Anda di halaman 1dari 83

BAHAN AJAR

PENUNTUN PRAKTIKUM BIOLOGI

Untuk Mahasiswa Politani Negeri Kupang

OLEH

RAMSES VICTOR ELIM, S.Si.,M.Si

Dibiayai Oleh DIPA Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penyusunan

Buku Ajar Kuliah dan Praktek

Nomor: Nomor: 56/PL24/PJ/2019, Tanggal 18 November 2019

Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (P4M)

Politeknik Pertanian Negeri Kupang

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2019
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
Jalan Prof Dr. Herman Yohanes, Lasiana Kupang

P.O. Box 1152 Kupang-85011

Telephone: (0380) 881601 Faksimil: (0380) 881601

Email: politanikoe@yahoo.com

LEMBARAN PENGESAHAN
Judul : Bahan Ajar – Materi Praktikum

Mata Kuliah : BIOLOGI

Kode / Sks : PLH 26203 / 2 (1/1)

Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Kupang,

Jurusan : Kehutanan

Program Studi : Pengelolaan Hutan

Penyusun : Ramses Victor Elim, S.Si., M.Si

Kupang, 15 Oktober 2019

Mengetahui Penyusun

Ketua Jurusan

(Fabianus Ranta, S.Hut., M.Si) (Ramses Victor Elim, S.Si.,M.Si)

NIP. 197101012001121002 NIP.197707282006041002

Menyetujui,

Kepala Pusat Pengembangan Pembelajaran Dan Penjamninan Mutu


Politeknik Pertanian Negeri Kupang

(Dr. Bernadete B. Koten , SP., MP)

NIP. 1970041219970320
KATA PENGANTAR

Penuntun praktikum Biologi ini merupakan pedoman bagi mahasiswa Jurusan Kehutanan
Politeknik Pertanian Negeri Kupang dalam mempelajari dan menjalankan praktikum mata kuliah
biologi. Penyusunan penuntun praktikum ini disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa Jurusan
Kehutanan dengan menyajikan materi materi yang penulis peroleh dari hasil studi literatur mengenai
biologi.
Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan
penuntun praktikum ini dan berharap mendapat masukan dari bebagai pihak untuk
penyempurnaannya sehingga penuntun praktikum ini bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, 15 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................... ........................................................
LEMBAR PENGESAHAN.............................................. ......................................................... i

KATA PENGANTAR..................................................... ......................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................. ......................................................... iii

TATA TERTIB PRAKTIKUM.......................................... ......................................................... iv

ACARA I PENGENALAN DAN CARA ........................................................ 1


MENGGUNAKAN MIKROSKOP

ACARA II PENGAMATAN SEL TUMBUHAN DAN SEL ........................................................ 7


HEWAN

ACARA III PENGAMATAN JARINGAN PENYUSUN ......................................................... 12


TUBUH HEWAN DAN TUMBUHAN

ACARA IV PENGAMATAN ORGAN DAN SISTEM ........................................................ 20


ORGAN PADA TUMBUHAN DAN HEWAN

ACARA V PEMBELAHAN SEL (MITOSIS DAN ........................................................ 31


MEIOSIS)

ACARA VI REPRODUKSI SEKSUAL DAN ASEKSUAL ........................................................ 36


PADA TUMBUHAN DAN HEWAN

ACARA VII OSMOSIS DAN DIFUSI ......................................................... 45

ACARA VIII FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI ......................................................... 49

ACARA IX TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN ........................................................ 57

ACARA X PENGENALAN JENIS JENIS ........................................................ 62


MIKROORGANISME

ACARA XI GENETIKA MENDEL ........................................................ 69

ACARA XII ANALISIS VEGETASI DENGAN CARA JALUR ........................................................ 74


DAN GARIS BERPETAK
DAFTAR PUSTAKA....................................................... .......................................................... V
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Tata tertib dalam menjalankan praktikum Teknologi Benih :
1. Mahasiswa harus mempelajari setiap acara praktikum yang terdapat dalam penuntun praktikum
ini sebelum melakukan kegiatan praktikum.
2. Masuk kedalam Laboratorium 5 menit sebelum praktikum dimulai dengan telah memakai jas
laboratarium.
3. Semua alat, misalnya tas, buku, dll agar diletakan di tempat yang telah disediakan di
laboratorium.
4. Tidak diperbolehkan untuk makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.
5. Sebelum acara praktikum dimulai akan diadakan pre-test.
6. Sebelum Ujian Akhir Semester akan diadakan ujian praktek/Responsi.
7. Pada akhir setiap acara praktikum atau sebelum meninggalkan laboratorium mahasiswa wajib
menyerahkan lembar kerja kepada Dosen/Teknisi/PLP untuk diperiksa dan ditandatangani.
8. Setiap mahasiswa atau kelompok bertanggung jawab terhadap peralatan, kebersihan peralatan
dan kebersihan laboratorium selama praktikum.
9. Setiap mahasiswa wajib mengikuti keseluruhan acara praktikum.
ACARA I. PENGENALAN DAN CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP
I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan alat alat pembesaran yang digunakan dalam pengamatan biologi.
2. Mengenal dan mengetahui fungsi bagian bagian dari mikroskop serta dapat menggunakannya.
3. Membuat preparat segar dan mengamati preparat menggunakan mikroskop serta menghitung
perbesaran yang digunakan.
II. DASAR TEORI :
Panca indera manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas. Oleh karena itu,
ketika mengamati benda atau organisme yang tidak dapat dilihat langsung dengan mata maka
dibutuhkan alat bantu. Salah satu alat bantu yang umum digunakan dalam kegiatan laboratorium
sains, pengamatan, terutama bidang biologi dan mikrobiologi yaitu mikroskop. Mikroskop
merupakan salah satu alat bantu yang memungkinkan kita untuk dapat mengamati objek yang
berukuran sangat kecil (mikroskopis). Untuk mengetahui dan menguasai dalam menggunakan
mikroskop, maka perlu diketahui bermacam-macam jenis mikroskop, komponen mikroskop, cara
pemeliharaan mikroskop , serta cara penggunaan mikroskop yang baik dan benar.
Mikroskop digunakan untuk memperbesar gambaran dari benda yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang. Kata mikroskop berasal dari bahasa latin, yaitu micro berarti kecil dan
scopium berarti penglihatan. Salah satu penemu sejarah mikrobiologi dengan mikroskop adalah
Antonie Van Leeuwenhock (1632-1723). Selanjutnya, tahun 1675 Antonie membuat mikroskop
dengan kualitas lensa yang cukup baik, dengan menumpuk lebih banyak lensa sehingga ia bisa
mengamati mikroorganisme yang terdapat pada air hujan yang menggenang dan air jambangan
bunga, juga dari air laut dan bahan pengorekan gigi. Antonie bukanlah satu-satunya peneliti yang
menggunakan mikroskop.
Seorang ilmuwan dari Universitas Berlin yaitu Dr. Ernst Ruska menggabungkan penemuan ini
dan membangun mikroskop transmisi elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Tahun
1986.Dr. Ernst Ruska mendapat hadiah Penghargaan Nobel atas hasil karyanya. Mikroskop yang
pertama kali diciptakan Dr. Ernst Ruska adalah dengan menggunakan dua lensa medan magnet,
namun tiga tahun kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan menambahkan lensa
ketiga dan mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100 nanometer (nm)
(dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu).
Berdasarkan metode kerjanya, mikroskop dibagi menjadi dua jenis, yaitu mikroskop optik
(mikroskop biologi dan mikroskop stereo) dan mikroskop elektron. Mikroskop optik menggunakan
cahaya yang dilewatkan pada lensa objektif dan lensa okuler untuk menghasilkan bayangan yang
diperbesar dari preparat. Mikroskop elektron menggunakan elektron yang membesarkan benda
(Kemampuan memperbesar bayangan pada mikroskop elektron jauh lebih besar dari pada
mikroskop optik).
Mikroskop akan menghasilkan bayangan dari benda yang dimikroskop menjadi lebih besar.
Pembesaran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : titik fokus kedua lensa (objektif
f1 dan okuler f2) , panjang tubulus atau jarak (t) lensa objektif terhadap lensa okuler, dan jarak
pandang mata normal (sn). Mikroskop menggunakan dua buah lensa positif (lensa cembung), yaitu
lensa yang terletak di dekat mata (lensa okuler) pada bagian atas, dan lensa yang terletak dekat
dengan objek benda yang diamati (lensa objektif) pada bagian bawah. Hal utama yang perlu diingat
adalah bahwa fokus pada lensa objektif lebih pendek dari fokus pada lensa okuler.
Cara kerja mikroskop secara sederhana adalah lensa objektif akan membentuk bayangan benda yang
bersifat nyata, terbalik dan diperbesar. Bayangan benda akan ditangkap sebagai benda oleh lensa
okuler. Bayangan yang dihasilkan tersebut merupakan bayangan yang tampak oleh mata. Jika
digambarkan, perjalanan cahaya pada mikroskop akan tampak pada Gambar 1.

Gambar 1. Perjalanan cahaya pada mikroskop

Komponen-komponen mikroskop di atas dapat dikelompokkan menjadi dua bagian utama ,


antara lain : a) Bagian optik : Terdiri dari kondensor, lensa objektif dan lensa okuler dan b) Bagian
non-optik : Terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma, meja benda atau objek, pemutar halus
dan pemutar kasar (mikrosekrup dan makrosekrup), penjepit kaca objek dan sumber cahaya
(lampu).
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Biakan jamur
Alat yang digunakan adalah : Mikroskop binokuler elektron dan mikroskop monokuler, gelas benda
dan gelas penutup, alkohol, lampu spritus, jarum ose, jarum preparat, larutan laktofenol, tissue,
pipet tetes.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara pengenalan dan cara menggunakan mikroskop pada laboratorium
biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
Pengenalan mikroskop
1. Letakan mikroskop binokuler elektrik di atas meja.
2. Perhatikan dan gambar bagian bagian dari mikroskop tersebut pada lembar kerja dan beri
keterangan serta fungsi dari bagian bagian mikroskop tersebut.
Pembuatan preparat/spesimen segar
1. Bersihkan gelas benda dan gelas penutup (cover glass) dengan alkohol.
2. Panggang/bakar gelas benda di atas nyala lampu spritus secara cepat, kemudian dinginkan.
3. Setelah dingin, ambil larutan laktofenol menggunakan pipet tetes dan teteskan larutan tersebut 1-
2 tetes dibagian tengah dari permukaan gelas benda.
4. Ambil secara aseptis biakan jamur yang telah disediakan menggunakan jarum ose dan letakan di
atas permukan gelas benda yang telah diberi larutan laktofenol.
5. Ratakan biakan jamur tersebut di atas permukaan gelas benda dengan menggunakan jarum
preparat.
6. Tutup biakan jamur tadi dengan gelas penutup (cover glass) dan hindari terbentuknya gelembung
udara dibawah gelas penutup (preparat segar telah siap).
7. Tempatkan preparat segar tadi pada stage/meja preparat dari mikroskop dan jepit preparat tadi
dengan penjepit gelas objek.
Cara menggunakan mikroskop binokuler elektrik
1. Tancapkan kabel power dari mikroskop ke sumber listrik.
2. Hidupkan mikroskop dengan menekan tombol power (ditandai dengan menyalanya lampu
mikroskop).
3. Atur jarak lensa objektif dengan meja preparat/stage kira kira 2-4 cm dengan menggunakan
tombol pengatur kasar (makrosekrup) dari lensa objektif.
4. Tempatkan mata praktikan pada lensa okuler dan aturlah spesimen yang diamati menggunakan
tombol pengerak vetikal/horisontal dari gelas objek secara perlahan agar posisi objek tegak lurus
dengan lensa objektif (tepat dengan sumbu optik).
5. Gunakan pengatur lensa objektif/revolver untuk memutar lensa objektif dari perbesaran
terendah/lemah untuk proses pengamatan spesimen.
6. Putarlah tombol Pengatur kasar (makrosekrup) dan tombol pengatur halus (mikrosekrup) untuk
mempertajam bayangan dari spesimen.
6. Aturlah cahaya dengan menggunakan condenssor dan diafragma untuk mendapatkan penyinaran
bersumber lampu yang optimal sehingga bayangan objek terlihat jelas.
7. Putarlah revolver lensa objektif untuk mengganti lensa objektif ke perbesaran yang lebih kuat.
8. Amati dan gambar preparat segar tersebut sesuai dengan perbesar lensa objektif (gambar
preparat tersebut dari perbesaran lemah ke perbesaran kuat).
VII. LEMBAR ISIAN :
Gambar Mikroskop : Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Gambar spesimen Perbesaran......X Gambar spesimen Perbesaran......X Keterangan :

Gambar spesimen Perbesaran......X Gambar spesimen Perbesaran......X Keterangan :

NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Amati dan cermati cara pembuatan spesimen/preparat segar.
2. Amati, cermati dan pergunakanlah mikroskop binokuler elektron tersebut secara hati hati.
3. Beri keterangan pada gambar mikroskop binokuler pada lembar isian/kerja dan beri keterangan
serta fungsi dari bagian bagian dari mikroskop tersebut.
4. Gambar dan beri keterangan perbesaran dari setiap spesimen yang diamati.
IX. PERTANYAAN :
1. Sebutkan prinsip kerja dari mikroskop.
2. Fungsi dari tombol pengatur kasar dan tombol pengatur halus pada mikroskop.
3. Sebutkan jenis jenis mikroskop.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan
,Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA II. PENGAMATAN SEL TUMBUHAN DAN SEL HEWAN

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Mengamati sel hewan dan tumbuhan.
2. Mengidentifikasi sel hewan dan tumbuhan.
3. Menganalisis dan menjelaskan perbedaan sel hewan dan sel tumbuhan berdasarkan hasil
pengamatan.
II. DASAR TEORI :
Teori sel hewan dan tumbuhan ada berdasarkan penelitian Dutrochet, Schwann dan
Schleiden yang menegaskan bahwa organ tumbuhan dan hewan tersusun dari sel. Lebih lanjut, Von
Mohl (1846) menjelaskan organ tumbuh tumbuhan dan hewan tersusun dari sel, namun yang
penting bukanlah dinding sel melainkan isi sel yang disebut protoplasma (Sutrian, 2004).
Tabel 1. Perbedaan sel tumbuhan dengan sel hewan
Organel/struktur Sel hewan Sel tumbuhan
Membran plasma Ada Ada
Dinding sel Tidak ada Ada
Mitokondria Ada Ada
Sentrosom/sentriol Ada Tidak ada
Kloroplas Tidak ada Ada
Vakuola Ada Ada
Lisosom Ada Tidak ada
Nukleus Ada Ada

Gambar 2. Sel Hewan dan Sel Tumbuhan


Tabel 2. Fungsi dari struktur/organel sel pada hewan dan tumbuhan
Struktur/organel Fungsi
Dinding sel Perlindungan (pada sel tumbuhan)
Membrane plasma Mengisolasi komponen dalam sel dengan lingkungan, mengatur
pergerakan materi dari dan kedalam sel, memungkinkan
komunikasi dengan sel lain
Materi genetik Mengkode informasi yang diperlukan untuk membangun sel dan
mengendalikan aktivitas seluler
Kromosom Mengandung dan mengendalikan penggunaan DNA
Inti sel Struktur yang mengandung kromososm dan dikelilingi membrane
Membrane inti Melapisi inti sel, mengatur pergerakan materi dari dan kedalam
inti sel
Nukleolus Mensintesis ribosom
Mitokondria Menghasilkan energi melalui metabolisme aerob
Kloroplas Menjalankan fotosintesis (pada sel tumbuhan)
Ribosom Tempat sintesis protein
Reticulum endoplasma Mensintesis komponen membrane dan lipid

Komplek golgi Memodifikasi dan membentuk paket protein, lipid, serta


mensintesis karbohidrat
Lisosom Mengandung enzim pencernaan intraseluler (pada sel hewan )
Plastid Menyimpan makanan dan pigmen

Vakuola tengah Mengandung air dan sisa metabolisme, memberikan tekanan


turgor untuk mendukung sel (pada sel tumbuhan)
Vesikel dan vakuola Mengandung makanan yang diperoleh dari proses fagositosis,
mengandung produk yang akan dibuang ke luar sel
Sitoskeleton Memberikan bentuk dan mendukung struktur sel, memposisikan
dan mengerakan bagian bagian sel
Sentriol/sentrosom Mensintesis mikrotubul silia dan flagela, dapat menghasilkan
spindle (pada sel hewan)
Silia dan flagela Mengerakan sel pada cairan atau mengerakan cairan melewati
permukaan sel (pada sel hewan).

