Anda di halaman 1dari 23

I.

TUJUAN
 Menentukan penurunan tekanan didalam kolom absorpsi.
 Menentukan kelarutan CO2 dalam air.

II. PERINCIAN KERJA


 Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan variasi laju
alir udara.
 Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi laju
alir udara.
 Menentukan konsentrasi CO2 yang tidak terserap dalam alat HEMPL.
 Menentukan kadar CO2 didalam air dengan cara titrasi.

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
- Peralatan absorpsi dengan kolom isian
- Gelas kimia 400 ml
- Erlenmeyer 250 ml
- Buret 50 ml
- Labu semprot
- Gelas ukur
- Pipet skala
- Pipet volume
- Bola isap

B. Bahan
- NaOH 0,01 M
- Indicator PP
- Aquadest
IV. DASAR TEORI
Absorpsi adalah operasi penyarapan komponen-komponen yang terdapat
didalam gas dengan menggunakan cairan. Suatu alat yang banyak digunakan dalam
absorpsi gas ialah menara isiar. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk silinder
atau menara yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian
bawah, pemasukan zat cair pada bagian atas, sedangkan pengeluaran gas dan zat cair
masing-masing diatas dan dibawah, serta suatu zat padat tak aktif (inert) diatas
penyangganya. Yang disebut packing.
Adanya packing (bahan isian) didalam kolom absorpsi akan menyebabkan
terjadinya hambatan terhadap aliran fluida yang melewati kolom. Akibatnya gas
maupun cairan yang melewati akan mengalami pressure drop penurunan tekanan.
Persyaratan pokok yang diperlukan untuk packing :
 Harus tidak bereaksi (kimia) dengan fluida didalam menara.
 Harus kuat tapi tidak terlalu berat.
 Harus mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
 Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair dan gas.
 Harus tidak terlalu mahal.

Penurunan tekanan akan menjadi besar jika bahan isian yang digunakan
tidak beraturan (random packing). Selain itu, penurunan tekanan juga dipengaruhi
oleh laju alir gas maupun cairan.
Pada laju alir tetap, penurunan tekanan gas sebanding dengan kenaikan laju
alir cairan. Hal ini disebabkan karena ruang antar bahan pengisi yang semula dilewati
gas menjadi lebih banyak dilewati cairan, sehingga akan menyebabkan terjadinya
hold up (cairan yang terikat dalam ruangan ) bertambah. Akibatnya peningkatan laju
alir cairan lebih lanjut akan menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan diatas
kolom keadaan ini biasa disebut Flooding (banjir). Titik tejadinya peristiwa disubut
flooding point. Operasi pada keadaan flooding tidak akan menghasilkan perpindahan
massa yang bagus. Perpindahan massa yang optimum, dilakukan pada keadaan
loading point (titik beku kurva). Jika laju alir cairan dipertahankan tetap sedang laju
gas bertambah maka terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi :
 Terbentuk lapisan cairan yang menyerupai gelembung gas diatas permukaan
packing
 Cairan tidak akan mengalir keluar kolom karena adanya tekanan yang besar dari
aliran udara. Akibatnya cairan akan mengisi kolom dari bawah keatas sehingga
terjadi inversi dari gas terdispersi kecairan berubah menjadi cairan terdispersi
kealiran gas.

Hal-hal lain yang berpengaruhi terhadap penurunan tekanan antara lain :


bentuk isian, tinggi isian, susunan dan lain-lain.
Didalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota berasal dari pembakaran batubara
dengan menggunakan air, atau penghilangan H2S yang dikandung dalam gas alam
dengan menggunakan larutan alkali.
Banyak hal yang mempengaruhi absorpsi gas kedalam cairan antara lain :
 Temperatur
 Tekanan operasi
 Konsentrasi komponen dalam cairan
 Konsentrasi komponen didalam aliran gas
 Luas bidang kontak
 Luas waktu kontak
 Karena itu dalam operasi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga diperoleh hasil
yang maksimal.
Kolom Absorpsi
Kolom absorpsi adalah suatu kolom atau tabung tempat terjadinya proses
pengabsorbsi (penyerapan/penggumpalan) dari zat yang dilewatkan di kolom/tabung
tersebut. Pada kolom absorpsi terdapat beberapa jenis kolom, diantaranya kolom
kering dan kolom basah.
 Kolom kering adalah kolom yang hanya dilalui udara. Kolom yang dikeringkan
dengan cara melewatkan laju alir udara maksimum hingga tidak ada lagi
kelembaban udara atau uap air pada kolom menara dan packing.
 Kolom basah adalah kolom yang dialiri air dan udara. Kontak air dan udar terjadi
di kolom dimana air dialirkan dari kolo bagian atas, sedangkan gas dari kolom
isisan bagian bawah, dimana terjadi kontak antara air dan udara di dalam kolom
yang menimbulkan penurunan tekanan.

Struktur yang terdapat pada kolom absorber dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Struktur dalam absorber
 Bagian atas : Spray untuk mengubah gas input menjadi fase cair.
 Bagian tengah : Packed tower untuk memperluas permukaan sentuh sehingga
mudah untuk diabsorbsi.
 Bagian bawah : Input gas sebagai tempat masuknya gas ke dalam reaktor.

Gambar 1. Kolom Absorpsi


Karakteristik suatu cairan dalam menyerap komponen didalam aliran gas
ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan massa antara gas-cairan, yaitu
banyaknya mol gas yang berpindah persatuan luas serta tiap fraksi mol (gram
mol)/(detik) (Cm3) (fraksional).
Untuk menentukan hanya koefisien perpindahan suatu massa suatu kolom
absorpsi dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa.
Tinggi koefisien dalam kolom biasa digunakan persamaan:
d NxY 
Yo
H  Kog.a. A.Y
Y1
*
Y
Keterangan:
Yi = fraksi mol CO2 dalam aliran gas masuk.
Yo = fraksi mol CO2 dalam aliran gas keluar.
Y* = fraksi mol gas CO2 yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan.
Y = fraksi mol CO2 didalam larutan.

Persamaan diatas diubah menjadi :


Yo
H .a. A.Kog dY
 *
Yi Y  y
y
Ruas kanan persamaan diatas sulit untuk dipecahkan. Karena itu penentuan kog lebih
mudah dipecahkan dengan persamaan :
N= Kog x a.A.H x selisih tekanan
laju absorpsi luas bidang rata-rata logaritma
(mol/detik) transfer massa(m2) (atm)

Pi
ln
N Po
Kog  x
a. A.N Pi  Po
Keterangan:
Pi = tekanan partikel gas CO2 masuk kolom (atm)
Po= tekanan partikel gas CO2 keluar kolom (atm)
N = jumlah CO2 yang terserap dengan alat HEMPL
A = luas spesifik packing/ unit volume.
A.H = volume kolom berisi packing
Tekanan partikel gas CO2 = fraksi volume x (tekanan total/ 760) atmosfir.

a. Penentuan kadar CO2 yang diserap didalam air / NaOH dengan alat HEMPL.
Misal :
- Laju alir CO2 F3 liter/detik
- Laju alir udara F2 liter/detik
- Volume campuran udara dan CO2 didalam alat HEMPL V1ml
- Volume CO2 V=2ml
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas masuk (Yi)
Yi  V2 /V1 
F3

