Anda di halaman 1dari 7

Kelimpahan Gas Mulia di Alam

Gas mulia adalah unsur-unsur golongan VIIA dalam tabel periodik. Disebut mulia
karena unsur-unsur ini sangat stabil.

Secara umum, semua unsur anggota golongan gas mulia merupakan gas yang terdapat
di udara, kecuali radon. Unsur yang paling melimpah keberadaannya di udara dari golongan
gas mulia ini adalah unsur Argon. Kelimpahan unsur Argon di udara sebanyak 0,93%.

Adapun kelimpahan unsur gas mulia lainnnya memiliki kelimpahan yang beragam,
yaitu Helium memiliki kelimpahan sebanyak 5,2 x 10-4 %, Neon memiliki kelimpahan
sebanyak 1,8 x 10-3 %, Kripton memiliki kelimpahan sebanyak 1,1 x 10-4 % dan Xenon
memiliki kelimpahan sebanyak 8,7 x 10-6 %. Sementara itu unsur Radon merupakan unsur
radioaktif yang memiliki waktu paruh yang pendek sehingga kelimpahan di alam sangat
sedikit.

Sifat Umum Gas Mulia

Secara umum gas mulia merupakan unsur yang tidak reaktif atau sulit bereaksi
dengan unsur lain. Hal ini dikarenakan gas mulia sudah memiliki konfigurasi dengan elektron
valensi duplet atau oktet. Adapun konfigurasi elektron untuk unsur-unsur anggota dari gas
mulia adalah sebagai berikut:

He = 1s2
Ne = 1s2 2s2 2p6
Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6

Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

Sifat Fisika Gas Mulia

Secara sifat fisika, gas mulia merupakan unsur yang berwujud gas, tidak berwarna,
tidak berbau, dan tidak berasa. Untuk sifat fisika yang lain penjelasannya berikut ini:

 Kelarutan Argon, kripton, dan xenon dalam air sangat kecil sebagai akibat unsur-
unsur tersebut terjebak di antara molekul air. Sementara itu, unsur Helium dan neon
tidak dapat larut dalam air. Hal itu dikarenakan jari-jari atomnya terlalu kecil
sehingga dapat meninggalkan molekul air.
 Secara umum kerapatan gas mulia dari He sampai Rn semakin besar.
 Titik didih dan titik leleh. Titik didih dan titik leleh gas mulia memiliki nilai di bawah
nol. Secara umum keduanya mengalami kenaikan dari unsur He menuju unsur Rn.

Sifat Kimia Gas Mulia

Sifat kimia gas mulia yang dipaparkan terdiri dari kereaktifan, jari-jari atom dan
energi ionisasi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

 Tidak reaktif. Gas mulia merupakan gas monoatomik (atom yang berdiri semdiri)
maka dari itu gas mulia sukar bereaksi (inert). Penyebab gas mulia sukar bereaksi
karena konfigurasi elektronnya yang stabil (memenuhi kaidah oktet dan duplet).
Konfigurasi gas mulia dengan 8 elektron pada kulit terluar, kecuali helium 2 elekttron
pada kulit terluar. Kestabilan gas mulia terlihat pada energi ionisasinya yang besar
dan afinitas elektron yang kecil. Hal itu menunjukkan gas mulia sukar melepas
elektron dan mempunyai kecendrungan yang kecil untuk menangkap elektron.
 Jari-jari atom. Jari-jari atom gas mulia bertambah seiring penambahan nomor
atomnya sehingga dari He sampai Rn jari-jarinya semakin bertambah besar.
 Energi ionisasi. Energi ionisasi unsur golongan gas mulia berturut-turut mulai dari
He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn adalah 2377, 2088, 1527, 1356, 1176, 1042. Berdasarkan data
energi ionisasi tersebut menunjukkan bahwa energi ionisasi gas mulia dari He sampai
Rn semakin kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin kecil harga energi
ionisasi maka semakin reaktif unsur tersebut, oleh karena itu unsur-unsur seperti Kr
dan Xe sudah bisa dibuat senyawanya karena memiliki energi ionisasi yang kecil.
Sementara He, Ne dan Ar memiliki energi ionisasi yang besar sehingga sulit untuk
dibentuk dalam senyawanya.

Pembuatan Gas Mullia

Gas mulia di alam berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak reaktif.
Oleh karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan secara fisis.
Perkecualian adalah Radon yang diperoleh dari peluruhan unsure radioaktif.

1. Ekstraksi Helium (He) dari gas alam


Gas alam mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2, uap air, He, dan pengotor
lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses pengembunan
(liquefaction). Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu dipisahkan (Hal ini
karena pada proses pengembunan, CO2 dan uap air dapat membentuk padatan yang
menyebabkan penyumbatan pipa). Kemudian, gas alam diembunkan pada suhu di
bawah suhu pengembunan hidrokarbon tetapi di atas suhu pengembunan He. Dengan
demikian, diperoleh produk berupa campuran gas yang mengandung 50% He, N2, dan
pengotor lainnya. Selanjutnya, He dimurnikan dengan proses antara lain:
         Proses kriogenik (kriogenik artinya menghasilkan dingin). Campuran gas diberi
tekanan, lalu didinginkan dengan cepat agar N2 mengembun sehingga dapat
dipisahkan, sisa campuran dilewatkan melalui arang teraktivasi yang akan menyerap
pengotor sehingga diperoleh He yang sangat murni.
         Proses adsorpsi. Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap (adsorbent
bed) yang secara selektif menyerap pengotor. Proses ini menghasilkan He dengan
kemurnian 99,997% atau lebih.  

