Anda di halaman 1dari 32

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya


Petunjuk Praktikum Termodinamika. Praktikum Termodinamika merupakan
salah satu praktikum yang wajib diambil bagi mahasiswa semester 4 jurusan
Pendidikan Kimia UIN raden Fatah yang telah mengambil mata kuliah kimia
dasar, kimia dasar lanjut, dan matematika kimia.
Petunjuk Praktikum Termodinamika 2018 ini telah mengalami revisi
dari Penuntun Praktikum edisi sebelumnya. Dalam penyusunan Penuntun
Praktikum ini perlu dilakukan penyempurnaan, untuk itu kami mohon saran
dan masukan dari semua pihak agar Petunjuk Praktikum Termodinamika ini
menjadi lebih baik.

Palembang, 22 Juli 2018

Lab. Kimia UIN Raden Fatah

2
PETUNJUK PRAKTIKUM

1. Setiap praktikan diwajibkan datang 10 menit sebelum praktikum dimulai.


2. Pakailah jas laboratorim dan masker selama praktikum.
3. Sebelum praktikum dimulai, kumpulkan laporan pendahuluan dan
jawaban pertanyaan untuk setiap judul percobaan serta laporan tetap
untuk judul praktikum minggu lalu.
4. Dilarang membawa buku penuntun praktikum ke dalam meja kerja,
buatlah diagram kerja & tabel data hasil pengamatan dalam kertas lain.
5. Sebelum praktikum dimulai, setiap praktikan diwajibkan mengikuti
pretest.
6. Sebelum praktikum dimulai, bacalah cara kerja dengan teliti sehingga
paham urutan dan maksud setiap langkah.
7. Bekerjalah dengan teliti dan hati-hati. Setiap cara kerja yang belum
dipahami, tanyakan kepada asisten.
8. Dilarang makan dan minum selama dalam laboratorium.
9. Bersihkan dan keringkan meja kerja, jangan membuang sampah dalam
bak pencuci.
10. Bacalah etiket botol dengan seksama agar tidak terjadi kesalahan
pengambilan pereaksi.
11. Selama pemanasan, jangan mendekatkan muka pada zat yang sedang
dipanaskan.
12. Pemanasan yang menghasilkan zat beracun dilakukan dalam lemari
asam.
13. Cari tahu sifat-sifat zat yang akan digunakan dalam praktikum.
14. Setelah selesai praktikum, bersihkan alat, meja kerja dan ruangan serta
periksa kembali apakah peralatan yang dipergunakan telah lengkap. Jika
rusak, pecah atau hilang segera lapor pada asisten atau laboran.
15. Setelah selesai praktikum, semua data yang diperoleh ditulis dalam tabel
dan dilampirkan perhitungan data yang diperlukan, kemudian ditanda
tangani asisten.
16. Selamat bekerja.
3
DAFTAR ISI

Hal

Percobaan I

Penentuan Berat Molekul Berdasarkan Kerapatan Gas.......... 7

Percobaan II

Panas Pelarutan Asam Borat................................................... 10

Percobaan III

Termokimia............................................................................... 13

Percobaan IV

Kalor Pembakaran Deret Normal Alkohol................................ 19

Percobaan V

Kelarutan Timbal Balik Sistem Biner Fenol – Air...................... 22

Percobaan VI

Volume Molar Parsial............................................................... 24

Percobaan VII

Kesetimbangan Fasa Sistem Tiga Komponen......................... 27

Percobaan VIII

Penurunan Titik Beku............................................................... 30

4
SUSUNAN PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM

1. KULIT LUAR/SAMPUL (Cover)

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA


SEMESTER GENAP 2018/2019

Judul Praktikum

Logo

NAMA : ........................
NIM : ........................
KELOMPOK : ........................

Asisten : ……………………
Dosen : …………………..

LABORATORIUM IPA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
2018

2. PENULISAN LAPORAN SEMENTARA/JURNAL

Tanggal
PERCOBAAN 1:
JUDUL

I. TUJUAN
II. PRINSIP KERJA
III. BAHAN DAN ALAT
IV. PROSEDUR DAN PENGAMATAN
PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
A 1
2
3
4
PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
B 1
2
3
4
Praktikan :
Nama/NIM :
1.......................... Tanda tangan asisten,
2..........................
( )

Praktikan :
Nama/NPM : 1.......................... Tanda tangan asisten,
2..........................
3. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM

Tanggal
JLUDU

I. TUJUAN
II. DASAR TEORI (tambahkan referensi lain minimal 3 referensi)
III. ALAT DAN BAHAN (masukkan foto alat dan bahan)
IV. PROSEDUR KERJA(diagram alir beserta foto setiap langkah,
kata perintah diganti menjadi kata kerja misal tutup menjadi
menutup)
Contoh

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


VI. KESIMPULAN DAN SARAN
VII. JAWABAN TUGAS
VIII. DAFTAR PUSTAKA

6
Percobaan I
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN KERAPATAN GAS

A. TUJUAN
1. Menentukan berat molekul suatu senyawa yang mudah menguap
dengan cara mengukur kerapata uap dari senyawa tersebut.
2. Mampu mengaplikasikan persamaan gas ideal dalam suatu
percobaan

B. DASAR TEORI
Gas terdiri dari banyak partikel. Partikel-partikel tersebut senantiasa
bergerak dengan kecepatan dan arah yang beraneka ragam. Partikel-
partikel gas tersebar secara merata di semua bagian ruangan yang
ditempati. Gaya atau interaksi antar partikel- partikelnya sangat kecil.
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi
gas bila terjadi peningkatan suhu (umumnya 100oC). Jika senyawa-
senyawa volatil ini menguap, komponennya akan mengalami penurunan
mutu. Berat molekul senyawa volatil dapat diukur berdasarkan
pengukuran massa jenis gas yang menguap. Hal ini perlu dilakukan agar
dalam tiap proses yang membutuhkan panas dapat diantisipasi jumlah
senyawa volatil yang menguap, sehingga aroma dan cita rasa komponen
dapat dipertahankan.
Namun pada kenyataannya diketahui bahwa suatu gas selalu
dipengaruhi oleh perubahan tekanan dan suhu lingkungan. Berbagai
hukum yang dikenal sebagai hukum-hukum gas menyatakan
ketergantungan sejumlah tertentu gas terhadap tekanan, suhu, dan
volume. Hukum-hukum gas ini diperoleh dari pengamatan-pengamatan
eksperimental. Maka dari sini berat molekul senyawaa volatil dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal yang berdasarkan
pengukuran massa jenis gas.
Persamaan gas ideal dalam menentukan berat molekul senyawa
volatil didapatkan dari turunan rumus persamaan gas ideal yaitu :
P.V = n.R.T
Diturunkan menjadi :
Mr = ρ . RT/P
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan
satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak
menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang
dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan
bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah
dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :
1. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
7
3. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada
pengembangan.
Sifat-sifat ini dimiliki oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap
Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di
alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya
agak menyimpang dari gas ideal.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Erlenmeyer
b. Gelas piala
c. Aluminium foil
d. Karet gelang
e. Neraca analitik
f. Jarum
g. Desikator
2. Bahan
a. Cairan volatil (kloroform)
b. Aquades

D. PROSEDUR KERJA
1. Diambil sebuah labu erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering,
ditutup labu erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil dan
karet gelang.
2. Ditimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang
dengan menggunkan nareca analitik.
3. Dimasukkan kurang lebih 5 mL cairan volatil ke dalam labu
erlenmeyer. Ditutup kembali labu erlenmeyer dengan menggunakan
karet gelang sehingga tutup ini bersifat kedap udara. Dibuat lubang
kecil pada aluminium foil menggunakan jarum agar ua dapat keluar.
4. Direndam labu erlenmeyer dalam penangas air bertemperatur kurang
lebih 100°C sedemikina sehingga air kurang lebih 1 cm di bawah
aluminium foil. Dibiarkan labu erlenmeyer dalam penangas air sampai
cairan volatil menguap. Di catat temperatur penangas air tersebut.
5. Diangkat labu erlenmeyer dari penangas air setelah semua cairan
volatil dalam labu erlenmeyer menguap. Kemudian dikeringkan air
yang terdapat pada bagian luar labu erlenmeyer dengan lap.
Diletakkan labu erlenmeyer dalam desikator. Uap cairan volatil yang
terdapat dalam labu erlenmeyer akan kembali menjadi cair.
6. Ditimbang labu erlenmeyer yang sudah dingin dengan neraca analitik
(jangan lepaskan tutup aluminium foil dan karet gelang sebelum labu
erlenmeyer ditimbang).
8
7. Ditentukan volume labu erlenmeyer dengan cara mengisi labu
erlenmeyer dengan air sampai penuh dengan menimbang massa iar
yang terdapat pada erlenmeyer. Volume air dapat diketahui bila
kerapatan air pada temperatur air dalam labu erlenmeyer diketahui
dengan menggunkana rumus d= m/V.
8. Diukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
Pengamatan

Erlenmeyer 1 Erlenmeyer 2 Erlenmeyer 3


Massa erlenmeyer, alumunium
....... g ....... g ....... g
foil, karet gelang dan cairan X
Massa erlenmeyer, alumunium
....... g ....... g ....... g
foil, karet gelang
Massa cairan X ....... g ....... g ....... g
Massa erlenmeyer dan air ....... g ....... g ....... g
Massa erlenmayer ....... g ....... g ....... g
Massa air ....... g ....... g ....... g
Suhu yang terdapat dalam labu 0 0 0
....... C ....... C ....... C
erlenmeyer
0 0 0
Suhu penangas air ....... C ....... C ....... C
Tekanan atmosfer 1 atm 1 atm 1 atm

Volume air Berat molekul Efisiensi


Erlenmeyer 1 ....... mL ........ g/mol ...........%
Erlenmeyer 2 ....... mL ........ g/mol ...........%
Erlenmeyer 3 ....... mL ......... g/mol ...........%
Rata - rata ....... mL ........ g/mol ...........%

-1 -1
Konstanta R 0,08206 L atm mol K
Densitas air ............. g/mL
BM standar Zat volatil ...............g/mol

E. TUGAS
1. Apakah perbedaan uap dengan gas ?
2. Bagaimanakah hasil percobaan anda jika dibandingkan dengan data
literatur? Berapa % penyimpangannya? Jelaskan!
3. Kesalahan-kesalahan apakah yang mungkin Anda perbuat selama
melakukan percobaan ini? Bagaimanakah cara mengeliminasi
kesalahan tersebut?
1.

9
Percobaan II
PANAS PELARUTAN ASAM BORAT

A. TUJUAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat dan pengaruh suhu terhadap
kelarutan
2. Menghitung panas pelarutan suatu zat

B. DASAR TEORI
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul-molekul zat
yang larut dengan yang tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan
sebagai berikut:

Untuk garam-garam yang sukar larut keseimbangan dapat dituliskan :

Dalam keseimbangan ini kecepatan melarut sama dengan


kecepatan mengendap sehingga konsentrasi zat dalam larutan selalu
tetap. Proses keseimbangan ini akan bergeser jika terjadi perubahan
pada sistem. Bila keseimbangan diganggu dengan perubahan suhu
maka konsentrasi larutan akan berubah. Menurut Van’t Hoff pengaruh
suhu terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai :

Persamaan tersebut merupakan ekspresi matematis dari azas Le


Chatelier. Integrasi persamaan tersebut dari ke adalah

Atau

Dimana
= kelarutan zat pada suhu dan
= panas pelarutan
= konstanta gas umum

Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1
mol padatan dilarutkan dalam larutan yang sudah jenuh. Hal ini berbeda
dengan panas pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam
tabel panas pelarutan. Panas pelarutan yang biasa terdapat dalam tabel
merupakan panas pengenceran dari keadaan jenuh menjadi keadaan
encer.
Kelarutan umumnya dinyatakan dalam bentuk jumlah gram zat
terlarut dalam 100 gram pelarut pada suhu tertentu. Umumnya harga
kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu sehingga penting
diketahui pada suhu berapa kelarutan ditentukan. Karena kenaikan suhu
10
akan meningkatkan kelarutan maka akan semakin banyak jumlah zat
yang terlarut sehingga panas pelarutan bernilai positif (endotermis).
Sedangkan untuk zat-zat yang panas pelarutannya bernilai negative
(eksotermis) kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat terlarut.
.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
a. Termostat 0 - 50˚C
b. Termometer
c. Buret 50 mL
d. Erlenmeyer 250 mL
e. Labu takar 250 mL
f. Pipet volum 10 mL
g. Tabung reaksi besar
h. Pengaduk

2. Bahan:
a. Asam borat
b. Larutan NaOH 0,5 M
c. Fenoltalein
d. Es batu
e. Garam dapur

D. PROSEDUR KERJA
1. Buat campuran asam borat dan air seperti pada Tabel
Tabel 1. Campuran Asam Borat dan Air
No Asam Borat(gram) Air(gram)
1 1,125 12,5
2 1,5 12,5
3 2 12,5
4 2,5 12,5
5 3 12,5
6 3,5 12,5

2. Panaskan campuran hingga semua asam borat larut, dan biarkan


dingin secara perlahan dengan dilakukan penggojokan yang konstan.
Suhu pada saat pertama kali terbentuk kristal perlu dicatat. Lakukan
untuk masing-masing konsentrasi. Percobaan dilakukan sebanyak
dua kali dan diambil harga rata-ratanya. Semua beker glass yang
telah dipanaskan perlu ditimbang lagi setelah dingin untuk
mengestimasi bobot kehilangan air.
3. Buat kurva kelarutan terhadap konsentrasi molal dan konsentrsai
molal terhadap 1/T. Berdasarkan gradien kurva linear selanjutnya
tentukan panas pelarutannya.
4. Untuk pengukuran kelarutan asam borat secara langsung : Buat dua
macam larutan jenuh asam borat dalam bejana 250 mL pada suhu
sekitar 40oC (kira-kira 5 g asam borat padat dalam 30 mL air).
Letakkan dalam termostat pada suhu 35 dan 25oC. Buat larutan di
awal dan biarkan beberapa waktu hingga keseimbangan tercapai.
Untuk menghemat waktu dapat dikerjakan secara berpasangan;
11
kelompok yang satu membuat larutan I : 5 g / 30 mL pada suhu 35o C
dan kelompok lain pada termostat 25o C. Lakukan penggojokan
hingga suhu 35 dan 25o C untuk masing-masing larutan. Sesudah 15
menit, ambil ± 10 mL larutan dan masukkan dalam botol yang telah
diketahui beratnya. Kemudian tentukan berat botol dan larutan dengan
teliti. (Jangan menggunakan pipet dalam mengambil larutan karena
dapat mengkristal dan menutup pipet). Cuci melalui dinding bejana,
tambahkan 25 mL air dan titrasi dengan larutan standar NaOH dengan
menggunakan indikator pp. Lakukan titrasi sebanyak dua kali.
Demikian juga untuk larutan pada suhu 25o C. Kelarutan dihitung
dalam gram asam borat pada 1000 g air. Tentukan ΔH dari kedua
hasil tersebut. (Tidak perlu menggunakan grafik)
Tabel Pengamatan 1

No Asam borat /gram Air/gram T oC T rata-rata/oC


1 1,125 12,5 ......... ..........
.........
2 1,5 12,5 ......... ..........
.........
3 2 12,5 ......... ..........
.........
4 2,5 12,5 ......... ..........
.........
5 3 12,5 ......... ..........
.........
6 3,5 12,5 ......... ..........
.........

Tabel Pengamatan 2
Larutan Bobot larutan Volum NaOH(mL) Volum rata-rata NaOH(mL)
o o
35 C 25 C
1 ....... .......
....... .......
2 ....... .......
....... .......

E. PERTANYAAN
a. Buatlah kurva kelarutan terhadap konsentrasi molal!
b. Tentukan kelarutan asam borat dab perubahan entalpi pelarutannya?
c. Buatlah kurva konsentrasi molal terhadap 1/T

12
Percobaan III
TERMOKIMIA

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari bahwa setiap reaksi kimia selalu disertai dengan
perubahan energi.
2. Mempelajari bahwa perubahan kalor dapat diukur atau di pelajari
dengan percobaan yang sederhana

B. DASAR TEORI
Termodinamika , dalam arti luas adalah pengkajian hubungan
kuantitatif antara kalor dan benyuk lain energi , seperti energi yang dikaitkan
dengan gejala elektromagnet , permukaan , dan kimia.Termodinamika kimia
dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor ,
kerja dan bentuk lain energi , dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan
dalamperubahan keadaan.Erat berkaitan dengan termodinamika kimia adalh
termokimia , yang menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor
yang menyertai reaksi kimia , perubahan keadaan , dan pembentukan
larutan (Atkins,1999).
Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama
reaksi kimia adalah kalorimeter.dua metode termokimia eksperimen yang
paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan kalorimetri
reaksi.dalammetode pertama ,suatu unsur atau senyawa dibakar , biasanya
dalam oksigen , dan energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu
diukur.kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor reaksi apa saja selain
reaksi pembakaran.metode terakhir ini lebih sering digunakan dengan
senyawa anorganik dan larutan-larutannya(Dogra,1989).
Hukum-hukum termodinamika:
1. Hukum pertama termodinamika
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain ,namun
energi tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.cara lain untuk
mengungkapkan:energi alam semesta ini konstan.
2. Hukum kedua termodinamika
Bila perubahan spontan apa saja berlangsung dalm suatu
sistem tertentu ,maka akanterjadi kenaikan entropi dalam alam
semesta.
3. Hukum ketiga termodinamika
Suatu kristal sempurna dalam nol mutlak mempunyai
keteraturan sempurna ,jadi entropinya adalah nol (Keenan1990).
Setiap reaksi kimia selalu disertai perubahan energi, baik menyerap
atau menghasilkan energi, an energi tersebut bisa saja dalam bentuk kalor.
Kalor (heat) yaitu perpindhan energi termal antara dua benda yang suhunya
berbeda (Chang,2004).
Secara umum,perubahan energi dalam sistem adalah:
dU=dq+dwe+dweksp
dengan dwe sebagai kerja lain disamping kerja pemuaian ,dweksp.misalnya
dwe dapat berupa kerja listrik mengalirkan arus melalui sirkuit.sistem yang
dipertahankan pada volume tetap tidak dapat melakukan kerja pemuaian

13
sehingga dweksp=0.jika sistem juga tidak dapat melakukan kerja lain dwe=0
juga.
Pada keadaan dweksp=0 dan dwe=0
dU=dq pada volume tetap,tak ada tambahan kerja.
Dinyatakan hal tersebut dengan menuliskan dU=dqv, kemudian,pengukuran
besarnya energi yang diberikan kepada sistem yang bervolume tetap
sebagai kalor (q>0) atau energi yang diperoleh dari sistem tersebut
(q<0),pada saat sistem mengalami perubahan keadaan,kenyataannya
adalah pengukuran perubahan energi dalam ,yaitu: ∆U=∫dq, untuk
perubahan pada volume tetap,tak ada tambahan kerja (Sukardjo,1989).
Suatu reaksi yang membebaskan kalor adalah sutu reaksi
eksoterm , dan suatu reaksi yang menyerap kalor adalah reaksi
endoterm.dalam membahas perubahan energi selama reaksi kimia , ahli
kimia lebih nyaman untuk membayangkan bahwa tiap zat mempunyai isi
kalor tertentu ,atau entalpi ,H.perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia
disebut perubahan entalpi ,∆H.istilah perubahan entalpi merujuk pada
peubahan kalor selama suatu proses yang dilakukan pada suatu tekanan
konstan.bila kalor dibebaskan, produk mempunai isi kalor atau entalpi yang
lebih rendah daripada pereksi.berkurangnya entapi ditunjukkan dengan
memberikan tanda minus dalam harga ∆H.bila entalpi pereaksi lebih besar
daripada entalpi produk,reaksi tersebut adalah eksoterm,dan sebaliknya.
Dengan membandingkan reaksi endoterm dengan reaksi
kebalikannya ,dapa disimpulkan pernyataan umum berikut:jika suatu reaksi
eksoterm ,maka reaksi kebalikannya adalah endoterm.kalor yang dibebaskan
dalam suatu reaksi eksoterm sama besar dengan kalor yang diserap dalam
reaksi endoterm kebalikannya (Keenan,1990).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Kalorimeter 1 buah
b. Buret 1 buah
c. Termometer 1 buah
d. Gelas kimia 2 buah
e. Pengaduk 1 buah
f. Stopwatch 1 buah
2.Bahan
a. Air dingin 50 ml
b. Air panas 50 ml
c. Larutan CuSO4 1M 50 ml
d. Bubuk Zn 3 gram
e. Larutan HCl 1M 25 ml
f. Larutan CuSO4 1M 25 ml

14
Gambar Alat

Gambar 1.Rangkaian alat percobaan kalorimeter Gambar 2.Stopwatch

Gambar 3.Gelas Kimia Gambar 4.Buret

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan Tetapan Temperatur Kalorimeter
Langkah-langkah dalam menentukan tetapan temperatur
kalorimeter antara lain:
a) Dimasukkan 50 mL air kedalam kalorimeter, catat temperaturnya.
b) Dipanaskan 50 mL air hingga tenperaturnya diatas 70ºC, catat
temperaturnya.
c) Dicampurkan air panas ke dalam kalorimeter yang telah berisi air
dingin, diadukan dan dicatat temperaturnya per 30 detik sampai
menit ke 5.

2. Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4


a) Dimasukkan 50 mL CuSO4 0,05 M ke dalam kalorimeter, catat
temperaturnya.
b) Ditimbang padatan Zn sebanyak 0,375 gram.
c) Dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah berisi larutan CuSO4
0,05 M, diaduk dan dicatat temperaturnya per 30 detik sampai
menit ke 10.

3. Reaksi Penentuan NaOH-HCl


a) Dipipet 50 mL larutan HCl 0,1 M ke dalam beker glass A, catat
temperaturnya.
b) Dipipet 50 mL larutan NaOH 0,1 M ke dalam beker glass B, catat
temperaturnya.
15
c) Dicampurkan 50 mL HCl 0,1 M dan 50 mL NaOH 0,1 M secara
bersamaan, diaduk dan dicatat temperaturnya per 30 detik sampai
menit ke 10.
Tabel Penentuan Tetapan Temperatur Kalorimeter
No PERLAKUAN PENGAMATAN
1 Dimasukkan 50 mL air
kedalam kalorimeter, catat
temperaturnya.
2 Dipanaskan 50 mL air hingga
tenperaturnya diatas 70ºC,
catat temperaturnya.
3 Dicampurkan air panas ke
dalam kalorimeter yang telah
berisi air dingin, diadukan dan
dicatat temperaturnya per 30
detik sampai menit ke 5.

Tabel Penentuan Reaksi Zn-CuSO4


No PERLAKUAN PENGAMATAN
1 Dimasukkan 50 mL CuSO4 0,05
M ke dalam kalorimeter, catat
temperaturnya.
2 Ditimbang padatan Zn sebanyak
0,375 gram.
3 Dimasukkan ke dalam
kalorimeter yang telah berisi
larutan Cu SO4 0,05 M, diaduk
dan dicatat temperaturnya per
30 detik sampai menit ke 10.

Tabel Reaksi Penetralan NaOH-HCl


NO PERLAKUAN PENGAMATAN
1 Dipipet 50 mL larutan HCl 0,1
M ke dalam baeker glass A,
catat temperaturnya.
2 Dipipet 50 mL larutan NaOH
0,1 M ke dalam baeker glass
B, catat temperaturnya.
3 Dicampurkan 50 mL HCl 0,1 M
dan 50 mL NaOH 0,1 M secara
bersamaan, diaduk dan dicatat
temperaturnya per 30 detik
sampai menit ke 10.

16
Tabel Data Hasil Penentuan Tetapan Temperatur Kalorimeter
NO WAKTU TEMPERATUR
1 30 detik
2 60 detik
3 90 detik
4 120 detik
5 150 detik
6 180 detik
7 210 detik
8 240 detik
9 270 detik
10 300 detik

4.5 Tabel Data Hasil Penentuan Kalor Reaksi Zn-CuSO4


NO WAKTU TEMPERATUR
1 30 detik
2 60 detik
3 90 detik
4 120 detik
5 150 detik
6 180 detik
7 210 detik
8 240 detik
9 270 detik
10 300 detik
11 330 detik
12 360 detik
13 390 detik
14 420 detik
15 450 detik
16 480 detik
17 510 detik
18 540 detik
19 570 detik
20 600 detik

17
Tabel Data Hasil Reaksi Penetralan NaOH-HCl
NO WAKTU TEMPERATUR
1 30 detik
2 60 detik
3 90 detik
4 120 detik
5 150 detik
6 180 detik
7 210 detik
8 240 detik
9 270 detik
10 300 detik
11 330 detik
12 360 detik
13 390 detik
14 420 detik
15 450 detik
16 480 detik
17 510 detik
18 540 detik
19 570 detik
20 600 detik

E. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan termokimia?
2. Jelaskan Prinsip kerja kalori meter ?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem dan lingkungan ?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan reaksi endoterm !
5. Apa pengertian dari raeksi eksoterm ?
6. Secara spesifik entalpi dapat dibedakan beberapa jenis. Sebutkan !

18
Percobaan IV
KALOR PEMBAKARAN DERET NORMAL ALKOHOL

A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menetukan kalor pembakaran deret
normal alkohol.

B. DASAR TEORI
Kalor pembakaran suatu zat adalah kalor yang dibebaskan apabila
suatu zat dibakar sempurna dengan menggunakan oksigen.. Dalam hal
pembakaran alkohol dengan oksigen maka akan terjadi pemecahan alkohol
membentuk CO2 dan air yang disertai dengan pembebasan kalor. Besarnya
kalor yang dibebaskan dapat ditentukan, misalnya pembakaran metanol,
dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut:
2CH3OH (l) + 3O2 (g) 2 CO2 (g) + 4 H2O (l) + energi
Unsur-unsur karbon dan hidrogen, bila teroksidasi akan menghasilkan CO 2
dan air, dan kalor pembentukannya adalah:
H2 (g) + ½ O2 (g) H2O (l) ΔH = -57,8 kkal/mol
C (s) + O2 (g) CO2 (g) ΔH = -94,4 kkal/mol
Kalor pembakaran negatif berarti bahwa untuk membentuk zat
tersebut disertai dengan pembebasan energi atau kalor. Dengan demikian
maka pada pembakaran alkohol akan banyak dihasilkan energi atau kalor.
Deret normal alkohol adalah deret alkohol yang tidak mempunyai rantai
cabang, jadi dengan kata lain semua alkohol jenis ini adalah alkohol primer
yang tidak memiliki rantai cabang. Sebagai contoh, metanol, etanol, n-
propanol dan n-butanol. Makin panjang rantai karbon makin besar kalor
pembakarannya, dengan kenaikan energi yang sebanding dengan kenaikan
panjang rantainya.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat dan bahan yang digunakan
a. Bejana didih
b. Termometer
c. Lampu spritus
d. Neraca digital
2. Bahan
a. Metanol
b. Etanol
c. n-propanol
d. n-butanol

19
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang bejana didih,
2. Isi bejana dengan akuades sebanyak 300 mL pada suhu kamar.
3. Timbang bejana yang berisi akuades ini, sehingga akan diketahui
massa akuades. Catat suhu kamar (T1) dan massa akuades (G2).
4. Timbangan lampu kosong, kemudian isilah lampu dengan n-propanol
sebagai standar dan timbang lampu yang berisi n-propanol ini,
sehingga akan diketahui massa n-propanol mula-mula
5. Nyalakan lampu pembakaran di bawah bejana didih, aduk bejana
yang berisi akuades dengan termometer sambil dilihat sampai
suhunya naik 100 oC. Catat suhu ini (T2).
6. Padamkan lampu, kemudian lampu ditimbang kembali. Dari sini akan
diketahui banyaknya n-propanol yang terbakar (G1), yaitu selisih
antara massa sebelum lampu dinyalakan dengan massa sesudah
lampu dipadamkan nyalanya.
7. Ulangi percobaan di atas dengan mengambil alkohol yang lain, yaitu
metanol, etanol, nbutanol, dan n-pentanol.

Perhitungan : silakan memakai Excel / Kalkulator Dengan menggunakan


asas Black, diperoleh:
(G1/Mr) ΔHc = W(T2-T1) + G2. Cp (T2-T1)
Keterangan:
- G1 : massa alkohol yang terbakar
- G2 : massa akuades yang dipanaskan
- Mr : massa molekul relatif al,kohol
- ΔH : kalor pembakaran alokohol
- W : harga air dari bejana didih
- Cp : kalor jenis air pada suhu percobaan
- (T2-T1) : selisih suhu akuades mula-mula dengan sesudah percobaan
Pengamatan:
Massa bejana didih kosong : gram
Massa bejana didih + air : gram
Massa lampu Massa lampu
Ulangan Massa lampu
Zat + zat awal + zat akhir
percobaan kosong (gram)
(gram) (gram)l
Propanol 1........... 1........... 1........... 1...........
2........... 2........... 2........... 2...........
3........... 3........... 3........... 3...........
Metanol ............. ............. ............. .............
............. ............. ............. .............
............. ............. ............. .............
Etanol ............. ............. ............. .............
............. ............. ............. .............
............. ............. ............. .............
n-butanol ............. ............. ............. .............
............. ............. ............. .............
............. ............. ............. .............

20
E. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan kalor pembakaran?
2. Sebutkan bunyi dari azas Black!
3. Tuliskan reaksi pembakaran dari metanol, etanol, n-propanol, n-
butanol, dan npentanol.
4. Hitung kalor pembakaran untuk metanol, etanol, n-butanol, dan n-
pentanol.
5. Buatlah grafik antara besarnya kalor pembakaran terhadap massa
molekul relative alkohol

21
Percobaan V
KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL – AIR

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperoleh kurva komposisi sistem fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap
2. Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air

B. DASAR TEORI
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat
larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya
adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang
bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika
mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur
sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur
sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah
kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan
pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di
bawah temperatur kritis (Sukardjo, 2003).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan
tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari
dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya akan berubah apabila
dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu
akan diperoleh kurva sebagai berikut.

L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF


masingmasing adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi
komponen pada suhu kritis (Tc). Sistem ini mempunyai suhu kritis (Tc) pada
tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara
homogen dengan komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara
22
A1 dan B1 atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem
berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau diatas
suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada satu fase (jernih).

C. ALAT DAN BAHAN


1) Alat
a. Tabung reaksi 8 buah
b. Tabung reaksi besar untuk penangas 1 buah
c. Pengaduk 1 buah
d. Gelas bekker 1 buah
e. Termometer 1 buah
2) Bahan
a. Fenol
b. Aquades

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil 8 buah tabung reaksi dan buat campuran sebagai berikut :
Tabung Jenis Zat SUHU % Massa
Fenol Air T1 T2 T % Fenol % Air
1 4 4
2 4 5
3 4 6
4 4 8
5 4 10
6 2 6,5
7 2 8,5
8 2 10,5

2. Panaskan masing masing tabung reaksi yang berisi campuran


tersebut (sambil diaduk) dan catat temperatur dimana timbul
kejernihan (T1). Tabung reaksi kemudian didinginkan dan catat
temperatur dimana terjadi kekeruhan (T 2). Pencatatan temperatur T1
dan T2 dilakukan 5x untuk setiap komposisi. Selama Pemanasan dan
Pendinginan, Campuran diaduk dengan baik.
3. Tentukan T rata-rata dari masing-masing campuran dan hitung fraksi
mol dari masing-masing campuran dan buat grafik fraksimol vs
temperatur

E. PERTANYAAN
1. Tuliskan rumus kimia fenol dan hitung massa molekulnya (Mr)?
2. Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang
ditimbang sebesar 5,140 gram, hitung jumlah mol fenol!
3. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah
perbedaan dengan wujudnya?
4. Apa yang dimaksud derajat kebebasan yang terdapat dalam kaidah
fase gibbs?
5. Apa yang dimaksud sistem biner fenol – air?

23
Percobaan VI
VOLUME MOLAR PARSIAL

A. TUJUAN
Menentukan volum molal parsial dari komponen penyusun larutan.

B. DASAR TEORI
Volume molar parsial komponen suatu campuran berubah-ubah
bergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul
berubah jika komposisinya berubah dari A murni ke B murni. Perubahan
lingkungan molecular dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antar
molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran
jika komposisinya berubah. Volume molar parsial VJ dari suatu zat J pada
beberapa komponen umum didefinisikan secara formal sebagai berikut.
C. Vj = P, t, n¢ …………….( 1 )

Dengan nJ sebagai jumlah (jumlah mol) J dan subskrip n’


menunjukkan bahwa jumlah zat lain tetap. Volume molar parsial adalah
kemiringan grafik volume total, ketika jumlah J berubah, sedangkan
tekanan, temperature, dan jumlah komponen lain tetap. Nilainya
bergantung pada komposisi, seperti yang kita lihat untuk air dan etanol.
Definisi ini menunjukkan bahwa ketika komposisi campuran berubah
sebesar penambahan dnA zat A dan dnB zat B, maka volume total
campuran berubah sebesar
D. dV = p,T, nB dnA p,T, nA
dnB = VA dnA + VB dnB ……..(2)
(Atkins, 1994).

Faktor – Faktor yang mempengaruhi perubahan volume molar parsial


adalah adanya perbedaan antara gaya intermolekular pada larutan dan
pada komponen murni penyusun larutan tersebut, dan adanya perbedaan
antara bentuk dan ukuran molekul suatu larutan dan pada komponen
murni penyusun larutan tersebut. Ada tiga sifat termodinamik molal parsial
utama, yakni: (i) volume molal parsial dari komponen-komponen dalam
larutan (juga disebut sebagai panas differensial larutan), (ii) entalpi molal
parsial, dan (iii) energi bebas molal parsial (potensial kimia). Sifat-sifat ini
dapat ditentukan dengan bantuan (i) metode grafik, (ii) menggunakan
hubungan analitik yang menunjukkan V dan ni, dan (iii) menggunakan
suatu fungsi yang disebut besaran molal nyata (Rao dan Fasad, 2003).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Piknometer
b. Labu takar 100 mL
c. Erlenmeyer 250 mL
d. Gelas piala 200 mL dan 100 mL
e. Pipet ukur 100 Ml
f. Pengaduk kaca
24
2. Bahan
a. NaCl p.a
b. Aquades

D. PROSEDUR KERJA
1. NaCl
a. Mengencerkan NaCl 3 M dengan pelarut air pada labu ukur 50
mL dengan variasi konsentrasi 1,5 M; 0,750 M; 0,500 M; 0,375
M
b. Menimbang piknometer kosong (we).
c. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan aquades (wo),
dicatat massa dan suhunya.
d. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan NaCl berbagai
konsentrasi dimulai dari konsentrasi terendah, dicatat
massanya
e. Mencatat temperature didalam piknometer setiap
penimbangan.
f. Melakukan duplo pengukuran

2. NH4Cl
a. Mengencerkan NH4Cl 3 M dengan pelarut air pada labu ukur 50
mL dengan variasi konsentrasi 0,5 M; 0,25 M, 0,16 M, 0,125 M.
b. Menimbang piknometer kosong (we).
c. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan aquades (wo),
dicatat massa dan suhunya.
d. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan NaCl berbagai
konsentrasi dimulai dari konsentrasi terendah, dicatat
massanya
e. Mencatat temperature didalam piknometer setiap
penimbangan.
f. Melakukan duplo
Tabel Pengamatan
NaCl
Massa
d m Ø V1 V2
Konsentrasi rata-
(g/mL) (molal) (mL/mol) (mL/mol) (mL/mol)
rata
0,375 M
0,500 M
0,750 M
1,500 M
NH4Cl
Massa
d m Ø V1 V2
Konsentrasi rata-
(g/mL) (molal) (mL/mol) (mL/mol) (mL/mol)
rata
0,125 M
0,160 M
0,250 M
0,500 M

25
E. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan molaritas dan molalitas larutan?
2. Apakah yang dimaksud dengan volum molal parsial? Jelaskan
disertai contoh konkritnya dalam kejadian sehari-hari?
3. Dapatkah φ mempunyai harga negatip? Jelaskan!

26
Percobaan VII
KESETIMBANGAN FASA SISTEM TIGA KOMPONEN

A. TUJUAN
Menggambarkan diagram fase sistem terner dan dapat
memperhatikan menentukan letak “pleit point” atau titik jalin pada diagram
fasenya.

B. DASAR TEORI
Sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah
derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini
dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga
samasisi yang disebut diagram terner. Jumlah fasa dalam sistem zat cair
tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut
dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B
saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B
akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Pada
percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling
larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna.
Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada
suhu tetap dapat digambarkan pada suatu diagram terner. (UI, 2003).
Sistem tiga komponen, menurut aturan fase, derajat kebebasan diberikan
oleh:
F=C–P+2
=5–P
Dan bila tekanan dan temperatur ditetapkan, persamaan diatas menjadi:
F=3–P
Untuk satu fase kita membutuhkan dua derajat kebebasan untuk
menggambarkan sistem secara sempurna, dan untuk dua fase dalam
kesetimbangan, satu derajat kebebasan. Cara terbaik untuk
menggambarkan sistem tiga koponen adalah dengan mendapatkan suatu
kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat
atau fraksi mol. Puncakpuncak dihubungkan ke ttik tengah dari sisi yang
berlawanan, yaitu Aa, Bb, Cc. Titik nol mulai titik a, b, c dan titik A, B, C
menyatakan komposisi adalah 100% atau satu. Jadi garis-garis Aa, Bb,
Cc merupakan konsentrasi komponen A, B, C. Lebih lanjut, segitiga
adalah sama sisi, jumlah jarak-jarak garis tegak lurus dari sembarang titik
dalam segitiga ke sisi-sisi adalah konstan dan sama dengan panjang
garis tegak lurus antara sudut dan pusat dari sisi yang berlawanan, yaitu
100% atau satu (Dogra, 1990. Hal : 473).
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud
zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Contoh khas diagram fasa tiga
komponen air, kloroform, dan asam asetat. Dalam diagram fasa bahwa
zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk
maupun keluar dari sistem ini. Asam asetat lebih suka pada air
dibandingka kloroform oleh karenanya bertambahnya kelarutan kloroform
dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform.
Penambhan asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa sistem

27
bergerak ke daerah atau satu fasa (fase tunggal). Namun demikian saat
komposisi mencapai titik a3, ternyata masih ada dua lapisan maupun
sedikit. Setelah penambahan asam asetat diteruskan, pada saat akan
menjadi satu fasa yaitu pada titik P. titik P disebut pleit point atau titik jalin
yaitu semacam titik kritis (Milama, 2014. Hal : 18).
Sistem tiga komponen mempunyai derajad kebebasan F = 3-P,
karena tidak mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, maka sistem
tersebut dibuat pada tekanan dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya
merupakan fungsi komposisi. Harga derajad kebebasan maksimal adalah
2, karena harga P hanya mempunyai 2 pilihan 1 fasa yaitu ketiga
komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang
misibel. Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem cair-cair- cair.
Jumlah fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Sistemkoordinat diagram
ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi dapat berupa % mol atau
fraksi mol ataupun % berat seperti gambar

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat:
a. Pipet tetes
b. Buret 50 ml
c. Statif dan klem 1 buah
d. Labu erlenmeyer 250 ml 4 buah
e. Gelas ukur 10 ml
f. Batang pengaduk
g. Neraca digital
h. Piknometer
2. Bahan:
a. Akuades
b. Kloroform (CHCl3)
c. Asam asetat glacial (CH3COOH)
d. tissu
28
D. PROSEDUR KERJA
1. Pengukuran massa jenis
a. Membersihkan piknometer
b. Mengukur berat kosong piknometer
c. Memasukkan air dalam piknometer sampai penuh dan kemudian
menimbangnya
d. Mengulangi kegiatan diatas dengan mengganti air dengan
kloroform dan asam asetat glasial
2. Sistem tiga komponen
a. Menyediakan buret yang bersih dan mengering (1 buah), mengisi
dengan asam asetat glasial.
b. Menyediakan labu erlenmeyer 3 buah masing-masing diisi dengan
3 ml, 4 ml, dan 7 ml kloroform mengerjakannya satu-persatu
mengingat kloroform mudah menguap dan toksik.
c. Menambahkan masing-masing 5 ml aquades, mengocok sebentar,
campuran akan membentuk dua lapisan.
d. Menitrasi dengan asam asetat glasial sampai ke-2 lapisan
membentuk satu fasa. Mencatat volume asam asetat glasial yang
ditambahkan “Menitrasi sebanyak 2 kali (duplo)”.
e. Mengulangi untuk labu erlenmeyer kedua.
f. Membuat diagram fasa terner.

E. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan fasa?
2. Sebutkan contoh sistem 1 kaomponen, sistem dua komponen, sistem
tiga komponen?
3. Apakah fungsi penggunaan asam asetat glasisal?
4. Apakah yang dimaksud titik tripel?
5. Apa pula arti titik kritik dalam diagram terner ? berapa derajat
kebebasannya ?

29
Percobaan VIII
PENURUNAN TITIK BEKU

A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan penurunan titik beku asam asetat dan
menentukan massa molekul relatif dari zat X

B. DASAR TEORI
Di sekitar kita banyak terjadi perubahan fase suatu zat. Dalam hal ini
yang paling sering ditemui adalah perubahan dari fase cair menjadi fase
padat atau yang disebut membeku. Hal ini terutama terjadi di negara yang
memiliki 4 musim, karena memiliki musim dingin. Negara yang memiliki
musim dingin akan mengalami proses pembekuan yang berlangsung cepat.
Apapun yang ada pasti akan mengalami proses pembekuan secara cepat.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut dilakukan upaya
penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur pada saat tekanan uap
cairan sama (setimbang) dengan tekanan uap padatannya. Titik beku
dilambangkan dengan simbol Tf. Air murni membeku pada temperatur 0°C
dan tekanan 1 atm. Temperatur itu dinamakan titik beku normal air.
Temperatur dimana zat cair membeku pada tekanan 1 atm adalah titik
beku normal zat cair tersebut. Titik beku suatu larutan pasti selalu lebih
rendah daripada titik beku pelarut murninya (air). Hal ini dikarenakan
sebagian partikel air dan partikel-partikel terlarut akan bergabung dan
membentuk ikatan. Sehingga ketika membeku, yang memiliki titik beku
paling tinggi adalah air karena air yang membeku terlebih dahulu, kemudian
diikuti oleh partikel-partikel terlarut.
Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda-beda. Titik beku suatu larutan
akan berubah jika tekanan uapnya juga berubah. Hal ini disebabkan oleh
masuknya zat terlarut yang mempengaruhi perubahan titik beku. Jadi, jika
suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, titik beku larutan tersebut
akan berubah. Besarnya perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik
beku larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf) (Parning, 2007).
Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada
kesetimbangan pelarut dalam larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga
bergantung pada kesetimbangan pelarut dengan pelarut murni (air). Pada
saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai titik beku atau titik didihnya
(Wahyuni, 2013). Masing-masing pelarut memiliki harga tetapan penurunan
titik beku (Kf) tersendiri.
Untuk menentukan perubahan titik beku yang terjadi dapat digunakan
rumus dari persamaan Clausius Claypeyron :
Keterangan :

Kf = tetapan penurunan titik beku molal


Masalah yang akan dipecahkan dalam praktikum ini adalah
bagaimana menentukan tetapan penurunan titik beku asam asetat dan
massa molekul relatif zat X. Dari permasalahan tersebut, dapat diketahui

30
tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan tetapan penurunan titik
beku asam asetat dan massa molekul relatif zat X.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas Kimia 25 mL dari pyrex,
b. Gelas arloji,
c. Tabung reaksi besar dari pyrex,
d. Termometer 100°C,
e. Pipet tetes
f. Pengaduk kaca
g. Stopwatch
h. Baskom untuk membuat thermostat sederhana
i. Statif
2. Bahan
a. asam asetat dari Merck,
b. naftalena for syn dari Merck
c. zat X (NaCl)

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. 15 mL larutan asam asetat pekat diletakkan dalam gelas kimia 25
mL
2. Masukkan dalam termostat untuk diukur titik bekunya.
3. Asam asetat dibiarkan hingga mencair kembali. Kemudian,
temperatur asam asetat dibiarkan naik 5°C
4. Masukkan 0,2538 gram naftalena kedalam larutan asam asetat
tersebut dan diaduk menggunakan pengaduk kaca.
5. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam termostat untuk dilakukan
pengukuran temperatur larutan naftalena dalam asam asetat tiap
menit hingga temperaturnya konstan dan tercapai titik bekunya.
6. 0,2535 gram zat X dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar dan
ditambahkan asam asetat pekat 15 mL
7. Diaduk menggunakan pengaduk kaca.
8. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam termostat untuk dilakukan
pengukuran temperatur larutan zat X dalam asam asetat tiap menit
hingga temperaturnya konstan dan tercapai titik bekunya.

Tabel 1. Temperatur vs Waktu untuk larutan CH3COOH murni


Kondisi cairan
Waktu (menit) Temperatur (°C) Beku Sebagian Beku
membeku
Semua
1  
2  
3 ....  

31
Tabel 2. Penentuan titik beku naftalena dalam asam asetat
Kondisi cairan
Waktu (menit) Temperatur (°C) Beku Sebagian Beku
membeku
Semua
1  
2  
3 .....  
Tabel 3. Penentuan titik beku zat X dalam asam asetat
Kondisi cairan
Waktu (menit) Temperatur (°C) Beku Sebagian Beku
membeku
Semua
1  
2  
3 ......  
Dilakukan sampai 12 menit

E. Pertanyaan
1. Bagaimana titik beku masing-masing larutan, dibandingkan dengan
titik beku pelarut
2. Bagaimana pengaruh molalitas asam asetat dan zat X terhadap :
a. Titik beku larutan?
b. Penurunan titik beku larutan?
3. Pada molalitas yang sama, bagaimana pengaruh NaCl (zat elektrolit)
dibandingkan dengan urea (zat non elektrolit), terhadap penurunan
titik beku larutan ?
4. Bagaimana hubungan penurunan titik beku larutan dengan
konsentrasi?
5. Apa fungsi penambahan garam pada es batu?

32

Anda mungkin juga menyukai