Anda di halaman 1dari 12

Makalah Kimia Analitik

“Titrasi Kompleksometri”

Disusun Oleh:

Arshi Nur Herdiyanti

1905113797

Dosen Pengampu:

Sri Haryati, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
bimbingan dan petunjuk serta kemudahan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan pihak-pihak yang membimbing dan ikut
memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan data-data yang


diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini bertujuan untuk menambah ilmu, wawasan, dan
pengetahuan para pembaca. Makalah ini sangat terbuka dan perlu terus menerus dilakukan
perbaikan dan penyempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan para pembaca memberikan
kritik, saran, dan masukan yang membangun untuk penyempurnaan selanjutnya. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Pekanbaru, Desember 2020

Penulis

2
Daftar Isi

Bab 1.....................................................................................................................................................4
Pendahuluan..........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................4
Bab 2.....................................................................................................................................................5
Pembahasan...........................................................................................................................................5
2.1 Titrasi Kompleksometri...............................................................................................................5
a. Indikator Titrasi Kompleksometri...........................................................................................6
b. Kurva Titrasi Kompleksometri..............................................................................................6
2.2 Senyawa Kompleks.....................................................................................................................7
a. Penamaan Seyawa Kompleks................................................................................................7
2.3 Pembuatan Larutan Buffer...........................................................................................................9
Bab 3...................................................................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................................................11
Daftar Pustaka.....................................................................................................................................12

3
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Titrasi adalah suatu proses dalam analisis volumetri dimana suatu titran atau
larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya diteteskan melalui buret ke dalam
larutan lain yang belum diketahui konsentrasinya. Zat yang akan ditentukan kadarnya
disebut titran dan zat yang sudah diketahui kadarnya tersebut disebut titer.
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi
antara bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa.
Kompleks senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling
mengkompleks. Kelat yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang
membentuk ligan dan tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati.
Teori kompleksometri atau kelatometri berdasarkan teori Lewis mengenai asam-
basa dan teori Werner mengenai senyava koordinasi. Menurut Lev;is basa adalah suatu
zat dengan pasangan elektron sunvi yang dapat mengadakan ikatan koordinasi dengan ion
positip. Sedangkan asam adalah suatu zat atau ion yang dapat terikat pada pasangan
elektron sunyi dari basa.
Senyawa komplek didefinisikan sebagai kombinasi dari molekul-molekul atau
ion-ion melalui ikatan koordinasi dan hasil dari kombinasi tersebut dapat merupakan
molekul atau lebih sering dalam bentuk ion (bermuatan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan konsep titrasi kompleksometri
2. Apa pengertian dan konsep senyawa kompleks
3. Bagaimana pembuatan larutan buffer

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dan konsep titrasi kompleksometri
2. Mengetahui pengertian dan konsep senyawa kompleks
3. Mengetahui pembuatan larutan buffer

4
Bab 2
Pembahasan

2.1 Titrasi Kompleksometri


Titrasi kompleksometri melibatkan reaksi pembentukan senyawa/ion kompleks antara
titran dan analit. Titrasi ini pertama kali dikembangkan oleh Justus Liebig pada 1950an untuk
penentuan Cl- dengan Hg2+ sebagai titran dan CN- dengan menggunakan Ag+ sebagai titran
(lihat titrasi argentometri metode Liebig). Titrasi kompleksometri semakin berkembang
dengan penggunaan ligan-ligan multidentat, salah satunya adalah asam
etilendiamintetraasetat yang biasa disingkat EDTA (Ethylendiamintetraacetic acid).

Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat
yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Baik kalsium atau magnesium dapat
bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa kompleks.

EDTA adalah suatu asam aminokarboksilat yang merupakan asam Lewis. EDTA
dapat menyediakan 6 pasangan elektron untuk berikatan, yaitu 4 pasang dari gugus
karboksilat dan 2 pasang dari gugus amino.

