Anda di halaman 1dari 41

ABSORPSI

(Laporan Praktikum)

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Laboratorium
Teknik Kimia I

Dosen Pembimbing
Rispiandi, ST. MT.

Oleh
Jihan Amilia N 181411080
Luthfiana Nurfauziah 181411082
Rahmi Almalikus S 181411086
Ririn Rismawati 181411088
Kelas 2C

Tanggal Praktikum : 08 Oktober 2019

Tanggal Pengumpulan : 15 Oktober 2019

PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas
rahmat, nikmat, ridho, karunia, kasih sayang dan petunjuk-Nya mustahil laporan
praktikum yang berjudul Absorpsiini dapat dirampungkan. Sholawat serta salam
senantiasa tercurah limpahkan kepada Rasulullah Saw. keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah ikut
serta membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini. Bapak Rispiandi, ST.
MT.selaku Dosen Pembimbing yang telah mengajarkan dan membimbing dengan
penuh kesabaran sehingga laporan praktikum ini dapat selesai pada waktunya,
kepada orangtua kami yang telah membantu kami baik secara moril maupun
materil, kepada kawan-kawan seperjuangan yang telah memberi kami inspirasi.

Laporan praktikum yang berjudul Absorpsi ini dibuat untuk memenuhi


tugas Praktikum Laboratorium Teknik Kimia oleh Bapak Bapak Rispiandi, ST.
MT.serta untuk menambah informasi tentang segala yang berkaitan dengan judul
laporan praktikumtersebut.

Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih


banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata kebahasaannya.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik
yang membangun dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki laporan
praktikum ini. Semoga laporan praktikum ini membawa manfaat luar biasa bagi
semua orang.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................ 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Absorpsi ............................................................................. 3

2.2 Jenis Menara Absorpsi ..................................................... 5

2.3 Kolom Absorpsi ................................................................. 8

2.4 Struktur Absorber .............................................................. 8

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3. 1Alat dan Bahan Praktikum ................................................. 11


3. 2 Prosedur Percobaan ......................................................... 12
3. 3 Skema Kerja .................................................................... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1Data Pengamatan ................................................................ 19..


4. 2Pembahasan ........................................................................ 24

BAB V SIMPULAN ............................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 30

LAMPIRAN .......................................................................................... 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di


dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan
sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Kebalikan dari proses
absorpsi adalah desorpsi, yaitu pelepasan molekul gas dari zat cair yang
melarutkannya. Adapun tujuan dari proses absorpsi adalah pertama untuk
mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau uap; kedua,
untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari produk; ketiga,
pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah satu senyawa dalam
campuran gas.

Bila gas dikontakkan dengan zat cair, maka sejumlah molekul gas akan
meresap dalam zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas
meninggalkan zat cair yang melarutkannya. Pada awal waktu, yang terjadi
kecepatan pelarutan gas dalam zat cair lebih besar bila dibandingkan dengan
proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya, dengan bertambahnya waktu,
kecepatan dari pelepasan gas juga bertambah hingga pada suatu ketika terjadi
kecepatan pelarutan dan pelepasan sama besar. Keadaan ini disebut keadaan
setimbang, tekanan yang diukur pada keadaan ini juga disebut tekanan setimbang
pada temperatur tertentu.

Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya,semakin
tinggi suhunya semakin rendah daya larut gas dalam cairan, sedangkan
semakin tinggi tekanan, gas akan larut lebih banyak dalamcairan.

Dalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran
batubara dengan menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung
dalam gas alam dengan menggunakan larutan alkali.

4
Proses absorpsi ini banyak digunakan di industri untuk meningkatkan nilai
guna dari suatu zat dengan cara merubah fasenya, sebagai pemisah komponen
zat kimia yang dianggap merugikan atau menguntungkan, dan sebagai
penunjang dari suatu proses lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana proses dan prinsip kerja absorpsi ?
b. Bagaimana cara menghitung laju kecepatan absorpsi CO2kedalam air ?
c. Bagaimana cara menghitung jumlah CO2bebas dalam air?

1.3 Tujuan
a. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
b. Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2kedalam air
c. Menghitung jumlah CO2bebas dalam air

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2. 1 Absorpsi

Alat yang digunakan dalam absorpsi gas pada percobaan ini adalah menara
isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah,
pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing di atas dan dibawah, serta suatu massa
bentuknya zat padat tak aktif (inert) di atas penyangganya. Bentukan ini disebut
menara isian tower (tower packing). Penyangga mempunyai fraksi ruang terbuka
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya kebanjiran pada dinding
penyangga.

Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer zat
terlarut di dalam pelarut disebut cairan lemah (weak liquor), didistribusikan di
atas isian itu dengan distributor, sehingga pada operasi yang ideal, membasahi
permukaan isian itu secara seragam.

Gas yang mengandung zat terlarut, disebut gas kaya atau gas gemuk (rich
gas), masuk ke ruang pendistribusi yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke
atas melalui celah-celah antar isian, berlawanan arah dengan aliran zat cair.Isian
itu memberikan permukaan yang luas untuk kontak antara zat cair dan gas dan
membantu terjadinya kontak yang akrab antara kedua fasa.Zat terlarut yang ada
dalam gas gemuk itudiserap oleh zatcair yang masuk ke dalam menara, dan gas
encer atau gas kurus (leangas) lalu keluar dari atas. Sambil mengalir ke bawah
di dalam menara, zat cair itu makin lama makin kaya akan zat terlarut, dan zat
pekat (strong liquor) akan keluar dari bawah menara.

Analisa karbon dioksida terlarut dalam NaOH, Absobsi karbon


dioksida dari campuran udara ke dalam larutan NaOH ditujukan oteh reaksi
(untuk kondisi pada umumnya) sebagai berikut:

6
C02 + 2NaOH —> Na2C03 + H20

Pada kondisi percobaan absorbsi, jumlah CO2yang diambil dari aliran


udara dapat ditentukan dari jumlah NaOH dan Na2C03 dalam sample cairan
dengan anggapan tidak ada CO2bebas yag tidak bereaksi dalam cairan.

