KELOMPOK 2 :
1. Alvin Fitra (02)
2. Ary Candra (05)
3. Eva Aulia M (12)
4. Ivana Arum D (18)
5. Kenedy Muammar (20)
6. Moch. Amin Tian (22)
7. Muhammad Rizal Y (24)
8. Nabila Amalia P (25)
9. Rama Antana P (28)
10. Rischa Safitri (31)
Kata Pengantar
Penulis
GAS MULIA
2. Sifat Kimia
a. Kereaktifan gas mulia sangat rendah
Gas mulia bersifat inert (lembam) di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari gas
mulia. Sifat inert yang dimiliki ini berhubungan dengan konfigurasi electron yang
dimilikinya. Electron valensi gas mulia adalah 8 (kecuali 2 untuk Helium) dan merupakan
konfigurasi yang paling stabil. Gas mulia memiliki energy pengionan yang besar dan
afinitas yang kecil. Energy pengionan yang besar memperlihatkan sukarnya unsure-unsur
gas mulia melepaskan electron sedangkan afinitas electron yang rendah menunjukkan
kecilnya kecendrungan untuk menyerap electron.
Oleh karena itu, gas mulia tidak memiliki kecendrungan untuk melepas ataupun menyerap
electron. Jadi, unsure-unsur dalam gas mulia sukar untuk bereaksi. Namun, untuk unsure
gas mulia yang mempunyai energy ionisasi yang kecil dan afinitas electron yang besar
mempunyai kecenderungan untuk membentuk ikatan kimia contohnya Xe dapat
membentuk senyawa XeF2, XeF4 dan XeF6.
Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya. Jadi, kereaktifan gas
mulia akan bertambah dari He ke Rn. Hal ini disebabkan pertambahan jari-jari atom
menyebabkan daya tarik inti terhadap electron kulit terluar berkurang, sehingga semakin
mudah ditarik oleh atom lain. Walaupun, demikian unsure gas mulia hanya dapat berikatan
dengan unsure yang sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.
b. Makin besar jari-jari atom maka kereaktifan gas mulia semakin bertambah.
Pada tahun 1962, Neil Bartlet berhasil membuat senyawa stabil dari Xenon yaitu XePtF6.
Penemuan ini membuktikan bahwa gass mulia dapat bereaksi dengan unsure lain,
meskipun dalam reaksi yang sangat terbatas dan harus memenuhi criteria berikut :
1) Harga energy ionisasi gas mulia yang akan bereakssi haruslah cukup rendah (terletak
dibagian bawah pada SPU). Oleh karena itu, sampai sekarang gas mulia yang sudah dapat
dibuat senyawanya barulah Kripton, Xenon dan Radon.
2) Reaksi hanya akan terjadi apabila gas mulia direaksikan dengan unsure-unsur yang
sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.
Dari He ke Rn energy ionisasinya semakin kecil. Artinya semakin besar nomor atom gas
mulia, maka jari-jari atomnya semakin besar pula dan kereaktifannya semakin bertambah
besar. Jika jari-jari atom bertambah besar maka gaya tarik inti atom terhadap electron
terluar makin lemah sehingga electron lebih mudah tertarik ke zat lain. Hal tersebut
terbukti karena sampai saat ini belum ada senyawa gas mulia dari Helium, Neon dan
Argon. Senyawa gas mulia yang berhasil dibuat adalah senyawa dari xenon, krypton dan
radon karena memang helium, neon dan argon sangat stabil sedangkan xenon, krypton dan
radon lebih reaktif. Di dalam gas mulia senyawa xenon merupakan senyawa yang paling
banyak dibuat.
Sifat kereaktifan unsure-unsur gas mulia berurut Ne > He > Ar > Kr > Xe. Radon
radioaktif. Konfigurasi electron gas mulia dijadikan sebagai acuan bagi unsure-unsur lain
dalam system periodik.
