Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA

KOMPLEKSOMETRI

Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. GALUH SEKAR MAYANG (2182047)
2. GUNAWAN DWI P A (2182048)
3. HARIANI SARI RAHMADHANI (2182049)
4. NURUL RETNO MURTI (2182057)
5. SRI WAHYUNI (2182065)

PROGAM STUDI DIII FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NASIONAL
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. karena
berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sebuah makalah dengan judul Komplesometri ini disusun untuk
menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman terkait pelajaran kimia analisis.
Makalah ini disusun berdasarkan hasil diskusi dari rekan kerja kami. Maklah ini
disusun dengan maksud dan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan pembaca terkait materi kompleksometri .
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
semua pihak yang telah membantu suksesnya penyusunan makalah ini sehingga
dapat terselesaikan dengan baik. Dan juga kepada ibu C.E
Dhurhania.S,Farm.M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Analisis
yang telah memberikan bimbingan dan kesempatan untuk kami dapat
mendalami materi ini sehingga kami dapat menyampaikan dengan presentasi di
kesempatan mendtang.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari pembaca, demi kesempurnaan di masa mendatang. Semoga
maklah ini bermanfaat bagi setiap pembacanya.

Sukoharjo, 12 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................iii
BAB I : DASAR TEORI
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Senyawa Kompleks..........................................................................2
C. Pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA................3
D. Pengaruh pH.....................................................................................4
E. Jenis-jenis titrasi dengan EDTA.......................................................5
BAB II : LARUTAN BAKU
A. Sifat Kimia-Fisika Larutan Baku.....................................................6
B. Cara Pembuatan Larutan Baku.........................................................7
C. Cara Penyimpanan Larutan Baku.....................................................7
BAB III : INDIKATOR
A. Indikator Visual................................................................................8
B. Indikator Instrumental....................................................................13
BAB IV : STANDARISASI
A. Cara Pembakuan Larutan Standart.................................................14
B. Contoh Perhitungan........................................................................15
BAB V : PENETAPAN KADAR
A. Prosedur Penelitian.........................................................................17
B. Hasil dan Pembahasan....................................................................18
C. Kesimpulan.....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
DASAR TEORI

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering merasa awam terhadap zat-zat
kimia dan berangapan bahwa zat-zat tersebut sangat berbahaya. Namun tanpa
kita sadari zat kimia memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari seperti makanan,minuman,obat-obatan,bahkan proses dalam tubuh
kita juga terjadi proses kimia. Dengan ini kita tidak bisa lepas dengan zat-zat
kimia dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu metode titimetri adalah titrasi
pembentukan kompleks yang juga disebut sebagai kompleksometri. Metode ini
memungkinankan penentuan analisis pengukuran untuk sejumlah kation yang
bervalensi banyak dalam larutan air. Metode ini berdasarkan penentuan khelat
organik yang larut dalam air dan praktis tidak terdiosasi.
Pereaksi yang sering digunakan pada titrasi kompleksometri adalah lignan
bergigi banyak yaitu Asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). Karena
senyawa ini sukar larut dalam air maka garam dinatriumnya mudah larut
digunakan untuk membuat larutan patiter.Keuntungan dari metode
kompleksometri waktu pengerjaan yang lebih sederhana,sedangkan untuk
kekuranganya penentuan titik ahir susah ditentukan,karena sangat dioengaruhi
oleh PH dan bahanyang digunakan cukup banyak dibandingkan metode yang
lain baik indikator,larutan baku,larutan asam dan basa. Titrasi kompleksometri
ini digunakan untuk penetapan kation bervalensi banyak dalam air. Didalam
dunia farmasi metode ini digunakan untuk penetapan kadar suatu senyawa obat
yang mengandung ion logam,misalnya penetapan kadar MgSO4 yanf
digunakan sebagai laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antaiseptik.
Sehigga kadar logam-logam yang ada dalam suatu produk farmasi tepat kadar
(sesuai standart) dan tidak menjadi toksik serta membahyakan konsumen.

B. Senyawa Kompleks
Kompleksometri adalah suatu cara untuk penetapan kadar zat-zat (kation)
yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan suatu komplekson.
Senyawa kompleks dapat didefinisikan sebagai senyawa yang terbentuk antara
dua senyawa kimia dengan mekanisme donor-akseptor elektron atau senyawa
asam-basa menurut Lewis.
Setiap atom atau ion non logam,baik bebas atau terikat pada molekul yang
netral atau berbentuk ion,dapat bertidak sebagai donor asalkan dapat
memberikan pasangan elektron. Sedangkan sebagai akseptor yaitu yang dapat
menerima atau bersama-sama mengikat pasangan elektron tersebut dan
biasanya adalah atom logam atau atom yang netral. Senyawa kompleks secara

