialirkan kedalam mixer, pada proses ini selain air yang dialirkan dari luar sistem,
ada juga yang didapat dari proses recycle yang juga masuk ke dalam mixer yang sama.
Mixer tersebut berguna untuk mencampur semua bahan baku menjadi campuran yang
kemudian dialirkan menuju reaktor.
Metanol yang didapat dari reaksi dalam reaktor tadi kemudian dialirkan melalui
cooler. Cooler ini berguna untuk menurunkan suhu agar air dalam campuran tersebut
mengalami kondensasi dari wujud gas ke cair. Campuran metanol dan air ini kemudian
dialirkan menuju separator yang akan memisahkan kedua campuran tersebut.
Air (H2O) yang telah dipisahkan dari metanol kemudian dialirkan menuju purge
splitter dan recyle compressor. Keduanya merupakan unit untuk mendaur ulang air agar
dapat digunakan kembali. Air yang telah didaur ulang kemudian dialirkan kembali
menuju mixer bersama feed yang telah disebutkan pada awal pembahasan proses.
Metanol yang didapat dari distillation tower tadi merupakan final product yang
kemudian dialirkan untuk disimpan dalam methanol storage.
3.2.3 Process Flow Diagram
Dalam pemanfaatan CO2 untuk pembuatan metanol ada 2 bahan baku yang bisa dipakai,
yaitu karbon dioksida (CO2) dengan air (H2O) dan karbon dioksida (CO2) dengan hidrogen (H2).
Perbedaan dari proses pemanfaatan kedua bahan baku ini adalah penggunaan reaktornya.
Pada CO2 dan H2O menggunakan sinar UV dimana mengikuti proses fotosintesis pada
tumbuhan yang dibantu dengan katalis didalam reaktor khusus fotosintesis buatan, sehingga
pemanfaatan CO2 dan H2O ini dinamakan artificial photosynthesis.
Sedangkan pada CO2 dan H2 menggunakan katalis berbasis logam dan padat yang telah
di sediakan didalam reaktor, sehingga dapat mengkonversi satu molekul CO2 dengan tiga
molekul hidrogen untuk menghasilkan 1 molekul metanol.
Dari kedua metode tersebut telah dibuat perbandingan efisiensi ekonomi dan energi,
walaupun masih kekurangan data, namun masih dapat dibuat perbandingan untuk menentukan
metode yang lebih efisien dan efektif dalam skala besar. Yang pertama, produksi metanol yang
dihasilkan dari direct synthesis methanol adalah 28,757 kg/h sedangkan produksi metanol yang
dihasilkan dari photocatalytic CO2 adalah 1.528 kg CO2 yang menghasilkan 32,727 kg/h
metanol. Berarti 1 kg CO2 pada photocatalytic CO2 menghasilkan 21,418 kg/h metanol. Dilihat
dari perbedaan kedua bahan baku ini, dapat disimpulkan bahwa produksi metanol pada direct
synthesis methanol lebih tinggi dibandingkan dengan photocatalytic CO2, namun yang menjadi
kendala dalam photocatalytic CO2 adalah penggunaan sinar UV yang lebih efektif, karena
hanya panjang gelombang pada sinar UV yang sesuai dengan energi tersebut, dan untuk
memaksimalisasikan sinar UV adalah dengan memanfaatkan visible light yaitu sinar matahari.
Namun memanfaatkan sinar matahari masih sulit, karena diperlukan visible light absorber
(penyerapan cahaya tampak) untuk proses ini. Jika bisa menggunakan teknologi penangkapan
sinar matahari yang masih pada range visible light (khususnya sinar UV yang panjang
gelombangnya berkisar 1nm 400nm) tentunya akan lebih efektif untuk produksi metanol, dan
bisa menghasilkan produksi metanol yang lebih besar daripada metode direct synthesis
methanol.
Yang kedua adalah konsumsi listrik, dalam proses direct synthesis methanol ini total
tenaga listrik yang dibutuhkan untuk memproduksi metanol adalah 318.326 mWh, dan metanol
yang dihasilkan seperti yang telah disebutkan diatas adalah 28,757 kg/h. Maka listrik yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg metanol adalah 318.326 mWh = 318,326 kWh dibagi
dengan total produksi metanol yaitu 28,757 kg/h, maka dihasilkan 11.07 kWh/kg metanol.
Untuk photocatalytic CO2, total tenaga listrik yang dibutuhkan untuk memproduksi metanol
adalah 150 mWh, dan metanol yang dihasilkan adalah 21,418 kg/h. maka listrik yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg metanol adalah 150 mWh = 150,000 kWh dibagi dengan
total produksi metanol yaitu 21,418 kg/h, maka dihasilkan 7 kWh/kg metanol. Namun seperti
yang telah dibicarakan diatas bahwa kendalanya adalah pemanfaatan sinar UV yang
memerlukan kerja yang lebih optimum. Dengan pemanfaatan sinar UV yang maksimal tentunya
memerlukan energi yang lebih besar.
Yang ketiga adalah energi panas yang dikeluarkan, namun karena kekurangan data,
kami tidak bisa membuat perbandingan LHV dan HHV pada metanol untuk kedua metode ini.
namun CO2 yang mengalami pembakaran pada direct synthesis methanol adalah 2989 kg/h
sedangkan pada photocatalytic CO2 adalah 1375 kg/h. hal ini dapat disimpulkan bahwa
konsumsi CO2 yang masuk dalam pembakaran pada direct synthesis methanol lebih tinggi,
namun memberikan dampak yang besar dengan me-recycle CO2 ini sebagai feed.
Secara ringkasnya, kami belum bisa membandingkan kedua metode ini karena
kekurangan data, dan masih memerlukan data lebih untuk melihat kefektifan pada kedua
metode ini. untuk itu kami hanya bisa membuat kelebihan dan kekurangan pada masing-masig
metode. Dapat dilihat di tabel 11.
Kesimpulan
Kemudian masuk kedalam aspek yang kedua yaitu penggunaan katalis. Katalis dibagi
menjadi 2 yaitu nano katalis dan organo katalis. Dalam nano katalis pun dibagi menjadi 2, dan
perbedaannya pun terdapat pada penggunaan cara nya. Arti Nanokatalis adalah katalis yang
berpotensi sangat besar dalam menghasilkan produk yang banyak. Kendalanya pun sedikit yaitu
pada pembuatannya bisa dikatakan sulit dan juga diperoleh nano katalis yang mudah murah
serta efisien. Sedangkan organokatalis adalah katalis yang terdiri dari unsur-unsur non logam
yang ditemukan dalam senyawa organik. Organokatalis yang digunakan adalah NHC, NHC (N-
heterocyclic carbenes) seperti Imes adalah bentuk organokatalisis yang stabil dan mudah
disimpan. Tapi perbedaannya adalah cukup signifikan sebenarnya lebih baik menggunakan
organokatalis karena lebih ramah lingkungan tetapi karena organokatalis ini belum terlalu
fanatik jadi belum bisa di bandingkan.
Pada aspek ketiga yaitu metode pembuatan metanol dengan bahan baku yang berbeda.
Dengan melihat perbandingan efisiensi ekonomi dan energi membuktikan bahwa proses dengan
direct synthesis methanol process lebih efisien dan lebih hemat energi dibandingkan dengan
proses phtocatalytic CO2, selain itu karena minimnya informasi dan data pada photocatalytic
CO2 maka belum bisa dibandingkan dengan sintesis metanol langsung. Hal ini disebabkan
karena hanya ditemukan pada efisiensi ekonomi saja tidak untuk efisiensi energi.
Daftar Pustaka