Titrasi kompleksometri umumnya menggunakan ligan multidentat bukan unidentat,


karena kompleks dengan ligan unidentat pembentukannya terjadi secara bertingkat sehingga
perubahan pada saat titik ekuivalen sulit diamati. Beberapa ligan unidentat dapat membentuk
kompleks dengan tetapan kesetimbangan yang besar, namun secara analitik tidak dapat
diterapkan dalam titrasi kompleksometri.

5
a. Indikator Titrasi Kompleksometri
Indikator yang digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah zat warna organik
yang dapat membentuk kompleks yang cukup stabil dengan ion logam. Indikator jenis ini
disebut indikator metalokromik. Kompleks logam-indikator harus memberikan warna yang
berbeda dengan indikator sebelum terkomplekskan guna memudahkan deteksi titik akhir
titrasi. Selain itu, konstanta pembentukan kompleks logam-indikator juga harus lebih rendah
daripada konstanta pembentukan logam dan ligan utamanya (misal EDTA).

Indikator jenis ini contohnya adalah: Eriochrome black T: pyrocatechol violet,


xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan
calcein blue. Sebagian besar indikator adalah IDA-imino- diasetat atau sulfoftalein, SP, dari
tipe purin atau azo. Keefektifan indikator tergantung pada kestabilannya.

Titrasi substitusi kompleks juga dapat dilakukan, misal: penambahan kompleks


Mg(EDTA), terhadap garam Ca", akan diperoleh Ca(EDTA), dan Mg bebas, yang kemudian
dapat membentuk kompleks berwarna dengan EBT yang dititrasi dengan titran EDTA.
Pemberian titik tajam Hg dapat dititrasi dengan menggunakan kompleks Mg atau Zn EDTA.
Mg bebas ini dapat dititrasi kembali dengan EDTA.

b. Kurva Titrasi Kompleksometri


Kurva titrasi kompleksometri merupakan plot pM dan volume larutan EDTA yang
ditambahkan (Gambar 9.6). pM adalah logaritma negatif konsentrasi ion logam bebas, pM =
-log [Mn+]. Sebagaimana pada kurva titrasi asam-basa, titik ekuivalen titrasi berada pada titik
infleksi/pembengkokan kurva yaitu saat pM mengalami kenaikan secara drastis terhadap
volume larutan EDTA.

6
2.2 Senyawa Kompleks
Senyawa koordinasi diartikan sebagai senyawa yang mengandung ion atau molekul
kompleks. Ion kompleks yang ada di dalam senyawa koordinasi tersebut dapat berupa kation,
anion atau keduanya. Misalnya kalium heksasianoferat (II), K4[Fe(CN)6] adalah senyawa
koordinasi yang mengandung kation sederhana K+ dan anion kompleks [Fe(CN)4]4–. Oleh
karena senyawa koordinasi selalu memiliki ion atau molekul kompleks, sehingga senyawa
koordinasi sering juga disebut senyawa kompleks. Kata senyawa yang dimaksudkan dalam
senyawa koordinasi atau senyawa kompleks tidak lain adalah berupa garam. Sehubungan
dengan pengertian ini, maka senyawa koordinasi atau senyawa kompleks sering juga
dinamakan garam kompleks.

Senyawa komplek didefinisikan sebagai kombinasi dari molekul-molekul atau ion-ion


melalui ikatan koordinasi dan hasil dari kombinasi tersebut dapat merupakan molekul atau
lebih sering dalam bentuk ion (bermuatan) misalnya FeSCB4, Fe(CK)g” Komplek semacan
ini merupakan suatu komplek dalam bentuk terbuka (bukan cincin). Sedang kelat merupakan
suatu ligan multidentat yang dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan seperti cincin (ring).