Dengan menggunakan teknik analisa titrasi, asam yang digunakan lebih


dahulu menetralkan NaOH danpada saat yang bersamaan mengubah Na2C03
menjadi NaHCOs konsentrasi total karbonat dapat ditentukan dan selanjutnya
jumlah CO2yang diserap.

Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara


lain temperatur operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam
cairan,konsentrasi komponen di dalam aliran gas, luas bidang kontak, lama waktu
kontak. Untuk itu dalam operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang tepat
sehingga dapatdiperoleh hasil optimum. Karakteristik suatu cairan
dalammenyerap komponen didalam aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien
perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu banyaknya mol gas yang berpindah
per satuan waktu per satuan luas serta tiap fraksi mol

[(grmol)/(detik)(cm2)(fraksimol)]A.

Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu zat


absorpsi dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa.

Persamaan untuk kolom absorpsi isian adalah :

y ialah fraks mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan calran
disetiap titik dalam kolom, /adalah fraksi mol ruah "bulk", A adalah luas
penampang kolom, Hadalah tinggi isian dan a adalah luas spesifik isian/satuan
volum isian.

7
Untuk gas encer terkecuali aliran gas inert, persamaan diatas dapat
disederhanakan

Ruas kanan dari persamaan diatas sulit diintegrasi.Perhitungan Kog dapat


disederhanakan (tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi Kog.

N = Kog x aAH x log gaya penggerak rata-rata


Kecepatan absorpsi luas perpindahan (tekanan dalam atm)
(mol/detik) massa (m2)
𝐍 𝐥𝐨𝐠 𝐏𝟏/𝐏𝐨
Jadi, Kog = x
𝐚.𝐀𝐇 𝐏𝟏−𝐏𝐨

2. 2Jenis Menara Absorbsi

Beberapa jenis menara absorpsi:

1. Menara Absorpsi dengan Benda Isi (Packing Column)


Menara jenis ini terdiri dari kolom dengan pengisian khusus, yang
gunanya untuk memperbesar permukaan kontak dengan Jala penyebaran zat
cair dan penyebaran gas.Pada zaman dahulu bahan isian yang sering
digunakan adalah kokas, pecahan batu, dsb, sedangkan sekarang sering
digunakan dari bahan tanah liat, porselen polimer, kaca, logam, dll.

Zat cair disemprotkan dari atas dan mengalir ke bawah sepanjang


bahan isian, sedangkan gas yang akan dibersihkan dimasukkan dari dasar
kolom dan menyapu sepanjang kolom isian dengan aliran berlawanan arah.
Isian biasanya digunakan berbentuk teratur/seragam.Bahan isian biasanya
dipasang menggantung diatas dasar kolom untuk memperoleh pembagian gas
yang sempurna dan menjaga supaya bagian pengisisan yang paling bawah
tidak berada di bawah zat cair absorpsi.Pada kolom yang tinggi, bagian isian
dipasang dalam paket-paket dengan memberikan jarak antar paket agar aliran

8
zat cair dan gas dapat terbagi kembali. Dengan cara seperti ini kerugian
adanya aliran yang menempel dinding "efek dinding" dalam kolom biasanya
dipasang suatu alat penahan ricikan, yaitu alat untuk mencegah tetesan air
terseret oleh aliran gas.

Gambar 2.2 Menara absorpsi packing


(sumber : http://dokumen.tips/documents/101-absorpsi.html)
2. Menara Absorpsi dengan Pelat atau Piringan
Bentuk dari pelat/piring biasanya .piring ayak atau piring berlubang
(sieve tray) dan pelat golakan (buble cup). Pelat ayak terdiri dari pelat yang
berlobang yang dipasang horizontal dalam kolom dengan besar diameter
lobang berkisar sekitar enam (6) sampai dua puluh lima (25)mm,
sedangkan pada sisi tepian diberi tepian limpahan. Zat cair mengalir
melalui tepian ke dalam ruang limpahan, zat cair dan' atas mengalir ke
bawah dengan gravitasi dengan pola berliku-liku melalui pelat. Gas akan
mengalir naik ke atas melalui lubang yang ada pada piring (perforasi) dan
kontak dengan cairan membentuk gelembung-gelembung gas yang kecil-
kecil. Laju alir/tekanan gas harus cukup untuk menembus lubang dalam
piring sehingga lubang tersebut tidak dialiri oleh air, karena bila lubang
dialiri air maka bagian tepian yang menampung air akan kosong sehingga

9
digunakan lewat oleh fasa gas, akibatnya kontak menjadi sangat jelek dan
absorpsi berjalan tidak seperti yang diharapkan.

Pelat golakan (buble cup) berupa lubang-lubang bulat dengan


ditambahkan cup dan aluran atau cerobong kecil diatasnya. Gas yang akan
diabsorpsi m3engalir lewat lubang dan cerobong dan berkontak dengan
cairan. Salah satu keuntungan dari buble cup ini adalah apabila terjadi
penurunan tekanan atau laju alir gas dalam kolom fasa cairnya masih akan
tetap tinggal dalam diatas pelat. Keuntungan lain adalah kontak yang terjadi
sedikit lebih baik bila dibandingkan pelat ayak. Sedangkan kerugiannya
adalah biaya konstruksi pembuatan lebih rumit dan lebih mahal, selain itu
pelat golakan lebih sering kotor sehingga pembersihannya juga akan
memakan waktu.

3. Menara Absorpsi dengan Penyemprot


Cara lain untuk memperoleh kontak yang baik adalah dengan cara
menyemprotkan dari atas kolom menjadi percikan kecil-kecil terhadap aliran
gas yang dihembuskan dari bawah. Proses pemnyemprotan inidilakukan
untuk memperbanyak luas permukaan dengan bantuanpenyemprot.
Pembagian zat cair ini diatur agar menjadi percikan kecilyang
banyak.Mengingat ada kemungkinan terjadi pengumbatan terhadap kepala
semprot, penyemprot harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan pembongkaran yang lebih mudah, Pemasangan penyemprot
biasanya dilakukan diatas tetapi sering pula dipasang disisi samping.Contoh
: Absorpsi gas HCl dalam air

Laju penyerapan CO2dapat dihitung dengan rumus

Percobaan Analisa Karbon yang Larut dalam Air

10
Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang
digunakan untuk titrasi, maka penentuan jumlah CO2bebas (Cco2)padasuatu
tangki dengan volume (Vt volume penitran) adalah :

2. 3Kolom Absorpsi

Kolom Absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya


proses pengabsorpsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di
kolom/tabung tersebut. Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang
terkontaminasi oleh komponen lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini
dimana terdapat fase cair dari komponen tersebut.