1
garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu pertama yang komponen
akseptornya adalah ion logam sedangkan yang kedua,akseptornya adalah
molekul organik. Dalam bab ini yang dibicarkan hanya pembentukan
kompleks dengan logam karena kompleksometri didasarkan pada pembentukan
kompleks dengan ion logam.
Senyawa kompleks logam ini disebut juga dengan senyawa koordinasi
(coordination compoud) karena senyawa tersebut ikatanya termasuk ikatan
kovalen koordinasi. Sebagai donor adalah senyawa-senyawa yang paling
sedikit memiliki satu pasang elektron yang bebas. Donor elektron ini disebut
juga dengan ligan. Ligan yang ikatanya pada ion logam hanya pada satu tempat
disebut dengan unidentat (satu gigi).
Sedangkan yang dapat memberikan dua tempat disebut dengan bide yang
dapat memberikan dua tempat disebut dengan bidentat misalnya etilen
dilamin,ada yang tridentat,pentadentat dan seterusnya disebut dengan
polidentat. Ligan-ligan yang dapat memberikan dua pasang elektron atau lebih
disebut dengan chelon atau pembentuk kelat. Setiap ion logam dapat mengikat
dua atau lebih ikatan koordinat dan jumlah maksimum yang dapat diikat tadi
dinamakan ntat misalnya etilen dilamin,ada yang tridentat,pentadentat dan
seterusnya disebut dengan polidentat. Ligan-ligan yang dapat memberikan dua
pasang elektron atau lebih disebut dengan chelon atau pembentuk kelat. Setiap
ion logam dapat mengikat dua atau lebih ikatan koordinat dan jumlah
maksimum yang dapat diikat tadi dinamakan bilangan koordinasi (coordination
number) dan bilangan itu umumnya dua,empat,atau enam.

C. Pembentukan kompleks antara ion logam dengan EDTA


Asam etil dilamin tetra asetat atau EDTA merupakan turunan asam
amino karboksilat berbasa empat yang mana tiap atom H pada gugus
karboksilat dapat terdisosiasi.

Dari senyawa ini terdapat enam gugus yang dapat membentuk kompleks
dengan ion logam yaitu dua gugus amino dan empat gugus karboksilat.
Pembentukan kompleks antara logam dengan ligan EDTA ini perbandinganya
selalu 1: 1 dengan rumus bangun yang mana ion logam bertindak sebagai pusat
dengan beberapa cincin beratom lima. Yang berbeda satu sama lain adalah
muatanya yang tergantung pada ion logamnya.

2
D. Pengaruh pH
pH sangatlah berpengaruh pada analisa komplexiometri. pH adalah
ukuran konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Pengukuran pH (potensial
Hidrogen) akan mengungkapkan jika larutan bersifat asam atau alkali (atau
basa). Jika larutan tersebut memiliki jumlah molekul asam dan basa yang
sama, pH dianggap netral. Berikut keterangan tentang suasana pH dalam
analisa komplexiometri :
a. Suasana terlalu asam
Proton yang dibebaskan pada reaksi yang terjadi dapat
mempengaruhi pH, dimana jika H+ yang dilepaskan terlalu tinggi,
maka hal tersebut dapat terdisosiasi sehingga kesetimbangan
pembentukkan kompleks dapat bergeser ke kiri, karena terganggu
oleh suasana system titrasi yang terlalu asam. Pencegahan : sistem
titrasi perlu didapar untuk mempertahankan pH yang diinginkan.
b. Suasana terlalu basa
Bila pH system titrasi terlalu basa, maka kemungkinan akan
terbentuk endapan hidroksida dari logam yang bereaksi. Jika pH
terlalu basa, maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke kanan,
sehingga pada suasana basa yang banyak akan terbentuk endapan.

Berdasarkan selalu terbentuknya H+ pada pembentukan ion


kompleks dan melihat harga pK₄ maka pembentukan kompleks akan lebih
baik dan lebih stabil dalam larutan alkalis.
Pada umumnya kompleks EDTA dengan kation valensi 2 stabil
dalam larutan yang sedikit asam atau alkalis. kompleks EDTA dengan
logam valensi 3 dan 4 stabil dalam larutan dengan pH =1-3.
Logam – logam bervalensi 2 misalnya Cu, Pb, atau Ni dapat stabil
pada pH = 3 sehingga dapat dititrasi secara selektif walaupun tercampur
dengan logam – logam alkali tanah. Co⁺⁺ stabil dalam larutan HCl pekat.

Kesimpulan : pada titrasi kompleksometri diperlukan penambahan bufer


pada pH dimana kompleks itu stabil, dan perubahan warnanya jelas.
Stabilitas dari kompleks di tentukan oleh harga Ks = konstante stability.

Yang menyebabkan perubahan harga Ks :


a.    Kenaikan suhu, karena menyebabkan kenaikan ionisasi kompleks.
b.    Ion yang tidak memberi ion sejenis dengan kompleks.
Yang menyebabkan kenaikan harga Ks adalah adanya alkohol, sebab
alkohol mendesak ionisasi kompleks.

