Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

KINETIKA KEMATIAN MIKROBA DAN TEKNIK


STERILISASI MEDIA SECARA BATCH
Dosen Pembimbing: Fitria Yulistiani, ST., MT,

Kelompok / Kelas : I / 2B
Nama : 1. ARYA WIBISONO NIM. 161411033
2. CAHYA HANDAYANI NIM. 161411034
3. DITTA ATSNA N.A. NIM. 161411035
4. DWIKI ABDURRAHMAN NIM. 161411036

Tanggal Praktikum : 16 Oktober 2017


Tanggal Pengumpulan Laporan : 30 Oktober 2017

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menguasai teknik sterilisasi media dengan menggunakan panas pada proses
continuous
b. Memahami pengaruh variasi laju alir dan temperature pada proses sterilisasi
continuous
c. Menentukan nilai konstanta laju kematian mikroba (kd), decimal reduction
time atau destruction value (D), dan konstanta Arhenius (Ed) pada proses
sterilisasi
II. DASAR TEORI
Sterilisasi didefinisikan sebagai suatu usaha mengeliminasi semua
kehidupan mikroba yang ada pada bahan/produk yang dikehendaki. Proses
sterilisasi yang kurang tepat hanya akan menghasilkan steril sebagian (partial
sterility) yang berarti masih terdapat mikroba yang dapat tumbuh dan
berkembang setelah proses sterilisasi dilakukan.
Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan proses fisik
atau dengan menggunakan bahan kimia. (Suriawiria,1986). Bahan kimia yang
dapat digunakan untuk mematikan mikroba antara lain larutan NaCl 9%, KNO3
10%, HgCl2 0,1%, HCl 1,1%.
Proses fisik untuk sterilisasi dilakukan dengan metode pemanasan dan
tanpa pemanasan. Metoda dengan menggunakan panas meliputi pemanasan kering
(dry heat) dan pemanasan basah dengan menggunakan uap air (moist heat). Metode
sterilisasi tanpa menggunakan panas meliputi radiasi (ultraviolet, x-ray), sonicasi,
dan filtrasi.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan sterilisasi sistem batch adalah
temperatur dan lama pemanasan. Proses pemusnahan mikroorganisma kontaminan
dapat digambarkan sesuai reaksi kimia orde satu yang memenuhi persamaan
kinetika:
𝑑𝑁
− 𝑑𝑡 = kd.N (1)

dimana N adalah jumlah sel yang hidup pada waktu t tertentu, t adalah lama
sterilisasi dan kd adalah konstanta laju kematian spesifik. Dengan memplot nilai ln
(Nt/No) terhadap t, maka didapat garis lurus dengan kemiringan - kd. Pada kinetika
kematian mikroorganisme secara sterilisasi juga berlaku persamaan Arhenius yang
menunjukkan bahwa temperatur mempengaruhi konstanta laju kematian spesifik:
𝐸𝑎
kd (T)= Aexp(− 𝑅𝑇) (2)

dimana A adalah konstanta Arhenius, Ea adalah energi aktivasi, dan R adalah


konstanta gas dan T adalah temperatur absolut pemanasan. Dari persamaan ini
terlihat bahwa laju kematian sel akan meningkat jika temperatur sterilisasi
meningkat karena peningkatan temperatur menyebabkan peningkatan kd.
Nilai Ea dan kd didapat dari hubungan pada persamaan Arhenius etrsebut
dengan car amengalurkan ln kd terhadap 1/T. Energi aktivasi adalah jumlah energi
yang diperlukan untuk menyebabkan inaktivasi termal pada sel. Jika energi aktivasi
rendah, berarti hanya sedikit energi yang diberikan pada mikroorganisme tersebut
sehingga mengalami inaktivasi termal. Semakin rendah energi aktivasi, makin
rentan mikroorganisme tersebut terhadap panas.
Perilaku sterilisasi kontinu yang sebenarnya didekati dengan profil reaktor
aliran sumbat ideal karena pada sterilisasi kontinu terjadi distribusi waktu tinggal.
Yang dimaksud reaktor ideal adalah kondisi reaktor yang diasumsikan isotermal,
dianggap tidak terjadi perubahan dan distribusi temperatur di sepanjang aliran
medium yang disterilisasi. Pada laju alir tunak, profil konsentrasi sel terhadap arah
aksial dapat digambarkan mengikuti persamaan:

