Anda di halaman 1dari 4

Makalah Kimia

Gas Mulia

Guru Pembimbing:
Bu Intiwati, S.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Adinda Octavia Ramadhany (XII MIPA 1/03)
2. Anugrah Ramadhan P.Y (XII MIPA 1/06)
3. Inayatul Amania (XII MIPA 1/14)
4. Tirta Ayu Indra Zahara (XII MIPA 1/32)
1. Kelimpahan
Gas mulia adalah sebutan untuk unsur-unsur golongan VIIIA dalam tabel
periodik. Disebut gas mulia karena semua unsur pada golongan ini berwujud gas dan
memiliki konfigurasi elektron yang sangat stabil, sehingga akan sangat sulit untuk
bereaksi dengan unsur lainnya. Unsur-unsur gas mulia antara lain adalah helium (He),
neon (Ne), argon (Ar), Kripton (Kr), Xenon (Xe), dan Radon (Rn).
Oleh karena sifatnya yang stabil, di alam gas mulia ditemukan dalam bentuk
monoatomik (atom tunggal). Unsur-unsur gas mulia, kecuali radon, dapat ditemukan
di udara pada atmosfer meskipun dalam konsentrasi yang sangat kecil. Di antara gas
mulia, argon merupakan yang paling banyak terdapat di udara dengan kadar 0,93%
dalam udara kering (bebas uap air). Helium lebih banyak ditemukan dalam gas alam
(dengan kadar ~1%) daripada dalam udara (~0,00052%). Sementara radon berasal
dari peluruhan radioaktif radium dan uranium. Radon juga bersifat radioaktif dan
memiliki waktu paro yang relatif pendek sehingga radon akan kembali meluruh
menjadi unsur lainnya.

2. Sifat-sifat gas mulia


Gas mulia memiliki sifat-sifat yang dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sifat
atomik, fisik, dan kimia:
a. Sifat Atomik
 Molekul gas mulia terdiri atas satu atom (monoatom).
 Unsur gas mulia memiliki jari-jari atom yang makin besar jika dilihat
dari atas ke bawah (helium ke radon).
 Energi ionisasinya makin kecil seiring bertambahnya jari-jari atom
sehingga makin mudah melepaskan elektron.
 Unsur gas mulia memiliki elektron valensi 2 dan 8; semua elektron
sudah stabil dan berpasangan.
b. Sifat Fisika
 Titik didih dan titik leleh unsur gas mulia sangat rendah; lebih kecil
dari suhu kamar (25°C) sehingga seluruh unsur gas mulia berwujud
gas.
 Titik leleh dan titik didih unsur gas mulia, dari atas ke bawah (helium
ke radon), makin bertambah seiring bertambahnya massa dan jari-jari
atom.
 Kerapatan (densitas) unsur gas mulia juga makin bertambah dari atas
ke bawah.
 Gas mulia hanya akan mencair atau memadat jika energi molekul-
molekulnya sangat lemah, yaitu pada suhu yang sangat rendah.
c. Sifat kimia
 Unsur gas mulia memiliki konfigurasi elektron yang stabil karena
semua elektron sudah berpasangan/penuh.
 Gas mulia sukar bereaksi (bersifat inert) karena konfigurasi
elektronnya stabil sehingga jarang ditemukan dalam bentuk senyawa
 Ada beberapa unsur gas mulia yang dapat bereaksi dengan unsur lain
yang sangat elektronegatif, yaitu xenon dan kripton.
 Gas mulia sedikit larut dalam air, kecuali helium dan neon karena
ukuran atomnya terlalu kecil.
 Konfigurasi elektron yang stabil menyebabkan gas mulia digunakan
sebagai penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain. Contohnya:
Ne = 1s22s2 2p6 dan Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6. Konfigurasi elektron
Ar disingkat: Ar = [Ne] 3s2 3p6, sedangkan Na = 1s2 2s2 2p6 3s1
disingkat: Na = [Ne] 3s1.