3
E. Jenis-jenis titrasi dengan EDTA

a. Titrasi Langsung
Titrasi langsung merupakan metode yang paling sederhana dan sering
dipakai. Larutan ion yang akan ditetapkan ditambah dengan dapar,
misalnya dapa pH 10 lalu ditambah indikator logam yang sesuai dan
ditritrasi langsung dengan larutan baku dinatrium edetat. Untuk mencegah
pengendapan logam hidroksida atau garam basa dengan dapar dilakukan
dengan penambahan kompleks pembantu misalnya tartar, sitrat, atau
trietanolamin.

b. Titrasi Kembali
Cara ini pening untuk logam yang mengendap dengan hidroksia pada pH
yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya
sulfat, kalsium oksalat, untuk senyawa yang membentuk kompleks yang
sangat lambat dan ion logam yang membentuk kompleks lebih stabil
dengan natrium edetat daripada dengan indikator. Pada keadaan demikian,
dapat ditambahkan larutan baku dinatrium edetat berlebihan kemudian
larutan di dapar pada pH yang diinginkan dan kelebihan dinatrium edetat
dititrasi kembali dengan larutan baku ion loga. Titik akhir ditunjukkan
dengan pertolongan indikator logam.

c. Titrasi Substitusi
Cara ini dilakukan bila ion logam tersebut tidak memberikan titik akhir
yang jelas apabila dititrasi secara langsung atau titrasi kembali, atau juga
jika ion logam tersebut membentuk kompleks dengan dinatrium
edetatlebih stabil daripada logam lain.

d. Titrasi Tidak Langsung


Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menetukkan kadar ion-
ion seperti anion yang tidak berekasi dengan pengkelat. Pendekatan lain
adalah pengendapan anion dengan kelebihan logam yang sesuai dan
kelebihan ion logam dalam filtrat ini dititrasi dengan larutan baku EDTA.

e. Titrasi Alkalimetri
Pada metode ini, proton dari dinatrium edetat, Na2H2Y dibebaskan oleh
logam berat dan dititrasi dengan larutan baku alkali sesuai dengan
persamaan reaksi berikut:

4
Mn+ + H2Y2- (MY)+n-4 + 2H+
Larutan logam yang ditetapkan dengan metode ini sebelum
dititrasi harus dalam susana netral terhadap indikator yang
digunakan.

5
BAB II
LARUTAN BAKU

A. Sifat Kimia-Fisika Larutan Baku


1. Dinatrium Edetat
Sifat fisika-kimia dari dinatrium edetat yaitu:
a) Berat molekul :372,25 gr/mol
b) Kristal tak berwarna
c) Densitas 860 mg/ml
d) Entalpi pembentukan 1,5780 MJ/mol
e) Entalpi pembakaran 4,4545 MJ/mol
f) Dapat larut dalam air
g) Produknya stabil
h) Mudah terbakar
2. Magnesium Sulfat
Sufat fisika-kimia magnesium sulfat yaitu:
a) Rumus molekul: MgSO4
b) Berat molekul: 120,366 gr/mol (anhidrat); 246,47 gr/mol
(heptahidrat)
c) Densitas: 2,66 gr/cm3 (anhidrat); 2,445 gr/cm3 (monohidrat);
1,68 gr/cm3 (heptahidrat); 1,512 gr/cm3 (11-hidrat)
d) anhidrat terurai pada 1124 °C; monohidrat terurai pada 200 °C;
heptahidrat terurai pada 150 °C; undekahidrat terurai pada 2
°C.
e) Kelarutan di dalam air: 26,9 gr/100 mL pada 0 °C; 25,5 gr/100
mL pada20 °C (anhidrat), 71 gr/100 mL pada 20 °C
(heptahidrat).
f) Kelarutan ke dalam pelarut lain: 1,16 gr/100 mL (18 °C, eter);
g) sedikit larut dalam alkohol, gliserol, tidak larut dalam aseton.
3. Kalsium Karbonat
Sifat fisika-kimia CaCO3 yaitu:
a) Berat mlekul 100,09 gr/mol
b) Titik lebur 2570oC
c) Titik didih 2850oC
d) Densitas 2,711 gr/ml
e) Kelarutan 100oC : 0,002 gr/ 100 gr H2O

6
f) Dengan asam klorida encer terjadi penguraian dengan berbuih
karena karbon dioksida dilepaskan
g) Dengan larutan barium klorida terbentuk endapan putih barium
h) Jika dipanaskan akan menjadi serbuk remah yang lunak (CaO)

B. Pembuatan Larutan Baku


1. Larutan baku dinatrium edetat.
Dinatrium edetat p.a dapat dipergunakan sebagi baku primer.
Senyawa baku ini dalam perdagangan dapat mengikat air maka perlu
dikeringkan pada suhu 80˚C hingga mempunyai susunan
Na2H2C10O8N2.2H20 dengan berat molekul 372,25. Air yang digunakan
untuk membuat larutan baku dinatrium edetat harus tidak mengandung ion
logam bervalensi banyak. Air tersebut dapat dibuatdengan menyuling
dengan alat gelas Pyrex seluruhnya atau dengan cara mengalirkan melalui
kolom resin penukaran kation. Dengan cara ini dapat dihilangkan
kontaminasi logam – logam berat.