F2  F3
Fraksi gas CO2 didalam aliran gas keluar (Yo)
V 
Yo   2 
 V1 
Jika jumlah CO2 yang diabsorbsi sepanjang kolom adalah Fa liter/detik.
Neraca massa :
CO2 masuk – CO2 keluar = CO2 diabsorbsi
Atau
(F2 + F3) Yi – [ F2 + ( F3 + Fa ) ] Yo = Fa
Dengan penurunan secara matematis diperoleh :
Yi  Yo F2  F3  Yi  Yo 
Fa   xTotalGasMasuk (liter / det ik )
1  Yo 1  Yo
Atau
Fa tek.rata 2 kolom (mmhg) 273
N= x x (gmolCO2 terabsorpsi/ detik)
22,42 760 tem.kolom (K)
Catatan :
Pada percobaan ini diasumsikan bahwa laju alir volum air tidak dipengaruhi
oleh penurunan tekanan didalam kolom, dianggap penurunan tekanan yang terjadi
sangat kecil dibandingkan tekanan atmosfir.

b. Penentuan kadar CO2 yang terabsorbsi dengan metode titrasi


Absorpsi CO2 dengan menggunakan air.
Secara Stoikhiometri dapat ditulis:
CO2 + H2 O H2CO3
Jika :
Laju alir F1 L/detik
Vol. Larutan NaOH V1 ml
Konsentrasi NaOH C1 M
VOL. Sampel V2 ml
Maka konsentrasi CO2 didalam sampel :
V1 xC1
Fa  [M ]
V2
Laju rata-rata CO yang terabsorpsi pada suatu periode:


Cd (t  n)  Cd (t  m)]xvolumeSistem g.mol / det ik
(n  m) x60

 Absorpsi CO2 dengan menggunakan NaOH


Secara stokiometri reaksi pada proses absorpsi ini :
CO2 + 2NaOH Na2CO3 + H2O

Pada proses titrasi tahap pertama reaksi yang terjadi :


2NaOH + Na2CO3 + 2HCl 2 NaHCO3 + 2NaCl + H2O

Jika volume sample yang digunakan V1 ml. Konsentrasi HCl C g.mol/liter.

Indicator yang digunakan phenolphalein.


Dalam suasana basa kuat indicator phenolphalein akan berwarna merah jambu.

Jika seluruh NaOH sudah habis bereaksi dengan HCl serta semua karbonat telah

berubah menjadi bikarbonat larutan akan berubah menjadi tidak berwarna. Misalkan

volume HCl yang digunakan untuk titrasi sampai tahap ini V2 m. bila dalam larutan

ditambahkan indicator metil orange maka warna larutan akan berubah menjadi

kuning. Jika titrasi dilanjutkan maka pada titik akhir titrasi larutan menjadi tidak

berwarna.

Reaksi yang terjadi :


NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

Misalkan volume yang digunakan untuk titrasi tahap kedua ini V2 ml, maka
volume yang digunakan untuk menetralisir bikarbonat = (V3 – V2) ml. pada tabung
kedua dimasukkan larutan sample sebanyak (V3 – V2) ml lebih sedikit dan dikocok
dengan baik. Endapan yang terbentuk adalah hasil reaksi antara karbonat dalam
sampel dengan larutan barium. Endapan yang tebentuk adalah barium karbonat yang
dari karbonat dalam sample. Jika larutan diberi beberapa tetes indicator phenolphalein
maka larutan akan berwarna merah jambu.
V. PROSEDUR KERJA
a) Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam kolom kering
- Dikeringkan kolom dan isinya dengan jalan mengalirkan udara kedalam
kolom lewat bagian bawah sehingga semua airnya keluar.
- Dialirkan udara dengan laju 60 L/menit (F2)
- dicatat penurunan tekanan yang terjadi.
- Diulangi percobaan dengan laju alir udara 70, 80, 90, 100, 110, 120, 130
dan 140 L/menit.
b) Menentukan penurunan tekanan aliran gas dalam bentuk basah.
- Dialirkan udara kedalam kolom dengan laju alir 70 L/menit (F2).
- Dialirkan air kedalam kolom dengan laju alir 2 L/menit (F1)
- Dicatat penurunan tekanan yang terjadi didalam kolom.
- Diulang percobaan dengan menaikkan laju alir udara hingga terjadi
flooding.
c) Menentukan jumlah CO2 yang terserap denan metode titrasi
- Dihidupkan pompa dan mengatur laju alir didalam kolom pada 2 L/menit.
(F1)
- Dihidupkan kompresor udara dengan mengatur laju alirnya 80 L /menit (F2)
- Dibuka dengan hati-hati regulator gas karbon dioksida dan mengatur pada
laju alir 2,5 L/menit (F3)
- Diambil ±50 ml untuk 0 menit dari tangki yang masuk
- Setelah 20 menit, diambil masing-masing 50 ml sampel dari tangki masuk
dan sampel yang keluar dalam erlenmeyer asah
- Ditambahkan indikator PP kedalam sampel dan menitrasi dengan
menggunakan NaOH 0,01 N hingga berwarna merah muda.
- Dicatat volume NaOH 0,01 N yang digunakan
- Diulangi dengan selang waktu 20 menit selama 1 jam
- Mengubah laju alir gas CO2
d) Cara menganalisa kadar CO2 dengan HEMPL
- Diisi bola tandom dibagian bawah alat HEMPL dengan larutan NaOH 1N
hingga tanda 0
- Dibilas tabung analisa HEMPL dengan jalan enarik piston dan membuang
gas yang telah terisap ke atmosfir dengan volume 10ml (V1)
- Ditutup semua saluran kedua atmosfer dan menghisap kembali campuran
gas yang diisap yaitu 10ml dan menutup saluran dari gas absorpsi
- Dikembangkan tekanan didalam tabung dengan udara luar dengan jalan
membuka dan menutup keran saluran buang ke atmosfir mengusahakan
agar permukaan NaOH tetap pada tanda 0.
- Dicatat kenaikan volume NaOH 0,1N setiap 20 menit pada variasi laju alir
2 dan 2,5 L/ menit selama masing-masing 1 jam dan dicatat pula perubahan
tekanannya.
VI. DATA PENGAMATAN
A. Penurunan tekanan aliran gas pada dinding kolom kering
Tabel (a) Data hasil pengukuran pada dinding kolom kering

No. Q udara (L/m) ∆P (cmH2O)


1. 70 13
2. 80 14
3. 90 15
4. 100 19
5. 110 21
6. 120 23
7. 130 25
8. 140 26

Q udara Vs ∆P udara kering


30
y = 0.2048x - 2
25 R² = 0.9783
∆P udara kering

20

15

10

0
0 50 100 150
Q udara
Grafik (a) Hubungan antara Q udara vs Perubahan Tekanan pada kolom
dinding kering
B. Penurunan tekanan aliran gas pada dinding kolom basah
Qair = 2 L/m
Tabel (b) Data hasil pengukuran pada dinding kolom basah

No. Q udara (L/m) ∆P (cmH2O)


1. 70 34
2. 80 40
3. 90 59
4. 100 67
5. 110 73
6. 120 84
7. 130 100
8. 140 109

Q udara Vs ∆P udara basah


120

y = 1.0786x - 42.5
100
R² = 0.9876
∆P udara basah

80

60

40

20

0
0 50 100 150
Q udara

Grafik (b) Hubungan antara Q udara vs Perubahan Tekanan pada kolom


dinding basah
C. Absorpsi gas CO2 dengan H2O dan NaOH
Q H2O = 2 L/menit
Q udara = 80 L/menit
Q CO2 = 2,5 L/menit
∆P HMVl Volume Titrasi
No. t (menit)
(cmH2O) V1 V2 In (out) Out (ml)
1. 0 53 10 4,2 0,1 0,2
2. 20 52 10 4,7 0,15 0,25
3. 40 52 10 5,2 0,2 0,3
4. 60 52 10 5,6 0,2 0,4