3. Kegunaan gas mulia


Unsur-unsur gas mulia memiliki berbagai kegunaan antara lain yaitu:
a. Helium
 Gas pengisi balon udara
 pelarut gas oksigen dalam tabung oksigen penyelam ataupun tabung
oksigen rumah sakit.
b. Neon
 Gas pengisi lampu neon
 Pengisi tabung televisi
c. Argon
 Gas pengisi lampu pijar
 lapisan pelindung dalam pembuatan kristal silikon dan germanium
d. Kripton
 Lampu kilat untuk fotografi
 Pengisi lampu fluoresen bertekanan rendah
e. Xenon
 Pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri)
 Sebagai obat bius (anestetik)
f. Radon
 Radioterapi kanker
 Dapat menjadi indikator keberadaan mineral radioaktif seperti bijih
uranium dalam tanah, bebatuan, ataupun bahan bangunan

4. Proses pembuatan
Gas mulia di alam berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak
reaktif. Oleh karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan
secara fisis. Perkecualian adalah Radon yang diperoleh dari peluruhan unsure
radioaktif.
1. Ekstraksi Helium (He) dari gas alam
Gas alam mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2, uap air, He, dan
pengotor lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses
pengembunan (liquefaction). Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu
dipisahkan (Hal ini karena pada proses pengembunan, CO2 dan uap air dapat
membentuk padatan yang menyebabkan penyumbatan pipa). Kemudian, gas alam
diembunkan pada suhu di bawah suhu pengembunan hidrokarbon tetapi di atas
suhu pengembunan He. Dengan demikian, diperoleh produk berupa campuran gas
yang mengandung 50% He, N2, dan pengotor lainnya. Selanjutnya, He
dimurnikan dengan proses antara lain:
 Proses kriogenik (kriogenik artinya menghasilkan dingin). Campuran gas
diberi tekanan, lalu didinginkan dengan cepat agar N2 mengembun
sehingga dapat dipisahkan, sisa campuran dilewatkan melalui arang
teraktivasi yang akan menyerap pengotor sehingga diperoleh He yang
sangat murni.
 Proses adsorpsi. Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap
(adsorbent bed) yang secara selektif menyerap pengotor. Proses ini
menghasilkan He dengan kemurnian 99,997% atau lebih.
2. Ekstraksi He, Ne, Ar, Kr, dan Xe dari udara
Proses yang digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap
awal, CO2 dan uap air dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian, udara diembunkan
dengan pemberian tekanan 200 atm diikuti pendinginan cepat. Sebagian besar
udara akan membentuk fase cair dengan kandungan gas yang lebih banyak, yakni
60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya 30% dan 10% N2. Sisa udara yang
mengandung He dan Ne tidak mengembun karena titik didih kedua gas tersebut
sangat rendah. Selanjutnya Ar, Kr, dan Xe dalam udara cair dipisahkan
menggunakan proses, antara lain:
 Proses adsorpsi. Pertama, O2 dam N2 dipisahkan terlebih dahulu
menggunakan reaksi kimia. O2 direaksikan dengan Cu panas. Lalu N2
direaksikan dengan Mg. Sisa campuran (A, Xe, dan Kr) kemudian akan
diadsorpsi oleh arang teraktivasi. Sewaktu arang dipanaskan perlahan,
pada kisaran suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau keluar dari
arang. Air diperoleh pada suhu sekitar -80 , sementara Kr dan Xe pada
suhu yang lebih tinggi.
 Proses distilasi fraksional menggunakan kolom distilasi fraksional
bertekanan tinggi. Prinsip pemisahan adalah perbedaan titik didih zat.
Karena titik didih N2 paling rendah, maka N2 terlebih dahulu dipisahkan.
Selanjutnya, Ar dan O2 dipisahkan. Fraksi berkadar 10% Air ini lalu
dilewatkan melalui kolom distilasi terpisah dimana diperoleh Ar dengan
kemurinian 98% (Ar dengan kemurnian 99,9995% masih dapat diperoleh
dengan proses lebih lanjut). Sisa gas, yakni Xe dan Kr, dipisahkan pada
tahapan distilasi selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai