Anda di halaman 1dari 13

BAB I

SIFAT-SIFAT TRANSPORT

Deskripsi Singkat
Sifat-sifat transport adalah sifat dari suatu gas, cair atau padatan yang molekul-molekulnya
berpindah-pindah secara realtif satu sama lain. Kita membedakan transport kental atau meruah
(viscous transport) di mana gradien kecepatan secra makroskopik ada dan transport difusi di
mana molekul-molekul berpindah relatif satu sama lain dalam kekurangan gradien kecepatan dari
zat yang meruah.
Pada transport kental, kita akan mendiskusikan definisi dan kegunaan dari viskositas sebagai
alat ukur dari ketahanan gradien kecepatan. Pada transport difusi akan dibahas tentang
pergerakan ion-ion dalam medan listrik, konstanta difusi ( Di), mobilitas ionik (), konduktans
spesifik (), konduktans molar () dan bilangan transpor ionik (t). Selain itu, dibahas juga topik
khusus tentang penentuan bobot molekul rata-rata polimer berdasarkan viskositas.
Dengan memahami materi ini secara baik diharapkan mahasiswa dapat memiliki wawasan
berpikir yang baik tentang sifat-sifat transport yang terjadi pada suatu senyawa kimia.

Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan dan
menentukan sifat-sifat transport yang dialami suatu senyawa kimia

Indikator
1. menjelaskan dan menentukan viskositas suatu larutan
2. menjelaskan dan menentukan proses difusi
3. menjelaskan dan menentukan daya hantar listrik suatu larutan elektrolit
4. menjelaskan dan menentukan mobilitas listrik suatu larutan elektrolit
5. menjelaskan dan menentukan bobot molekul rata-rata polimer berdasarkan viskositas
larutan

1.1. Transport Kental


1.1.1. Definisi Viskositas: Aliran Laminar
Ketika terjadi perbedaan kecepatan suatu gas, padat atau cair maka suatu bagian dari zat
memiliki kecepatan relatif terhadap bagian yang lain atau dengan kata lain ada gradien
kecepatan. Bentuk yang paling sederhana dari gradien kecepatan ada dalam aliran laminar. Di
sinilah sulitnya ketika satu-satu gradien kecepatan tegak lurus terhadap arah aliran. Pada aliran
laminar, kita dapat bayangkan transport kental seperti perpindahan bidang dalam zat yang relatif
terhadap yang lain. Bayangkan 2 bidang A dan B pada suatu jarak dx dari keduanya dengan
arah aliran pada sumbu Z.
Gaya yang melawan pergerakan B terhadap A disebut gaya Shear. Kita mendefinisikan
viskositas () sebagai konstanta proporsional antara gaya Shear dan gradien kecepatan per
satuan luas
vZ ( x dx) vZ ( x) dv
F A A
dx dx
..... (1.1)
di mana dalam satuan N det m-2 (= Pa det) atau dyne det cm -2 atau poise (1 P = 0,1 Pa det
atau 1 cP = 1 mPa det).
Pada cair, Anda akan sering melihat viskositas dinyatakan sebagai satuan cP atau mPa det.
Ini baik sekali untuk melihat bahwa viskositas air mendekati 1 cP. Viskositas berkisar antara 10 -3
mPa det untuk gas sampai ribuan Pa det untuk semipadat yang sangat kental seperti aspal.
Beberapa nilai viskositas dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 2

Viskositas meski didefinisikan dari gradien kecepatan secara makroskopik tetapi tergantung
pada gesekan antara pergeseran molekul-molekul terhadap yang lain. Dalam kasus cairan, tiap
molekul berada dalam suatu sangkar molekul-molekul berdekatan dan gerakannya dibatasi oleh
interaksinya dengan molekul-molekul sekitarnya. Dalam kasus etanol, ikatan hidrogen yang kuat
ada pada keadaan cair membuat pergerakan molekul yang satu terhadap molekul yang lain lebih
sulit. Aseton tidak memiliki ikatan hidrogen sehingga memiliki viskositas yang sangat rendah.

Tabel 1.1. Viskositas beberapa fluida pada 25oC


Zat (mPa det) (Pa det)
H2O (l, 25oC) 0,9 9,0 x 10-4
o
Benzena (l, 25 C) 0,6 6,0 x 10-4
o
Aseton (l, 25 C) 0,3 3,0 x 10-4
o
Etanol (l, 25 C) 1,1 1,1 x 10-3
o -2
O2 (l, 25 C) 1,8 x 10 1,8 x 10-5
o -2
CO2 (l, 25 C) 1,3 x 10 1,3 x 10-5

Kasus khusus pada aliran laminar adalah cairan atau gas melalui suatu pipa berbentuk silinder.
Ketika cairan atau gas melalui pipa dengan aliran laminar, kita asumsikan bahwa moelkul-
molekul pada dinding tidak bergerak tetapi molekul-molekul pada lapisan berikutnya bergerak
dengan kecepatan tinggi sampai kecepatan maksimum dicapai pada tengah-tengah pipa. Situasi
ini dinamakan aliran poisseville, setelah fisikawan Prancis Poisseville menurunkan rumus:
p
v(r) (R 2 r 2 ) .....
4
(1.2)
di mana r adalah jarak antara tengah pipa dengan jari-jari R, p adalah perbedaan tekanan dan
adalah panjang pipa.

Pertanyaan
Hitunglah kecepatan maksimum pada tengah pipa (r = 0 cm) dari pipa berdiameter 1 cm, panjang
10 m dengan air yang mengalir pada perbedaan tekanan 1 atm!
Penyelesaian
p = 1 atm = 101 325 Pa, R = 0,005 m, r = 0 cm, = 9,0 x 10-4 Pa det
101 325 Pa
v(r) ((0,005 m) 2 0 2 ) 70 m det -1
4 (9 x 10 -4 Pa det) (10 m)

Pertanyaan:
Bagaimana Anda menghitung volume aliran (J v) pada air yang melalui pipa pada kondisi
tersebut?
Penyelesaian:
pR 4
J v (R) 2,76 x10 3 m 3 det 1 2,76 L det 1
8
Catatan: Volume aliran meningkat dengan R4! Jadi suatu pipa berdiameter 2 cm dapat
membawa 16 kali lebih banyak dari yang berdiameter 1 cm pada perbedaan tekanan yang sama.

1.1.2. Viskositas Gas


Viskositas gas tergantung pada momentum (tumbukan) transfer antara molekul-molekul pada
bidang A dan B pada kasus aliran laminar. Momentum transfer ini akan bergantung pada rata-
rata free path (, yang ekivalen dengan jarak antara bidang A dan B) dan jumlah
tabrakan/tumbukan. Tanpa pembuktian terlebih dahulu, kami memberi rumus bahwa:

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 3

( mkT )1 / 2
gas .....
3 / 2 2
(1.3)
di mana m adalah massa molekul, k adalah konstanta Boltzmann, dan adalah diameter
tumbukan molekul.

Contoh:
Perkirakanlah viskositas gas N2 pada 300 K jika gas N2 memiliki 2 = 0,43 nm2!
Penyelesaian:
m = 28 x 10-3 / 6,02 x 1023 kg, 2 = 0,43 nm2 = 4,3 x 10-19 m2, k = 8,314 / 6,02 x 1023 J K-1 dan T =
300 K maka diperoleh N2 adalah 5,8 x 10-6 Pa det.
Jawaban ini sungguh mendekati nilai pengukuran.

Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa tekanan gas tidak diperhitungkan pada rumus ini?
Aneh sekali persamaan (1.3) yang menunjukkan bahwa tidak tergantung pada tekanan gas.
Alasan adalah jika tekanan meningkat maka jumlah tumbukan meningkat tetapi pada saat yang
sama rata-rata free path dan momentum transfer per tumbukan menurun. Hasil secara
keseluruhan membuktikan secara eksperimen bahwa viskositas bukan merupakan fungsi
tekanan. Kejutaan yang sama adalah bukti persamaan (1.3) bahwa viskositas meningkat dengan
meningkatnya suhu. Ini berlawanan dengan tingkah laku cairan yang viskositasnya menurun bila
suhu ditingkatkan.

1.1.3. Viskositas Larutan-Cair


Secara umum, viskositas larutan lebih tinggi dari viskositas pelarut murni. Ini dapat
dimengerti jika kita menganggap moelkul-molekul zat terlarut yang besar mengambil fraksi
volume (v) di dalam volume cair (v didefinisikan sebagai perbandingan V zat terlarut terhadap V
total). Einstein menurunkan rumus:
larutan = pelarut (1 + 2,5 v) ...... (1.4)
Karena v sebanding dengan konsentrasi maka viskositas meningkat. Dengan demikian besaran
2,5 v sebanding dengan konsentrasi zat terlarut.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan pada viskositas larutan-cair:
Viskositas pelarut = o
Viskositas larutan =
Viskositas relatif = rel = /o
Viskositas spesifik = sp = (/o) 1 = ( - o)/ o
Viskositas reduksi = red = sp / c
Viskositas intrinsik sp
= [ ] lim
c 0 c

Kita akan melihat bagaimana red dan [] dipergunakan pada akhir bagian ini.

1.1.4. Pengukuran Viskositas


Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas gas dan cairan. Sebab
perbedaan viskositas dapat cukup tinggi (bandingkan viskositas aspal terhadap air mau pun gas)
maka metode dan instrumen yang berbeda yang digunakan akan tergantung pada keperluan
sampel untuk diukur. Metode yang sangat sederhana yang dapat digunakan untuk viskositas cair
rendah adalah viskometer kapiler. Metode yang sama seperti dijelaskan bawah ini dapat
digunakan untuk mengukur viskositas gas. Dalam viskometer kapiler, cairan dialirkan dari
reservoir kecil larutan yang lebih tinggi ke bagian yang lebih rendah melalui suatu pipa kapiler

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 4

yang panjangnya 10 20 cm. Viskometer Ostwald (Gambar 1.1) terdiri dari penampung
(reservoir) bawah, pipa kapiler, dan penampung (reservoir) atas yang diberi tanda untuk batas
atas dan bawah.

Gambar 1.1. Viskometer Ostwald

Aliran sepanjang kapiler adalah laminar dan oleh karena itu waktu aliran akan sebanding dengan
viskositas:
t = ..... (1.5)
Waktu alir pun sebanding dengan perbedaan tekanan tetapi dengan berbandingan terbalik dan
perbedaan tekanan sebanding dengan densitas cairan:
t = (1/) ..... (1.6)
Dengan demikian dapat dituliskan:
t = (/) ..... (1.7)
Besaran / disebut dengan viskositas kinematik.
Viskositas kapiler adalah alat yang relatif sehingga viskositas fluida kalibrasi harus diketahui.
Jika kita mempunyai fluida kalibrasi 1 (misalnya air) maka waktu alirnya adalah : t 1 = (1/1).
Untuk fluida 2, kita mengukur waktu alirnya adalah t 2 = (2/2). Sehingga untuk menghitung
viskositas kinetika fluida 2 adalah:
2 / 2 t 2
..... (1.8)
1/1 t1
Jika densitas kedua fluida hampir sama (contohnya kita membandingkan viskositas larutan
encer dengan viskositas pelarut) maka diperoleh:
t 2 2
..... (1.9)
t1 1

Contoh soal:
Viskositas larutan gula diukur dengan viskometer kapiler. Jika pelarut air mempunyai waktu alir
75 detik, air = 0,890 mPa det, air = 0,997 g mL-1 sedangkan larutan gula 1% (t1 = 99,5 detik; 1
= 1,002 g mL-1), larutan gula 5% (t2 = 187,5 detik; 2 = 1,017 g mL-1). Tentukan , sp, dan sp/c
kedua larutan tersebut!
Penyelesaian:
Larutan gula 1%:
10 t1 (99,5 det) (1,002 g/mL) (0,890 mPa det)
1 1,19 mPa det
01 t 0 (75 det) (0,997 g/mL)

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 5

sp = (1/0) 1 = 0,19
sp/c = 0,19 dL/g
Larutan gula 5%:
2 0 t 2 (187,5 det) (1,017 g/mL) (0,890 mPa det)
2 2,27 mPa det
0 2 t 0 (75 det) (0,997 g/mL)
sp = (2/0) 1 = 1,27
sp/c = 0,45 dL/g
Catatan: sp/c bervariasi sedikit dengan kosentrasi dan ini merupakan kuantitas normal.

1.2. Transport Difusi


1.2.1. Difusi
Difusi adalah proses redistribusi molekul yang disebabkan oleh gradient konsentrasi. Kami
mendefinisikan fluks (=aliran melalui bidang A per satuan waktu) dari spesies i sebagai:
dn i
Ji .....
dt
(1.10)
Hukum Fick difusi dinyatakan sebagai Ji sebanding dengan gradien konsentrasi:
dc i
J i D A .....
dx
(1.11)
Tanda negatif diperlukan karena J i akan berlawanan arah dengan dci/dx. Difusi akan selalu
bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. D disebut sebagai koefisien difusi
dengan satuan SI-nya adalah m 2 det-1. Pada buku-buku lama masih ditemukan D dalam satuan
cm2 det-1. Catat bahwa ketika menggunakan satuan SI, konsentrasi (c) harus dinyatakan dalam
satuan mol m-3 (1 mol L-1 = 103 mol m-3). Beberapa nilai kisaran D adalah untuk gas ( 10-4 m2
det-1), cair ( 10-10 m2 det-1) dan padat ( 10-12 10-16 m2 det-1).
Koefisien difusi diukur dengan menentukan konsentrasi yang diganti-ganti dalam 2 wadah
yang berbeda konsentrasi yang dipisahkan oleh pipa kapiler yang diketahui ukurannya dengan
asumsi bahwa dalam wadah terjadi percampuran dengan baik.
n c c
Ji Di A 2 1 .....
t x
(1.12)
di mana n dan t diukur, A dan x (panjang kapiler) dapat diketahui sehingga D dapat ditentukan
dari pengukuran n.
Pada keadaan gradien konsentrasi, molekul bergerak rata-rata dalam arah gradien.
Meskipun tanpa gradien konsentrasi molekul-molekul sendiri tetapi berpindah dalam cara acak.
Perpindahan ini dapat disebut sebagai difusi sendiri ( self-diffusion). Pada cairan dan gas itu
dapat terjadi dalam langkah-langkah kecil pada arah-arah acak. Karena seperti suatu proses,
pemindahan rata-rata diberi rumus oleh persamaan Einstein-Smoluchowsky:
2
( x )1/2 2Dt .....
(1.13)
2
di mana ( x )1/2 adalah akar kuadrat dari permindahan rata-rata (jarak perpindahan) dan t
2
adalah waktu. Tentu saja ( x )1/2 tetap dalam satuan meter.
Contoh:
Hitunglah jarak permindahan dari suatu gas yang memiliki konstan difusi 10 -4 m2 det-1, cairan (D =
5 x 10-10 m2 det-1) dan padat (D = 10-14 m2 det-1) selama 1000 det.

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 6

Jawaban: gas = 0,45 m; cairan = 1 mm dan padat = 4,5 m

Perlu dicacat bahwa semua perhitungan hanya untuk gerak difusi murni dan bukan transpor
konveksi. Einstein menghubungkan koefisien difusi (D) dengan koefisien gesekan ( f) sebagai:
kT
D .....
f
(1.13a)
f adalah koefisien gesekan yang berhubungan dengan konstanta kecepatan dari gaya (F):
F=fv ..... (1.14)
Untuk sebuah perpindahan bola pada fluida berviskositas , Stokes (Inggris) menurunkan
rumus:
F
F=6rv atau v .....
6r
(1.15)
Persamaan (1.15) dikenal sebagai hukum Stokes. Ini adalah usaha suatu hukum untuk
benda makroskopis yang berjari-jari (r) yang jauh lebih besar dari dimensi molekul tetapi
mendekati ukuran molekul sehingga (1.15) hanya berupa suatu perkiraan. Kombinasi (1.13 a),
(1.14) dan (1.15) akan diperoleh hukum Stokes-Einstein:
kT
D .....
6 r
(1.16)
Persamaan (1.16) mengijinkan kita untuk memperkirakan D ketika viskositas suatu larutan
() dan jari-jari molekul terdifusi (r) diketahui. Persamaan (1.16) sering juga digunakan untuk
menghitung ukuran molekul (r) dari berbagai pengukuran koefisien difusi. Dengan sendirinya ini
merupakan metode standar untuk mengetahui bobot molekul zat anu atau polimer atau protein.

Contoh:
Perkirakan diameter dan volume dari suatu protein dengan koefisien difusi (D) = 3,5 x 10 -11 m2
det-1 dalam air (=8,9 x 10-4 Pa det) pada 25oC.
Penyelesaian:
kT (1,38 x 1023 J K -1) (298 K)
r 7,0 x 10 9 m 7 nm
6 D 6 (8,9 x 10 4 Pa det) (3,5 x 1011 m 2 det 1 )
Volume protein mungkin:
V = (4/3) r3 = 1,4 x 10-24 m3 atau 1400 nm3. Jika diasumsikan bahwa densitas polimer tersebut
adalah 2 g mL-1 (= 2,0 x 10 -11 g nm-3) maka massa polimer adalah 2,8 x 10 -19 g dan bobot
molekulnya adalah (2,8 x 10-19) (6,02 x 1023) = 170 000 g mol-1.

1.2.2. Transport Listrik


Dalam mata kuliah fisika, transport muatan oleh elektron telah dipenuhi. Ini disebut dengan
konduktansi listrik atau daya hantar listrik. Ion-ion dapat pula memindahkan muatan yang dalam
hal ini adalah daya hantar elektrolit. Keduanya, daya hantar listrik dan daya hantar elektrolit
mengikuti hukum Ohm:
V=iR ..... (1.17)
di mana V dalam volt, i dalam ampere (= coulomb det -1) dan R dalam ohm.
Dalam kasus larutan elektrolit, ion positif akan bergerak ke elektroda negatif dan ion negatif
ke elektroda positif.
Dari suatu larutan elektrolit di antara dua elektroda terdapat perbedaan potensial (V) akan
memiliki tahanan (R) sebesar:
R=V/i ..... (1.18)

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 7

dan daya hantar (G) sebesar:


G = 1/ R = i / V ..... (1.19)
Tahanan (R) dan daya hantar (G) akan tergantung pada jarak antara elektroda dan bidang
elektrolit. Kita mendefinisikan daya hantar spesifik () sebagai:
A
G atau G .....
A
(1.20)
Dengan kata lain, G meningkat jika A besar dan G menurun jika besar. Tahanan (R) dan
daya hantar (G) tergantung pada A dan tetapi adalah konstanta dari larutan elektrolit pada
konsentrasi tertentu.
1
G .....
A A R
(1.21)
Satuan daya hantar ohm-1 juga dinamakan siemens (S) sehingga satuan adalah S m-1.
Daya hantar elektrolit diukur dalam sel konduktansi yang ukurannya tetap seperti pada
Gambar 1.2. Sel terbuat dari gelas, elektrodanya platina (untuk mencegah elektrolisis). Sebagai
ganti DC, AC digunakan untuk mencegah pembentukan gas pada elektroda (jika arus DC
digunakan, H2O akan terelektrolisis dengan menghasilkan gas H2 pada elektroda negatif dan gas
O2 pada elektroda positif). Karena dan A tidak dapat diukur dengan tepat, kita
mendefinisikan konstanta sel (k) sebagai:
=kG ..... (1.22)
k ditentukan dengan mengukur R atau G dari larutan yang telah diketahui, seperti larutan KCl
0,02 M yang memiliki = 0,2766 S m-1. Kita mengukur G larutan tersebut dalam sel yang
digunakan dan dengan nilai yang diketahui kita dapat menghitung konstanta sel (k)
berdasarkan persamaan (1.22). Lalu kita mengukur R (atau G) larutan yang tidak diketahui dan
dengan kembali menggunakan persamaan (1.22) kita menemukan nilai dari larutan yang tidak
diketahui tersebut.

Gambar 1.2. Sel Konduktivitas

Contoh:
Tahanan larutan NaOH 0,01 M diukur dengan sel konduktansi sebesar 877,8 ohm. Dengan sel
yang sama larutan KCl 0,02 M memiliki tahanan 745,8 ohm. Tentukan daya hantar spesitik dari
larutan NaOH 0,01 M tersebut!
Penyelesaian:

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 8

Pertama kita hitung k dari larutan KCL yang diketahui. Dengan nilai ini dapat digunakan dalam
pengukuran-pengukuran selanjutnya dalam sel tersebut.
Untuk KCl 0,02 M
1 1
G 1,341 x 103 S
R 745,8 ohm

0,2766 S m 1
k 3
206,3 m 1
G 1,341 x 10 S

Untuk larutan NaOH 0,01 M:


1 1
G 1,139 x 10 3 S
R 877,8 ohm
sehingga -nya adalah: = k G
= (206,3 m-1) (1,139 x 10-3 S)
= 0,2350 S m-1

Daya hantar dan daya hantar spesifik larutan elektrolit juga tergantung pada jumlah ion-ion
yang dibawa arus sehingga hasilnya kita dapat menduga tergantung secara linear dengan
konsentrasi sesuai persamaan berikut ini:
= konstanta C + 0 ..... (1.23)
0 adalah daya hantar spesifik larutan murni (seperti air) di mana tanpa kehadiran elektrolit.
Secara umum, kita mendefinisikan daya hantar spesifik elektrolit sehingga:
= - 0 = konstanta C ..... (1.24)
Kita menduga bahwa /c adalah konstanta yang disebut daya hantar molar ().

..... (1.25)
c
Ingat bahwa dalam perhitungan daya hantar molar (, satuannya m2 ohm-1 det-1 = m2 S det-1), c
harus dinyatakan dalam 1 mol m -3 (= 103 mol L-1). (1.cNa + 1.cCl adalah besaran yang reduced
seperti sp/c. Dalam buku-buku dan artikel-artikel lama, kita menemukan didefinisikan sebagai
daya hantar ekivalen:

eki .....
1/2 Zi ci
(1.25a)
di mana Zi adalah muatan ionik. Sebagai contoh NaCl, Z+ = +1 dan Z- = +1 sehingga
(Zi ci) sama dengan cNaCl ( (1.cNa + 1.cCl) dan cNa = cCl = cNaCl. Tetapi untuk H2SO4 jumlah
ekivalen (Zi ci) sama dengan 2.cH2SO4 ((1.2.cH + 2.cSO4).

