Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

Modul : Absorpsi Gas-Cair

Pembimbing : Rispiandi, S.T., M.T.

Tanggal Praktikum : 21 November 2017

Tanggal Pengumpulan Laporan : 30 November 2017

Oleh :

Kelompok 8 Kelas 2B TK

Dwiki Abdurrahman NIM 161411036

Rahayu NIM 161411045

Risky Febiayu E NIM 161411053

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memahami proses absorpsi dan prinsip kerjanya
2. Menghitung laju kecepatan absorpsi CO2 ke dalam air
3. Menghitung jumlah CO2 bebas dalam air

II. DASAR TEORI

Absorpsi adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang


terdapat di dalam gas dengan menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi
gas akan sebanding dengan daya kelarutan gas tersebut dalam cairan.
Kebalikan dari proses absorpsi adalah desorpsi, yaitu pelepasan molekul gas
dari zat cair yang melarutkannya.
Adapun tujuan dari proses absorpsi adalah :
1. Pertama untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari
campuran gas atau uap;
2. Kedua, untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari
produk;
3. Ketiga, pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah
satu senyawa dalam campuran gas.
Bila gas dikontakkan dengan zat cair, maka sejumlah molekul gas akan
meresap dalam zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas
meninggalkan zat cair yang melarutkannya. Pada awal waktu, yang terjadi
kecepatan pelarutan gas dalam zat cair lebih besar bila dibandingkan dengan
proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya, dengan bertambahnya waktu,
kecepatan dari pelepasan gas juga bertambah hingga pada suatu ketika terjadi
kecepatan pelarutan dan pelepasan sama besar. Keadaan ini disebut keadaan
setimbang, tekanan yang diukur pada keadaan ini juga disebut tekanan
setimbang pada temperatur tertentu.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin
tinggi suhunya semakin rendah daya larut gas dalam cairan, sedangkan
semakin tinggi tekanan, gas akan larut lebih banyak dalam cairan.
Operasi absorpsi gas dalam cairan biasanya dilakukan dalam suatu
kolom silinder berunggun (cylindrical packed column). Unggun yang
dimaksud merupakan sekumpulan benda padat dengan bentuk dan bahan
tertentu (plastik/ keramik) yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan
luas permukaan kontak antar fasa gas liquid yang sebesar besarnya. Dalam
kolom absorbpsi, penyerapan komponen gas oleh cairan mengalir melewati
packed bed, biasanya arah aliran fluida diatur sedemikian rupa, dimana cairan
mengalir dari atas dan gas mengalir dari bawah (counter current). Gas dan
cairan yang masuk dan keluar dapat dianalisa untuk mengetahui jumlah gas
yang diserap.
Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorpsi gas biasanya
sudah dilengkapi dengan peralatan analisa sampel gas maupun analisa cairan
(titrasi). Perangkat peralatan analisa gas berisi larutan NaOH yang reaksinya
dengan CO2.
CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2 O
Jumlah CO2 yang terserap sebanding dengan pertambahan volume
larutan dalam peralatan analisa tersebut.
Pada umumnya, campuran gas yang masuk kedalam kolom absorbsi
terdiri atas komponen yang dapat diserap dan gas inert (sukar diserap),
sedangkan cairan yang digunakan bersifat tidak melarut dalam fasa gas.
Perpindahan massa solut dari gas menuju cairan terjadi dalam tiga langkah
perpindahan, transfer massa dari badan utama gas kesuatu fasa antar muka,
transfer muka melalui bidang antar muka kefasa kedua dan transfer massa dari
antar muka kebadan utama cairan.
Konsentrasi dari solut A yang berdifusi

Gas interface

y AG

x Ai Liquid
y Ai

x AL

Jarak

Gambar 2.1 Teori lapisan dua film

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada kondisi awal, konsentrasi A
dalam badan utama gas adalah yAG fraksi mol. Ketika mulai terjadi kontak
dengan cairan, konsentasi A di daerah interfase menurun hingga yAi pada
interfase menjadi yAI dalam badan utama cairan. Dan sebagai syarat terjadinya
perpindahan perpindahan massa. Konsentrasi awal yAG dan yAI tidak berada
dalam keadaan setimbang.
Perpindahan massa solut A dari gas ke cairan akan terjadi bila terdapat
cukup kekuatan gerak (driving force) dari satu fasa ke fasa lainnya yang dikenal
dengan nama koefisien perpindahan massa (mass transfer coefficient). Laju
perpindahan massa ini juga bergantung pada luas permukaan kontak antar fasa.
Menurut Whitman dan Lewis, pada saat terjadi perpindahan massa antar
fasa tahanan terhadap perpindahan tersebut hanya ada pada bahan utama masing
masing fasa. Sedangkan pada daerah antarmuka yang membatasi kedua fasa
tidak terdapat tahanan sama sekali sehingga konsentrasi yAi dan xAi merupakan
harga kesetimbangan yang diperoleh dari data kurva kesetimbangan dari sistem
dua fasa tersebut.
Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu zat absorpsi dapat
digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa. Persamaan untuk kolom
absorpsi isian adalah:

0 ..
H = 1 . (0.)

y ialah fraksi mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan disebut
titik dalam kolom, /adalah fraksi mol ruah bulk, A adalah luas penampang
kolom, H adalah tinggi isisan dan a adalah luas spesifik isian/satuan volume
isian. Untuk gas encer terkecuali aliran gas inert, persamaan diatas dapat
disederhanakan:

0
. .
=

1

Ruas kanan dari persamaan di atas sulit diintegrasikan. Perhitungan kog dapat
disederhanakan (tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi kog.

N = kog x aAH x log gaya penggerak rata-rata

N adalah kecepatan absorpsi (mol/detik). Jadi,


log /0
Kog = . (0)

Beberapa jenis menara absorpsi:

1. Menara absorpsi dengan benda isi (packing kolom)


2. Menara absorpsi dengan pelat atau piringan
3. Menara absorpsi dengan penyemprot

Laju penyerapan CO2 dapat dihitung dengan rumus:

(1 0)(2 + 3)
1 =
(1 0)

Percobaan analisa karbon yang larut dalam air:


2
1 =
(2 + 3)
Jika M adalah konsentrasi penitran, Vs adalah volume sampel yang digunakan
untuk titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas (Cco2) pada suatu tangki
dengan volume (Vt volume penitran) adalah:
.
2 =

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Gas ke dalam


Cairan
Ada beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan,
yaitu :
1. Temperatur operasi
2. Tekanan operasi
3. Konsentrasi komponen di dalam cairan
4. Konsentrasi komponen di dalam aliran gas
5. Luas bidang kontak
6. Lama waktu kontak
III. ALAT DAN BAHAN
1) Seperangkat alat Absorpsi
2) Gelas kimia 1 liter
3) Erlenmeyer 250 ml
4) Erlenmeyer 100 ml
5) Botol Semprot
6) Buret 50 ml
7) Corong
8) Tissue

Rangkaian Alat Absorpsi

Keterangan:

S1,S2,S3 = Valve yang diaturpada saat analisa gas CO2 dan


tempat pengambilan sampel bila diperlukan
F1 = Flowmeter Air
F2 = Flowmeter Udara
F3 = Flowmeter CO2
C1 = Valve pengatur flow air
C2 = Valve pengatur flow udara
C3 = Valve pengatur flow CO2
IV. PROSEDUR KERJA
Percobaan Absorpsi CO2 dalam Air

START

Membuat Larutan NaOH 0,1 N, sebanyak 250 ml, kemudian larutkan kedalam
bak air 25 liter.
Membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 500 ml.

Mengisi tangki tendon di bawah kolom sebanyak 3/4 penuh dengan air
deionisasi.
Catat Volume air yang ada dalam tendon.

Menghidupkan pompa air dan atur aliran air melalui kolom dengan mengatur
C1 agar terbaca pada flowmeter F1 sebesar 6 Liter/menit.

Menghidupkan kompresor dan atur C2 sampai terbaca pada flowmeter F2


sebesar 38 Liter/menit.

Membukan keran pengatur tekanan pada silinder CO2 secara hati-hati, dan atur
C3 sampai terbaca pada flowmeter F3 sebesar 2 Liter/menit, pastikan bahwa
tutup aliran cairan didasar kolom sudah dibuka.

Mengambil sampel pada awal percobaan dari bak (S1) dan pipa keluaran (S2).
Kemudian ambil sampel setiap 5 menit operasi dari S1 dan S2 sebanyak 10 ml.

Melakukan analisa larutan tersebut terhadap kandungan CO2

FINISH
Percobaan Analisa Karbon yang Larut dalam Air

START

Mengambil sampel dari S1 dan S2 setiap 5


menit sebanyak masing-masing 10 ml.

Menampung sampel kedalam erlenmeyer 100


ml atau 250 ml.

Menambahkan 2-3 tetes indikator


phenophtalein kedalam larutan sampel.

Melakukan titrasi larutan sampel


menggunakan larutan HCl 0,1N.

Mencatat volume HCl yang diperlukan untuk


titrasi larutan sampel

FINISH
V. DATA PENGAMATAN
1. Kondisi operasi : Laju alir udara = 38 L/min
Laju alir CO2 (FCO2 ) = 2 L/min
Laju alir NaOH (FNaOH) = 6 L/min
2. Titrasi sampel dari bak penampung NaOH
Volume (mL)
Waktu
(min) NaOH HCl 0,1 N

0 8,9

5 8,1

10 6,9

15 5,9

20 5,6

25 4,7
10
30 4,6

35 3,7

40 3,4

45 3,2

50 2,9

55 2,5
3. Titrasi sampel dari pipa outlet NaOH
Volume (mL)
Waktu
(min) NaOH HCl 0,1 N

5 7,3

10 6,4

15 5,9

20 5,2

25 4,5

30 10 4,3

35 3,4

40 3,3

45 2,9

50 2,7

55 2,1

VI. PENGOLAHAN DATA


1. Konsentrasi CO2 pada bak penampung NaOH

Waktu Volume (mL) Konsentrasi

(min) NaOH (N)


NaOH HCl 0,1 N

0 8,9 0,089

5 8,1 0,081

10 10 6,9 0,069

15 5,9 0,059

20 5,6 0,056
25 4,7 0,047

30 4,6 0,046

35 3,7 0,037

40 3,4 0,034

45 3,2 0,032

50 2,9 0,029

55 2,5 0,025

[HCl] VHCl
Konsentrasi NaOH dihitung menggunakan rumus [NaOH]= VNaOH

Waktu FNaOH Konsentrasi Mol NaOH

(min) (L/min) NaOH (N) (mol)

0 0,089 0,534
5 0,081 0,486
10 0,069 0,414
15 0,059 0,354
20 0,056 0,336
25 6 0,047 0,282
30 0,046 0,276
35 0,037 0,222
40 0,034 0,204
45 0,032 0,192
50 0,029 0,174
55 0,025 0,150

Mol NaOH dihitung menggunakan rumus Mol NaOH = [NaOH] x FNaOH


Ket : FNaOH = laju alir NaOH
Mol
Waktu
(min) NaOH CO2

0 0,534 0

5 0,486 0,048

10 0,414 0,120

15 0,354 0,180

20 0,336 0,198

25 0,282 0,252

30 0,276 0,258

35 0,222 0,312

40 0,204 0,330

45 0,192 0,342

50 0,174 0,360

55 0,150 0,384

Mol CO2 dihitung menggunakan rumus Mol CO2 = Mol NaOH0 Mol NaOHt

Kurva Mol CO2 terhadap Waktu Absorpsi


0.45

0.4

0.35

0.3
Mol CO2

0.25

0.2

0.15 y = 0.0068x + 0.0458


R = 0.9491
0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (min)
2. Konsentrasi CO2 pada pipa outlet NaOH

Waktu Volume (mL) Konsentrasi

(min) NaOH (N)


NaOH HCl 0,1 N

0 8,9 0,089

5 7,3 0,073

10 6,4 0,064

15 5,9 0,059

20 5,2 0,052

25 4,5 0,045
10
30 4,3 0,043

35 3,4 0,034

40 3,3 0,033

45 2,9 0,029

50 2,7 0,027

55 2,1 0,021

[HCl] VHCl
Konsentrasi NaOH dihitung menggunakan rumus [NaOH]= VNaOH

Waktu FNaOH Konsentrasi Mol NaOH

(min) (L/min) NaOH (N) (mol)

0 0,089 0,534
5 0,073 0,438
10 0,064 0,384
15 6 0,059 0,354
20 0,052 0,312
25 0,045 0,270
30 0,043 0,258
35 0,034 0,204
40 0,033 0,198
45 0,029 0,174
50 0,027 0,162
55 0,021 0,126

Mol NaOH dihitung menggunakan rumus Mol NaOH = [NaOH] x FNaOH


Ket : FNaOH = laju alir NaOH
Mol
Waktu
(min) NaOH CO2

0 0,534 0,000

5 0,438 0,096

10 0,384 0,150

15 0,354 0,180

20 0,312 0,222

25 0,270 0,264

30 0,258 0,276

35 0,204 0,330

40 0,198 0,336

45 0,174 0,360

50 0,162 0,372

55 0,126 0,408

Mol CO2 dihitung menggunakan rumus Mol CO2 = Mol NaOH0 Mol NaOHt
Kurva Mol CO2 terhadap Waktu Absorpsi
0.5

0.45

0.4

0.35

0.3
Mol CO2

0.25

0.2

0.15 y = 0.0067x + 0.0657


R = 0.9478
0.1

0.05

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (min)

VII. PEMBAHASAN

Pembahasan oleh Dwiki Abdurrahman (161411036)

Absorbsi merupakan suatu proses penyerapan karena zat yang terserap


bereaksi secara kimia dengan zat yang menyerap (absorben). Proses ini termasuk pada
proses pemisahan yang bertujuan untuk memurnikan. Absorbsi yang telah dilakukan
adalah absorbsi gas dengan cairan. Yang bertidak sebagai gas adalah CO2 sedangkan
zat cairnya adalah NaOH.

Faktor faktor yang mempengaruhi penyerapan CO2 oleh NaOH adalah,


tinggi dan diameter kolom; semakin tinggi kolom dan semakin besar diameternya,
maka waktu tinggal akan semakin lama dan akan mempengaruhi jumlah zat yang
bereaksi. Lalu tinggi, jenis isian (packing). Fungsi utama packing ini adalah untuk
memperluas permukaan kontak. Semakin luas permukaan kontak, diharapkan semakin
banyak zat yang saling bertumbukan dan mengalami reaksi. Kemudian laju alir udara,
laju alir CO2, laju alir cairan (NaOH), konsentrasi cairan (NaOH), lamanya waktu
kontak (proses absorbsi), dan terakhir temperatur.
Proses absorpsi ini dilakukan menggunakan menara absorpsi yang berisi kolom
packing, fungsi dari kolom packing ini untuk memperbesar kontak antara NaOH dan
udara sehingga proses absorpsi CO2 dapat berlangsung optimal. Adapun kondisi
opersinya yaitu laju alir NaOH 6 L/mnt, laju alir udara 38 L/mnt dan laju alir CO2 2
L/mnt. Gas CO2 yang mengalir dari bawah akan bertemu dengan NaOH yang
disemprotkan dari atas sehingga akan terjadi kontak yang membuat CO2 terserap.
Dengan reaksi:

CO2 + NaOH Na2CO3 + H2O

Untuk mengetahui jumlah CO2 yang terabsorpsi maka dilakukan titrasi dengan
sampling dari outlet dan tangki menggunakan HCl 0,1 N. Sehingga dapat dilihat dari
perhitungan dan kurva yang naik menandakan bahwa semakin lama waktu absorpsi
maka semakin kecil konsentrasi NaOH, dikarenakan semakin banyaknya CO2 yang
terserap oleh NaOH.

Kemudian pada saat proses absorpsi berlangsung terjadi kondisi Flooding,


yaitu pengumpulan cairan diatas kolom yang dapat disebabkan oleh laju alir gas terlalu
besar dan prinsip kolom yang berlawanan. Selain itu, kemungkinan besar tidak adanya
ruang laluan untuk zat cair sehingga lajunya terhambat dan akhirnya tidak
menghasilkan perpindahan massa yang optimum. Pada saat terjadi flooding katup laju
alir air dikontrol agar tidak terjadi flooding hal ini menyebabkan laju alir air tidak
konstan.

Pembahasan oleh Rahayu (161411045)

Praktikum kali ini dilakukan absorpsi skala laboratorium dengan


menggunakan CO2 dalam udara sebagai solute dan H2O sebagai solvent. Absorpsi
merupakan proses penyerapan solute dalam diluent menggunakan suatu solvent
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi solute yang ada pada dilute dengan yang ada
pada solvent dan mengakibatkan perpindahan solute ke solvent.

Dalam absorpsi CO2 dapat digunakan H2O (absorpsi tanpa reaksi) dan NaOH
(absorpsi dengan reaksi) sebagai solvent. Absorpsi menggunakan NaOH akan
menghasilkan Na2CO3 sebagai hasil reaksi yang merupakan senyawa stabil. Untuk
mengetahui jumlah CO2 yang terabsorp, dilakukan titrasi sampel yang berasal dari
dalam bak dan dari pipa keluaran NaOH menggunakan larutan HCl 0,1 N. Volume
HCl yang digunakan untuk titrasi menunjukkan konsentrasi NaOH dalam sampel, di
mana konsentrasi NaOH akan semakin berkurang karena sebagian telah bereaksi
dengan CO2. Dengan kata lain, berkurangnya konsentrasi NaOH akan sama dengan
jumlah CO2 yang ada pada sampel.

Absorpsi kali ini dilakukan pada menara absorber dengan packing risching
ring. Fungsi dari kolom packing adalah untuk memperbesar kontak antara NaOH
dengan udara sehingga absorpsi CO2 dapat berlangsung secara optimal. Pada
praktikum kali ini digunakan udara dengan laju 38 L/min, CO2 dengan laju 2 L/min,
dan NaOH dengan laju 6 L/min.

Dari kurva pengolahan data yang ada, dapat diamati bahwa konsentrasi CO2
dalam sampel semakin meningkat meskipun kenaikkan pada setiap titiknya tidak sama
besar. Hal tersebut dapat disebabkan oleh flooding yang terjadi saat proses telah terjadi
selama 13 menit yang membuat mesin absorber sempat dimatikkan untuk sementara.
Flooding sendiri dapat terjadi karena laju udara yang terlalu tinggi dan laju NaOH
yang terlalu rendah sehingga NaOH tidak bisa mengalir ke bawah menara. Selain itu,
jumlah CO2 yang ada pada pipa keluaran NaOH lebih tinggi dibandingkan dengan
jumlah CO2 pada bak penampung karena pada bak penampung, konsentrasi CO2 akan
terencerkan mengingat volume pada bak penampung sangat besar.

Pembahasan oleh Risky Febiayu Eldiana (161411053)

Pada praktikum kali ini dilakukan proses absorpsi gas CO2 dari udara oleh
larutan NaOH. Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk memahami
proses absorpsi dan prinsip kerjanya, menghitung laju kecepatan absorpsi CO2
kedalam cairan, serta untuk menghitung jumlah CO2 bebas dalam cairan. Absorpsi
adalah operasi penyerapan komponen-komponen yang terdapat di dalam gas dengan
menggunakan cairan, sehingga tingkat absorpsi gas akan sebanding dengan daya
kelarutan gas tersebut dalam cairan. Konsentrasi NaOH yang digunakan pada
percobaan kali ini adalah 0,1N. Proses absorpsi dilakukan dalam kolom isian yang
bertujuan memperbesar luas permukaan bidang kontak antara CO2 dan larutan NaOH.
Absorsi yang terjadi pada praaktikum ini adalah absorpsi kimia,dimana gas
terlarut didalam larutan penyerap disertai dengan adanya reaksi kimia. Reaksi yang
berlangsung pada proses ini :
NaOH (aq) + CO2 (g) Na2CO3(s) + H2O(l)
Pada praktikum ini digunakan laju alir cairan sebesar 6 L/mnt, laju alir udara
40 L/mnt dan laju alir CO2 2 L/mnt. Sampel diambil dari cairan tangki dan outlet
sebanyak 10 mL setiap 5 menit, kemudian sampel tersebut dititrasi dengan HCl 0,1 N
untuk mengetahui jumlah CO2 yang terserap oleh NaOH.
Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan bahwa semakin lama waktu
kontak CO2 dengan NaOH maka jumlah CO2 yang terserap pun akan semakin banyak.
Hal ini diindikasikan dengan semakin menurunnya volume HCl yang digunakan untuk
menitrasi NaOH yang menandakan bahwa konsentrasi NaOH semakin menurun
karena sudah bereaksi dengan CO2. Dari perhitungan juga diketahui bahwa jumlah
CO2 yang ada pada pipa outlet lebih besar dibanding CO2 pada bak. Hal ini di
karenakan volume bak yang lebih besar dibanding volume cairan dari pipa outlet yang
akan menyebabkan pengenceran sehingga konsnetrasi CO2 akan menurun.

VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Jumlah CO2 terabsorpsi yang ada pada bak penampung NaOH dan pada pipa
keluaran NaOH berturut-turut sebesar 0,384 mol dan 0,408 mol.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Jobsheet Praktikum Satuan Operasi Absorpsi, Due Like, Jurusan Teknik
Kimia POLBAN
Jobsheet Praktikum Satuan Operasi Absorpsi Jurusan Teknik Kimia POLBAN,
2003
Mc CABE and Werren I Smith Julian C & Hariott., Unit Operation of Chemical
Engineering, 3nd, New York
Mc. Growhill Book Co Fourth Edition 1993
Robert H Perry Chemical Engineering Handbook Mc Grow-hill Fourth Edition,
USA 1998.

Anda mungkin juga menyukai