III. ALAT DAN BAHAN :


Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Sel Epitel Rongga Mulut Bagian Pipi, Bawang Merah
Rhoeo discolor, Larutan Metilen Blue, Larutan Gula 10%. Alat yang diguanakan adalah Kertas isap
Mikroskop elektron, Pipet Tetes, Gelas benda, Cover Glass, Pinset, Cutter, Cotton Bud/ Spatula,
Tissue, dan alat Tulis.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara pengamatan sel tumbuhan dan hewan pada laboratorium biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
1. Pengamatan Sel Hewan:
1) Siapkan alat dan bahan.
2) Koreklah secara hati hati bagian dalam pipi (kulit rongga mulut bagian pipi sebelah dalam)
menggunakan cotton bud/ spatula.
3) Selanjutnya letakan hasil korekan tadi pada permukaan gelas benda/preparat (Perhatian: jika
menggunakan cotton bud, usahakan serat kapas cotton bud tidak sampai ikut terbawa).
4) Teteskan metilen blue sebanyak dua sampai tiga tetes ke gelas benda/preparat yang telah berisi
sampel tersebut dan tutup dengan cover glass (hindari terbentuknya gelembung udara dibawah
cover glass).
5) Amati spesimen tersebut menggunakan Mikroskop elektron. Perhatikan bagaimana bentuk,
warna dan bagian-bagian penyusun selnya.
6) Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan pada lembar isian.
Pengamatan Sel Tumbuhan:
Sel Bawang Merah
1) Siapkan Alat dan Bahan. Sediakan gelas benda yang bersih dan kemudian tetesi dengan beberapa
tetes air menggunakan pipet.
2) Kupaslah kulit bawang merah yang berwarna ungu menggunakan jari atau cutter, hingga
memperoleh kulit tipis (seperti kulit ari), Perhatian: Pilihkan kulit yang masih segar.
3) Segera letakkan kulit bawang merah di gelas benda/ preparat yang telah ditetesi air tadi,
kemudian tutup dengan cover glass, Perhatian: hindari banyak gelembung udara.
4) Amati dibawah Mikroskop elektron. Perhatikan bagaimana bentuk, warna dan bagian-bagian
penyusun selnya.
5) Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan pada lembar isian.
Sel Rhoeo discolor
1) Siapkan Alat dan Bahan. Sediakan kaca preparat bersih dan kemudian tetesi dengan beberapa
tetes air dengan menggunakan pipet.
2) Ambil Rhoeo discolor dan kelupaslah bagian bawahnya yang berwarna ungu dengan cutter. Atau
patahkan Rhoeo discolor dan kelupaslah dengan kuku, tarik hingga diperoleh satu lapisan,
kemudian segera letakkan di kaca preparat yang telah ditetesi air. Perhatian: jangan sampai
mengering.
3) Tutup dengan cover glass. Perhatian: hindari banyak gelembung udara.
4) Amati di Mikroskop. Perhatikan bagaimana bentuk, warna dan bagian-bagian penyusun selnya.
5) Teteskan larutan gula dengan pipet di salah satu tepi bagian cover glass,. Sedangkan di tepi yang
lain, segera isap air dengan kertas isap (agar terjadi pergantian medium).
6) Amati kembali di Mikroskop. Perhatikan bagaimana bentuk, warna dan bagian-bagian penyusun
selnya. Apakah ada perubahan atau tidak.
7) Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan pada lembar isian.
VII. LEMBAR ISIAN :
Pengamatan Gambar Keterangan
Sel hewan
Preparat :
Perbesaran :

Sel tumbuhan-bawang merah


Preparat :
Perbesaran :

Sel tumbuhan Rhoeo discolor Sebelum ditetesi larutan gula


Preparat :
Perbesaran :

Sel tumbuhan Rhoeo discolor Setelah ditetesi larutan gula


Sel Preparat :
Perbesaran :

NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Amati secara teliti struktur spesimen tersebut serta gambarlah sel epitel rongga mulut, Sel
bawang dan sel Rhoeo discolor (sebelum ditetesi lar. gula dan setelah di tetesi lar. gula) pada
lembar isian/kerja dan berilah keterangan.
2. Kerjakanlah secara hati hati dan aman sesuai prosedur kerja.

IX. PERTANYAAN :
1. Bagaimanakah perbedaan bentuk dan struktur antara sel hewan dan sel tumbuhan yang telah
kalian amati, Jelaskan.
2. Apakah benar statment yang menyatakan bahwa “ukuran sel hewan lebih besar dibandingkan sel
tumbuhan”. Buktikan berdasarkan hasil percobaan.
3. Bagaimana keadaan vakuola pada Rhoe discolor sebelum dan setelah ditetesi larutan gula.
Bagaimana pula struktur vakuola pada sel bawang merah dan sel pipi manusia.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan
,Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA III. PENGAMATAN JARINGAN PENYUSUN TUBUH HEWAN DAN TUMBUHAN

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan jaringan penyusun tubuh tumbuhan dan hewan.
2. Membedakan jaringan daun, jaringan batang dan jaringan akar dari tanaman monokotil dan
dikotil.
3. Membedakan jaringan epitel, jaringan pengikat (penyokong), jaringan otot, dan jaringan syaraf
dari hewan.
II. DASAR TEORI :
JARINGAN HEWAN
Jaringan merupakan kumpulan massa sel sejenis yang saling bekerja sama dalam
menyelenggarakan suatu fungsi tertentu baik secara struktural maupun fungsional. Pada hewan juga
ditemukan jaringan meristematis dan jaringan permanen. Jaringan meristematis misalnya pada sum-
sum tulang dan jaringan embrional. Sedangkan sebagian besar jaringan hewan adalah jaringan
permanen. Secara struktural, jaringan hewan dibedakan menjadi 4 macam yaitu jaringan epitel,
jaringan ikat (penyambung), jaringan otot, dan saraf.
A. EPITEL
Epitel (epi = di atas, thelia = putting, pentil) merupakan lapisan sel yang membatasi permukaan
badan, kulit dan membran mukosa. Sel-sel itu mungkin tersusun selapis atau dalam beberapa
lapisan; mereka terletak di atas suatu membran basal yang terdiri atas substansi amorf non-seluler,
terutama mukopolisakarida. Sel-sel epitel juga membentuk kelenjar, dengan cara invaginasi
(eksokrin) atau setelah terbentuk kelenjar lalu hubungan dengan permukaan terputus (endokrin).
A. Berdasarkan susunan lapisan sel, yaitu : Selapis : setebal satu lapisan sel, Berlapis : lebih dari satu
lapisan sel dan Bertingkat : setebal satu lapisan sel tetapi tinggi sel-sel berbeda sehingga memberi
gambaran berlapis yang keliru, karena inti-inti terlihat terletak pada lebih dari satu baris.
B. Berdasarkan bentuk sel
1. Pipih / gepeng – tinggi sel tidak seberapa bila dibandingkan dengan lebarnya (epitel pipih)
2. Kuboid – tinggi dan lebar sel sama
3. Silindris – tinggi sel jauh melebihi lebar sel
B. JARINGAN IKAT (PENYAMBUNG)
Jaringan ikat berfungsi mengikat dan menyokong jaringan (fungsional aktif) lain. Jaringan ini berguna
sebagai penyokong mekanik dan mekanisme pertahanan (fagositik dan fungsi imunologik). Ia berasal
dari mesoderm embrional atau mesenkim, yang menyediakan berbagai sel jaringan ikat. Sel-sel ini
mengeluarkan secret ke sekelilingnya berupa matriks dan karenanya terpendam didalamnya.
Matriks terdiri atas dua unsur utama yaitu :
1. Substansi dasar – homogen dan amorf; terdiri atas mukopolisakarida dan glikoprotein, dan
2. Serat dan serabut
Berdasarkan kebutuhan fungsionalnya, jaringan penyambung mempunyai gambaran, konsitensi dan
komposisi yang berbeda-beda. Perbedaan ini terletak pada banyak tidaknya satu atau lebih jenis
serat atau sifat matriks. Berdasarkan hal-hal itu maka kita mengenal macam-macam jaringan
penyambung.
1. Jaringan ikat embrional
a. Mesenkim
b. Jaringan ikat mukoid (gelatinosa), seperti pada tali pusat
2. Jaringan ikat sejati atau biasa
a. Jaringan ikat longgar atau aerolar
b. Jaringan ikat padat
i. Teratur, seperti tendo, ligament, dan aponeurosis
ii. Tidak teratur, seperti pada dermis, fasia, periosteum, perikondrium, dan simpai
pelbagai organ
c. Jaringan reticular
d. Jaringan lemak
e. Jaringan pigmen
3. Jaringan ikat khusus
a. Tulang
b. Tulang rawan
c. Darah – dengan matriks cair
C. JARINGAN OTOT
Jaringan otot terdiri atas serat-serat yang memiliki sifat kontraktil. Penggolongan jaringan otot
terdiri atas 3 macam yaitu :
1. Otot rangka, bergurat melintang (bercorak) atau volunter
2. Otot polos, tidak bergurat melintang (bercorak) atau involunter
3. Otot jantung
Semua otot berkembang dari mesoderm kecuali otot siliar, sfingter pupil dan dilatator pupil, yang
berkembang dari ektoderm. Otot arektor pili berkembang dari sel-sel mesenkim setempat.
D. JARINGAN SARAF (NEURON)
Jaringan saraf terdiri atas sel-sel spesifik (komponen neuron) yang berperan dalam
menyelenggarakan fungsi koordinasi. Pada sususnan saraf terdapat jenis sel berikut ini :
1. neuron
2. neurologia
3. ependim (da dalam SPP)
4. sel schwann (diluar SPP)
Neuron merupakan sel fungsional utama pada susunan saraf. Sel ini dikhususkan untuk resepsi,
integrasi dan transformasi keterangan yang tiba padanya sebagaimana rangsangan. Mereka juga
bereaksi terhadap rangsangan ini dan meneruskan informasi berupa impuls elektrokimia.
Neuron terdiri atas :
1. soma atau badan sel (perikarion) dengan daerah permukaan luas
2. neurit ; cabang-cabang. Terdapat dua macam cabang
a. dendrit : cabang yang menerima rangsang
b. akson : cabang eferen. Biasanya terdapat satu akson dan banyak dendrit.
Terdapat tiga macam neuron yaitu :
1. neuron sensory (sensory neuron), neuron ini mengalirkan impuls dari reseptor ke sistem saraf
pusat
2. neuron antara (internuron), interneuron selalu ditemukan pada sumsum tulang belakang dan
otak. Neuron ini membentuk hubungan antara pada jalur sistem saraf.
3. neuron penggerak (motor neuron), neuron ini mengalirkan impuls dari sistem saraf pusat menuju
ke efektor yang berupa otot dan kelenjar. Dapat dikatakan bahwa neuron ini mengantarkan
respon dari suatu stimulus.
JARINGAN TUMBUHAN
Seperti pada hewan, tubuh tumbuhan pun terdiri dari sel-sel. Sel-sel tersebut akan berkumpul
membentuk jaringan, jaringan akan berkumpul membentuk organ dan seterusnya sampai
membentuk satu tubuh tumbuhan. Di sini akan dibahas macam macam jaringan dan organ yang
membentuk tubuh tumbuhan. Jaringan tumbuhan dapat dibagi 2 macam :
1. Jaringan meristem
2. Jaringan dewasa
A. JARINGAN MERISTEM
Jaringan meristem adalah jaringan yang terus menerus membelah. Jaringan meristem dapat dibagi 2
macam :
a. Jaringan Meristem Primer
Jaringan meristem yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari pertumbuhan embrio. Contoh:
ujung batang, ujung akar. Meristem yang terdapat di ujung batang dan ujung akar disebut meristem
apikal. Kegiatan jaringan meristem primer menimbulkan batang dan akar bertambang panjang.
Pertumbuhan jaringan meristem primer disebut pertumbuhan primer.
b. Jaringan Meristem Sekunder
Jaringan meristem sekunder adalah jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu
kambium dan kambium gabus. Pertumbuhan jaringan meristem sekunder disebut pertumbuhan
sekunder. Kegiatan jaringan meristem menimbulkan pertambahan besar tubuh tumbuhan. Contoh
jaringan meristem skunder yaitu kambium. Kambium adalah lapisan sel-sel tumbuhan yang aktif
membelah dan terdapat diantara xilem dan floem. Aktivitas kambium menyebabkan pertumbuhan
sekunder, sehingga batang tumbuhan menjadi besar. Ini terjadi pada tumbuhan dikotil dan
Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka ). Pertumbuhan kambium kearah luar akan membentuk
kulit batang, sedangkan kearah dalam akan membentuk kayu.
Berdasarkan letaknya jaringan meristem dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Meristem apikal adalah meristem yang terdapat pada ujung akar dan pada ujung batang.
Meristem apikal selalu menghasilkan sel-sel untuk tumbuh memanjang. Pertumbuhan memanjang
akibat aktivitas meristem apikal disebut pertumbuhan primer. Jaringan yang terbentuk dari
meristem apikal disebut jaringan primer.
b. Meristem interkalar atau meristem antara adalah meristem yang terletak diantara jaringan
meristem primer dan jaringan dewasa. Contoh tumbuhan yang memiliki meristem interkalar adalah
batang rumput-rumputan (Graminae).
c. Meristem lateral atau meristem samping adalah meristem yang menyebabkan pertumbuhan
skunder. Pertumbuhan skunder adalah proses pertumbuhan yang menyebabkan bertambah
besarnya akar dan batang tumbuhan. Meristem lateral disebut juga sebagai kambium. Kambium
terbentuk dari dalam jaringan meristem yang telah ada pada akar dan batang dan membentuk
jaringan skunder pada bidang yang sejajar dengan akar dan batang.
JARINGAN DEWASA
Jaringan dewasa adalah jaringan yang sudah berhenti membelah. Jaringan dewasa dapat dibagi
menjadi beberapa macam :
1. Jaringan Epidermis
Jaringan yang letaknya paling luar, menutupi permukaan tubuh tumbuhan. Bentuk jaringan
epidermis bermacam-macam. Pada tumbuhan yang sudah mengalami pertumbuhan sekunder, akar
dan batangnya sudah tidak lagi memiliki jaringan epidermis. Fungsi jaringan epidermis untuk
melindungi jaringan di sebelah dalamnya.
2. Jaringan Parenkim
Nama lainnya adalah jaringan dasar. Jaringan parenkim dijumpai pada kulit batang, kulit akar,
daging, daun, daging buah dan endosperm. Bentuk sel parenkim bermacam-macam. Sel parenkim
yang mengandung klorofil disebut klorenkim, yang mengandung rongga-rongga udara disebut
aerenkim. Penyimpanan cadangan makanan dan air oleh tubuh tumbuhan dilakukan oleh jaringan
parenkim. Berdasarkan fungsinya jaringan parenkim dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
-Parenkim asimilasi (klorenkim) adalah sel parenkim yang mengandung klorofil dan berfungsi untuk
fotosintesis.
-Parenkim penimbun adalah sel parenkim ini dapat menyimpan cadangan makanan yang berbeda
sebagai larutan di dalam vakuola, bentuk partikel padat, atau cairan di dalam sitoplasma.
- Parenkim air adalah sel parenkim yang mampu menyimpan air. Umumnya terdapat pada
tumbuhan yang hidup didaerah kering (xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen
- Parenkim udara (aerenkim) adalah jaringan parenkim yang mampu menyimpan udara karena
mempunyai ruang antar sel yang besar. Aerenkim banyak terdapat pada batang dan daun tumbuhan
hidrofit.
3. Jaringan Penguat/Penyokong
Fungsinya untuk menguatkan bagian tubuh tumbuhan. Terdiri dari kolenkim dan sklerenkim.
a. Kolenkim : Sebagian besar dinding sel jaringan kolenkim terdiri dari senyawa selulosa merupakan
jaringan penguat pada organ tubuh muda atau bagian tubuh tumbuhan yang lunak.
b. Sklerenkim : Selain mengandung selulosa dinding sel, jaringan sklerenkim mengandung senyawa
lignin, sehingga sel-selnya menjadi kuat dan keras. Sklerenkim terdiri dari dua macam yaitu
serabut/serat dan sklereid atau sel batu. Batok kelapa adalah contoh yang baik dari bagian tubuh
tumbuhan yang mengandung serabut dan sklereid.
4. Jaringan Pengangkut
Jaringan pengangkut bertugas mengangkut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Ada 2 macam
jaringan; yakni xilem atau pembuluh kayu dan floem atau pembuluhlapis/pembuluh kulit kayu. Xilem
bertugas mengangkut air dan garam-garam mineral terlarut dari akar ke seluruh bagian tubuh
tumbuhan. Xilem ada 2 macam: trakea dan trakeid. Floem bertugas mengangkut hasil fotosintesis
dari daun ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
5. Jaringan Gabus
Fungsi jaringan gabus adalah untuk melindungi jaringan lain agar tidak kehilangan banyak air,
mengingat sel-sel gabus yang bersifat kedap air. Pada Dikotil, jaringan gabus dibentuk oleh kambium
gabus atau felogen, pembentukan jaringan gabus ke arah dalam berupa sel-sel hidup yang disebut
feloderm, ke arah luar berupa sel-sel mati yang disebut felem.
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah preparat awetan penampang melintang daun, batang
dan akar dari jagung (zea mays) dan kacang tanah (Arachis hypogea), preparat awetan jaringan
epitel squamosum, epitel silindris, epitel kuboid, otot polos, otot jantung, otot serat lintang dan sel
syaraf, darah, tualang keras dan tulang rawan dari hewan. Alat yang digunakan adalah mikroskop
binokuler elektron, alat tulis menulis.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara pengamatan jaringan penyusun tubuh hewan dan tumbuhan pada
laboratorium biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
Pengamatan jaringan tumbuhan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Dengan perbesaran kuat, amati preparat awetan tersebut dan gambarlah pada lembar isian/kerja
satu sektor dari penampang melintang daun jagung dan daun kacang tanah serta berilah
keterangan bagian bagiannya.
3. Perhatikan struktur daun dari kedua spesimen tersebut, khususnya jaringan epidermis
(permukaan) yaitu sel kipas dan stomata (sel penutup, sel tetangga), mesofil yang terdiri dari
jaringan tiang dan bunga karang, berkas pegangkut yang terdiri dari xilem dan floem, epidermis
bawah (sisi bagian bawah), trikomata, sklerenkim atau kolenkim.
4. Dengan perbesaran kuat, amati preparat awetan tersebut dan gambarlah pada lembar isian/kerja
satu sektor dari penampang melintang batang jagung dan batang kacang tanah serta berilah
keterangan bagian bagiannya.
5. Perhatikan struktur batang dari kedua spesimen tersebut, khususnya jaringan epidermis,
hipodermis, korteks, floem primer, kambium, xylem primer, empulur, lapisan serat, seludang
ikatan pembuluh, jaringan dasar/parenkim, skelerenkim.
6. Dengan perbesaran kuat, amati preparat awtan tersebut dan gambarlah pada lembar isian/kerja
satu sektor dari penampang melintang akar jagung dan akar kacang tanah serta berilah
keterangan bagian bagiannya.
7. Perhatikan struktur akar dari kedua spesimen tersebut, khususnya jaringan epidermis,
eksodermis, korteks, endodermis, floem, xylem, empulur, peri kambium dan kambium.
Pengamatan jaringan hewan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Dengan perbesaran kuat, amati preparat awetan tersebut dan gambarlah pada lembar isian/kerja
dari epitel berlapis tunggal pipih, kuboid dan silindris, tulang rawan, tulang keras, otot polos,
otot serat lintang, otot jantung, jaringan syaraf dan darah serta berilah keterangan bagian
bagiannya.
3. Perhatikan struktur lapisan tipis yang merupakan epitel berlapis tunggal pipih.(lihat juga epitel
kuboid dan silindris)
4. Perhatikan struktur capsula, lacunae, matrix teritorial, dan matrixinteritorial untuk tulang rawan
dan keras.
5. Perhatikan struktur lapisan sel berbentuk persegi panjang yang membatasi lumen dari epitel
berlapis tunggal silindris.
6. Perhatikan sel sel otot polos, tampak berupa kumparan dengan inti yang berbentuk lonjong
letaknya di bagian yang tebal dari sel tersebut.
7. Perhatikan serabut otot yang berbentuk silindris sebagai pita pita yang panjang dan tersusun
sejajar satu sama lain dari otot serat melintang. inti yang berbentuk lonjong dan berjumlah
banyak pada tiap serabut, letaknya di tepi serabut tepatnya di bawah sarkolemma, miofibrilnya
mengandung keping gelap dan terang yang tersusun secara berurutan.
8. Perhatikan sel darah, khususnya struktur eritrosit, limfosit, neutrofil,eosinofil, dan basofil.
9. Perhatikan sel syaraf, khususnya struktur dendrit, akson, inti, dan badan sel.
VII. LEMBAR ISIAN :
Gambar Pengamatan Gambar Pustaka Keterangan
Daun jagung (Preparat awetan)
Perbesaran :

Batang jagung (Preparat awetan)


Perbesaran :

Akar Jagung (Preparat awetan)


Perbesaran :

NB : LIhat Halaman Lampiran


VIII. TUGAS :
1. Dalam proses pengamatan menggunakan mikroskop, pergunakanlah pembesaran objektif kecil
terlebih dahulu, dan jangan langsung menggunakan pembesaran objektif besar untuk mencegah
pecahnya preparat awetan.
2. Gambarlah setiap spesimen awetan yang diamati pada lembar isian/kerja yang telah disediakan
dan berilah keterangan serta gambar bersumber pustaka.
3. Kerjakanlah secara hati hati dan aman sesuai dengan prosedur kerja.
IX. PERTANYAAN :
1. Jelaskan tentang meristem primer, meristem sekunder pada tumbuhan serta jaringan dewasa
pada tumbuhan.
2. Sebutkan fungsi dari Jaringan epitel pada hewan dan jaringan ini terdapat pada organ organ apa
saja pada hewan.
3. Bersumber pustaka coba jelaskan tentang teori meristem apikal, yaitu teori histogen dan teori
Haberlandt.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan
,Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA IV. PENGAMATAN ORGAN DAN SISTEM ORGAN TUMBUHAN DAN HEWAN

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan organ dan sistem organ pada tumbuhan dan hewan.
2. Mengamati dan menggambar organ penyusun tubuh tumbuhan dan hewan serta menjelaskan
fungsi kerja antar organ tersebut dalam koordinasi membentuk suatu sistem kerja dalam tubuh
tumbuhan atau hewan.
II. DASAR TEORI :
1. Organ
Organ terdiri atas beberapa jaringan yang berkelompok yang membentuk atau menyusun
suatu struktur dengan fungsi tertentu. Sebagai contoh, otot rangka (muscoskeletal) pada hewan
dapat merupakan organ yang disusun dari bermacam jaringan seperti jaringan otot, jaringan ikat,
dan didukung oleh pembuluh darah dan syaraf. Setiap jaringan penyusun otot rangka ini bekerja
sama (berkoordinasi) dan terkoneksi dalam membentuk suatu fungsi (sistem kerja) tertentu,
misalnya bila suatu rangsangan mengenai otot, rangsangan tersebut akan direspon oleh sel sel
syaraf yang terkoordinasi dengan sel otot sehingga dapat menyebabkan sel sel otot berkontraksi
(respon). Untuk dapat berkontraksi sel sel otot tersebut membutuhkan energi, dan energi tersebut
dapat dihasilkan bila ada makanan dan oksigen yang dibawa oleh pembuluh darah.
Jantung, paru paru lambung, usus, mata, hidung, otak dll merupakan contoh organ yang ada pada
hewan. Pada tumbuhan juga ditemukan bermacam macam organ, diantaranya akar, batang ,daun
(ketiganya disebut sebagai organ vegetatif), dan juga bunga, buah serta biji (ketiganya disebut
sebagai organ generatif). Jaringan yang membentuk organ daun yaitu : epidermis, jaringan bunga
karang (spons), jaringan tiang (palisade), jaringan pengangkut yaitu xylem dan floem.
2. Organ pada tumbuhan
Pada dasarnya tumbuhan tersusun atas 3 organ pokok, yaitu akar, batng dan daun,
sedangkan bagian lain yang terdapat pada tumbuhan merupakan derivat/turunan atau bentuk
modifikasi dari ke-3 bagian pokok tersebut yang telah mengalami perubahan bentuk, sifat atau
fungsi .
A. AKAR (RADIX)
Asal akar adalah dari akar lembaga (radix), pada Dikotil, akar lembaga terus tumbuh sehingga
membentuk akar tunggang, pada Monokotil, akar lembaga mati, kemudian pada pangkal batang
akan tumbuh akar-akar yang memiliki ukuran hampir sama sehingga membentuk akar serabut. Akar
monokotil dan dikotil ujungnya dilindungi oleh tudung akar atau kaliptra, yang fungsinya melindungi
ujung akar sewaktu menembus tanah, sel-sel kaliptra ada yang mengandung butir-butir amylum,
dinamakan kolumela.
1. Fungsi Akar
a. Untuk menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah
b. Dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan
c. Menyerap air dam garam-garam mineral terlarut
2. Anatomi Akar
Pada akar muda bila dilakukan potongan melintang akan terlihat bagian-bagian dari luar ke dalam.
-Epidermis : sel-selnya rapat dan setebal satu lapis sel, dinding selnya mudah dilewati air. Bulu akar
merupakan modifikasi dari sel epidermis akar, bertugas menyerap air dan garam-garam mineral
terlarut, bulu akar memperluas permukaan akar.
- Korteks : Letaknya langsung di bawah epidermis, sel-selnya tidak tersusun rapat sehingga banyak
memiliki ruang antar sel. Sebagian besar dibangun oleh jaringan parenkim.
-Endodermis : Merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan silinder pusat. Sel-sel endodermis
dapat mengalami penebalan zat gabus pada dindingnya dan membentuk seperti titik-titik,
dinamakan titik Caspary. Pada pertumbuhan selanjutnya penebalan zat gabus sampai pada dinding
sel yang menghadap silinder pusat, bila diamati di bawah mikroskop akan tampakseperti huruf U,
disebut sel U, sehingga air tak dapat menuju ke silinder pusat. Tetapi tidak semua sel-sel endodermis
mengalami penebalan, sehingga memungkinkan air dapat masuk ke silinder pusat. Sel-sel tersebut
dinamakan sel penerus/sel peresap.
- Silinder Pusat/Stele : Silinder pusat/stele merupakan bagian terdalam dari akar.
Akar terdiri dari berbagai macam jaringan :
- Persikel/Perikambium : Merupakan lapisan terluar dari stele. Akar cabang terbentuk dari
pertumbuhan persikel ke arah luar.
- Berkas Pembuluh Angkut/Vasis : Terdiri atas xilem dan floem yang tersusun bergantian menurut
arah jari jari. Pada dikotil di antara xilem dan floem terdapat jaringan kambium.
- Empulur : Letaknya paling dalam atau di antara berkas pembuluh angkut terdiri dari jaringan
parenkim.
B. BATANG (CAULIS)
Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya.
1. Batang Dikotil
Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam :
-Epidermis : Terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak mempunyai ruang antar sel. Fungsi
epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Pada batang yang mengalami pertumbuhan
sekunder, lapisan epidermis digantikan oleh lapisan gabus yang dibentuk dari kambium gabus.
-Korteks : Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat
dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan
parenkim.
-Endodermis : Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan
lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan Anguiospermae mengandung
zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.
-Stele/ Silinder Pusat : Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut
perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem
dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam dan floem sebelah luar. Antara xilem dan
floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang
terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium
intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan
bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya
menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terusmenerus, tetapi hanya pada saat
air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga
pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas
pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.
2. Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya
tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral
tertutup yang artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium
pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan
lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat
mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan
pohon Nenas seberang (Agave sp).
C. DAUN (FOLIUM)
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang paling banyak
mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak berlangsung di daun. Anatomi
daun dapat dibagi menjadi 3 bagian :
-Epidermis : Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis bawah,
untuk mencegah penguapan yang terlalu besar, lapisan epidermis dilapisi oleh lapisan kutikula. Pada
epidermis terdapatstoma/mulut daun, stoma berguna untuk tempat berlangsungnya pertukaran gas
dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
-Parenkim/Mesofil: Parenkim daun terdiri dari 2 lapisan sel, yakni palisade (jaringan tiang) dan spons
(jaringan bunga karang), keduanya mengandung kloroplast. Jaringan pagar sel-selnya rapat sedang
jaringan bunga karang sel selnya agak renggang, sehingga masih terdapat ruang-ruang antar sel.
Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan tiang karena kloroplastnya lebih banyak daripada
jaringan bunga karang.
-Jaringan Pembuluh : Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di
dalam tulang daun dan urat-urat daun.
D. BUNGA (FLOS)
Bunga mempunyai fungsi sebagai organ perkembang biakan. Bagian bunga dikategorikan dalam dua
kelompok, yaitu:
-Hiasan bunga, terdiri atas 2 yaitu : Kelopak bunga yang berperan dalam melindungi bunga pada saat
bunga masih kuncup dan mahkota bunga yang umumnya punya warna dan bau yang harum yang
digunakan untuk menarik serangga.
Alat kelamin pada bunga terdiri atas 2 yaitu : Putik dapat menghasilkan ovum atau lebih dikenal
dengan sel kelamin betina, benang sari dapat menghasilkan sperma atau yang lebih dikenal dengan
sel kelamin jantan.
Berdasarkan kelengkapan bagiannya, bunga dibedakan menjadi:
- Bunga sempurna/bunga lengkap yaitu bunga yang memiliki hiasan bunga serta alat kelamin yang
lengkap.
-Bunga tidak sempurna yaitu bunga yang hanya memiliki salah satu bagian hiasan bunga atau salah
satu dari alat kelamin.
- Bunga jantan: bunga yang hanya memiliki alat kelamin jantan.
- Bunga betina: bunga yang hanya memiliki alat kelamin betina.
E. BUAH (FRUCTUS) DAN BIJI (SEMEN)
Secara struktural buah itu mempunyai susunan yang terdiri dari dinding buah/perikarp atau disebut
juga dengan pericarpium. Di bagian luar pada buah disebut dengan dinding luar, eksokarp
(exocarpium), atau epikarp (epicarpium), sedangkan yang ada di dalam buah disebut dengan dinding
dalam atau endokarp (endocarpium), serta lapisan tengah yang hanya bisa beberapa lapis saja, yang
disebut dengan dinding tengah atau mesokarp (mesocarpium). Macam-macam buah terdiri atas 3
yaitu :
a) Buah tunggal, yaitu buah yang bentuknya terdiri dari satu bunga dengan satu bakal buah, serta
berisi satu biji atau lebih.
b) Buah ganda, yang bentuknya itu terdiri dari satu bunga yang memiliki banyak bakal buah. Masing-
masing dalam bakal buah tumbuh menjadi buah tersendiri, namun pada akhirnya menjadi kumpulan
buah yang tampak seperti satu buah. Contohnya seperti buah sirsak(Annona).
c) Buah majemuk, bentuknya terdiri dari bunga majemuk. Dengan demikian, buah ini berasal dari
banyak bunga dan banyak bakal buah. Akhirnya, seakanakan bunga tersebut menjadi satu buah saja.
Contohnya seperti buah nanas(Ananas), serta bunga matahari (Helianthus).
Di dalam buah terdapat biji (umum untuk tumbuhan berbiji). Struktur pada biji dalam tumbuhan
yaitu sebagai berikut :
a. Kulit biji. Pada tumbuhan yang berjenis Angiospermae, kulit bijinya terdiri dari kulit luar atau
disebut dengan testa dan kulit dalam atau disebut dengan tegmen.
b. Tali pusar atau biasa disebut dengan funiculus,yaitu bagian yang menghubungkan antara biji
dengan tembuni yaitu daerah tempat perlekatan biji yang menempel pada dinding dalam buah
c. Inti biji atau disebut dengan nukleus seminis, adalah terdiri dari lembaga atau embrio dan putih
lembaga. Lembaga tersebut terbagi lagi menjadi radikula, kotiledon, dan plumula.
3. Organ pada hewan
Umumnya tubuh hewan tersusun atas 3 organ pokok, yakni : kepala, badan, dan anggota
badan lainnya. Di daerah kepala terdapat mulut, telinga, hidung dan mata. Pada bagian badan
terdapat perut, punggung dan dada, sedangkan anggota badan terdiri atas lengan, kaki, tangan,
paha, tungkai bawah. Jika bagian ventral badan (ke arah perut) dibedah maka akan nampak
sejumlah organ dalam rongga perut (abdomen) dan rongga dada (thorax) yang dibatasi oleh
diafragma. Dalam rongga dada terdapat organ jantung yang merupakan bagian utama dari sistem
peredaran darah, selain itu pada rongga dada juga ditemukan organ paru paru yang berperan
penting dalam sistem pernapasan (system respiratory).
Organ organ yang terlibat dalam sistem pernapasan adalah : hidung, larinks, trakea, bronkus
dan paru paru, sedangkan organ yang terlibat pada sistem pencernaan (system tracus digestivus)
dimulai dari mulut, trakea, oesophagus, ventrikulus, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Organ
yang terlibat dalam sistem ekskresi (pembuangan sisa metabolisme) adalah satu pasang ginjal,
ureter, kandung kemih, uretra dan akan bermuara pada penis dan vagina. Sedangkan organ yang
terlibat pada sistem syaraf (system nervosum) adalah otak dan sumsum tulang belakang serta syaraf
tepi otak yang terdiri atas sepasang belahan otak; yang disebelah dihubungkan oleh pons varoli, otak
tengah, otak kecil, dan sum sum lanjutan. Pada sistem reproduksi, organ genital pada jantan berupa
penis, sepasang testis (menghasilkan sperma), epididimis, vas deferens, dan ductus ejakulatoris.
Pada hewan betina terdapat organ ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina.
Katak sebagai preparat segar maupun awetan dalam praktikum ini harus kita kenali semua
sistem yang bekerja didalam tubuhnya.
1. Sistem pencernaan pada katak meliputi: (1) rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk
memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa, (2) esofagus; berupa saluran pendek, (3)
ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus, (4)
intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal, (5) Usus halus meliputi:
duodenum, jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Usus tebal berakhir pada rektum
dan menuju kloaka, dan (6) kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan,
saluran reproduksi, dan urine. Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati
berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati
berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan.
pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum).
pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
2. Sistem pernafasan pada katak : Pada katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit,
dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput
rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak terdapat kapiler yang
bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada dirongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput
rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karena kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler
sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit
(vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon
dioksida dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat
arteri kulit pareparu (arteri pulmo kutanea).demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat
terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan
paruparu walaupun paru-parunya belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang
paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi.
Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru terjadi
mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah
saat udara (kaya oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada
gelembung-gelembung di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot
Sternohioideusberkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui
koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke paru-
paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang
berada dalam kapiler dinding paruparu dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus berkontraksi
sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak
menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi
yang juga diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan
mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
3. Sistim sirkulasi darah pada katak : Jantung katak terdiri 3 ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel.
Arah
aliran darah : Darah yang kaya O2 dari paru-paru dan kulit masuk ke atrium kiri. Darah yang miskin
O2 masuk ke atrium kanan dengan perantaraan sinus venosus. Dari atrium darah masuk ke ventrikel
sehingga terjadi percampuran darah yang kaya O2 dan darah yang miskin O2 . Dari ventrikel darah
yang kaya O2 dipompa ke jaringan tubuh dan pada saat darah yang miskin O2 dialirkan ke paru-paru
ke kulit untuk memperoleh O2. Peredaran darah katak termasuk peredaran darah ganda (dalam satu
kali peredarannya, darah melewati jantung 2 kali).
4. Sistim reproduksi pada katak : Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar.
Katak jantan dan katak betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar
tubuh. Pada saat kawin, katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak
jantan akan menempel pada punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian
katak betina akan mengeluarkan ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh
selaput telur (membran vitelin). Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah
sepasang ditampung oleh suatu corong. Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk. Dekat pangkal
oviduk pada katak betina dewasa, terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur
(uterus). Oviduk katak betina terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di
kloaka. Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke
dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu
bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian
berkembang menjadi berudu. Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang
dan melekat pada tumbuhan air dengan alat hisap. Makanannya berupa fitoplankton sehingga
berudu tahap awal merupakan herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora
menjadi karnivora atau insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk
lubang hidung dan paru-paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang
digantikan dengan anggota gerak depan. Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi
metamorfosis. Anggota gerak depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke
permukaan air, sehingga paru-parunya mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan
dua organ, yaitu insang danparu-paru. Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan
ekor makin memendek hingga akhirnya lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
5. Sistem saraf pada katak : Bagian otak yang berkembang dengan baik adalah otak tengah sebagai
pusat penglihatan sedangkan otak besar berhubungan dengan indra pencium dan otak kecil hanya
merupakan lengkung mendatar yang menuju ke sumsum lanjutan yang tidak berkembang dengan
baik.
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Akar, batang daun, bunga, buah dan biji tanaman
Mangga (Mangifera indica), Katak sawah (Fejervarya cancrivora) segar dan awetan, Ether atau
kloroform, larutan formalin 4%, kapas, es batu, dan air. Alat yang digunakan adalah alat tulis
menulis, stoples kaca bertutup, wadah kayu/plastik untuk bedah (disecting tray), seperangkat alat
bedah (disecting set : gunting besar dan kecil, pinset ujung tumpul dan tajam, scapel/pisau bedah
dan jarum pentul), Loup, masker hidung/mulut, sarung tangan karet, dan lampu.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara organ dan sistem organ pada tumbuhan dan hewan pada laboraorium
biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
1. Pengamatan organ dan sistem organ pada tumbuhan dikotil/monokotil
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Tuliskan nama jenis dan suku dari sediaan preparat.
3. Organ Akar :
-Sebutkan sistem perakarannya (akar serabut atau akar tunggang).
-Gambar skematis dan berilah keterangan bagian bagiannya berdasarkan keterangan dan gambar
pustaka dari bagian : Akar primer, leher akar, batang akar, cabang akar, ujung akar, serabut akar,
tudung akar.
4. Organ Batang :
-Gambar skematis dan berilah keterangan bagian bagiannya berdasarkan keterangan dan gambar
pustaka dari bagian : buku buku batang, ruas batang dan daun penumpu.
5.Organ Daun :
-Sebutkan apakah daun yang menjadi preparat termasuk daun lengkap ataukah daun tidak lengkap.
-Gambar skematis dan berilah keterangan bagian bagiannya berdasarkan keterangan dan gambar
pustaka dari bagian : pangkal daun, ujung daun, tepi daun, pertulangan daun, ibu tulang daun.
6. Organ Bunga, buah dan biji :
-Gambar skematis dari organ bunga dan berilah keterangan bagian bagiannya berdasarkan
keterangan dan gambar pustaka dari bagian : daun pelindung, daun tangkai, tangkai induk, tangkai
bunga, dasar bunga, daun kelopak, daun mahkota, benang sari dan putik.
-Gambar skematis dari organ buah dan biji berilah keterangan berdasarkan keterangan dan gambar
pustaka
2. Pengamatan organ dan sistem pencernaan pada katak
Untuk mengamati anatomi katak diperlukan pembedahan guna memisahkan organ organ di dalam
tubuh, sehingga nampak lebih jelas/nyata bentuk maupun hubungan antara satu organ dengan
organ yang lain serta letak dari organ tersebut di dalam tubuh. Menentukan letak organ yang satu
terhadap organ yang lain disebut topografi.
1. Siapkan alat dan bahan
2. Gunakanlah masker dan sarung tangan sebagai pelindung.
3. Gambarlah bentuk luar dari katak dan beri keterangan setiap bagiannya.
4. Biuslah katak dengan cara memasukan katak ke dalam stoples kaca bertutup, kemudian masukan
kedalam stoples tersebut segumpal kapas yang telah dibasahi kloroform secukupnya (Jauhkan
muka anda dari stoples agar tidak terhirup uap kloroform). Tutup stoples dengan rapat, tunggu
sampai katak tidak bergerak lagi, dan katak dapat diambil untuk proses pembedahan.
5. Letakan bagian punggung katak pada papan kayu bedah (wadah bedah), pakukan ke empat
telapak kaki katak menggunakan jarum pentul.
6. Dengan menggunakan pisau atau gunting tajam, bagian samping kiri abdomen (perut) di potong
dan selaput dinding perut dibuka kemudian dipotong secara perlahan menggunakan gunting dan
ditarik menggunakan pingset ke arah yang berlawanan (ke arah kanan).
7. Setiap ujung dari selaput dinding perut yang telah dibuka ditancapkan jarum pentul hingga
melekat pada papan kayu bedah sehingga ronga perut terbuka lebar dan akan nampak organ
organ dalam perut maupun dada dari katak.
8. Keluarkan organ organ tersebut menggunakan pingset tumpul secara hati hati (agar tidak pecah)
dan tempatkan organ organ tersebut di atas wadah bedah.
9. Cuci dan bersihkan organ tersebut kemudian gambar/foto organ organ yang berkaitan dengan
sistem pencernaan pada lembar isian/kerja dan berilah keterangan berdasarkan gambar pustaka.
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Pengamatan organ dan sistim organ pada Tumbuhan (Mangga)
Gambar Organ Keterangan Gambar Fungsi Organ (Pustaka)
Akar Mangga
Batang Mangga
Daun Mangga
Bunga Mangga
Buah Mangga
Biji Mangga
NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 2. Pengamatan organ dan sistim pencernaan pada hewan (katak)


Gambar Organ Keterangan Gambar Fungsi Organ (Pustaka)
Rongga mulut
Oesophagus
Ventrikulus

Duodenum
Jejunum
Illeum
rectum
kloaka
NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Sebelum melakukan pembedahan terhadap tubuh katak bacalah prosedur kerja secara benar dan
lakukanlah secara hati hati dan aman.
2. Coba lakukan pengamatan organ pada tanaman jagung dan bandingkan hasil pengamatan
tersebut dengan tanaman mangga, apa yang anda temukan.
3. Gambarlah setiap spesimen yang diamati pada lembar isian/kerja yang telah disediakan dan
berilah keterangan serta gambar bersumber pustaka.
4. Kerjakanlah secara hati hati dan aman sesuai dengan prosedur kerja.

IX. PERTANYAAN :
1. Sebutkan dan Jelaskan organ dan fungsi organ dari tanaman mangga.
2. Jelasakan koordinasi/kerjasama dari setiap organ dari katak untuk memproses makanan.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan
,Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA V. PEMBELAHAN SEL (MITOSIS DAN MEIOSIS)

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Mengamati serta mengidentifikasi fase-fase pembelahan mitosis pada sel tumbuhan (sel-sel ujung
akar Bawang Merah).
3. Mengamati struktur sel reproduksi hewan jantan dan betina secara mikroskopis serta
mengidentifikasi sel-sel reproduksi jantan dan betina yang mengalami diferensiasi.
II. DASAR TEORI :
Setiap sel berasal dari sel sebelumnya. Proses yang menyangkut terbentuknya sel-sel anak
baru dari induknya disebut pembelahan sel. Pada sel-sel jaringan tubuh (sel somatis), suatu sel induk
akan membelah menjadi dua sel anak yang komponen-komponennya sama dan identik dengan sel
induk, peristiwa pembelahan sel somatis semacam ini disebut sebagai mitosis. Mitosis adalah
pembelahan sel dimana berlangsung pembelahan dan pembagian nukleus beserta kromosom-
kromosom di dalamnya (Suryo, 1995).
Mitosis mempertahankan pasangan kromosom yang sama melalui pembelahan inti dari sel
somatis secara berturut-turut. Proses ini terjadi bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan
bahan-bahan di luar inti sel (sitokinesis). Proses ini mempunyai peranan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan pada hampir semua organisme (Crowder, 1998).

Gambar 1. Fase fase pembelahan Mitosis.


