Anda di halaman 1dari 17

GAS MULIA

A. Sejarah Gas Mulia

Golongan gas mulia atau golongan VIII A adalah unsure-unsur yang memiliki delapan
electron valensi dengan konfigurasi elektronik terluar ns2 np6. Unsur – unsure tersebut adalah
Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar), Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn).

Gas mulia yang pertama kali ditemukan adalah Argon. Awalnya seorang ahli fisika
inggris, Lord Rayleight (1842-) menemukan bahwa Nitrogen yang diperoleh dari ammonia
tenyata jauh lebih ringan daripada Nitrogen yang berasal dari atmosfer. Kemudian ia dan
William Ramsay (1852-1916) sama-sama meneliti Nitrogen yang berasal dari atmosfer yaitu
dengan memindahkan Nitrogen dari atmosfer dan dihasilkan sejumlah kecil gas lain. Mereka
berdua menamakan gas tersebut Argon dari bahasa yunani yang berarti diam. Hal ini
disebabkan karena gas tersebut tidak bereaksi dengan apa saja.1

Setahun kemudian (1895) ditemukan unsure Helium. Kemudian Ramsay dan asistennya
Morris Travers (1872-1961) melakukan destilasi bertingkat pada sejumlah besar kuantitas
udara cair dan Argon. Pada tahun 1898 mereka berhasil menemukan unsure gas mulia yang
lain yaitu krypton, xenon dan neon.

Pada tahun 1894, seorang ahli kimia inggris bernama William Ramsay mengidentifikasi
zat baru yang terdapat dalam udara. Sampel udara yang sudah diketahui mengandung
nitrogen, oksigen, dan  CO2 dipisahkan. Ternyata dari hasil pemisahan tersebut, masih tersisa
suatu gas yang tidak reaktif (inert). Karena gas tersebut tidak dapat bereaksi dengan zat-zat
lain sehingga dinamakan argon (Bahasa yunani Argos berarti malas).

Empat tahun kemudian, Ramsay menemukan unsure baru dari hasil pemanasan mineral
kleverit. Dari mineral tersebut terpencar sinar alfa yang merupakan spectrum matahari. Oleh
karena itu unsure ini diberi nama Helium (Dari bahasa yunani helios = matahari). Rutherford
dan Rays pada tahun 1907 menunjukkan bahwa partikel-partikel alfa tidak lain inti nucleus
helium.

1
Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2013, hlm.85
Pada saat ditemukan, kedua unsur ini tidak dapat dikelompokkan kedalam unsur-unsur
yang sudah ada, karena memiliki sifat yang berbeda. Ramsay mengusulkan agar unsur
tersebut ditempatkan pada suatu golongan tersendiri, yaitu terletak antara golongan halogen
dan golongan alkali. Pada masa itu, golongan tersebut merupakan kelompok unsure yang
tidak bereaksi dengan unsure – unsure lain (inert) dan diberi nama golongan unsure gas mulia
atau golongan nol.

Gas mulia yang lain ditemukan segera dari hasil destilasi udara cair pada tahun 1898 yaitu
neon (neos = baru), xenon ( xenos = asing/ tak dikenali) dan krypton ( kryptos =
tersembunyi )2. Kemudian pada tahun 1900, Rutherford mendapatkan bahwa ada gas yang
dihasilkan oleh mineral radium, gas itu bersifat radioaktif dan dinamakan radon oleh Schmidt
dalam tahun 1918. Asal usul nama unsur gas mulia:

      Helium → Helios (Yunani) : matahari

      Argon → Argos (Yunani) : malas

      Neon → Neos (Yunani) : baru

      Kripton → Kriptos (Yunani) : tersembunyi

      Xenon → Xenos (Yunani) : asing

      Radon → Radium

B. Keberadaan Di Alam

Gas mulia adalah unsur-unsur yang terdapat dalam golongan VIIIA yang memiliki
kestabilan yang sangat tinggi dan sebagian ditemukan di alam dalam bentuk monoatomik.
unsur-unsur yang terdapat dalam gas mulia yaitu Helium (He), Neon (Ne), Argon(Ar),
Kripton(Kr), Xenon (Xe), Radon (Rn). Gas-gas ini pun sangat sedikit kandungannya di bumi.
Dalam udara kering maka akan ditemukan kandungan gas mulia sebagai berikut :3

2
Albert Stwertka, A guide to the elemnts second edition, New york : Oxford University press. 2002, hlm.
Helium = 0,00052 %
Neon = 0,00182 %
Argon = 0,934 %
Kripton = 0,00011 %
Xenon = 0,000008
Radon = Radioaktif*

Tapi di alam semesta kandungan Helium paling banyak diantara gas mulia yang lain
karena Helium meupakan bahan bakar dari matahari. Radon amat sedikit jumlahnya di
atmosfer atau udara. Dan sekalipun ditemukan akan cepat berubah menjadi unsur lain, karena
radon bersifat radioaktif. Dan karena jumlahnya yang sangat sedikit pula radon disebut juga
sebagi gas jarang.

Semua unsure gas mulia terdapat di udara. Unsure gas mulia yang paling banyak
terdapat di udara adalah argon, sedangkan unsure gas mulia yang paling sedikit adalah radon
yang bersifat radioaktif dengan waktu paruh yang pendek ( 4 hari ) dan meluruh menjadi
unsure lain. Gas mulia kecuali radon diperoleh dengan cara destilasi bertingkat udara cair.
Sedangkan radon hanya dapat diperoleh dari peluruhan radioaktif unsure radium, berdasarkan
reaksi inti berikut :

226
Ra                  22286Rn + 42He
88

Helium merupakan komponen (unsure) terbanyak di alam semesta yang diproses dari gas
alam, karena banyak gas alam yang mengandung helium. Secara spektoskopik helium telah
terdeteksi keberadaanya di bintang-bintang, terutama di bintang yang panas ( seperti
matahari). Helium juga merupakan komponen penting dalam reaksi proton–proton dan siklus
karbon yang merupakan bahan bakar matahari dan bintang lainnya.   

C. Pembuatan / Ekstraksi

3
Cotton, F. Albert. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia. hlm.
Gas mulia di alam berada dalam bentuk monoatomik karena bersifat tidak reaktif. Oleh
karena itu, ekstraksi gas mulia umumnya menggunakan pemisahan secara fisis. Perkecualian
adalah Radon yang diperoleh dari peluruhan unsure radioaktif.

1. Ekstraksi Helium (He) dari gas alam

Gas alam mengandung hidrokarbon dan zat seperti CO2, uap air, He, dan pengotor
lainnya. Untuk mengekstraksi He dari gas alam, digunakan proses pengembunan
(liquefaction). Pada tahap awal, CO2 dan uap air terlebih dahulu dipisahkan (Hal ini karena
pada proses pengembunan, CO2 dan uap air dapat membentuk padatan yang menyebabkan
penyumbatan pipa). Kemudian, gas alam diembunkan pada suhu di bawah suhu
pengembunan hidrokarbon tetapi di atas suhu pengembunan He. Dengan demikian, diperoleh
produk berupa campuran gas yang mengandung 50% He, N2, dan pengotor lainnya.
Selanjutnya, He dimurnikan dengan proses antara lain: 

 Proses kriogenik (kriogenik artinya menghasilkan dingin). Campuran gas diberi


tekanan, lalu didinginkan dengan cepat agar N2 mengembun sehingga dapat
dipisahkan, sisa campuran dilewatkan melalui arang teraktivasi yang akan menyerap
pengotor sehingga diperoleh He yang sangat murni.
 Proses adsorpsi. Campuran gas dilewatkan melalui bahan penyerap (adsorbent bed)
yang secara selektif menyerap pengotor. Proses ini menghasilkan He dengan
kemurnian 99,997% atau lebih.  

2. Ekstraksi He, Ne, Ar, Kr, dan Xe dari udara 

Proses yang digunakan disebut teknologi pemisahan udara. Pada tahap awal, CO2 dan uap air
dipisahkan terlebih dahulu. Kemudian, udara diembunkan dengan pemberian tekanan 200
atm diikuti pendinginan cepat. Sebagian besar udara akan membentuk fase cair dengan
kandungan gas yang lebih banyak, yakni 60% gas mulia (Ar, Kr, Xe) dan sisanya 30% dan
10% N2. Sisa udara yang mengandung He dan Ne tidak mengembun karena titik didih kedua
gas tersebut sangat rendah. Selanjutnya Ar, Kr, dan Xe dalam udara cair dipisahkan
menggunakan proses, antara lain: 

 Proses adsorpsi. Pertama, O2 dam N2 dipisahkan terlebih dahulu menggunakan reaksi


kimia. O2 direaksikan dengan Cu panas. Lalu N2 direaksikan dengan Mg. sisa
campuran (A, Xe, dan Kr) kemudian akan diadsorpsi oleh arang teraktivasi. Sewaktu
arang dipanaskan perlahan, pada kisaran suhu tertentu setiap gas akan terdesorpsi atau
keluar dari arang. Air diperoleh pada suhu sekitar -80 , sementara Kr dan Xe pada
suhu yang lebih tinggi.
 Proses distilasi fraksional menggunakan kolom distilasi fraksional bertekanan tinggi.
Prinsip pemisahan adalah perbedaan titik didih zat. Karena titik didih N2 paling
rendah, maka N2 terlebih dahulu dipisahkan. Selanjutnya, Ar dan O 2 dipisahkan.
Fraksi berkadar 10% Air ini lalu dilewatkan melalui kolom distilasi terpisah dimana
diperoleh Ar dengan kemurinian 98% (Ar dengan kemurnian 99,9995% masih dapat
diperoleh dengan proses lebih lanjut). Sisa gas, yakni Xe dan Kr, dipisahkan pada
tahapan distilasi selanjutnya.  

D. Sifat Fisik dan Kimia

Gas mulia memiliki beberapa sifat baik secara fisis maupun kimia, sebelum membahas
hal tersebut mari kita lihat data-data dari gas mulia. Berikut merupakan beberapa ciri fisis
dari gas mulia. 4

  Helium Neon Argon Kripton Xenon Radon


Nomor atom 2 10 18 32 54 86
Elektron valensi 2 8 8 8 8 8
Jari-jari atom(Ǻ) 0,50 0,65 0,95 1,10 1,30 1,45
Massa atom (gram/mol) 4,0026 20,1797 39,348 83,8 131,29 222
Massa jenis (kg/m3) 0.1785 0,9 1,784 3,75 5,9 9,73
Titik didih (0C) -268,8 -245,8 -185,7 -153 -108 -62
Titikleleh (0C) -272,2 -248,4 189,1 -157 -112 -71
Bilangan oksidasi 0 0 0 0;2 0;2;4;6 0;4
Keelekronegatifan - - - 3,1 2,4 2,1
Entalpi peleburan (kJ/mol) * 0,332 1,19 1,64 2,30 2,89
Entalpi penguapan (kJ/mol) 0,0845 1,73 6,45 9,03 12,64 16,4
Afinitas elektron (kJ/mol) 21 29 35 39 41 41
Energi ionisasi (kJ/mol) 2640 2080 1520 1350 1170 1040

4
J.M.C Johari, Kimia SMA dan MA untuk kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2006, hlm.93
Helium dipadatkan dengan cara menaikkan tekanan bukan menurunkan suhu.
Adapula hal penting yang menyebabkan gas mulia amat stabil yaitu konfigurasi elektronnya.
Berikut adalah konfigurasi elektron gas mulia :

He = 1s2
Ne = 1s2 2s2 2p6
Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6
Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6

Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

Karena konfigurasi elektronnya yang stabil gas mulia juga biasa digunakan untuk
penyingkatan konfigurasi elektron bagi unsur lain.5

contoh :

Br = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p5 menjadi Br = [Ar] 4s2 3d10 4p5

      Sifat-sifat umum gas mulia antara lain :

1. Tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan sedikit larut dalam air.
2. Mempunyai electron valensi 8 dan khusus untuk Helium mempunyai elekron valensi
2.
3. Terdiri atas satu atom (monoatomik).
4. Kulit terluarnya sudah penuh maka gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi,
afinitas elektronnya mendekati nol.

      Sifat fisika gas mulia

Selain memiliki karakteristik yang khas pada sifat atomic gas mulia juga memiliki
karakteristik yang khas untuk sifat fisisnya.

1. Kerapatannya bertambah dari Helium ke Radon

5
Drs. Hiskia achmad , Kimia Unsur dan Radio Kimia, Bandung: PT citra Aditya bakti., 2001, hlm.
Nilai kerapatan gas mulia dipengaruhi oleh massa atom, jari-jari atom dan gaya
London. Nilai kerapatan semakin besar dengan besar dengan pertambahan massa
atom dan kekuatan gaya London, sebaliknya semakin kecil dengan pertambahan jari-
jari atomnya, karena nilai kerapatan gas mulia bertambah dari He ke Rn maka
kenaikan nilai massa atom dan kekuatan gaya London dari He ke Rn lebih dominan
dibandingkan kenaikan jari-jari atom.

2. Titik didih dan titik leleh bertambah dari He ke Rn


Hal ini dikarenakan kekuatan gaya London bertambah dari He ke Rn sehingga atom-
atom gas mulia semakin sulit lepas. Dibutuhkan energy dalam hal ini suhu yang
semakin besar untuk mengatasi gaya London yang semakin kuat.

Titik didih dan titik leleh gas mulia makin tinggi dengan makin besarnya nomor atom.
Titik didihnya beberapa derajat dibawah titik lelehnya. Titik didih dan titik leleh gas mulia
sangat rendah hal tersebut menunjukkan bahwa gaya tarik menarik anatar atom (ikatan van
der waals) sangat lemah. Helium merupakan zat yang titik didihnya paling rendah
dibandingkan dengan semula zat di alam semesta. Titik leleh Helium (-272 0) mendekati suhu
mutlak. Gas mulia memiliki titik didih dan titik leleh yang sangat rendah oleh karena itu di
alam gas mulia berwujud gas.

Kestabilannya yang tinggi juga menyebabkan gaya tarik-menarik antar atom-atomnya


lemah sekali. Karenanya unsure-unsur gas mulia dalam keadaan biasa (suhu normal) berfasa
gas. Jadi, lemahnya gaya tarik-menarik menyebabkan titik didih dan titik lelehnya sangat
rendah. 

3. Energi ionisasi.

Energy ionisasi adalah energy yang dibutuhkan untuk membebaskan electron suatu atom.
Untuk unsure segolongan (atas-bawah), semakin ke bawah semakin kecil potensial
ionisasinya sedangkan untuk unsure seperiode (Kiri-kanan), semakin ke kanan semakin besar
potensial ionisasinya.

Begitu juga dengan unsure-unsur golongan gas mulia dari atas ke bawah cenderung lebih
kecil. Hal ini dikarenakan meski muatan inti bertambah positif namun jari-jari atom
bertambah besar. Keadaan ini menyebabkan gaya tarik menarik inti terhadap electron terluar
semakin lemah sehingga energy ionisasi semakin berkurang. Energy ionisasi gas mulia lebih
besar dibandingkan dengan golongan lainnya.

Kestabilannya yang tinggi menyebabkan atom-atomnya sukar sekali untuk mengion. Oleh
sebab itu, energy ionisasi unsure-unsur gas mulia lebih tinggi dibandingkan dengan unsure-
unsur lain. Afinitas electron yang mendekati nol dan energy ionisasi yang tinggi
menyebabkan atom-atom unsure gas mulia mempunyai kecendrungan untuk tidak mengikat
atau melepas electron dalam keadaan normal. Sehingga dalam keadaan bebas unsure-unsur
gas mulia berada dalam bentuk tunggal (monoatomik). Misalnya Hidrogen, Oksigen< klor
dalam keadaan bebas berbentuk diatomic (molekul yang terdiri dari dua atom dari unsure
yang sama), yaitu H2, O2, Cl2 sedangkan unsure-unsur gas mulia berada dalam bentuk He, Ne,
Ar, Kr, Xe dan radon.

4. Afinitas elektron

Afinitas electron adalah energy yang dibebaskan atom netral dalam pengikatan electron
untuk membentuk ion negative. Dengan elektron valensi yang sudah penuh, unsur gas mulia
sangat sukar untuk menerima elektron.

Hal ini dapat dilihat dari harga afinitas elektron yang rendah. Karena unsure- unsure gas
mulia memiliki kestabilan tinggibyang disebabkan kulit terluarnya terisi penuh, maka afinitas
elektronnya mendekati nol. Atom-atom unsure gas mulia sangat sulit untuk menerima
electron lagi pada kulit terluarnya.

 Sifat kimia gas mulia

1. Kereaktifan gas mulia sangat rendah

Gas mulia bersifat inert (lembam) di alam tidak ditemukan satupun senyawa dari gas
mulia. Sifat inert yang dimiliki ini berhubungan dengan konfigurasi electron yang
dimilikinya. Electron valensi gas mulia adalah 8 (kecuali 2 untuk Helium) dan merupakan
konfigurasi yang paling stabil. Gas mulia memiliki energy pengionan yang besar dan afinitas
yang kecil. Energy pengionan yang besar memperlihatkan sukarnya unsure-unsur gas mulia
melepaskan electron sedangkan afinitas electron yang rendah menunjukkan kecilnya
kecendrungan untuk menyerap electron.
Oleh karena itu, gas mulia tidak memiliki kecendrungan untuk melepas ataupun
menyerap electron. Jadi, unsure-unsur dalam gas mulia sukar untuk bereaksi. Namun, untuk
unsure gas mulia yang mempunyai energy ionisasi yang kecil dan afinitas electron yang besar
mempunyai kecenderungan untuk membentuk ikatan kimia contohnya Xe dapat membentuk
senyawa XeF2, XeF4 dan XeF6.

Kereaktifan gas mulia akan berbanding lurus dengan jari-jari atomnya. Jadi, kereaktifan
gas mulia akan bertambah dari He ke Rn. Hal ini disebabkan pertambahan jari-jari atom
menyebabkan daya tarik inti terhadap electron kulit terluar berkurang, sehingga semakin
mudah ditarik oleh atom lain. Walaupun, demikian unsure gas mulia hanya dapat berikatan
dengan unsure yang sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.

2. Makin besar jari-jari atom maka kereaktifan gas mulia semakin bertambah.

Pada tahun 1962, Neil Bartlet berhasil membuat senyawa stabil dari Xenon yaitu XePtF 6.
Penemuan ini membuktikan bahwa gass mulia dapat bereaksi dengan unsure lain, meskipun
dalam reaksi yang sangat terbatas dan harus memenuhi criteria berikut :

1. Harga energy ionisasi gas mulia yang akan bereakssi haruslah cukup rendah (terletak
dibagian bawah pada SPU). Oleh karena itu, sampai sekarang gas mulia yang sudah
dapat dibuat senyawanya barulah Kripton, Xenon dan Radon.
2. Reaksi hanya akan terjadi apabila gas mulia direaksikan dengan unsure-unsur yang
sangat elektronegatif seperti fluorin dan oksigen.

Dari He ke Rn energy ionisasinya semakin kecil. Artinya semakin besar nomor atom gas
mulia, maka jari-jari atomnya semakin besar pula dan kereaktifannya semakin bertambah
besar. Jika jari-jari atom bertambah besar maka gaya tarik inti atom terhadap electron terluar
makin lemah sehingga electron lebih mudah tertarik ke zat lain. Hal tersebut terbukti karena
sampai saat ini belum ada senyawa gas mulia dari Helium, Neon dan Argon. Senyawa gas
mulia yang berhasil dibuat adalah senyawa dari xenon, krypton dan radon karena memang
helium, neon dan argon sangat stabil sedangkan xenon, krypton dan radon lebih reaktif. Di
dalam gas mulia senyawa xenon merupakan senyawa yang paling banyak dibuat.
Sifat kereaktifan unsure-unsur gas mulia berurut Ne > He > Ar > Kr > Xe. Radon
radioaktif. Konfigurasi electron gas mulia dijadikan sebagai acuan bagi unsure-unsur lain
dalam system periodic.

1. Gas mulia memiliki karakteristik

 Tidak berwarna
 Tidak berbau
 Tidak berasa
 Pada keadaan standar, gas mulia tidak dapat terbakar

E. Senyawa Gas Mulia

Sampai dengan tahun 1962, para ahli masih yakin bahwa unsur – unsur gas mulia tidak
beraksi. Kemudian seorang ahli kimia bernama Neil Bartlett berhasil membuat persenyawaan
yang stabil antara unsure gas mulia dan unsure lain yaitu XePtF6. Keberhasilan ini didasarkan
pada reaksi

                 PtF6 + O2                   (O2)+  +  (PtF6)-

PtF6 ini bersifat oksidator kuat. Molekul oksigen memiliki energy ionisasi 1165
kj/mol, harga energy ionisasi ini mendekati harga energy ionisasi unsure gas mulia Xe = 1170
kj/mol. Atas dasar data tersebut, maka untuk pertama kalinya Bartlett mencoba mereaksikan
Xe dengan PtF6 dan termyata menghasilkan senyawa yang stabil sesuai denagn persamaan
reaksi:    Xe + PtF6             Xe+  +  (PtF6)-

Setelah berhasil membentuk senyawa XePtF6 maka gugurlah anggapan bahwa gas
mulia tidak dapat bereaksi kemudian para ahli lainnya mencoba melakukan penelitian dengan
mereaksikan xenon dengan zat-zat oksidator kuat diantaranya langsung dengan gas fluorin
dan menghasilkan senyawa XeF2,XeF4 dan XeF6. Reaksi gas mulia lainnya yaitu krypton
yaitu, menghasilkan KrF2. Radon dapat bereaksi langsung dengan F2 dan menghasilkan RnF2.
Hanya saja senyawa KrF2 dan RnF2 bersifat tidak stabil. Senyawa gas mulia He, Ne dan Ar
sampai saat ini belum dapat dibuat karna tingkat kesetabilannya yang sangat besar.

Syarat- syarat pembentuk gas mulia:


1. Gas mulia keelektronegatifannya besar ( Kr, Xe )
2. Atom gas mulia  yang mudah mengion
3. Unsure lain yang akan bersenyawa dengan gas mulia keelektronegatifannya besar
seperti F dan O.

Senyawa Xenon Fluor

Xenon dapat bereaksi langsung dengan fluor dan senyawa oksigen dapat diperoleh
dari senyawa Xenon fluorida.

Xenon difluorida Senyawa XeF2 dibuat dengan interaksi Xe dengan kekurangan F2


pada tekanan tinggi. Ia larut dalam air menghasilkan larutan dengan bau tajam XeF 2.
Hidrolisis berlangsung lambat namun cepat dengan adanya basa

            XeF2 + 2OH-              Xe +1/2O2 +2F-  + H2O

XeF2 juga dapat terbentuk dari xenon padat direaksikan dengan difluora oksida pada
suhu 120C.

                        Xe(s)  +  F2O(g0                  XeF2(S) +1/2O2(g)

XeF2 pereaksi yang baik untuk reaksi flourinasi benzene yaitu untuk mensubsitusi
atom H pada benzene dengan atom F

            C6H6 + XeF2                C6H5F  + Xe  + HF

 Xenon tetraflourida (XeF4)

Senyawa XeF4 dibuat dari memenaskan Xe dan F2 pada suhu 400oC dan tekanan 6
atm dengan katalis nikel,tetapi dikotori oleh XeF2 lebih banyak. Sebaiknya bila
perbandingan itu besar maka XeF4 yang banyak.

                        XeF2  + F2                  XeF4

 Xenon heksaflourida (XeF6)

Senyawa ini diperoleh dengan interaksi XeF4 dan F2 dibawah tekanan atau langsung
dari Xe dan flour pada suhu diatas 250oC dan tekanan >50 atm. XeF6 pada suhu kamar
(25oC,1 atm) berbentuk kristal berwarna dengan titik leleh 48oC.bentuk molekulnya
diduga octahedral yang terdistarsi atau secara teori segi lima piramida.

XeF6  luar biasa reaktif, dapat bereaksi dengan silica membentuk senyawa oksi gas
mulia yang paling stabil, reaksinya sebagai berikut :

SrO2 (s) + 2XeF6(g)                                       SiF4 + 2XeOF4(g)

Pada suhu kamar XeOF4 berbentuk cairan tak berwarna. Molekul XeOF4 dan XeO2
berbentuk segi empat piramida dan segitiga piramida. XeF6 dapat bertindak sebagai
garam terhadap F- dan dapat diubah menjadi heptafluoroheksat.

XeF6 + RbF                     RbXeF7

Garam Rb dan Cs adalah senyawaan xenon yang paling stabil yang dikenal dan
terdekomposisi hanya di atas 4000C. garam natrium kurang stabil dan dapat
digunakan untuk memurnikan XeF6 karena ia terdekomposisi di bawah 1000C.

Senyawa Xenon – Oksigen

Xenon dapat bereaksi dengan oksigen membentuk suatu senyawa yang disebut
dengan xenon oksida, seperti :

 Xenon Trioksida (XeO3)

Senyawa XeO3 dibentuk dalam hidrolisis XeF4 dan XeF6

3XeF4 + 6H2O                        XeO3 + 2Xe + 3/2O2 +12Hf

XeF6 + 3H2O                          XeO3 + 6HF

Larutan XeO3 tiak berwarna, tidak berbau dan stabil. Dalam penguapan XeO3
diperoleh sebagai suatu padatan putih yang mudah menguap di udara yang berbahaya
karena mudah meledak. Dalam larutan yang bersifat basa, ion xenat (IV) dibentuk :\

XeO3 + OH-                             HXeO4_


Namun ion HXeO4_ disproporsionasi lambat menghasilkan ion Ksenat (IV) atau
persenat.

2GXe)-4 + 2OH-                         XeO4-6 + Xe + O2 + 2H2O

Persenat dibentuk tidak hanya dengan disproporsionasi HXeO-4 namun juga bila mana
ion ini dioksidasi dengan ozon. Larutan perxenat merupakan pengoksidasi yang kuat
dan cepat.

Dalam larutan alkali bentuk utama ialah ion HXeO 2-6 dan persenat hanya direduksi
lambat oleh air. Meskipun demikian dalam larutan asam reaksinya berlangsung segera
:

HXeO2-6 + H+                            HXeO-4 + ½ O2 + H2O

Kimiawi xenon dalam larutan aqua diringkas dengan potensial.

Larutan asam :

H4XeO6      2,36 v           XeO3        2,12 v           Xe

                                                    XeF2         2,64 v          Xe        

Larutan alkali HXeO63-     0,94 v            HXeO-4       1,26      v          Xe

 Xenon Tetraoksida (XeO4)

Apabila barium persenat dipanaskan dengan H2SO4 pekat xenon tetraoksida


terbentuk sebagai gas yang mudah meledak dan sangat tidak stabil.

 Garam Xenon

Senyawa xenon dalam bentuk garam yang telah berhasil dibuat adalah garam dari
xenon dengan fluor. Seperti XePtF6, CeXeF6, CsXeF8, NaHXeO4 dan Na4XeO6.

 Senyawa Kripton dan Radon


Senyawa radon dapat bereaksi spontan dengan fluorin tetapi waktu hidupnya singkat
karena radon merupakan unsure radiaktif. Senyawa krypton hanya membentuk
senyawa dengan tingkat oksidasi +2 membentuk senyawa KrF2.

Radon dapat bereaksi dengan F2 dan menghasilkan RnF2 hanya saja senyawa KrF2
dan RnF2 bersifat tidak stabil.

                                                                 

F. Kegunaan Gas Mulia

Ada banyak kegunaan gas mulia dalam kehidupan sehari-hari. Setiap gas mulia (He,
Ne, Ar, Kr, Xe, Rn) menyumbangkan peranan penting, yaitu :

Kegunaan Helium (He):

 Sebagai gas pengisi kapal udara dan balon udara untuk mempelajari cuaca,
karena sifatnya yang sukar bereaksi, tidak mudah terbakar dan ringan.
 Helium cair dipakai sebagai cairan pendingin untuk menghasilkan suhu yang
rendah karena memiliki titik uang yang sangat rendah
 Udara yang dipakai oleh penyelam adalah campuran 80 % He dan 20 %
oksigen.