No. Sifat Kimia
1 Kereaktifan rendah
Tidak cenderung melepas atau menyerap
2
elektron
3 Jari-jari atom berpengaruh pada kereaktia gas
4 Tidak berwarna
5 Tidak berbau
6 Tidak berasa
7 Mudah terbakar dalam keadaan normal
D. Cara Pembuatan
Gas mulia di alam berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak reaktif. Oleh
karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan secara fisis. Perkecualian
adalah Radon yang diperoleh dari peluruhan unsure radioaktif.
1. Ekstraksi Helium (He) dari gas alam
Gas alam mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2, uap air, He, dan pengotor
lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses pengembunan (liquefaction).
Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu dipisahkan (Hal ini karena pada proses
pengembunan, CO2 dan uap air dapat membentuk padatan yang menyebabkan penyumbatan
pipa). Kemudian, gas alam diembunkan pada suhu di bawah suhu pengembunan hidrokarbon
tetapi di atas suhu pengembunan He. Dengan demikian, diperoleh produk berupa campuran gas
yang mengandung 50% He, N2, dan pengotor lainnya. Selanjutnya, He dimurnikan dengan proses
antara lain:
Proses kriogenik (kriogenik artinya menghasilkan dingin). Campuran gas diberi tekanan, lalu
didinginkan dengan cepat agar N2 mengembun sehingga dapat dipisahkan, sisa campuran
dilewatkan melalui arang teraktivasi yang akan menyerap pengotor sehingga diperoleh He yang
sangat murni.
Proses adsorpsi. Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap (adsorbent bed) yang secara
selektif menyerap pengotor. Proses ini menghasilkan He dengan kemurnian 99,997% atau lebih.
2. Ekstraksi He, Ne, Ar, Kr, dan Xe dari udara
Proses yang digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap awal, CO2 dan uap air
dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian, udara diembunkan dengan pemberian tekanan 200 atm
diikuti pendinginan cepat. Sebagian besar udara akan membentuk fase cair dengan kandungan
gas yang lebih banyak, yakni 60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya 30% dan 10% N2. Sisa
udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun karena titik didih kedua gas tersebut
sangat rendah. Selanjutnya Ar, Kr, dan Xe dalam udara cair dipisahkan menggunakan proses,
antara lain:
Proses adsorpsi. Pertama, O2 dam N2 dipisahkan terlebih dahulu menggunakan reaksi kimia.
O2 direaksikan dengan Cu panas. Lalu N2 direaksikan dengan Mg. sisa campuran (A, Xe, dan Kr)
kemudian akan diadsorpsi oleh arang teraktivasi. Sewaktu arang dipanaskan perlahan, pada
kisaran suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau keluar dari arang. Air diperoleh pada suhu
sekitar -80 , sementara Kr dan Xe pada suhu yang lebih tinggi.
Proses distilasi fraksional menggunakan kolom distilasi fraksional bertekanan tinggi. Prinsip
pemisahan adalah perbedaan titik didih zat. Karena titik didih N2 paling rendah, maka N2 terlebih
dahulu dipisahkan. Selanjutnya, Ar dan O2 dipisahkan. Fraksi berkadar 10% Air ini lalu
dilewatkan melalui kolom distilasi terpisah dimana diperoleh Ar dengan kemurinian 98% (Ar
dengan kemurnian 99,9995% masih dapat diperoleh dengan proses lebih lanjut). Sisa gas, yakni
Xe dan Kr, dipisahkan pada tahapan distilasi selanjutnya.
Dari reaksi di atas juga berarti ion halida (X-) bersifat reduktor. Sifat reduktor ion
halida makin ke bawah semakin kuat.
E. Pembuatan Halogen
Halogen dibuat dari senyawa-senyawa yang ada di alam. Caranya ialah dengan
mengoksidasi ion-ion halida. Prosesnya sangat beragam jadi yang diungkapkan di sini
merupakan contoh dari berbagai proses yang dapat terjadi.
Fluorin
Klorin
Bromin
Gas Br2 dibuat dari air laut melalui oksidasi dengan gas Cl2. Secara komersial,
pembuatan gas Br2 sebagai berikut: