NAMA : .................................................................
NIM : .................................................................
KELOMPOK : .................................................................
KELAS : .................................................................
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan petunjuk-NYA sehingga penyusun mampu menyelesaikan diktat yang sangat
sederhana ini. Adapun diktat ini berisi tentang petunjuk praktikum Fisiologi Hewan untuk
membantu mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisiologi Hewan agar dapat
melaksanakan sebaik-baiknya.
Penyusun menyadari bahwa diktat ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan diktat ini. Akhirnya
penyusun berharap semoga diktat ini dapat membantu dan bermanfaat khususnya bagi para
mahasiswa yang menempuh mata kuliah Fisiologi Hewan.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM ......................................................................................... iv
ACARA I PERCOBAAN FOTOSINTESIS ................................................. 1
ACARA II PERCOBAAN INGENHOUZ .................................................... 4
ACARA III RESPIRASI ANAEROB ........................................................... 6
ACARA I
PERCOBAAN FOTOSINTESIS
TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui peranan cahaya dalam fotosintesis
DASAR TEORI
Fotosintesis merupakan proses pembentukan zat – zat organik yang mengandung
tenaga potensial tinggi dari bahan-bahan anorganik dengan tenaga potensial rendah. Proses
ini merupakan ciri khas dari tumbuhan hijau yang mempunyai klorofil dengan memanfaatkan
energi sinar matahari. Fotosintesis dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Faktor genetik meliputi perbedaan antara spesies, pengaruh umur daun, dan
pengaruh laju translokasi fotosintat (hasil fotosintesis). Faktor lingkungan meliputi
ketersediaan air, ketersediaan CO2, pengaruh cahaya, serta pengaruh suhu.
Dalam proses fotosintesis, yang mempunyai kedudukan penting ialah klorofil, matahari
atau sumber cahaya yang lain, CO2 dan H2O sebagai bahan sintesis, karbohidrat sebagai hasil
fotosintesis serta oksigen yang dibebaskan sebagai hasil samping dari proses tersebut.
Persamaan reaksi fotosintesis adalah ;
Persamaan reaksi fotosintesis adalah ;
Sinar matahari
6 CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6 O2 + 675 Kalori
klorofil
Karbon Air Karbohidrat Oksigen
Dioksida
PROSEDUR KERJA :
a. Perlakuan
1. Satu minggu sebelum percobaan dilaksanakan, pilih tanaman yang telah memiliki 3-4
daun trifoliate dan pilih daun yang sehat. Tentukan 4 lembar daun yang akan diberi
perlakuan.
2. Siapkan sepasang kertas manila hitam. Potong kertas manila dengan lebar 3 cm dengan
panjang sesuai dengan panjang daun.
3. Tempelkan tiap pasangan kertas tersebut pada tiap daun yang telah dipilih sedemikian
rupa sehingga lembar daun berada diantara dua potongan kertas. Jepitlah daun yang
telah terbungkus tersebut dengan penjepit kertas.
4. Letakkan tanaman pada daerah yang mempunyai cahaya penuh dan biarkan sampai
percobaan dilakukan (satu minggu kemudian).
yang telah berisi 100 ml etanol 70% ke dalam gelas piala 1000 ml tersebut. Nyalakan pemanas
listrik dan tunggu hingga ethanol mendidih. Jangan meletakkan gelas piala berisi etanol
langsung diatas pemanas listrik karena etanol mudah terbakar.
3. Lepaskan kertas tersebut dari masing – masing daun dengan menggunakan pinset dan
masukkan tiap daun ke dalam ethanol yang telah mendidih untuk mengekstrak pigmen.
4. Jika daun telah berwarna putih, angkat daun dengan hati-hati dengan pinset. Letakkan tiap daun
pada cawan petri yang berbeda. Cuci daun dengan akuades dan tambahkan lebih banyak
aquades sampai daun terendam. Matikan pemanas listrik.
5. Teteskan beberapa tetes larutan Iodine pekat ke dalam cawan petri yang telah berisi daun
terendam air sampai air menjadi berwarna merah. Biarkan larutan Iodine bereaksi dengan pati
dalam daun dan akan menghasilkan warna ungu kehitaman.
6. Amati bagian daun yang berubah menjadi warna ungu kehitaman dan gambarkan hasil
pengamatan anda.
7. Buatlah laporan hasil pengamatan anda, yang mencakup :
Gambar daun sebelum direbus dalam etanol 70% dan tunjukan posisi kertas/plastik dari
masing-masing warna.
Gambar daun setelah direbus di dalam etanol 70% dan tunjukkan posisi terbentuknya warna.
TABEL PENGAMATAN
Hasil
Kel. Daun Perlakuan
Sebelum Sesudah
1
ACARA II
PERCOBAAN INGENHOUSZ
TUJUAN PRAKTIKUM
Membuktikan Bahwa Fotosintesis Menghasilkan Gas Oksigen dan Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Laju Fotosintesis
DASAR TEORI
Walaupun proses fotosintesis antara pada tumbuhan air dan terestrial serupa, ada
beberapa perbedaan penting. Sebagai contoh, tanaman emersed, tanaman berdaun apung, dan
tanaman terestrial mengekstraksi karbondioksida dari udara, sementara tanaman yang
terendam mengekstraknya dari air. Selain itu, tanaman yang tenggelam memiliki waktu lebih
sulit untuk memperoleh karbon dioksida (CO2) dari lingkungan air karena memiliki nilai
tukar gas yang lebih rendah (Difusi gas dalam air 104 kali lebih lambat daripada di udara).
Untuk mengimbangi, beberapa tanaman memiliki daun yang tumbuh di atas air,
memungkinkan mereka untuk juga mengekstrak CO2 dari udara. Faktor – faktor yang
mempengaruhi tingkat fotosintesis dan produksi oksigen pada tumbuhan akuatik,
diantaranya:
1. Warna air. Zat terlarut dalam air, seperti tanin – perwarna teh yang terjadi secara alami
– dapat mencegah sinar matahari menembus ke dalam kolom air.
2. Kekeruhan. Kelimpahan tanah liat, lanau, atau fitoplankton (alga yang mengambang
bebas) yang melimpah juga dapat membuat air menjadi keruh, sehingga memperlambat
fotosintesis dan pertumbuhan tanaman yang terbenam karena kondisi cahaya rendah.
3. Panjang hari. Lebih sedikit jam siang hari (selama musim gugur dan musim dingin)
juga mempengaruhi fotosintesis, serta suhu dan kelembaban.
4. Karakteristik daun. Perubahan kondisi daun (penuaan, robek, dll.), susunan daun pada
cabang, bahkan bentuk dan ukuran daun mempengaruhi jumlah fotosintesis yang terjadi
pada tanaman
B. Bahan
1. Tumbuhan Hydrilla verticillata 3. Aquades
2. NaHCO3 4. Es Batu
PROSEDUR KERJA
1. Susunlah perangkat seperti gambar di bawah ini
TABEL PENGAMATAN
Perlakuan Jumlah Gelembung
Kelompok
Air Tempat 10m 20m 30m
1
2
3
4
5
6
ACARA III
RESPIRASI ANAEROB
TUJUAN
Mengukur laju respirasi anaerob melalui pembentukan CO2
DASAR TEORI
Respirasi anaerob merupakan jalur pemecahan glukosa menjadi molekul tanpa adanya
oksigen untuk menghasilkan energi. Langkah pertama dalam semua jalur respirasi seluler
adalah glikolisis yang terjadi tanpa adanya oksigen molekuler. Jika ada oksigen dalam sel,
maka secara otomatis beralih ke respirasi aerobik dengan bantuan siklus asam tricarboxylic
(TCA). Tanaman berbunga adalah aerobik obligat: tidak ada tanaman berbunga yang dapat
menyelesaikan siklus hidupnya tanpa O2. Sebagian besar organ tanaman berbunga, kecuali
biji yang dalam keadaan dorman, terbunuh oleh anoxia (kekurangan O2) dalam waktu
beberapa jam atau beberapa hari paling lama. Namun demikian ada juga banyak situasi di
mana jaringan tanaman secara teratur bertahan setidaknya hipoksia, konsentrasi O2 terlalu
rendah untuk mendukung tingkat respirasi aerob yang normal. Karena itu respirasi anaerob
(fermentasi) bukan tidak biasa pada tanaman. Pada hipoksia, baik jalur aerob maupun
anaerob beroperasi secara bersamaan.
Mekanisme respirasi atau fermentasi anaerob mirip dengan jalur umum respirasi
aerobik hingga glikolisis. Glikolisis memecah glukosa secara enzimatis dalam beberapa
langkah untuk membentuk dua molekul piruvat, 2 ATP dan 2 NADH (+H+). Piruvat secara
anaerob dipecah untuk menghasilkan berbagai produk tergantung pada organisme dan jenis
jaringan. Dua produk yang umum adalah etil alkohol dan asam laktat. Respirasi anaerob
menghasilkan energi yang sangat sedikit (sekitar 5%) dibandingkan dengan respirasi aerob,
hal ini dikarenakan:
b. Proses pemecahan substrat yang tidak lengkap
c. Setidaknya salah satu produk dari respirasi anaerob adalah organik. Lebih lanjut dapat
dioksidasi untuk melepaskan energi
d. NADH yang diproduksi selama glikolisis sering digunakan.
e. Pembentukan ATP tidak terjadi selama regenerasi NAD+.
f. Tidak ada rantai transpor elektron.
PROSEDUR KERJA
1. Larutkan 18,75 gram gula pasir, gula jawa/gula aren atau sari buah dengan 75 ml air,
kemudian tambahkan 3 gram fermipan, aduk kembali hingga fermipan larut.
2. Masukkan larutan tersebut kedalam botol kaca, kemudian tutup bagian atas botol
dengan menggunakan balon, seperti ilustrasi berikut:
3. Jika diperlukan, ikatlah sambungan antara mulut botol dan balon dengan karet.
4. Dengan meteran, ukurlah perubahan diameter balon selama 30 menit setiap 5 menit
sekali.
5. Tulis hasil pengukuran dalam tabel pengamatan.
TABEL PENGAMATAN
Perubahan Diamater Balon Menit Ke -
Kelompok Keterangan
1 2 3 4 5 6
ACARA IV
PENGARUH HORMON IAA TERHADAP PERTUMBUHAN
AKAR TUMBUHAN
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi IAA terhadap pertumbuhan akar dan
proses pembentukan akar tumbuhan.
DASAR TEORI
Kemampuan bagian tumbuhan membentuk akar, batang dan tunas – tunas baru
memungkinkan banyak spesies tubuhan dapat dikembangkan dengan cara vegetatif. Organ –
organ baru yang terbentuk tersebut hanyalah akar yang enjamin kelangsungan hidup.
Agar perakaran berjalan baik hendaknya faktor – faktor lingkungan diusahakan
sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi terbaik untuk perakaran. Untuk mendapatkan
pertumbuhan perakaran yang baik telah banyak digunakan hormon pertumbuhan atau zat
pengatur tumbuh. Para ahli fisiologi telah memberi batasan mengenai istilah zat pengatur
tumbuh (plant regulator), zat tumbuh (growth regulator), hormon tubuhan (phytohormon)
dan zat hara (nutrient).
Zat pengatur tumbuh dikelompokkan menjadi 5, yaitu; Auxin, Giberelin, Cytokinin,
Ethylin dan inhibitor (Asam Absisat). Auxin dicirikan dengan struktur kimia yang khas yaitu
indol ring , beberapa struktur kimia zat pengatur tumbuh yang dikelompokkan kedalam auxin
adalah IAA, NAA, IBA, IAN, 2.4 D dan banyak lagi yang lainnya. Percobaan Luckwill,1965
dengan menggunakan zat kimia NAA (Alpha Naphtalene Acetic Acid), IAA (Indole Acetic
Acid) dan IAN (Indol-3-Aceto Nitrille) pada kecambah kacang menunjukkan bahwa ketiga
jenis auxin tersebut mampu mendorong pertumbuhan primordial akar kacang. Hormon
auksin berkerja secara fleksibel, maksudnya saat tanaman berada dalam vase vegetatif,
auksin akan merangsang pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan daun. Kemudian
hormon ini akan merangsang pertumbuhan biji dan buah saat tumbuhan mulai memasuki fase
generatif
Devlin (1975) dari hasil penelitiannya mengatakan bahwa pemberian IAA yang relatif
tinggi pada akar menyebabkan terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah
akar. Hormon tumbuh IAA berfungsi sebagai sinyal molekul penting dalam regulasi
perkembangan tanaman, memacu perkembangan perakaran tanaman inang, meningkatkan
ketahanan terhadap patogen dan memacu pertumbuhan tanaman
PROSEDUR KERJA
1. Ambil 2 tumbuhan kacang panjang, potong bagian hipokotilnya di dalam air
kemudian rendam dalam larutan IAA selama 2 jam.
2. Setelah 2 jam pindahkan ke beaker glass yang berisi larutan hara, simpan di tempat
terang selama 1 minggu.
3. Amati proses terbentuknya akar pada bagian hipokotil yang mendapat perlakuan IAA,
hitung jumlah dan panjang akar yang ada.
4. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan ulangan sesuai jumlah kelompok.
5. Analisis data hasil pengamatan dengan software SPSS
TABEL PENGAMATAN
Panjang Rata – rata
Ulangan
Perlakuan Jumlah akar Akar Ke - akar Panjang
(Kelompok)
Akar
1
2
0 ppm 1 5 3
4
5
ACARA V
PERTUMBUHAN PUCUK
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui letak daerah morfologi mana yang terutama terjadi pertumbuhan pucuk
tumbuhan.
DASAR TEORI
Pertumbuhan dalam arti terbatas menunjukkan pertambahan ukuran yang irreversible,
yang mencerminkan pertambahan protoplasma karena bertambahnya jumlah dan ukuran sel.
Jadi pertumbuhan merupakan kuantitatif dalam jumlah sel. Pembatasan daerah pertumbuhan
terjadi karena daerah embrional umumnya dibatasi oleh jaringan – jaringan yang lebih keras
dan kaku. Pertumbuhan biasanya mengalami kemacetan bila proses differensiasi terjadi.
Pertumbuhan pada tumbuhan bersifat terbatas pada bagian-bagian tertentu (localized)
dibandingkan dengan pertumbuhan pada hewan yang lebih merata diseluruh tubuh.
Pada jaringan meristem apical, titik tumbuh hanya terbatas pada pucuk atau ujung,
sedangkan jaringan baru berada dibawahnya. Pola tumbuh yang demikian disebut tumbuh
accretinary , pucuk tumbuh batang dan akar biasanya tetap selalu embrional dan berpotensi
tumbuh untuk jangka waktu lama.
PROSEDUR KERJA
1. Isi gelas plastik dengan kapa secukupnya.
2. Tanamlah benih kacang panjang sebanyak 5 biji tiap gelas, siram dengan air
secukupnya
3. Letakkan ditempat gelap selama 5 hari
4. Berilah 10 tanda pada epikotilnya dengan interval 2 mm yang dimulai dari pucuk
tumbuhan. Letakkan kembali ke tempat gelap
5. Setelah 48 jam ukurlah jarak diantara interval dan hitung nilai rata – rata panjang pada
masing-masing nomor interval.
6. Amati pada nomor interval mana yang mengalami pertumbuhan tercepat dan paling
lambat.
TABEL PENGAMATAN
Tumbuhan Interval Ket
Kel.
Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ACARA VI
PEMATAHAN DORMANSI BIJI
TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik
dan kimiawi
DASAR TEORI
Sebelum berubah menjadi tumbuhan baru, biji harus mengalami fase yang berupa
suatu proses perkecambahan. Perkecambahan adalah permulaan aktif dari embrio yang
menghasilkan pecahnya kulit biji dan munculnya tanaman yang mampu mencukupi
kebutuhan nutrisinya sendiri.