Mitosis berlaku pada pembelahan inti sedangkan pembelahan sitoplasma disebut sitokinesis.
Pembelahan inti terdapat pada embrio seluruh jaringan (Yatim, 1983). Semua sel somatik dalam
suatu organisme multiselular berasal dari satu sel, yaitu zigot, melalui proses pembelahan mitosis.
Fungsi mitosis mula-mula membentuk salinan yang sama dari tiap kromosom dan kemudian melalui
pembelahan sel induk (asal), mendistribusikan suatu set kromosom yang identik kepada kedua sel
anak (Stansfield, W.D, 1991).
Sel dari spesies dan individu tumbuhan yang berbeda mempunyai komponen yang berbeda.
Keadaan ini menuntut perlakuan yang berbeda terhadap sel-sel tersebut agar kromosom dapat
diamati. Bahan standar yang bisa digunakan dalam pengamaatn mitosis adalah sel-sel ujung bawang
merah karena komposisi dinding selnya tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang mudah
ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna. Pada saat sel aktif membelah, kromosom relatif mudah
diamati hanya dengan memperlakukan sel-sel tersebut dengan metode fiksasi dan pewarnaan yang
sederhana (Andersoon, 2006).
Gametogenesis merupakan peristiwa pembentukan sel gamet, baik gamet jantan
(spermatogenesis) dan juga gamet betina (oogonesis) (Sumiati, 2013). Pada spermatogenesis,
spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah)
dengan cara mitosis paling tidak satu kali. Setelah reproduksi, spermatogonia ini diberi makan
(nutrient) oleh sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer
mengandung kromosom dengan jumlah diploid pada inti selnya dan mengalami meiosis
(pembelahan reduksi dan pertukaran bahan genetik). Sel-sel spermatosit sekunder yang haploid
ini sekarang mengalami pembelahan meiosis kedua untuk menyusun kembali bahan genetik.
Spermatid adalah sel yang dihasilkan pada pembelahan meiosis kedua. Bagian terbesar pada
spermatid yang mengandung inti (nucleus) berdeferensiasi menjadi kepala (caput)
spermatozoon yang masak (Verrals, 2003)

Gambar 2. Proses Gametogenesis Hewan


Oogenesis berawal dari folikel primer yang berasal dari satu sel epitel benih yang
membelah diri. Sel yang nantinya aka menjadi ovum (telur) berada di tengah-tengah dikelilingi
oleh sel-sel kecil hasil pembelahan tadi. Sel-sel kecil ini merupakan lapisan sel yang tebal yang
disebut membrane granulose. Folikel perimer ini kebanyakan berada langsung di bawah kulit
ovarium yang tipis sekali dan disebut tunika albuginea. Folikel primer ini dapat dibedakan dari
folikel sekunder dari letaknya dan membrane yang membungkus ovumnya. Folikel primer
terletak dekat atau melekat pada permukaan ovarium dan ovanya tidak terbungkus oleh
membrane viteline (Partodiharjo, 1987).
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Ujung Akar Bawang Merah, Larutan 0,02 M-
Hydroxychinolin, Asam asetat 45% , Larutan HCl , Aseto-orcein/ Aseto-carmin, Preparat Tubulus
Semeniferus Testis, Preparat Ovarium. Alat yang digunakan adalah : Mikroskop, Pipet Tetes, Pinset,
Cawan Petridis, Pembakar Bunsen, Kaca Preparat, Cover Glass, Cutter, Botol Maserasi, Jarum Besi,
Becker Glass, Termometer, Tissue dan Alat Tulis.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara pembelahan sel mitosis dan meiosis pada laboratorium biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
1. Fase Pembelahan Sel Ujung Akar Bawang Merah :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Potong ujung akar bawang merah yang masih segar dan lurus sepanjang 0,5 sampai 1 cm dengan
cutter, dan masukkan ke dalam larutan 0,02 M 8-Hydroxychinolin. Kemudian disimpan diruangan
gelap selama 1 jam dengan suhu ruang.
3. Fiksasi ujung akar bawang merah menggunakan larutan 45% asam asetat selama 10 menit pada
suhu ruang.
4. Maserasi ujung akar bawang merah dengan menggunakan larutan asam asetat dan HCl dengan
perbandingan 3:1 pada suhu 60 oC selama 2 – 3 menit.
5. Ambil ujung akar bawang merah dengan menggunakan jarum besi kemudian letakan di atas gelas
preparat dan hancurkan ujung akar dengan ujung jarum besi, kemudian tetesi dengan aseto
orcein atau aseto carmin (larutan staining).
6. Tutup preparat dengan gelas penutup (cover glass). Usahakan udara tidak masuk, untuk
menghindari timbulnya gelembung-gelembung udara.
7. Kemudian balut dengan tissue, selanjutnya lakukan squashing (Penekananan). Pada saat
melakukan squash jangan sampai terlalu keras dan mengakibatkan cover glass maupun preparat
menjadi pecah.
8. Buka tissue dan letakkan preparat di atas nyala api bunsen sebanyak 3 kali.
9. Amati preparat di bawah mikroskop. Catat dan gambar hasil pengamatan.
2. Pengamatan Tubulus Semeniferus Testis :
1. Siapkan preparat Preparat Tubulus Semeniferus Testis.
2. Amati di Mikroskop dan perhatikan bagaimana bentuk, warna dan sel-sel penyusunnya serta sel
mana sajakah yang mengalami diferensiasi.
3. Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan.
3. Pengamatan Ovarium :
1. Siapkan preparat Ovarium.
2. Amati masing-masing preparat di Mikroskop. Perhatikan bagaimana bentuk, warna dan sel-sel
penyusunnya serta sel mana sajakah yang mengalami diferensiasi.
3. Catat, gambar dan analisislah hasil pengamatan.
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Fase pembelahan sel ujung akar bawang merah
Interfase Profase Prometafase

Metafase Anafase Telofase

NB : LIhat Halaman Lampiran


Tabel 2. Pengamatan fase diferensiasi sel testis dan ovarium
Pengamatan Gambar Keterangan
Preparat : Tahap : Berdiferensiasi: Ya/Tidak
Perbesaran :

Tahap : Berdiferensiasi: Ya/Tidak


Preparat : Tahap : Berdiferensiasi: Ya/Tidak
Perbesaran :
Tahap : Berdiferensiasi: Ya/Tidak

NB : LIhat Halaman Lampiran


VIII. TUGAS :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi gametogenesis dan diferensiasi sel, Jelaskan.
2. Jelaskan ciri mendasar yang menjadi pembeda dari setiap fase pembelahan pada proses
pembelahan secara mitosis.
IX. PERTANYAAN :
1. pada pembelahan sel secara mitosis kromosom dapat diamati dan dapat dihitung dengan sangat
jelas pada fase pembelahan apa, jelaskan.
2. Berdasarkan hasil pengamatan, pada tahap gametogenesis mana saja, sel mengalami diferensiasi.
3. Bagaimana bentuk dan struktur sel pada tiap tahapan gametogenesis? Apakah sama atau
berbeda? Apa yang yang menjadi persamaan dan perbedaannya, jelaskan.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA VI. REPRODUKSI SEKSUAL DAN ASEKSUAL PADA TUMBUHAN DAN HEWAN
I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Mengamati struktur bunga dan mengamati cara perkembangbiakan tumbuhan secara asexual.
2. Mengamati struktur alat reproduksi katak dan proses reproduksi asexual pada Planaria sp.
II. DASAR TEORI :
A. Perkembangbiakan pada Tumbuhan
Tumbuhan dapat bereproduksi dengan dua cara yaitu seksual (generatif) dan aseksual
(vegetatif). Reproduksi tersebut merupakan upaya untuk mempertahankan kelestarian spesies.
Reproduksi Generatif pada Tumbuhan
Reproduksi generatif adalah terjadinya individu baru yang didahului dengan peleburan dua sel
gamet. Peristiwa ini disebut pembuahan. Pembuahan (fertilisasi) pada tumbuhan berbiji akan terjadi
kalau didahului adanya proses penyerbukan (persarian/polenasi).
Penyerbukan adalah sampainya serbuk sari pada tempat tujuan. Pada tumbuhan Gymnospermae,
tujuan serbuk sari adalah tetes penyerbukan, sedangkan pada tumbuhan Angiospermae, tujuan
serbuk sari adalah kepala putik. Penyerbukan akan menghasilkan individu baru apabila diikuti oleh
pembuahan, yaitu peleburan antara sel kelamin jantan dengan sel kelamin betina. Pada tumbuhan
berbiji dikenal ada dua macam pembuahan, yaitu pembuahan tunggal pada Gymnospermae, dan
pembuahan ganda pada Angiospermae.
a. Pembuahan tunggal
Terjadi pada tumbuhan Gymnospermae atau tumbuhan berbiji terbuka. Serbuk sari akan
sampai pada tetes penyerbukan, kemudian dengan mengeringnya tetes penyerbukan, serbuk sari
yang telah jatuh di dalamnya akan diserap masuk ke ruang serbuk sari melalui mikrofil. Serbuk sari
ini sesungguhnya terdiri atas dua sel, yaitu sel generatif atau yang kecil dan sel vegetatif yang besar,
hampir menyelubungi sel generatif. Serbuk sari ini kemudian tumbuh membentuk buluh serbuk sari,
yang kemudian bergerak ke ruang arkegonium. Karena pembentukan buluh serbuk sari maka sel-sel
yang terdapat di antara ruang serbuk sari dan ruang arkegonium terdesak ke samping akan terlarut.
Sementara itu di dalam buluh ini sel generatif membelah menjadi dua dan menghasilkan sel dinding
atau sel dislokator, dan sel spermatogen atau calon spermatozoid. Sel spermatogen kemudian
membelah menjadi dua sel permatozoid. Setelah sampai di ruang arkegonium, sel vegetatif lenyap,
dan kedua sel spermatozoid lepas ke dalam ruang arkegonium yang berisi cairan, sehingga
spermatozoid dapat berenang di dalamnya. Pada ruang arkegonium terdapat sejumlah sel telur yang
besar. Tiap sel telur bersatu dengan satu spermatozoid, sehingga pembuahan pada Gymnospermae
selalu mengasilkan zigot yang kemudian tumbuh dan berkembang menjadi embrio. Pembuahan
tunggal seperti ini misalnya terjadi pada pohon Pinus.
b. Pembuahan ganda
1. Perkembangan serbuk sari
Serbuk sari yang jatuh di kepala putih terdiri atas satu sel dengan dua dinding pembungkus, yaitu:
eksin (selaput luar) dan intin (selaput dalam). Eksin pecah, kemudian intin tumbuh memanjang
membuat buluh serbuk sari. Buluh serbuk sari ini akan tumbuh menuju ke ruang bakal biji.
Bersamaan dengan ini inti sel serbuk sari membelah menjadi 2, yang besar didepan adalah inti
vegetatif sebagai penunjuk jalan, dan yang kecil di belakang adalah inti generatif. Inti generatif
membelah lagimenjadi dua inti generatif atau spermatozoid, yaitu inti generatif 1 dan intigeneratif 2.
2. Pembentukan sel telur
Bersamaan dengan perkembangan serbuk sari dalam buluh serbuk sari, di dalam ruang bakal biji sel
induk megaspora (megasporosit/makrosporosit) membelah secara meiosis menjadi 4 sel. Tiga di
antaranya mati dan yang satu tumbuh menjadi sel megaspora/makrospora (inti kandung lembaga
primer). Inti sel megaspora ini selanjutnya membelah mitosis 3 kali, sehingga terbentuklah 8 inti. Ke-
8 inti tersebut kemudian masing-masing akan terbungkus membran sehingga menjadi sel yang
terpisah. Karena itu sel-sel di dalam bakal biji sering disebut multigamet. Langkah berikutnya, 8 sel
tersebut membentuk formasi di dalam bakal biji. Tiga sel menempatkan diri di bagian atas bakal biji
disebut antipoda. Yang di bagian bawah dekat mikrofil, 3 sel menempatkan diri berdekatan. Yang
tengah adalah ovum, sedang mengapitnya sebelah kanan dan kiri adalah sinergid. Dua sel yang
tersisa bergerak ke tengah bakal biji dan bersatu melebur membentuk inti kandung lembaga
sekunder sehingga menjadi sel yang diploid (2n). Jika terjadi pembuahan inti generatif 1 membuahi
ovum membentuk zigot, sedang inti generatif 2 membuahi inti kandung lembaga sekunder
menghasilkan endosperm (3n) sebagai cadangan makanan untuk zigot. Inilah yang dinamakan
pembuahan ganda. Sementara itu inti vegetatif akan mati setelah sampai di bakal biji.
-inti generatif 1 (n) + ovum (n) —–> zigot (2n)
-inti generatif 2 (n) + inti kandung lembaga sekunder (2n) —–> endosperm (3n)
Perkembang Biakan Tak Kawin Secara Alami / Vegetatif Alami
Perkembangbiakan secara alami adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan tangan
manusia untuk terjadi pembuahan / anakan tanaman baru.
a. Umbi Lapis
Umbi lapis adalah tumbuhnya tunas pada sela-sela lapisan umbi. Contohnya seperti bawang merah.
b. Umbi Batang
Umbi batang adalah batang yang beralih fungsi sebagai tempat penimbunan makanan dengan calon
tunas-tunas kecil yang berada di sekitarnya yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Contoh
seperti jagung dan ketela rambak.
C. Geragih
Geragih adalah batang yang menjalar secara terus-menerus di mana pada ruas batang dapat muncul
tunas-tunas baru. Misalnya seperti tanaman rumput teki, arbei, kangkung, dan lain sebagainya.
d. Akar Tunggal
Akar tunggal adalah tunas yang muncul pada batang tumbuhan yang tumbuh secara mendatar di
tanah. Contohnya seperti keladi, alang-alanga, dll.
e. Spora
Spora adalah cara tumbuhan paku, lumut dan jamur berkembang biak dengan membentuk spora
tempat tunas baru akan muncul.
f. Tunas
Tunas adalah tumbuhan anakan yang muncul di samping tumbuhan induknya. Contohnya yakni
seperti pohon pisang, bambu, tebu, dan lain sebagainya.
g. Tunas Adventif
Tunas adventif adalah tunas yang tumbuh pada bagian-bagian tertentu seperti pada akar, daun, dsb.
Contoh tanaman bertunas adventif adalah seperti pohon cemara, kesemek, sukun, dan lain-lain.
2. Perkembang Biakan Tidak Kawin Buatan / Reproduksi Vegetatif Buatan
Perkembangbiakan secara buatan adalah berkembang biaknya tumbuhan tanpa bantuan campur
tangan manusia.
a. Metode Mencangkok / Cangkok
Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakkan tumbuhan dengan jalan menguliti batang yang
ada lalu bungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah muncul akar yang kokoh, maka
batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam di tempat lain.
b. Merunduk / Menunduk
Merunduk adalah teknik berkembang biak tumbuh-tumbuhan dengan cara menundukkan batang
tanaman ke tanah dengan harapan akan tumbuh akar. Setelah akar timbul, maka batang sudah bisa
dipotong dan dibawa ke tempat lain.
c. Menyetek / Nyetek
Menyetek adalah perkembangbiak tumbuhan dengan jalan menanam batang tanaman agar tumbuh
menjadi tanaman baru. Contohnya seperti singkong.
d. Menyambung / Mengenten
Mengenten adalah perkembang biakan buatan yang biasanya dilakukan pada tumbuhan sejenis
buah-buahan atau ketela pohon demi mendapatkan kualitas buat yang baik.
B. Perkembangbiakan pada Hewan
Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual pada hewan lebih jarang terjadi daripada tumbuhan. Biasanya
reproduksi aseksual merupakan suatu alternatif dan bukan pengganti dari reproduksi seksual.
Beberapa invertebrata, misalnya jenis cacing pipih (Planaria) berkembang biak dengan cara
fragmentasi. Fragmentasi merupakan pemutusan bagian tubuh. Setelah tumbuh mencapai ukuran
yang normal, Planaria secara spontan terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Setiap bagian
berkembang menjadi dewasa dan proses tersebut akan terulang kembali. Invertebrata lain
melakukan melakukan reproduksi aseksual dengan cara pertunasan (budding). Pertunasan
merupakan proses terbentuknya tunas kecil (yang serupa dengan induknya) dari tubuh induk.
Reproduksi sexual
Reproduksi seksual pada vertebrata diawali dengan perkawinan yang diikuti dengan
terjadinya fertilisasi. Fertilisasi tersebut kemudian menghasilkan zigot yang akan berkembang
menjadi embrio. Fertilisasi pada vertebrata dapat terjadi secara eksternal atau secara internal.
Fertilisasi eksternal merupakan penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni
berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan (pisces) dan amfibi (katak).
Fertilisasi internal merupakan penyatuan sperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan
betina. Hal ini dapat terjadi karena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke
dalam alat kelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial),
misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan mamalia. Setelah fertilisasi internal, ada tiga cara
perkembangan embrio dan kelahiran keturunannya, yaitu dengan cara ovipar, vivipar dan
ovovivipar.
1. Ovipar (Bertelur)
Ovipar merupakan embrio yang berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio
mendapat makanan dari cadangan makanan yang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh
induk betina lalu dierami hingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada burung dan beberapa
jenis reptil.
2. Vivipar (Beranak)
Vivipar merupakan embrio yang berkembang dan mendapatkan makanan dari dalam uterus (rahim)
induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan, anak akan dikeluarkan dari vagina induk betinanya.
Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui), misalnya kelinci dan
kucing.
3. Ovovivipar (Bertelur dan Beranak)
Ovovivipar merupakan embrio yang berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih
tersimpan di dalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang
berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknya dan anak akan
keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalah kelompok reptil (kadal) dan
ikan hiu.
Reproduksi Amfibi
Kelompok amfibi, misalnya katak, merupakan jenis hewan ovipar. Katak jantan dan katak
betina tidak memiliki alat kelamin luar. Pembuahan katak terjadi di luar tubuh. Pada saat kawin,
katak jantan dan katak betina akan melakukan ampleksus, yaitu katak jantan akan menempel pada
punggung katak betina dan menekan perut katak betina. Kemudian katak betina akan mengeluarkan
ovum ke dalam air. Setiap ovum yang dikeluarkan diselaputi oleh selaput telur (membran vitelin).
Sebelumnya, ovum katak yang telah matang dan berjumlah sepasang ditampung oleh suatu corong.
Perjalanan ovum dilanjutkan melalui oviduk. Dekat pangkal oviduk pada katak betina dewasa,
terdapat saluran yang menggembung yang disebut kantung telur (uterus). Oviduk katak betina
terpisah dengan ureter. Oviduk nya berkelok-kelok dan bermuara di kloaka.
Segera setelah katak betina mengeluarkan ovum, katak jantan juga akan menyusul
mengeluarkan sperma. Sperma dihasilkan oleh testis yang berjumlah sepasang dan disalurkan ke
dalam vas deferens. Vas deferens katak jantan bersatu dengan ureter. Dari vas deferens sperma lalu
bermura di kloaka. Setelah terjadi fertilisasi eksternal, ovum akan diselimuti cairan kental sehingga
kelompok telur tersebut berbentuk gumpalan telur. Gumpalan telur yang telah dibuahi kemudian
berkembang menjadi berudu.
Berudu awal yang keluar dari gumpalan telur bernapas dengan insang dan melekat pada
tumbuhan air dengan alat hisap. Makanannya berupa fitoplankton sehingga berudu tahap awal
merupakan herbivora. Berudu awal kemudian berkembang dari herbivora menjadi karnivora atau
insektivora (pemakan serangga). Bersamaan dengan itu mulai terbentuk lubang hidung dan paru-
paru, serta celah-celah insang mulai tertutup. Selanjutnya celah insang digantikan dengan anggota
gerak depan. Setelah 3 bulan sejak terjadi fertilisasi, mulailah terjadi metamorfosis. Anggota gerak
depan menjadi sempurna. Anak katak mulai berani mucul ke permukaan air, sehingga paru-parunya
mulai berfungsi. Pada saat itu, anak katak bernapas dengan dua organ, yaitu insang dan paru-paru.
Kelak fungsi insang berkurang dan menghilang, sedangkan ekor makin memendek hingga akhirnya
lenyap. Pada saat itulah metamorfosis katak selesai.
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan pada acara ini adalah : Bunga kembang sepatu (Hibiscus rossa-sinensis),
cacing pipih (Planaria sp), Katak sawah (Fejervarya cancrivora) jantan dan betina, hati hewan. Alat
yang digunakan adalah : Loup, pinset, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, cutter, mikroskop
cahaya, alat bedah, papan bedah, jarum pentul, stoples kaca, khloroform, kapas, botol selai,
petridish.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara reproduksi sexual dan asexual pada tumbuhan dan hewan pada
laboratorium biologi dan hutan TAHURA.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
Struktur bunga/Reproduksi sexual
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Amati bagian bagian bunga (kelopak, mahkota, benang sari, putik dan reseptakel).
3. Gambarlah hasil pengamatan anda pada lembar isian/kerja.
4. Amati bagian kelopak bunga, apakah berlekatan atau terpisah, catatlah bentuk dan warna
kelopak.
5. Amati bagian mahkota bunga, apakah berlekatan atau terpisah, catatlah bentuk dan warna
mahkota.
6. Amati benang sari dan hitung jumlah benang sari, apakah benang sari melekat pada mahkota,
amati tangkai sarinya, apakah terlihat serbuk sari pada kepala sari, catatlah hasil pengamatan
anda.
7. Amati dan gambarlah serbuk sari pada lembar isian/kerja.
8. Amatilah bagian putik, bagaimana bentuknya, perhatikan bagian ovarium, tangkai putik dan
kepala putik, apakah kepala putiknya lengket, apakah ada serbuk sari yang melekat padanya,
amati dengan loup dan catatlah hasil pengamatan anda.
Reproduksi asexual pada Tumbuhan
1. Persiapkan alat dan bahan dan pergilah ke kebun atau hutan.
3. Temukan 5 buah tanaman yang perkembangbiakannya secara vegetatif alami, dan tentukanlah
jenis atau cara perkembangbiakannya.
Reproduksi sexual pada katak
1. Siapkan alat dan bahan, serta gunakanlah masker wajah dan sarung tangan karet.
2. Ambil katak betina (umumnya yang betina lebih besar dari katak jantan) dan masukan kedalam
stoples yang sebelumnya telah ditaruh segumpal kapas yang telah dibasahi kloroform.
3. Setelah katak pingsan, ambil dan letakan katak tersebut dengan posisi punggung terlentang pada
papan bedah dan pakukan ke empat telapak kaki katak menggunakan jarum pentul pada papan
bedah.
4. Dengan menggunakan pisau atau gunting tajam, bagian samping kiri abdomen (perut) di potong
dan selaput dinding perut dibuka kemudian dipotong secara perlahan menggunakan gunting dan
ditarik menggunakan pingset ke arah yang berlawanan (ke arah kanan).
5. Setiap ujung dari selaput dinding perut yang telah dibuka ditancapkan jarum pentul hingga
melekat pada papan kayu bedah sehingga ronga perut terbuka lebar.
6. Amati organ seks betina yang anda temukan dan gambarlah pada lembar isian/kerja.
7. Gunakan pustaka sebagai pedoman pengamatan organ reproduksi katak.
8. Untuk pengamatan organ reproduksi jantan lakukan langkah langkah pengamatan seperti pada
katak betina.
Reproduksi asexual pada Planaria sp.
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Carilah Planaria sp (berbentuk pipih dan aktif bergerak) pada parit yang terpolusi berat (biasanya
cacing tersebut melekat pada dasar batu yang berada di dalam parit atau sungai tercemar).
3. Bila sudah ditemukan, sedotlah hewan tersebut menggunakan pipet tetes dan masukan ke dalam
botol selai yang sudah berisi air secukupnya.
4. Sedotlah kembali dengan menggunakan pipet tetes Planaria sp tersebut dan tempatkan pada
petridish yang telah berisi air 2-3 tetes.
5. Secara hati hati potonglah Planaria sp tersebut menjadi 3 bagian : kepala, badan dan ekor.
6. Sedot kembali Planaria sp yang telah dipotong tadi menggunakan pipet tetes dan masukan ke
dalam botol selai yang telah di isi secuil keratan hati hewan dan air secukupnya.
7. Amati selama 1 minggu (pagi dan sore) proses perkembangbiakan Planaria sp yang telah anda
potong potong tersebut dan catatlah hasil pengamatan anda pada lembar isian/kerja.
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Morfologi bunga Kembang sepatu/Reproduksi sexual
Gambar : Keterangan :
1.
2.
3.
4.