Logam merupakan ion pusat, ligannya dinamakan ’’chelating agent" yang biasanya
terdapat atom N, S dan 0 sebagai elektron donor kuat. Komplek yang terjadi dengan ikatan
dalam bentuk cincin yang disebut kelat lebih stabil dari pada komplek yang sama tetapi
bukan dalam bentuk cincin (terbuka).

a. Penamaan Seyawa Kompleks


Nama-nama senyawa koordinasi diturunkan berdasarkan gugus yang mengelilingi
atom pusat ditentukan namanya. Gugus (ligan) tersebut harus diberi awalan untuk
menyatakan jumlahnya kemudian disebutkan sebelum nama atom pusat. Awalan yang
diberikan dinyatakan dengan sederhana kemudian diikuti nama ligan.

a. Mengurutkan nama ligan dan atom pusat


1. Nama ligan disebutkan sebelum nama atom pusat, Nama ion/molekul kompleks
dituliskan dengan satu suku kata tanpa spasi.
2. Nama-nama ligan diurutkan secara alfabetis (awalan angka yang menunjukkan jumlah
ligan tidak menjadi penentu urutan).
3. Nama senyawa tidak disingkat.
Contoh: [CoCl(NH3)5]Cl2 pentaamminakloridokobal(2+) klorida.
b. Menyatakan jumlah ligan dalam ion/molekul kompleks

7
Ada dua jenis cara memberikan awalan terhadap angka yang menyatakan jumlah ligan dalam
ion/molekul kompleks yaitu:

1. Awalan di, tri, tetra dan seterusnya. digunakan untuk ligan sederhana (monodentat).
Tidak menggunakan tanda kurung.
2. Awalan bis, tris, tetrakis dan seterusnya. digunakan untuk ligan polidentat atau untuk
menghindari kekeliruan. Digunakan tanda kurung pada nama ligan. Contoh: 1.
(NH3)2 diammina, 2. (en)2 bis(etilenadiamina).

c. Menyajikan nama ligan

Nama sistematik dan alternatif dari beberapa ligan secara umum dinyatakan:

1. Nama-nama ligan anion anorganik maupun organik mengalami perubahan nama


dengan ketentuan sebagai berikut: akhiran anion : ida, it, at dan nama ligan ido, ito,
ato Nama-nama ligan netral dan kation termasuk ligan organik digunakan tanpa
perubahan nama ( tetap menggunakan akhiran ida, it atau at).
2. Tanda kurung digunakan untuk nama-nama ligan netral, kation, anion anorganik yang
memiliki awalan angka (seperti trifosfato), nama komposisional (seperti karbon
disulfida), ligan organik tersubstitusi. Demikian untuk ligan-ligan seperti aqua,
ammina, karbonil, nitrosil, metil, etil, dan seterusnya. tidak perlu menggunakan tanda
kurung kecuali kalau menimbulkan kerancuan.
3. Ligan-ligan yang terikat logam melalui atom karbon secara khusus dibahas dalam
senyawa organologam (tidak dibahas dalam Modul ini).
Contoh: Cl–(klorido); CN–(sianido), MeNH2 (metanamina) dan lainnya.

d. Jumlah muatan, bilangan oksidasi dan proporsi ionik

Metode berikut dapat digunakan untuk membantu dalam menggambarkan komposisi


senyawa.

1. Semua ion kompleks anion diberi akhiran at, sedangkan nama akhir ion kompleks
netral dan kation tidak dibedakan.
2. Bilangan oksidasi atom pusat ditunjukkan dengan membubuhkan Angka Romawi
yang diberi tanda kurung setelah nama atom pusat disertai, ini dilakukan apabila
bilangan oksidasinya tidak diragukan. Jika perlu tanda negatif, maka ditempatkan
sebelum angka. Nol Arab menunjukkan bilangan oksidasi nol.

8
3. Alternatif lain, muatan ion kompleks dituliskan dengan angka arab, diikuti muatan
dan diberi tanda kurung, kemudian diikuti nama atom pusat tanpa spasi.
4. Perbandingan ion dinyatakan dengan menggunakan awalan stoikiometri pada kedua
ion tersebut.
Contoh:
 K4[Fe(CN)6] kalium heksasianidoferat(II) atau kalium heksasianioferat(4-)
atau tetrakalium heksasianidoferat.
 [Co(NH3)6]Cl3 heksaamminakobal(III) klorida.
 [CoCl(NH3)5]Cl2 pentaamminakloridokobal(3+) klorida.
 [Fe(CNMe)6]Br2 heksakis(metil isosianida)besi(II) bromida.
 [Co(en)3]Cl3 tris(etana-1,2-diamina)kobal(III) triklorida.