Faktor – faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan antara lain adalah tingkat
kemasakan benih, ukuran, zat penghambat perkecambahan dan dormansi benih. Sedangkan
faktor dari luarnya adalah air, suhu, cahaya, oksigen dan medium. Suatu benih dikatakan
dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkecambah. Periode
dormansi ini dapat berlangsung musiman atau bahkan sampai beberapa tahun tergantung
pada jenis benih dan tipe dormansinya.
Dormansi dapat dikategorikan menjadi dormansi fisik yakni dormansi yang
disebabkan oleh resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, dan
permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas. Kemudian terdapat pula dormansi
fisiologis yang disebabkan oleh immaturity embrio, dan after ripening. Terakhir adalah
dormansi sekunder yakni dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio.
Penyebab dan mekanisme dormansi merupakan hal yang sangat penting diketahui untuk
dapat menentukan cara pematahan dormansi yang tepat sehingga benih dapat berkecambah
dengan cepat dan seragam. Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas atau resistensi kulit biji terhadap pengaruh
mekanis, dormansi sekunder dan bahan penghambat perkecambahan.
Dikenal beberapa cara untuk memecahkan dormansi yaitu dengan perlakuan mekanis,
kimia, perendaman dengan air, pemberian suhu tertentu dan perlakuan cahaya. Tujuan utama
yang diharapkan adalah memudahkan proses imbibisi, dengan menjadikan kulit biji menjadi
permeabel sehingga mudah dimasuki oleh air saat proses imbibisi
PROSEDUR KERJA
1. Pilih 30 biji asam, bagi kedalam 3 kelompok
2. Rendam 10 biji dengan hati – hati dalam asam sulfat selama 15 menit kemudian cuci
dengan air
3. Hilangkan kulit biji pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara digosok
menggunakan amplas sebanyak 10 biji, bilas dengan air
4. Susun biji - biji di atas cawan petri yang telah dilapisi tisu/kapas basah
5. Untuk menjaga kelembaban siram dengan air secukupnya tiap hari
6. Sebagai kontrol, lakukan perkecambahan terhadap 10 biji tanpa perlakuan
7. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
ulangan sesuai jumlah kelompok.
8. Amati proses terbentuknya radikula yang menandai biji telah berkecambah dan hitung
prosentase perkecambahannya. Hentikan pengamatan setelah 2 minggu.
Petunjuk
Prosentase = Jumlah benih yang berkecambah x 100%
Jumlah benih keseluruhan
TABEL PENGAMATAN
Jumlah Biji
Kelompok Perlakuan Prosentase Keterangan
yang Tumbuh
Kontrol
1 Kimia
Mekanik
Kontrol
2 Kimia
Mekanik
Kontrol
3 Kimia
Mekanik
Kontrol
4 Kimia
Mekanik
Kontrol
5 Kimia
Mekanik
Kontrol
6 Kimia
Mekanik
ACARA VII
PENYESUAIAN HEWAN POIKILOTERMIK
TERHADAP OKSIGEN TERLARUT
TUJUAN:
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui penyesuaian hewan poikilotermik terhadap:
1. Oksigen yang terkandung di dalam air karena pengaruh suhu air
2. Oksigen yang terkandung dalam air karena pengaruh kadar garam dalam air
DASAR TEORI:
Oksigen berperan pada proses respirasi maupun metabolisme.Respirasi meliputi 2 hal:
respirasi eskternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal bersangkutan dengan pemasukan
oksigen ke dalam tubuh organisme dan pelepasan karbondioksida dari dalam tubuh
organisme. Respirasi internal atau metabolisme intemedier, bersangkutan dengan keseluruhan
reaksi enzimatis, yaitu reaksi oksidatif dan reaksi non oksidatif yang dapat menghasilkan
energi aktivitas biologis. Metabolisme bersangkutan dengan konsumsi oksigen produksi
panas dan pembebasan karbondioksida.
Respirasi eksternal sangat dipengaruhi oleh kadar oksigen didalam lingkungan
organisme yang bersangkutan. Untuk lingkungan air, kadar oksigen dipengaruhi oleh
kelarutan oksigen dalam air. Kelarutan oksigen dalam cairan secara umum dipengaruhi oleh:
1. Tekanan parsial oksigen (O2) di atas permukaan cairan. Makin tinggi tekanan O2 di atas
permukaan cairan, makin tinggi pada kelarutan oksigen di dalam cairan
2. Suhu cairan/medium. Makin tinggi suhu cairan/medium, makin rendah kelarutan
oksigen dalam cairan/medium
3. Kadar garam di dalam cairan. Makin tinggi kadar oksigen cairan, makin rendah
kelarutan oksigen di dalam cairan
Dengan mengubah-ubah suhu cairan, maka kadar oksigen dalam cairan akan berubah-
ubah. Demikian pula dengan mengubah-ubah kadar garam, cairan, maka kelarutan oksigen
dalam cairan juga berubah.
3. Kompor
4. Panci
5. Gelas Piala
6. Gelas Ukur
7. Pengaduk
8. Stopwatch
9. Boardmaker
B. Bahan
1. Hewan percobaan: Ikan Mas
2. Es batu
CARA KERJA:
a) Pengaruh kenaikan suhu medium
1. Jerang air dalam panci
2. Isi bak plastik dengan air kran, beri tanda tingginya air dengan boardmaker, dan catat
suhu air
3. Timbangan berat ikan yang akan dipakai, kemudian masukkan ke dalam bak plastik
yang telah berisi air tadi. Tunggu sampai ikan nampak tenang, kemudian hitung gerak
operculum selama satu menit. Ulangi sampai tiga kali hitungan, kemudian ambil rata-
ratanya
4. Naikkan suhu medium dengan interval 30C, dengan cara menuangkan air panas ke
dalam bak sampai tercapai suhu yang kita kehendaki, namun jaga volume air tidak
berubah, yaitu dengan mengurangi air bak sebanyak air panas yang ditambahkan. Pada
saat air panas, jangan sampai mengenai ikannya. Setelah ikan tenang, hitung gerak
opekulum per menit. Lakukan ulangan sebanyak tiga kali
5. Kenaikan suhu diteruskan sampai mencapai suhu kritis tertinggi. Hentikan perlakuan
pada saat ikan nampak kolaps.
TABEL PENGAMATAN
Suhu Hitungan Jumlah Gerakan Operkulum
Kel Berat Rerata Ket
Kolaps Normal 1 2 3 4 5 6
1
DISKUSI
1. Mengapa volume air bak harus dijaga tetap sama?
2. Bagaimanakah mekanisme pengaruh suhu air terhadap aktivitas respirasi?
3. Untuk apa ikan ditimbang beratnya?
ACARA VIII
RESPIRASI
KECEPATAN PENGGUNAAN OKSIGEN DALAM RESPIRASI HEWAN
TUJUAN:
1. Membuktikan bahwa respirasi membutuhkan oksigen
2. Menghitung kecepatan penggunaan O2 dalam proses respirasi beberapa macam hewan
dan tumbuhan
PROSEDUR KERJA
1. menyediakan respirometer unit
2. menimbang hewan percobaan
3. memasukkan hewan percobaan kedalam tabung respirometer dan memasukkan pula
KOH/NaOH kristal yang telah dibungkus dengan kapas
4. menutup tabung dengan pipet kapiler yang terdapat pada respirometer, pada posisi
horisontal
5. meletakkan respirometer pada posisi horizontal
6. memasukkan eosin ke dalam ujung pipa kapiler dengan menggunakan pipet sebanyak
satu tetes
7. mengamati dan mengukur gerakkan eosin tiap satu menit sampai sepuluh kali
8. menghitung kecepatan penggunaan O2 tiap menit hewan sepuluh percobaan
9. mengulangi kegiatan diatas untuk percobaan hewan lainnya
TABEL PENGAMATAN
Vol
Menit Ke- Laju
Kel Hewan Berat (gr) Penggunaan
Respirasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 O2
DISKUSI
a. Bagaimanakah kecepatan penggunaan O2 pada masing-masing hewan tersebut?
b. Adakah perbedaan kecepatan penggunaan O2 pada masing-masing hewan tersebut?
Mengapa?
ACARA IX
MENENTUKAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb)
TUJUAN
1. Menentukan kadar Hb pada vertebrata
2. Menghitung eritrosit
DASAR TEORI
Eritrosit hewan vertebrata mengandung pigmen perpasan yang disebut hemoglobin
pada manusia antara 14,5 gr%. Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan
kondisi lingkungan.
Di dalam laboratorium sel darah dapat dihitung dengan menggunakan alat yang disebut
hemasitometer, yang terdiri dari pipet dan keping kaca. Ada dua macam pipet yaitu pipet sel
darah merah (yang bertanda sel butiran darah merah) dan pipet untuk sel darah putih (yang
bertanda butiran darah putih).
Jumlah eritrosit pada hewan dan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
oleh jenis kelamin, umur dan adaptasi hewan terhadap oksigen lingkungan. Pada umumnya
hewan jantan memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dari pada hewan betina. Misalnya pada
manusia jumlah eritrosit pria sekitar 5 juta per mm3 dan eritrosit wanita dewasa kurang lebih
4,5 juta per mm3. jumlah eritrosit itu terendah pada usia baru lahir sampai umur sekitar 8-12
minggu, kemudian jumlah eritrosit akan terus bertambah sampai pada usia sekitar 25 tahun.
Dan kan menurun kembali pada usia tua,jumlah leukosit rata-rata 11.000 /mm3. Leukosit
berperan dalam sistem pertahanan tubuh. Pada umumnya hewan atau manusia yang
beradaptasi dengan lingkungan oksigen rendah (misalnya hidup didaerah dataran tinggi)
memiliki jumlah eritrosit lebih banyak daripada yang beradaptasi dengan lingkungan oksigen
tinggi (misalnya hidup didataran rendah). Setiap eritrosit mengandung pigmen darah yang
berfungsi untuk mengikat oksigen. Kalau setiap butir eritrosit mengandung pigmen darah
yang sama maka dapat dipahami semakin banyak tambahan eritrosit maka semakin tinggi
pula oksigennya, yaitu kemampuan darah mengikat oksigen bila darah dijenuhkan dengan
oksigen.
CARA KERJA
a) Menentukan Kadar Hb
1. Tabung pengencer hemometer diisi dengan 0,1 nHCl sampai angka 2
2. Hisaplah darah kapiler dengan pipet Hb sampai angka 20
3. Hapuslah darah yang melekat pada ujung pipet
4. Sebelum darah menjedal, segera dimasukkan kedalam tabung pengencer tersebut
dengan cara ujung pipet masuk sedikit kedalam larutan 0,1 n HCl
5. Hisaplah HCl didalam tabung ke dalam pipet kemudian dikeluarkan lagi. Perlakuan ini
dilakukan sampai tiga kali
6. Diamkan selama satu sampai tiga menit
7. Encerkan dengan aquadest setetes demi setetes dan diaduk dnegan batang pangaduk
sampai warnanya sesuai dengan standart
8. Kadar Hb pada tabung pengencer hemometer yang terletak sesuai dengan tinggi
permukaan larutan darah tersebut
b) Menghitung Eritrosit
1. Hewan coba dimasukkan pada sungkup kaca, ether atau kloroform yang dipersiapkan
pada kapas di masukkan kedalam sungkup kaca tersebut.
2. Setelah hewan coba pingsan bukalah bagian dada sehingga nampak jantung dan
pembuluh darah besar disekitar jantung.
3. tusuk salah satu pembuluh darah sehingga darah keluar
4. hisaplah darah yang keluar dengan pipet darah merah sampai tanda 0,5 setelah itu
segera masukkan pipet tersebut kedalam larutan hayem, hisap larutan hayem sampai
larutan dalam pipet mencapai angka 100.
5. Kocoklah pipet selama kira – kira 3 menit, kemudian buang beberapa tetes larutan dari
pipet dengan menempelkan ujungnya pada kertas hisap.
6. Sentuhlah ujung pipet pada ruangan udara hemositometer dengan gelas penutupnya
(hemositometer sudah disiapkan dibawah mikroskop)
7. Hitung jumlah sel darah merah dalam petak perhitungan sel darah merah (ambil lima
petak perhitungan)
HASIL PENGAMATAN
Berat Tinggi
Kadar Hb
No Nama Badan Badan Umur Ket
(%)
(Kg) (cm)
1
ACARA X
SUHU TUBUH HEWAN
TUJUAN
Mengetahui pengaruh beberapa faktor terhadap suhu tubuh hewan.
DASAR TEORI
a) Hewan hidup memerlukan suhu tertentu.
b) Ada beberapa hewan yang suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan, ada pula yang
stabil.
c) Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh hewan dapat dari dalam (metabolisme) maupun
dari luar.
PROSEDUR KERJA
a) Suhu Tubuh Ayam
1. Siapkan beberapa ayam jantan dan betina yang dewasa dan anak-anak.
2. Siapkan termometer suhu badan.
3. Turunkan air raksa termometer.
4. Masukkan thermometer ke kloaka ayam selama 5 menit.
5. Amati dan catat suhu yang terukur ke dalam tabel.
ACARA XI
PENCERNAAN MAKANAN
TUJUAN
1. Untuk mengetahui perubahan bentuk beberapa jenis makanan dalam proses pencernaan
2. Untuk mengetahui waktu yang diperlukan oleh organ pencernaan dalam mencerna
beberapa jenis makanan
DASAR TEORI
Pencernaan makanan pada hewan vertebrata dilakukan secara mekanis oleh saluran
pencernaan makanan dan secara chemis oleh enzim-enzim yang disekresikan oleh kelenjar
pencernaan makanan. Dengan gerakan peristaltik makanan dapat berjalan dari mulut sampai
ke bagian penyerapan sari makanan dan sampahnya di buang melalui dubur.
Tembolok merupakan pembesaran saluran pencernaan yang menyimpan makanan
untuk sementara sebelum di cerna. Tujuan pencernaan makanan adalah :
a. Mengubah substansi makanan menjadi bentuk yang ukurannya kecil dan larut dalam air
sehingga dengan mudah menembus dinding usus dan dapat segera digunakan oleh sel-
sel untuk sintesa sel-sel baru
b. Menghilangkan kemungkinan adanya sifat antigenetik dari substansi makanan terutama
protein
PROSEDUR KERJA
1. siapkan bahan yang diperlukan
2. buatlah kondisi burung lapar (tidak diberi makanan selama paling sedikit 2 jam)
3. berilah makaan dan minuman
- 3 burung group A
Jagung dan air telah terukur berat/volumenya ± ½ ons.
- 3 burung group B
Gabah dan air yang telah diukur berat/volumenya ½ ons. Pemberian makan ini
dilakukan terus sampai dilakukan pembedahan
4. setelah satu jam pertama dilakukan:
a. ambil 1 burung dari group A, 1 dari group B
b. catat volume air yang diminum
c. catat berat makan yang tersisa
d. bedahlah burung tersebut dan amati
7. panjang masing-masing organ saluran pencernaan makanan
8. catat makanan yang berbeda di masing-masing bagian organ saluran pencernaan
makanan tentang : berat, kondisi warna, organisme /parasit yang ada, dll
9. catatlah data – data tersebut ke dalam tabel
10. setiap satu jam kemudian, lakukan kegiatan yang sama seperti no. 4 untuk burung
berikutya.
TABEL PENGAMATAN
DISKUSI
a) Bagaimanakah perubahan bentuk jenis makanan dalam proses pencernaan burung grup
A dan burung grup B? Jelaskan perbedaannya!
b) Bagaimana hubungan antara jenis makanan dengan waktu yang diperlukan oleh
masing-masing organ pencernaan? Jelaskan!