 Pembuatan larutan baku dinatrium edetat 0,05 M:

Sejumlah 18,613 gram dinatrium edetat dilarutkan dalam air


hingga 1000,0 mL.
2. Larutan Baku Magnesium Sulfat

 Pembuatan larutan baku magnesium sulfat 0.05 M:

Larutkan 12,324 gram magnesium sulfat heptahidrat atau 6,02


gram magnesium sulfat anhidrat dengan aoir secukupnya sampai
1000,0 mL
C. Cara Penyimpanan Larutan Baku

EDTA dalam bentuk asamnya sukar larut dalam air oleh karena itu
untuk keperluan titrasi kompleksomteri digunakan garam diNatrium
EDTA. Pada Titrasi Kompleksometri digunakan larutan EDTA standar
karena reaksi EDTA dengan ion logam selalu 1:1, sehingga memudahkan
dalam perhitungan. Pada umunya ion logam yang berada dalam keadaan
bebas memiliki bilangan oksidasi/valensi maks. +3, sehingga bilangan
koordinasi = 6 dengan demikian 1 mol ion logam akan bereaksi dengan 1
mol EDTA. EDTA zat yang stabil sehingga tidak memerlukan perlakuan
khusus dalam penyimpanannya

7
BAB III

INDIKATOR

A. Indikator Visual

1. Indikator Logam
Pada titrasi kompleksometri dengan larutan baku dinatrium edetat
umumnya di gunakan indikator logam. Indikator logam atau
metalokromik yaitu senyawa-senyawa(biasanya zat warna) yang
menghasilkan satu warna dengan adanya ion-ion logam bebas dan
menghasilkan warna yang berbeda (atau tidak ada warna) ketika ion-ion
logam bebas itu tidak ada. Beberapa dari senyawa senyawa ini juga
bersifat indikator asam basa,dan perubahan warna yang terjadi di
sebabkan karena penggantian ion hidrogen dengan ion logam.
Meskipun ada sejumlah senyawa yang dapat dijadikan indikator
logam ini,hanya sedikit dari indikator ini yang memberikan hasil yang
memuaskan untuk tutrasi kompleksometri. Beberapa persyaratan umum
harus di perhatikan sebelum menggunakan indikator ini. Syarat tersebut
adalah:
1. Senyawa indikator tersebut harus stabil secara kimiawi baik
pada saat penyimpanan atau selama titrasi.
2. Indikator logam seharusnya membentuk kompleks 1:1 yang
mana kompleks ini harus lebih lemah daripada kompleks ion
logam dengan ligan yang di gunakan untuk titrasi. Jika
sebaliknya maka titik akhir titrasi menjadi tidak jelas.
3. Indikator logam harus mempunyai stabilitas yang cukup
meskipun untuk larutan yang encer,dan harus masih mampu
memberikan perubahan warna yang cukup pada saat titik akhir.
4. Warna dari kompleks logam-indikator dan indikator bebasnya
harus cukup berbeda dan cukup intens untuk memudahkan
mengamati titik akhir titrasi secara visual dengan penambahan
sedikit indikator.
5. Reaksi warna indikator harus selektif untuk logam yang di titrasi
dan harus bebas dari gangguan yang di sebabkan oleh senyawa
senyawa lain yang ada dalam larutan yang di titrasi.
Urutan reaksi antara ian logam(M),indikator(Ind) dan
pengkelat (EDTA)berperan pada deteksi titik akhir dalam titrasi

8
langsung yang secara kuantitatif dapat di gambarkan sebagai
berikut :pada awal titrasi pada medium yang telah di dapar
terbentuk logam yang membentuk kompleks dengan
indikator(M-Ind) dan kelebihan ion logam bebas.

M+I MI

[ M −Ind ]
KM-Ind =
[ M ] [I ]
.......................................................................(8-12)
Proses kesetimbangan di tentukan oleh hukum aksi massa
dan konstanta stabilitas dari kompleks logam-indikator(KM-Ind).
Ketika EDTA(Suatu titran)di tambahkan ke dalam sistem,reaksi
terjadi antara ion logam bebas dengan EDTA menurut reaksi:

Karena kompleks logam indikator lebih lemah daripada kompleks ion


logam-EDTA()maka EDTA yang di tambahkan selama titrasi akan mengikat
ioan logam bebas.Akhirnya pada saat titik ekivalen EDTA akan mengikat ion
logam yang terikat dengan indikator dan indikator berubah warna dari warna
indikator yang membentuk kompleks dengan ion logam ke warna indikator
yang bebas dari komplek dengan ion logam.
Untuk memperkecil kesalahan titrasi, maka tetapan disosiasi indikator
harus lebih besar dari 104 dan perbandingan kadar indikator dengan ioan logam
harus lebih kecil daripada 0,01.
Warna dari zat kompleks logam-zat warna sangat di pengaruhi oleh Ph
larutan,oleh karena itu penting untuk menggunakan larutan dapar untuk
menjaga pH yang di kehendaki selama titrasi. Perlu di pertimbangkan pula
stabilitas kompleks logam-zat warna pH tersebut sehingga tidak ada indikator
yang bebas selama titik akhir belum tercapai. Berikut adalah beberapa contoh
indikator logam:

 Hitam eriokrom(Eriochrom Black T, Mordant Black II, Solochrome


Black)
Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat
terionisasi,dengan tatapan disosiasi PK1=6,3 dan pK2=11,55
Pada pH 8-10 hanya membentuk HI²– yang ada,jadi warnanya biru
dan pada pembentukan kompleks bewarna merah anggur. Di bawah
pH=5,5 larutan ini berwarna merah. Oleh sebab itu,indikator ini hanya di

9
gunakan dalam suasana basa. Indikator ini di gunakan pada titrasi dengan
pH=10

Mg, Ca, Cd, Zn, Pb, dan Hg dapat di titrasi langsung dengan
menggunakan indikator hitam eriokrom ini. Untuk Ba, Sr, Bi lebih baik di
tambah larutan baku dinatrium edetat dan kemudian di titrasi kembali
dengan larutan baku magnesium sulfat. Co, Ni,Cu,Pt,dan Ti membentuk
kompleks yang lebih stabil dengan Erio T daripada dengan dinatrium
edetat. Besi(III),serium(IV)dan ion vanadat mengoksidasi Erio T,
sedangkan stano dan titano mereduksi. Adanya ion-ion tadi harus di
hilangkan atau di"masking".
Indikator ini di siapkan dengan cara melarutkan 0,2gram indikator
ini dalam 15ml trietanol amin dengan penambahan 5ml absolut untuk
mengurangi viskositasnya, reagen ini stabil untuk beberapa bulan.

 Mureksid(murexide)
Indikator ini merupakan garam amonium dari asam furfurat, dan
anionnya mempunyai struktur berikut:

Indikator ini menarik karena kemungkinan indikator logam


pertama yang di gunakan untuk titrasi dengan EDTA. Larutan mureksid
berwarna jingga kemerahan sampai pada pH9(H4D),bewarna violet dari pH
di atas 11 (H3D2-). Perubahan warna ini kemungkinan di sebabkan karena
penggantian yang cepat proton proton dari gugus imido. Karena indikator
ini mempunyai 4 gugus imido maka mureksid di tuliskan dengan H4D -.

10
Hanya 2 dari 4 hidrogen yang bersifat asam yang dapat di pindah dengan
penambahan alkali hindroksida sehingga hanya ada nilai pK yang perlu di
pertimbangkan yaitu pK4 sebesar 9,2 untuk(H4D- H3D2) dan pK3 sebesar
10,5 untuk (H3D2 H2D3).
Mureksid membentuk kompleks dengan beberapa ion logam, akan
tetapo hanya dengan Cu, Co, Ni, Ca yang cukup stabil dan berguna untuk
analisis kuantitatif. Warna logam-logam ini dalam larutan alkali adalah
jingga(tembaga),kuning(nikel dan kobalt) dan merah(kalsium). Warna-
warna ini bermacam macam tergantung pH larutan.

 Jingga pirokatekol(pyrocatechol orange)


Indikator ini juga di sebut dengan jingga katekol dan juga
mempunyai sifat indikator asam-basa(H4D).Dalam larutan air Jingga
pirokatekol berwarna kuning, pada pH dibawah 1,5 bewarna merah,pada
pH antara 2-6(anionH3D-) bewarna kuning, pada pH berwarna violet(anion
H2D2-)dan di atas pH 10 bewarna biru(anion D4-). Perubahan warna ini
berasal dari ionisasi yang cepat dari vugus hidroksi.
Jingga pirokatekol membentuk senyawa senyawa yang
bewarna(biasanya biru atau biru kehijauan) dengan beberapa logam.
Kompleks dengan logam paling stabil terbentuk pada pH antara 2-6
sehingga dalam daerah ini terjadi perubahan warna yang sangat tajam dari
kuning ke biru ketika kation-kation tertentu(seperti bismut dan thorium) di
tambahkan dalam larutan indikator. Kompleks indikator dengan logam-
logam Cu,Zn,Cd,Ni,dan Co tidak terbentuk sampai pH 7 sehingga
penambahan logam-logam ini dalam larutan indikator hanya ada perubahan
dari violet ke biru sehingga kurang mudah untuk mengamatinya. Meskipun
demikian penentuan tembaga dengan adanya buffer piridin cukup
memuaskan. Perubahan warna terjadi dari biru ke hijau atau hijau
kekuningan.
Indikator ini di buat dengan melarutkan 0,1gram indikator dalam
100ml air dan stabil untul beberapa minggu.

 Jingga ksilenol(xylenol orange)


Merupakan indikator asam-basa yang berwarna kuning sitrun
dalam suasana asam dan berwarna merah dalan suasana basa. Kompleks
logam-jingga ksilenol berwarna merah,karena itu di gunakan pada titrasi
dalam suasana asam.

11
Stabilitas kompleks di pengaruhi oleh pH larutan. Bi dan Th dapat di titrasi
pada pH 1-3,Pb dan Zn pada pH 4-5,Cd dan Hg pada pH 5-6. Sebagai dapar
dapat di gunakan heksamin dengan variasi jumlah asam nitrat, asam klorida
atau asam asetat.