2.3 Pembuatan Larutan Buffer


Larutan buffer adalah larutan dimana pH nya hanya berubah sedikit sekali dengan
penambahan sedikit asam atau basa. Supaya larutan dapat bertindak sebagai buffer, larutan
tersebut harus mempunyai dua komponen, dimana yang satu mampu menetralkan asam dan
yang satu lagi mampu menetralkan basa. Sebagai contoh, larutan buffer yang umum adalah
campuran yang mengandung :

 asam lemah dan basa konjugatnya (dari garamnya) atau


 basa lemah dan asam konjugatnya (dari garamnya).

Contoh pembuatan larutan buffer

1. Berapa gram NaC2H3O2 harus dilarutkan kedalam 0,3 L HC2H3O2 0,25 M untuk
menghasilkan larutan buffer dengan pH = 5,10 (Ka = 1,74 x 10–5), dan dianggap
bahwa volume total larutan tetap = 0,3 L.
Jawab :
Persamaan tentang pH di atas sesuai untuk digunakan pada kondisi ini. Harga pKa
tidak terlalu besar dan larutan tidak terlalu encer. Selesaikan persamaan tersebut untuk
[C2H3O2–].

9
2. Pembuatan larutan buffer pH 5
Pembuatan buffer pH 3,8-5,6 (buffer CH3COOH-CH3COONa)

Larutan A : larutan 1,2 mL asam asetat dalam 100 mL akuades


Larutan B : larutan 2,7 gram CH3COONa.3H2O dalam 100 mL akuades
Catat : tambahkan dulu beberapa kristal kamfor pada kedua larutan.
3. Pembuatan larutan buffer pH 7,5
Pembuatan buffer pH 5,3-8,0 (buffer Na2HPO4-NaH2PO4)

A adalah larutan Na2HPO4 0,1 M


B adalah larutan NaH2PO4 0,1 M
Larutan A : timbang 17,799 gram Na2HPO4.2H2O; masukkan ke labu takar 1 L;
tuangi akuades ¼ labu dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.
Larutan B : timbang 15,601 gram NaH2PO4.2H2O; masukkan ke labu takar 1 L;
tuangi akuades ¼ labu dan homogenkan; tambah lagi akuades sampai tanda batas.

10
Bab 3
Kesimpulan
Titrasi kompleksometri atau kelatometri adalah suatu jenis titrasi dimana reaksi antara
bahan yang dianalisis dan titrat akan membentuk suatu kompleks senyawa. Kompleks
senyawa ini disebut kelat dan terjadi akibat titran dan titrat yang saling mengkompleks. Kelat
yang terbentuk melalui titrasi terdiri dari dua komponen yang membentuk ligan dan
tergantung pada titran serta titrat yang hendak diamati. Baik kalsium atau magnesium dapat
bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa kompleks.

Senyawa komplek didefinisikan sebagai kombinasi dari molekul-molekul atau ion-ion


melalui ikatan koordinasi dan hasil dari kombinasi tersebut dapat merupakan molekul atau
lebih sering dalam bentuk ion (bermuatan) misalnya FeSCB4, Fe(CK)g” Komplek semacan
ini merupakan suatu komplek dalam bentuk terbuka (bukan cincin). Sedang kelat merupakan
suatu ligan multidentat yang dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan seperti cincin (ring).

11
Daftar Pustaka
Alauhudin. M. 2020. Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang : UNNES Press.

Anggasari, Novilla. 2013. "Sistesis dan Karakteristik Membran Kitosan-Tripolifosfat Sebagai


Alternatif Pengontrol Sistem Pelepasan Obat". Skripsi. Semarang : Unoversitas
Negeri Semarang.

Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Rosbiono, Momo. Modul 1 Terminologi – Karakteristik - Metode Pendeteksian - Aplikasi,


Klasifikasi, Tatanama dan Isomerisasi Senyawa Koordinasi. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.

12

Anda mungkin juga menyukai