Q H2O = 2,5 L/menit


Q udara = 80 L/menit
Q CO2 = 2,5 L/menit
∆P HMVl Volume Titrasi
No. t (menit)
(cmH2O) V1 V2 In (out) Out (ml)
1. 0 52 10 5,6 0,2 0,4
2. 20 82 10 6.2 0,3 0,45
3. 40 82 10 6,8 0,3 0,45
4. 60 82 10 7,0 0,35 0,5
V. PERHITUNGAN
 Penentuan kadar CO2 yang terserap dalam alat HEMPL dari data berikut :
Q H2O = 2 L/menit
Q udara = 80 L/menit
Q CO2 = 2,5 L/menit
∆P HMVl Volume Titrasi
No. t (menit)
(cmH2O) V1 V2 In (ml) Out (ml)
1. 0 52 10 4,2 0,1 0,2
2. 20 52 10 4,7 0,15 0,25
3. 40 52 10 5,2 0,2 0,3
4. 60 52 10 5,6 0,2 0,4

a. Menghitung fraksi gas CO2 yang masuk (yi dan yang keluar (yo)
𝑭𝟑 𝑽𝟐
yi = 𝑭𝟐+𝑭𝟑 dan yo = 𝑽𝟏

Dimana :
F2 : Laju alir udara
F3 : Laju alir CO2
V1: Volume HEMPL
V2 :Volume kolom NaOH, sehingga :
2,5 𝐿/𝑚𝑖𝑛
 yi1 = (2,5+80)𝐿/𝑚𝑖𝑛

yi1 = 0,03030303
4,2 𝑚𝐿
 yo1 = 10 𝑚𝐿

yo1 = 0,42
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
No. yi yo
1. 0,03030303 0,42
2. 0,03030303 0,47
3. 0,03030303 0,52
4. 0,03030303 0,56
b. Menghitung tekanan gas masuk (Pi) dan gas keluar (Po)
𝟏 𝒎𝒎𝑯𝒈 𝟏 𝒂𝒕𝒎
Pt = ∆𝑷𝒊 (𝒎𝒎𝑯𝟐𝑶) 𝒙
𝟏𝟑,𝟔 𝒎𝒎𝑯𝟐𝑶 𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈

Pi = yi x Pt
Po = yo x Pt Sehingga :
1 𝑚𝑚𝐻𝑔 1 𝑎𝑡𝑚
 Pt = ∆𝑃𝑖 (𝑚𝑚𝐻2𝑂) 𝑥
13,6 𝑚𝑚𝐻2𝑂 760 𝑚𝑚𝐻𝑔
1 𝑚𝑚𝐻𝑔 1 𝑎𝑡𝑚
Pt1 = 520 𝑚𝑚𝐻2𝑂 𝑥
13,6 𝑚𝑚𝐻2𝑂 760 𝑚𝑚𝐻𝑔

= 0,050309598 atm
 Pi1 = yi1 x Pt
Pi1 = 0,03030303 x 0,050309598 atm
= 0,001524533 atm
 Po1 = yo1 x Pt
Po1 = 0,42 x 0,050309598 atm
= 0,021130031
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
No. Pt (atm) Pi (atm) Po (atm)
1 0,050309598 0,001524533 0,021130031
2 0,050309598 0,001524533 0,023645511
3 0,050309598 0,001524533 0,026160991
4 0,050309598 0,001524533 0,028173375

c. Menghitung Koefisien Perpindahan gas CO2 ke cairan (air)


𝑷𝒊
𝑵 𝒍𝒏
𝑷𝒐
Kog = 𝒂 𝑨 𝑯 𝒙 ( 𝑷𝒊−𝑷𝒐 )

Dimana :
𝑭𝒂 𝑷𝒕 𝟐𝟕𝟑
N = 𝟐𝟐,𝟒𝟐 𝒙 𝒙
𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈 𝑻 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
( 𝒚𝒊−𝒚𝒐)𝒙 (𝑭𝟐+ 𝑭𝟑 )
Fa = ( 𝟏−𝒚𝒐 )
𝟏
A = 𝟐 𝝅 . 𝒅𝟐

Keterangan :
a = luas permukaan packing = 440 m2
A = luas penampung kolom absorpsi
d = diameter = 7,5 cm = 0,075 m
H = ketinggian = 1,4 m
T kolom= 303 K

1
A = 2 𝜋 . 𝑑2
1
A = 2 . 3,14 . 0,0752

A = 0,00883125 m2
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
No. a (m2) A (m2) d (m) H (m)
1 440 0,00883125 0,075 1,4
2 440 0,00883125 0,075 1,4
3 440 0,00883125 0,075 1,4
4 440 0,00883125 0,075 1,4

( 𝒚𝒊−𝒚𝒐)𝒙 (𝑭𝟐+ 𝑭𝟑 )
 Fa = ( 𝟏−𝒚𝒐 )
( 0,03030303−0,42)𝑥 (80+2,5 )𝐿/𝑚𝑖𝑛
Fa = ( 1−0,42)

Fa = -55,43103448 L/min

𝑭𝒂 𝑷𝒕 𝟐𝟕𝟑
 N = 𝟐𝟐,𝟒𝟐 𝒙 𝒙
𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈 𝑻 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
−55,43103448 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,050309598 273
N= 𝑥 𝑥
22,42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 303

N = -0,00014746
𝑷𝒊
𝑵 𝒍𝒏
 Kog = 𝒂 𝑨 𝑯 𝒙 𝑷𝒐
( 𝑷𝒊−𝑷𝒐 )
0,001524533
−0,00014746 𝑙𝑛
0,021130031
Kog = 440 𝑚2 ×0,00883125 𝑚2 ×1,4 𝑚 𝑥 ( 0,001524533−0,021130031)

Kog = -0,003634843
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Fa (L/min) N (gmol/min) Kog (gmol/m2.min)


-55,43103448 -0,00014746 -0,003634843
-68,44339623 -0,000182076 -0,004680134
-84,16666667 -0,000223904 -0,00596752
-99,31818182 -0,000264211 -0,007225365

d. Menghitung total CO2 yang di serap


Total CO2 yang diserap = Fa x t
= -55,43103448 x 0
=0
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
t Total CO2 yang
No Fa (L/min)
(Menit) diserap (Liter)
1 0 -55,43103448 0
2 20 -68,44339623 -1368.867925
3 40 -84,16666667 -3366.666667
4 60 -99,31818182 -5959.090909
 Penentuan kadar CO2 yang terabsorpsi dengan metode titrasi:
a. Menghitung konsentrasi CO2 dalam sampel masuk (Co) dan konsentrasi
CO2 dalam sampel keluar (Cd)
Dimana :
CNaOH = Konsentrasi NaOH = 0,01 N
𝑽𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒙 𝑪𝑵𝒂𝑶𝑯
 Co = 𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

𝟎,𝟏 𝒎𝒍𝒙 𝟎,𝟎𝟏 𝑵


Co = 𝟐𝟎 𝒎𝒍

Co = 0,00005
𝑽𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒙 𝑪𝑵𝒂𝑶𝑯
 Cd = 𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

𝟎,𝟐 𝒎𝒍 𝒙 𝟎,𝟎𝟏 𝑵
Cd = 𝟐𝟎 𝒎𝒍

Cd = 0,0001
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

No Co input Cd output
1 0,00005 0,0001
2 0,000075 0,000125
3 0,0001 0,00015
4 0,0001 0,0002

b. Menghitung banyaknya CO2 yang terserap (C)


C = Cd – Co
C = 0,0001 – 0,00005
C = 0,00005
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

No Co input Cd output C
1 0,00005 0,0001 0,00005
2 0,000075 0,000125 0,00005
3 0,0001 0,00015 0,00005
4 0,0001 0,0002 0,0001
 Penentuan kadar CO2 yang terserap dalam alat HEMPL dari data berikut :
Q H2O = 2,5 L/menit
Q udara = 80 L/menit
Q CO2 = 2,5 L/menit
∆P HMVl Volume Titrasi
No. t (menit)
(cmH2O) V1 V2 In (out) Out (ml)
1. 0 52 10 5,6 0,2 0,4
2. 20 82 10 6.2 0,3 0,45
3. 40 82 10 6,8 0,3 0,45
4. 60 82 10 7,0 0,35 0,5

a. Menghitung fraksi gas CO2 yang masuk (yi dan yang keluar (yo)
𝑭𝟑 𝑽𝟐
yi = 𝑭𝟐+𝑭𝟑 dan yo = 𝑽𝟏

Dimana :
F2 : Laju alir udara
F3 : Laju alir CO2
V1: Volume HEMPL
V2 :Volume kolom NaOH, sehingga :
2,5 𝐿/𝑚𝑖𝑛
 yi1 = (2,5+80)𝐿/𝑚𝑖𝑛

yi1 = 0,03030303
5,6 𝑚𝐿
 yi1 = 10 𝑚𝐿

yi1 = 0,56
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
No. yi yo
1. 0,03030303 0,56
2. 0,03030303 0,62
3. 0,03030303 0,68
4. 0,03030303 0,70
b. Menghitung tekanan gas masuk (Pi) dan gas keluar (Po)
𝟏 𝒎𝒎𝑯𝒈 𝟏 𝒂𝒕𝒎
Pt = ∆𝑷𝒊 (𝒎𝒎𝑯𝟐𝑶) 𝒙
𝟏𝟑,𝟔 𝒎𝒎𝑯𝟐𝑶 𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈

Pi = yi x Pt
Po = yo x Pt Sehingga :
1 𝑚𝑚𝐻𝑔 1 𝑎𝑡𝑚
 Pt = ∆𝑃𝑖 (𝑚𝑚𝐻2𝑂) 𝑥
13,6 𝑚𝑚𝐻2𝑂 760 𝑚𝑚𝐻𝑔
1 𝑚𝑚𝐻𝑔 1 𝑎𝑡𝑚
Pt2 = 820 𝑚𝑚𝐻2𝑂 𝑥
13,6 𝑚𝑚𝐻2𝑂 760 𝑚𝑚𝐻𝑔

= 0,079334365 atm
 Pi2 = yi1 x Pt
Pi2 = 0,03030303 x 0,079334365 atm
= 0,002404072 atm
 Po2 = yo1 x Pt
Po2 = 0,62 x 0,079334365 atm
= 0,049187307 atm
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
No. Pt (atm) Pi (atm) Po (atm)
1 0,050309598 0,001524533 0,028173375
2 0,079334365 0,002404072 0,049187307
3 0,079334365 0,002404072 0,053947368
4 0,079334365 0,002404072 0,055534056

c. Menghitung Koefisien Perpindahan gas CO2 ke cairan (air)


𝑷𝒊
𝑵 𝒍𝒏
𝑷𝒐
Kog = 𝒂 𝑨 𝑯 𝒙 ( 𝑷𝒊−𝑷𝒐 )

Dimana :
𝑭𝒂 𝑷𝒕 𝟐𝟕𝟑
N = 𝟐𝟐,𝟒𝟐 𝒙 𝒙
𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈 𝑻 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
( 𝒚𝒊−𝒚𝒐)𝒙 (𝑭𝟐+ 𝑭𝟑 )
Fa = ( 𝟏−𝒚𝒐 )
𝟏
A = 𝟐 𝝅 . 𝒅𝟐

Keterangan :
a = luas permukaan packing = 440 m2
A = luas penampung kolom absorpsi
d = diameter = 7,5 cm = 0,075 m
H = ketinggian = 1,4 m
T kolom= 303 K

1
A = 2 𝜋 . 𝑑2
1
A = 2 . 3,14 . 0,0752

A = 0,00883125 m2
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
No. a (m2) A (m2) d (m) H (m)
1 440 0,00883125 0,075 1,4
2 440 0,00883125 0,075 1,4
3 440 0,00883125 0,075 1,4
4 440 0,00883125 0,075 1,4

( 𝒚𝒊−𝒚𝒐)𝒙 (𝑭𝟐+ 𝑭𝟑 )
 Fa = ( 𝟏−𝒚𝒐 )
( 0,03030303−0,62)𝑥 (80+2,5 )𝐿/𝑚𝑖𝑛
Fa = ( 1−0,62)

Fa = -128,0263158 L/min
𝑭𝒂 𝑷𝒕 𝟐𝟕𝟑
 N = 𝟐𝟐,𝟒𝟐 𝒙 𝒙
𝟕𝟔𝟎 𝒎𝒎𝑯𝒈 𝑻 𝒌𝒐𝒍𝒐𝒎
−128,0263158 𝐿/𝑚𝑖𝑛 0,079334365 273
N= 𝑥 𝑥
22,42 760 𝑚𝑚𝐻𝑔 303

N = -0,000537071
𝑷𝒊
𝑵 𝒍𝒏
 Kog = 𝒂 𝑨 𝑯 𝒙 𝑷𝒐
( 𝑷𝒊−𝑷𝒐 )
0,002402072
−0,000537071 𝑙𝑛
0,049187307
Kog = 440 𝑚2 ×0,00883125 𝑚2 ×1,4 𝑚 𝑥 ( 0,002402072−0,049187307 )

Kog = -0,006369794
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

Fa (L/min) N (gmol/min) Kog (gmol/m2.min)


-55,43103448 -0,00014746 -0,003634843
-128,0263158 -0,000537071 -0,006369794
-167,5 -0,000702663 -0,007795613
-184,1666667 -0,00077258 -0,008392805

d. Menghitung total CO2 yang di serap


Total CO2 yang diserap = Fa x t
= -55,43103448 x 0
=0
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
Total CO2 yang
No t (Menit) Fa (L/min)
diserap (Liter)
1 0 -55,43103448 0
2 20 -128,0263158 -2560,526316
3 40 -167,5 -6700
4 60 -184,1666667 -11050

 Penentuan kadar CO2 yang terabsorpsi dengan metode titrasi:


a. Menghitung konsentrasi CO2 dalam sampel masuk (Co) dan konsentrasi
CO2 dalam sampel keluar (Cd)
Dimana :
CNaOH = Konsentrasi NaOH = 0,01 N
𝑽𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒙 𝑪𝑵𝒂𝑶𝑯
 Co = 𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

𝟎,𝟐 𝒎𝒍𝒙 𝟎,𝟎𝟏 𝑵


Co = 𝟐𝟎 𝒎𝒍
Co = 0,00005
𝑽𝑵𝒂𝑶𝑯 𝒙 𝑪𝑵𝒂𝑶𝑯
 Cd = 𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

𝟎,𝟒 𝒎𝒍 𝒙 𝟎,𝟎𝟏 𝑵
Cd = 𝟐𝟎 𝒎𝒍

Cd = 0,0001
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

No Co input Cd output
1 0,00005 0,0001
2 0,00015 0,000225
3 0,00015 0,000225
4 0,000175 0,00025

b. Menghitung banyaknya CO2 yang terserap (C)


C = Cd – Co
C = 0,0001– 0,00005
C = 0,00005
Dari rumus diatas, maka diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :

No Co input Cd output C
1 0,00005 0,0001 0,00005
2 0,00015 0,000225 0,000075
3 0,00015 0,000225 0,000075
4 0,000175 0,00025 0,000075

Anda mungkin juga menyukai