dimana Dz adalah koefisien dispersi aksial, N konsentrasi mikroorganisme, x


panjang segmen arah aksial, dan U laju alir rata-rata medium. Karena model reaktor
yang dipakai adalah reaktor aliran sumbat ideal, diasumsikan tidak terjadi dispersi
ke arah aksial (Dz = 0), sehingga pada kondisi ideal persamaan RAS tersebut dapat
disederhanakan menjadi:

a. Jenis-jenis Sterilisasi
Meski saat ini mikroba telah banyak dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia, namun seringkali keberadaan mikroba masih dianggap
mengganggu, terutama mikroba pathogen. Oleh karenanya, diperlukan upaya untuk
mengurangi jumlah mikroba hingga menghilangkannya sama sekali. Untuk tujuan
tersebut, dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
- Desinfeksi
Desinfeksi merupakan tindakan pengurangan sebagian besar mikroorganisme dari
benda mati. Pada proses desinfeksi ini, tidak semua mikroba dapat dihilangkan.
- Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan upaya untuk menghindari gangguan mikroba tanpa

mematikan sporanya. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan cara pemanasan pada


suhu 62oC selama 30 menit, pemanasan 71–74oC selama 20 detik, atau pemanasan
85–87oC selama 5 detik.
- Sterilisasi
Sterilisasi merupakan upaya untuk meminimalisasi gangguan mikroorganisme
dengan cara menghilangkan “seluruhnya” (bakteri, jamur, parasit, virus, termasuk
bakteri endospora).
Faktor–faktor yang mempengaruhi sterilisasi panas antara lain :
 Jenis dan jumlah kontaminan yang hendak dihilangkan
 Morfologi mikroorganisme
 Komposisi media fermentasi
 pH
 Ukuran partikel tersuspensi
 Temperatur yang digunakan
 Durasi proses sterilisasi
 Keberadaan air

Sterilisasi panas dapat dilakukan secara batch maupun continous.


a. Sterilisasi Batch
Sterilisasi sistem batch dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan
uap panas ke dalam mantel fermentor atau coil yang terdapat pada bagian
dalam fermentor. Cara ini disebut metode tidak langsung. Atau dengan cara
menghilangkan uap panas langsung ke dalam larutan medium (metode
langsung). Metode langsung membutuhkan uap panas murni, yaitu bebas
dari bahan kimia tambahan seperti senyawa anti karat yang banyak
digunakan dalam proses produksi uap. Di samping itu, metode langsung
akan mengakibatkan bertambahnya volume cairan media dalam fermentor
karena adanya kondensasi uap yang digunakan.

b. Sterilisasi Continous
Site mini memberikan keuntungan berupa minimalnya kemungkinan
kerusakan medium tetapi mengkonsumsi banyak energi. Temperatur yang
dibutuhkan untuk sterilisasi sistem ini adalah 140oC dengan waktu hanya 30
hingga 120 detik. Alat yang digunakan dapat berupa Continous plate heat
exchange dan Continous injection flash cooler. Kelebihan Continous
injection flash cooler antara lain :
 Dapat digunakan untuk media yang mengandung bahan padat
tersuspensi
 Biaya lebih murah
 Mudah dibersihkan
 Pemanasan dan pendinginan lebih cepat
 Penggunaan uap lebih efisien.
Adapun kekurangannya antara lain :
 Dapat terbentuk buih saat pemanasan dan pendinginan
 Adanya kontak langsung antara media dan uap panas yang murni,
yaitu bebas dari bahan anti karat.

