Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum Kimia Lingkungan ini dipersiapkan dan


disusun untuk keperluan praktikum Kimia Lingkungan bagi mahasiswa
program S1 di jurusan Kimia FMIPA UNESA. Pada mata kuliah Kimia
Lingkungan diharapkan mahasiswa tidak hanya menguasai materi, tetapi
juga terampil melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Di dalam
petunjuk praktikum ini disajikan tujuan percobaan, alat dan bahan kimia yang
diperlukan, prosedur kerja dan beberapa pertanyaan yang hams dijawab
dalam laooran praktikum.

Buku petunjuk praktikum Kimia Lingkungan ini merupakan cetakan


kedua, tetapi masih jauh dari ideal, karena belum semua parameter analisis
air tertuang dalam buku petunjuk ini dan juga belum semuanya dapat
dipraktikkan karena praktikum kimia lingkungan ini pelaksanaannya menyatu
dengan mata kuliah Kimia Lingkungan (3/1 sks). Namun demikian, buku
yang masih sederhana ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum dan dapat dijadikan sarana untuk memperluas
pengetahuan serta dapat memberikan perspektif pengembangan lebih
lanjut.
Besar harapan kami, semoga petunjuk praktikum ini dapat bermanfaat
dan apabila ada kekurangan kami sangat mengharapkan saran dan kritik
untuk kesempurnaan.

Penyusun

1
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Mahasiswa diwajibkan datang tepat pada waktunya serta mengisi daftar


hadir praktikum.
2. Apabila tidak masuk praktikum harus memberi surat keterangan.
3. Kebersihan dan keutuhan alat-alat percobaan menjadi tanggung jawab
sepenuhnya masing-masing kelompok praktikum.
4. Apabila mahasiswa merusak atau memecahkan alat, harus segera
melapor kepada asisten /dosen yang sedang bertugas serta harus
mengganti alat yang rusak /pecah tersebut paling lambat dua minggu
setelah kejadian.
5. Mahasiswa yang diperbolehkan praktikum hanya mereka yang telah
membuat persiapan.
6. Semua praktikan harus menggunakan jas praktikum sewaktu bekerja di
laboratorium. Untuk wanita yang berambut panjang, rambut harus diikat
dan yang berjilbab, ujung jilbab harus dimasukkan ke dalam jas
praktikum.
7. Pada saat bekerja di laboratorium :
a. Tidak diperkenankan makan atau minum di laboratorium
b. Jika ada zat yang tumpah harus segera dibersihkan
c. Buanglah sampah/pecahan gelas atau kaca pada tempat yang telah
disediakan
d. Tutup kembali botol-botol zat yang telah digunakan
e. Tidak dibenarkan membawa botol zat ke tempat lain
f. Jangan membuang asam pekat ke dalam bak air sebelum di
encerkan.
g. Tidak dibenarkan menerima telepon/ sms dengan HP

8. Tulis semua pengamatan yang berkaitan dengan percobaan. yang


sedang anda lakukan .

9. Setelah selesai melakukan percobaan praktikan harus membuat dan


mengumpulkan laporan sementara yang sudah disahkan oleh
pembimbing praktikum.

10. Laporan resmi harus diserahkan paling lambat satu minggu setelah
percobaan dilakukan atau sebelum mengikuti acara praktikum
berikutnya.

11. Hal- hal yang belum tertuang dalam peraturan tata tertib ini akan diatur
lebih lanjut oleh koordinator praktikum.
Koordinator Praktikum

2
Format Laporan Sementara

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN

Kelompok :
Program : Reguler /Non Reg

Kelas : Kimia/ Pendidikan Kimia


Nama : 1. .................................... No. Reg. .................
2 ..................................... No. Reg ..................
3 ..................................... No. Reg ..................

I. Haril Tanggal Praktikum : ..........................

I I . Jenis Sampel dan asalnya: (misal: air sungai X dan air sumur gali di)

III. Judul Percobaan


III. Cara Kerja : ( Tulis dalam bentuk diagram alur)
IV. Pengamatan
V. Hasil Percobaan

Surabaya,
Mengetahui, Praktikan
Dosen/ Asistem pembimbing 1 ...................................................
2 ...................................................
(..........................................) 3 ...................................................

Catatan : Laporan sementara dibuat rangkap 2 ( 1 untuk arsip asisten, 1


untuk dilampirkan pada laporan resmi)
*) Coret yang tidak perlu

3
Format Laporan Resmi

I Judul Percobaan : (Isi sesuai judul percobaan yang dilakukan)


II Hari/Tanggal Percobaan : (Isi mulainya percobaan dilakukan)
III Selesai Percobaan : (isi tanggal selesainya percobaan)
IV Jenis Sampel dan asalnya: (misal: air sungai X dan air sumur gali
di)
V Tujuan Percobaan Jelaskan maksud percobaan yang anda lakukan
VI Tinjauan Pustaka
Uraikan secara singkat tinjauan pustaka yang melandasi
percobaan dengan menyebutkan sumber pustakanya.
VII Cara Kerja
Sajikan daiam bentuk diagram alur
VIII Hasil Pengamatan
Uraikan hasil pengamatan anda sesuai dengan laporan sementara
IX Pembahasan
Bahaslah hasil percobaan anda dengan mengacu pada teori yang
telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Beberapa hal yang perlu
dibahas adalah : penjelasan tentang mengapa terjadi perubahan
(reaksi), apa fungsi penambahan zat, kesesuaian antara teori
dengan hasil percobaan , persamaan reaksi, perhitungan, dll:
X Kesimpulan
Jelaskan beberapa hal yang dapat disimpulkan dari percobaan
yang anda lakukan dengan mengingat maksud percobaannya.
XI Jawaban Pertanyaan
Jawablah pertanyaan / Tugas laporan jika ada.
XII Daftar Pustaka
Uraikan buku yang diacu untuk membuat laporan praktikum.
Penulisan daftar pustaka mengikuti aturan :
Nama Penulis, Tahun penerbitan, Judul Buku, Jilid, Edisi, Penerbit,
Kota penerbit, halaman yang diacu.

Surabaya, ........
Mengetahui Praktikan,
Dosen/Asisten Pembimbing

(.......................................... ) ( ...................................... )

4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................... 2


Tata tertib Praktikum .............................................................................. 3
Format Laporan Sementara ................................................................... 4
Format Laporan Resmi .......................................................................... 5
Pendahuluan .......................................................................................... 7
Percobaan 1: Pemeriksaan Warna ...................................................... 9
Percobaan 2: Pemeriksaan Rasa, Bau dan Kekeruhan ....................... 10
Percobaan 3: Penentuan Zat Padat Total ............................................ 11
Percobaan 4: Penentuan pH ................................................................ 13
Percobaan 5: Penentuan Klorida (CI) .................................................. 14
Percobaan 6: Penentuan Zat Organik .................................................. 16
Percobaan 7: Penentuan Nilai BOD ..................................................... 18
Percobaan 8: Penentuan Kapasitas vital paru-paru ............................. 20
Percobaan 9: Penentuan Kesadahan .................................................. 23
Percobaan 10:Penentuan Zat Padat Tersuspensi ............................... 25
Percobaan 11: Penentuan Zat Padat Terlarut...................................... 27
Percobaan 12: Uji Organoleptik dan Penentuan Kadar P205 pada Ikan 28
Percobaan 13: Penentuan Sulfat ......................................................... 33
Percobaan 14: Analisis Detergen ......................................................... 35
Percobaan 15: Penentuan Kadar Besi dalam Air ................................. 38
Percobaan 16: Penentuan Kadar Nitrat ............................................... 40
Daftar Pustaka ....................................................................................... 41
Lampiran ................................................................................................ 42

5
PENDAHULUAN

Sebelum melakukan analisis air, sebaiknya diperhatikan hal-hal yang


terkait dalam pengambilan contoh air, karena pengambilan contoh air yang salah
akan memberikan hasil analisis yang salah juga.

1. Pengambilan Contoh Air


1. Jumlah Contoh Air
Untuk analisis fisika dan kimia hendaknya contoh air diambil/dikirim
kira-kira sebanyak 2 liter. Bila diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan
tertentu dibutuhkan air lebih banyak.
2. Selang Waktu Antara Pengmbilan dan Analisis
Makin pendek selang waktu antara pengmbilan dan analisis, akan leih
baik hasil pemeriksaannya. Sebenarnya sukar untuk menentukan seiang
waktu tersebut karena bergantung dari sifat contoh air dan parameter
yang akan diperiksa serta cara penyimpanannya. Perubahan yang
diakibatkan oleh kegiatan mikrobiologis dapat dicegah dengan
menyimpannya di tempat gelap dan suhu yang rendah sampai
pemeriksaan dilakukan. Berikut ini adalah batas waktu maksimum untuk
pemeriksaan fisika dan kimia:
Air bersih 72 jam
Air sedikit tercemar 48 jam
Air limbah 12 jam
Selang waktu tersebut hendaknya dicantumkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Jika contoh air diawetkan dengan penambahan asam atau
pembunuh jasad renik, selang waktu dapat diperpanjang. Penambahan
bahan pengawet harus dicantumkan dalam laporan.
Beberapa kation akan hilang karena absorpsi atau pertukaran ion
oleh dinding gelas tempat contoh air. Contoh air untuk pemeriksaan
kation-kation aluminium, cadmium, tembaga, besi, timbal, mangan, perak,
seng dan zat organic dan COD perlu dipisahkan dalam botol yang bersih
serta diasamkan dengan asam klorida pekat atau asam sulfat pekat ( 2 ml
asam sulfat pekat pada contoh air 500 mL), sehingga mencapai ± pH 3,5
untuk mencegah pengendapan dan absorpsi oleh dinding botol. Untuk

8
pemeriksaan nitrogen harus dipisahkan dalam botol yang bersih dan
ditambahkan beberapa bahan pengawet toluol (2 tetes toluol dalam 250
mL contoh air) . Kegiatan jasad renik dapat mengubah kesetimbangan
nitrat-nitrit-ammonia, menurunkan kadar BOD atau mereduksi sulfat
menjadi sulfida. Sisa klor akan direduksi menjadi klorida. Sulfat, sulfite,
ferro, iodide dan sianida akan hilang karena pengaruh oksidasi.
Wama, bau, kekeruhan dapat bertambah atau berkurang atau berubah
sifatnya. Natrium, silikat dan boron dapat larut dari gelas contoh air.

2. Contoh yang Representatif


Tempat contoh air sebelum diisi dengan contoh air yang akan diperiksa
harus dibilas sampai tiga kali dengan air tersebut. Cara pengambilan contoh
air berbeda-beda bergantung pada macam dan keadaan tempatnya,
sehingga tidak ada petunjuk yang pasti dalam dapat dipergunakan secara
umum. Analisis air dipengaruhi oleh beberapa factor. Faktor kekeruhan harus
dihilangkan, bahan lersuspensi harus dipisahkan dengan decanter,
sentrifuse atau dengan disaring. Cara dan selang waktu peyimpanan juga
mempengaruhi analisis. Setiap contoh air harus diberi keterangan yang jelas
dan tidak mudah hilang pada tempat contoh air tersebut. Keterangan
meliputi: Nama Tempat pengambilan, Tanggal, Jam, Lokasi, Suhu, juga
keadaan cuaca, tinggi air, aliran air dll.
Untuk mengambil contoh air dari sungai, danau, sumur, kolam renang
dll dapat dipergunakan alat yang terdiri dari botol plastic putih 1 liter. Bagian
bawah diberi pemberat seberat 1, 25 kg (Timbal). Pemberat ini diikat dengan
kawat tembaga. Tidak boleh dari kawat besi karena mudah berkarat. Mulut
botol harus cukup lebar, supaya dapat dimasuki sumbat karet yang diberi dua
lubang. Pada lubang tersebut dimasukkan dua buah pipa plastic dengan
diameter 0,5 Cm. Sebuah pipa dimasukkan sampai ke dasar botol dan pipa
lainnya hanya sampai dasar sumbat, serta ujungnya kira-kira 25 cm dari luar
botol. Harus diusahakan supaya tidak terjadi aerasi pada waktu pengambilan
contoh dan perjalanan sampai ke laboratorium.

8
PERCOBAAN 1

A. Judul : Pemeriksaan Warna


B. Tujuan : Untuk mengetahui kuaiilas air secara fisika, yaitu warna
C. Kajian teori : Warna air dapat disebabkan oleh beberapa hal:
Karena adanya kontak antara air dengan zat organik yang sudah lapuk,
misalnya daun-daunan, kayu dan sebagainya dalam keadaan tertentu zat
organik tersebut akan terurai menghasilkan senyawa-senyawa yang larut dalam
air yang menjadikan air berwarna.
Adanya besi dengan kadar yang tinggi dalam air akan menyebabkan air
berwarna kuning. Senyawa-senyawa lain, misalnya zat warna yang dipakai
dalam pencelupan, air limbah irtdustri pulp dan kertas mempunyai warna yang
tinggi, karena mengandung lignin. Warna ditetapkan secara kolorimetris sebagai
bahan pembanding (standar) dipakai aquades.

D. Alat dan bahan :


Pipet Erlenmeyer
Tabung reaksi Tutup kayu berukuran sesuai mulut erlenmeyer
Turbidimeter Pembakar spirtus, kasa, kaki tiga
Aquades

E. Cara Kerja
Pengujian
1. Ambil 20 ml contoh air ke dalam tabung reaksi
2. Bandingkan warnanya dengan standar.

8
PERCOBAAN 2

A. Judul : Pemeriksaan Rasa, Bau dan Kekeruhan


B. Tujuan : Untuk mengetahui kualitas air secara fisika rasa, bau dan
kekeruhan dan bahan:
C. Alat dan bahan
Botol bermulut sempit Air limbah domestik, industri X,
Tutup gabus berukuran sesuai mulut botol Air sumur gali di MIPA, dll
Pembakar spiritus, kasa dan kaki tiga
Turbidimeter

D. Kerja
1. Pemeriksaan Rasa
Rasa hanya diperiksa pada air minum. Rasa air ditentukan secara
organoleptik dan dinyatakan sebagai rasa yang spesifik, misalnya asin,
pahit, manis atau normal.
2. Pemeriksaan Bau
Contoh air dimasukkan ke dalam botol bermulut sempit, ditutup dengan
gabus dan dipanaskan sampai suhu 40°C. Kemudian tutup dibuka dan
dicium bau gas yang keluar.
3. Pemeriksaan Kekeruhan
Kekeruhan dalam air antara lain dapat disebabkan oleh :
 Bermacam-macam zat yang tersuspensi dalam air, mulai dari bentuk
koloid sampai lumpur kasar.
 Zat organik kadar tinggi
 Adanya besi dan mangan dalam air yang kadarnya tinggi
menyebabkan kekeruhan, karena Fe setelah mengalami oksidasi akan
membentuk senyawa Fe(OH)3 yang tidak larut.
 Tinggi rendahnya kekeruhan dalam air dipengaruhi oleh banyak dan
besarnya turbulensi air tersebut.
Cara memeriksa dengan alat turbidimeter
100 ml contoh air dimasukkan dalam tabung turbidimeter dan diperiksa
kekeruhannya, bandingkan dengan standar. Kekeruhan dinyatakan dalam
FTU.

9
PERCOBAAN 3

A. Judul : Penentuan Zat Padat Total


B. Tujuan : Menentukan kadar zat padat total dari sampel air
C. Kajian Teori
Zat padat total meliputi zat padat tersuspensi dan zat padat terlarut
yang dapat berupa bahan-bahan organik dan anorganik. Penentuan zat
padat total dilakukan dengan cara mengeringkan sampel air pada suhu
105°C - 110°C. Zat-zat yang tersisa sebagai residu hasil pengeringan sampel
air yang disebut sebagai zat padat total. TSS (Total Suspensed Solid)
adalah jumlah padatan tersuspensi (mg) dalam satu liter air. Semakin tinggi
nilai TSS dalam suatu peairan semakin berat tingkat pencemaran air dalam
perairan tersebut. TDS (Total Dissolved Solid) adalah jumlah padatan
terlarut (mg) dalam satu liter air. Semakin tinggi nilai TDS, semakin berat pula
tingkat pencemaran air.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup
KEP/02/MENKLH/88 tanggal 1 Januari 1988 mengenai kadar zat padat total
dalam mg/L (ppm) : untuk air golongan A 100(mg/L), air golongan B adalah
500 mg/L, golongan C adalah 2000 mg/L, golongan D 1000-20000 mg/L.

D. Alat-alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Cawan Porselen
2) Beaker Glass 600 mL
3) Oven
4) Eksikator dan Tang
5) Neraca Analitik
6) Burner atau Pembakar Spiritus
7) Kaki tiga dan kassa (jika diperlukan)
8) Sampel air sungai

E. Cara kerja
1. Siapkan cawan porselen yang bersih, panaskan dalam oven pada suhu
105°C selama kurang lebih 1 jam.

10
2. Angkat cawan porselen dengan menggunakan tang dan keluarkan dari
oven, lalu dinginkan dalam eksikator selama 15 menit, kemudian timbang
dengan neraca analitik
3. Siapkan penangas air dengan menggunakan beaker glass dan letakkan
cawan porselen tersebut di atas penangas.
4. Kocoklah larutan sampel air yang masih dalam botol sampel hingga
merata kemudian dengan pipet gondok ambil 100 mL sampel air tanpa
disaring.
5. Uapkan sampel air tersebut sedikit demi sedikit sampai 100 mL air
tersebut habis menguap.
6. Angkat cawan porselen yang mengandung sedikit sampel dan keringkan
dalam oven pada suhu 105°C -110 °C selama 30 - 60 menit, kemudian
dinginkan dalam eksikator selama 15 menit. Timbang beratnya
beberapakali sampai diperoleh berat konstan.
7. Lakukan percobaan blanko dengan menggunakan air suling sebagai
sampel.
8. Tentukan zat padat total, dengan rumus:

(a  b) x 100 mg / L
Zat padat total (mg / L) 
C
Keterangan : a = berat cawan porselen dan residu
b = berat cawan porselen kosong
c = volume sampel air

F. Data Hasil Pengamatan


Kadar zat padat total Kadar zat padat total
Sampel Replikasi rata-rata (mg/L)
(mg/L)
I
Aquades II
III
I
Sungai X II
III
I
Sungai Y II
III

11
PERCOBAAN 4

A. Judul : Penentuan pH
B. Tujuan : Untuk mengetahui derajat keasaman air
C. Kajian teori :
Derajat keasaman (pH) air normal antara 6,5-8,0. Prinsip pengukuran pH
pada air berdasarkan kesetimbangan ion H+ dan ion OH- yang selalu dalam
keadaan kesetimbangan kimiawi yang dinamis dengan H2O. Reaksinya
sebagai berikut :
H2O → H+ + OH-
Penentuan derajat keasaman (pH) dapat dilakukan dengan menggunakan pH
meter atau kertas indikator universal.

D. Alat dan Bahan :


- sampel air berbagai sumber (air sumur, air ledeng, air sungai, air laut, air
kolam renang, air danau, air hujan).
- pH meter

E. Cara Kerja
Celupkan elektroda pH meter dan pengukur suhunya pada sampel. Tunggu
sampai angka yang muncul stabil. Angka yang tercantum pada layar
merupakan besarnya pH sampel air. (Sebaiknya lakukan kalibrasi pH meter
lebih dahulu dengan larutan buffer 4, 7 dan 9. Cek juga baterei pH meter,
untuk meyakinkan bahwa pH meter yang akan digunakan dalam keadaan
baik).

F. Tugas untuk Laporan


BuatLah tabel dari hasil pengukuran sampel-sampel yang telah anda
lakukan !

12
PERCOBAAN 5

A. Judul : Penentuan kadar CI-


B. Tujuan : Untuk mengetahui kadar klorida sampel air
C. Kajian teori :
Bermacam-macam zat kimia seperti ozon (O3), klor (Cl2), klordioksida
(CIO2), dan proses fisik seperti penyinaran dengan ultra-violet, pemanasan
dan Iain-Iain, digunakan untuk desinfeksi air. Dari bermacam-macam zat
tersebut, klor adalah zat kimia yang sering dipakai.
Selain dapat membasmi bakteri dan mikroorganisme seperti amuba,
ganggang dan Iain-Iain, klor dapat mengoksidasi ion-ion logam seperti Fe2+,
Mn2+, menjadi Fe3+, Mn4+, dan memecah molekul organik seperti warna.
Selama proses tersebut, klor sendiri direduksi menjadi klorida (CI-) yang tidak
mempunyai daya desinfeksi.
Dalam suasana netral atau basa lemah, ion klorida diendapkan menjadi
perak klorida. Kelebihan perak nitrat bereaksi dengan kalium kromat yang
berwarna merah bata.

D. Alat dan Bahan :


Buret 50 ml Air ledeng, air sumur bor, gali, dll
Pipet gondok 25 Ml K2Cr2O7
Labu Erlenmeyer AgNO3
Gelas kimia

E. Cara Kerja
Penentuan kadar klorida dalam air ditentukan dengan :
a. Kocok sampel air sampai tercampur rata, kemudian pipet dengan pipet
gondol 25 mL dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL.
b. Tambahkan 1 mL larutan K2Cr2O7
c. Kemudian titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai warna merah bata
terlihat pada titik akhir titrasi (A)
d. Membuat larutan blanko terhadap air, perlakukan seperti sampel.
e. Hitung kadar klorida dari sampel dalam mg/L

13
( A  B ) x N x 35,450 x 1000
Clmg / L 
mLsampel

A = mL titrasi dari sampel

B = mL titrasi dari blanko

N = normalitas AgNO3

F. Data Hasil Pengamatan

Sampel Replikasi ml sampel ml AgNO3 Kadar Cl- (mg/L)

I
Air limbah II
III
I
Air limbah II
III
I
Air limbah II
III

14
PERCOBAAN 6

A. Judul : Penentuan Zat Organik


B. Tujuan : Untuk mengetahui zat organik dalam air
C. Kajian teori :
Zat organik yang ada dalam air berasal dari aktivitas bakteri terhadap limbah.
Di samping itu, pembuangan sampah organik dalam air secara terus menerus akan
mengakibatkan pembusukan sehingga menghasilkan bau yang tidak sedap dan
menggangu kesehatan.
Zat organik di dalam air dioksidasi oleh KMnO4, sisa KMnO4 direduksi oleh
asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4.
Oksidasi KMnO4 dalam kondisi asam :
2KMnO4 + 3H2SO4 —> 2MnSO4 + K2SO4 + 3H2O + 5On
Oksidasi KMnO4 dalam kondisi basa :
2KMnO4 + H2O —> 2MnO4 + 2KOH + 30n
Bila ada zat organik yang dapat dioksidasi (misalnya oksalat) maka sampel
reaksinya adalah sebagai berikut:
C2H2O4 + On —> 2CO2 + H2O

D. Alat dan Bahan :


Labu Erienmeyer Air limbah domestik, sungai... dan
Stopwatch KMnO4 0,01 N
Panangas air H2SO4 8 N
Pipet gondok 50 ml Asam oksalat 0,01 N
Pembakar bunsen

E. Cara Kerja
1. Standarisasi KMnO4 dengan Asam oksalat
a. 50 ml aquades dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
b. Tambahkan dengan 2,5 ml H2SO4. Memasukkan beberapa butir batu
didih pada larutan dan dipanaskan pada suhu 60°C
c. Tambahkan dengan 5 ml asam oksalat. Setelah itu, dititrasi dengan
KMnO4 sampai berwarna merah jambu.
2. Penentuan kadar zat organik

15
a. 50 mL sampel dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL, kemudian
tambahkan KmnO4 0,01 N beberapa tetes sehingga timbul warna
merah muda
b. Tambahkan 2,5 mL H2SO4 8 N dan beberapa butir batu didih,
panaskan campuran di atas penangas air sampai mendidih
c. Tambahkan 5 mL larutan KMnO4 0,01 N dan didihkan lagi dengan
hati-hati selama 10 menit, setelah itu tambahkan segera 5 mL
asam oksalat 0,01 N
d. Titrasi kelebihan asam oksalat dengan larutan standar KMnO4
sampai timbul warna merah muda
e. Zat organik dalam air dihitung dengan rumus berikut:

mgKMnO4 / L 
(10  a)b  (10xc ) x 31,6 x 1000
d
a = mL KMnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada titrasi
b = normalitas KMnO4 yang sebenarnya
c = normalitas asam oksalat
d = mL sampel yang digunakan

F. Data Hasil Pengamatan


Kadar Zat
Sampel Replikasi ml sampel ml KmnO4
Organik (mg/L)
I
Airlimbah II
III
I
Air limbah II
III
I
Air limbah II
III

16
PERCOBAAN 7

A. Judul : Penentuan Nilai BOD


B. Tujuan : Untuk mengetahui kadar kebutuhan biologi akan
oksigen
C. Kajian teori :
Angka Biologycal Oxygen Demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan semua zat organik yang terlarut dan
sebagian zat-zat organik yang tersuspensi dalam air.
Penentuan BOD diperlukan untuk menentukan bahan pencemar akibat air
buangan rumah tangga atau industri. Penguraian zai organik adalah peristiwa
alamiah, jika suatu perairan tercemar oleh zat organik, bakteri dapat
menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi tersebut bisa
mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi anaerobik
dan dapat menimbulkan bau busuk. Penentuan nilai BOD diukur dari selisih
antara kadar Dissolved Oxygen (DO) nol hari dengan kadar Dissolved Oxygen
(DO) 5 hari suhu 20°C atau DO 3 hari pada suhu kamar (dalam lemari). Kriteria
kualitas air yang baik mempunyai angka BOD sebesar 20 mg/L.

D. Alat dan Bahan :


Botol Winkler Air limbah industri tahu, susu, tempe dll
Pipet volume 1 mL Larutan buffer fosfat
Labu ukur 1 L Larutan MgSO4
Termometer Larutan CaCI2
Aerator Larutan FeCI3

E. Cara Kerja

a. Pembuatan larutan penqencer.


Ke dalam labu ukur 1 L dimasukkan berturut-turut 1 ml larutan buffer fosfat, 1
ml larutan MgSO4, 1 ml larutan CaCI2, 1 ml larutan FeCI3, kemudian
diencerkan dengan aquades sampai 1 L. Selanjutnya diaerasi selama 2 jam
untuk menambahkan oksigen.
b. Penqenceran sampel air.
Pengenceran sampel air tergantung dari tingkat pencemaran air.

17
c. Penentuan Nilai BOD.
Pengukuran kadar DO diperlukan botol Winkler yang sudah diketahui
volumenya. Pengerjaan dilakukan 3 kali pengulangan. Sampel air yang telah
diencerkan diambil volume tertentu (volume air disesuaikan dengan
pengencerannya, misal 10X) dimasukkan ke dalam 6 botol Winkler,
kemudian ditambah dengan air pengencer sampai penuh. 3 botol Winkler
yang pertama diukur kadar DO nol hari dan 3 botol Winkler lainnya disimpan
dalam ruang gelap pada suhu kamar untuk dihitung kadar DO 3 hari.
Pengukuran kadar DO nol dan 3 hari dilakukan dengan alat Portable DO
meter Hach senslong.
Perhitungan : BOD3 = (DO0 - D03) x Pengenceran

F. Data Hasil Pengamatan


DO (0 hari) DO (3 hari)
Sampel Replikasi Suhu (°C)
(mg/L) (mg/L)
I
Air limbah II
III

18
PERCOBAAN 8

A. Judul : Penentuan Kapasitas Paru-paru


B. Tujuan :
Untuk mengetahui perbedaan kapasitas paru-paru antara orang (mahasiswa)
laki dan perempuan, yang di daerah perkotaan / pedesaan, dll.

C. Kajian Teori
Dalam terminologis mekanis, paru-paru dapat digambarkan sebagai
pusat pertukaran gas. Berikut adalah mekanismenya : Oksigen (sebagai
bahan bakar bagi sel-sel dan organ tubuh), dihirup dari udara bebas,
kemudian diinfuskan ke aliran darah dan disebarkan ke semua organ dan
jaringan lainnya, sedangkan karbondioksida (merupakan sisa pembakaran di
dalam tubuh) dikeluarkan ke udara bebas melalui paru-paru.

Pada paru-paru setiap harinya terjadi pertemuan antara delapan ribu


sampai sembilan ribu liter udara pernafasan dengan delapan ribu sampai
sepuluh ribu liter darah yang dipompakan oleh jantung melalui pembuluh
darah arteri. Dalam organ ini, darah dibersihkan sehingga darah kaya akan
oksigen. Kemudian darah tersebut dialirkan kembali ke jantung melalui
pembuluh balik.
Daya muat udara oleh paru-paru adalah antara 4500 mL sampai 5000
1
mL udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 10 nya atau 500 mL

adalah udara pasang surut, sedangkan pengertian dari kapasitas paru-paru


adalah volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar paru-paru yang
dalam keadaan normal kedua paru-paru dapat menampung sebanyak kurang
lebih 5 liter.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas paru-paru, adalah


sebagai berikut:

1. Pola hidup yang kurang baik misalnya merokok berisiko terkena kanker
paru-paru yang ditimbulkan oleh rokok yang dihisap. Dimana dalam asap

19
rokok mengandung zat karsinogenik (pencetus kanker) seperti tar, nikotin,
dan debu.
2. Polusi asap yang berasal dari kendaraan bermotor serta cerobong asap
pabrik yang mencemari udara sehingga kualitas uadara menjadi buruk.
3. Perbedaan usia, jenis kelamin dan tempat tinggal.

D. Alat dan Bahan


Alat-alat:
Labu ukur 1000 mL (2buah)
Sumbat karet yang berlubang dua seukuran dengan mulut labu ukur (2 buah)
Pipa bengkok (4 buah)
Gelas ukur dengan ukuran : 50 mL 1 buah
100 mL 1 buah
1000 mL 1 buah
Bahan : Aquadest

E. Cara Kerja
1. Siapkan 2 labu ukur (mempunyai penutup/sumbat karet yang berlubang
dua) yang berukuran 1000 mL dan 4 buah pipa bengkok kemudian
rangkailah alat tersebut seperti gambar.
2. Isilah masing-masing labu ukur dengan aquades sebanyak 900 mL lalu 2
pipa bengkok dipasang pada masing-masing labu ukur. Salah satu pipa
bengkok digunakan untuk tempat meniup sehingga udara yang masuk ke
dalam labu tersebut mendessak air yang ada di dalamnya yang kemudian
naik pada pipa bengkok yang satunya lagi sebagai tempat keluamya air.
Kemudian air yang keluar melalui pipa bengkok tersebut ditampung di
dalam gelas ukur.
3. Pengukuran kapasitas paru-paru pada manusia, cara yang dilakukan
adalah menarik nafas sedalam-dalamnya, dihembuskan kembali
pelan-pelan sampai habis. Maka aquades akan mengalir langsung melalui
pipa bengkok yang satunya lagi.
4. Tampung volume air pada gelas ukur dan catatlah hasilnya.

Catatan : Untuk pengukuran kapasitas paru-paru ini sebaiknya dilakukan seteiah


anda makan lebih dahulu dan untuk mendapatkan data yang akurat pengukuran
dilakukan 3 kali.

20
F. Data Pengamatan

Tabel Data Kapasitas Paru-Paru


Tinggi Jarak Kapasitas
Laki-Laki/ Berat
No Nama Badan tempat Usia Paru-Paru
Wanita Badan
(Cm) tinggai (Km) (mL)
1
2
3
4
5
6
dst

G. Tugas Untuk Laporan


1. Buatlah grafik dengan mengelompokkan data kapasitas paru-paru dari
masing-masing aspek. Kemudian bahaslah. Misalnya berdasarkan tinggi
badan, usia, jarak tempat tinggai, jenis kelamin,
2. Kesimpulan apa yang dapat anda ambil dari masing-masing data yang
anda buat!

21
PERCOBAAN 9

A. Judul : Penentuan Kesadahan


B. Tujuan : Untuk mengetahui kesadahan dalam air.
C. Kajian Teori
Dalam analisa kesadahan yang digunakan adalah metode
kompleksometri. Analisa kesadahan atau pelunakan adalah penghapusan
ion-ion tertentu yang ada dalam air dan dapat bereaksi dengan zat-zat lain
hingga distribusi air dan penggunaannya terganggu.
Kesadahan dalam air terutama disebabkan oleh ion-ion Ca2+ dan Mg2+
juga oleh Mn2+, Fe2+ dan semua kation yang bermuatan dua. Air sadah
mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan
kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun yang menyebabkan
sifat detergen sabun hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32+
mengakibatkan terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh
endapan kalsium karbonat. Kerak ini akan mengurangi penampang basah
pipa dan menyulitkan pemanasan dalam ketel.

D. Alat dan Bahan


Alat :
- Neraca analitik dengan ketelitian minimum 0,1 mg
- Buret 50 ml atau alat titrasi lain dengan skala yang jelas
- Labu ukur 100 ml
- Gelas ukur 10 ml
- Labu erlenmeyer 100 ml
- Pipet seukuran 50 ml Bahan :
- Larutan Na2EDTA 0,01 M - Larutan buffer pH 10
- Indikator Eriochrom Black T (EBT) - Aquades
- Larutan NaOH 0,1 N - Indikator murexid v
- Larutan HCI
- Sampel air (air sumur, air ledeng, air isi ulang dll)

2?
E. Cara Kerja KESADAHAN Ca2+
1) Ukur 50 mL sampel, kemudian masukkan kedalam labu Erlenmeyer 100
ml.
2) Tambahkan 1-2 mL larutan NaOH 0,1 N dan 1-2 tetes serbuk murexid.
3) Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sambil diaduk-aduk dengan
pengaduk magnet sampai terjadi perubahan warna dari merah muda
menjadi ungu.
4) Catat mL larutan EDTA yang digunakan.
5) Encerkan contoh uji dengan aquades apabila larutan EDTA yang
digunakan untuk titrasi lebih. besar dari 15 mL dan ulangi langkah 1) - 4)
sehingga pemakaian EDTA lebih kecil atau sama dengan 15 mL.

KESADAHAN Mg2+
1) Ukur 50mL sampel, kemudian masukkan kedalam labu Erlenmeyer 100 mL.
2) Tambahkan 1-2 mL larutan penyangga pH 10 dan 1-2 tetes indikator EBT.
3) Titrasi dengan larutan EDTA 0,01 M sambil diaduk-aduk dengan pengaduk
magnet sampai terjadi perubahan warna dari kemerah-merahan menjadi
biru.
4) Catat mL larutan EDTA yang digunakan.
5) Encerkan contoh uji dengan aquades apabila larutan EDTA yang digunakan
untuk titrasi lebih besar dari 15 mL dan ulangi langkah 1) - 4) sehingga
pemakaian EDTA lebih kecil atau sama dengan 15 mL.
Catatan : Untuk mendapatkan data yang akurat, lakukan pengerjaan
kesadahan sebanyak 3 kali.

2+
Perhitungan:
A x C x 1000 x Mr Ca
Ca 2 (mg / L)  x Pengenceran
Vol sampel (mL)

B x C x 1000 x Mr Mg
Mg 2 (mg / L)  x Pengenceran
Vol sampel (mL)

( A  B) x C x 1000 x Mr Cu CO3
KesadaranTotal (mg / L)  x Pengenceran
Vol sampel (mL)

Keterangan : A = mL EDTA untuk Ca2


B = mL EDTA untuk Mg2+
C = Konsentrasi EDTA

24
PERCOBAAN 10

A. Judul : Penentuan Zat Padat Tersuspensi (TSS)


B. Tujuan : Untuk mengetahui kadar zat padat tersuspensi
C. Kajian Teori
Zat padat tersuspensi dalam air dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan dengan menggunakan saringan kertas ukuran 0.45 µm. residu
tersebut kemudian dikeringkan pada temperatur 103°C-105°C. Sebelumnya
contoh air harus dikocok terlebih dahulu agar homogen. Gangguan pada analisa
zat padat tersuspensi adalah tersumbatnya pori-pori filter akibat sifat zat
tersuspensi, sehingga penyaringan akan memakan waktu lama.

D. Alat dan Bahan


Alat -alat
Vacum pump Peralatan penyaringan
Oven untuk pemanasan pada suhu 103°C-105°C
Tempat khusus untuk menaruh kertas saring yang terbuat dari baja nir karat
atau aluminium.
Desikator
Pinset
Neraca analitik
Gelas ukur
Labu ukur 25 ml, 50 ml, 100 ml.
Botol semprot

Bahan:
Kertas saring whatman 0,45 µm
Aquades, sampel air yang mau dianalisis ( air sungai, air limbah atau air
permukaan)

E. Cara Kerja
Penimbangan kertas saring
1. Sediakan kertas saring yang akan dicuci terlebih dahulu akan tetapi kertas
tersebut diberi nomor
2. Taruh kertas saring ke tempat alat penyaring
3. Lewatkan 40 ml air suling dan saring sampel kering

25
4. Ambil kertas saring tersebut dan letakkan pada aluminium plate kemudian
keringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 103°-105°C
5. Keluarkan dan dinginkan dalam desikator
6. Timbang kertas tersebut sehingga didapat berat kertas kosong

Pengujian pada sampel


1) Ukurlah salinitasnya terlebih dahulu
2) Sampel air dikocok terlebih dahulu kemudian diukur 50 - 250 ml sampel
dan kemudian disaring pada kertas saring yang telah terpasang pada alat
penyaring
3) Tunggu sampai larutan tersaring secara menyeluruh kemudian ambil
kertas saring tersebut dan letakkan pada aluminium plate
4) Keringkan dalam oven dengan suhu 103 - 105°C selama 1 jam
5) Keluarkan dan dinginkan dalam desikator.
6) Timbang kertas saring tersebut sehingga diperoleh berat kertas saring isi
Perhitungan
(a  b) x 1000
mg / l zat tersuspensi  x 1000
c
dimana : a = berat kertas dan residu
b = berat kertas saring kosong
c = volume contoh air (ml)

F. Data Pengamatan
Berat kertas saring
Kode sampel (grm) Vol.Sampel (ml) TSS (mg/l)
Kosong total

26
PERCOBAAN 11

A. Judul : Zat padat terlarut


B. Tujuan : Untuk mengetahui zat padat terlarut dalam air
C. Kajian teori
Zat padat terlarut adalah semua zat padat (pasir, lumpur, dan tanah liat)
ataupartikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen
hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun
komponen mati (abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat
padat tersuspensi merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia
yang heterogenPengukuran jumlah padatan terlarut dengan elektroda
menggunakan TDS meter dan konduktometri

D. Alat dan bahan


TDS meter
Conductivity
Gelas kimia
Air Limbah dan air sungai

E. Cara kerja
1. Tekan tombol yang tertulis ppm pada alat conductivity
2. 50 mL sampel air dimasukkan dalam gelas kimia
3. Jarum pada alat conductivity dimasukkan ke dalam sampel air minum
yang akan diukur dan ditunggu sampai stabil
4. Pada layar akan muncul angka yang menunjukan nilai dari zat padat
terlarut dari sampel air minum tersebut dengan satuan ppm (mg/L).

27
PERCOBAAN 12

A. Judul : Uji Organoleptik dan Penentuan Kadar P2O5 pada Ikan


B. Tujuan : Untuk mengetahui kesesuaian antara tampilan
organoleptik dengan kualitas kimia (P2O5)
C. Kajian teori:
STPP (Sodium Tripolyphosphate: natrium tripolifosfat) Food Grade
adalah salah satu senyawa alkali fosfat yang mempunyai efektivitas tinggi
pada daging, berbentuk serbuk putih atau granula anhidrat dengan rumus
molekul Na5P3O10 khusus makanan (Mahon, 1971) dan merupakan
tambahan makanan untuk produk daging dengan fungsi khusus yang
diijinkan oleh pemerintah (PerMenKes, 1988). Menurut Food and Drugs
Administration batas maksimum STPP (Sodium Tripolyphosphate) yang
ditambahkan pada produk daging dan unggas adalah 0.5%. Untuk ikan,
Departemen Kesehatan Rl membatasi 5 g/kg daging basah (PerMenKes,
1988). Untuk mengetahui batas maksimum STPP maka dilakukan uji kadar
P2O5.

D. Alat dan Bahan :


Neraca analitik Ikan nila
Spektrofotometer Aquades
Pisau KH2PO4
kertas saring Whatman No.1 Amonium metavanadat
Tanur Amonium molibdat
Cawan porselin HCI 5 M

E. Cara Kerja
Berilah tanda cek list (√) pada kolom yang telah disediakan.
1. Uji Organoleptik Penggunaan STPP Pada Ikan Nila
1. Aroma Ikan
Konsentrasi STP (g/I)
Kriteria Skor
A B C
Segar 5
Kurang segar 4
Sedikit asam 3
Asam 2
Busuk 1

28
2.Warna Mata Ikan
Konsentrasi STP (g/I)
Kriteria Skor
A B C
Jernih 5
Gelap 4
Pudar 3
Pucat/putih 2
Sangat pucat 1

3. Keadaan Mata Ikan

Konsentrasi STPP (g/l)


Kriteria Skor
A B c
Sangat melotot 5
Melotot 4
Agak tenggelam 3
Tenggelam 2
Sangat tenggelam 1

4. Warna Insang Ikan


Konsentrasi STP (g/l)
Kriteria Skor
A B c
Merah tua cerah 5
Merah 4
Agak merah pudar 3
Merah pudar 2
Putih 1

5. Bau Insang Ikan


Konsentrasi STPP (g/l)
Kriteria Skor
A B c
Tidak berbau 5
Bau amis 4
Agak bau amis 3
Bau busuk 2
Sangat bau busuk 1

6. Warna Kulit Ikan


Konsentrasi STPP (g/l)
Kriteria Skor
A B c
Sangat mengkilap 5
Mengkilap 4
Agak kusam 3
Kusam 2
Sangat kusam 1

29
7. Kuiit Ikan
Konsentrasi STPP (g/l)
Kriteria Skor
A B C
Tidak berlendir 5
Sedikit berlendir 4
Berlendir 3
Berlendir banyak 2
Berlendir sangat banyak 1

8. Tekstur Daging Ikan (+sisik)


Konsentrasi STPP (g/l)
Kriteria Skor
A B C

Kenyal 5

Agak kenyal 4

Sedikit lembek 3

Lembek 2

Sangat lembek 1

Keterangan:
A = 30/1 artinya konsentrasi STPP 30 g dalam 1 liter dengan lama
perendaman selama 1 jam
B = 60/1 artinya konsentrasi STPP 60 g dalam 1 liter dengan lama
perendaman selama 1 jam
C = 120/1 artinya konsentrasi STPP 120 g dalam 1 liter dengan lama
perendaman selama 1 jam
Total skor tiap konsentrasi dari 8 uji rganoleptik
Hasil tampilan organoleptik terbaik (skor tertinggi) diuji kadar P205.

2. Penentuan P2O5 (Muchtadi, 1989).


a) Persiapan pereaksi
(1) Pereaksi Vanadat-Molibdat
- Larutkan 5 g amonium molibdat dalam 100 ml air destilat
hangat (50°C), kemudian didinginkan.
- Larutkan 0.25 g amonium metavanadat dalam 75 ml air destilat
mendidih, kemudian didinginkan. Perlahan-lahan ditambahkan
35 ml asam nitrat pekat sambil diaduk.
- Masukkan larutan molibdat ke dalam larutan vanadat dan aduk,
Kemudian encerkan sampai volume 250 ml dengan air destilat.

30
(2) Larutan Fosfat Standar
Timbang tepat 0,3834 g Kalium dihidrogen fosfat kering. Larutkan
ke dalam air destilat dan encerkan sampai volume 100 ml. Larutan
tersebut diambil 10 ml dan masukkan ke dalam labu takar 100 ml
dan encerkan sampai tanda tera (1 ml = 0,2 mg P205).

(3) Pembuatan kurva standar


Ambil dan dimasukkan kedalam satu sen labu takar 20 ml,
masing-masing: 0; 0,5; 1; 2; 4; 6; 8; 10 ml larutan fosfat standar.
Eencerkan masing-masing alikuot sampai volume ± 10-12 ml
dengan air destilat.
Tambahkan 5 ml pereaksi vanadat-molibdat ke dalam labu takar 20
ml dan ditambahkan air destilat sampai tanda batas. Larutan
didiamkan selama 10 menit, kemudian diukur absorbansi
masing-masing larutan dalam kuvet dengan spektofotometer pada
panjang gelombang 380 nm.
Masing-masing larutan tersebut mengandung: 2,5018625;
5,003725; 7,5055875; 10,00745; 12,5093125; 15,011175 mg
P2Os/20 ml lanjtan (ppm^ mg/l).
Buatlah kurva absorbansi vs mg P205 / 20 ml.
b) Persiapan sampel
- Sampel direndam sesuai dengan konsentrasi STPP FG dan lama
perendaman yang telah ditentukan kemudian sampel diabukan
pada suhu 1000°C.
- Tambahkan 2 mi HCI 5 M pada sejumlah abu dari hasil pengabuan
kering, lalu didinginkan.
- Larutan disaring dengan kertas saring Whatmann No. 1 dan
dimasukkan filtrat ke dalam labu takar 50 ml.
- Cawan dibilas dengan air destilat, kemudian campurkan air
pembilas yang telah disaring dengan filtrat ke dalam labu takar.
- Cucilah endapan di dalam kertas saring sebanyak 2x
masing-masing dengan 4 ml air destilat.
- Filtrat diencerkan sampai tanda batas.

31
c) Penetapan konsentrasi sampel
- Ambil 2,5 ml larutan yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke
dalam labu takar 20 ml.
- Tambahkan 10 ml air destilat dan 6,25 ml pereaksi
vanadat-molibdat.
- Encerkan dengan air destilat sampai tanda tera.
- Larutan didiamkan selama 10 menit, kemudian diukur
absorbansinya
- dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 380 nm.
- Dicatat konsentrasi fosfor dari kurva standar berdasarkan
absorbansi
- yang terbaca.

F. Data Hasil Pengamatan


Skor
Kriteria
A B C
1
2
3
4
5
6
7
8
Total

Kurva standar absorbansi Vs mg P2O5 / 20 ml =............


Hasil tampilan organoleptik terbaik (skor tertinggi) mempunyai kadar P 2O5

32
PERCOBAAN 13

A. Judul : Penentuan Sulfat


B. Tujuan : Untuk mengetahui kadar sulfat dalam air
C. Kajlan teori
Ion Sulfat akan diendapkan dalam suasana asam (asam asetat) dengan
Barium klorida (BaCI2) membentuk kristal barium sulfat yang seragam.
D. Alat dan bahan
Gelas kimia 600 mL
Pipet Volume 10 mL
Kertas saring Whatman 40
Kertas saring Whatman 42
Krus Porcelen
Air limbah domestik dan air sungai

E. Cara Kerja
1. Ambil 250 mL contoh air dan tambahkan HCI 1:1 10 mL dalam beaker
glass 400 mL.
2. Panaskan sampai tinggai ± 100 mL.
3. Saring dengan Whatman 40 dan cuci dengan aqua panas.
4. Tampung filtrat pada beaker glass 400 mL, kemudian didihkan.
5. Tambahkan dengan BaCI2 10% panas 20 mL, panaskan suhu ± 60°C
minimal 3 jam.
6. Saring dengan Whatman 42, mencuci dengan aqua panas.
7. Masukkan ke dalam krus dan pijarkan di dalam Furnace 800-900°C
sampai konstan.
8. Timbang residu tersebut sebagai BaS04.
9. Perhitungan:
SO4 = berat x 4 x 1000 x 0,4115 mg/L
= berat x 1646
= mg/L

33
F. Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan

Warna air limbah

Warna air limbah + HC11:1

Setelah disaring warna endapan di


atas kertas saring

Berat kertas saring whatman .................................................. g

Endapan setelah dicuci air panas

Filtrat setelah dididihkan

Filtrat setelah dididihkan + BaCI210%


panas

Setelah filtrat disaring dengan kertas


saring

Endapan di dalam krus sebelum


dipijarkan

Setelah endapan di masukkan dalam


furnace 800-900°C

Setelah dingin, berat residu adalah .................................................. g

34
PERCOBAAN 14

A. Judul : Analisis Detergen


B. Tujuan : Untuk mengetahui konsentrasi detergen pada air limbah
C. Kajian Teori
Detergen mengandung zat-zat “surface active” (surfactant). Ada tige
tipe surfaktan, yaitu anionik, kationik dan non ionik. Surfaktan yang banyak
digunakan dalam detergen adalah tipe anionik, dalam bentuk sulfat dan
sulfonat. Persenyawaan surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah alkil
benzena sulfonat (ABS) dan linier alkil sulfat (LAS). ABS sulit diuraikan
sehingga yang paling banyak dipergunakan adalah LAS. Pemeriksaan
surfaktan didasarkan pada reaksi dengan metilen blue, sehingga terbentuk
garam yang berwarna biru. Surfaktan yang memberikan reaksi tersebut
adalah tipe anionik termasuk LAS, ABS dan alkii sulfat. Oleh karena itu,
metode ini tidak memeriksa jenis dan kadar surfaktan, akan tetapi kadar zat
yang bereaksi dengan metilen blue membentuk warna biru MBAS (Methylen
blue active substance), dimana di dalam pemeriksaan tersebut digunakan
standar LAS.
Reaksi surfaktan anionik termasuk ABS, LAS dan alkil sulfat dengan
metilen blue membentuk garam berwarna biru laut dalam kloroform. Metilen
blue dan surfaktan anionik sendiri larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
kloroform, sedang garamnya yang berwarna biru dapat diekstraksi dengan
kloroform dan kemudian absorbansinya diukur dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 652 nm. Metode ini dipergunakan untuk kadar LAS
atau ABS 0.025 mg/L- 100 mg/l. Beberapa persenyawaan seperti sulfat,
sulfonat, phosfat, fenol serta zat organik seperti sianat, klorida, nitrat dan
tiosianat membentuk ikatan kompleks dengan metilen blue dan memberikan
kesalahan analisa positif (menaikkan kadar LAS). Zat organik amina
memberikan kesalahan negatif (menurunkan kadar LAS).

D. Alat dan Bahan


Corong pisah
Gelas ukur 100 ml
Pipet tetes

35
- Pipet volume 10 ml, 25 ml, dan 50 ml
Labu ukur 100 ml
- Sampel air limbah yang akan dianalisis
- Larutan NaOH 1 N (Larutkan 40 gram NaOH ke dalam 200 ml air suling
bebas C02 kemudian encerkan sampai 1 liter dalam labu takar 1 liter,
simpan dalam botol plastik).
- Larutan H2S04 1 N (Ambil 27,8 ml H2S04 pekat (BJ : 1.842) masukkan
dengan hati-hati kedalam 630 ml air, dinginkan dan encerkan sampai 1
liter dalam labu takar 1 liter, simpan dalam botol gelas).
- Larutan indikator fenolftalein 0.5% (Larutkan 0.5 gram fenolftalein dalam
50ml etil alkohol 95%(isopropil alkohol) dalam labu takar 100ml, encerkan
sampai tanda batas simpan dalam botol gelap dari gelas).
- Larutan metilen blue (Larutkan 100 mg metilen blue dalam 50 ml air suling
dalam labu takar 100 m!. Encerkan sampai batas volume dengan air
suling, simpan dalam botol gelas).
- Kloroform (CHCI3)

E. Cara Kerja
1. Ukur 10 ml sampel, masukkan dalam corong pemisah.
2. Tambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein.
3. Tambahkan Larutan NaOH 1N beberapa tetes sampai berwarna merah
muda.
4. Tambahkan beberapa tetes larutan H2S04 1 N sampai larutan tidak
berwarna.
5. Tambahkan 2,5 ml larutan metilene blue.
6. Tambahkan 1 ml kloroform, kocok sambil membuka dan menutup kran
corong pisah beberapa kali.
7. Biarkan sampai terjadi pemisahan, tampung fase atas, masukkan dalam
corong pemisah lain. Fase atas merupakan hasil ekstraksi.
8. Lakukan langkah 6 dan 7 sebanyak 3 kali pada fase bawah.
9. Baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 523
nm.

Perhitungan
Perhitungan konsentrasi deterjen dapat ditetapkan dengan:
1. Buat kurva kaliberasi standar detergen.

