KATA PENGANTAR
2
PETUNJUK PRAKTIKUM
Hal
Percobaan I
Percobaan II
Percobaan III
Termokimia............................................................................... 13
Percobaan IV
Percobaan V
Percobaan VI
Percobaan VII
Percobaan VIII
4
SUSUNAN PEMBUATAN LAPORAN PRAKTIKUM
Judul Praktikum
Logo
NAMA : ........................
NIM : ........................
KELOMPOK : ........................
Asisten : ……………………
Dosen : …………………..
LABORATORIUM IPA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
2018
Tanggal
PERCOBAAN 1:
JUDUL
I. TUJUAN
II. PRINSIP KERJA
III. BAHAN DAN ALAT
IV. PROSEDUR DAN PENGAMATAN
PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
A 1
2
3
4
PERC. PROSEDUR KERJA HASIL PENGAMATAN
B 1
2
3
4
Praktikan :
Nama/NIM :
1.......................... Tanda tangan asisten,
2..........................
( )
Praktikan :
Nama/NPM : 1.......................... Tanda tangan asisten,
2..........................
3. PENULISAN LAPORAN PRAKTIKUM
Tanggal
JLUDU
I. TUJUAN
II. DASAR TEORI (tambahkan referensi lain minimal 3 referensi)
III. ALAT DAN BAHAN (masukkan foto alat dan bahan)
IV. PROSEDUR KERJA(diagram alir beserta foto setiap langkah,
kata perintah diganti menjadi kata kerja misal tutup menjadi
menutup)
Contoh
6
Percobaan I
PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN KERAPATAN GAS
A. TUJUAN
1. Menentukan berat molekul suatu senyawa yang mudah menguap
dengan cara mengukur kerapata uap dari senyawa tersebut.
2. Mampu mengaplikasikan persamaan gas ideal dalam suatu
percobaan
B. DASAR TEORI
Gas terdiri dari banyak partikel. Partikel-partikel tersebut senantiasa
bergerak dengan kecepatan dan arah yang beraneka ragam. Partikel-
partikel gas tersebar secara merata di semua bagian ruangan yang
ditempati. Gaya atau interaksi antar partikel- partikelnya sangat kecil.
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi
gas bila terjadi peningkatan suhu (umumnya 100oC). Jika senyawa-
senyawa volatil ini menguap, komponennya akan mengalami penurunan
mutu. Berat molekul senyawa volatil dapat diukur berdasarkan
pengukuran massa jenis gas yang menguap. Hal ini perlu dilakukan agar
dalam tiap proses yang membutuhkan panas dapat diantisipasi jumlah
senyawa volatil yang menguap, sehingga aroma dan cita rasa komponen
dapat dipertahankan.
Namun pada kenyataannya diketahui bahwa suatu gas selalu
dipengaruhi oleh perubahan tekanan dan suhu lingkungan. Berbagai
hukum yang dikenal sebagai hukum-hukum gas menyatakan
ketergantungan sejumlah tertentu gas terhadap tekanan, suhu, dan
volume. Hukum-hukum gas ini diperoleh dari pengamatan-pengamatan
eksperimental. Maka dari sini berat molekul senyawaa volatil dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal yang berdasarkan
pengukuran massa jenis gas.
Persamaan gas ideal dalam menentukan berat molekul senyawa
volatil didapatkan dari turunan rumus persamaan gas ideal yaitu :
P.V = n.R.T
Diturunkan menjadi :
Mr = ρ . RT/P
Gas mempunyai sifat bahwa molekul-molekulnya sangat berjauhan
satu sama lain sehingga hampir tidak ada gaya tarik menarik atau tolak
menolak diantara molekul-molekulnya sehingga gas akan mengembang
dan mengisi seluruh ruang yang ditempatinya, bagaimana pun besar dan
bentuknya. Untuk memudahkan mempelajari sifat-sifat gas ini baiklah
dibayangkan adanya suatu gas ideal yang mempunyai sifat-sifat :
1. Tidak ada gaya tarik menarik di antara molekul-molekulnya.
2. Volume dari molekul-molekul gas sendiri diabaikan.
7
3. Tidak ada perubahan energi dalam (internal energy = E) pada
pengembangan.
Sifat-sifat ini dimiliki oleh gas inert (He, Ne, Ar dan lain-lain) dan uap
Hg dalam keadaan yang sangat encer. Gas yang umumnya terdapat di
alam (gas sejati) misalnya: N2, O2, CO2, NH3 dan lain-lain sifat-sifatnya
agak menyimpang dari gas ideal.
D. PROSEDUR KERJA
1. Diambil sebuah labu erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering,
ditutup labu erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil dan
karet gelang.
2. Ditimbang labu erlenmeyer beserta aluminium foil dan karet gelang
dengan menggunkan nareca analitik.
3. Dimasukkan kurang lebih 5 mL cairan volatil ke dalam labu
erlenmeyer. Ditutup kembali labu erlenmeyer dengan menggunakan
karet gelang sehingga tutup ini bersifat kedap udara. Dibuat lubang
kecil pada aluminium foil menggunakan jarum agar ua dapat keluar.
4. Direndam labu erlenmeyer dalam penangas air bertemperatur kurang
lebih 100°C sedemikina sehingga air kurang lebih 1 cm di bawah
aluminium foil. Dibiarkan labu erlenmeyer dalam penangas air sampai
cairan volatil menguap. Di catat temperatur penangas air tersebut.
5. Diangkat labu erlenmeyer dari penangas air setelah semua cairan
volatil dalam labu erlenmeyer menguap. Kemudian dikeringkan air
yang terdapat pada bagian luar labu erlenmeyer dengan lap.
Diletakkan labu erlenmeyer dalam desikator. Uap cairan volatil yang
terdapat dalam labu erlenmeyer akan kembali menjadi cair.
6. Ditimbang labu erlenmeyer yang sudah dingin dengan neraca analitik
(jangan lepaskan tutup aluminium foil dan karet gelang sebelum labu
erlenmeyer ditimbang).
8
7. Ditentukan volume labu erlenmeyer dengan cara mengisi labu
erlenmeyer dengan air sampai penuh dengan menimbang massa iar
yang terdapat pada erlenmeyer. Volume air dapat diketahui bila
kerapatan air pada temperatur air dalam labu erlenmeyer diketahui
dengan menggunkana rumus d= m/V.
8. Diukur tekanan atmosfer dengan menggunakan barometer.
Pengamatan
-1 -1
Konstanta R 0,08206 L atm mol K
Densitas air ............. g/mL
BM standar Zat volatil ...............g/mol
E. TUGAS
1. Apakah perbedaan uap dengan gas ?
2. Bagaimanakah hasil percobaan anda jika dibandingkan dengan data
literatur? Berapa % penyimpangannya? Jelaskan!
3. Kesalahan-kesalahan apakah yang mungkin Anda perbuat selama
melakukan percobaan ini? Bagaimanakah cara mengeliminasi
kesalahan tersebut?
1.
9
Percobaan II
PANAS PELARUTAN ASAM BORAT
A. TUJUAN
1. Menentukan kelarutan suatu zat dan pengaruh suhu terhadap
kelarutan
2. Menghitung panas pelarutan suatu zat
B. DASAR TEORI
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul-molekul zat
yang larut dengan yang tidak larut. Keseimbangan itu dapat dituliskan
sebagai berikut:
Atau
Dimana
= kelarutan zat pada suhu dan
= panas pelarutan
= konstanta gas umum
Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1
mol padatan dilarutkan dalam larutan yang sudah jenuh. Hal ini berbeda
dengan panas pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam
tabel panas pelarutan. Panas pelarutan yang biasa terdapat dalam tabel
merupakan panas pengenceran dari keadaan jenuh menjadi keadaan
encer.
Kelarutan umumnya dinyatakan dalam bentuk jumlah gram zat
terlarut dalam 100 gram pelarut pada suhu tertentu. Umumnya harga
kelarutan zat padat bertambah dengan kenaikan suhu sehingga penting
diketahui pada suhu berapa kelarutan ditentukan. Karena kenaikan suhu
10
akan meningkatkan kelarutan maka akan semakin banyak jumlah zat
yang terlarut sehingga panas pelarutan bernilai positif (endotermis).
Sedangkan untuk zat-zat yang panas pelarutannya bernilai negative
(eksotermis) kenaikan suhu akan menurunkan jumlah zat terlarut.
.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat:
a. Termostat 0 - 50˚C
b. Termometer
c. Buret 50 mL
d. Erlenmeyer 250 mL
e. Labu takar 250 mL
f. Pipet volum 10 mL
g. Tabung reaksi besar
h. Pengaduk
2. Bahan:
a. Asam borat
b. Larutan NaOH 0,5 M
c. Fenoltalein
d. Es batu
e. Garam dapur
D. PROSEDUR KERJA
1. Buat campuran asam borat dan air seperti pada Tabel
Tabel 1. Campuran Asam Borat dan Air
No Asam Borat(gram) Air(gram)
1 1,125 12,5
2 1,5 12,5
3 2 12,5
4 2,5 12,5
5 3 12,5
6 3,5 12,5
Tabel Pengamatan 2
Larutan Bobot larutan Volum NaOH(mL) Volum rata-rata NaOH(mL)
o o
35 C 25 C
1 ....... .......
....... .......
2 ....... .......
....... .......
E. PERTANYAAN
a. Buatlah kurva kelarutan terhadap konsentrasi molal!
b. Tentukan kelarutan asam borat dab perubahan entalpi pelarutannya?
c. Buatlah kurva konsentrasi molal terhadap 1/T
12
Percobaan III
TERMOKIMIA
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari bahwa setiap reaksi kimia selalu disertai dengan
perubahan energi.
2. Mempelajari bahwa perubahan kalor dapat diukur atau di pelajari
dengan percobaan yang sederhana
B. DASAR TEORI
Termodinamika , dalam arti luas adalah pengkajian hubungan
kuantitatif antara kalor dan benyuk lain energi , seperti energi yang dikaitkan
dengan gejala elektromagnet , permukaan , dan kimia.Termodinamika kimia
dapat didefinisikan sebagai cabang kimia yang menangani hubungan kalor ,
kerja dan bentuk lain energi , dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia dan
dalamperubahan keadaan.Erat berkaitan dengan termodinamika kimia adalh
termokimia , yang menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor
yang menyertai reaksi kimia , perubahan keadaan , dan pembentukan
larutan (Atkins,1999).
Alat yang digunakan untuk mengukur perubahan kalor selama
reaksi kimia adalah kalorimeter.dua metode termokimia eksperimen yang
paling biasa disebut kalorimetri pembakaran dan kalorimetri
reaksi.dalammetode pertama ,suatu unsur atau senyawa dibakar , biasanya
dalam oksigen , dan energi atau kalor yang dibebaskan dalam reaksi itu
diukur.kalorimetri reaksi merujuk pada penentuan kalor reaksi apa saja selain
reaksi pembakaran.metode terakhir ini lebih sering digunakan dengan
senyawa anorganik dan larutan-larutannya(Dogra,1989).
Hukum-hukum termodinamika:
1. Hukum pertama termodinamika
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lain ,namun
energi tak dapat diciptakan maupun dimusnahkan.cara lain untuk
mengungkapkan:energi alam semesta ini konstan.
2. Hukum kedua termodinamika
Bila perubahan spontan apa saja berlangsung dalm suatu
sistem tertentu ,maka akanterjadi kenaikan entropi dalam alam
semesta.
3. Hukum ketiga termodinamika
Suatu kristal sempurna dalam nol mutlak mempunyai
keteraturan sempurna ,jadi entropinya adalah nol (Keenan1990).
Setiap reaksi kimia selalu disertai perubahan energi, baik menyerap
atau menghasilkan energi, an energi tersebut bisa saja dalam bentuk kalor.
Kalor (heat) yaitu perpindhan energi termal antara dua benda yang suhunya
berbeda (Chang,2004).
Secara umum,perubahan energi dalam sistem adalah:
dU=dq+dwe+dweksp
dengan dwe sebagai kerja lain disamping kerja pemuaian ,dweksp.misalnya
dwe dapat berupa kerja listrik mengalirkan arus melalui sirkuit.sistem yang
dipertahankan pada volume tetap tidak dapat melakukan kerja pemuaian
13
sehingga dweksp=0.jika sistem juga tidak dapat melakukan kerja lain dwe=0
juga.
Pada keadaan dweksp=0 dan dwe=0
dU=dq pada volume tetap,tak ada tambahan kerja.
Dinyatakan hal tersebut dengan menuliskan dU=dqv, kemudian,pengukuran
besarnya energi yang diberikan kepada sistem yang bervolume tetap
sebagai kalor (q>0) atau energi yang diperoleh dari sistem tersebut
(q<0),pada saat sistem mengalami perubahan keadaan,kenyataannya
adalah pengukuran perubahan energi dalam ,yaitu: ∆U=∫dq, untuk
perubahan pada volume tetap,tak ada tambahan kerja (Sukardjo,1989).
Suatu reaksi yang membebaskan kalor adalah sutu reaksi
eksoterm , dan suatu reaksi yang menyerap kalor adalah reaksi
endoterm.dalam membahas perubahan energi selama reaksi kimia , ahli
kimia lebih nyaman untuk membayangkan bahwa tiap zat mempunyai isi
kalor tertentu ,atau entalpi ,H.perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia
disebut perubahan entalpi ,∆H.istilah perubahan entalpi merujuk pada
peubahan kalor selama suatu proses yang dilakukan pada suatu tekanan
konstan.bila kalor dibebaskan, produk mempunai isi kalor atau entalpi yang
lebih rendah daripada pereksi.berkurangnya entapi ditunjukkan dengan
memberikan tanda minus dalam harga ∆H.bila entalpi pereaksi lebih besar
daripada entalpi produk,reaksi tersebut adalah eksoterm,dan sebaliknya.
Dengan membandingkan reaksi endoterm dengan reaksi
kebalikannya ,dapa disimpulkan pernyataan umum berikut:jika suatu reaksi
eksoterm ,maka reaksi kebalikannya adalah endoterm.kalor yang dibebaskan
dalam suatu reaksi eksoterm sama besar dengan kalor yang diserap dalam
reaksi endoterm kebalikannya (Keenan,1990).
14
Gambar Alat
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan Tetapan Temperatur Kalorimeter
Langkah-langkah dalam menentukan tetapan temperatur
kalorimeter antara lain:
a) Dimasukkan 50 mL air kedalam kalorimeter, catat temperaturnya.
b) Dipanaskan 50 mL air hingga tenperaturnya diatas 70ºC, catat
temperaturnya.
c) Dicampurkan air panas ke dalam kalorimeter yang telah berisi air
dingin, diadukan dan dicatat temperaturnya per 30 detik sampai
menit ke 5.
16
Tabel Data Hasil Penentuan Tetapan Temperatur Kalorimeter
NO WAKTU TEMPERATUR
1 30 detik
2 60 detik
3 90 detik
4 120 detik
5 150 detik
6 180 detik
7 210 detik
8 240 detik
9 270 detik
10 300 detik
17
Tabel Data Hasil Reaksi Penetralan NaOH-HCl
NO WAKTU TEMPERATUR
1 30 detik
2 60 detik
3 90 detik
4 120 detik
5 150 detik
6 180 detik
7 210 detik
8 240 detik
9 270 detik
10 300 detik
11 330 detik
12 360 detik
13 390 detik
14 420 detik
15 450 detik
16 480 detik
17 510 detik
18 540 detik
19 570 detik
20 600 detik
E. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan termokimia?
2. Jelaskan Prinsip kerja kalori meter ?
3. Apa yang dimaksud dengan sistem dan lingkungan ?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan reaksi endoterm !
5. Apa pengertian dari raeksi eksoterm ?
6. Secara spesifik entalpi dapat dibedakan beberapa jenis. Sebutkan !
18
Percobaan IV
KALOR PEMBAKARAN DERET NORMAL ALKOHOL
A. TUJUAN PERCOBAAN
Percobaan ini bertujuan untuk menetukan kalor pembakaran deret
normal alkohol.
B. DASAR TEORI
Kalor pembakaran suatu zat adalah kalor yang dibebaskan apabila
suatu zat dibakar sempurna dengan menggunakan oksigen.. Dalam hal
pembakaran alkohol dengan oksigen maka akan terjadi pemecahan alkohol
membentuk CO2 dan air yang disertai dengan pembebasan kalor. Besarnya
kalor yang dibebaskan dapat ditentukan, misalnya pembakaran metanol,
dapat ditunjukkan oleh reaksi berikut:
2CH3OH (l) + 3O2 (g) 2 CO2 (g) + 4 H2O (l) + energi
Unsur-unsur karbon dan hidrogen, bila teroksidasi akan menghasilkan CO 2
dan air, dan kalor pembentukannya adalah:
H2 (g) + ½ O2 (g) H2O (l) ΔH = -57,8 kkal/mol
C (s) + O2 (g) CO2 (g) ΔH = -94,4 kkal/mol
Kalor pembakaran negatif berarti bahwa untuk membentuk zat
tersebut disertai dengan pembebasan energi atau kalor. Dengan demikian
maka pada pembakaran alkohol akan banyak dihasilkan energi atau kalor.
Deret normal alkohol adalah deret alkohol yang tidak mempunyai rantai
cabang, jadi dengan kata lain semua alkohol jenis ini adalah alkohol primer
yang tidak memiliki rantai cabang. Sebagai contoh, metanol, etanol, n-
propanol dan n-butanol. Makin panjang rantai karbon makin besar kalor
pembakarannya, dengan kenaikan energi yang sebanding dengan kenaikan
panjang rantainya.
19
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang bejana didih,
2. Isi bejana dengan akuades sebanyak 300 mL pada suhu kamar.
3. Timbang bejana yang berisi akuades ini, sehingga akan diketahui
massa akuades. Catat suhu kamar (T1) dan massa akuades (G2).
4. Timbangan lampu kosong, kemudian isilah lampu dengan n-propanol
sebagai standar dan timbang lampu yang berisi n-propanol ini,
sehingga akan diketahui massa n-propanol mula-mula
5. Nyalakan lampu pembakaran di bawah bejana didih, aduk bejana
yang berisi akuades dengan termometer sambil dilihat sampai
suhunya naik 100 oC. Catat suhu ini (T2).
6. Padamkan lampu, kemudian lampu ditimbang kembali. Dari sini akan
diketahui banyaknya n-propanol yang terbakar (G1), yaitu selisih
antara massa sebelum lampu dinyalakan dengan massa sesudah
lampu dipadamkan nyalanya.
7. Ulangi percobaan di atas dengan mengambil alkohol yang lain, yaitu
metanol, etanol, nbutanol, dan n-pentanol.
20
E. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan kalor pembakaran?
2. Sebutkan bunyi dari azas Black!
3. Tuliskan reaksi pembakaran dari metanol, etanol, n-propanol, n-
butanol, dan npentanol.
4. Hitung kalor pembakaran untuk metanol, etanol, n-butanol, dan n-
pentanol.
5. Buatlah grafik antara besarnya kalor pembakaran terhadap massa
molekul relative alkohol
21
Percobaan V
KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL – AIR
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Memperoleh kurva komposisi sistem fenol-air terhadap suhu pada
tekanan tetap
2. Menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol-air
B. DASAR TEORI
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut
(solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat
larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya
adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya
disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat
berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang
bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika
mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur
sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis
maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur
sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah
kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan
pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di
bawah temperatur kritis (Sukardjo, 2003).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan
tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari
dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutanya akan berubah apabila
dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu
akan diperoleh kurva sebagai berikut.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Ambil 8 buah tabung reaksi dan buat campuran sebagai berikut :
Tabung Jenis Zat SUHU % Massa
Fenol Air T1 T2 T % Fenol % Air
1 4 4
2 4 5
3 4 6
4 4 8
5 4 10
6 2 6,5
7 2 8,5
8 2 10,5
E. PERTANYAAN
1. Tuliskan rumus kimia fenol dan hitung massa molekulnya (Mr)?
2. Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang
ditimbang sebesar 5,140 gram, hitung jumlah mol fenol!
3. Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah
perbedaan dengan wujudnya?
4. Apa yang dimaksud derajat kebebasan yang terdapat dalam kaidah
fase gibbs?
5. Apa yang dimaksud sistem biner fenol – air?
23
Percobaan VI
VOLUME MOLAR PARSIAL
A. TUJUAN
Menentukan volum molal parsial dari komponen penyusun larutan.
B. DASAR TEORI
Volume molar parsial komponen suatu campuran berubah-ubah
bergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul
berubah jika komposisinya berubah dari A murni ke B murni. Perubahan
lingkungan molecular dan perubahan gaya-gaya yang bekerja antar
molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat termodinamika campuran
jika komposisinya berubah. Volume molar parsial VJ dari suatu zat J pada
beberapa komponen umum didefinisikan secara formal sebagai berikut.
C. Vj = P, t, n¢ …………….( 1 )
D. PROSEDUR KERJA
1. NaCl
a. Mengencerkan NaCl 3 M dengan pelarut air pada labu ukur 50
mL dengan variasi konsentrasi 1,5 M; 0,750 M; 0,500 M; 0,375
M
b. Menimbang piknometer kosong (we).
c. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan aquades (wo),
dicatat massa dan suhunya.
d. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan NaCl berbagai
konsentrasi dimulai dari konsentrasi terendah, dicatat
massanya
e. Mencatat temperature didalam piknometer setiap
penimbangan.
f. Melakukan duplo pengukuran
2. NH4Cl
a. Mengencerkan NH4Cl 3 M dengan pelarut air pada labu ukur 50
mL dengan variasi konsentrasi 0,5 M; 0,25 M, 0,16 M, 0,125 M.
b. Menimbang piknometer kosong (we).
c. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan aquades (wo),
dicatat massa dan suhunya.
d. Menimbang piknometer yang diisi penuh dengan NaCl berbagai
konsentrasi dimulai dari konsentrasi terendah, dicatat
massanya
e. Mencatat temperature didalam piknometer setiap
penimbangan.
f. Melakukan duplo
Tabel Pengamatan
NaCl
Massa
d m Ø V1 V2
Konsentrasi rata-
(g/mL) (molal) (mL/mol) (mL/mol) (mL/mol)
rata
0,375 M
0,500 M
0,750 M
1,500 M
NH4Cl
Massa
d m Ø V1 V2
Konsentrasi rata-
(g/mL) (molal) (mL/mol) (mL/mol) (mL/mol)
rata
0,125 M
0,160 M
0,250 M
0,500 M
25
E. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan molaritas dan molalitas larutan?
2. Apakah yang dimaksud dengan volum molal parsial? Jelaskan
disertai contoh konkritnya dalam kejadian sehari-hari?
3. Dapatkah φ mempunyai harga negatip? Jelaskan!
26
Percobaan VII
KESETIMBANGAN FASA SISTEM TIGA KOMPONEN
A. TUJUAN
Menggambarkan diagram fase sistem terner dan dapat
memperhatikan menentukan letak “pleit point” atau titik jalin pada diagram
fasenya.
B. DASAR TEORI
Sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah
derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini
dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga
samasisi yang disebut diagram terner. Jumlah fasa dalam sistem zat cair
tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut
dan suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B
saling larut sebagian. Penambahan zat C kedalam campuran A dan B
akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Pada
percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar daya saling
larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna.
Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada
suhu tetap dapat digambarkan pada suatu diagram terner. (UI, 2003).
Sistem tiga komponen, menurut aturan fase, derajat kebebasan diberikan
oleh:
F=C–P+2
=5–P
Dan bila tekanan dan temperatur ditetapkan, persamaan diatas menjadi:
F=3–P
Untuk satu fase kita membutuhkan dua derajat kebebasan untuk
menggambarkan sistem secara sempurna, dan untuk dua fase dalam
kesetimbangan, satu derajat kebebasan. Cara terbaik untuk
menggambarkan sistem tiga koponen adalah dengan mendapatkan suatu
kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat
atau fraksi mol. Puncakpuncak dihubungkan ke ttik tengah dari sisi yang
berlawanan, yaitu Aa, Bb, Cc. Titik nol mulai titik a, b, c dan titik A, B, C
menyatakan komposisi adalah 100% atau satu. Jadi garis-garis Aa, Bb,
Cc merupakan konsentrasi komponen A, B, C. Lebih lanjut, segitiga
adalah sama sisi, jumlah jarak-jarak garis tegak lurus dari sembarang titik
dalam segitiga ke sisi-sisi adalah konstan dan sama dengan panjang
garis tegak lurus antara sudut dan pusat dari sisi yang berlawanan, yaitu
100% atau satu (Dogra, 1990. Hal : 473).
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud
zat sebagai fungsi suhu dan tekanan. Contoh khas diagram fasa tiga
komponen air, kloroform, dan asam asetat. Dalam diagram fasa bahwa
zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain yang masuk
maupun keluar dari sistem ini. Asam asetat lebih suka pada air
dibandingka kloroform oleh karenanya bertambahnya kelarutan kloroform
dalam air lebih cepat dibandingkan kelarutan air dalam kloroform.
Penambhan asam asetat berlebih lebih lanjut akan membawa sistem
27
bergerak ke daerah atau satu fasa (fase tunggal). Namun demikian saat
komposisi mencapai titik a3, ternyata masih ada dua lapisan maupun
sedikit. Setelah penambahan asam asetat diteruskan, pada saat akan
menjadi satu fasa yaitu pada titik P. titik P disebut pleit point atau titik jalin
yaitu semacam titik kritis (Milama, 2014. Hal : 18).
Sistem tiga komponen mempunyai derajad kebebasan F = 3-P,
karena tidak mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, maka sistem
tersebut dibuat pada tekanan dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya
merupakan fungsi komposisi. Harga derajad kebebasan maksimal adalah
2, karena harga P hanya mempunyai 2 pilihan 1 fasa yaitu ketiga
komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang meliputi 2 pasang
misibel. Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem cair-cair- cair.
Jumlah fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Sistemkoordinat diagram
ini digambarkan sebagai segitiga sama sisi dapat berupa % mol atau
fraksi mol ataupun % berat seperti gambar
E. TUGAS
1. Apakah yang dimaksud dengan fasa?
2. Sebutkan contoh sistem 1 kaomponen, sistem dua komponen, sistem
tiga komponen?
3. Apakah fungsi penggunaan asam asetat glasisal?
4. Apakah yang dimaksud titik tripel?
5. Apa pula arti titik kritik dalam diagram terner ? berapa derajat
kebebasannya ?
29
Percobaan VIII
PENURUNAN TITIK BEKU
A. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan tetapan penurunan titik beku asam asetat dan
menentukan massa molekul relatif dari zat X
B. DASAR TEORI
Di sekitar kita banyak terjadi perubahan fase suatu zat. Dalam hal ini
yang paling sering ditemui adalah perubahan dari fase cair menjadi fase
padat atau yang disebut membeku. Hal ini terutama terjadi di negara yang
memiliki 4 musim, karena memiliki musim dingin. Negara yang memiliki
musim dingin akan mengalami proses pembekuan yang berlangsung cepat.
Apapun yang ada pasti akan mengalami proses pembekuan secara cepat.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut dilakukan upaya
penurunan titik beku. Titik beku adalah temperatur pada saat tekanan uap
cairan sama (setimbang) dengan tekanan uap padatannya. Titik beku
dilambangkan dengan simbol Tf. Air murni membeku pada temperatur 0°C
dan tekanan 1 atm. Temperatur itu dinamakan titik beku normal air.
Temperatur dimana zat cair membeku pada tekanan 1 atm adalah titik
beku normal zat cair tersebut. Titik beku suatu larutan pasti selalu lebih
rendah daripada titik beku pelarut murninya (air). Hal ini dikarenakan
sebagian partikel air dan partikel-partikel terlarut akan bergabung dan
membentuk ikatan. Sehingga ketika membeku, yang memiliki titik beku
paling tinggi adalah air karena air yang membeku terlebih dahulu, kemudian
diikuti oleh partikel-partikel terlarut.
Setiap larutan memiliki titik beku yang berbeda-beda. Titik beku suatu larutan
akan berubah jika tekanan uapnya juga berubah. Hal ini disebabkan oleh
masuknya zat terlarut yang mempengaruhi perubahan titik beku. Jadi, jika
suatu zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, titik beku larutan tersebut
akan berubah. Besarnya perbedaan antara titik beku zat pelarut dengan titik
beku larutan disebut penurunan titik beku (∆Tf) (Parning, 2007).
Titik beku dan titik didih suatu larutan bergantung pada
kesetimbangan pelarut dalam larutan dengan pelarut padatan, selain itu juga
bergantung pada kesetimbangan pelarut dengan pelarut murni (air). Pada
saat terjadi kesetimbangan, maka dapat tercapai titik beku atau titik didihnya
(Wahyuni, 2013). Masing-masing pelarut memiliki harga tetapan penurunan
titik beku (Kf) tersendiri.
Untuk menentukan perubahan titik beku yang terjadi dapat digunakan
rumus dari persamaan Clausius Claypeyron :
Keterangan :
30
tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan tetapan penurunan titik
beku asam asetat dan massa molekul relatif zat X.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. 15 mL larutan asam asetat pekat diletakkan dalam gelas kimia 25
mL
2. Masukkan dalam termostat untuk diukur titik bekunya.
3. Asam asetat dibiarkan hingga mencair kembali. Kemudian,
temperatur asam asetat dibiarkan naik 5°C
4. Masukkan 0,2538 gram naftalena kedalam larutan asam asetat
tersebut dan diaduk menggunakan pengaduk kaca.
5. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam termostat untuk dilakukan
pengukuran temperatur larutan naftalena dalam asam asetat tiap
menit hingga temperaturnya konstan dan tercapai titik bekunya.
6. 0,2535 gram zat X dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar dan
ditambahkan asam asetat pekat 15 mL
7. Diaduk menggunakan pengaduk kaca.
8. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam termostat untuk dilakukan
pengukuran temperatur larutan zat X dalam asam asetat tiap menit
hingga temperaturnya konstan dan tercapai titik bekunya.
31
Tabel 2. Penentuan titik beku naftalena dalam asam asetat
Kondisi cairan
Waktu (menit) Temperatur (°C) Beku Sebagian Beku
membeku
Semua
1
2
3 .....
Tabel 3. Penentuan titik beku zat X dalam asam asetat
Kondisi cairan
Waktu (menit) Temperatur (°C) Beku Sebagian Beku
membeku
Semua
1
2
3 ......
Dilakukan sampai 12 menit
E. Pertanyaan
1. Bagaimana titik beku masing-masing larutan, dibandingkan dengan
titik beku pelarut
2. Bagaimana pengaruh molalitas asam asetat dan zat X terhadap :
a. Titik beku larutan?
b. Penurunan titik beku larutan?
3. Pada molalitas yang sama, bagaimana pengaruh NaCl (zat elektrolit)
dibandingkan dengan urea (zat non elektrolit), terhadap penurunan
titik beku larutan ?
4. Bagaimana hubungan penurunan titik beku larutan dengan
konsentrasi?
5. Apa fungsi penambahan garam pada es batu?
32