Kelas 2A-TKI
y ialah fraksi mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan di setiap titik
dalam kolom, /adalah fraksi mol ruah "bulk", A adalah luas penampang kolom, H adalah tinggi
isian dan a adalah luas spesifik isian/satuan volume isian. Untuk gas encer terkecuali aliran gas
inert, persamaan diatas dapat disederhanakan :
Ruas kanan dari persamaan di atas sulit diintegrasi. Perhitungan Kog dapat disederhanakan
(tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi Kog.
Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan untuk titrasi,
maka penentuan jumlah CO2 bebas (Cco2) pada suatu tangki dengan volume (Vt volume
penitran) adalah :
Keterangan :
− S1, S2, S3 = Valve yang diatur pada saat analisa gas CO2 dan tempat pengambilan
sample bila diperlukan
− F1 = Flowmeter Air
− F2 = Flowmeter Udara
− F3 = Flowmeter CO2
• Buret 25 mL
• Gelas Ukur 10 mL
• Corong pendek
• Batang Pengaduk
Menghidupkan Kompresor
Mengatur Laju Alir Udara, Sebesar 10% dari skala penu h flowmeter F2 atau
sebesar 15 L/menit
Mengatur Laju Alir CO2 kir-kira setengah dari aliran udara F2, namun pada
praktikum ini sebesar 3 L/menit
Mengambil outlet dari selang yang sudah dipasang dengan waktu 15 menit, 25
menit, 35 menit, 45 menit, 55 menit, 65 menit dan 75 menit.
Melakukan Analisa CO2 dengan metode titrasi dengan mengunakan
larutan NaOH 0,05 M
Laju Alir Air Laju Alir udara (F2 laju alir CO2 (F3 perhitungan Y1
(F1 L/menit) L/menit) L/menit) = F2/(F2+F3)
4 20 2 0.90
t (min) V NaOH
15 0,3
25 0,3
35 0,1
45 0,2
55 0,25
65 0,25
75 0,15
90 0,2
M
t (min) V NaOH Vair M CO2 n CO2
NaOH
15 0,3 0,1 10 0,003 0,00003
25 0,3 0,1 10 0,003 0,00003
35 0,1 0,1 10 0,001 0,00001
45 0,2 0,1 10 0,002 0,00002
55 0,25 0,1 10 0,0025 0,000025
65 0,25 0,1 10 0,0025 0,000025
75 0,15 0,1 10 0,0015 0,000015
90 0,2 0,1 10 0,002 0,00002
Kecepatan Absorpsi
t (min) t (detik) F1 (L/min) C CO2t (mol/L) C CO20 (mol/L)
(mol/detik)
15 900 4 0 0,003 0,00020
25 1500 4 0 0,003 0,00020
35 2100 4 0 0,001 0,00006
45 2700 4 0 0,002 0,000133
55 3300 4 0 0,0025 0,000167
65 3900 4 0 0,0025 0,000167
75 4500 4 0 0,0015 0,00010
90 5400 4 0 0,002 0,000133
0,0002
0,00015
0,0001
0,00005
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil praktikum, akan dibahas mengenai hubungan konsentrasi CO2 (mol)
terhadap waktu (menit) dari kurva berikut:
Dari kurva tersebut diperoleh hubungan kandungan CO2 dalam air yang sampelnya
diambil pada saat 15 menit, 25 menit, 35 menit, 45 menit, 55 menit, 65 menit, 75 menit,
dan 90 menit. Pada 15 menit dan 25 menit, konsentrasi CO2 pada air masih konstan dan
turun pada sepuluh menit selanjutnya yaitu menit ke-35. Kemudian mengalami kenaikan
yang cukup signifikan pada tiga waktu berikutnya yakni pada menit ke-45, 55, dan 65.
Konsentrasi turun lagi pada menit ke-75 dan kembali naik pada menit ke-90. Berdasarkan
teori, seharusnya semakin lama kontak antara fasa gas dan cair berlangsung pada proses
absorpsi, semakin naik konsentrasi CO2 yang berhasil diserap air.
Renata Naomi Cinta Sedjati
221411024
Prinsip kerja dari proses absorpsi ini adalah adalah dengan mengontakan cairan
atau larutan (slovent) berupa air dari atas kolom isian dengan gas CO2 dari bagian bawah
kolom isian. Adanya kolom isian akan menyebabkan tahanan antara aliran air dengan
aliran udara dan mengakibatkan bidang sentuh antara air dan udara jadi semakin besar.