Ciri ciri Kelopak


Ciri ciri Mahkota
Ciri ciri Benang sari
Ciri ciri Kepala sari
Ciri ciri serbuk sari

NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 2. Reproduksi asexual pada tumbuhan


N Nama Tumbuhan Jenis Reproduksi Asexual keterangan
o Daerah Ilmiah

NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 3. Reproduksi sexual pada Katak jantan dan Betina


Gambar (Jantan) (Betina) Nama Organ Keterangan

NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 4. Reproduksi asexual Planaria sp


Hari ke Gambar Potongan Tubuh Keterangan
Kepala Badan Ekor
1 Pagi

Sore

NB : LIhat Halaman Lampiran


VIII. TUGAS :
1. Sebelum melakukan pembedahan terhadap tubuh katak bacalah prosedur kerja secara benar dan
lakukanlah secara hati hati dan aman.
2. Gambarlah setiap spesimen yang diamati pada lembar isian/kerja yang telah disediakan dan
berilah keterangan serta gambar bersumber pustaka.
IX. PERTANYAAN :
1. Pada pengamatan bunga, berapa jumlah mahkota dan putiknya, berapa banyak biji yang akan
dihasilkan bunga tersebut jika semua ovulum dibuahi.
2. Jelaskan perbedaan organ genital dari katak jantan dan betina yang anda amati.
3. Berapa hari regenerasi tubuh Planaria sp yang anda amati dari sejak di potong potong sampai
menjadi individu yang utuh.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA VII. OSMOSIS DAN DIFUSI

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Menunjukan pengaruh konsentrasi larutan yang berbeda terhadap pelarutan sel darah merah.
2. Membuktikan peristiwa difusi dan osmosis pada sel tumbuhan.
II. DASAR TEORI :
Fungsi penting membran sel adalah memisahkan bagian dalam sel dari bagian luar sel.
Walaupun demikian membran bukanlah selaput yang tidak dapat ditembus. Nutrien harus dapat
masuk melewati membran dan bahan yang tidak terpakai harus dikeluarkan untuk kelangsungan
hidup sel. Sehingga sifat membran harus selektif permeabel. Beberapa molekul dapat menembus
membran dengan mudah. Proses spontan ini disebut sebagai difusi. Proses ini melibatkan molekul
yang berukuran kecil dan bersifat lipofilik (larut dalam lemak) (Alberts et al, 1998).
Difusi merupakan perpindahan molekul dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah. Tujuan dari difusi adalah untuk mencapai kesetimbangan konsentrasi zat, baik yang terlarut
maupun pelarutnya (Raven, et al, 2014). Jika yang berdifusi adalah air (sebagai pelarut) maka proses
difusi ini disebut sebagai Osmosis (Reece and Mitchel, 1999).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi difusi, yaitu (Alberts et al, 1998).:
1. Ukuran partikel/molekul : Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin cepat partikel itu akan
bergerak. Sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
2. Ketebalan membran : Semakin tebal membran maka semakin lambat kecepatan difusinya.
3. Luas suatu area : Semakin besar luas suatu area, maka semakin cepat kecepatan difusinya.
4. Jarak : Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat difusinya.
5. Suhu : Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat.
Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
6. Wujud materi : Pada zat yang berwujud padat, difusi akan berlangsung secara lambat. Sedangkan
pada zat yang berwujud encer, difusi akan berlangsung lebih cepat dan pada zat yang berwujud
gas, difusi akan berlangsung sangat cepat.
7. Perbedaan gradient konsentrasi : Semakin besar gradient konsentrasi antara dua daerah, semakin
cepat rata-rata difusinya.
Larutan berdasarkan konsentrasi terhadap sel dibagi menjadi tiga, yaitu larutan hipertonis
(hyperosmotic solution), larutan isotonis (isoosmotic solution) dan larutan hipotonis (hypoosmotic
solustion). Larutan hipertonik merupakan larutan yang memiliki gradient konsentrasi lebih tinggi
daripada didalam sel sedangkan larutan hipotonik memiliki gradient konsentrasi lebih rendah
daripada didalam sel (Raven, et al, 2014).
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Kapas, Alkohol, aquades, darah, larutan NaCl 0,9%,
larutan sukrosa/gula pekat. Alat yang digunakan adalah : Mikroskop, objek glass, cover glass, pipet
tetes, tabung reaksi, blood lancet.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara difusi dan osmosis pada laboratorium biologi
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.

VI. PROSEDUR KERJA :


A. Pengaruh konsentrasi larutan yang berbeda terhadap pelarutan sel darah merah
1. Siapkan tiga buah obyek glass dan cover glass
2. Tetesi obyek glass I dengan larutan NaCl 0,9%
3. Tetesi obyek glass II dengan larutan sukrosa/gula pekat
4. Tetesi obyek glass III dengan aquades
5. Tambahkan ke dalamnya masing-masing 1 tetes darah
6. Tutup dengan cover glass
7.Amati di bawah mikroskop perubahan yang terjadi pada sel darah merah
(menggelembung/pecah, normal, krenasi)
8. Catat hasil pengamatan Anda dan gambarkan
B. Pengamatan Difusi dan Osmosis pada sel tumbuhan
1. Sayat Rhoe discolor setipis mungkin, letakkan pada object glass
2. Tetesi dengan air kran, tutup dengan cover glass
3. Amati dibawah mikroskop, bentuk dan warna sel yang tampak
4. Ambil selembar tissue dan serap air melalui tepi cover glass
5. Buka cover glass, tetesi object glass dengan larutan sukrosa/gula pekat
6. Tutup cover glass kembali, amati dibawah mikroskop
7. Lihat perubahan warna dan bentuk sel
8. Hitung jumlah sel yang berubah warna dan bentuk dari satu lapang pandang selama 2 menit
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Percobaan Konsentrasi Larutan terhadap sel darah merah
Macam Perlakuan Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan

1 Darah ditetesi larutan sukrosa/gula


pekat
2 Darah ditetesi larutan Nacl 0,9%

3 Darah ditetesi Aquades

NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 2. Pengamatan difusi dan osmosis pada sel tumbuhan


Macam Perlakuan Hasil Pengamatan

Gambar Keterangan Jumlah sel berubah Jumlah sel berubah


warna bentuk
Rhoeo discolor di tetesi air
keran
Rhoeo discolor di tetesi
larutan sukrosa/gula pekat
NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Buatkanlah percobaan sederhana menggunakan daun alang alang untuk melihat proses tekanan
turgor pada sel tumbuhan.
2. Buatkanlah percobaan sederhana menggunakan daun Rhoeo discolor untuk melihat proses
plasmolisis pada sel tumbuhan.
IX. PERTANYAAN :
1. Jelaskan dan berikan contoh yang termasuk larutan isotonis, hipotonis dan hipertonis.
2. Jelaskan perubahan yang terjadi pada sel darah yang dilarutkan pada larutan isotonis, hipertonis
dan hipotonis.
3. Jelaskan perubahan yang terjadi pada sel Rhoe discolor yang dilarutkan pada larutan gula pekat!
4. Apa yang dimaksud plasmolisis.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA VIII. FOTOSINTESIS DAN RESPIRASI

I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Membuktikan peranan cahaya dalam proses fotosintesis dan pembentukan amilum/pati.
2. Mengamati perbedaan kecepatan bernafas (respirasi) pada beberapa jenis serangga.
II. DASAR TEORI :

