Materi :
Absorpsi CO2 dengan Larutan NaOH
Disusun Oleh :
Adrianus Gabriel Pranata
Group : 4/Selasa
Laporan praktikum yang berjudul Absorpsi CO2 dengan Larutan NaOH yang
disusun oleh :
Kelompok / Hari : 4/Selasa
Anggota : 1. Adrianus Gabriel Pranata NIM. 21030119130067
2. Marthadita Nisa Ariella NIM. 21030119120001
3. Velny NIM. 21030119130125
Telah disetujui pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 11 Maret 2021
Prof. Dr. Andri Cahyo K., S.T., M.T. Rahma Sekar Alief
19740523 199802 1 001 NIM. 21030118120028
ii
RINGKASAN
iii
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
kebaikanNya sehingga laporan Praktikum Proses Kimia ini dapat diselesaikan dengan
lancar dan sesuai dengan harapan. Adapun isi laporan ini adalah pembahasan mengenai
hasil percobaan dari praktikum Absorpsi CO2 dengan larutan NaOH. Laporan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. T. Aji Prasetyaningrum, S.T., M. Si. selaku penanggungjawab Laboratorium
Proses Kimia.
2. Prof. Dr. Andri Cahyo K., S.T., M.T. selaku dosen pengampu materi Absorpsi CO2
dengan larutan NaOH.
3. Nurfiningsih, S.T. dan Sungkowo, S.T., selaku laboran Laboratorium Proses Kimia
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang
4. Kenshi Budhi Saputra selaku koordinator asisten Laboratorium Proses Kimia.
5. Rahma Sekar Alief dan M. Daffa Rizky Dwiputra sebagai asisten pengampu materi
Absorpsi CO2 dengan larutan NaOH
6. Seluruh asisten Laboratorium Proses Kimia.
Penulis menyadari banyak kekurangan pada penulisan laporan ini. Oleh karena
itu, saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan penulisan
selanjutnya. Semoga laporan ini dapat berguna dan dapat bermanfaat sebagai
penambah ilmu pengetahuan.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 17
5.2 Saran............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 18
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Ammonia ................................................................................................... 3
Gambar 2.2 Mekanisme absorpsi gas CO2 dalam larutan NaOH ................................. 4
Gambar 3.1 Skema Rancangan Praktikum .................................................................. 7
Gambar 3.2 Rangkaian Alat Utama ............................................................................. 8
Gambar 4.1 Hubungan konsentrasi NaOH dengan jumlah mol CO2 yang terserap
pada Berbagai Waktu .............................................................................. 11
Gambar 4.2 Hubungan konsentrasi NaOH terhadap nilai k Ga ................................... 12
Gambar 4.3 Hubungan konsentrasi NaOH terhadap nilai k La .................................... 13
Gambar 4.4 Hubungan konsentrasi NaOH terhadap nilai k 2 ..................................... 14
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Sementara
Lembar Perhitungan Reagen
Lembar Perhitungan
Referensi
Lembar Asistensi
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap
pada berbagai waktu reaksi ?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase gas (kGa).
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan
massa CO2 fase cair (kLa).
4. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara
CO2 dan NaOH (k2) ?
1.3 Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa mampu menjelaskan
mengenai beberapa hal berikut:
1. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap jumlah CO2 yang terserap pada
berbagai waktu reaksi.
2. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2
fase gas (kGa).
3. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2
fase cair (kLa).
4. Pengaruh konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO 2 dan
NaOH (k2).
1.4 Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat memahami reaksi yang terjadi pada reaktan yang berupa
gas dan cair (heterogen) dan menerapkannya dalam penelitian perancangan
reactor dan alat proses yang terkait.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia
dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu
sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorpsi
dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorpsi fisik dan absorbsi kimia.
Absorpsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia.
Contoh proses ini adalah absorbsi gas H2S dengan air, methanol, propilen
karbonat. Penyerapan gas oleh larutan penyerap terjadi karena adanya interaksi
fisik. Mekanisme proses absorpsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model,
yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi
oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui.
Absorpsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa
pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh
peristiwa ini adalah absorpsi gas CO2 dengan larutan MEA, NaOH, K2CO3 dan
sebagainya. Aplikasi dari absorpsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan
gas CO2 pada pabrik amonia seperti yang terlihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Proses absorpsi dan desorpsi CO2 dengan pelarut MEA di pabrik
Ammonia.
Proses absorpsi gas dengan fase cair dapat dilakukan dalam tangki
berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung (bubble
column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column),
atau piringan (tray column). Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya
didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan
ekonomi.
3
2.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh
Cairan
Secara umum, proses absorpsi gas CO2 kedalam larutan NaOH yang
disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa
CO2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan
antara CO2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO 2 dari
lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO 2 terlarut dengan
gugus hidroksil (OH-). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2
4
dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO2 dan [OH-}, yaitu = 2. Di
fase cair, reaksi antara CO2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa
tahapan proses:
NaOH(s) Na+(l) + OH-(l) (a)
CO2(g) CO2(l) (b)
CO2(l) + OH-(l) HCO3-(l) (c)
HCO3-(l)+ OH-(l) H2O(l) + CO32-(l) (d)
CO32-(l) + Na+(l) Na2CO3(l) (e)
Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga
proses absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO 2 ke dalam
larutan NaOH terutama jika CO2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan
gas lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c
(Juvekar dan Sharma, 1973).
Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan :
𝑎.𝐻.𝑝𝑔.√𝐷𝐴.𝑘2 .[𝑂𝐻 − ]
𝑅𝑎 = 𝑎.𝐻.√𝐷𝐴.𝑘2 .[𝑂𝐻−]
(4)
1+
𝑘𝐺𝑎
√ 𝐷𝐴 .𝑘2 .[𝑂𝐻 − ]
Jika nilai kL sangat besar, maka: ≈ 1, sehingga persamaan di atas
𝑘𝐿
menjadi:
Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH-] dalam
larutan. Hal ini berakibat:
√𝐷𝐴 .𝑘2 .[𝑂𝐻 − ] [𝑂𝐻 − ] 𝐷
𝑘𝐿
≈ 𝑧.𝐴∗
√𝐷𝐴 (6)
𝐵
Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO2 ke dalam larutan NaOH
akan mengikuti persamaan:
𝑎.𝐻.𝑝𝑔.∅.𝑘𝐿
𝑅𝑎 = 𝑎.𝐻.∅.𝑘𝐿 (7)
1+
𝑘𝐺𝑎
Nilai diffusivitas efektif (DA) CO2 dalam larutan NaOH pada suhu 30oC
adalah 2.1 x 10-5 cm2/det (Juvekardan Sharma, 1973).
5
Nilai kGa dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau
perpindahan massa total CO2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang
waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, kGa
dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000):
𝑘𝐺𝑎.𝑑𝑝2 𝜌𝐶𝑂2 .𝑄𝐶𝑂2 1,4003 𝜇𝐶𝑜2 1⁄3
= 4,0777 × [ ] × [𝜌 ] (9)
𝐷𝐴 𝜇𝐶𝑜2 .𝑎 𝐶𝑂2 .𝐷𝐴
𝑎=6(1−𝜀) 𝑉𝑣𝑜𝑖𝑑
Dengan 𝑎 = dan 𝜀 =
𝑑𝑝 𝑉𝑟
Jika tekanan operasi cukup rendah, maka plm dapat didekati ∆p = pin-pout.
Sedangkan nilai kla dapat dihitung secara empirik dengan persamaan
(Zheng dan and Xu, 1992):
𝑘𝑙𝑎 .𝑑𝑝 𝜌𝑁𝑎𝑂𝐻 .𝑄𝑁𝑎𝑂𝐻 0,3 𝜇 0,5
= 0,2258 × [ ] × [𝜌.𝐷 ] (11)
𝐷𝐴 𝜇.𝑎 𝐴
6
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Analisa data
7
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.2.1 Bahan yang digunakan
a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH) 98% : 142, 857 gr; 122,448 gr;
102, 040 gr
b. Gas Karbondioksida (CO2) yang disimpan di tabung bertekanan
c. Udara
d. Aquadest (H2O)
e. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl 25%, indikator PP, dan
MO
8
absorpsi. Selanjutnya, menghentikan aliran jika tinggi cairan di dalam
kolom tepat setinggi tumpukan packing. Mengeluarkan aliran di dalam
kolom dengan membuka kran di bawah kolom, cairan tersebut
ditampung di dalam erlenmeyer atau gelas ukur, kemudian kran ditutup
jika cairan dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling
bawah. Mencatat volume cairan sebagai volume ruang kosong dalam
kolom absorpsi = Vvoid. Menentukan volume total kolom absorpsi,
𝜋𝐷2 𝐻
yaitu dengan mengukur diameter kolom (D) dan 𝑉𝑟 = tinggi
4
3. Operasi Absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH sesuai
variabel ke dalam kolom melalui bagian atas kolom dengan laju alir
tertentu hingga keadaan mantap tercapai. Selanjutnya mengalirkan gas
CO2 melalui bagian bawah kolom dan ukur beda ketinggian cairan
dalam manometer. Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan dari
dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar
ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya.
4. Menganalisis sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam
erlenmeyer. Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel
dititrasi dengan larutan HCl sesuai variabel sampai warna merah hampir
hilang (kebutuhan titran = a mL). Kemudian menambahkan 2-3 tetes
indikator metil jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna
jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL).
3.5 Lembar Pengamatan
-Vvoid : 114 mL
-∆Z1 : 1,8 cm
-∆Z2 : 1,7 cm
-∆Z3 : 1,5 cm
Variabel 1 (NaOH 0,35 N)
Tabel 3.1 Data kebutuhan titran pada NaOH 0,35 N
t Va (ml) Vb (ml)
0 4,4 0,8
1 4,6 0,9
2 4,6 0.9
9
3 4,7 1
4 4,9 1,2
5 5 1,3
6 5,1 1,4
7 5,2 1,5
8 5,3 1,6
9 5,5 1,8
10 5,6 1,8
10
9 4,4 1,3
10 4,6 1,4
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Jumlah Mol CO2 yang Terserap
pada Berbagai Waktu Reaksi
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh data jumlah mol CO2 yang terserap
pada berbagai waktu reaksi sesuai dengan yang disajikan pada gambar 4.1.
0,0003
Mol CO2 Terserap (mol/s)
0,00025
0,0002
0
0 2 4 6 8 10
t (menit)
Gambar 4.1 Hubungan konsentrasi NaOH dengan jumlah mol CO2 yang
terserap pada Berbagai Waktu
Dari gambar 4.1 di atas, dapat dilihat grafik pengaruh konsentrasi NaOH
terhadap jumlah mol CO2 yang terserap. Pada variabel 1 yaitu konsentrasi NaOH
sebesar 0,35 N, dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan jumlah mol CO2 yang
terserap seiring bertambahnya waktu dengan jumlah mol rata-rata CO2 yang
terserap sebesar 0,000174 mol/s. Fenomena yang sama juga terjadi pada variabel
2 dengan konsentrasi NaOH 0,30 N mengalami kenaikan jumlah mol CO 2 yang
terserap seiring bertambahnya waktu dengan jumlah mol rata-rata CO2 yang
terserap sebesar 0,000139909 mol/s. Begitupula terjadi pada variabel 3 dengan
konsentrasi NaOH 0,25 N terjadi kenaikan jumlah mol CO2 yang terserap seiring
bertambahnya waktu dengan jumlah mol rata-rata CO2 yang terserap sebesar
0,000130091 mol/s.
Penelitian yang telah dilakukan Hermanto dan Susanty (2016) menyatakan
bahwa konsentrasi NaOH memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
konsentrasi gas CO2. Semakin besar konsentrasi NaOH maka gas CO2 yang
terserap juga semakin besar sehingga konsentrasi gas CO2 akan menurun. Hal ini
dikarenakan NaOH akan bereaksi dengan CO2 menjadi senyawa disodium
bikarbonat seperti pada reaksi berikut :
12
2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O
(Hermanto & Susanty, 2016)
Hal ini sejalan dengan penelitian Sapitri (2020) bahwa semakin tinggi konsentasi
NaOH maka semakin banyak CO2 yang terserap. Hal ini dikarenakan semakin
banyak molekul NaOH yang dikontakkan dan berinteraksi dengan CO 2. Selain
dipengaruhi oleh konsentrasi, waktu kontak absorpsi juga mempengaruhi besar
CO2 yang terserap di mana semakin cepat waktu kontak maka semakin sedikit
gas CO2 yang diserap dalam kolom absorpsi. Hal ini disebabkan karena semakin
pendek waktu kontak gas dengan cairan sehingga transfer gas ke cairan semakin
kecil. Begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan teori yang ada dapat disimpulkan bahwa hasil percobaan
sesuai dengan teori di mana semakin besar konsentrasi NaOH maka semakin
besar pula mol CO2 yang terserap dan semakin lama waktu kontak maka semakin
besar pula mol CO2 yang terserap.
2,5
kGa (x10-6 mol/m3.Pa.s)
1,5
0,5
0
0,25 0,3 0,35
Konsentrasi NaOH (N)
13
Dimana pada konsentrasi NaOH 0,25 N nilai kGa-nya adalah 3,409 x 10-6
mol/m3.Pa.s, pada konsentrasi NaOH 0,3 N nilai k Ga-nya adalah 6,5117 x 10-6
mol/m3.Pa.s, dan pada konsentrasi NaOH 0,35 N nilai kGa-nya adalah 1,17358 x
10-5 mol/m3.Pa.s.
Penelitian yang telah dilakukan Kumoro dan Hadiyanto (2000)
menyatakan bahwa konsentrasi larutan yang tinggi dapat meningkatkan nilai
koefisien perpindahan massa antar fase gas-cair (kGa). Hal ini dapat terjadi karena
dengan semakin tinggi konsentrasi, maka semakin dekat jarak antar molekul
NaOH sehingga kontak antara gas dengan cairan semakin baik. Dengan
demikian, maka jumlah gas yang didapat berpindah dari fase gas menuju fase
cairan juga semakin besar. Kemampuan gas untuk berpindah dari fase gas
menuju cairan dibatasi oleh daya larut maksimum gas tersebut dalam cairan yang
berkontak dengannya (Kumoro & Hadiyanto, 2000).
Dengan membandingkan data hasil praktikum dengan teori yang ada maka
dapat disimpulkan bahwa data telah sesuai dengan teori, dimana semakin besar
konsentrasi NaOH maka nilai koefisien perpindahan massa gas CO 2 (kGa) juga
semakin meningkat.
1,5
kLa x 10-7 (m3/s)
0,5
0
0,25 0,3 0,35
Konsentrasi NaOH (N)
14
konsentrasi NaOH 0,35 N didapatkan nilai kLa sebesar 1,6504 x 10-7 m3/s. Pada
konsentrasi NaOH 0,30 N didapatkan nilai kLa yaitu 1,22568 x 10-7 m3/s.
Sedangkan pada konsentrasi NaOH 0,25 N didapatkan nilai k La yaitu 1,22356
x 10-7 m3/s. Sehingga dari gambar 4.3 dapat dikatakan bahwa semakin besar
konsentrasi NaOH maka semakin besar pula nilai tetapan perpindahan massa
CO2 pada fase cair (kLa).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Welasih (2006),
semakin besar konsentrasi larutan NaOH maka nilai kLa semakin besar karena
kontak antara gas dengan larutan semakin banyak. Pada konsentrasi NaOH
yang tinggi jumlah molekul NaOH sebagai absorben menjadi lebih banyak
sehingga akan semakin banyak molekul NaOH yang bereaksi dengan CO2.
Semakin banyak reaksi antara NaOH dengan CO2 akan semakin banyak pula
perpindahan massa interfase cair (kLa) yang terjadi (Welasih, 2006).
Dari data percobaan di atas, dapat diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi NaOH maka nilai tetapan perpindahan massa CO2 pada fase cair
akan semakin besar pula. Begitu pula sebaliknya. Sehingga hasil percobaan
sesuai dengan teori yang ada.
4.4 Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Nilai Tetapan Reaksi Antara CO2
dan NaOH (k2)
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data pengaruh
konsentrasi NaOH terhadap nilai tetapan reaksi antara CO2 dan NaOH (k2) seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 4.4.
12
10
k2 x 10-11 (m3/mol.s)
0
0,25 0,3 0,35
Konsentrasi NaOH (N)
15
m3/mol.s. Pada konsentrasi NaOH 0,30 N didapatkan nilai k2 sebesar 8,005 x10-
11
m3/mol.s. Kemudian pada konsentrasi NaOH 0,25 N didapatkan nilai k 2 yaitu
sebesar 7,937x10-11 m3/mol.s.
Nilai k dipengaruhi dengan adanya A, A merupakan faktor tumbukan dari
larutan NaOH. Hubungan antara faktor tumbukan dengan harga k2 digambarkan
melalui persamaan Arhenius:
−𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi NaOH dan semakin lama waktu tinggal CO2,
maka mol CO2 yang terlarut juga akan semakin besar pula. Hal ini
disebabkan karena pada konsentrasi NaOH yang lebih besar, maka semakin
banyak molekul NaOH yang dikontakkan dan berinteraksi dengan gas CO2
sehingga CO2 yang terserap semakin besar.
2. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai KGa akan semakin besar. Hal
ini disebabkan karena semakin besar konsentrasi NaOH, maka semakin
dekat jarak antar molekul NaOH sehingga kontak antara gas CO 2 dan
NaOH akan semakin baik.
3. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai KLa akan semakin besar. Hal
ini disebabkan karena semakin tinggi jumlah molekul NaOH sebagai
absorben maka semakin banyak pula molekul NaOH yang bereaksi dengan
CO2.
4. Semakin besar konsentrasi NaOH maka nilai k 2 juga akan semakin besar.
Hal ini dikarenakan besarnya tumbukan yang terjadi merupakan fungsi
konsentrasi sehingga semakin besar konsentrasi molekul NaOH maka nilai
konstanta kecepatan reaksi antara NaOH dan CO2 juga akan semakin besar.
5.2 Saran
1. Menjaga tekanan CO2 agar tekanan yang keluar tidak berlebihan.
2. Menggunakan valve secara hati-hati agar efisien dalam pengaturan laju alir
dan tidak terjadi flooding.
3. Pastikan pompa tetap berada di dalam larutan NaOH agar tidak terjadi
kavitasi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, A., Setianingrum D., & Pratiwi, I. (2017). Pengaruh Konsentrasi NaOH
Terhadap Jumlah CO2 Terserap, Tetapan Perpindahan Mass CO2, Fase Gas dan
Fase Cair, Serta Tetapan Reaksi Pada Proses Absorpsi Gas CO2. Jurnal Proses
Kimia, 4(1), 1-4.
Coulson. J. M.. & Richardson. J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1: Fluid
flow. heat transfer and mass transfer (5th ed.). London: Butterworth Heinemann.
Danckwerts. P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York: McGrawHill
Book Company. Inc.
Danckwerts. P. V.. & Kennedy. B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas
absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. 32. S49–S52.
Franks. R. G. E. (1967). Mathematical modeling in chemical engineering. New York:
John Wiley and Sons. Inc.
Hermanto, H., & Susanty, A. (2016). Pengaruh Konsentrasi Naoh dan Laju Alir Gas
pada Proses Pemurnian Biogas. Jurnal Riset Teknologi Industri, 10(1), 88-93.
Juvekar. V. A.. & Sharma. M. (1972). Absorption of CO. in suspension of lime.
Chemical Engineering Science. 28. 825–837.
Kumoro. & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda Api
dalam Ungun Tetap. 24(2). 186–195.
Levenspiel. O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering Science
(2nd ed.. Vol. 19). New York: John Wiley and Sons. Inc.
http://doi.org/10.1016/0009-2509(64)85017-X
Rehm. T. R.. Moll. A. J.. & Babb. A. L. (1963). Unsteady State Absorption of Carbon
Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute of Chemical
Engineers Journal. 9(5). 760–765.
Sapitri, Nava. (2020). Penjerapan Gas Buang Karbon Dioksida (CO2) Pada Kendaraan
Bermotor Menggunakan Larutan Penjerap Natrium Hidroksida
(NaOH). Doctoral dissertation, Universitas Islam Indonesia.
Welasih, T. (2006). Penentuan Koefisien Perpindahan Massa Liquid Solid Dalam
Kolom Packed Bed dengan Metode Absorpsi. Jurnal Teknik Kimia, 1(1), 15-
21.
Zheng. Y. and Xu. X. (1992). Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass
transfer characteristics in catalyst bed within the column. Transaction of the
Institution of Chemical Engineers. (Part A) 70. 459–464.
18
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi:
Absorbsi Gas CO2 dengan Larutan NaOH
Kelompok : 4 / Selasa
3. Operasi Absorpsi
Operasi absorpsi dilakukan dengan memompa larutan NaOH sesuai
variabel ke dalam kolom melalui bagian atas kolom dengan laju alir
tertentu hingga keadaan mantap tercapai. Selanjutnya mengalirkan gas CO2
melalui bagian bawah kolom dan ukur beda ketinggian cairan dalam
manometer. Kemudian mengambil 10 mL sampel cairan dari dasar kolom
absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat
atau kandungan NaOH bebasnya.
4. Menganalisis sampel
Mula-mula mengambil 10 mL sampel cairan yang ditempatkan dalam
erlenmeyer. Selanjutnya menambahkan indikator PP 3 tetes dan sampel
dititrasi dengan larutan HCl sesuai variabel sampai warna merah hampir
hilang (kebutuhan titran = a mL). Kemudian menambahkan 2-3 tetes
indikator metil jingga (MO) dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna
jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b mL).
Tekanan abs = 6,5 bar + 1 atm = (6,5+1,013) bar = 7,513 bar = 7,513x105 N/m2
3. Menghitung kGa
a. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35N)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
𝑘𝐺𝑎 =
𝑉 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 × 𝜀 × 𝑃 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
0,000174 mol/s 106 𝑚𝐿
𝑘𝐺𝑎 = ×
259,1554 × 0,439 × 7,513x10^5 N/m2 1𝑚3
𝑚𝑜𝑙
= 2,0311 × 10−6
𝑚3 . 𝑃𝑎. 𝑠
b. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,30 N)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
𝑘𝐺𝑎 =
𝑉 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 × 𝜀 × 𝑃 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
0,000139909mol/s 106 𝑚𝐿
𝑘𝐺𝑎 = ×
259,1554 × 0,439 × 7,513x10^5 N/m2 1𝑚3
𝑚𝑜𝑙
= 1,6342 × 10−6
𝑚3 . 𝑃𝑎. 𝑠
c. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,25 N)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝
𝑘𝐺𝑎 =
𝑉 𝑇𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔 × 𝜀 × 𝑃 𝑎𝑏𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡
0,000130091 mol/s 106 𝑚𝐿
𝑘𝐺𝑎 = ×
259,1554 × 0,439 × 7,513x10^5 N/m2 1𝑚3
𝑚𝑜𝑙
= 1,5185 × 10−6
𝑚3 . 𝑃𝑎. 𝑠
Sehingga didapat data sebagai berikut :
Normalitas NaOH Rata-rata CO2 yang KGa
(N) terserap (mol/s) (mol/Pa.m3.s)
0,35 0,000174 mol 2,0311 × 10−6
0,30 0,00014 mol 1,6342 × 10−6
0,25 0,000130091 mol 1,5185 × 10−6
4. Menghitung -∆P
a. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
𝑔
−∆𝑃 = ∆𝑧 × (𝜌 𝐻𝑔 − 𝜌 𝐶𝑂2 )
𝑔𝑐
𝑘𝑔 𝑘𝑔 9,8𝑚
−∆𝑃 = 0,018 𝑚 × (13554 − 1,98 )
𝑚3 𝑚3 1𝑠 2
𝑘𝑔
−∆𝑃 = 2390, 5763
𝑚2
b. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,30 N)
𝑔
−∆𝑃 = ∆𝑧 × (𝜌 𝐻𝑔 − 𝜌 𝐶𝑂2 )
𝑔𝑐
𝑘𝑔 𝑘𝑔 9,8𝑚
−∆𝑃 = 0,017 𝑚 × (13554 − 1,98 )
𝑚3 𝑚3 1𝑠 2
𝑘𝑔
−∆𝑃 = 2257, 7665
𝑚2
c. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,25 N)
𝑔
−∆𝑃 = ∆𝑧 × (𝜌 𝐻𝑔 − 𝜌 𝐶𝑂2 )
𝑔𝑐
𝑘𝑔 𝑘𝑔 9,8𝑚
−∆𝑃 = 0,015 𝑚 × (13554 − 1,98 )
𝑚3 𝑚3 1𝑠 2
𝑘𝑔
−∆𝑃 = 1992,1469 𝑚2
5. Menghitung vCO2
Menghitung nilai S1 dan S2 terlebih dahulu.
1 1
𝑆1 = 𝜋𝐷 2 = (3,14)(0,021 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 = 3,46185 × 10−4 𝑚2
4 4
1 1
𝑆2 = 𝜋𝐷 2 = (3,14)(0,015 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2 = 1,76625 × 10−4 𝑚2
4 4
a. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
−Δ𝑃
2 ∝ 𝑔𝑐 ( ) × Σ𝐹
𝜌𝐶𝑂2
𝑣𝐶𝑂2 = √
𝑆1
𝑆2 − 1
𝑘𝑔
𝑚 2390, 5763 𝑚𝑠 2
2(1) (1 2 ) ( )×1
𝑠 𝑘𝑔
1,98 3
𝑣𝐶𝑂2 = 𝑚
3,46185 × 10−4 𝑚2
−1
√ 1,76625 × 10−4 𝑚2
𝑣𝐶𝑂2 = 50,15313565 m/s
−Δ𝑃
2 ∝ 𝑔𝑐 ( ) × Σ𝐹
𝜌𝐶𝑂2
𝑣𝐶𝑂2 = √
𝑆1
𝑆2 − 1
𝑘𝑔
𝑚 2257, 7665 𝑚𝑠 2
2(1) (1 2 ) ( 𝑘𝑔 )×1
𝑠
1,98 3
𝑣𝐶𝑂2 = 𝑚
3,46185 × 10−4 𝑚2
−1
√ 1,76625 × 10−4 𝑚2
𝑣𝐶𝑂2 = 48,74008684 m/s
c. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,25 N)
−Δ𝑃
2 ∝ 𝑔𝑐 ( ) × Σ𝐹
𝜌𝐶𝑂2
𝑣𝐶𝑂2 = √
𝑆1
𝑆2 − 1
𝑘𝑔
𝑚 1992,1465 𝑚𝑠 2
2(1) (1 2 ) ( 𝑘𝑔 )×1
𝑠
1,98 3
𝑣𝐶𝑂2 = 𝑚
3,46185 × 10−4 𝑚2
−1
√ 1,76625 × 10−4 𝑚2
𝑣𝐶𝑂2 = 45,78333476 m/s
= 8,858297584 × 10−3 𝑚3 ⁄𝑠
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,30 N)
Q CO2 = v CO2 x S2
m
Q CO2 = (48,74008684 ) × (1,76625 × 10−4 𝑚2 )
s
= 8,608717838 × 10−3 𝑚3 ⁄𝑠
3. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,25 N)
Q CO2 = v CO2 x S2
m
Q CO2 = (45,78333476 s ) × (1,76625 × 10−4 𝑚2 )
= 8,086481502 × 10−3 𝑚3 ⁄𝑠
𝐷𝑝1 = 0,018959 m
Dp2 = 0,025485 m
c. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,25 N)
1,4003 1⁄
𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔 𝑘𝑔 3
1,5185 × 10−6 1,98 3 × 8,086481502 × 10−3 𝑚 3⁄𝑠 15 × 10−6 𝑚𝑠
( 𝑚3 . 𝑃𝑎. 𝑠 𝑑𝑝2 ) . ((8,314 𝐽 ) (303𝐾)) = 4,077 × ( 𝑚 ) ×( )
𝑚 2 𝑘𝑔 6(1 − 0,439) 𝑘𝑔 𝑚2
𝑚𝑜𝑙. 𝐾
2,1 × 10−9 𝑠 15 × 10−6 𝑚𝑠 ( ) 1,98 3 × 2,1 × 10−9 𝑠
𝑑𝑝 𝑚
Dp3 = 0,024889 m
% 200C 400C
1 1,0095 1,0033
2 1,0207 1,0139 Perry Hand Book, (1997)
NaOH 0,30 N
a. Densitas NaOH
0,30 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = × ×( ) × 100% = 1,2024%
1000 𝑚𝐿 𝑚𝑜𝑙 0,998 𝑔𝑟 𝑎𝑞
% 200C 400C
1 1,0095 1,0033
2 1,0207 1,0139 Perry Hand Book, (1997)
0
C 0% 5%
30 0,80 1,03 Liquiflo, 2001
NaOH 0,25 N
a. Densitas NaOH
0,25 𝑚𝑜𝑙 40 𝑔𝑟 1 𝑚𝐿
%w NaOH = 1000 𝑚𝐿 × × (0,998 𝑔𝑟) × 100% = 1,002%
𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑞
% 200C 400C
1 1,0095 1,0033
2 1,0207 1,0139 Perry Hand Book, (1997)
9. MenghitungKLa
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
0,3
kg 𝑚3 0,5
𝐾𝐿𝑎 . 0,018959 m 1010,79 3 × 3 × 10−6 0,86452926 × 10−3 kg/m. s
= 0,2258 × ( m 𝑠 ) ×( )
𝑚2 0,86452926 × 10−3 kg/m. s × 145,644931 /m kg 𝑚2
2,1 × 10−9 1010,79 3 × 2,1 × 10−9
𝑠 m 𝑠
𝑚3
K La = 1,6504 × 10−7
𝑠
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,30 N)
0,3
kg 𝑚3 0,5
𝐾𝐿𝑎 . 0,025485 m 1008,61 3 × 3 × 10−6 0,8553104 × 10−3 kg/m. s
= 0,2258 × ( m 𝑠 ) ×( )
𝑚2 0,8553104 × 10−3 kg/m. s × 145,644931 /m kg 𝑚2
2,1 × 10−9 1008,61 3 × 2,1 × 10−9
𝑠 m 𝑠
−7
𝑚3
K La = 1,22568 × 10
𝑠
𝑚3
K La = 1,22356 × 10−7
𝑠
10. Menghitung k2
a. Mencari Ra
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35N)
Ra = 3 × 10−3 𝐿⁄𝑠 × 0,05809091 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝐿
Ra = 1,7427273 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝑠
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,30 N)
Ra = 3 × 10−3 𝐿⁄𝑠 × 0,046636364 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝐿
Ra = 1,39909092 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝑠
3. Variabel 3 (Konsentrasi NaOH 0,25 N)
Ra = 3 × 10−3 𝐿⁄𝑠 × 0,04336364 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝐿
Ra = 1,3009092 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝑠
b. Mencari [OH-]
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
(𝑉𝑎 − 𝑉𝑏) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
[𝑂𝐻 −] =
𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
(4,9909 − 1,290909091) × 0,45 𝑁
[𝑂𝐻 −] =
1 × 10 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
[𝑂𝐻 −] = 0,16649959095 𝑁 = 166,49959095
𝑚3
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH Y N)
(𝑉𝑎 − 𝑉𝑏) × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
[𝑂𝐻 −] =
𝐸𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
(4,51818 − 1,03636364) × 0,45 𝑁
[𝑂𝐻 −] =
1 × 10 𝑚𝑙
𝑚𝑜𝑙
[𝑂𝐻 −] = 0,1566817362 𝑁 = 156,6817362
𝑚3
Menghitung nilai k2
1. Variabel 1 (Konsentrasi NaOH 0,35 N)
𝛼 × 𝐻 × 𝜌 𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 × √𝐷𝐴 × 𝑘2 × [𝑂𝐻 −]
𝑅𝑎 =
𝑎 × 𝐻 × √𝐷𝐴 × 𝑘2 × [𝑂𝐻 −]
1+
𝑘𝐺𝑎
𝑚𝑜𝑙 𝑚2 𝑚𝑜𝑙
145,644931 /m × 2,88 × 10−4 × 6,5 x 105 𝑃𝑎 × √2,1 × 10−9 𝑠 × 𝑘2 × 166,49959095 3
𝑚3 . 𝑃𝑎 𝑚
1,7427273 × 10−4 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝑠 =
𝑚𝑜𝑙 𝑚2 𝑚𝑜𝑙
145,644931 /m × 2,88 × 10−4 3 × √2,1 × 10−9 𝑠 × 𝑘2 × 166,49959095 3
𝑚 . 𝑃𝑎 𝑚
1+ 𝑚𝑜𝑙
2,0311 × 10−6 3
𝑚 . 𝑃𝑎. 𝑠
𝑘2 = 1,169 x 10-10
Dengan a = hasil perhitungan di pos KLa, Pgauge = 6,5 x 105 Pa
2. Variabel 2 (Konsentrasi NaOH 0,30 N)
𝛼 × 𝐻 × 𝜌 𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 × √𝐷𝐴 × 𝑘2 × [𝑂𝐻 −]
𝑅𝑎 =
𝑎 × 𝐻 × √𝐷𝐴 × 𝑘2 × [𝑂𝐻 −]
1+ 𝑘𝐺𝑎
𝑚𝑜𝑙 𝑚2 𝑚𝑜𝑙
145,644931 /m × 2,88 × 10−4 × 6,5 x 105𝑃𝑎 × √2,1 × 10−9 𝑠 × 𝑘2 × 156,6817362 3
−4 𝑚3 . 𝑃𝑎 𝑚
1,39909092 × 10 𝑚𝑜𝑙 ⁄𝑠 =
𝑚𝑜𝑙 𝑚 2 𝑚𝑜𝑙
145,644931 /m × 2,88 × 10−4 3 × √2,1 × 10−9 𝑠 × 𝑘2 × 156,6817362 3
𝑚 . 𝑃𝑎 𝑚
1+ 𝑚𝑜𝑙
1,6342 × 10−6 3
𝑚 . 𝑃𝑎. 𝑠
𝑘2 = 8,005 x 10-11
𝑘2 = 7,937x 10-11