Peristiwa absorpsi pada percobaan ini berupa aliran counter-current dimana aliran udara
masuk di bawah kolom dan aliran air masuk di atas kolom. Pelarut atau solvent berupa air
diumpankan dari bagian atas kolom dengan menggunakan spray, sedangkan udara yang
mengandung CO2 diumpankan dari bagian bawah kolom. Sistem spray digunakan untuk
memperkecil partikel air yang memasuki kolom, jadi air mengalir dari atas kolom secara
merata ke seluruh kolom packing, tidak hanya di satu sisi saja. Fungsi kolom packing
adalah untuk memperbesar kontak antara air dengan udara sehingga proses absorpsi CO2
akan berlangsung optimal. Absorpsi yang dilakukan menggunakan air keran yang
dialirkan kedalam kolom dengan bantuan pompa, umpan akan masuk dari atas kolom
kemudian turun kebawah dengan spray dan kemudian akan melewati kolom packing . Ini
bertujuan untuk memperluas permukaan kontak antara air dengan CO2. Sehingga
didapatkan proses absorpsi yang optimal. Air mengalir dari bagian atas kolom, sedangkan
gas CO2 mengalir dari bagian bawah kolom. Dimana berdasarkan sifat alami bahwa
cairan akan mudah mengalir kebawah akibat gravitasi bumi. Sedangkan gas yang akan
bergerak ke atas seperti menguap. Aliran ini ditujukan agar kontak dapat terjadi antara
cairan dan gas. Pada saat CO2 dan air bertemu di kolom isian, maka akan terjadi
perpindahan massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air atau dapat dikatakan
sangat sedikit larut, maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fasa cair atau
terserap oleh solvent. Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya akan CO2, semakin ke
atas aliran udara maka semakin sedikit CO2. Proses penyerapan ini melibatkan reaksi
kimia antara CO2 dan air, yang menghasilkan asam karbonat (H2CO3) dalam larutan.
Yaitu jika dijabarkan reaksinya adalah
Pada praktikum ini melakukan variasi waktu untuk mengetahui seberapa banyak
gas CO2 yang terserap oleh pelarut. Dengan variabel laju alir air (F1) 4 L/min, laju alir
udara (F2) 20 L/min, dan laju alir air (F3) 2 L/min. Kemudian setelah proses absorpsi
berjalan, melakukan pengambilan sampel pada outlet dimulai setelah 15 menit proses
berlangsung kemudian sampel dianbil setiap 10 menit sekali. Sampel outlet diambil
sebanyak 10 mL setiap 10 menit sekali, untuk dititrasi menggunakan larutan NaOH 0,1 M
untuk mengetahui seberapa banyak CO2 yang terkandung dalam setiap sampel.
Hasil data praktikum menunjukkan bahwa hasil pengolahan data yang diperoleh
tidak stabil atau dikatakan naik turun.
15 0,00003 0,0002
25 0,00003 0,0002
35 0,00001 0,00006
45 0,00002 0,00013
55 0,000025 0,000167
65 0,000025 0,000167
75 0,000015 0,00010
90 0,00002 0,00013
Pada tabel berikut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi CO2 yang terkandung
oulet nilainya tidak stabil atau naik turun. Namun pada menit awal (15-25 menit),
kandungan CO2 yang terkandung sangat tinggi, sesuai dengan teoritis yang mengatakan
bahwa ketika solvent pertama kali bersentuhan dengan gas CO2, laju penyerapan biasanya
cukup tinggi karena perbedaan konsentrasi CO2 antara gas dan larutan penyerap masih
besar. Namun pada menit berikutnya setelah 25 menit konsentrasi CO2 yang terkandung
pada oulet datanya tidak stabil. Sedangkan menurut literatur, seharusnya semakin lama
proses kandungan CO2 yang terkandung semakin meningkat karena adanya hubungan
antara waktu dan konsentrasi CO2 yang diserap oleh air.
Dan dari tabel juga dapat disimpulkan bahwa kecepatan absorpsinya juga naik
turun atau tidak stabil seperti data konsentrasi. Namun pada menit awal (15-25 menit),
kandungan CO2 yang terkandung sangat tinggi, sesuai dengan teoritis yang mengatakan
bahwa pada awal proses absorpsi, kecepatan absorpsi pada outlet biasanya tinggi karena
perbedaan konsentrasi antara gas dan larutan penyerap masih besar. Pada tahap ini, banyak
molekul yang tersedia untuk diserap oleh air, sehingga kecepatan absorpsi tinggi. Namun
pada menit berikutnya setelah 25 menit konsentrasi CO2 yang terkandung pada oulet
datanya tidak stabil. Hal ini tidak sesuai dengan teoritis yang ada, seharusnya semakin
lama kecepatan absorpsinya semakin menurun. Karena menurut teoritis, hubungan antara
kecepatan absorpsi yang diserap oleh air pada outlet terhadap waktu adalah pada awal
proses absorpsi, kecepatan absorpsi pada outlet biasanya tinggi karena perbedaan
konsentrasi antara gas dan larutan penyerap masih besar. Pada tahap ini, banyak molekul
yang tersedia untuk diserap oleh air, sehingga kecepatan absorpsi tinggi, kemudian seiring
berjalannya waktu, perbedaan konsentrasi antara gas dan larutan penyerap akan berkurang.
Hal ini menyebabkan penurunan kecepatan absorpsi pada outlet karena semakin sedikit
yang tersedia untuk diserap oleh air. Kecepatan absorpsi akan melambat seiring dengan
berkurangnya perbedaan konsentrasi CO2.
Faktor–faktor yang mempengaruhi penyerapan CO2 oleh NaOH adalah tinggi dan
diameter kolom (semakin tinggi kolom dan semakin besar diameternya, maka waktu
tinggal akan semakin lama dan akan mempengaruhi jumlah zat yang bereaksi), Jenis isian
atau packing (Semakin luas permukaan kontak, diharapkan semakin banyak zat yang
saling bertumbukan dan mengalami reaksi), kemudian laju alir udara, laju alir CO2,
danlaju alir cairan umpan, lamanya waktu kontak, dan terakhir temperatur.
Selanjutnya akan dibahas juga mengenai hubungan kecepatan absorpsi (mol/detik)
terhadap waktu (detik) berdasarkan kurva yang diperoleh dari hasil percobaan sebagai
berikut:
0,0002
0,00015
0,0001
0,00005
0
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
Pada praktikum modul adsorpsi kali ini bertujuan agar kita dapat memahami proses
absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam larutan air,
serta menghitung jumlah CO2 dalam larutan air. Absorpsi merupakan operasi penyerapan
komponen-komponen yang terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat
absorpsi gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan. Pada praktikum
absorpsi ini kami menggunakan air sebagai cairan yang akan menyerap gas. Adapun tujuan dari
praktikum absorpsi ini yaitu untuk mengetahui kadar CO2 yang diserap oleh air dengan variasi
waktu yang berbeda-beda per 15 menit selama kurun waktu 90 menit.
Diketahui prinsip keja dalam praktikum absorpsi ini adalah, jika gas dikontakkan dengan
cairan, maka sejumlah molekul akan meresap dalam zat cair, begitupun sebaliknya, sejumlah
molekul gas meninggalkan zat cair yang melarutkannya. Pada waktu awal, kecepatan pelarutan
gas dalam zat cair lebih besar dibandingkan dengan proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya.
Seiring berjalannya waktu, kecepatan dari pelepasan gas ikut bertambah hingga pada satu titik
terjadi di mana kecepatan pelarutan dan dan pelepasan sama besar yang disebut dengan keadaan
setimbang. Tekanan yang yang diukur pada keadaan ini juga disebut dengan tekanan setimbang.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin tinggi suhunya maka
daya larut gas dalam cairan akan semakin rendah, sedangkan semakin tinggi tekanan maka gas
akan larut lebih banyak dalam cairan.
Pada percobaan kali ini menggunakan serangkaian alat absorpsi yang memilki menara
isian (packed column). Packed Column ini atas beberapa bagian, di antaranya sebuah kolom
berbentuk silinder atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada
bagian bawah, pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing di atas dan dibawah, serta suatu massa bentuknya zat padat tak
aktif (inert) di atas penyangganya. Bentukan ini disebut menara isian tower (tower packing).
Penyangga mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar untuk mencegah terjadinya
kebanjiran (flooding) pada dinding penyangga.