2.      Ekstraksi He, Ne, Ar, Kr, dan Xe dari udara 


Proses yang digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap awal, CO2 dan
uap air dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian, udara diembunkan dengan pemberian
tekanan 200 atm diikuti pendinginan cepat. Sebagian besar udara akan membentuk
fase cair dengan kandungan gas yang lebih banyak, yakni 60% gas mulia (Ar, Kr, Xe)
dan sisanya 30% dan 10% N 2. Sisa udara yang mengandung He dan Ne tidak
mengembun karena titik didih kedua gas tersebut sangat rendah. Selanjutnya Ar, Kr,
dan Xe dalam udara cair dipisahkan menggunakan proses, antara lain:
         Proses adsorpsi. Pertama, O2 dam N2 dipisahkan terlebih dahulu menggunakan
reaksi kimia. O2 direaksikan dengan Cu panas. Lalu N2 direaksikan dengan Mg. sisa
campuran (A, Xe, dan Kr) kemudian akan diadsorpsi oleh arang teraktivasi. Sewaktu
arang dipanaskan perlahan, pada kisaran suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau
keluar dari arang. Air diperoleh pada suhu sekitar -80 , sementara Kr dan Xe pada
suhu yang lebih tinggi.
         Proses distilasi fraksional menggunakan kolom distilasi fraksional bertekanan
tinggi. Prinsip pemisahan adalah perbedaan titik didih zat. Karena titik didih N 2 paling
rendah, maka N2 terlebih dahulu dipisahkan. Selanjutnya, Ar dan O2 dipisahkan.
Fraksi berkadar 10% Air ini lalu dilewatkan melalui kolom distilasi terpisah dimana
diperoleh Ar dengan kemurinian 98% (Ar dengan kemurnian 99,9995% masih dapat
diperoleh dengan proses lebih lanjut). Sisa gas, yakni Xe dan Kr, dipisahkan pada
tahapan distilasi selanjutnya.

Penggunaan Gas Mulia


Unsur-unsur dalam gas mulai memiliki beberapa kegunaan yang bisa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari :

1. Helium
Gas helium banyak digunakan sebagai komponen gas untuk pernapasan
karena sifat kelarutannya yang rendah dalam cairan ataupun dalam lemak. Hal ini
sangat penting dalam penggunaannya sebagai gas pernapasan karena gas-gas lain
diserap oleh darah dan jaringan tubuh ketika berada di bawah tekanan (selama
diving). Dikarenakan kelarutannya yang rendah, helium yang diserap oleh membran
sel sangat kecil sehingga helium dapat menggantikan gas yang terpakai dalam tabung.
Selain penggunaannya sebagai gas pernapasan, helium juga digunakan sebagai
gas pendingin karena gas helium memiliki suhu yang sangat rendah sehingga banyak
digunakan dalam pendingin untuk instrumen kimia seperti NMR yang membutuhkan
suhu sangat rendah. Helium juga merupakan gas pembawa yang banyak digunakan
dalam metode kromatografi kolom gas.
2. Neon
Neon adalah gas mulia yang memiliki aplikasi paling umum dan akrab dalam
kehidupan kita. Kita sering mendengar istilah lampu neon. Lampu tersebut merupakan
lampu yang terbuat dari bahan neon sebagai sumber cahayanya.
Selain itu neon juga digunakan dalam lampu kabut, cine-scope TV, laser,
detektor tegangan listrik, dan lain lain. Aplikasi neon yang paling populer adalah
tabung neon yang digunakan dalam dekorasi papan iklan. Warna cahaya akan
dipancarkan oleh atom gas mulia yang diberi listrik dimana neon dalam tabung akan
menyerap cahaya merah dan memantulkan cahaya biru.
3. Argon
Argon memiliki banyak aplikasi dalam bidang fabrikasi elektronik,
pencahayaan, kaca, dan logam. Argon digunakan dalam elektronik sebagai media
transfer panas dan pelindung untuk material semikonduktor serta germanium. Dalam
pencahayaan, argon juga digunakan dalam pengisi bola lampu sebagai campuran neon
yang menghasilkan cahaya biru.
Selain itu, dengan memanfaatkan konduktivitas termal argon yang rendah
membuat argon banyak digunakan dalam industri kaca sebagai isolasi antara dua
panel kaca yang digunakan sebagai jendela. Sedangkan dalam bidang logam, argon
juga digunakan sebagai gas pelindung selama pengelasan sehingga mencegah adanya
oksigen dan nitrogen.
4. Kripton
Sama seperti argon, kripton juga sering digunakan dalam jendela hemat energi
dimana kripton lebih dipilih dari argon sebagai insulasi karena memiliki efisiensi
termal yang lebih tinggi. Kripton juga banyak digunakan dalam laser dimana kripton
berfungsi sebagai kontrol panjang gelombang optik yang diinginkan.
Selain itu, kripton pun digunakan dalam bola lampu dengan kinerja tinggi
dimana lampu jenis ini memiliki suhu, warna, dan efisiensi yang lebih tinggi. Hal
tersebut bisa didapatkan karena kripton memiliki sifat untuk mengurangi tingkat
penguapan pada filamen lampu.
5. Xenon
Xenon memiliki berbagai aplikasi dalam bidang pencahayaan pijar, sinar X,
panel display plasma (PDP) dan lain sebagainya. Penerangan pijar menggunakan
xenon banyak dipilih karena membutuhkan hanya sedikit energi untuk menghasilkan
lampu dengan cahaya yang sama seperti lampu pijar pada umumnya.
Xenon juga memungkinkan untuk menghasilkan sinar X yang lebih baik
melalui perannya dalam menurunkan jumlah radiasi. Selain itu, penggunaan xenon
dalam PDP diperkirakan dapat menggantikan tabung layar televisi dan komputer.
6. Radon
Meskipun memiliki efek negatif yakni menjadi penyebab kanker paru-paru.
Namun, radon juga memiliki banyak aplikasi yang bermanfaat dalam radioterapi yaitu
radon telah digunakan dalam pengobatan penyakit autoium seperti radang sendi
melalui paparan radon.

Senyawa Gas Mulia

Sampai tahun 1962 kebanyakan ahli kimia percaya bahwa unsur-unsur ini tidak
mampu membentuk senyawa kimia (berbeda dengan beberapa klatrat di mana atom gas mulia
merupakan perangkap berbentuk sangkar di antara kisi-kisi kristal). Dengan alasan ini, para
ahli kimia menyebutnya menjadi gas inert (tidak dapat bereaksi). Dewasa ini, para ahli kimia
mengakui bahwa beberapa dari gas mulia dapat bereaksi, meskipun reaktivitasnya sangat
rendah.

Reaksi kimia gas mulia ditemukan mula-mula oleh Neil Bartlett dari Universitas
British Columbia pada tahun 1962. Dia menemukan bahwa molekul oksigen, O, bereaksi
dengan PtF, membentuk senyawa orange-merah 0,PF yang mengandung ion O2+ Dengan
alasan energi ionisasi O2 hampir sama dengan Xe (1.210 dan 1.170 kJ/mol), maka dia
menganggap O2 akan bereaksi dengan cara yang sama seperti Xe. Ketika dia mereaksikan. Xe
dengan PtFg, menghasilkan senyawa berwarna kuning yang mengandung Xe, zat tersebut
adalah XEPIF Tidak lama setelah menemukan laporan Bartlett, ahli kimia pada Argonne
National Laboratory menemukan juga Xe bereaksi langsung dengan fluor pada suhu tinggi
reaksi ini menghasilkan suatu seri fluorida: XeF, XeF, dan XeF.

Xenon, Xe, bereaksi dengan unsur yang paling elektronegatif, misalnya fluorin,
oksigen, dan khlorin dan dengan senyawa yang mengandung unsur-unsur ini, misalnya
platinum fluorida, PtF6. Walaupun senyawa xenon pertama dilaporkan tahun 1962 sebagai
XePtF6, penemunya N. Bartlett, kemudian mengoreksinya sebagai campuran senyawa
Xe[PtF6]x (x= 1-2). Bila campuran senyawa ini dicampurkan dengan gas fluorin dan diberi
panas atau cahaya, flourida XeF2, XeF4, dan XeF6 akan dihasilkan. XeF2 berstruktur
bengkok, XeF4 bujur sangkar, dan XeF6 oktahedral terdistorsi. Walaupun preparasi senyawa
ini cukup sederhana, namun sukar untuk mengisolasi senyawa murninya, khususnya XeF4.

Hidrolisis fluorida-fluorida ini akan membentuk oksida. XeO3 adalah senyawa yang
sangat eksplosif. Walaupun XeO3 stabil dalam larutan, larutannya adalah oksidator sangat
kuat. Tetroksida XeO4, adalah senyawa xenon yang paling mudah menguap. M[XeF8] (M
adalah Rb dan Cs) sangat stabil tidak terdekomposisi bahkan dipanaskan hingga 400 o C
sekalipun. Jadi, xenon membentuk senyawa dengan valensi dua sampai delapan. Fluorida-
fluorida ini digunakan juga sebagai bahan fluorinasi. Walaupun kripton dan radon diketahui
juga membentuk senyawa, senyawa kripton dan radon jarang dipelajari karena
ketidakstabilannya dan sifat radioaktifnya yang membuat penanganannya sukar.

DAFTAR PUSTAKA

Sudarmo, U. (2017). Kimia Untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Erlangga


https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_mulia
Saito, Taro. 2004. Kimia Anorganik. Iwanami Publishing Company.
https://www.pakarkimia.com/gas-mulia/

Anda mungkin juga menyukai