Helium digunakan untuk menggantikan nitrogen karena jika penyelam berada pada
tekanan yang tinggi (dibawah laut) maka kemungkinan besar nitrogen larut dalam
darah. Dalam jumlah sediki t saja nitrogen larut dalam darah, maka akan terjadi
halusinasi yang disebut narkos nitrogen. Akibat halusinasi ini penyelam mengalami
seperti terkena narkoba sehingga membahayakan penyelam. Selain itu, ketika
nitrogen banyak larut dalam darah dan penyelam kembali ke keadaan normal maka
timbul gelembung gas nitrogen dalam darah yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat
karena nitrogen melewati pembuluh-pembuluh darah bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Inilah yang disebut benos.

 Campuran Helium dan Oksigen juga dipakai oleh para pekerja dalam
terowongan dan tambang bawah tanah yang bertekanan tinggi.
 Di rumah sakit, campuran Helium dan Oksigen dipakai sebagai pernapasan
pada penderita asma.

Kegunaan Neon (Ne)

 Neon biasanya digunakan untuk mengisi lampu neon


 Neon digunakan juga sebagai zat pendingin, indicator tegangan tinggi,
penangkal petir dan untuk pengisi tabung-tabung televise.
 Neon cair digunakan sebagai pendingin pada reactor nuklir.

Kegunaan Argon (Ar)

 Sebagai pengisi lampu pijar karena tidak bereaksi dengan kawat wolfram yang
panas
 Untuk lampu reklame dengan cahaya berwarna merah muda
 Sebagai atmosfer pada pengelasan benda-benda yang terbuat dari stainless
steal, titanium, magnesium dan aluminium. Misalkan pengelasan titanium
pada pembuatan pesawat terbang atau roket

Kegunaan Kripton (Kr)

 Gas krypton bersama dengan argon digunakan untuk mengisi lampu tioresensi
(lampu neon) bertekanan rendah. Krypton inilah yang membuat lampu
menyala menjadi putih.
 Untuk lampu kilat fotografi berkecepatan tinggi
 Krypton juga digunanakan dalam lampu mercusuar, laser untuk perawatan
retina.

Kegunaan Xenon (Xe)

 Untuk pembuatan tabung electron6


 Untuk pembiusan pasien pada saat pembedahan karena xenon bersifat
anestetika (pemati rasa)
 Sebagai bahan baku pembuatan senyawa-senyawa xenon
 Garam Perxenan (Na4XeO3) sebagai oksidator paling kuat

6
Drs. Mulyono HAM, M.Pd, Kamus Kimia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2012
 Untuk membuat lampu-lampu reklame yang member cahaya biru.
 Pembuatan lampu untuk bakterisida (pembunuh bakteri)
 Untuk mengeluarkan cahaya pada kamera saat pemotretan (blitz)

Kegunaan Radon (Rn)

 Gas radon bersifat radioaktif sehingga banyak digunakan dalam terapi radiasi
bagi penderita kanker dengan memanfaatkan sinar yang dihsilkan. Namun
demikian, jika radon terhisap dalam jumlah cukup banyak akan menimbulkan
kanker paru-paru.
 Karena peluruhan yang cukup cepat, radon digunakan dalam penyelidikan
hidrologi yang mengkaji interaksi antara air bawah tanah, anak sungai dan
sungai.
 Radon juga dapat berperan sebagai peringatan gempa karena bila lempengan
bumi bergerak kadar radon akan berubah sehingga bias diketahui bila adanya
gempa dari perubahan kadar radon.
DAFTAR PUSTAKA

Albert Stwertka, A guide to the elemnts second edition, New york : Oxford University press.
2002

Cotton, F. Albert. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : Universitas Indonesia

Drs. Mulyono HAM, M.Pd, Kamus Kimia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2012

Drs. Hiskia achmad , Kimia Unsur dan Radio Kimia, Bandung: PT citra Aditya bakti, 2001

Haris, Mukhtar. 2009. Kimia anorganik. Mataram: Universitas Mataram

J.M.C Johari, Kimia SMA dan MA untuk kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2006

Purba, Micheal. 2006. Kimia SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga

Unggul Sudarmo, Kimia Untuk SMA/MA kelas XII, Jakarta: Erlangga, 2013

Anda mungkin juga menyukai