Zat cair yang masuk bisa berupa pelarut murni atau larutan encer zat terlarut di dalam
pelarut disebut cairan lemah (weak liquor) dalam hal ini adalah air dialirkan melalui pompa, dan
didistribusikan ke atas isian (packing) melalui distributor, sehingga cairan membasahi
permukaan isian secara merata. Sedangkan, gas yang mengandung zat terlarut disebut gas kaya
(rich gas), masuk ke ruang distributor yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui
celah-celah antar isian berlawanan arah dengan aliran zat cair, gas yang dipakai pada praktikum
kali ini adalah udara yang mana didalam kandungannya berisi CO2.
Penggunaan packed column memberikan luas permukaan kontak yang besar antara zat
cair dan gas dan membantu terjadinya kontak yang intensif antara kedua fasa. Zat terlarut yang
ada dalam gas kaya itu diserap oleh zat cair yang masuk ke dalam menara, kemudian gas encer
atau gas kurus (lean gas) keluar dari bagian atas / puncak kolom. Sambil mengalir ke bawah di
dalam menara, zat cair makin lama makin kaya akan zat terlarut, dan zat pekat (strong liquor)
akan keluar dari bagian bawah menara (outlet).
Pada saat CO2 dan air bertemu di kolom isian, maka akan terjadi perpindahan
massa. Dengan menganggap udara tidak larut dalam air atau dapat dikatakan sangat sedikit
larut, maka hanya gas CO2 saja yang berpindah ke dalam fasa cair atau terserap oleh
solvent. Semakin ke bawah, aliran air semakin kaya akan CO2, semakin ke atas aliran
udara maka semakin sedikit CO2. Proses penyerapan ini melibatkan reaksi kimia antara
CO2 dan air, sebagai berikut
Untuk mengetahui jumlah CO2 dalam air dan kecepatan absorpsi dilakukan
pengambilan sampel sebanyak enam kali dari aliran outlet dimulai dari menit ke-15 dan
dilakukan variasi waktu dengan penambahan setiap 10 menit hingga menit ke 90. Sampel
aliran outlet ini kemudian di titrasi dengan NaOH 0,1 M dengan sebelumnya telah ditetesi
indikator phenophetalin. Saat terjadi perubahan warna menjadi merah muda titrasi
dihentikan.
C CO2t C CO20
t (min) V NaOH n CO2
(mol/L) (mol/L)
15 0,3 0,00003 0 0,003
25 0,3 0,00003 0 0,003
35 0,1 0,00001 0 0,001
45 0,2 0,00002 0 0,002
55 0,25 0,000025 0 0,0025
65 0,25 0,000025 0 0,0025
75 0,15 0,000015 0 0,0015
90 0,2 0,00002 0 0,002
Bedasarkan data tersebut nilai mol CO2 yang terserap dalam air pada variasi waktu
yang ada nilainya fluktuatif, hal tersebut tidak sesuai secara teoritis, seharusnya semakin
lama proses kandungan CO2 yang terkandung semakin meningkat karena adanya
hubungan antara waktu dan konsentrasi CO2 yang diserap oleh air.
Namun pada dua titik waktu awal 15-25 menit kandungan CO2 yang terkandung sangat
tinggi jika dibandingkan titik lainnya, hal ini sejalan secara teoritis yang menyatakan
bahwa ketika solvent pertama kali bersentuhan dengan gas CO2, laju penyerapan biasanya
cukup tinggi karena perbedaan konsentrasi CO2 antara gas dan larutan penyerap masih
besar.
Kecepatan Absorpsi
(mol/detik)
0,00020
0,00020
0,00006
0,000133
0,000167
0,000167
0,00010
0,000133
Berdasarkan data tersebut dapat kita ketahui bahwa untuk nilai kecepatan absorbansi
nilainya pun fluktuatif, sedangkan secara teoritis laju kecepatan absorpsi berbanding lurus
dengan konsentrasi CO2 yang didapatkan. Namun pada percobaan kali ini tidak demikian,
hal ini mungkin terjadi dikarenakan semakin lama waktu kontak, air mulai berubah
menjadi jenuh karena semakin banyak CO2 yang telah terserap sehingga air sudah tidak
dapat menyerap gas CO2.
Beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan antara lain temperatur
operasi, tekanan operasi, konsentrasi komponen di dalam cairan, konsentrasi komponen
di dalam aliran gas, luas bidang kontak, dan lama waktu kontak.
Riska Fitriyana
(221411026)
Pada praktikum modul absorpsi pada hari Rabu, 8 November 2023, bertujuan untuk
memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke
dalam air, serta menghitung jumlah CO2 dalam air dengan metode titrasi. Proses absorpsi ini
menggunakan Kolom Isian (Packed column) yang didalamnya gas dan cairan dialirkan
berlawanan, tujuan penggunaan Packed column yaitu untuk memperluas permukaan kontak
antara liquid dan gas sehingga terjadi penyerapan yang optimal.
Laju alir air (F1) diatur pada 4 LPM (Liter per Menit), laju Alir udara (F2) pada 20
LPM, sedangkan laju alir CO2 (F3) 2 LPM, Laju alir udara diatur lebih besar dari laju alir air,
hal ini bertujuan agar tidak terjadi flooding, flooding terjadi ketika cairan pelarut (air dalam hal
ini) tidak dapat menyerap gas secara efektif karena kolom terlalu banyak diisi atau kecepatan
aliran cairan terlalu tinggi. Hal ini dapat menghambat kontak yang efisien antara gas dan cairan,
sehingga kinerja kolom menurun dan efisiensi absorpsi menurun.
Pada praktikum laju alir F1, F2, dan F3 mengalami perubahan, pada waktu 25 menit F1
mengalami penurunan menjadi 3 LPM dan F3 mengalami kenaikan menjadi 3 LPM, Pada 45
menit F1 menjadi 3,4 menit dan pada waktu 49 menit F1 menjadi 1,8 menit.
Laju alir konstan diperlukan untuk membandingkan konsentrasi dan kecepatan CO2
terhadap waktu. Laju alir tidak konstan bisa disebabkan karena gangguan pada pompa
contohnya penyumbatan sehingga dapat mengurangi laju alir, adanya perubahan tekanan dari
pasokan air yang berubah-rubah dikarenakan keterlambatan pengisian air pada tangki.Dari data
yang diperoleh didapatkan hubungan antara konsentrasi CO2 (mol) terhadap waktu (menit)
serta hubungan laju absorpsi terhadap waktu.
Hasil percobaan menunjukan bahwa kadar dan laju alir absorpsi CO2 terhadap waktu
diperoleh nilai yang fluktuatif atau tidak konstan, pada menit 15 dan 25 menit konsentrasi CO2
cukup tinggi, pada menit ke 35 terjadi penurunan, namun 45 menit berikutnya naik, dan turun
kembali pada menit ke 75, perbedaan yang didapatkan tidak terlalu jauh, berdasar teoritis
harusnya konstan karena zat batch absorber yang digunakan ( H2O) selalu fresh. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa waktu pengambilan sampel tidak berpengaruh pada lamanya proses
absorbsi berlangsung, yang mempengaruhi proses absorbs adalah :
VI. KESIMPULAN
Absorbsi merupakan operasi teknik kimia yang bertujuan untuk pemisahan atau
pemurnian gas dari campuran gasnya menggunakan cuatu cairan. Prinsip utama dari absorbsi
adalah berkontaknya gas dengan cairan, gas tersebut mempunyai kelarutan terhadap cairan
sehingga gas tersebut akan berdifusi ke dalam cairan. Proses absorpsi ini menggunakan Kolom
Isian (Packed column) yang didalamnya gas dan cairan dialirkan berlawanan, tujuan
penggunaan Packed column yaitu untuk memperluas permukaan kontak antara liquid dan gas
sehingga terjadi penyerapan yang optimal.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan Hasil percobaan menunjukan bahwa
kadar dan laju alir absorpsi CO2 terhadap waktu diperoleh nilai yang tidak konstan, namun
perbedaan yang didapatkan tidak terlalu jauh, berdasar teoritis harusnya konstan karena zat
batch absorber yang digunakan ( H2O) selalu fresh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa waktu
pengambilan sampel tidak berpengaruh pada lamanya proses absorbsi berlangsung, yang
mempengaruhi proses absorbs adalah Variasi Laju Alir dan Waktu Kontak, Temperatur Operasi,
Konsentrasi, Tekanan gas CO2, pH larutan Air.
LAMPIRAN
Alat Absorpsi
Inlet air
Outlet