Fotosintesis

Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan hijau yang
terjadi pada kloroplast. Dalam fotosintesis terdapat dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap
(siklus Calvin). Reaksi terang terjadi pada grana (granum), sedangkan reaksi Calvin terjadi di dalam
stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan
oksigen (O ). Sedangkan dalam siklus Calvin terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan
2

dasar CO dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam siklus Calvin diperoleh dari
2

reaksi terang atau fotosintesis merupakan proses fisikokimia, dimana energi cahaya digunakan
untuk mensintesis senyawa organik (bentuk yang stabil)dari senyawa anorganik. Proses ini
bergantung pada satu set komplek mol-mol protein yang terdapat dalam kloroplas melalui satu seri
reaksi perubahan/pemindahan energi, merubah energi cahaya menjadi bentuk senyawa yang stabil.
Melalui waktu yang panjang dan banyak penelitian maka didapatkan ringkasan reaksi fotosintesis :
6 CO2 + 6 H2O ====== C6H12O6 + 6 O2
Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang
dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada
kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm),
hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya
berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya
yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang
gelombang yang berbeda. Kloroplast mengandung beberapa pigmen. Sebagai contoh, klorofil a
terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap cahaya biru dan oranye dan
memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang, sedangkan
klorofil b tidak secara langsung berperan dalam reaksi terang.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis
Seperti halnya proses metabolisme yang lain, fotosintesis dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Di alam fotosintesis dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam dan sulit dipisahkan secara tegas.
Analisis hanya dengan cara seksama dapat mengetahui faktor masing-masing. Sesuai dengan hukum
Black Man (prinsip faktor pembatas), maka kecepatan fotosintesis ditentukan oleh faktor yang
berada dalam keadaan minimum. Pada dasarnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi :
A. Faktor dalam
1. Kandungan klorofil : karena pigmen ini langsung berperan dalam penangkapan energi radasi dan
mengubahnya menjadi energi kimia maka jumlahnya akan menentukan kecepatan fotosintesis.
2. Morfologi daun : termasuk di dalamnya kerapatan tulang daun, permukaan daun (mengkilat atau
tidak).
3. Anatomi daun : struktur anatomi mempengaruhi fotosintesis secara tidak langsung karena
mempengaruhi kecepatan difusi C02 dan lewatnya cahaya pada mesofilnya.
4. Faktor protoplasma : suatu tumbuhan yang dipindahkan dari gelap ke terang tidak segera mampu
mengadakan fotosintesis. Perlu waktu unutuk persiapan. Faktor ini tidak jelas, mungkin untuk
sintesis enzim-enzim yang berperan pada tahap-tahap fotosintesis.
5. Akumulasi fotosintat : bila translokasi fotosintesis dari daun terhambat (misalnya defisiensi B)
maka akan terjadi penimbunan glukose dalam kloroplas. Kandungan glukose yang tinggi ini akan
menghambat reaksi fotosinteis.
B. Faktor luar
1. Cahaya : pengaruhnya lewat intensitasnya, kualitasnya, lama penyinaran, besarnya pantulan dan
seterusnya. Secara tidak langsung mempengaruhi membuka menutupnya stomata, sehingga
mempengaruhi difusi C02 untuk fotosintesis.
1. Pada dasarnya sampai intensitas tetentu kenaikan intensitas akan menaikkkan kecepatan
fotosintesis. Penurunan fotosintesis apda intensitas tinggi sebagai akibat adanya fotooksidasi
klorofil dan kerusakan enzim.
2. Temperatur : temperature optimim disekitar 35o C dan pada tumbuhan C-4 lebih tinggi sehingga
cocok untuk daerah tropika.
3. Air : meskipun air merupakan bahan dasar untuk proses fotosintesis tetapi pengaruhnya secara
tidak langsung, yaitu mempengaruhi membuka menutupnya stomata.
4. Oksigen : oksigen merupakan hasil tambahan fotosintesis dan bila berada dalam jumlah besaar
akan menghambat fotosintesis tertutama lewat reaksi fotorespirasi.
5. Zat hara mineral : berbagai unsure hara mineral diperlukan untuk sintesis klorofil, koenzim
berbagai enzim yang berperan pada fotosintesis, transport karbohidrat, dll.
6. Karbondioksida : CO2 merupakan bahan dasar fotosintesis, tetapi bila diberikan dalam jumlah
besar akan menyebabkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 yang tinggi akan
menurunkan pH cairan sel, stomata akan menutup.
Respirasi
Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi yang digunakan
untuk aktifitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi. selain
itu respirasi juga menghasilkan senyawa antara yang berguna sebagai bahan sitesis berbagai
senyawa lain. Hasil akhir respirasi adalah CO2 yang berperan sebagai keseimbangan karbon di dunia.
Respirasi berlangsung siang malam karena cahaya bukan merupakan syarat.
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dibagi menjadi 2 macam yaitu:
1. Respirasi anaerob : tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian bahan organiknya tidak lengkap.
Respirasi macam ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan khusus. Substrat respirasi adalah glukose,
reaksinya:
C6H12O6 2 C2H5OH + 2 CO2 + ATP
2. Respirasi aerob : memerlukan oksigen, penguraiannya lengkap, sampai dihasilkan CO2 dan H2O,
reaksinya :
C6H12O6 6 H2O + 6 CO2 + ATP
Respirasi terdiri dari satu rangkaian reaksi kimia dimana karbohidrat dan mol organik
lainnya, dioksidasi untuk memperoleh energi yang tersimpan dari hasil fotosintesis dan rangka
karbon yang digunakan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel. Proses oksidasi atau pembakaran
secara umum terjadi pada tempat yang kering, dan biasanya energi yang dikandung dilepas dalam
bentuk panas, tapi pada respirasi terjadi dalam medium cair dan prosesnya berjalan secara bertahap
dan energi yang dilepas diubah menjadi energi berguna dalam bentuk senyawa kimia yang dapat
dipakai untuk sintesis, gerak.dan pertumbuhan.
Mekanisme Respirasi
Reaksi respirasi ini adalah kebalikan dari ringkasan reaksi Fotosintesis. Pada fotosintesis CO2
direduksi menjadi glukosa dengan H2O sebagai sumber elektron dan hydrogen sedang pada respirasi
glukosa dioksidasi menjadi CO2 dan dibentuk H2O sebagai produk. Meskipun demikian kedua proses
ini berbeda, karena enzim yang berperanan juga berbeda, dan lokasi terjadinya berbeda. Respirasi
terjadi pada semua sel hidup sedang fotosintesis terjadi pada sel yang berkloroplas. Proses respirasi
mengalami 3 tahap reaksi yang terpisah yaitu:
1. Glikolisis terjadi di sitosol
2. Siklus asam sitrat terjadi dalam matrik mitokondria
3. Transfer elektron terjadi pada membran krista mitokondria
Faktor-Faktor yang mempengaruhi respirasi
Ada dua faktor yang mempengaruhi respirasi yang terjadi pada tumbuhan. Faktor tersebut
digolongkan atas faktor dalam dan faktor luar.
1. Faktor dalam
Faktor dalam yaitu umur, tipe jaringan atau organ, bentuk pertumbuhan dari suatu spesies. Umur
mempengaruhi laju respirasi, dimana sel atau jaringan muda lebih cepat dari umur dewasa, sebab
aktifitas metabolisme, yang memerlukan energi dan rangka karbon untuk pertumbuhannya.
Jaringan
meristem lebih tinggi laju respirasi dibandingkan lainnya, karena sifat jaringan berperanan
membentuk sel-sel baru, sehingga memerlukan materi dan energi yang banyak, karena itu
diperlukan laju respirasi tinggi.
2. Faktor luar
Faktor luar diantaranya adalah kosentrasi oksigen, suhu dan cahaya
a. Oksigen
Oksigen sangat penting dalam respirasi, karena oksigen adalah penerima electron terakhir yang
menentukan keberhasilan terbentuknya ATP. Karena itu jika kosentrasi O2 rendah maka laju respirasi
rendah , hal ini terjadi jika akar tergenang air(banjir) , untuk sementara waktu terjadi respirasi
anerob (fermentasi) yang menghasilkan energi kecil , sehingga tidak mencukupi untuk proses
kehidupan. Jika terjadi dalam waktu lama tumbuhan akan mati. Demikian pentingnya oksigen ini
sehingga tumbuhan yang hidup pada habitat yang kurang oksigen mempunyai adaptasi khusus untuk
memenuhi kebutuhannya akan oksigen seperti tumbuhanyang hidup di air tergenang seperti padi
mempunyai batang berongga dan adanya jaringan aerenkim denikian juga bakau yang mempunyai
akar nafas.
b. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi respirasi karena respirasi adalah reaksi enzim. Pada reaksi metabolisme
berlaku Q10 yaitu bila suhu naik 1000C maka laju reaksi naik 2-3 lipat. Tapi pada organisme berlaku
sampai suhu optimum. Hal ini disebabkan makin naik suhu maka energi kinetis larutan juga akan
meningkat yang mempercepat reaksi melampaui suhu optimum laju reaksi menurun sampai suhu
maksimum. Hal ini disebabkan tinggi suhu akan mempengaruhi kerja enzim. Enzim adalah protein,
sifat protein jika suhu tinggi maka protein akan mengalami koagulasi, sehingga sisi aktif enzim
terganggu. Umumnya semakin tinggi temperature penurunan kecepatan respirasi semakin cepat.
Suhu juga mempengaruhi kelarutan oksigen.
c. Cahaya
Cahaya secara tidak lansung mempengaruhi respirasi sehubungan ketersediaan substrat. Jika cahaya
cukup maka proses fotosintesis tinggi mengakibatkan tersedianya senyawa karbohidrat sebagai
substrat respirasi. Hal ini bias dibuktikan dimana laju respirasi 1-2 jam setelah fotosintesis aktif, laju
respirasi lebih tinggi dibandingkan dengan respirasi gelap. Demikian juga daun cahaya , laju respirasi
lebih tinggi (70-90 umol CO2 /gr biomasa perjam) dibandingkan dengan daun yang biasa terlindung
(20 –45 umol CO2/g biomasa perjam).
d. Kadar garam anorganik dalam medium
Jaringan atau tumbuhan yang dipindahkan dari air ke larutan garam akan menunjukan kenaikan
respirasi. Respirasi diatas normal semacam ini disebut respirasi garam.
e. Rangsangan mekanik
Daun yang digoyang-goyang menunjukkan kenaikan respirasi. Kalau hal itu dilakukan berulang-ulang
reaksinya menurun. Kenaikan respirasi ini mungkin disebabkan efek pemompaan.
f. Luka
Terjadinya luka di suatu bagian menyebabkan respirasi di tempat tersebut naik. Umumnya perlukaan
menyebabkan terbentuknya meristem luka yang menghasilkan kalus. Mungkin kenaikan respirasi
pada luka disebabkan oleh bertambahnya substrat atau lebih besarnya difusi O2 yang masuk jaringan
luka.
g. Karbondioksida
Kadar CO2 yang tinggi akan menghambat respirasi. Selain secara langsung berpengaruh terhadap
reaksinya, mungkin CO2 juga berpran tidak langsung misalnya pada daun kadar CO2 yang tinggi akan
menyebabkan stomata menutup sehingga difusi CO2 keluar terhambat dan kadar CO2 dalam jaringan
naik.
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan pada acara ini adalah : Tanaman kedelai umur 2 minggu, serangga (jangkrik
atau belalang). Alat yang digunakan adalah : satu set respirometer, timbangan analitik, jam (stop
watch), Kristal NaOH, kapas, vaseline, safranin, gelas piala ukuran 1000 ml berisi 300 ml air,
bunsen/pemanas listrik, silet, penjepit kertas, gelas piala ukuran 500 ml, cawan petri (diameter 9-10
cm), pipet tetes, pinset, gunting, kertas manila hitam, plastik transparansi warna biru tua, merah,
dan bening, ethanol 70%, air, larutan Iodine, Kantung plastik.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara fotosintesis dan respirasi pada laboratorium biologi dan kebun.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
Peranan jenis cahaya dalam proses fotosintesis dalam pembentukan pati pada daun

1. Satu minggu sebelum percobaan dilaksanakan, pilih tanaman kedelai yang telah memiliki 3-4 daun
trifoliate dan pilih daun yang sehat. Tentukan 4 lembar daun yang akan diberi perlakuan.

2. Ambil tiga pasang potongan plastik transparansi masing-masing berwarna biru, merah, dan bening
(tidak berwarna), serta sepasang kertas manila hitam. Potongan kertas maupun plastik yang
berbentuk segi empat berukuran 2,5 x 5,0 cm telah disediakan di laboratorium, mintalah kepada
asisten anda.

3. Tempelkan tiap pasangan plastik/kertas tersebut pada tiap daun yang telah dipilih sedemikian
rupa sehingga lembar daun berada diantara dua potongan plastik/kertas. Jepitlah daun yang
telah terbungkus tersebut dengan penjepit kertas.

4. Letakkan tanaman pada daerah yang mempunyai cahaya penuh dan biarkan sampai percobaan
dilakukan (satu minggu kemudian).
5. Pada hari percobaan, ambil daun yang telah ditempeli potongan plastik/kertas tadi dan bawa ke
meja praktikum anda. Jangan melepas potongan plastik dari daun sampai daun direbus dalam
alkohol. Beri tanda pada masing-masing daun untuk mencirikan warna plastik/kertas yang
ditempelkan pada daun (misalnya dengan memotong panjang petiole).
6. Gambar masing-masing daun diatas kertas dan tentukan posisi kertas/plastik pembungkus daun.
7. Siapkan ethanol mendidih dengan cara menempatkan gelas piala ukuran 1000 ml yang telah berisi
air 300 ml diatas pemanas listrik. Dengan hati-hati tempatkan gelas piala ukuran 500 ml yang
telah berisi 100 ml etanol 70% ke dalam gelas piala 1000 ml tersebut. Nyalakan pemanas listrik
dan tunggu hingga ethanol mendidih. Jangan meletakkan gelas piala berisi etanol langsung
diatas pemanas listrik karena etanol mudah terbakar.

8. Lepaskan plastik/kertas tersebut dari masing-masing daun dengan menggunakan pinset dan
masukkan tiap daun ke dalam ethanol yang telah mendidih untuk mengekstrak pigmen.

9. Jika daun telah berwarna putih, angkat daun dengan hati-hati dengan pinset. Letakkan tiap daun
pada cawan petri yang berbeda. Cuci daun dengan akuades dan tambahkan lebih banyak akuades
sampai daun terendam. Matikan pemanas listrik.
10. Teteskan beberapa tetes larutan Iodine pekat ke dalam cawan petri yang telah berisi daun
terendam air sampai air menjadi berwarna merah. Biarkan larutan Iodine bereaksi dengan pati
dalam daun dan akan menghasilkan warna ungu kehitaman.

11. Amati bagian daun yang berubah menjadi warna ungu kehitaman dan gambarkan hasil
pengamatan anda.
12. - Gambar daun sebelum direbus dalam etanol 70% dan tunjukan posisi kertas/plastik dari
masing masing warna.
-Gambar daun setelah direbus di dalam etanol 70% dan tunjukkan posisi terbentuknya warna.