 Kinetika Kematian Mikroba


Proses panas secara komersial umumnya didesain untuk
menginaktifkan mikroorganisme yang ada pada makanan yang dapat
mengancam kesehatan manusia dan mengurangi jumlah mikroorganisme
pembusuk ke tingkat yang rendah sehingga peluang terjadinya kebusukan
sangat rendah. Dalam desain proses termal, ada dua hal yang harus diketahui
yaitu karakteristirk ketahanan panas mikroba dan profil pindah panas dari
medium pemanas ke dalam bahan pada titik terdinginnya. Karakteristik
ketahanan panas dinyatakan dengan nilai D dan nilai Z. Untuk mencapai
level pengurangan jumlah mikroba yang diinginkan, maka ditentukan siklus
logaritma pengurangan mikroba kemudian dihitung nilai sterilitasnya pada
suhu tertentu (Fo). Nilai Fo ini ditentukan sebelum proses termal
berlangsung. Nilai Fo dapat dihitung pada suhu standar atau pada suhu
tertentu, dimana untuk menghitungnya perlu diketahui nilai D dan nilai Z
(Kusnandar, 2008).
Nilai D menyatakan ketahahanan panas mikroba atau sensitivitas
mikroba oleh suhu pemanasan. Nilai D didefinisikan sebagai waktu dalam
menit pada suhu tertentu yang diperlukan untuk menurunkan jumlah spora
atau sel vegetatif tertentu sebesar 90% atau satu logaritmik. Setiap mikroba
memiliki nilai D pada suhu tertentu. Semakin besar nilai D suatu mikroba
pada suatu suhu tertentu, maka semakin tinggi ketahanan panas mikroba
tersebut pada suhu tertentu. Nilai D umumnya dinyatakan pada suhu
standar. Untuk bakteri mesofilik atau termofilik umumnya menggunakan
suhu standar 121oC, sedangkan untuk sel vegetatif, khamir, atau kapang
umumnya menggunakan suhu yang lebih rendah (80-100°C). Nilai D pada
suhu standar ini sering dituliskan dengan nilai Do (Anonim, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas proses thermal
pencapaian kecukupan proses panas sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Oleh karena itu, faktor-faktor yang mempengaruhi proses thermal
harus dikontrol dengan baik dan dikendalikan. Berdasarkan persyaratan
pendaftaran ke FDA, terdapat faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi
proses pemanasan dan sterilisasi, yang dapat berbeda antara satu produk
dengan produk lainnya. Di antara faktor-faktor kritis yang perlu
diidentifikasi pengaruhnya adalah : (a) karakteristik bahan yang
dikalengkan (pH keseimbangan, metode pengasaman,
konsistensi/viskositas dari bahan, bentu/ukuran bahan, aktivitas air, persen
padatan, rasio padatan/cairan, perubahan formula, ukuran partikel, jenis
pengental, jenis pengawet yang ditambahkan, dan sebagainya), kemasan
(jenis dan dimensi, metode pengisian bahan ke dalam kemasan), (b) proses
dalam retort (jenis retort, jenis media pemanas, posisi wadah dalam retort,
tumpukan wadah, pengaturan kaleng, kemungkinan terjadinya nesting
(Anonim c, 2008).
Jenis dan spesies mikroba berpengaruh terhadap perlakuan panas pada
proses sterilisasi. Tabel 2.1 menunjukan ketahanan relative beberapa jenis
mikroba terhadap panas yang tinggi. Mikroba yang membentuk spora lebih
tahan terhadap pemanasan basah yang paling tinggi jika dibandingkan
dengan beberapa jenis mikroba yang lain. Siklus sterilisasi dapat dirancang
berdasarkan pemusnahan spora bakteri sehingga mikroba jenis lain akan
mati secara bersamaan. Suhu yang semakin tinggi pada proses sterilisasi
maka waktu yang dibutuhkan untuk mematikan spora akan semakin
berkurang.

Tabel 2.1 Ketahanan Relative Berbagai Mikroba Terhadap Panas Batch


Ketahanan Relatif
Jenis Mikroba
Terhadap Panas
Bakteri vegetatif dan khamir 1
Virus dan bakteriofage 1-5
Spora kapang 2-10
Spora bakteri 3 x 106
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Tabel 2.2 Pengaruh Suhu Dan Waktu Sterilisasi Terhadap Kematian Spora
Waktu yang Diperlukan untuk
Suhu Sterilisasi (oC)
Mematikan Spora (menit)
116 30
118 18
121 12
125 8
132 2
138 0,8
Sumber : J.H (ed), 1988, Chemical Engineers’ Hand Book

Pengaruh waktu sterilisasi terhadap jumlah spora yang bertahan


menunjukkan karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik mikroba atau
termofilik pada awal proses sterilisasi mengalami peningkatan populasi
spora kemudian dengan bertambahnya waktu sterilisasi spora yang hidup
semakin berkurang. Panas yang diberikan pada awal proses justru akan
meningkatkan populasi mikroba termofil dan setelah temperatur pemanasan
mencapai temperatur yang mengakibatkan kematian mikroba (lethal
temperature) maka secara perlahan jumlah mikroba yang hidup berkurang.
Bailey & Ollis, (1986) menyatakan bahwa kematian jumlah mikroba
oleh pemanasan dapat mengikuti persamaan linear orde -1.
𝑑𝑁
Persamaannya : − 𝑑𝑡 = 𝑘𝑑 𝑁 …….(2.1)

N = jumlah mikroba
T = waktu pemanasan
Kd = konstanta laju kematian mikroba
𝑁𝑡
Integrasi persamaan 2.1 menjadi : = 𝑒 −𝑘𝑡 …….(2.2)
𝑁0

N0 = jumlah mikroba sebelum pemanasan pada t = 0


Nt = jumlah mikroba setelah pemanasan periode t
Logaritma normal persamaan 2.2 memberikan korelasi linear terhadap
waktu.
𝑁𝑡
𝑙𝑛 𝑁 = −𝑘𝑑 𝑡 …….(2.3)
0

N0 sering disebut level kontaminasi (jumlah mikroba sebelum pemanasan


kontaminasi mikroba sebelum disterilisasi) dan Nt adalah level sterilisasi.
Dalam proses sterilisasi dikenal istilah decimal reduction time atau
destruction value (D) yang didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
dalam menit pada suhu tertentu untuk mengurangi jumlah sel vegetatif atau
spora sehingga mikroba yang bertahan berkurang menjadi 1/10, sehingga
persamaan 2.2 dapat dituliskan :
𝑁𝑡
= 𝑒 −𝑘𝐷 …….(2.4)
𝑁0
ln 10
𝐷= …….(2.5)
𝑘

Nilai konstanta laju kematian mikroba (kd) bergantung pada temperatur,


mengikuti persamaan Arhenius :
−𝐸𝑑
𝑘𝑑 = 𝑘𝑑0 𝑒 𝑅𝑇 …….(2.6)
𝐸𝑑 1
ln 𝑘𝑑 = ln 𝑘𝑑0 − 𝑅𝑇 𝑇…….(2.7)
Apabila nilai ln kd dialurkan terhadap 1/T maka akan diperoleh sebuah garis
lurus gradient – Ed/R.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
Water Bath Biakan saccharomyces cerevisiae
Gelas kimia 1000 ml Methylene blue
Tabung reaksi steril Alkohol
Mikroskop Es batu
Counting Chamber Air garam steril
Kaca preparat
Pembakar spiritus
Rak tabung reaksi
Pipet tetes
Pipet ukur 1 ml

IV. LANGKAH KERJA


A. Sterilisasi Batch

Isi water bath dengan air hingga batas

Panaskan dengan suhu 45°C

Masukan 5 tabung reaksi berisi biakan bakteri

Ambil satu tabung rekasi setiap 15 menit sekali untuk uji konsentrasi sel

Ulangi percobaan dengan suhu 60°C


B. Perhitungan konsentrasi sel

Kocok suspensi dengan alat penghomogen larutan

Teteskan larutan diatas Counting Chamber

Tutup dengan kaca preparat

Pasang Counting Chamber pada Mikroskop

Amati jumlah sel dalam setiap persegi kecil, jika jumlah sel lebih dari 10
maka lakukan pengenceran

Hitung jumlah sel dalam 5 persegi besar dengan menghitung sel dalam
persegi kecil

Tentukan konsentrasi setiap ml

Lakukan secara duplo

Catat dan hitung rata-rata

Lakukan pada setiap sample


V. DATA PENGAMATAN

Data Pengamatan Mikroba pada T = 40ºC


Suhu Waktu (menit) Jumlah Mikroba Ln
(°C) Mati Hidup Nt/No
40°C 0 45 39 0
40°C 15 75 29 -0,296
40°C 30 15 8 -1,584
40°C 45 21 7 -1,718

Data Pengamatan Mikroba pada T = 60ºC


Suhu Waktu (menit) Jumlah Mikroba Ln
(°C) Mati Hidup Nt/No
60°C 0 25 25 0
60°C 15 24 12 -0,734
60°C 30 79 6 -1,427
60°C 45 81 -3,219

VI. PENGOLAHAN PENGAMATAN


 Perhitungan Ln Nt/No pada Suhu 40ºC dan Nilai kd
𝑁𝑡 29
t = 15 menit > 𝐿𝑛 = 𝐿𝑛 = −0,296
𝑁𝑜 39
𝑁𝑡 8
t = 30 menit > 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = 𝐿𝑛 39 = −1,584
𝑁𝑡 7
t = 45 menit > 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = 𝐿𝑛 39 = −1,718

Kurva Ln Nt/No Vs Waktu (Suhu 40°C)


0.5

0
0 10 20 30 40 50
Ln Nt/No

-0.5

-1

-1.5

-2
y = -0.0429x + 0.0668 Waktu (menit)
R² = 0.8976

Perhitungan kd:
𝑌 = 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑌 = −0,0429𝑥 + 0,0668
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = −𝑘𝑑. 𝑡 maka:
Kd = -(-0,0429) = 0,0429
 Perhitungan Ln Nt/No pada Suhu 60ºC dan Nilai kd
𝑁𝑡 12
t = 15 menit > 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = 𝐿𝑛 25 = −0,734
𝑁𝑡 6
t = 30 menit > 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = 𝐿𝑛 25 = −1,427
𝑁𝑡 1
t = 45 menit > 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = 𝐿𝑛 25 = −3,219

Kurva Ln Nt/No Vs Waktu (Suhu 60°C)


0.5
0
-0.5 0 10 20 30 40 50

-1
Ln Nt/No

-1.5
-2
-2.5
-3
-3.5
y = -0.069x + 0.2075 Waktu (menit)
R² = 0.9395
Perhitungan kd:
𝑌 = 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑌 = −0,069𝑥 + 0,2075
𝑁𝑡
Berdasarkan persamaan 𝐿𝑛 𝑁𝑜 = −𝑘𝑑. 𝑡 maka:
Kd = -(-0,069) = 0,069

*Keterangan:
Nt = Jumlah mikroba hidup setelah pemanasan (periode t)
No = Jumlah mikroba hidup sebelum pemanasan (t=0)
Kd = Konstanta laju kematian

 Perhitungan Nilai D ( Destruction Value / Desimal Reduction Time)


𝑁𝑡 1
= = 𝑒 −𝑘 𝐷
𝑁𝑜 10

𝐿𝑛 10
𝐷=
𝑘𝑑
o Pada Suhu 40ºC
𝐿𝑛 10
𝐷= = 53,67
0,0429
o Pada Suhu 60ºC
𝐿𝑛 10
𝐷= = 33,37
0,069
Tabel Nilai kd, Ln Kd, 1/T, dan D pada Sterilisasi Batch
T (Temperature) 1/T Kd Ln kd D
40ºC 0,025 0,0429 -3,149 53,67
60ºC 0,017 0,069 -2,674 33,37

 Kurva Ln kd Vs 1/T

Kurva Ln kd Vs 1/T
-2.6
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
-2.7

-2.8
Ln kd

-2.9

-3
y = -59.375x - 1.6646
-3.1 R² = 1

-3.2
1/T

 Perhitungan Nilai Ed (Konstanta Arhenius)


𝑌 = 𝑎𝑥 + 𝑏
𝑌 = −59,375𝑥 + 1,6646
Berdasarkan persamaan:
𝐸𝑑 1
𝐿𝑛 𝑘𝑑 = − − 𝐿𝑛 𝑘𝑑𝑜
𝑅 𝑇
𝐸𝑑
Maka: − = −59,375
𝑅
𝐸𝑑 = 59,375 × 0,082
𝐽
𝐸𝑑 = 4,868 𝑚𝑜𝑙 𝐾
VII. PEMBAHASAN

Percobaan yang dilakukan adalah kinetika kematian mikroba dan teknik


sterilisasi media secara batch. Sterilisasi merupakan suatu cara untuk
mengeliminasi kehidupan mikroba yang ada pada suatu bahan atau produk yang
dikehendaki. Pada teknik sterilisasi batch, prosesnya relatif sederhana, dan proses
pemanasan serta pendinginan dapat dilakukan dalam satu waktu periode. Namun,
proses pemanasan serta pendinginan pada sterilisasi batch, berlangsung lambat,
hingga mengakibatkan kematian mikroba (lethal temperature).

Pada proses sterilisasi batch, kami menghitung jumlah sel yang mati dan jumlah
sel yang hidup setelah melalui proses pemanasan dan pendinginan. Sampel berisi
biakan yang dipanaskan dengan 2 variasi suhu berbeda yakni 40ºC, dan 60ºC
dengan waktu 15 – 60 menit. Setelah proses pemanasan dan pendinginan, jumlah
sel dihitung dengan menggunakan metode counting chamber. Namun karena
counting chamber yang digunakan tidak terliahat batasannya (kotaknya)
penghitungan mikroba dihitung secara manual. Pada saat meneteskan sampel ke
dalam counting chamber, semua hal yang dilakukan harus dilakukan secara aseptis
agar sampel tidak terkontaminasi.

Berdasarkan tabel data pengamatan, jumlah sel yang mati semakin bertambah
seiring dengan bertambahnya suhu pemanasan. Namun, data yang diperoleh
kurang akurat, seperti ketelitian saat menghitung jumlah sel dan jumlah sel yang
terekam mikroskop. Kematian jumlah mikroba oleh pemanasan dapat dihitung
dengan membuat grafik ln Nt/No terhadap waktu pemanasan (t) sehingga akan
diperoleh nilai kd sebagai slope- nya.

Didapat nilai kd pada suhu 40ºC sebesar 0,0429 sedangkan pada suhu 60ºC
sebesar 0,069. Angka tersebut menunjukkan bahwa laju kematian akan lebih besar
pada suhu yang lebih tinggi. Setelah diperoleh nilai kd, dapat dihitung nilai D
(Destruction Value) berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai D pada suhu 40ºC
yaitu 53,67 sedangkan pada suhu 60ºC nilai D yaitu 33,37. Hal ini membuktikan
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi jumlah mikroba akan lebih
sedikit jika suhunya tinggi. Sedangkan nilai Ed bisa dicari dengan membuat grafik
ln Kd terhadap 1/T, sehingga dari grafik diperoleh nilai Ed, yakni 4,868J/mol K.
VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,


diantaranya yaitu:

 Pada sterilisasi bacth waktu heating section, holding section, dan


cooling section berlangsung dalam satu periode.
 Berdasarkan jumlah mikroba yang hidup pada sterilisasi batch nilai kd yang
diperoleh pada suhu 40ºC adalah 0,0429 dan pada suhu 60ºC adalah 0,069.
 Berdasarkan nilai kd, nilai D (Destruction Value) yaitu 54,67 pada suhu 40ºC
dan 33,37 pada suhu 60ºC.
 Semakin tinggi suhu laju kematian mikroba akan semakin besar.
 Semakin tinggi suhu waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi mikroba akan
semakin sedikit.
 Dari grafik ln kd terhadap 1/T diperoleh nilai Ed sebesar 4,868 J/mol K

IX. DAFTAR PUSTAKA

Bailey, James E dan David F Ollis. 1986. “Biochemical Engineering


fundamentals”. 2nd. Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Kamaludi, D. Dkk. 2007. “Pengaruh Proses Pengawetan Baso Tahu terhadap


Cemaran Mikroba”. Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung.

Perry, J.H. (ed). 1988.”Chemical Enginers’ Hand book 6th edition”.


Singapore. McGraw Hill Book Co.

Suharto, Ign. 1995. “Bioteknologi dalam Dunia Industri”. Yogyakarta: Andi


Offset.

Stanbury, Peter F dan A Whitaker. 1984. ”Principles of Fermention


Technology”. Great Britain: A Wheaton & Co. Ltd. Exeter.

Anda mungkin juga menyukai