Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA 1

Disusun untuk Memenuhi Laporan Praktikum “Absorpsi”


pada Laboratorium Operasi Teknik Kimia

Dosen Pembimbing : Lidya Elizabeth, M.T.


Tanggal Praktikum : 8 Oktober 2023
Tanggal Penyerahan : 13 November 2023

Disusun Oleh Kelompok


Nurul Zhafira Rahmalia 221411022
Renata Naomi Cinta Sedjati 221411024
Riant Hanifa Kusumawardani 221411025
Riska Fitriyana 221411026

Kelas 2A-TKI

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2023
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di dalam gas
dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan sebanding dengan daya
kelarutan gas tersebut dalam cairan. Kebalikan dari proses absorpsi adalah desorpsi, yaitu
pelepasan molekul gas dari zat cair yang melarutkannya. Adapun tujuan dari proses absorpsi
adalah pertama untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau uap;
kedua, untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari produk; ketiga, pembentukan
persenyawaan kimia dari absorben dengan salah satu senyawa dalam campuran gas.
Bila gas dikontakkan dengan zat cair, maka sejumlah molekul gas akan meresap dalam
zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas meninggalkan zat cair yang
melarutkannya. Pada awal waktu, yang terjadi kecepatan pelarutan gas dalam zat cair lebih besar
bila dibandingkan dengan proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya, dengan bertambahnya
waktu, kecepatan dari pelepasan gas juga bertambah hingga pada suatu ketika terjadi kecepatan
pelarutan dan pelepasan sama besar. Keadaan ini disebut keadaan setimbang, tekanan yang
diukur pada keadaan ini juga disebut tekanan setimbang pada temperatur tertentu.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin tinggi
suhunya semakin rendah daya larut gas dalam cairan, sedangkan semakin tinggi tekanan, gas
akan larut lebih banyak dalam cairan.
Dalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses pengambilan
amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran batubara dengan menggunakan
air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung dalam gas alam dengan menggunakan larutan
alkali
1.2. Tujuan
− Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
− Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam larutan NaOH
− Menghitung jumlah CO2 dalam larutan NaOH

II. DASAR TEORI


Alat yang digunakan dalam absorpsi gas pada percobaan ini adalah menara isian (packed
column). Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi
dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah, pemasukan zat cair dan
distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran gas dan zat cair masing-masing di atas
dan dibawah, serta suatu massa bentuknya zat padat tak aktif (inert) di atas penyangganya.
Bentukan ini disebut menara isian tower (tower packing). Penyangga mempunyai fraksi ruang
terbuka yang cukup besar untuk mencegah terjadinya kebanjiran (flooding) pada dinding
penyangga.
Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di dalam
pelarut disebut cairan lemah (weak liquor), didistribusikan di atas isian (packing) melalui
distributor, sehingga cairan membasahi permukaan isian secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya (rich gas), masuk ke ruang distributor
yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah-celah antar isian berlawanan
arah dengan aliran zat cair. Isian memberikan luas permukaan kontak yang besar antara zat cair
dan gas dan membantu terjadinya kontak yang intensif antara kedua fasa. Zat terlarut yang ada
dalam gas kaya itu diserap oleh zat cair yang masuk ke dalam menara, kemudian gas encer atau
gas kurus (lean gas) keluar dari bagian atas / puncak kolom. Sambil mengalir ke bawah di dalam
menara, zat cair makin lama makin kaya akan zat terlarut, dan zat pekat (strong liquor) akan
keluar dari bagian bawah menara.
Analisa karbon dioksida terlarut dalam NaOH, Absobsi karbon dioksida dari campuran
udara ke dalam larutan NaOH ditujukan oteh reaksi (untuk kondisi pada umumnya) sebagai
berikut:
CO2 + 2NaOH —> Na2CO3 + H2O
Pada kondisi percobaan absorpsi, jumlah CO2 yang diambil dari aliran udara dapat
ditentukan dari jumlah NaOH dan Na2CO3 dalam sample cairan dengan anggapan tidak ada CO2
bebas yag tidak bereaksi dengan NaOH (cairan).
Dengan menggunakan teknik analisa titrasi, asam yang digunakan lebih dahulu
menetralkan NaOH dan pada saat yang bersamaan mengubah Na2CO3 menjadi NaHCOs
konsentrasi total karbonat dapat ditentukan dan selanjutnya jumlah CO2 yang diserap.
Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara lain temperatur
operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam cairan, konsentrasi komponen di dalam
aliran gas, luas bidang kontak, lama waktu kontak. Untuk itu dalam operasi absorpsi harus dipilih
kondisi yang tepat sehingga dapat diperoleh hasil optimum. Karakteristik suatu cairan dalam
menyerap komponen di dalam aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa
antara gas-cairan, yaitu banyaknya mol gas yang berpindah per satuan waktu per satuan luas serta
tiap fraksi mol
[(gmol)/(detik)(cm2 )(fraksimol)]A.
Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu zat absorpsi dapat
digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa. Persamaan untuk kolom absorpsi isian adalah
:

y ialah fraksi mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan di setiap titik
dalam kolom, /adalah fraksi mol ruah "bulk", A adalah luas penampang kolom, H adalah tinggi
isian dan a adalah luas spesifik isian/satuan volume isian. Untuk gas encer terkecuali aliran gas
inert, persamaan diatas dapat disederhanakan :

Ruas kanan dari persamaan di atas sulit diintegrasi. Perhitungan Kog dapat disederhanakan
(tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi Kog.

Beberapa jenis menara absorpsi:


1. Menara Absorpsi dengan Isian (Packed Column). Menara jenis ini terdiri dari kolom
dengan pengisian khusus, yang gunanya untuk memperbesar permukaan kontak dengan Jala
penyebaran zat cair dan penyebaran gas. Isian yang sering digunakan dari bahan tanah liat,
porselen polimer, kaca, logam, dll. Zat cair disemprotkan dari puncak kolom, mengalir ke
bawah sepanjang unggun isian, sedangkan gas yang akan dibersihkan dimasukkan dari dasar
kolom dan menyapu sepanjang kolom isian dengan aliran berlawanan arah. Isian biasanya
digunakan berbentuk teratur/seragam. Bahan isian biasanya dipasang diatas dasar kolom untuk
memperoleh pembagian gas yang sempurna dan menjaga supaya bagian pengisisan yang paling
bawah tidak berada di bawah zat cair absorpsi. Pada kolom yang tinggi, bagian isian dipasang
dalam paketpaket dengan memberikan jarak antar paket agar aliran zat cair dan gas dapat
terdistribusi kembali. Dengan cara seperti ini kerugian adanya aliran yang menempel dinding
"efek dinding" dalam kolom biasanya dipasang suatu alat penahan ricikan, yaitu alat untuk
mencegah tetesan air terseret oleh aliran gas.
2. Menara Absorpsi dengan Pelat atau Piringan. Bentuk dari pelat/piring biasanya .piring
ayak atau piring berlubang (sieve tray) dan pelat golakan (bubble cup). Pelat ayak terdiri dari
pelat yang berlubang yang dipasang horizontal dalam kolom dengan besar diameter lubang
berkisar sekitar enam (6) sampai dua puluh lima (25) mm, sedangkan pada sisi tepian diberi
tepian limpahan. Zat cair mengalir melalui tepian ke dalam ruang limpahan, zat cair dan' atas
mengalir ke bawah dengan gravitasi dengan pola berliku-liku melalui pelat. Gas akan mengalir
naik ke atas melalui lubang yang ada pada piring (perforasi) dan kontak dengan cairan
membentuk gelembung-gelembung gas yang kecil-kecil. Laju alir/tekanan gas harus cukup
untuk menembus lubang dalam piring sehingga lubang tersebut tidak dialiri oleh air, karena
bila lubang dialiri air maka bagian tepian yang menampung air akan kosong sehingga
digunakan lewat oleh fasa gas, akibatnya kontak menjadi kurang intensif dan absorpsi berjalan
tidak seperti yang diharapkan
Pelat golakan (bubble cup) berupa lubang-lubang bulat dengan ditambahkan cup dan aluran
atau cerobong kecil di atasnya. Gas yang akan diabsorpsi mengalir lewat lubang dan cerobong
dan berkontak dengan cairan. Salah satu keuntungan dari bubble cup ini adalah apabila terjadi
penurunan tekanan atau laju alir gas dalam kolom fasa cairnya masih akan tetap tinggal diatas
pelat. Keuntungan lain adalah kontak yang terjadi lebih baik bila dibandingkan pelat ayak.
Sedangkan kerugiannya adalah biaya konstruksi pembuatan lebih rumit dan lebih mahal, selain
itu pelat golakan lebih sering kotor sehingga pembersihannya juga akan memakan waktu.
3. Menara Absorpsi dengan Penyemprot. Cara lain untuk memperoleh kontak yang baik
adalah dengan cara menyemprotkan dari atas kolom menjadi percikan kecil-kecil terhadap
aliran gas yang dihembuskan dari bawah. Proses pemnyemprotan ini dilakukan untuk
memperbanyak luas permukaan dengan bantuan penyemprot. Pembagian zat cair ini diatur agar
menjadi percikan kecil yang banyak. Mengingat ada kemungkinan terjadi pengumbatan
terhadap kepala semprot, penyemprot harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
dilakukan pembongkaran yang lebih mudah, Pemasangan penyemprot biasanya dilakukan
diatas tetapi sering pula dipasang disisi samping. Contoh : Absorpsi gas HCl dalam air.

Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan untuk titrasi,
maka penentuan jumlah CO2 bebas (Cco2) pada suatu tangki dengan volume (Vt volume
penitran) adalah :

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1. Alat Utama dan Pendukung

Keterangan :

− S1, S2, S3 = Valve yang diatur pada saat analisa gas CO2 dan tempat pengambilan
sample bila diperlukan
− F1 = Flowmeter Air

− F2 = Flowmeter Udara

− F3 = Flowmeter CO2

− C1 = Valve Pengatur flow air

− C2 = Valve Pengatur flow udara − C3 = Valve pengatur flow CO2.

3.1.1 Alat Yang digunakan :

• Buret 25 mL

• Erlenmeyer 100 mL, 250 mL, 300 mL

• Labu Ukur 250 mL

• Gelas Ukur 10 mL

• Corong pendek

• Batang Pengaduk

• Gelas Kimia 100 mL

3.2. Bahan yang diperlukan


• NaOH 0,05 M
• Indikator Penophetalein
• Air kran

3.3. Prosedur Kerja

3.2.1 Membuat Larutan NaOH 0,05 M

Menimbang Padatan NaOH 0,5 gram

Melarutkan dengan Aquadest ke

dalam Labu Ukur 250 mL

3.2.2 Percobaan Absorpsi Karbon dioksida (CO2 ) dengan Air (H2O)


Mengisi Tangki dengan air kran sebanyak 25 L

Memasangkan Selang dalam keluaran untuk menampung Outlet dalam ember

Menyalakan Alat Absorpsi

Menyalakan Pompa Air

Mengatur Laju Alir air, kali ini digunakan sebesar 3 L/menit

Menghidupkan Kompresor

Mengatur Laju Alir Udara, Sebesar 10% dari skala penu h flowmeter F2 atau
sebesar 15 L/menit

Membuka Pengatur kran tekanan secara hati-hati pada silinder Karbon


Dioksida

Mengatur Laju Alir CO2 kir-kira setengah dari aliran udara F2, namun pada
praktikum ini sebesar 3 L/menit

Menyalakan Timer dan Operasi Absorpsi pun sedang berlangsung

Mengambil outlet dari selang yang sudah dipasang dengan waktu 15 menit, 25
menit, 35 menit, 45 menit, 55 menit, 65 menit dan 75 menit.
Melakukan Analisa CO2 dengan metode titrasi dengan mengunakan
larutan NaOH 0,05 M

Catat Volume yang didapatkan


2.2.3. Alat Pelindung Diri ( APD )
1. Jas Laboratorium, berfungsi untuk melindungi badan dari percikan kimia
yang berbahaya.
2. Kacamata keselamatan, berfungsi untuk melindungi mata dari percikan
bahan kimia atau panas.
3. Sepatu yang digunakan harus benar-benar melindungi kaki, karena untuk
melindungi kaki bila terkena tumpahan bahan kimia.
4. Masker, berfungsi untuk melindungi agar kita tidak terpapar gas berbahaya
dari bahan kimia, karena bahan kimia saat dipanaskan akan mengeluarkan
gass dan bisa saja gas itu berbahaya.
5. Sarung tangan, berfungsi untuk melindungi tangan anda dari ceceran larutan
kimia
yang bisa membuat kulit melepuh atau gatal.

IV. DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pegamatan


Tabel 1. Data Pengamatan Percobaan Absorpsi CO2

Laju Alir Air Laju Alir udara (F2 laju alir CO2 (F3 perhitungan Y1
(F1 L/menit) L/menit) L/menit) = F2/(F2+F3)
4 20 2 0.90

Tabel 2. Data Pengamatan

t (min) V NaOH
15 0,3
25 0,3
35 0,1
45 0,2
55 0,25
65 0,25
75 0,15
90 0,2

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Penentuan konsentrasi CO2 pada aliran keluar tangki (outlet)


Penentuan kadar CO2 Pada saat t = 15 menit
M.CO2 = V.NaOH x M.NaOH/V.air

= 0,3 ml x 0.01 M/10 mL


= 0,003 M
(Penentuan Nilai Mol CO2)
n CO2 =MxV
= 0.0035 M x 0,01 L
= 3 X10-5 = 0.00003 mol
Tabel 3. Data konsentrasi dan mol dari CO2 pada outlet

M
t (min) V NaOH Vair M CO2 n CO2
NaOH
15 0,3 0,1 10 0,003 0,00003
25 0,3 0,1 10 0,003 0,00003
35 0,1 0,1 10 0,001 0,00001
45 0,2 0,1 10 0,002 0,00002
55 0,25 0,1 10 0,0025 0,000025
65 0,25 0,1 10 0,0025 0,000025
75 0,15 0,1 10 0,0015 0,000015
90 0,2 0,1 10 0,002 0,00002

Gambar 1. Grafik konsentrasi CO2 (mol) terhadap waktu (menit)

Kurva Konsentrasi CO2 (mol) terhadap


waktu (menit)
0,000035
0,00003
0,000025
0,00002
0,000015
0,00001
0,000005
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
4.2.2. Penentuan Kecepatan Absorpsi

F1 x (CCO2t - CCO2o) mol/detik


L 1 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑚𝑜𝑙
=4 × × (0 − 0,003)
𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 L
4 𝑚𝑜𝑙
= (0,003)
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑚𝑜𝑙
= 0,00002
𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Tabel 4. Data Kecepatan Absorpsi

Kecepatan Absorpsi
t (min) t (detik) F1 (L/min) C CO2t (mol/L) C CO20 (mol/L)
(mol/detik)
15 900 4 0 0,003 0,00020
25 1500 4 0 0,003 0,00020
35 2100 4 0 0,001 0,00006
45 2700 4 0 0,002 0,000133
55 3300 4 0 0,0025 0,000167
65 3900 4 0 0,0025 0,000167
75 4500 4 0 0,0015 0,00010
90 5400 4 0 0,002 0,000133

Gambar 2. Grafik Kecepatan Absorbansi (mol/s) terhadap waktu (s)

Kecepatan Absorbsi (mol/detik)


terhadap Waktu (detik)
0,00025

0,0002

0,00015

0,0001

0,00005

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
V. PEMBAHASAN

Nurul Zhafira Rahmalia


221411022
Pada Rabu 8 November 2023, dilakukan praktikum absorpsi di Lab Operasi Teknik
Kimia 1 Politeknik Negeri Bandung. Praktikum tersebut bertujuan untuk memahami proses
absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam air serta
menghitung jumlah CO2 dalam air. Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-
komponen yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan. Zat yang menyerap
disebut dengan absorben, sedangkan zat yang terserap disebut absorbat. Pada proses kali
ini yang menjadi absorben adalah air (H2O), dan yang menjadi absorbat adalah karbon
dioksida (CO2). Sehingga dapat dituliskan reaksinya sebagai berikut:
IV. CO2 (g) + 2H2O (l) ⇌ H3O+(aq) + HCO3-(aq)
Absorpsi biasa dilakukan untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran
gas atau uap, atau untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari suatu produk
serta pembentukan senyawa kimia dari absorben dengan salah satu senyawa dalam
campuran gas.
Alat yang digunakan pada praktikum absorpsi kali ini adalah sebuah menara absoprsi
dengan isian (packed column). Menara jenis ini terdiri dari kolom dengan pengisian khusus
yang berguna untuk memperbesar permukaan kontak penyebaran zat cair dan gas pada saat
proses berlangsung. Mula-mula zat cair akan disemprotkan dari puncak kolom, mengalir
ke bawah sepanjang isian kolom, penyemprot tersebut sengaja dilakukan agar cairan yang
masuk menyebar secara merata. Karena semakin kecil ukuran pada tetes cairan maka
akan menghasilkan transfer massa yang semakin cepat. Sedangkan gas dialirkan dengan
bantuan kompressor dari bagian bawah kolom agar memperoleh pembagian gas sempurna
dan menjaga agar pengisian yang paling bawah tidak berada di bawah zat cair absorpsi.
Selama proses berlangsung, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi jalannya
proses absorpsi. Yang pertama adalah nilai laju alir, semakin besar nilai laju alir pada proses
absorpsi maka akan semakin baik penyerapan yang terjadi. Selanjutnya ada factor suhu dan
tekanan operasi, operasi absorpsi akan semakin berjalan baik ketika suhunya rendah,
sedangkan pada factor tekanan, semakin tinggi tekanan operasi, semakin baik proses
absorpsi yang dihasilkan hingga batas tertentu.
Pada awal praktikum ditentukan terlebih dahulu laju alir yang akan dipakai pada proses
absorpsi. Untuk laju alir air (F1) ditetapkan laju alir sebesar 4L/min. Untuk laju alir udara
ditetapkan 20L/min dan untuk laju alir CO2 ditetapkan laju alir sebesar 2L/min. Dari
penetapan tersebut, diperoleh nilai laju penyerapan CO2 sebesar 0,90 yang dihitung
𝐹2
menggunakan rumus berikut: y1 = 𝐹2+𝐹3.

Berdasarkan hasil praktikum, akan dibahas mengenai hubungan konsentrasi CO2 (mol)
terhadap waktu (menit) dari kurva berikut:

Kurva konsentrasi CO2 (mol)


terhadap waktu (menit)
0,000035
0,00003
0,000025
0,00002
0,000015
0,00001
0,000005
0
0 2 4 6 8 10

Dari kurva tersebut diperoleh hubungan kandungan CO2 dalam air yang sampelnya
diambil pada saat 15 menit, 25 menit, 35 menit, 45 menit, 55 menit, 65 menit, 75 menit,
dan 90 menit. Pada 15 menit dan 25 menit, konsentrasi CO2 pada air masih konstan dan
turun pada sepuluh menit selanjutnya yaitu menit ke-35. Kemudian mengalami kenaikan
yang cukup signifikan pada tiga waktu berikutnya yakni pada menit ke-45, 55, dan 65.
Konsentrasi turun lagi pada menit ke-75 dan kembali naik pada menit ke-90. Berdasarkan
teori, seharusnya semakin lama kontak antara fasa gas dan cair berlangsung pada proses
absorpsi, semakin naik konsentrasi CO2 yang berhasil diserap air.
Renata Naomi Cinta Sedjati

221411024

Absorpsi merupakan proses perpindahan massa untuk memisahkan suatu senyawa


dalam campuran gas menggunakan pelarut atau solvent. Dalam industri kimia, absorpsi
termasuk kedalam proses separasi atau pemisahan, dimana campuran gas akan
dikontakkan dengan suatu cairan penyerap sehingga senyawa yang ingin di ambil dalam
campuran gas tersebut akan larut dalam solvent. Pada praktikum kali ini dilakukan
pemisahan gas CO2 dalam campuran gas udara menggunakan air sebagai pelarutnya.
Proses absorpsi ini dilakukan menggunakan menara absorpsi yang berisi kolom packing, l

Prinsip kerja dari proses absorpsi ini adalah adalah dengan mengontakan cairan
atau larutan (slovent) berupa air dari atas kolom isian dengan gas CO2 dari bagian bawah
kolom isian. Adanya kolom isian akan menyebabkan tahanan antara aliran air dengan
aliran udara dan mengakibatkan bidang sentuh antara air dan udara jadi semakin besar.
Peristiwa absorpsi pada percobaan ini berupa aliran counter-current dimana aliran udara
masuk di bawah kolom dan aliran air masuk di atas kolom. Pelarut atau solvent berupa air
diumpankan dari bagian atas kolom dengan menggunakan spray, sedangkan udara yang
mengandung CO2 diumpankan dari bagian bawah kolom. Sistem spray digunakan untuk
memperkecil partikel air yang memasuki kolom, jadi air mengalir dari atas kolom secara
merata ke seluruh kolom packing, tidak hanya di satu sisi saja. Fungsi kolom packing
adalah untuk memperbesar kontak antara air dengan udara sehingga proses absorpsi CO2
akan berlangsung optimal. Absorpsi yang dilakukan menggunakan air keran yang
dialirkan kedalam kolom dengan bantuan pompa, umpan akan masuk dari atas kolom
kemudian turun kebawah dengan spray dan kemudian akan melewati kolom packing . Ini
bertujuan untuk memperluas permukaan kontak antara air dengan CO2. Sehingga
didapatkan proses absorpsi yang optimal. Air mengalir dari bagian atas kolom, sedangkan
gas CO2 mengalir dari bagian bawah kolom. Dimana berdasarkan sifat alami bahwa
cairan akan mudah mengalir kebawah akibat gravitasi bumi. Sedangkan gas yang akan
bergerak ke atas seperti menguap. Aliran ini ditujukan agar kontak dapat terjadi antara
cairan dan gas. Pada saat CO2 dan air bertemu di kolom isian, maka akan terjadi
perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air atau dapat dikatakan
sangat sedikit larut, maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fasa cair atau
terserap oleh solvent. Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya akan CO2, semakin ke
atas aliran udara maka semakin sedikit CO2. Proses penyerapan ini melibatkan reaksi
kimia antara CO2 dan air, yang menghasilkan asam karbonat (H2CO3) dalam larutan.
Yaitu jika dijabarkan reaksinya adalah

CO2 (g) + 2H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + HCO3-(aq)

Pada praktikum ini melakukan variasi waktu untuk mengetahui seberapa banyak
gas CO2 yang terserap oleh pelarut. Dengan variabel laju alir air (F1) 4 L/min, laju alir
udara (F2) 20 L/min, dan laju alir air (F3) 2 L/min. Kemudian setelah proses absorpsi
berjalan, melakukan pengambilan sampel pada outlet dimulai setelah 15 menit proses
berlangsung kemudian sampel dianbil setiap 10 menit sekali. Sampel outlet diambil
sebanyak 10 mL setiap 10 menit sekali, untuk dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 M
untuk mengetahui seberapa banyak CO2 yang terkandung dalam setiap sampel.

Hasil data praktikum menunjukkan bahwa hasil pengolahan data yang diperoleh
tidak stabil atau dikatakan naik turun.

Waktu Kecepatan Absorpsi


n CO2 (mol)
(menit) (mol/detik)

15 0,00003 0,0002

25 0,00003 0,0002

35 0,00001 0,00006

45 0,00002 0,00013

55 0,000025 0,000167

65 0,000025 0,000167

75 0,000015 0,00010

90 0,00002 0,00013

Pada tabel berikut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi CO2 yang terkandung
oulet nilainya tidak stabil atau naik turun. Namun pada menit awal (15-25 menit),
kandungan CO2 yang terkandung sangat tinggi, sesuai dengan teoritis yang mengatakan
bahwa ketika solvent pertama kali bersentuhan dengan gas CO2, laju penyerapan biasanya
cukup tinggi karena perbedaan konsentrasi CO2 antara gas dan larutan penyerap masih
besar. Namun pada menit berikutnya setelah 25 menit konsentrasi CO2 yang terkandung
pada oulet datanya tidak stabil. Sedangkan menurut literatur, seharusnya semakin lama
proses kandungan CO2 yang terkandung semakin meningkat karena adanya hubungan
antara waktu dan konsentrasi CO2 yang diserap oleh air.

Dan dari tabel juga dapat disimpulkan bahwa kecepatan absorpsinya juga naik
turun atau tidak stabil seperti data konsentrasi. Namun pada menit awal (15-25 menit),
kandungan CO2 yang terkandung sangat tinggi, sesuai dengan teoritis yang mengatakan
bahwa pada awal proses absorpsi, kecepatan absorpsi pada outlet biasanya tinggi karena
perbedaan konsentrasi antara gas dan larutan penyerap masih besar. Pada tahap ini, banyak
molekul yang tersedia untuk diserap oleh air, sehingga kecepatan absorpsi tinggi. Namun
pada menit berikutnya setelah 25 menit konsentrasi CO2 yang terkandung pada oulet
datanya tidak stabil. Hal ini tidak sesuai dengan teoritis yang ada, seharusnya semakin
lama kecepatan absorpsinya semakin menurun. Karena menurut teoritis, hubungan antara
kecepatan absorpsi yang diserap oleh air pada outlet terhadap waktu adalah pada awal
proses absorpsi, kecepatan absorpsi pada outlet biasanya tinggi karena perbedaan
konsentrasi antara gas dan larutan penyerap masih besar. Pada tahap ini, banyak molekul
yang tersedia untuk diserap oleh air, sehingga kecepatan absorpsi tinggi, kemudian seiring
berjalannya waktu, perbedaan konsentrasi antara gas dan larutan penyerap akan berkurang.
Hal ini menyebabkan penurunan kecepatan absorpsi pada outlet karena semakin sedikit
yang tersedia untuk diserap oleh air. Kecepatan absorpsi akan melambat seiring dengan
berkurangnya perbedaan konsentrasi CO2.

Faktor–faktor yang mempengaruhi penyerapan CO2 oleh NaOH adalah tinggi dan
diameter kolom (semakin tinggi kolom dan semakin besar diameternya, maka waktu
tinggal akan semakin lama dan akan mempengaruhi jumlah zat yang bereaksi), Jenis isian
atau packing (Semakin luas permukaan kontak, diharapkan semakin banyak zat yang
saling bertumbukan dan mengalami reaksi), kemudian laju alir udara, laju alir CO2,
danlaju alir cairan umpan, lamanya waktu kontak, dan terakhir temperatur.
Selanjutnya akan dibahas juga mengenai hubungan kecepatan absorpsi (mol/detik)
terhadap waktu (detik) berdasarkan kurva yang diperoleh dari hasil percobaan sebagai
berikut:

Kecepatan Absorbsi (mol/detik)


terhadap waktu (detik)
0,00025

0,0002

0,00015

0,0001

0,00005

0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Berdasarkan teori, seharusnya kecepatan absorpsi meningkat hingga mencapai titik


kesetimbangan kemudian nilainya akan konstan. Karena dengan bertambahnya waktu,
kecepatan dari pelepasan gas juga bertambah hingga pada suatu ketika terjadi kecepatan
pelarutan dan pelepasan sama besar, keadaan inilah yang disebut keadaan setimbang.
Namun berdasarkan hasil percobaan yang tertera pada kurva di atas, nilai kecepatan
absorpsi dari waktu ke waktu tidak konstan namun fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena
laju alir terus berubah-ubah dari nilai awal yang ditetapkan pada awal praktikum.
Riant Hanifa Kusumawardani
221411025

Pada praktikum modul adsorpsi kali ini bertujuan agar kita dapat memahami proses
absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam larutan air,
serta menghitung jumlah CO2 dalam larutan air. Absorpsi merupakan operasi penyerapan
komponen-komponen yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat
absorpsi gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Pada praktikum
absorpsi ini kami menggunakan air sebagai cairan yang akan menyerap gas. Adapun tujuan dari
praktikum absorpsi ini yaitu untuk mengetahui kadar CO2 yang diserap oleh air dengan variasi
waktu yang berbeda-beda per 15 menit selama kurun waktu 90 menit.

Diketahui prinsip keja dalam praktikum absorpsi ini adalah, jika gas dikontakkan dengan
cairan, maka sejumlah molekul akan meresap dalam zat cair, begitupun sebaliknya, sejumlah
molekul gas meninggalkan zat cair yang melarutkannya. Pada waktu awal, kecepatan pelarutan
gas dalam zat cair lebih besar dibandingkan dengan proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya.
Seiring berjalannya waktu, kecepatan dari pelepasan gas ikut bertambah hingga pada satu titik
terjadi di mana kecepatan pelarutan dan dan pelepasan sama besar yang disebut dengan keadaan
setimbang. Tekanan yang yang diukur pada keadaan ini juga disebut dengan tekanan setimbang.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin tinggi suhunya maka
daya larut gas dalam cairan akan semakin rendah, sedangkan semakin tinggi tekanan maka gas
akan larut lebih banyak dalam cairan.

Pada percobaan kali ini menggunakan serangkaian alat absorpsi yang memilki menara
isian (packed column). Packed Column ini atas beberapa bagian, di antaranya sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada
bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing di atas dan dibawah, serta suatu massa bentuknya zat padat tak
aktif (inert) di atas penyangganya. Bentukan ini disebut menara isian tower (tower packing).
Penyangga mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar untuk mencegah terjadinya
kebanjiran (flooding) pada dinding penyangga.

Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di dalam
pelarut disebut cairan lemah (weak liquor) dalam hal ini adalah air dialirkan melalui pompa, dan
didistribusikan ke atas isian (packing) melalui distributor, sehingga cairan membasahi
permukaan isian secara merata. Sedangkan, gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya
(rich gas), masuk ke ruang distributor yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui
celah-celah antar isian berlawanan arah dengan aliran zat cair, gas yang dipakai pada praktikum
kali ini adalah udara yang mana didalam kandungannya berisi CO2.

Penggunaan packed column memberikan luas permukaan kontak yang besar antara zat
cair dan gas dan membantu terjadinya kontak yang intensif antara kedua fasa. Zat terlarut yang
ada dalam gas kaya itu diserap oleh zat cair yang masuk ke dalam menara, kemudian gas encer
atau gas kurus (lean gas) keluar dari bagian atas / puncak kolom. Sambil mengalir ke bawah di
dalam menara, zat cair makin lama makin kaya akan zat terlarut, dan zat pekat (strong liquor)
akan keluar dari bagian bawah menara (outlet).

Pada saat CO2 dan air bertemu di kolom isian, maka akan terjadi perpindahan
massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air atau dapat dikatakan sangat sedikit
larut, maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fasa cair atau terserap oleh
solvent. Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya akan CO2, semakin ke atas aliran
udara maka semakin sedikit CO2. Proses penyerapan ini melibatkan reaksi kimia antara
CO2 dan air, sebagai berikut

CO2 (g) + 2H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + HCO3-(aq)

Untuk mengetahui jumlah CO2 dalam air dan kecepatan absorpsi dilakukan
pengambilan sampel sebanyak enam kali dari aliran outlet dimulai dari menit ke-15 dan
dilakukan variasi waktu dengan penambahan setiap 10 menit hingga menit ke 90. Sampel
aliran outlet ini kemudian di titrasi dengan NaOH 0,1 M dengan sebelumnya telah ditetesi
indikator phenophetalin. Saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda titrasi
dihentikan.

C CO2t C CO20
t (min) V NaOH n CO2
(mol/L) (mol/L)
15 0,3 0,00003 0 0,003
25 0,3 0,00003 0 0,003
35 0,1 0,00001 0 0,001
45 0,2 0,00002 0 0,002
55 0,25 0,000025 0 0,0025
65 0,25 0,000025 0 0,0025
75 0,15 0,000015 0 0,0015
90 0,2 0,00002 0 0,002
Bedasarkan data tersebut nilai mol CO2 yang terserap dalam air pada variasi waktu
yang ada nilainya fluktuatif, hal tersebut tidak sesuai secara teoritis, seharusnya semakin
lama proses kandungan CO2 yang terkandung semakin meningkat karena adanya
hubungan antara waktu dan konsentrasi CO2 yang diserap oleh air.

Namun pada dua titik waktu awal 15-25 menit kandungan CO2 yang terkandung sangat
tinggi jika dibandingkan titik lainnya, hal ini sejalan secara teoritis yang menyatakan
bahwa ketika solvent pertama kali bersentuhan dengan gas CO2, laju penyerapan biasanya
cukup tinggi karena perbedaan konsentrasi CO2 antara gas dan larutan penyerap masih
besar.

Untuk menghitungan kecepatan absorbasi menggunakan rumus F1 x (CCO2t - CCO2o)


mol/detik dan didapatkan hasil sebagai berikut

Kecepatan Absorpsi
(mol/detik)
0,00020
0,00020
0,00006
0,000133
0,000167
0,000167
0,00010
0,000133

Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui bahwa untuk nilai kecepatan absorbansi
nilainya pun fluktuatif, sedangkan secara teoritis laju kecepatan absorpsi berbanding lurus
dengan konsentrasi CO2 yang didapatkan. Namun pada percobaan kali ini tidak demikian,
hal ini mungkin terjadi dikarenakan semakin lama waktu kontak, air mulai berubah
menjadi jenuh karena semakin banyak CO2 yang telah terserap sehingga air sudah tidak
dapat menyerap gas CO2.

Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara lain temperatur
operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam cairan, konsentrasi komponen
di dalam aliran gas, luas bidang kontak, dan lama waktu kontak.
Riska Fitriyana
(221411026)
Pada praktikum modul absorpsi pada hari Rabu, 8 November 2023, bertujuan untuk
memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke
dalam air, serta menghitung jumlah CO2 dalam air dengan metode titrasi. Proses absorpsi ini
menggunakan Kolom Isian (Packed column) yang didalamnya gas dan cairan dialirkan
berlawanan, tujuan penggunaan Packed column yaitu untuk memperluas permukaan kontak
antara liquid dan gas sehingga terjadi penyerapan yang optimal.

Adapun Absorpsi sendiri merupakan proses pemisahan campuran gas yang


dikontakkan dengan suatu cairan penyerap. Zat yang menyerap disebut dengan absorben
sedangkan zat yang terserap disebut absorbat. Berarti pada praktikum ini yang menjadi
absorben dalam (H2O), dan yang menjadi absorbat adalah Karbon Dioksida (CO2). Reaksi
kimia antara CO2 dan air, yang menghasilkan asam karbonat (H2CO3) dalam larutan. Berikut
persamaan reaksinya :

CO2 (g) + 2H2O(l) ⇌ H3O+(aq) + HCO3-(aq)

Percobaan absorpsi dilakukan dengan perbedaan waktu pengambilan sampel pada


waktu 15, 25, 35, 45, 55, 65, 75, dan 90 menit serta mentitrasi sampel dengan larutan NaOH.
Titrasi dilakukan untuk menentukan konsentrasi CO2 yang terserap.

Laju alir air (F1) diatur pada 4 LPM (Liter per Menit), laju Alir udara (F2) pada 20
LPM, sedangkan laju alir CO2 (F3) 2 LPM, Laju alir udara diatur lebih besar dari laju alir air,
hal ini bertujuan agar tidak terjadi flooding, flooding terjadi ketika cairan pelarut (air dalam hal
ini) tidak dapat menyerap gas secara efektif karena kolom terlalu banyak diisi atau kecepatan
aliran cairan terlalu tinggi. Hal ini dapat menghambat kontak yang efisien antara gas dan cairan,
sehingga kinerja kolom menurun dan efisiensi absorpsi menurun.

Pada praktikum laju alir F1, F2, dan F3 mengalami perubahan, pada waktu 25 menit F1
mengalami penurunan menjadi 3 LPM dan F3 mengalami kenaikan menjadi 3 LPM, Pada 45
menit F1 menjadi 3,4 menit dan pada waktu 49 menit F1 menjadi 1,8 menit.

Laju alir konstan diperlukan untuk membandingkan konsentrasi dan kecepatan CO2
terhadap waktu. Laju alir tidak konstan bisa disebabkan karena gangguan pada pompa
contohnya penyumbatan sehingga dapat mengurangi laju alir, adanya perubahan tekanan dari
pasokan air yang berubah-rubah dikarenakan keterlambatan pengisian air pada tangki.Dari data
yang diperoleh didapatkan hubungan antara konsentrasi CO2 (mol) terhadap waktu (menit)
serta hubungan laju absorpsi terhadap waktu.

Kurva 1. Konsentrasi CO2 (mol) terhadap waktu (menit)

Kurva 2. Hubungan laju absorpsi terhadap waktu (menit)

Hasil percobaan menunjukan bahwa kadar dan laju alir absorpsi CO2 terhadap waktu
diperoleh nilai yang fluktuatif atau tidak konstan, pada menit 15 dan 25 menit konsentrasi CO2
cukup tinggi, pada menit ke 35 terjadi penurunan, namun 45 menit berikutnya naik, dan turun
kembali pada menit ke 75, perbedaan yang didapatkan tidak terlalu jauh, berdasar teoritis
harusnya konstan karena zat batch absorber yang digunakan ( H2O) selalu fresh. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa waktu pengambilan sampel tidak berpengaruh pada lamanya proses
absorbsi berlangsung, yang mempengaruhi proses absorbs adalah :

1. Variasi Laju Alir dan Waktu Kontak


Laju alir pelarut berbanding terbalik dengan penyerapan CO2, semakin besar laju alir
pelarut maka semakin kecil CO2 yang diserap, namun sebaliknya laju alir CO2 berbanding lurus
dengan CO2 yang diserap, semakin besar laju alir CO2 maka semakin besar CO2 yang diserap.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Sri Ardhiany, tahun 2018. Hal ini terjadi dikarenakan
semakin lambat laju alir pelarut maka peluang kontak antara gas CO2 dan pelarut semakin
besar, sehingga transfer massa gas CO2 ke plarut (NaOH) semakin besar, sehingga CO2 yang
diserap semakin besar. Sebaliknya peningkatan laju alir pelarut maka peluang kontak antara
gas CO2 dan pelarut semakin kecil sehingga CO2 yang diserap semakin kecil. (Bird, R.B. 1960)
2. Temperatur Operasi
Temperatur operasi mempengaruhi besar kecilnya suatu penyerapan dalam operasi
absorpsi. Penggunaan temperatur tinggi mempengaruhi kapasitas penyerapan. Hal ini akan
meningkatkan mekanisme reaksi dalam absorber jika temperatur gas yang digunakan saat
operasi absorpsi tinggi (25-55°C), akan membuat penyerapan meningkat. Hal ini dikarenakan
difusi cepat dari molekul menuju zona reaksi (permukaan packed bed) karena energi kinetik
yang dihasilkan. Ketika gas mengalir, panas tertransfer ke cairan dan meningkatkan hasil
pembentukan asam karbonat (Ndiritu dkk, 2011).
3. Konsentrasi
Pada laju alir NaOH tetap, dengan memvariasi konsentrasi CO2 menunjukkan bahwa
peningkatan konsentrasi CO2 mengakibatkan peningkatan gas CO2 yang terserap, hal ini
adanya peningkatan perbedaan konsentrasi, transfer massa akan meningkat juga ( Robiah, dkk
2021)
4. Tekanan gas CO2
Tekanan gas CO2 dalam eksperimen juga dapat mempengaruhi penyerapan.
Peningkatan tekanan CO2 dapat meningkatkan kelarutan CO2 dalam air.
5. pH larutan Air
Perubahan pH dapat memengaruhi kesetimbangan reaksi kimia antara CO2 dan H2O.

VI. KESIMPULAN
Absorbsi merupakan operasi teknik kimia yang bertujuan untuk pemisahan atau
pemurnian gas dari campuran gasnya menggunakan cuatu cairan. Prinsip utama dari absorbsi
adalah berkontaknya gas dengan cairan, gas tersebut mempunyai kelarutan terhadap cairan
sehingga gas tersebut akan berdifusi ke dalam cairan. Proses absorpsi ini menggunakan Kolom
Isian (Packed column) yang didalamnya gas dan cairan dialirkan berlawanan, tujuan
penggunaan Packed column yaitu untuk memperluas permukaan kontak antara liquid dan gas
sehingga terjadi penyerapan yang optimal.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan Hasil percobaan menunjukan bahwa
kadar dan laju alir absorpsi CO2 terhadap waktu diperoleh nilai yang tidak konstan, namun
perbedaan yang didapatkan tidak terlalu jauh, berdasar teoritis harusnya konstan karena zat
batch absorber yang digunakan ( H2O) selalu fresh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu
pengambilan sampel tidak berpengaruh pada lamanya proses absorbsi berlangsung, yang
mempengaruhi proses absorbs adalah Variasi Laju Alir dan Waktu Kontak, Temperatur Operasi,
Konsentrasi, Tekanan gas CO2, pH larutan Air.

VII. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet Praktikum Satuan Operasi "Absorpsi" Jurusan Teknik Kimia POLBAN, 2003
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi "Absorpsi", Due Like, Jurusan Teknik Kimia
POLBAN
Mc CABE and Werren I Smith Julian C & Hariott., Unit Operations of Chemical
Engineering, 3 rd, New York
Mc. Growhill Book Co Fourth Edition 1993 − Robert H Perry "Chemical Engineering
Handbook" Mc Grow-hill Fourth Edition, USA 1998

LAMPIRAN

Alat Absorpsi

Inlet air

Outlet

Anda mungkin juga menyukai