 Asam kalkon karbonat(Calcon,solochrom Dark Blue)


Di gunakan sebagai indikator pada titrasi kompleksometri dari
kalsium yang tercampur dengan magnesium pada pH 12,3. Ini di peroleh
dengan menambah sejumlah natrium hidroksida atau dengan dapar dietil
amin sebanyak 5ml setiap 100ml larutan yang akan di titrasi. Pada cara ini
magnesium di endapkan secara kuantitatif sebagai hidroksida. Perubahan
warna terjadi dari kemerahan menjadi biru.
Larutan indikator disiapkan dengan melarutkan 0,2gram indikator
ini dalam 50ml metanol.

 Kalmagit
Indikator ini adalah 1-(1-hidroksi-4-metil-2-fenilazo) -2-naftol-4-
asam sulfonat dan mempunyai perubahan warna yang sama dengan
Eriochrome Black T akan tetapi perubahan warnanya lebih jelas dan tajam.
Kalmagit juga berfungsi sebagai indikator asam-basa.
Hidrogen pada gugus asam sulfonat tidak berperan sebagai
pembentuk zat warna sebagai indikator. Sifat asam dari gugus hidroksi di
tuliskan sebagai pK1=8,14 dan pK2=12,35. Warna biru kalmagit pada pH
10 di ubah menjadi merah dengan penambahan ion magnesium, perubahan
ini bersifat reversibel.
Indikator ini di siapkan dengan melarutkan 0,05gram kalmagit
dalam 100ml air dan stabil paling tidak selama 12 bulan jika di simpan
dalam botol politen dan terlindung dari cahaya matahari.

 Biru hidroksi naftol (Hydroxy Naphtol Blue)


Merupakan garam natrium dari 1-(2-naftalazo-3,6- disulfonat) -2-

12
naftol-4-sulfonat yang di endapkan di atas hablur natrium klorida. Pada
daerah pH 12-13 larutannya berwarna merah sampai lembayung karena
adanya ion kalsium, dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edetat.

2. Indikator pH
Jika suatu ion logam bivalen atau polivalen ditambahkan pada suatu
larutan dari garam EDTA maka 2 ion hidrogen akan dibebaskan

M2+ + (H2-EDTA) 2- (M-EDTA)- + 2H+

Dalam larutan yang tidak didapar, asam yang dibebaskan dapat


dititrasi dengan baku basa dengan menggunakan indikator asam-basa
untuk menujukkan titik akhir titrasi.

3. Indikator Redoks
Indikator ini sagat terbatas penggunaannya dan hanya digunakan
pada sistem yang khusus. Pada sistem, ion logam harus merupakan
komponen dari sistem gabungan redoks. Logam seperti besi harus dapat
berada dalam dua keadaan oksidasi yang berbeda dalam keadaan
kesetimbangan dalam larutan. Biasanya EDTA membentuk kelat yang
lebih kuat dengan logam yang dalam keadaan teroksidasi daripada
logam yang dalam tereduksi.

B. Indikator Instrumental
Hampir semua titrasi kompleksometri digunakan indokator logam
secara visual untuk mendeteksi titik akhir titrasi, akan tetapi metode ini
tidak tepat untuk larutan yang sangat encer atau berwarna sekali. Pada
kondisi perobaan yang sama suatu metode instrumental seperti teknik
potensiometri atau fotometri seringkali digunakan untuk mendeteksi titik
akhir titrasi tanpa mengalami kesulitan.

13
BAB IV
STANDARISASI

A. Cara Pembakuan Larutan Standart


1. Cara pembakuan larutan dinatrium edetat 0.05M:
a. Larutkan lebih kurang 200mg kalsium karbonat P yang ditimbang
saksama dalam 50mL air dan sejumlah asam klorida encer P
hingga larut.
b. Tambahkan 15mL larutan natrium hidroksida LP.
c. Titrasi dengan larutan dinatrium edetat, ,menggunakan indikator
lebih kurang 30mg biru hidroksinaftol P, hingga larutan berwarna
biru tua.
W
d. Hitung molaritas menurut :
100,1V
W adalah bobot kalsium karbonat; V adalah volume larutan
dinatrium edetat dalam mL.

Dalam pembakuan ini asam klorida digunakan untuk melarutkan kalsium


karbonat menjadi kalsium klorida. Penambahan natrium hidroksida membuat
larutan tersebut menjadi alkalis dengan pH kira – kira 13, sehingga
kompleks Ca-EDTA menjadi sangat stabil sehingga kalau terkontaminasi
2+
oleh ion Mg yang mungkin ada tidak akan bereaksi.
Sesudah semua ion Ca2+ membentuk kompleks dengan EDTA, warana dari
kompleks logam-indikator melepaskan Ca2+ kepada EDTA dan menjadi bebas
menjadi indikator yang tidak terkompleks yang warnanya biru tua. Angka
100,1 adalah berat molekul dari kalsium karbonat.