2. 4Struktur Absorber
Gambar Stuktur absorber

11
Bagian atas :Spray untuk megubah gas input menjadi fase cair.
Bagian tengah :Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh
sehingga mudah untuk diabsorbsi
Bagian bawah :Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam
reaktor.
Keterangan :
(a) input gas (b) gas keluaran
(c) pelarut (d) hasil absorbsi
(e) disperser (f) packed column
Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan diabsorpsi
pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi kimia.Absorben
sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah
Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air
(untuk gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan
cairan), natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam)
dan asam sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Di industri absorpsi mempunyai fungsi untuk meningkatkan nilai guna
dari suatu zat dengan cara merubah fasanya. Contohnya adalah Formalin yang
berfase cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui
proses absorpsi.

12
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

4. 1Alat dan Bahan Praktikum


Seperangkat alat absorpsi

Keterangan :
 S1, S2, S3 = Valve yang diatur pada saat analisa gas CO2 dan tempat
pengambilan sample bila diperlukan
 F1 = Flowmeter Air
 F1 = Flowmeter Udara
 F1 = Flowmeter CO2
 C1 = Valve Pengatur flow air
 C2 = Valve Pengatur flow udara
 C3 = Valve pengatur flow CO2

Tabel 3.1.1 Alat


No Alat Spesifikasi Jumlah
1 Seperangkat alat absorpsi 1
2 Stop watch 1
3 Botol Semprot 1
4 Pipet Ukur 10 ml 1
5 Pipet tetes 2

13
6 Buret 50 ml 1
7 Erlenmeyer 50 ml 6
8 Baker glass 200 ml 1

Tabel 3.1.2 Bahan


No Bahan Spesifikasi
1 Aquadest
2 Udara
3 Larutan NaOH 0,125 N
4 Larutan HCl 0,1 N
5 Phenolptalein

4. 2Prosedur Kerja

1. Isi dua buah bola yang ada pada alat analisa absorbsi gas dipanel sebelah kiri
dengan 0,125 molar NaOH. Atur permukaan larutan pada bola hingga berada
pada tanda "0" pada tabung, dengan menggunakan keterangan CN, lakukan
drain.
2. Isi tanki tendon dengan air bersih dengan tiga perempat bagian (30liter).
3. Tutup control aliran gas C2dan C3. Jalankan pompa cairan dan aturlaju alir air
lewat kolom hinmgga sekitar 6 liter/ menit padaflowmeter F1 dengan
mengatur control keran C1.
4. Jalankan kompresor dan atur control keran C2 hingga memberikan laju air
udara 30 liter/menit pada flowmeter F2.
5. Dengan hati hati buka keran pengatur tekanan pada silinder karbon dioksida
dan atur keran C3 sehingga memberikan laju alir gas pada F3 sekitar laju alir
udara pada F2. Pastikan bahwa tutup aliran cairan didasar kolom sudah dibuka
jika perlu dengan mengatur controlkeran C4.
6. Sesudah 5 menit atau operasi mantap, ambil sample fas secarasimultan dari
titik S1 dan S2. Lakukan analisa gas tersebut terhadapkandungan CO2.
7. Bilas saluran sampel dengan jalan mengulang - ulang menarik pistondan
menekannya kembali ke atmosfer. Volume silinder lOOcc, perkirakan
volume tabung yang berisi udara yang tinggal didalamalat. Kemudian
beberapa kali lakukan langkah menghisap danmenekan.

14
8. Dengan bola absorbsi terisolasi dan saluran keudara tertutup, isi selinder
dari saluran yang dipilih dengan menarik piston ke luar pelan pelan. Catat
volume gas yang dihisap kedalam silinder V2 hendaknya sekitar 20 ml.
Tunggu sedikitnya dua menit sehinggatemperature gas didalam silinder sama
dengan temperature silinder.
9. Putuskan hubungan silinder dari kolom dan bola serta saluran buang ke
atmosfir tutup setelah sekitar 10 detik.
10. Hubungkan silinder dengan bola, absorbsi di permukaan cairandidalam
pipa harus tetap. Jika berubah buka pelan pelan saluran keatmosfir lagi.
11. Tunggu sampai permukaan di dalam silinder sama dengan tekananatmosfir.
12. Pelan pelan tekan piston, hingga silinder kosong karena gas masuk kedalam
bola absorbsi. Pelan pelan tarik kembali piston. Catat tinggipermukaan pada
tabung indikator, hingga tidak terdapat perubahanpermukaan cairan di dalam
tabumg indikator. Tingi permukaan cairandi dalam tabung indikator V2. ini
menunjukan volume gas C02 di dalamcampuran sample.
13.
Percobaan Absorbsi Karbon Dioksida kc dalam Air

1. Isi tanki tendon di bawah kolom sebanyak ¾ penuh dengan air deionisasi.
Catat volume air yang ada dalam tendon (Vt).
2. Dengankeranganpengontrol aliran gas C2 dan C3 dalam keadaan tertutup
hidupkan pompa air dan atur aliran air melalui kolom dengan mengantur
keran pengontrol aiiran C1agar terbaca pada flowmeter F1 sebesar 6 liter /
menit.
3. Hidupkan kompresordanatur keran pengontrol C2 agar diperolehaliran udara
kurang lebih 10% dari skala penuh pada flowmeter F2.
4. Secara hati-hati bukanlah kerena pengatur tekanan pada silinder karbon
dioksida dan atur keran C3agar pada flowmeter. F3 terbaca kira kira setengah
dari aliran udara F2yakni bahwa cairan tetap pada tempatnya,bila perlu atur
keran pengontrol C4.
5. Setelah 15 menit operasi berlangsung, ambillah 10 ml sample dari S4 dan
S5dengan selang setiap 5 menit.

15
Percobaan Analisa Karbon yang Larut dalam Air

1. Kelarutan sample dari S5 atau S4 sebanyak 10 ml.


2. Tampung sample dalam gelas ukur, buang larutan diatas tanda batas100ml.
3. Tambahkan 5-10 tetes indicator phenolptalin, bila sample segeramenjadi
merah maka tidak ada CO2bebas . Bila sample tetaptidak berwarna, maka
titrasi dengan larutan alkali standard. Adukdengan batang pengaduk hingga
diperoleh warna merah muda yangtidak hilang selama 30 detik. Catat volume
larutan alkali yangditambahkan pada saat terjadi perubahan warna sebagai
titikakhir.

3.3 Skema Kerja

Gambar 3.2.2 Skema Kerja

16
Memasukan 150 gram NaOH 0,125 N yang telah
diarutkan pada 30 liter air ke bak umpan

Menghubungkan ke instalasi listrik dan


Menghidupkan (on) keran udara dan air

Mengatur laju alir air, udara dan gas CO2

Mengambil sampel pada tangki setiap 5 menit hingga


diperoleh 7 sampel

Meneteskan 3 tetes indikator Phenolphtalein (PP)

Mentitrasi sampel dengan pentitran (HCl 0,1 N)

Mencatat Volume Pentitran yang digunakan

Mencari Konsentrasi CO2 bebas dalam sampel

Mencari laju absorpsi CO2 ke dalam air

BAB IV

17
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan


 Volume NaOH dalam tanki : 30 Liter
 Massa NaOH ditambahkan : 120 gram
 Konsentrasi NaOH : 0,125 N
 Konsentrasi HCl : 0,1 N
Kondisi Proses Absorpsi

Wa Laju Laju Laju Volum Volum Laju


ktu Alir Alir Alir Dari Tangki
e gas e Perhitungan Penyer
Dari Outlet Cairan
WaktuNaOH Udara CO2 (CO2) NaOH apan
Vsampel Vtitran Vtitran Vsampel
(menit) (CCO2) M Y1 = (mL)
Y0 = (CCO2) M
(F1, (mL)(F2, (mL)
(F3, (V1, L) (V2, L)(mL) CO2
5 10 11,8 0,118 11.35 F3/F V 102/V1 0,1135
10 lt/mnt) 10 lt/mnt) lt/mnt)
11,5 0,115 10.6 2+F3 10 (Fa)
0,106
15 10 10.15 0,1015 9.5 10 (liter/
0,095
20 10 9.05 0,0905 8.1 10 0,081
mnt)
25 10 7.95 0,0795 8.05 10 0,0805
5 30 6 10 30 3
7.7 4,2152
0,077 0,9606.9 0,09 10
0,2277 -5,884
0,069
1035 6 10 30 7.0
3 0,07 0,9606.4 0,09 10
6,9643 0,1378 0,064
-1,829
15 6 30 3 10,996 0,960 0,09 0,0873 0,098
20 6 30 3 16,128 0,960 0,09 0,0595 1,0701
25 6 30 3 16,311 0,960 0,09 0,0588 1,0939
30 6 30 3 20,526 0,960 0,09 0,0467 1,4989
35 6 30 3 22,359 0,01 0,09 0,0429 1,6239
Tabel Titrasi Asam Basa Sampel dalam Tanki
(Volume Sampel 10 ml)
Konsentrasi Konsentrasi Mol Mol Konsentrasi
Waktu NaOH setelah NaOH sebelum NaOH CO2 CO2 (M)
(Menit) pengenceran pengenceran (N) (Mol) (Mol)
(N)
5 0,1180 0,236 7,08 3,540 0,1180
10 0,1150 0,230 6,90 3,450 0,1150
15 0,1015 0,203 6,09 3,045 0,1015

18
20 0,0905 0,181 5,43 2,715 0,0950
25 0,0795 0,159 4,77 2,385 0,0795
30 0,0770 0,154 4,62 2,310 0,0770
35 0.0700 0,140 4,20 2,100 0,0700

Tabel Titrasi Asam Basa Sampel Keluaran S2


Konsentrasi Mol Mol Konsentrasi
Volume
Waktu Volume Rata-rata NaOH CO2 CO2 (M)
Sampel
(Menit) HCl (ml) NaOH (N) sisa (Mol) Yang
(ml)
(Mol) terserap
11.35 5,75 x 10-3
5 10 0,1135 3,405 0,1725
10.60 9,50 x 10-3
10 10 1,0600 3,180 0,2850
9.50 15,00 x 10-3
15 10 0,0950 2,850 0,4500
8.10 22,00 x 10-3
20 10 0,0810 2,430 0,6600
8.05 22,25 x 10-3
25 10 0,0805 2,415 0,6675
6.90 28,00 x 10-3
30 10 0,0690 2,070 0,8400
35 10 6,40 0,0640 1,920 0,9150 30,50 x 10-3

Penyajian Data dan Kurva

Kecepatan
Aliran inlet Aliran inlet CO2
M (CO2)t M (CO2)O absorpsi
Waktu CO2 dalam dalam terlarut di
dari dari outlet (Mol/dt) = F1
(menit) tangki =F1 x outlet = F1 x
tangki cairan x (M(CO2 )t -
M(CO2)t M(CO2)O
M(CO2)O)
5 0,1180 0,1135 0,708 0,681 0,162
10 0,1150 0,106 0,69 0,636 0,324
15 0,1015 0,095 0,609 0,57 0,234
20 0,0905 0,081 0,543 0,486 0,342
25 0,0795 0,0805 0,477 0,483 -0,036
30 0,0770 0,069 0,462 0,414 0,288

19
35 0,0700 0,064 0,42 0,384 0,216

Kurva Konsentrasi CO2 pada Tangki VS Waktu


0.14

0.12
y = -0.0086x + 0.1276
R² = 0.9707
Konsentrasi Tanki

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
5 10 15 20 25 30 35
Waktu

Kurva Konsentrasi Outlet Cairan VS Waktu


0.12
Konsentrasi Outlet Cairan

0.1 y = -0.0085x + 0.1209


R² = 0.9745
0.08

0.06 Kurva Konsentrasi Outlet


Cairan VS Waktu
0.04
Linear (Kurva Konsentrasi
0.02 Outlet Cairan VS Waktu)

0
5 10 15 20 25 30 35
Waktu

20
Kurva antara Laju Penyerapan CO2 terhadap
Waktu
20
y = 0.7918x - 9.3704
15 R² = 0.9377
Laju Penyerapan

10

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
-5

-10
Waktu

 Menghitung Jumlah CO2 yang Bebas dalam Air selama Proses


a. CO2 yang terlarut dalam air
n = M x V

N5 = 0,118 M x 10 mL = 1,18 mmol


N10 = 0,115M x 10 mL = 1,15 mmol
N15 = 0.1015M x 10 mL = 1,015mmol
N20 = 0,0905M x 10 mL = 0,905 mmol
N25= 0,0795M x 10 mL = 0,795 mmol

N30= 0.077M x 10 mL = 0,77 mmol

N35= 0,07M x 10 mL = 0,7 mmol

Jumlah CO2yang terserap = 1,18 mmol + 1,15 mmol + 1,015 mmol + 0,905
mmol + 0,795 mmol + 0,77 mmol + 0,7mmol =6,515 mmol = 0,006515 mol
Jadi, jumlah CO2 yang terserap di dalam air selama percobaan adalah 6,515 mmmol
atau 0,006515 mol

b. CO2 yang seharusnya larut dalam air dan yang bebas


𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
2 ×60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
n = 24,4 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟/𝑚𝑜𝑙
= 4,91 mol
CO2 yang bebas dan tidak terserap = 4,91803 - 0,006151 mol
= 4,9118

21
4.2 PEMBAHASAN
Jihan Amilia N (181411080)
Pada percobaan kali ini dilakukan proses absorpsi gas CO2 menggunakan NaOH
sebanyak 120 gram yang di larutkan kedalam 30 liter air. Larutan NaOH yang dipakai akan
bereaksi dengan CO2 menghasilkan air Na2CO3 yang merupakan garam.
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Alat absorpsi yang digunakan adalah jenis kolom isian (Packing Column). Larutan NaOH
yang dipakai akan dialirkan ke atas menara dan gas CO2 dialirkan dari bagian bawah menara.
Karena sifat cairan mengalir ke bawah mengikuti grafitasi dan gas CO2 berat jenisnya lebih
rendah dari pada udara mengalir ke atas, keduanya akan bertemu dan menghasilkan reaksi.
Pada jenis ini menara absorpsi memiliki isian berupa sejenis polimer kaca yang berfungsi
sebagai media perpindahan massa. Pada packing tersebut tejadi kontak antara air dan CO2,
semakin banyak packing yang digunakan maka perpindahan massa dari CO2 ke air akan
semakin efektif.
Sebelum alat diopersikan, dilakukan titrasi pada waktu t=0 dan diperoleh
konsentrasi NaOH sebesar 0.125 N. Selanjutnya alat dioperasikan dengan mengatur laju alir
NaOH sebesar 6 liter/menit, laju alir udara 30 liter/menit, dan laju alir CO2 3 liter/menit pada
menara absorpsi. Sampel pertama kali diambil saat 5 menit setelah dimulai pengoperasian
alat absorpsi. Setelah itu sampel diambil setiap 5 menit sekali. Pengambilan sampel
dilakukan selama 7 kali hingga 35 menit alat beroperasi. Dari persaman reaksi antara CO2
dengan NaOH, maka larutan sampel akan mengandung natrium karbonat (Na2CO3) dan
natrium hidroksida (NaOH) sisa yang tidak beraksi dengan karbon dioksida (CO2). Untuk
mengetahui kadar CO2 digunakan titrasi asam basa dengan larutan standar HCl 0,1N untuk
mentitrasi NaOH sisa yang terdapat pada sampel.Menurut teori semakin lama waktu absropsi
semakin banyak gas CO2 yang terserap namun efektifitas penyerapan semakin berkurang.
Hal ini disebabkan karena semakin lama konsentrasi NaOH menurun karena bereaksi dengan
CO2.

Dari Tangki Dari Outlet Cairan


Waktu
Vsampel Vtitran Vtitran Vsampel
(menit) (CCO2) M (CCO2) M
(mL) (mL) (mL) (mL)
5 10 11,8 0,118 11.35 10 0,1135
10 10 11,5 0,115 10.6 10 0,106

22
15 10 10.15 0,1015 9.5 10 0,095
20 10 9.05 0,0905 8.1 10 0,081
25 10 7.95 0,0795 8.05 10 0,0805
30 10 7.7 0,077 6.9 10 0,069
35 10 7.0 0,07 6.4 10 0,064
Sampel diambil dari tangki (inlet) dan dari bagian keluaram ( output) . Dari data yang
diperoleh pada table di atas,terlihat bahwa kosentrasi outlet lebih rendah daripada konsentrasi
inlet. Seharusya kosentrasi inlet harus lebih rendah daripada outlet, karena inlet yang
mengandung NaOH konsentrasinya akan semakin menurun.
Laju Penyerapan
CO2 (liter/menit)
-5,884
-1,829
0,098
1,0701
1,0939
1,4989
1,6239

Selain itu, dari hasil pengolahan dan perhitungan data diperoleh semakin lama
waktu operasi akan semakin bertambah laju penyerapan CO2 yang seharusnya efektifitas
penyerapan semakin berkurang.

Luthfiana Nurfauziah (181411082)


Rahmi Almalikus S (181411086)
Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan absorpsi dengan menggunakan menara
isian (packed column). Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang
dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah,pemasukan zat cair dan
distributornya pada bagian atas, dan pengeluaran gas dan zat cair masing – masing di atas dan di
bawah. Tujuan pada praktikum kali ini adalah untuk memahami proses absorpsi dan prinsip
kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 kedalam air, dan menghitung jumlah CO2
bebas dalam air.

Untuk laju alir,laju alir yang kami gunakan pada proses absorpsi itu sendiri adalah 6
L/menit untuk laju alir air, 30 L/menit untuk laju alir udara, dan 3 L/menit untuk laju alir CO2.
Percobaan ini dilakukan sebanyak 7 kali per 5 menit sehingga didapatkan 7 data masing – masing
untuk cairan dalam tangki dan cairan keluaran outlet, hasilcairan – cairan tersebut kami titrasi
23
dengan HCl dengan menggunakan indicator pp (phenolptalein) sehingga didapatlah volume untuk
masing – masing gas dari hasil perhitungan kami mendapatkan nilai laju kecepatan absorpsi
sebesar 0.162 L/menit; 0.324 L/menit; 0.234 L/menit; 0.342 L/menit; -0.036 L/menit; 0.288
L/menit; 0.216 L/menit. Dan jumlah CO2 yang bebas dalam air yaitu 1,18 mmol; 1,15 mmol;
1,015mmol; 0,905 mmol; 0,795 mmol; 0,77 mmol; 0,7 mmol. Dari hasil perhitungan tersebut
membuktikan bahwa kami mendapatkan data yang menurun sesuai dengan yang seharusnya. Ini
membuktikan bahwa daya larut gas dalam cairan bergantung pada suhu dan tekananya, serta lama
proses yang terjadi, semakin lama proses daya larut gas akan semakin rendah, begitupun dengan
suhunya.

Ririn Rismawati (181411088)


Pada praktikum kami mengenai absorbsi ini, bertujuan untuk memahami proses
absorbsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorbsi CO2 kedalam air, serta
menghitung jumlah CO2 bebas dalam air. Absorbsi Cair-Gas merupakan salah satu operasi
pemisahan dalam industri kimia dimana suatu campuran gas (fasa terlarut) dikontakkan
dengan suatu cairan penyerap (absorber) yang sesuai, sehingga satu atau lebih komponen
dalam campuran gas larut dalam cairan penyerap tersebut..
Absorbsi dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,125 N yang dialirkan kedalam
kolom packing. Larutan NaOH 0,125 N dialirkan dari bagian atas kolom, sedangkan udara
tekan (CO2) yang akan diabsorpsi dialirkan dari bagian bawah kolom. Diketahui cairan
memiliki berat jenis yang lebih besar dari gas, cairan juga akan mengalir dari tempat yang
lebih tinggi ke rendah (akibat gaya gravitasi), sedangkan gas akan bergerak dari bawah ke
atas sehingga proses ini dinamakan dengan proses counter current, karena proses berlawanan
arah. Untuk penggunakan kolom packing bertujuan agar memperluas permukaan bidang
kontak antara NaOH dengan CO2. Sehingga didapatkan proses absorbsi yang optimal.
Dalam melakukan analisa banyaknya gas CO2yang terserap, kami menggunakan
metode titrasi asam basa menggunakan HCl 0,1 N dengan menambahkan indikator PP. Gas
CO2 yang terbawa oleh udara tekan akan diikat oleh NaOH sehingga dihasilkan keluaran
cairan NaOH yang sudah mengandung CO2 karena sudah terjadi kontak antara CO2 dan
NaOH di kolom packing. Semakin banyak kandungan CO2yang terserap akan memiliki

24
hubungan berbanding lurus dengan banyaknya larutan NaOH penitrannya.Reaksi yang
terjadi pada proses ini yaitu :
CO2 (g) + 2NaOH (aq) ↔ NaCO3 (aq) + H2O (l)
Kondisi proses yang diperlakukan pada praktikum ini yaitu: laju alir cairan NaOH pada
6L/menit; laju alir udara pada 30 L/menit; laju alir gas CO2 pada 3 L/menit. Untuk menganalisa
kadar NaOH sisa dan jumlah CO2 yang diabsorpsi, diambil sampel pada keluaran kolom/selang
dan dalam tangki setiap 5 menit hingga diperoleh 7 sampel.
Grafik konsentrasi CO2bebas terhadap waktu menunjukkan adanya penurunan
konsentrasi. Ini sesuai dengan teori bahwa semakin lama waktu operasi, semakin banyak gas
CO2 yang terabsorpsi karena terjadi kontak yang lebih lama dalam kolom absorbsi yang
ditandai dengan penurunan konsentrasi CO2 bebas. Sedangkan pada grafik laju penyerapan
CO2 terhadap waktu menunjukkan peningkatan laju, yang awalnya hanya -5,8838 L/menit
pada 5 menit pertama kemudian semakin meningkat menjadi 1,6239 L/menit setelah
beroperasi selama 35 menit. Semakin lama waktu operasi, semakin cepat laju penyerapannya
yang terlihat jelas pada menit ke-15 sampai ke-20 dengan peningkatan sigfikikan.
Pada percobaan ini, didapatkan gas CO2 yang terabsorbsi hanya sedikit, hal ini dapat
terjadi dikarenakan konsentrasi CO2 diudara sangat kecil, hanya menggunakan gas CO2 dari
udara, CO2konsentrasi penitran terlalu besar, suhu, tekanan operasi, konsentrasi komponen
dalam cairan, konsentrasi didalam aliran gas, luas bidang kontak, dan luas waktu kontak,
tinggi rendahnya laju alir yang diberikan oleh udara, waktu, dan zat yang diabsorpsi itu
sendiri/konsentrasi zat.

25
BAB V
SIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Absorbsi dilakukan menggunakan larutan NaOH 0,125 N yang dialirkan kedalam
kolom packing. Larutan NaOH 0,125 N dialirkan dari bagian atas kolom, karena cairan
memiliki berat jenis yang lebih besar dari gas, cairan juga akan mengalir dari tempat
yang lebih tinggi ke rendah (akibat gaya gravitasi), sedangkan udara tekan (CO2) yang
akan diabsorpsi dialirkan dari bagian bawah kolom karena gas akan bergerak dari
bawah ke atas sehingga proses ini dinamakan dengan proses counter current, karena
proses berlawanan arah. Penggunaan kolom packing bertujuan agar memperluas
permukaan bidang kontak antara NaOH dengan CO2. Sehingga didapatkan proses
absorbsi yang optimal.

2. Laju penyerapan CO2 yang dihasilkan sebesar


a) 5 menit
Laju penyerapan CO2 = - 5, 884 liter/menit
b) 10 menit
Laju penyerapan CO2 = -1,829 liter/menit
c) 15 menit
Laju penyerapan CO2 = 0,098 liter/menit
d) 20 menit
Laju penyerapan CO2 = 1,0701 liter/menit
e) 25 menit
Laju penyerapan CO2 = 1,0939 liter/menit
f) 30 menit
Laju penyerapan CO2 = 1,4989 liter/menit
g) 35 menit
Laju penyerapan CO2 = 1,6239 liter/menit

26
3. Konsentrasi CO2 yang dihasilkan sebesar
 5 Menit
𝐶𝑐𝑜2 = 0,1180 M
 10 Menit
𝐶𝑐𝑜2 =0,1150 M
 15 Menit
𝐶𝑐𝑜2 =0,1015 M
 20 Menit
𝐶𝑐𝑜2 =0,0950 M
 25 Menit
𝐶𝑐𝑜2 =0,0795 M
 30 Menit
𝐶𝑐𝑜2 =0,0770 M
 35 Menit
𝐶𝑐𝑜2 =0,0700

27
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi “ Absorpsi “, Jurusan Teknik Kimia POLBAN.
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi “ Absorpsi “, Jurusan Teknik Kimia
POLBAN,2003.
Mc CABE and Werren I Smith Julian C and Harriot., Unit Operations of Chemical
Engineering, 3rd, New York.
Mc. Growhill Book Co Fourth Edition 1993
Robert H Perry “ Chemical Engineering Handbook” Mc Grow-hill Fourth Edition,
USA 1998.

28
LAMPIRAN

Perhitungan Konsentrasi CO2 dari Tangki (inlet)


1. t = 5 menit
2. t = 10 menit
Dik: VHcl=11.8 ml NHcl = 0,1N
Dik: VNaOH =21 ml NNaOH = 0,1N
VSampel =10 ml ml
Dik: VHcl=11.5 ml NHcl = 0,1N
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
VSampel =10 ml Dit: Konsentrasi CO2
Jawab:
=?
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
11.8 𝑥 0,1
Jawab:
NCO2 = = 𝟎, 𝟏𝟏𝟖𝑵
10 VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
11.5 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟏𝟏𝟓𝑵
10

3. t = 15 menit
4. t = 20 menit
Dik: VHcl=10.15 ml NHcl = 0,1N
Dik: VHcl=9.05 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml
VSampel =10 ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab:
Jawab:
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
10.15 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟏𝟎𝟏𝟓𝑵 9.05 𝑥 0,1
10 NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟗𝟎𝟓 𝑵
10

5. t = 25 menit
6. t = 30 menit
Dik: VHcl= 7.95 ml NHcl = 0,1N
Dik: VHcl= 7.7 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml
VSampel =10 ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab:
Jawab:

29
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2 VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
7.95 𝑥 0,1 7,7 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟕𝟗𝟓𝑵 NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟕𝟕𝑵
10 10

7. t = 30 menit
Dik: VHcl= 7 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab:
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
7 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟕 𝑵
10

Perhitungan Konsentrasi CO2 dari Outlet


8. t = 5 menit 9. t = 10 menit
Dik: VHcl=11.35 ml NHcl = 0,1N Dik: VHcl=10.6 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml ml VSampel =10 ml ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ? Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab: Jawab:
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2 VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
11.35𝑥 0,1 10.6 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟏𝟏𝟑𝟓𝑵 NCO2 = = 𝟎, 𝟏𝟎𝟔𝑵
10 10

11. t = 20menit
10. t = 15 menit
Dik: VHcl= 8.1 ml NHcl = 0,1N
Dik: VHcl= 9,5 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml
VSampel = 10 ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab:
Jawab:
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2

30
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2 8.1 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟖𝟏𝑵
10
9.5 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟗𝟓 𝑵
10

13. t = 30 menit
12. t = 25 menit
Dik: VHcl= 6.9 ml NHcl = 0,1N
Dik: VHcl= 8.05 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml
VSampel =10 ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab:
Jawab:
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2 6,9 𝑥 0,1
8,05 𝑥 0,1
NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟔𝟗𝑵
10
NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟖𝟎𝟓 𝑵
10

14. t = 35 menit
Dik: VHcl= 6.4 ml NHcl = 0,1N
VSampel =10 ml
Dit: Konsentrasi CO2 = ?
Jawab:
VHclx NHcl = Vsampel x NCO2
6,4 𝑥 0,1
15. NCO2 = = 𝟎, 𝟎𝟔𝟒 𝑵
10

a. NaOH dalam umpan


150 𝑔𝑟𝑎𝑚
 Mol NaOH = 40 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙

= 3,75 mol
3 ,75 𝑚𝑜𝑙
NaOH = 30 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟

= 0,125 N

31
b. Perhitungan Mol NaOH Sisa dan Mol CO2 pada Keluaran S2
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Sample t = 5 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 11,35 ml x 0,1
N = 0,1135 N
 Mol NaOH = 0,1135 N x 30 L
= 3,405 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−3,405 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,1725 mol
Sample 10 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 10,6 ml x 0,1
N = 1,06 N
 Mol NaOH = 0,106 N x 30 L
= 3,18 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−3,18 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,285 mol
Sample 15 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 9,5 ml x 0,1
N = 0,095 N
Mol NaOH = 0,095 Nx 30 L
= 2,85 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−2,85 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,45 mol
Sample 20 menit

32
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 8,1 ml x 0,1
N = 0,081 N
 Mol NaOH = 0,081 N x 30 L
= 2,43 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−2,43 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,66 mol
Sample 25 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 8.05 ml x 0,1
N = 0,208 N
 Mol NaOH = 0,0805 N x 30 L
= 2,415 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−2,415 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,6675 mol

Sample 30 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 6,9 ml x 0,1
N = 0,069 N
 Mol NaOH = 0,069 N x 30 L
= 2,07 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−2,07 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,84 mol
Sample 35 menit

33
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 6,4 ml x 0,1
N = 0,064 N
 Mol NaOH = 0,064 N x 30 L
= 1,92 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
 Mol CO2 = 2
3,75 𝑚𝑜𝑙−1,92 𝑚𝑜𝑙
= 2
= 0,915 mol

c. Perhitungan Mol NaOH Sisa dan Mol CO2 pada Tangki


CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O
Sample 5 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 11,8 ml x 0,1 N
N = 0,118 N (encer)
 Mol NaOH = 0,236 N x 30 L
= 7,08 mol
1
 Mol CO2 = 7,08 mol x 2

= 3,54 mol
Sample 10 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 11,5 ml x 0,1 N
N = 0,115 N(encer)
 Mol NaOH = 0,23 Nx 30 L
= 6,9 mol
1
 Mol CO2 = 6,9 mol x 2

= 3,45 mol
Sample 15 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl

34
10 ml x N = 10,15 ml x 0,1 N
N = 0,1015 N(encer)
 Mol NaOH = 0,203 Nx 30 L
= 6,09 mol
1
 Mol CO2 = 6.09 mol x 2

= 3,045 mol

Sample 20 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 9,05 ml x 0,1 N
N = 0,0905N(encer)
 Mol NaOH = 0,181 Nx 30 L
= 5,43mol
1
 Mol CO2 = 5,43 mol x 2

= 2,715 mol
Sample 25 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 7,95 ml x 0,1 N
N = 0,0795N(encer)
 Mol NaOH = 0,159 Nx 30 L
= 4,77mol
1
 Mol CO2 = 4,77 mol x 2

= 2,385 mol

Sample 30 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 7,7 ml x 0,1 N
N = 0,077N(encer)
 Mol NaOH = 0,154 Nx 30 L

35
= 4,62 mol
1
 Mol CO2 = 4,62 mol x 2

= 2,31 mol
Sample 35 menit
 VNaOH x NNaOH = VHCl x NHCl
10 ml x N = 7 ml x 0,1 N
N = 0,07N(encer)
 Mol NaOH = 0,14 Nx 30 L
= 4,2 mol
1
 Mol CO2 = 4,2 mol x 2

= 2,1 mol
Perhitungan Volume Gas CO2 (V1)
𝑛𝑅𝑇
PV=nRT 𝑉= 𝑃
P = 1 bar = 1 atm R = 0,0082 L atm/mol K T = 25oC = 298K
 5 menit
𝑎𝑡𝑚
0,1725 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 4,21521 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚
 10 menit
𝑎𝑡𝑚
0,285 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 6,96426 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚
 15 menit
𝑎𝑡𝑚
0,45 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 10,9962 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚
 20 menit
𝑎𝑡𝑚
0,66 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 16,12776 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚
 25 menit
𝑎𝑡𝑚
0,6675 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 16,31103 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚
 30 menit

36
𝑎𝑡𝑚
0,84 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 20,52624 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚
 35 menit
𝑎𝑡𝑚
0,915 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,082 𝐿 𝑚𝑜𝑙 𝐾 𝑥 298 𝐾
𝑉= = 22,35894 𝐿
1 𝑎𝑡𝑚

d. Laju penyerapan CO2 (x)


(𝑦1 − 𝑦0)(𝐹2 + 𝐹3)
𝐹𝑎 =
(1 − 𝑦0)
 5 menit
(−0,1377)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = -5,8838 liter/menit
(1−0,2277)
 10 menit
(−0,0478)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = -1,8295 liter/menit
(1−0,1378)
 15 menit
(0,0027)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = 0,0976 liter/menit
(1−0,0873)
 20 menit
(0,0305)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = 1,0701 liter/menit
(1−0,0595)
 25 menit
(0,0312)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = 1,0939 liter/menit
(1−0,0588)
 30 menit
(0,0433)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = 1,49889 liter/menit
(1−0,0467)
 35 menit
(0,0471)(33)𝑙⁄𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝐹𝑎 = = 1,6239 liter/menit
(1−0,0429)

37
Perhitungan Aliran Inlet dan Kecepatan Absorpsi

1. t = 5 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,118 mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,1135 mol/lt
F1 = 6 liter/menit
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,118 = 0,708 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,1135 = 0,681 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0.118 – 0,1135)
Kecepatan Absorpsi = 0,027 lt/menit
2. t = 10 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,115 mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,106 mol/lt
F1 = 6 liter/menit
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,115 = 0,69 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,106 = 0,636 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0,115 – 0,106)
Kecepatan Absorpsi = 0, 054 lt/menit
3. t = 15 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,1015 mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,095 mol/lt
F1 = 6 liter/menit

38
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,1015 = 0,609 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,095 = 0,57 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0,1015 – 0,095)
Kecepatan Absorpsi = 0.039 lt/menit
4. t = 20 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,0905 mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,081 mol/lt
F1 = 6 liter/menit
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,0905 = 0,543 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,081 = 0,486 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0,543 – 0,486)
Kecepatan Absorpsi = 0,057 lt/menit
5. t = 25 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,0795mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,0805 mol/lt
F1 = 6 liter/menit
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t

39
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,0795 = 0,477 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,0805 = 0,483 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0,0795 – 0,0805)
Kecepatan Absorpsi = - 0,006 lt/menit
6. t = 30 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,077mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,069 mol/lt
F1 = 6 liter/menit
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,077 = 0,462 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,069 = 0,414 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0,077 – 0,069)
Kecepatan Absorpsi = 0,048 lt/menit
7. t = 35 menit
Dik: Kons. CO2 dari tangki inlet (CCO2t) = 0,07mol/lt
Kons. CO2 dari tangki outlet (CCO2O) = 0,064 mol/lt
F1 = 6 liter/menit
Dit: a) aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki
b) aliran inlet CO2 terlarut di outlet
c) kecepatan absorpsi
jawab:
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = F1x CCO2t
Aliran inlet CO2 terlarut dalam tangki = 6 x 0,07 = 0,42 mol/menit
 Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = F1x CCO2O
Aliran inlet CO2 terlarut dalam outlet = 6 x 0,064 = 0,384 mol/menit
 Kecepatan Absorpsi = F1 (CCO2t - CCO2O)
Kecepatan Absorpsi = 6 (0,07 – 0,064)

40
Kecepatan Absorpsi = 0, 036 lt/menit

41

Anda mungkin juga menyukai