Anda di halaman 1dari 17

UNSUR HALOGEN (VII-A) dan

UNSUR GAS MULIA (VIII-A)

KELOMPOK 2 :
1. Alvin Fitra (02)
2. Ary Candra (05)
3. Eva Aulia M (12)
4. Ivana Arum D (18)
5. Kenedy Muammar (20)
6. Moch. Amin Tian (22)
7. Muhammad Rizal Y (24)
8. Nabila Amalia P (25)
9. Rama Antana P (28)
10. Rischa Safitri (31)
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena


berkat rahmat-Nya lah kami bisa membuat makalah ini dalam
keadaan sehat walafiat. Meskipun terdapat sedikit kekurangan tapi
kami masih tetap bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas pelajaran kimia
dengan materi tentang gas mulia dan halogen. Kami ucapkan
terimakasih Bu.Lidja yang telah membantu kami dalam pelajaran
kimia, khususnya materi bab Kimia Unsur sehingga kami bisa
lebih memahami materi ini.
Semoga makalah yang kami buat bisa bermanfaat bagi
pembaca. Kamipun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Maka dari itu, kami menerima segala kritik dan saran
atas makalah ini, mengingat segala keterbatasan dan kekurangan
nya.

Surabaya, 14 Oktober 2019

Penulis
GAS MULIA

A. Pengertian Gas Mulia


Gas mulia adalah unsur-unsur golongan VIIIA dalam tabel periodik. Gas mulia terdiri
dari Helium, Neon, Argon, Kripton, Xenon, serta Radon. Disebut mulia karena unsur-unsur ini
sangat stabil. Menurut Lewis, kestabilan gas mulia tersebut disebabkan konfigurasi elektronnya
yang terisi penuh, yaitu konfigurasi oktet (duplet untuk Helium). Kestabilan gas mulia
dicerminkan oleh energi ionisasinya yang sangat besar, dan afinitas elektronnya yang sangat
rendah. Para ahli zaman dahulu yakin bahwa unsur-unsur gas mulia benar-benar inert. Pendapat
ini dipatahkan, setelah pada tahun 1962, Neil Bartlett, seorang ahli kimia dari Kanada berhasil
membuat senyawa xenon, yaitu XePtF6. Sejak itu, berbagai senyawa gas mulia berhasil dibuat.
 Energi Ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
suatu atom netral dalam keadaan gas.
 Afinitas adalah kecenderungan suatu unsur atau senyawa untuk membentuk
ikatan kimia dengan unsur atau senyawa lain.
 Inert berarti sangat stabil dan sukar bereaksi dengan unsur lain.
B. Keberadaan di Alam
Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang
memiliki kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk
monoatomik. unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne),
Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit
kandungannya di bumi. Dalam udara kering maka akan ditemukan kandungan gas mulia
sebagai berikut :
Helium = 0,00052 %
Neon = 0,00182 %
Argon = 0,934 %
Kripton = 0,00011 %
Xenon = 0,000008
Radon = Radioaktif*
Tapi di alam semesta kandungan Helium paling banyak diantara gas mulia yang lain
karena Helium meupakan bahan bakar dari matahari. Radon amat sedikit jumlahnya di
atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur lain,
karena radon bersifat radioaktif. Dan karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon
disebut juga sebagi gas jarang.
Semua unsure gas mulia terdapat di udara. Unsure gas mulia yang paling banyak terdapat
di udara adalah argon, sedangkan unsure gas mulia yang paling sedikit adalah radon yang
bersifat radioaktif dengan waktu paruh yang pendek ( 4 hari ) dan meluruh menjadi unsure
lain. Gas mulia kecuali radon diperoleh dengan cara destilasi bertingkat udara cair.
Sedangkan radon hanya dapat diperoleh dari peluruhan radioaktif unsure radium,
berdasarkan reaksi inti berikut :
226
88 Ra 222
86Rn + 42He
Helium merupakan komponen (unsure) terbanyak di alam semesta yang diproses dari gas
alam, karena banyak gas alam yang mengandung helium. Secara spektoskopik helium
telah terdeteksi keberadaanya di bintang-bintang, terutama di bintang yang panas ( seperti
matahari). Helium juga merupakan komponen penting dalam reaksi proton–proton dan
siklus karbon yang merupakan bahan bakar matahari dan bintang lainnya

C. Sifat Gas Mulia


1. Sifat Fisika
Gas-gas mulia memiliki gaya interatomik yang lemah, sehingga membuat gas mulia
memiliki leleh dan titik didih sangat rendah. Seluruh unsur gas mulia bersifat monoatomik
dalam kondisi standar, termasuk unsur-unsur yang mempunyai masa atom lebih besar dari
unsur padat.
Helium memiliki beberapa sifat yang unik bila dibandingkan dengan unsur gas mulia
lainnya. Yang pertama adalah helium mempunyai titik didih dan titik leleh yang lebih
rendah daripada unsur lain. Sifat itu dikenal sebagai superfluiditas. Helium adalah satu-
satunya unsur yang tidak bisa dipadatkan dengan pendinginan di bawah standar.
Helium, neon, argon, kripton, dan xenon mempunyai beberapa isotop stabil. Radon tidak
mempunyai isotop stabil. Isotop yang paling lama waktu hidupnya adalah 222Rn yang
mempunyai waktu paruh 3,8 hari kemudian meluruh membentuk helium dan polonium,
yang akhirnya meluruh membentuk timah.
 Monoatomik adalah unsur selain hidrogen H2, nitrogen N2, oksigen O2, fluor F2,
klor Cl2, iod I2, brom Br2, fosfor P4, belerang S8 dan selenium Se8.
 Isotop adalah unsur-unsur sejenis yang memiliki nomor atom sama, tetapi memiliki
massa atom berbeda atau unsur-unsur sejenis yang memiliki jumlah proton sama, tetapi
jumlah neutron berbeda.
Atom-atom gas mulia mempunyai jari-jari atom yang meningkat ke periode yang lebih
tinggi meningkatnya jumlah elektron. Ukuran atom berhubungan dengan beberapa sifat.
Misalnya, energi ionisasi menurun seiring meningkatnya jari-jari atom karena elektron
valensi gas mulia yang lebih besar akan lebih jauh dari inti. Maka dari itu, ikatan inti atom
ke elektron valensi menjadi lemah. Gas mulia memiliki energi ionisasi terbesar di antara
unsur-unsur dari setiap periode, yang mencerminkan stabilitas konfigurasi elektron dan
berhubungan dengan kurang reaktifnya gas mulia. Gas mulia tidak dapat menerima
elektron untuk membentuk anion stabil. Itulah mengapa gas mulia memiliki afinitas
elektron negatif.

No. Sifat Fisika

1 Gaya Interatomik lemah;

2 Titik leleh dan titik didih tinggi;

3 Helium bersifat superfluiditas;

4 Radon tidak memiliki isotop stabil;

Berjari-jari atom yang meningkat ke periode yang


5
lebih tinggi saat meningkatnya jumlah elektron;

6 Energi ionisasi besar.

2. Sifat Kimia
a. Kereaktifan gas mulia sangat rendah
Gas mulia bersifat inert (lembam) di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari gas
mulia. Sifat inert yang dimiliki ini berhubungan dengan konfigurasi electron yang
dimilikinya. Electron valensi gas mulia adalah 8 (kecuali 2 untuk Helium) dan merupakan
konfigurasi yang paling stabil. Gas mulia memiliki energy pengionan yang besar dan
afinitas yang kecil. Energy pengionan yang besar memperlihatkan sukarnya unsure-unsur
gas mulia melepaskan electron sedangkan afinitas electron yang rendah menunjukkan
kecilnya kecendrungan untuk menyerap electron.
Oleh karena itu, gas mulia tidak memiliki kecendrungan untuk melepas ataupun menyerap
electron. Jadi, unsure-unsur dalam gas mulia sukar untuk bereaksi. Namun, untuk unsure
gas mulia yang mempunyai energy ionisasi yang kecil dan afinitas electron yang besar
mempunyai kecenderungan untuk membentuk ikatan kimia contohnya Xe dapat
membentuk senyawa XeF2, XeF4 dan XeF6.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya. Jadi, kereaktifan gas
mulia akan bertambah dari He ke Rn. Hal ini disebabkan pertambahan jari-jari atom
menyebabkan daya tarik inti terhadap electron kulit terluar berkurang, sehingga semakin
mudah ditarik oleh atom lain. Walaupun, demikian unsure gas mulia hanya dapat berikatan
dengan unsure yang sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.
b. Makin besar jari-jari atom maka kereaktifan gas mulia semakin bertambah.
Pada tahun 1962, Neil Bartlet berhasil membuat senyawa stabil dari Xenon yaitu XePtF6.
Penemuan ini membuktikan bahwa gass mulia dapat bereaksi dengan unsure lain,
meskipun dalam reaksi yang sangat terbatas dan harus memenuhi criteria berikut :
1) Harga energy ionisasi gas mulia yang akan bereakssi haruslah cukup rendah (terletak
dibagian bawah pada SPU). Oleh karena itu, sampai sekarang gas mulia yang sudah dapat
dibuat senyawanya barulah Kripton, Xenon dan Radon.
2) Reaksi hanya akan terjadi apabila gas mulia direaksikan dengan unsure-unsur yang
sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.
Dari He ke Rn energy ionisasinya semakin kecil. Artinya semakin besar nomor atom gas
mulia, maka jari-jari atomnya semakin besar pula dan kereaktifannya semakin bertambah
besar. Jika jari-jari atom bertambah besar maka gaya tarik inti atom terhadap electron
terluar makin lemah sehingga electron lebih mudah tertarik ke zat lain. Hal tersebut
terbukti karena sampai saat ini belum ada senyawa gas mulia dari Helium, Neon dan
Argon. Senyawa gas mulia yang berhasil dibuat adalah senyawa dari xenon, krypton dan
radon karena memang helium, neon dan argon sangat stabil sedangkan xenon, krypton dan
radon lebih reaktif. Di dalam gas mulia senyawa xenon merupakan senyawa yang paling
banyak dibuat.
Sifat kereaktifan unsure-unsur gas mulia berurut Ne > He > Ar > Kr > Xe. Radon
radioaktif. Konfigurasi electron gas mulia dijadikan sebagai acuan bagi unsure-unsur lain
dalam system periodik.
No. Sifat Kimia
1 Kereaktifan rendah
Tidak cenderung melepas atau menyerap
2
elektron
3 Jari-jari atom berpengaruh pada kereaktia gas
4 Tidak berwarna
5 Tidak berbau
6 Tidak berasa
7 Mudah terbakar dalam keadaan normal
D. Cara Pembuatan
Gas mulia di alam berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak reaktif. Oleh
karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan secara fisis. Perkecualian
adalah Radon yang diperoleh dari peluruhan unsure radioaktif.
1. Ekstraksi Helium (He) dari gas alam
Gas alam mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2, uap air, He, dan pengotor
lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses pengembunan (liquefaction).
Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu dipisahkan (Hal ini karena pada proses
pengembunan, CO2 dan uap air dapat membentuk padatan yang menyebabkan penyumbatan
pipa). Kemudian, gas alam diembunkan pada suhu di bawah suhu pengembunan hidrokarbon
tetapi di atas suhu pengembunan He. Dengan demikian, diperoleh produk berupa campuran gas
yang mengandung 50% He, N2, dan pengotor lainnya. Selanjutnya, He dimurnikan dengan proses
antara lain:
 Proses kriogenik (kriogenik artinya menghasilkan dingin). Campuran gas diberi tekanan, lalu
didinginkan dengan cepat agar N2 mengembun sehingga dapat dipisahkan, sisa campuran
dilewatkan melalui arang teraktivasi yang akan menyerap pengotor sehingga diperoleh He yang
sangat murni.
 Proses adsorpsi. Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap (adsorbent bed) yang secara
selektif menyerap pengotor. Proses ini menghasilkan He dengan kemurnian 99,997% atau lebih.
2. Ekstraksi He, Ne, Ar, Kr, dan Xe dari udara
Proses yang digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap awal, CO2 dan uap air
dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian, udara diembunkan dengan pemberian tekanan 200 atm
diikuti pendinginan cepat. Sebagian besar udara akan membentuk fase cair dengan kandungan
gas yang lebih banyak, yakni 60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya 30% dan 10% N2. Sisa
udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun karena titik didih kedua gas tersebut
sangat rendah. Selanjutnya Ar, Kr, dan Xe dalam udara cair dipisahkan menggunakan proses,
antara lain:
 Proses adsorpsi. Pertama, O2 dam N2 dipisahkan terlebih dahulu menggunakan reaksi kimia.
O2 direaksikan dengan Cu panas. Lalu N2 direaksikan dengan Mg. sisa campuran (A, Xe, dan Kr)
kemudian akan diadsorpsi oleh arang teraktivasi. Sewaktu arang dipanaskan perlahan, pada
kisaran suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau keluar dari arang. Air diperoleh pada suhu
sekitar -80 , sementara Kr dan Xe pada suhu yang lebih tinggi.
 Proses distilasi fraksional menggunakan kolom distilasi fraksional bertekanan tinggi. Prinsip
pemisahan adalah perbedaan titik didih zat. Karena titik didih N2 paling rendah, maka N2 terlebih
dahulu dipisahkan. Selanjutnya, Ar dan O2 dipisahkan. Fraksi berkadar 10% Air ini lalu
dilewatkan melalui kolom distilasi terpisah dimana diperoleh Ar dengan kemurinian 98% (Ar
dengan kemurnian 99,9995% masih dapat diperoleh dengan proses lebih lanjut). Sisa gas, yakni
Xe dan Kr, dipisahkan pada tahapan distilasi selanjutnya.

E. Kegunaan dalam sehari-hari


1. Kegunaan Helium (He)
a) Sebagai gas pengisi kapal udara dan balon udara untuk mempelajari cuaca,
karena sifatnya yang sukar bereaksi, tidak mudah terbakar dan ringan.
b) Helium cair dipakai sebagai cairan pendingin untuk menghasilkan suhu yang
rendah karena memiliki titik uang yang sangat rendah
c) Udara yang dipakai oleh penyelam adalah campuran 80 % He dan 20 %
oksigen. Helium digunakan untuk menggantikan nitrogen karena jika
penyelam berada pada tekanan yang tinggi (dibawah laut) maka kemungkinan
besar nitrogen larut dalam darah. Dalam jumlah sediki t saja nitrogen larut
dalam darah, maka akan terjadi halusinasi yang disebut narkos nitrogen.
Akibat halusinasi ini penyelam mengalami seperti terkena narkoba sehingga
membahayakan penyelam. Selain itu, ketika nitrogen banyak larut dalam darah
dan penyelam kembali ke keadaan normal maka timbul gelembung gas
nitrogen dalam darah yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat karena nitrogen
melewati pembuluh-pembuluh darah bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Inilah yang disebut benos.
d) Campuran Helium dan Oksigen juga dipakai oleh para pekerja dalam
terowongan dan tambang bawah tanah yang bertekanan tinggi.
e) Di rumah sakit, campuran Helium dan Oksigen dipakai sebagai pernapasan
pada penderita asma.
2. Kegunaan Neon (Ne)
a) Neon biasanya digunakan untuk mengisi lampu neon
b) Neon digunakan juga sebagai zat pendingin, indicator tegangan tinggi,
penangkal petir dan untuk pengisi tabung-tabung televise.
c) Neon cair digunakan sebagai pendingin pada reactor nuklir.
3. Kegunaan Argon (Ar)
a) Sebagai pengisi lampu pijar karena tidak bereaksi dengan kawat wolfram yang
panas
b) Untuk lampu reklame dengan cahaya berwarna merah muda
c) Sebagai atmosfer pada pengelasan benda-benda yang terbuat dari stainless
steal, titanium, magnesium dan aluminium. Misalkan pengelasan titanium pada
pembuatan pesawat terbang atau roket
4. Kegunaan Kripton (Kr)
a) Gas krypton bersama dengan argon digunakan untuk mengisi lampu tioresensi
(lampu neon) bertekanan rendah. Krypton inilah yang membuat lampu
menyala menjadi putih.
b) Untuk lampu kilat fotografi berkecepatan tinggi
c) Krypton juga digunanakan dalam lampu mercusuar, laser untuk perawatan
retina.
5. Kegunaan Xenon (Xe)
a) Untuk pembuatan tabung electron
b) Untuk pembiusan pasien pada saat pembedahan karena xenon bersifat anestetika
(pemati rasa)
c) Sebagai bahan baku pembuatan senyawa-senyawa xenon
d) Garam Perxenan (Na4XeO3) sebagai oksidator paling kuat
e) Untuk membuat lampu-lampu reklame yang member cahaya biru.
f) Pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri)
g) Untuk mengeluarkan cahaya pada kamera saat pemotretan (blitz)
6. Kegunaan Radon (Rn)
a) Gas radon bersifat radioaktif sehingga banyak digunakan dalam terapi radiasi bagi
penderita kanker dengan memanfaatkan sinar yang dihsilkan. Namun demikian, jika
radon terhisap dalam jumlah cukup banyak akan menimbulkan kanker paru-paru
b) Karena peluruhan yang cukup cepat, radon digunakan dalam penyelidikan hidrologi
yang mengkaji interaksi antara air bawah tanah, anak sungai dan sungai
c) Radon juga dapat berperan sebagai peringatan gempa karena bila lempengan bumi
bergerak kadar radon akan berubah sehingga bias diketahui bila adanya gempa dari
perubahan kadar radon.
HALOGEN
A. Pengertian Halogen
Halogen adalah kelompok unsur kimia yang berada pada golongan 7 (VII atau VIIA
pada sistem lama) di tabel periodik. Kelompok ini terdiri
dari fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I), astatin (At), dan tenesin (Ts). Halogen
menandakan unsur-unsur yang menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam.
Halogen juga merupakan golongan dengan keelektronegatifan tertinggi, jadi ia juga
merupakan golongan paling nonlogam.
B. Kelimpahan Unsur-unsur Halogen di Alam
1. Fluorine
Terdapat dalam senyawa fluorspar CaF2, kriolit Na3AlF6, dan fluorapatit
Ca(PO4)3F. dengan penambahan asam sulfat ke dalam fluorspar maka akan
diperoleh HF dan garam Calsium sulfat. Selanjutnya lelehan asam florida di
elektrolisis untuk menghasilkan gas F2. CaF2 + H2SO4 --> CaSO4 + 2HF
2. Klorin
Terdapat dalam senyawa NaCl, KCl, MgCl2, dan CaCl2. Senyawa klorida
ditemukan di air laut dan garam batu/endapan garam yang terbentuk akibat
penguapan air laut di masa lalu. Setiap 1 kg air laut mengandung sekitar 30 gram
NaCl. Proses untuk mendapatkan unsure klorin adalah melalui elektrolisis larutan
NaCl pekat (brine) akan menghasilkan Cl2 pada anode dan gas H2, dan NaOH
pada katode.
3. Bromin
Terdapat dalam senyawa logam bromide. Senyawa ini juga ditemukan di air laut,
endapan garam, dan air mineral. Ditemukan di perairan laut Mati dengan kadar
4500 - 5000 ppm. Garam-garam bromine juga diperoleh dari Arkansas
4. Iodine Terdapat dalam senyawa natrium iodat NaIO3, yang ditemukan dalam
jumlah kecil pada deposit NaNO3 di Chili. Juga dalam larutan bawah tanah di
Jepang dan Amerika dengan kadar sampai 100 ppm. Untuk memperoleh iodine dari
natrium iodat, dilakukan penambahan zat pereduksi natrium bisulfit NaHSO3
dengan reaksi sebagai berikut : 2IO3- + 5HSO3- --> I2 + 3HSO4- + 2SO42- +
H2O
UNSUR KELIMPAHAN MINERAL/SENYAWA HALOGEN DI ALAM
Fluorin CaF2 (Fluorspar), Na3AlF6 (Kriolit), Ca5 (PO4)3 F (Fluoroapatit), dalam gigi
manusia dan hewan
Klorin - Garam NaCl, KCl, MgCl2, dan CaCl2 dalam air laut
- Dalam kerak bumi 0,2%
Bromin Dalam senyawa logam bromida ditemukan di air laut mati, mempunyai
kadar 4.500 - 5.000 ppm
Iodin - Dalam senyawa NaIO3 (Natrium iodat) yang bercampur dengan
deposit NaNO3 di daerah Chili
- Dalam larutan garam bawah tanah di Jepang dan Amerika dengan
kadar sampai 100 ppm
- Dalam sumber air di daerah Watudakon (Mojokerto) Jatim juga
mengandung yodium dengan kadar cukup tinggi
- Dalam beberapa jenis lumut, ganggang laut
Astatin Dalam kerak bumi sangat sedikit, kurang dari 30 gram, sebab unsur ini
bersifat radioaktif

C. Sifat Fisik Halogen


SIfat F Cl Br I At
Nomor atom 9 17 35 53 85
Konfigurasi Elektron [He] 2s2 2p5 [Ne] 3s2 3p5 [Ar] 3d10 4s2 [Kr] 4d10 5s2 [Xe]
4p5 5p5 4f 5d106s26p5
14

Jari-jari Kovalen (AO) 57±3 pm 102±4 pm 120±3 pm 139±3 pm 150 pm


Jari-jari ion (X-) 1,19 1,67 1,82 2.06
Energi Ionisasi tingkat 1681 1251 1140 1008 912
I (Kj/mol)
Afinitas Elektron -328 -349 -325 -295 -270
Potensial Reduksi 2,87 1,36 1,06 0,54
Standar, EO (volt)
Energi ikatan X-X 155 242 193 151
(kJ/mol)
Energi ikatan H-X 562 431 366 299
(kJ/mol)
Keelektronegatifan 4,0 3,0 2,8 2,5 2,2
O
Titik didih ( C) -233 -103 -7,2 113,5 -
Titik beku (OC) -188 -34,5 58.8 184,4 -
Gas Gas Cair (merah) Padat
Wujud pada 25OC (Kuning pucat) (biru pucat) (metalik gelap)
1. Wujud Halogen
Unsur halogen berupa molekul diatomik (X2) dengan energi ikatan X - X berkurang
dari Cl2 sampai I2, sesuai dengan pertambahan jari-jari atomnya. Semakin panjang
jari-jari atom semakin lemah ikatan antaratom sehingga semakin mudah diputuskan
akibatnya energi ikatan makin rendah. Energi ikatan F - F lebih kecil dibanding
dengan energi ikatan Cl - Cl dan Br - Br, hal ini berhubungan dengan kereaktifan F2.
Semakin reaktif molekul X2 menyebabkan ikatan semakin mudah diputuskan
sehingga energi ikatan relatif kecil

2. Titik Cair dan Titik Didih


Titik cair dan titik didih halogen meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Hal
ini disebabkan semakin bertambahnya gaya dispersi antarmolekul halogen sesuai
bertambahnya massa molekul relatif (Mr). Sesuai titik cair dan titik didihnya, maka
wujud halogen pada suhu kamar bervariasi, F2 dan Cl2 berupa gas, Br2 cair, dan I2
padat.
3. Warna
Unsur-unsur halogen dapat dikenali dari bau dan warnanya karena berbau
merangsang. Fluor berwarna kuning muda, klor hijau kekuningan, Brom cokelat, dan
iodin berwarna ungu.
\

D. Sifat Kimia Halogen


1. Kelarutan
Kelarutan halogen dari fluor sampai iodin dalam air semakin berkurang. Fluor selain
larut juga bereaksi dengan air.
2F2 (g) + 2H2O(l)  4HF(aq) + O2 (g)
Iodin sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam larutan yang mengandung ion I-
-
karena membentuk ion poliiodida I3 , misalnya I2 larut dalam larutan KI.
I2(s) + KI(aq)  KI3(aq)
Karena molekul halogen nonpolar sehingga lebih mudah larut dalam pelarut
nonpolar, misalnya CCl4, aseton, kloroform, dan sebagainya.
2. Kereaktifan
Unsur-unsur halogen adalah unsur-unsur yang reaktif, hal ini terbukti keberadaan
halogen di alam sebagai senyawa. Kereaktifan halogen dipengaruhi
kelektronegatifannya. Semakin besar kelektronegatifan semakin reaktif karena
semakin mudah menarik elektron. Selain dipengaruhi keelektronegatifan, kereaktifan
halogen juga dipengaruhi oleh energi ikatan halogen. Semakin kecil energi ikatan
halogen, semakin mudah diputuskan ikatan tersebut sehingga makin reaktif halogen.
Dengan melihat data keelektronegatifan dan energi ikat halogen, dapat disimpulkan
kereaktifan halogen dari atas ke bawah semakin berkurang.
a. Kereaktifan fluor dan klor
Pada suhu kamar, fluorin berupa gas yang tidak berwarna atau agak kekuning-
kuningan dan klorin juga berupa gas dengan warna hijau pucat. Keduanya sama
seperti oksigen dapat membantu dalam reaksi pembakaran. Hidrogen dan logam-
logam aktif akan terbakar pada salah satu gas inidengan cara membebaskan panas
dan cahaya. Reaktifitas fluor lebih besar dibandingkan dengan klor, yang dapat
dibuktikan dengan terbakarnya bahan-bahan biasa termasuk kayu dan plastic
apabila berada dalam keadaan atmosfer fluor.
b. Kereaktifan brom
Brom pada suhu kamar merupakan cairan minyak berwarna merah tua dan mempunyai
tekanan uap yang sangat tinggi. Brom cair merupakan salah satu reagensia laboratorium
umum yang paling berbahaya, karena efek uap itu terhadap mata dan saluran hidung.
Hanya 0,1 ppm bisa ditoleransi tanpa efek yang membahayakan. Cairan ini njuga dapat
menimbulkan luka bakar yang parah, bila mengenai kulit.bromin kurang reaktif bila
dibandingkan dengan Klor .
c. Kereaktifan iodium
Iodium dapat menguap pada temperature biasa, membentuk gas berwarna ungu-biru
berbau tidak enak (perih). Kristal iodine dapat melukai kulit. Sedangkan uapnya dapat
melukai mata dan selaput lender.iodin kurang reaktif jika dibandingkan dengan Klor.
d. Kereaktifan Astatin
Astatine dapat membentuk senyawa antar halogen (AtI, AtBr, AtCl), tetapi belum bisa
diketahui apakah At dapat membentuk molekul diatom seperti unsur halogen lainnya.
Senyawa yang berhasil dideteksi adalah HAt dan CH3At.
3. Daya Oksidasi
Halogen merupakan oksidasi kuat. Sifat oksidator halogen dari atas ke bawah
semakin lemah, sehingga halogen-halogen dapat mengoksidasi ion halida di
bawahnya.

F2 + 2KCl  2KF + Cl2 atau ditulis

F2 + 2Cl-  2F- + Cl2

Cl2 + 2I-  2Cl- + I2

Br2 + K  (tidak terjadi reaksi) atau ditulis

Br2 + F-  (tidak terjadi reaksi)

Dari reaksi di atas juga berarti ion halida (X-) bersifat reduktor. Sifat reduktor ion
halida makin ke bawah semakin kuat.
E. Pembuatan Halogen
Halogen dibuat dari senyawa-senyawa yang ada di alam. Caranya ialah dengan
mengoksidasi ion-ion halida. Prosesnya sangat beragam jadi yang diungkapkan di sini
merupakan contoh dari berbagai proses yang dapat terjadi.

 Fluorin

Elektrolisis KHF2, dalam HF bebas air. Flourin diperoleh melalui proses


elektrolisis garam kalium hydrogen flourida (KHF2) dilarutkan dalam HF cair,
ditambahkan LiF 3% untuk menurunkan suhu sampai 100oC. Elektrolisis
dilaksanakan dalam wajah baja dengan katode baja dan anode karbon.
Campuran tersebut tidak boleh mengandung air karena F2 yang terbentuk akan
oksidasinya.

 Klorin

 Bromin

Gas Br2 dibuat dari air laut melalui oksidasi dengan gas Cl2. Secara komersial,
pembuatan gas Br2 sebagai berikut:

o Air laut dipanaskan kemudian dialirkan ke tanki yang berada di puncak


menara.
o Uap air panas dan gas Cl2 dialirkan dari bawah menuju tanki. Setelah
terjadi reaksi redoks, gas Br2 yang dihasilkan diembunkan hingga
terbentuk lapisan yang terpisah. Bromin cair berada di dasar tangki,
sedangkan air di atasnya.
o Selanjutnya bromin dimurnikan melalui distilasi.
 Iodin
Gas I2 diproduksi dari air laut melalui oksidasi ion iodida denganoksidator gas
Cl2. Iodin juga dapat diproduksi dari natrium iodat (suatu pengotor dalam
garam (Chili, NaNO3) melalui reduksi ion iodat oleh NaHSO3. Endapan I2
yang didapat, disaring dan dimurnikan.
F. Kegunaan Unsur Halogen
1. Fluorin
 Membuat senyawa klorofluoro karbon (CFC), yang dikenal dengan nama
Freon.
 Membuat Teflon
 Memisahkan isotop U-235 dari U-238 melalui proses difusi gas.
2. Klorin
 Untuk klorinasi hidrokarbon sebagai bahan baku industri serta karet sintesis.
 Untuk pembuatan tetrakloro metana (CCl4).
 Untuk pembuatan etil klorida (C2H5Cl) yang digunakan pada pembuatan TEL
(tetra etillead) yaitu bahan adaptif pada bensin.
 Untuk industri sebagai jenis pestisida.
 Sebagai bahan desinfektans dalam air minum dan kolam renang.
 Sebagai pemutih pada industri pulp (bahan baku pembuatan kertas) dan
tekstil.
 Gas klorin digunakan sebagai zat oksidator pada pembuatan bromin.
3. Bromin
 Untuk membuat etil bromida (C2H4Br2).
 Untuk pembuatan AgBr.
 Untuk pembuatan senyawa organik misalnya zat warna, obat-obatan dan
pestisida
4. Iodin
 Iodin Banyak digunakan untuk obat luka (larutan iodin dalam alkohol yang
dikenal dengan iodium tingtur)
 Sebagai bahan untuk membuat perak iodida (AgI)
 Untuk menguji adanya amilum dalam tepung tapioka.

Anda mungkin juga menyukai