2. Cara pembakuan larutan magnesium sulfat 0.05M:


Larutan magnesium sulfat dibakuan dengan larutan baku EDTA
dengan cara sebagai berikut:
a. Ambil 25,0 mL larutan yang diukur saksama masukan dalam labu
erlenmeyer, tambahkan dengan 200 mL air, 10 mL dapar amonia
LP.
b. Titrasi dengan dinatrium edetat 0.05 M menggunakan indikator
25mg hitam eriokrom P. (Dapar amonia LP dibuat dengan
melarutkan 67,5 g amonium klorida P dalam 570 ml amonia pekat
P dan Molaritas MgSO4.

14
MEDTA X VEDTA
c. Hitung sebagai berikut : MMgSO4 =
25
Dimana : MMgSO4 adalah molaritas dari larutan MgSO4
: MEDTA adalah molaritas dari larutan baku EDTA
: VEDTA adalah volume EDTA (dalam ml) yang
digunakan untuk titrasi.

B. Contoh Perhitungan
1. Sebanyak 200mg sampel Kalsium Karbonat murni diasamkan dan
dilarutkan dalam 500ml larutan. Sebanyak 50,0 ml Sampel membutuhkan
25,0 mL larutan EDTA untuk titrasi. Temukan berapa molaritas larutan
EDTA!
Jawab :
Diket CaCO3 = 200mg
CaCO3 = 500mL
V. Sampel = 50ml
Ditanya : V. EDTA :?
Jawab : Mol. CaCO3 = g/M = 0,2/100 = 0,002
M. CaCO3 = n/v = 0,002/0,5 = 0,004
M. CaCO3 = M. Sampel
(M x v) sampel = (M x v) EDTA
= 0,004 x 50/25
= 0,008 Mol
= 8 x 10-3 Mol

2. Penentuan kadar ZnCl2. Timbang seksama ZnCl2 dan NH4Cl masing-


masing 3g. Larutkan dalam 250ml H2O sebagai larutan stok. Ukur 10ml
larutan ZnCl2 tambahkan 10ml H2O dan 2ml dapar amonia dan indikator
EBT. Titrasi dengan EDTA 0,05M.Diperoleh volume EDTA sebanyak
25,0ml. Tentukan kadar % b/b
Diket: M EDTA = 0,05M
V EDTA = 25,0ml
BE ZnCl2 = 68,145
Ditanya: % b/b kadar ZnCl2?
Jawab: m grek ZnCl2 = m grek NaEDTA

mg = NxV
BE
mg = 0,05 x 25

15
68,145
mg = 0,05 x 25 x 68,145
= 85,1825mg
= 0,0851 g

% kadar = 0,0851 g x 100%


3
= 2,835% b/b

16
BAB V
PENETAPAN KADAR

Jurnal Ilmiah
Analisa Kadar Kalsium Pada Legen (Nira) Sebelum dan Sesudah
Penyimpanan Secara Kompleksometri.

A. Prosedur Penelitian

1. Sampel
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif, untuk
mengetahui kadar kalsium dalam legen (nira) sebelum dan sesudah
penyimpanan dengan menggunakan teknik analisa kuantitatif. Sampel
dalam penelitian ini adalah legen (nira) yang dijual di desa Hendrosari
kecamatan Menganti. Legen (nira) dibiarkan lebih dari 1 hari dalam suhu
kamar maka akan berubah menjadi tuak. Kemudian dilanjutkan dengan
penyimpanan selama 2 dan 3 hari.

2. Prosedur Standarisasi EDTA 0,01 M dengan CaCO3


Type equation here .
Serbuk CaCO3 ditimbang 10 mg, kemudian dilarutkan sedikit demi
sedikit dengan HCl 0,1 N hingga larut. Setelah itu, dipindahkan ke dalam
erlenmeyer dan tambahkan 100 ml aquadest lalu dihomogenkan. Larutan
buffer pH 10 ditambahkan 5 ml. Indicator EBT ditambahkan sedikit.
Dititrasi dengan EDTA 0,01 M hingga terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru.

3. Prosedur Penetapan Kadar Kalsium dalam Legen (nira)


Dipipet legen (nira) sebanyak 25 ml kemudian masukkan dalam
Erlenmeyer. Ditambahkan 1 ml buffer pH 12, lalu ditambahkan 1 ml KCN
10%. Kemuadian ditambahkan sedikit indicator murexid. Dititrasi dengan
larutan EDTA 0,01 M hingga warna merah anggur menjadi ungu. Dicatat
volume EDTA 0,01 M yang diperlukan untuk titrasi. Dihitung kadar
kalsium dalam legen (nira) sebelum dan sesudah penyimpanan dalam
satuan mg/l.

17
B. Hasil Dan Pembahasan

1. Reaksi yang terjadi selama analisa


a. Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Menggunakan Indikator
Eriochrome Black T (EBT = C20H12N3NaO7S)

Struktur Kimia Erichrome Black T

 CaCO3 + HCl –> CaCl2 + CO2 + H2O

 Ca-EBT            +          EDTA4-                        –>       CaEDTA2-         +          EBT

merah keunguan                                                                                            


biru.

b. Sampel mengandung Kalsium ditambah indicator Mureksid

18
Struktur Kimia Mureksid

c. Titrasi dengan EDTA

 EDTA4-   +          Ca-Mureksid       –>       CaEDTA2-         +          Mureksid

merah muda                                                             Ungu.

2. Data Hasil
Data yang diperoleh dari hasil analisa kadar kalsium dalam legen
(Nira) sebelum dan sesudah penyimpanan hingga menjadi tuak dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Hasil analisa kadar kalsium metode titrasi kompleksometri

Kadar Ca dalam
No Bahan
mg/l
1. Legen 37,208

2. Tuak (Hari 1) 41,673

3. Tuak (Hari 2) 52,091

4. Tuak (Hari 3) 59,532

Dengan lebih spesifik dari tabel hasil analisa kadar kalsium dalam
legen (nira) diatas dapat dilihat perbedaan kadar kalsiumnya mulai dari
legen, tuak hari pertama hingga tuak hari ke empat juga dapat dilihat pada
diagram dibawah ini.

19
Gambar 1. Diagram analisa kalsium metode titrasi
kompleksometri

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium yang


terkandung dalam legen (nira) hingga menjadi tuak yang disimpan selama
satu hari, dua hari hingga tiga hari.
Kalsium merupakan salah satu kandungan yang terdapat dalam
legen (nira), kandungan kalsium dalam legen (nira) dapat dianalisa secara
kuantitatif dengan menggunakan metode kompleksometri dimana EDTA
digunakan sebagai larutan standart.
Dari hasil penelitian diatas tentang analisa kadar kalsium dalam
legen (nira) siwalan sebelum dan setelah penyimpanan diperoleh hasil
yaitu dengan kadar kalsium dalam legen sebesar 37,208 mg/l dan setelah
penyimpanan legen yang berubah menjadi tuak jumlah kadar kalsiumnya
meningkat yaitu sebesar 41,673 mg/l. Semakin lama penyimpanan
semakin tinggi kadar kalsiumnya. Tetapi, semakin lama penyimpanan
legen yang sudah berubah menjadi tuak akan mengalami perubahan mulai
dari bau, warna, dan rasa. Tuak yang disimpan selama berhari-hari kadar
alkoholnya akan meningkat dan jika dikonsumsi secara berlebihan akan
menyebabkan hilang kesadaran pada orang tersebut (mabuk).
Kandungan kalsium dalam legen (nira) pada pohon siwalan sangat
sedikit dibandingkan dengan kandungan yang lainnya seperti total gula

20
dan vitamin C yaitu sebesar 10,93% dan 13,25%. Sedangkan daging buah
lontar yang muda dan transparan merupakan sumber utama karbohidrat
dan juga air (David and Jonson, 1987).
Kandungan kalsium dalam tuak karena penurunan pH menambah
kelarutan CaCO3. Dengan mengatur pH dapat memperbesar atau
memperkecil kelarutan senyawa elektrolit. Kesetimbangan antara CaCO3
padat dengan ion- ionnya dalam suatu larutan.
CaCO3 (s) ↔ Ca2+ (aq) + CO32- (aq)
Jika pH larutan diperkecil dengan menambahkan asam, maka H+
dari asam akan mengikat ion karbonat kemudian membentuk ion HCO32-.
CO32+ (aq) + H+ (aq) ↔ HCO32- (aq)
Berdasarkan asas kesetimbangan, pengurangan (CO32-) dapat
mengakibatkan kesetimbangan bergeser kekanan. CaCO3 padat lebih
banyak yang larut maka pada reaksi diatas pengaruh penurunan pH pada
suatu latutan dapat menambah kelarutan.
Makanan yang mengalami fermentasi biasanya mempunyai nilai
gizi yang tinggi dari pada bahan asalnya. Hal ini disebabkan karena
mikroba bersifat katabolik atau mencegah komponen-komponen kompleks
menjadi zat-zat yang lebuh sederhana sehingga lebih mudah dicerna
(Winarno, 1980).

3. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
dibuat kesimpulan yaitu bahwa kadar kalsium antara legen (nira) sebelum
dan setelah penyimpanan hingga menjadi tuak yang dijual di desa
hendrosari menunjukan adanya peningkatan. Dimana diperoleh hasil yaitu
kadar kalsium dalam legen sebesar 18,4 mg/l sedangkan pada
penyimpanan hari kedua, ketiga dan ke empat didapatkan hasil kadar
kalsium yaitu sebesar 20,608 mg/l, 25,76 mg/l, dan 29,94 mg/l yang
berarti adanya peningkatan kandungan kalsium yang dipengaruhi oleh
waktu penyimpanan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Departemen Kesehatan RI.


Jakarta.
Mursyidi, Achmad. Rochman, Abdul. 2008. Pengantar Kimia Farmasi
Analisis Volumetri & Gravimetri. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Sudrajat, Adjat. Agustina, Feni. 2015. Analisa Kadar Kalsium pada Legen
(Nira) Sebelum dan Sesudah Penyimpanan Secara Kompleksometri. Jurnal
Sains: Surabaya. Vol 5

22

Anda mungkin juga menyukai