36
2. Tentukan persamaan garis lurusnya.
3. Tentukan konsentrasi sampel air yang dianalisis dengan cara
mengintrapolasikan hasil absorbansinya dengan persamaan garis standar.
Konsentrasi
Kode Std dan Konsentrasi Pengen- sampel
Absorbansi
sampel (mg/L) ceran sesungguhnya
(mg/L)
Std 0 0
Std 1 0,5
Std 2 1
Std 3 1,5
Std 4 2
Sample 1a
Sampel 1b
Sampel 1c

F. Data Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
Wama air limbah
Wama air limbah setelah + Indikator PP + Lartn
NaOH + H2SO4 + metilen blue + kloroform dan
dikocok
Warna larutan fase atas
Warna larutan fase bawah

37
PERCOBAAN 15

A. Judul : Penentuan Kadar Besi dalam air


B. Tujuan : Mengetahui kadar besi pada air
C. Kajian teori
Kation logam besi di dalam air dapat berada dalam bentuk Fe (II) dan
Fe(lll). Kandungan kation logam besi di dalam sampel air dapat ada dalam
konsentrasi tinggi atau rendah sekali, sehingga dapat dalam kisaran ppm
(mg/L) atau ppb (ug/L). Analisis unsur dengan panjang gelombang pada
daerah ultraviolet seperti Fe dan sebagainya hanya dapat dilakukan dengan
cara spektroskopi absorpsi atom.
Bila suatu larutan sampel diaspirasikan ke dalam nyala api, maka
dalam nyala api akan terbentuk suatu larutan berbentuk gas yang disebut
plasma. Plasma ini berisi partikel-partikel atom, jadi dalam nyala api terdapat
sampel yang telah diatomisasi atau direduksi menjadi atom-atomnya. Atom
dari suatu unsur pada keadaan dasar (groud state) bila diberi radiasi (misal,
nyala api) akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit
terluar naik ke tingkat energi yang lebih tinggi disebut keadaan tereksitasi
(excited state). Perbedaan energi antara keadaan dasar dan keadaan
tereksitasi sama dengan besarnya energi yang diserap. Dalam bentuk gas,
spektrum absorpsi atom terdiri dari sejumlah garis sempit dan terpisah satu
dengan yang lain karena adanya transisi elektron dari elektron terluar. Energi
eksitasi elektron ini akan terlihat pada daerah ultraviolet dan daerah sinar
tampak.
Pada AAS radiasi dari suatu sumber radiasi yang sesuai (lampu katoda
cekung) dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang telah
teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui
monokromator. Konsentrasi unsur diukur berdasarkan berdasarkan
perbedaan intensitas sebelum (l0) dan sesudah (I) diserap oleh atom. Sesuai
hukum Beer, hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi adalah
I
 Tlurus atau linier, yaitu :
berbanding
Io 1 I
A  log  Log o
T l
A = ᵋbc

Konsentrasi sampel dapat dihitung berdasarkan kurva kalibrasi atau


kurva standar. Kurva standar diperoieh dengan mengukur absorbansi dari
sederetan konsentrasi larutan standar.

38
D. Alat dan Bahan
Spektrofotometer Absorpsi Atom (AAS),
Lampu katoda cekung Fe,
Labu ukur 25 mL,
Pipet volume
Bahan :
Larutan kerja Fe 50 mg/L
Sampel air sumur

E. Cara Kerja
1. Siapkan lima buah labu ukur 25 mL yang bersih, beri tanda nomor dengan
1, 2,3,4, 5
2. Buatlah 5 larutan standar Fe konsentrasi 1,2,4, 6 dan 8 mg/L dengan
mengencerkan larutan kerja Fe 50 mg/L.
3. Siapkan larutan.blanko, sesuai dengan pelarut pada larutan standar (1%
HNO3)
4. Siapkan larutan sampel air sumur
5. Urutkan letak larutan blanko, standar, dan sampel untuk persiapan
pengukuran AAS.
6. Baca absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer absorpsi atom
pada
panjang gelombang 248.3 nm.
7. Buatlah kurva standar Fe.
8. Hitung konsentrasi Fe dalam sampel

F. Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan
Warna air
Setelah dibuat larutan standar Pembacaan Absorbansi
dan dibaca dengan SAA,
Std 1:1 mg/L
Std 2: 2 mg/L
Std 3 : 4 mg/L
Std 4: 6 mg/L
Std5:8mg/L
Hasil kurva kaliberasi standar Persamaan garis lurus yang diperoleh:
Konsentrasi Fe di dalam
sampel
air adalah ................................ • ............................... mg/L

39
PERCOBAAN 16

A. Judul : Penentuan Kadar Nitrat


B. Tujuan : Mengetahui kadar nitrat pada air
C. Kajian teori
Reaksi antara nitrat dan brucine akan menghasilkan warna kuning yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya nitrat secara spektrofotometri.
Intensitas warna yang terjadi diukur pada panjang gelombang 410 nm.

D. Alat dan Bahan


Erlenmeyer KNO3 hidrat
Pipet volume 10 ml Brucin sulphate
Pipet ukur 10 ml Asam sulfanilat
Penangas air HCI
Tabung reaksi NaCI
Beaker glass
Spektrofotometer

E. Cara Kerja
1. Memasukkan 10 ml aquades untuk blanko, standar, dan sampel pada
erlenmeyer.
2. Ditambahkan 2 ml larutan NaCI 3 % ke dalam masing-masing erlenmeyer
kemudian di kocok.
3. Ditambahkan 10 ml larutan H2S04 dan 0,5 ml larutan brucin sulfanilat
kemudian dikocok.
4. Larutan blanko, standart dan sampel di pindahkan ke dalam tabung
reaksi.
5. Dimasukkan dalam penangas air yang mempunyai temperatur paling
sedikit 95° C dan didiamkan selama 20 menit.
6. Dipindahkan ke dalam beaker glass yang berisi air dingin.
7. Ditunggu sampai suhu kamar, kemudian tabung-tabung tersebut
dikeringkan dengan kertas tissue dan dibaca pada spectrofotometer
dengan panjang gelombang 410 nm.
8. Hasil yang diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan rumus :
Nitrat (mg/lt) konsentrasi standar

40
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1973. Buku Cara-cara Analisis Kimia. Surabaya: Balai Penelitian Kimia.
Anonim, 1982. Pembuatan Perencanaan suatu Desain atau Gambar serta
Pengadaan Unit Peralatannya dalam Skala Pilot plan mengenai
Proses Nilai BOD (Biologycal Oxygen Demand). Surabaya:
Departemen Perindustrian Badan Penelitian dan Pengembangan
Industri.

Alaerts, G dan Santika SriSumestri, 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya:


Usaha Nasional.

Mahon, J. H, et al. 1971. General Concepts Applicable to the Use of


Polyphosphates in Red Meat, Poultry and Seafood Processing ch 10
in Symposium: Phosphates in Food Processing, J. M. Deman and P.
Melnychyn; p. 158-231. The Avi Publishing Company, Westport,
Connecticut

Muchtadi, Deddy. 1989. Petunjuk Laboratorium Evaluasi Nilai Gizi Pangan.


Bandung: Depdikbud Dirjen Dikti Antar Universitas Pangan dan Gizi
IPB.

Peraturan Menteri Kersehatan Rl No. 722/Menkes/IX/1988 tentang Bahan


Tambahan Makanan. 1995. Buletin Teknologi dan Industri Pangan vol
VI: 1,90-100.
Penuntun Praktikum

KIMIA LINGKUNGAN

Oleh :
Dra. Amaria, M.SI
Prof. Dr. Suyono, M.Pd
Rusmini, S.Pd, M.Si

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU NPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

42

Anda mungkin juga menyukai