“Titrasi Kompleksometri”
Disusun Oleh:
1905113797
Dosen Pengampu:
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan pihak-pihak yang membimbing dan ikut
memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis
2
Daftar Isi
Bab 1.....................................................................................................................................................4
Pendahuluan..........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
Bab 2.....................................................................................................................................................5
Pembahasan...........................................................................................................................................5
2.1 Titrasi Kompleksometri...............................................................................................................5
a. Indikator Titrasi Kompleksometri...........................................................................................6
b. Kurva Titrasi Kompleksometri..............................................................................................6
2.2 Senyawa Kompleks.....................................................................................................................7
a. Penamaan Seyawa Kompleks................................................................................................7
2.3 Pembuatan Larutan Buffer...........................................................................................................9
Bab 3...................................................................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12
3
Bab 1
Pendahuluan
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan konsep titrasi kompleksometri
2. Mengetahui pengertian dan konsep senyawa kompleks
3. Mengetahui pembuatan larutan buffer
4
Bab 2
Pembahasan
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat
yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Baik kalsium atau magnesium dapat
bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa kompleks.
EDTA adalah suatu asam aminokarboksilat yang merupakan asam Lewis. EDTA
dapat menyediakan 6 pasangan elektron untuk berikatan, yaitu 4 pasang dari gugus
karboksilat dan 2 pasang dari gugus amino.
5
a. Indikator Titrasi Kompleksometri
Indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah zat warna organik
yang dapat membentuk kompleks yang cukup stabil dengan ion logam. Indikator jenis ini
disebut indikator metalokromik. Kompleks logam-indikator harus memberikan warna yang
berbeda dengan indikator sebelum terkomplekskan guna memudahkan deteksi titik akhir
titrasi. Selain itu, konstanta pembentukan kompleks logam-indikator juga harus lebih rendah
daripada konstanta pembentukan logam dan ligan utamanya (misal EDTA).
6
2.2 Senyawa Kompleks
Senyawa koordinasi diartikan sebagai senyawa yang mengandung ion atau molekul
kompleks. Ion kompleks yang ada di dalam senyawa koordinasi tersebut dapat berupa kation,
anion atau keduanya. Misalnya kalium heksasianoferat (II), K4[Fe(CN)6] adalah senyawa
koordinasi yang mengandung kation sederhana K+ dan anion kompleks [Fe(CN)4]4–. Oleh
karena senyawa koordinasi selalu memiliki ion atau molekul kompleks, sehingga senyawa
koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata senyawa yang dimaksudkan dalam
senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah berupa garam. Sehubungan
dengan pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau senyawa kompleks sering juga
dinamakan garam kompleks.
Logam merupakan ion pusat, ligannya dinamakan ’’chelating agent" yang biasanya
terdapat atom N, S dan 0 sebagai elektron donor kuat. Komplek yang terjadi dengan ikatan
dalam bentuk cincin yang disebut kelat lebih stabil dari pada komplek yang sama tetapi
bukan dalam bentuk cincin (terbuka).
7
Ada dua jenis cara memberikan awalan terhadap angka yang menyatakan jumlah ligan dalam
ion/molekul kompleks yaitu:
1. Awalan di, tri, tetra dan seterusnya. digunakan untuk ligan sederhana (monodentat).
Tidak menggunakan tanda kurung.
2. Awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. digunakan untuk ligan polidentat atau untuk
menghindari kekeliruan. Digunakan tanda kurung pada nama ligan. Contoh: 1.
(NH3)2 diammina, 2. (en)2 bis(etilenadiamina).
Nama sistematik dan alternatif dari beberapa ligan secara umum dinyatakan:
1. Semua ion kompleks anion diberi akhiran at, sedangkan nama akhir ion kompleks
netral dan kation tidak dibedakan.
2. Bilangan oksidasi atom pusat ditunjukkan dengan membubuhkan Angka Romawi
yang diberi tanda kurung setelah nama atom pusat disertai, ini dilakukan apabila
bilangan oksidasinya tidak diragukan. Jika perlu tanda negatif, maka ditempatkan
sebelum angka. Nol Arab menunjukkan bilangan oksidasi nol.
8
3. Alternatif lain, muatan ion kompleks dituliskan dengan angka arab, diikuti muatan
dan diberi tanda kurung, kemudian diikuti nama atom pusat tanpa spasi.
4. Perbandingan ion dinyatakan dengan menggunakan awalan stoikiometri pada kedua
ion tersebut.
Contoh:
K4[Fe(CN)6] kalium heksasianidoferat(II) atau kalium heksasianioferat(4-)
atau tetrakalium heksasianidoferat.
[Co(NH3)6]Cl3 heksaamminakobal(III) klorida.
[CoCl(NH3)5]Cl2 pentaamminakloridokobal(3+) klorida.
[Fe(CNMe)6]Br2 heksakis(metil isosianida)besi(II) bromida.
[Co(en)3]Cl3 tris(etana-1,2-diamina)kobal(III) triklorida.
1. Berapa gram NaC2H3O2 harus dilarutkan kedalam 0,3 L HC2H3O2 0,25 M untuk
menghasilkan larutan buffer dengan pH = 5,10 (Ka = 1,74 x 10–5), dan dianggap
bahwa volume total larutan tetap = 0,3 L.
Jawab :
Persamaan tentang pH di atas sesuai untuk digunakan pada kondisi ini. Harga pKa
tidak terlalu besar dan larutan tidak terlalu encer. Selesaikan persamaan tersebut untuk
[C2H3O2–].
9
2. Pembuatan larutan buffer pH 5
Pembuatan buffer pH 3,8-5,6 (buffer CH3COOH-CH3COONa)
10
Bab 3
Kesimpulan
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat
yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Baik kalsium atau magnesium dapat
bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa kompleks.
11
Daftar Pustaka
Alauhudin. M. 2020. Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang : UNNES Press.
12