Contoh:
Daya hantar spesifik larutan KCl 0,01 M dan K 2SO4 0,01 M berturut-turut adalah 0,135 dan 0,276
ohm-1 m-1. Hitunglah daya hantar molar () dan daya hantar ekivalen (eki) untuk kedua larutan
tersebut!
Penyelesaian:
c = 0,01 mol L-1 = 10 mol m-3
0,135 ohm-1m 1
KCl 1,35 x 10- 2 ohm-1m 2 mol-1 1,35 x 102 ohm-1cm2 mol-
10 mol m -3

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 9

0,276 ohm-1m 1
K2SO4 2,76 x 10- 2 ohm-1m 2 mol-1 2,76 x 10 2 ohm-1cm 2 m
10 mol m -3
Untuk KCl
Karena jumlah ekivalen = jumlah mol maka eki KCl = KCl = 1,35 x 10-2 ohm-1m2mol-1
Untuk K2SO4
Karena jumlah ekivalen = (2c + 2c) = 2 x 0,01 mol L -1 = 20 mol m-3 maka
0,276 ohm-1m 1
eki K2SO4 1,38 x 10- 2 ohm-1m 2 mol-1
20 mol m -3

Perhatikan bagaimana hampir sama nilai antara eki KCl dan eki K2SO4. Ini menyebabkan
mengapa orang-orang tetap menyukai daya hantar ekivalen untuk membedakan daya hantar
berbagai larutan elektrolit.
Seperti halnya dengan viskositas, kita perhatikan bahwa sp/c tetap sedikit tergantung pada
konsentrasi sehingga untuk elektrolit kuat kita menemukan bahwa (= /c) tidak tetap tetapi
sedikit menurun dengan kenaikan konsentrasi. Penurunan ini memberi petunjuk untuk interaksi
ionik (daya tarik Coulomb dan efek-efek lainnya) sendiri yang memperlambat pergerakan ion-ion.
Nilai ekstrapolasi pada c = 0 disebut daya hantar molar batas (= limiting molar conductance,
0). Secara normal, ekstrapolasi sebagai fungsi c1/2:
= 0 A c1/2 ..... (1.26)
Hal ini dinyatakan dalam hukum Kohlrausch dan hanya berlaku untuk elektrolit kuat.
Ketergantungan c1/2 telah diperkirakan oleh teori daya hantar elektrolit Deybe-Hckel-Onsager.
0 dapat dipikirkan terdiri dari kontribusi yang berdiri sendiri-sendiri dari anion dan kation:
0 = ++,0 + --,0 ..... (1.27)
++,0 dan --,0 disebut sebagai daya hantar molar ion batas dari ion-ion positif dan negatif.
Sebagai contoh, untuk NaCl: +,0 = 5,01 x 10-3 ohm-1 m2 mol-1, -,0 = 7,63 x 10-3 ohm-1 m2 mol-1,
+ = - = 1 sehingga 0 NaCl = 1,264 x 10-2 ohm-1 m2 mol-1. Untuk Na2SO4: +,0 = 5,01 x 10-3 ohm-
1
m2 mol-1, -,0 = 1,596 x 10-2 ohm-1 m2 mol-1, + = 2 dan - = 1 sehingga 0 Na2SO4 = 2,598 x 10-2
ohm-1 m2 mol-1 dan eki, 0 Na2SO4 = 1,399 x 10-2 ohm-1 m2 det-1.
Beberapa nilai 0 untuk anion dan kation dalam air pada 298 K dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Konduktivitas molar ion batas dalam air


Kation 0 (ohm -1 m 2 mol -1) Anion 0 (ohm -1 m 2 mol -1)
+ -3 -
Li 3,869 x 10 Cl 7,634 x 10-3
Na+ 5,011 x 10-3 Br- 7,84 x 10-3
K+ 7,352 x 10-3 I- 7,68 x 10-3
+ -3
NH4 7,34 x 10 OH- 1,98 x 10-3
+ -2
H 3,498 x 10 SO4-2 1,596 x 10-2
2+ -2
Mg 1,061 x 10 ClO4-2 6,80 x 10-3
2+ -2
Ca 1,190 x 10 CH3COO- 4,09 x 10-3
2+ -2
Ba 1,273 x 10

Adanya trend pada angka-angka menarik bahkan mengejutkan adalah menurunnya 0 dari
ion K+ ke Li+. Ini memberi petunjuk meningkatnya hidrasi walaupun terjadi penurun pada jari-jari
kation logam alkali. Perlu dicacat bahwa Cl - mempunyai daya hantar yang mendekati dengan
nilai K+ yang memberi alasan untuk menggunakan KCl sebagai elektrolit dalam jembatan garam
pada suatu sel elektrokimia.

Contoh soal:

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 10

Hitunglah 0 dari Ba(OH)2!


Penyelesaian:
+ = 1, - = 2, sehingga
0 = (1 x 1,273 x 10-2) + (2 x 1,98 x 10-2) = 5,23 x 10-2 ohm-1 m2 mol-1
eki = (5,23 x 10-2 )/2 = 2,61 x 10-2 ohm-1 m2 mol-1

Nilai-nilai 0 dari elektrolit yang larut dalam air dapat digunakan untuk menghitung 0 dari
elektrolit yang tidak larut dalam air di mana dalam perubahan berguna ketika penentuan
kelarutan dengan daya hantar.

Contoh soal:
Nilai-nilai 0 dari KCl, KNO3 dan AgNO3 berturut-turut adalah 1,499 x 10 -2; 1,450 x 10-2 dan 1,334
x 10-2 ohm-1 m2 mol-1. Hitunglah 0 dari AgCl!
Penyelesaian:
0 (KCl) = 0,K+ + 0,Cl- = 1,459 x 10-2 ... (1)
0 (KNO3) = 0,K + 0,NO3
+ -
= 1,450 x 10-2 ... (2)
0 (AgNO3) = 0,Ag+ + 0,NO3- = 1,334 x 10-2 ... (3)
Jadi 0 (AgCl) = 0,Ag+ + 0,Cl- = (3) (2) + (1)
= 1,334 x 10-2 1,450 x 10-2 + 1,499 x 10-2
= 1,383 x 10-2 ohm-1 m2 mol-1
Catatan: Kita tidak dapat menentukan 0 (AgCl) karena kita tidak dapat menyiapkan larutan dari
garam yang tidak larut tersebut!

Latihan:
Daya hantar spesifik () dari larutan jenuh AgCl adalah 1,45 x 10 -4 ohm-1 m-1. Hitunglah Ksp AgCl
tersebut!
Penyelesaian:
Kita asumsikan bahwa konsentrasinya sangat rendah sehingga 0. Dengan demikian:

0 . Di atas kita peroleh bahwa 0 (AgCl) = 1,383 x 10-2 ohm-1 m2 mol-1,
c c
jadi
1,45 x 10-4 ohm m -1
c 1,05 x 10- 2 mol m -3 1,05 x 10-5 mol L-1
0 1,383 x 10 - 2 ohm-1 m 2 mol-1
Ini berarti cAg+ = ccl- = c = 1,05 x 10-5 mol L-1 sehingga:
Ksp AgCl = cAg+ . cCl- = 1,10 x 10-10 mol L-2.

Daya hantar ekivalen atau molar dari elektrolit lemah menurun dengan tajam jika konsentrasi
dinaikkan (Gambar 1.3). Ini memberi fakta bahwa pada konsentrasi terbatas elektrolit lemah
hanya ionisasi sebagian sehingga konsnetrasi ionnya lebih rendah dari pada konsentrasi molar.
Contoh asam lemah adalah asam asetat (HAc) yang akan terionisasi:

HAc H+ + Ac-
c0(1 - ) c0 c0
Dengan demikian:
[H ] [Ac ] c0 2
Ka . .....
[HAc] 1
(1.28)
Pada pengenceran tak terhingga nilai = 1 sehingga:

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 11


..... (1.29)
0

Gambar 1.3. Grafik Kondutivitas Molar (a) KCl dan (b) Asam Asetat
Persamaan (1.29) menunjukkan bahwa dapat diperoleh dari pengukuran daya hantar
sehingga Ka juga dapat dihitung dengan persamaan (1.28). Meskipun demikian 0 harus
diketahui terlebih dahulu. 0 diperoleh dari hukum pengenceran Ostwald yaitu (menggabungkan
persamaan 1.28 dan 1.29):
1 1 c
.....
0 K 0 02
(1.30)
1 1
Dengan dibuat grafik hubungan vs c sehingga ekstrapolasi dapat diperoleh
0

ketika c 0.

Latihan:
Gunakan nilai pada halaman 8 untuk menghitung 0 asam asetat. Jika diketahui daya hantar
spesifik larutan HAc 0,01 M adalah 1,653 x 10-4 ohm-1 m-1 hitunglah dan Ka!
Penyelesaian:
0 (HAc) = 0, + + 0, - = 34,98 x 10-3 + 4,09 x 10-3
= 39,07 x 10-3 ohm-1 m2 mol-1
1,653 x 10-4 ohm m -1
1,653 x 10-3 ohm-1 m 2 mol-1
c 0,01 x 1000 mol m -3
Sehingga dengan persamaan (1.29):
1,653 x 10-3 ohm -1 m 2 mol-1
0,0423
0 39,07 x 10-3 ohm -1 m 2 mol-1
dan persamaan (1.28):
0,01 (0,0423) 2
Ka 1,87 x 10-5 atau pK a 4,73
1 0,0423

1.3. Topik Khusus: Viskositas Larutan Polimer dan Penentuan Bobot Molekul
Suatu polimer seperti polistirena (PS) tidak dapat larut dalam air tetapi dalam pelarut organik
seperti aseton atau toluena. Ketika dilarutkan dalam pelarut, viskositas larutan akan naik seperti
yang kita duga. Perlu diingat bahwa rangkaiian polimer dapat sangat panjang sehingga bobot
molekul (BM) PS mungkin antara 100 000 1 000 000 g/mol. Polimer yang lain yang larut dalam

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 12

air adalah polivinil alkohol (PVA), polietilen oksida dan polimer-polimer alam seperti polisakarida,
peptida dan lain-lain.
Mungkin mengejutkan bahwa teknik sederhana dari viskositas larutan dapat digunakan untuk
menentukan BM polimer dengan bantuan persamaan viskositas spesifik dan viskositas intrinsik
(lihat halaman 3). Viskositas intrinsik dapat ditentukan dengan mengukur viskositas () dari seri
larutan polimer, hitung sp dan red untuk setiap konsentrasi lalu diekstrapolasi red pada c = 0
untuk menentukan nilai batas ([]) yang disebut viskositas intrinsik.
Viskositas intrinsik mempunyai hubungan dengan BM polimer dengan suatu hubungan semi
empirik yang disebut persamaan Mark-Houwink (M-H):
[] = K M a ..... (1.31)
di mana K dan a adalah konstanta yang harus ditentukan terpisah pada kombinasi pelarut-
polimer yang menggunakan polimer yang telah diketahui BM-nya. Dengan K dan a diketahui dan
[] ditentukan dengan viskometer kapiler, persamaan (1.31) dapat digunakan untuk menghitung
M. Parameter M-H untuk beberapa sistem pelarut-polimer dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Karena polimer tercampur secara normal dengan molekul-molekul yang berbeda panjang dan
BM-nya, kita katakan sebagai distribusi BM. Dengan viskositas, kita menentukan nilai rata-rata
sehingga disebut viskositas rata-rata.
Tabel 1.3. Parameter Mark-Houwink untuk beberapa sistem pelarut-polimer
Polimer Pelarut T(oC) K (cm3 g-1) a
Polistirena Benzena 25 9,5 x 10-3 0,74
sikloheksana 34 8,1 x 10-2 0,50
Poliisobutilena benzena 23 8,3 x 10-2 0,50
sikloheksana 30 2,6 x 10-2 0,70
Amilosa KCl 0,3 M 25 1,1 x 10-1 0,50

Contoh soal:
Viskometer kapiler digunakan untuk mengukur BM viskositas rata-rata dari sampel polistirena
(PS). Pengukuran dilakukan pada 25oC dengan pelarut toluena (K= 3,8 x 10 -2 cm g-1 dan a =
0,63). Data pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
c x 10-3 (g cm-3) 0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0
x 10-4 (Pa det) 5,58 6,15 6,74 7,35 7,98 8,64
Hitunglah viskositas reduksi untuk setiap konsentrasi, buatlah grafik hubungan sp/c vs c dan
ekstrapolasi c = 0 untuk menentukan [], lalu hitung BM viskositas rata-rata dari sampel PS!
Penyelesaian
Pertama-tama bahwa nilai untuk c = 0 adalah 0 atau viskositas untuk pelarut toluena. Lalu
hitung sp dan sp/c untuk tiap larutan seperti yang ditampilkan pada tabel berikut ini:
c x 10-3 (g cm-3) 0 2,0 4,0 6,0 8,0 10,0
x 10 (Pa det)
-4
5,58 6,15 6,74 7,35 7,98 8,64
/0 1,000 1,102 1,208 1,317 1,430 1,548
sp 0 0,102 0,208 0,317 0,430 0,548
sp/c (cm3 g-1) ~ 51,0 52,0 52,8 53,8 54,8
Catatan: Nilai sp/c konstan. Diduga ada kesalahan percobaan dalam pengukuran nilai tetapi
tetap dihitung nilai ekstrapolasi untuk c = 0.
sp
[ ] lim 50,06 cm3 g -1
c0 c
Jika diperhitungkan kesalahan maka [] = 50,06 0,02 cm3 g-1. Berdasarkan persamaan (5.31)
maka:
[] = K.M a atau log [] = log K + a log M.

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti


Buku Ajar Kimia Fisika 2 : Sifat-Sifat Transport 13

Untuk [] = 50,08
log 50,08 = log (0,038) + 0,63 log M
log M = 4,952 M = 8,96 x 104 g mol-1
Untuk [] = 50,04
log 50,04 = log (0,038) + 0,63 log M
log M = 4,952 M = 8,95 x 104 g mol-1
Jadi dapat dikatakan bahwa BM = 89 500 89 600 g mol -1 dan jika hanya memakai dua angka
penting maka M = 9,0 x 104 g/mol.

Tanasale : Jurusan Kimia FMIPA Unpatti

Anda mungkin juga menyukai