13. Buatlah laporan hasil pengamatan anda pada lembar isian/kerja.

Respirasi pada serangga


1. Kristal natrium hidroksida dimasukkan ke dalam kapas, kemudian kapas tersebut dimasukkan ke
dalam tabung respirometer.
2. Masukkan jangkrik ke dalam kantung plastik dan ikat plastik, kemudian timbang berat jangkrik di
dalam plastik.
3. Pindahkan jangkrik ke dalam tabung respirometer yang telah dimasukkan kapas dengan kristal
natrium hidroksida, kemudian tutup tabung.
4. Celah yang ada di sekitar tutup tabung respirometer diberi vaseline agar udara tidak dapat keluar
atau masuk lewat celah tersebut.
5. Letakkan respirometer pada dudukannya dalam keadaan datar.
6. Masukkan larutan iodin ke dalam saluran respirometer hingga 0,5 centimeter.
7. Amati pergerakan larutan iodin dalam saluran respirometer dan catat angka yang dicapai larutan
iodin tersebut setiap tiga menit selama 15 menit (lima kali pencatatan).
8. Buka tutup respirometer, dan keluarkan jangkriknya, namun biarkan natrium hidroksida tetap
dalam tabung respirometer.
9. Melakukan percobaan yang sama (langkah 1 sampai dengan 5) menggunakan belalang.
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Uji hasil Fotosintesis (amilum/pati) dengan uji iodium
Warna kertas Gambar Daun Keterangan Uji
Sebelum diuji Setelah diuji
Biru

Merah

Bening

Hitam

NB : LIhat Halaman Lampiran


Tabel 2. Proses respirasi pada serangga
Nama Hewan Jenis hewan Massa hewan O2 yang dibutuhkan menit ke-
3 6 9 12 15

Jangkrik

Belalang

NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Jelaskan pengaruh berbagai panjang gelombang terhadap proses fotosintesis
2. Jelasakan tentang tanaman C3 dan C4
IX. PERTANYAAN :
1. Jelaskan dampak penutupan helaian daun oleh kertas berwarna dalam proses fotosintesis
tehadap pembentukan amilum/pati.
2. Jelaskan dampak aktifitas dan bobot (berat badan/massa) dari organisme terhadap proses
respirasi.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang.
ACARA IX. TRANSPIRASI PADA TUMBUHAN
I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Memeriksa kecepatan penguapan air yang dilakukan oleh tanaman.
2. Memeriksa pengaruh jumlah stomata terhadap kecepatan penguapan yang dilakukan oleh
permukaan atas dan bawah daun.
II. DASAR TEORI :
Sejak awal tumbuhan menyerap air melalui akar dan kehilangan air lewat daun. Proses
penguapan dari tumbuhan ke udara disebut Transpirasi. Benih kecil hanya menguapkan beberapa
tetes air dalam seminggu, namun pohon dewasa menguapkan lebih dari 1000 liter per hari. Selama
transpirasi berlangsung air menguap dari daun melalui celah kecil yang disebut stomata. Hanya
sebagian kecil, biasanya kurang dari 1% dari air yang diabsorpsi tumbuhan dipergunakan dalam
reaksi metabolisme (hidrolisis). Sebagian besar dari air yang diabsorpsi akar tanaman akan
ditranspirasikan melalui daun. Transpirasi ialah hilang nya air dalam bentuk uap air dari tubuh
tumbuhan melalui penguapan. Penguapan air menciptakan gaya isap sehingga tumbuhan dapat
menyerap mineral dan nutrient penting dari tanah. Ratio antara hilangnya air oleh transpirasi
dengan produksi bahan kering selama pertumbuhan merupakan ukuran efisiensi penggunaan air
oleh tumbuhan. Semakin besar rationya, semakin kurang efisien jenis tumbuhan tersebut dalam
penggunaan airnya. Ratio transpirasi dari sebagian besar tanaman budidaya berkisar antara 100
sampai 500 atau lebih, yang berarti memerlukan 100-500 gram air untuk menghasilkan 1 gram
bahan kering tumbuhan. Dengan demikian jenis tumbuhan tinggi yang hidup di darat sangat tidak
efisien dalam penggunaan airnya. Walaupun demikian ada beberapa tumbuhan yang lebih efisian
daripada yang lainnya.
Tumbuhan C4 per unit air yang digunakan dapat menghasilkan bahan kering 3-4 kali lebih
banyak dari tumbuhan C3. Kehilangan air oleh transpirasi dapat berlangsung dari setiap bagian
tumbuhan yang berhubungan dengan atmosfir. Namun demikian sebagian besar berlangsung
melalui daun lewat stomata. Karena sifat kutikula yang impermeabel terhap air, transpirasi yang
berlangsung melalui kutikula relatif sangat kecil. Seperti telah diuraikan dalam bab terdahulu, untuk
menguapkan 1 gram air diperlukan energi panas sebanyak 500 kal. Dengan demikian transpirasi
menimbulkan pengaruh pendinginan pada daun. Kebutuhan panas untuk menguapkan air berasal
dari sinar matahari. Sinar matahari disalurkan melalui tiga cara : (1) sebagai cahaya langsung, difusi
atau pantulan, (2) sebagai radiasi panas (dari atmosfir, tanah, atau benda-benda sekelilingnya) dan
(3) oleh aliran konveksi (aliran udara panas melalui daun). Dari jumlah panas yang diabsorpsi daun,
hanya sebagian kecil saja yang diterimanya sebagai panas penghantaran (koduksi) dari bagian-bagian
tubuh tumbuhan lainnya. Laju transpirasi daun biasanya menunjukkan siklus harian. Pada hari yang
cerah, terjadi peningkatan tranpirasi yang cepat di pagi hari, dan mencapai puncaknya pada lewat
tengah hari. Kemudian diikuti penurunan pada sore dan malam harinya. Panas sensibel (konveksi)
atau mungkin juga panas laten (dari tranpirasi) yang keluar pada siang hari mengalami pendinginan
oleh radiasi yang kembali ke udara. Keadaan ini sering menghasilkan pembentukan embun.
Suhu daun pada malam hari biasanya beberapa derajat di bawah suhu udara karena
kehilangan panas oleh radiasi kembali ke langit dan penerimaan panas yang relatif sedikit dari udara
di sekelilingnya. Di pagi hari setelah matahari terbit, daun yang kena sinar matahari akan cepat
menjadi panas dan suhunya meningkat seiring dengan suhu udara. Pada waktu yang sama, stomata
yang menutup di malam hari akan terbuka. Dengan demikian daun akan bertranspirasi dan
kehilangan panas. Hal tersebut biasanya akan menyebabkan daun yang terkena sinar matahari
hanya mempunyai suhu sedikit lebih tinggi dari udara. Walaupun kehilangan air oleh transpirasi
biasanya sangat besar sehingga dapat merusak, namun transpirasi mempunyai pengaruh baik
tertentu bagi pertumbuhan tumbuhan. Selain dapat mempertahankan suhu di bawah tingkat yang
mematikan, transpirasi dapat meningkatkan absorpsi air oleh akar sehingga juga berpengaruh
terhadap peningkatan laju absorpsi hara mineral.
Peran transpirasi bagi tumbuhan
Transpirasi bermanfaat bagi tumbuhan karena :
1. Menyebabkan terbentuknya daya isap daun, hingga terjadi transport air di
batang.
2. Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.
3. Mengurangi air yang terserap berlebihan.
4. Dapat mempertahankan temperatur yang sesuai untuk daun.
5. Berperan pada fotosintesis dan respirasi karena membuka / menutupnya stomata.
Dari peran yang ada terlihat bahwa yang terpenting adalah untuk melepas energi yang diterima dari
radiasi matahari. Energi radiasi matahari yang digunakan untuk proses fotosintesis hanya 2 % atau
kurang, sehingga selebihnya harus dilepaskan ke lingkungan, baik dengan pancaran, hantaran secara
fisik dan sebagian besar untuk menguapkan air. Transpirasi juga merupakan proses yang
membahayakan kehidupan tumbuhan karena kalau transpirasi melampaui penyerapan oleh akar,
tumbuhan dapat kekurangan air. Bila melampaui batas minimum dapat menyebabkan kematian.
Transpirasi yang besar juga memaksa tumbuha mengadakan penyerapan besar, itu memerlukan
energi besar pula.
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Tanaman pacar air dalam pot, kertas kobalt klorida
(CoCl2) , daun Gnetum gnemon, daun Rhoeo discolor, daun Gloriosa superba, kertas buram, air. Alat
yang digunakan adalah fotometer, cutter, pipa karet erlenmeyer timbangan, gunting, stop watch,
penggaris, pensil, objek glass, penjepit kertas, mikroskop elektron.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara transportasi pada hewan dan tumbuhan pada laboratorium biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
Kecepatan penguapan air
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Cabut tanaman pacar air dari pot dan cuci bagian akar dan bagian batang kemudian letakan di
dalam bak yang telah berisi air.
3. Potong batang tanaman tersebut di bawah permukaan air, usahakan pangkal tumbuhan terus ada
dalam air.
4 . Isilah fotometer dalam bak air yang telah tersedia dengan merendamnya sampai penuh.
5. Masukan batang tanaman tadi kedalam pipa karet erlenmeyer/fotometer dan usahakan agar pas
betul semuanya dilakukan di dala air.
6. Angkat perangkat percobaan tersebut ke atas meja di dalam ruangan.
7. Amati pergerakan air pada neraca fotometer, mulailah pengamatan setelah skala menunjukan
angka 0 dengan selang waktu 1 menit sampai 5 kali pengamatan.
8. Bawalah perangkat percobaan ke tempat yang terkena sinar matahari.
9. Lakukan pengamatan seperti dia atas.
10. Tanggalkan semua daun yang melakukan kegiatan transpirasi tadi, kemudian buat cetakan dari
semua daun tersebut pada kertas buram.
11. Gunting semua cetakan daun dengan rapih dan teliti, kemudian timbang.
12. Buat guntingan kertas buram 5x5 cm, kemudian timbang.
13. Hitung berat seluruh cetakan daun dengan pembanding berat kertas yang berukuran 5x5cm tadi.
14. Hitung banyak penguapan per luas permukaan daun di tempat yang gelap dan yang terkena
matahari. Bandingkan dan buat kesimpulan
Pengaruh Jumlah stomata terhadap kecepatan penguapan
1. Pilih daun yang kering dan terkena sinar matahari, bersihkan permukaan atas dan bawah dari
daun tersebut.
2. Tempelkan kertas kobalt pada kedua permukaaan tadi, jepit dengan objek glass (atas dan bawah)
dan kunci dengan klip kertas.
3. Amati dan hitung waktu yang diperlukan sampai kertas itu berwarna merah seluruhnya.
4.Bandingkan waktu yang diperlukan untuk bagian atas dan bawah.
5. Bawa daun tadi kelaboratorium, hitung banyak stomata, dan hitung pula luas bidang permukaan
mikroskopnya dan buat kesimpulan.
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Kecepatan Penguapan air
Pengamatan Kecepatan transpirasi
Di tempat panas Di tempat teduh
1
2
3
4
5
Rata rata
NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 2. Pengaruh jumlah stomata terhadap kecepatan penguapan


Nama tumbuhan Waktu
Permukaaan atas Permukaan bawah
Gnetum gnemon
Rhoeo discolor
Gloriosa superba

NB : LIhat Halaman Lampiran

Nama tumbuhan Jumlah stomata pada pembuatan 450 kali


Permukaaan atas Permukaan bawah
Gnetum gnemon
Rhoeo discolor
Gloriosa superba

NB : LIhat Halaman Lampiran


VIII. TUGAS :
1. Kecepatan penguapan dalam percobaan ini di pengaruhi oleh faktor apa, sebutkan.
2. Apakah bentuk daun, bentuk stomata serta letak stomata berpengaruh terhadap proses
penguapan.
IX. PERTANYAAN :
1. Jelaskan tentang proses transpirasi
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses transpirasi
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA X. PENGENALAN JENIS JENIS MIKROORGANISME
I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan jenis jenis mikroorganisme.
2. Membedakan morfologi berbagai jenis mikroorganisme
II. DASAR TEORI :
Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti pada bakteri, yeast,
dan mikroalga. Bentuk lain dapat berupa filamen atau benang, yaitu rangkaian sel yang terdiri dari
dua atau lebih yang menyambung seperti rantai. Bentuk benang umum terdapat pada fungi (jamur
benang) dan mikroalga. Bentuk filamen pada kenyataannya dapat berupa filamen-semu dan filamen-
benar. Filamen semu kalau hubungan antara sel satu dengan lainnya tidak menyatu, seperti pada
yeast dan streptomyces. Filamen benar jika hubungan satu sel dengan sel lainnya menyatu, baik
hubungan secara morfologis (bentuk sel) ataupun hubungan secara fisiologis (fungsi sel), seperti
yang ada pada jamur benang dan mikroalga benang. Bentuk lain yang perlu diperhatikan adalah
koloni dan jaringan semu. Koloni merupakan gabungan dua sel atau lebih di dalam satu ruang,
seperti pada mikroalga. Koloni pada mikroalga berbeda dengan koloni bakteri. Koloni pada mikroalga
merupakan bentukan yang berperan sebagai satu individu dan dapat berupa gabungan dari sel yang
tidak seketurunan, sedangkan koloni pada bakteri merupakan gabungan sel-sel sejenis dan masing-
masing sel berperan sebagai satu individu. Bantuk jaringan semu merupakan susunan benang yang
membentuk seakan-akan seperti jaringan tetapi tidak ada deferensiasi atau pembagian fungsi.
Jaringan semu terdapat pada kelompok jamur benang.
1. PROTISTA (Alga, Protozoa)
Menurut Whittaker (1969) Kelompok protista merupakan kelompok mikroorganisme eukariotik
yang mendapatkan energi dengan dua cara, yaitu absorbsi dengan ingesti (holozoic) pada
protozoa dan absorbsi dengan fotosintesis pada Alga.
a. Protozoa
Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari proto = pertama dan zoon =
binatang. Diperkirakan ada 64.000 spesies protozoa, meskipun separuhnya sudah berupa fosil.
Protozoa yang hidup bebas diperkirakan ada 22.000 spesies dan yang hidup sebagai parasit ±
10.000 spesies. Protozoa sangat berperan sebagai mata rantai makanan untuk komunitas
lingkungan aquatik, yaitu sebagai konsumen primer. Ukuran dan bentuk protozoa sangat
beragam. Beberapa bentuk lonjong atau membola ada yang memaanjang dan ada yang
polimorfik atau mempunyai berbagai bentuk morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda
dalam siklus hidupnya. Ukuran protozoa berbeda-beda, mulai dari berdiameter 1 μm sampai
beberapa mm. Amoeba proteus hanya berukuran ± 1 μm, Ciliata ± 2 mm.
Beberapa contoh protozoa, yaitu : Trypanosoma rhodesiense (Mastigophora penyebab penyakit
tidur), Giardia lamblia (Mastigophora penyebab penyakit diari), Trichomonas vaginalis
(Mastigophora penyebab penyakit vagina), Entamoeba histolytica (Sarcodina penyebab penyakit
disentri), Plasmodium malariae, P. vivax, P. ovale, P. falciparum (Sporozoa penyebab penyakit
malaria).
b. Alga

Alga berukuran sangat bervariasi, mulai dari beberapa μm sampai bermeter-meter


panjangnya. Alga bersifat fotosintetik sehingga semua alga mengandung klorofil dan pigmen-pigmen
lain. Kebanyakan alga hidup di air dan sebagian besar merupakan fitoplankton yang berguna sebagai
sumber makanan organisme lain dan merupakan produsen primer bahan organik atau permula
rantai makanan aquatik dan sumber oksigen. Sebagai organisme fotosintetik, alga merupakan
penghasil senyawa karbon organik sebanding dengan yang dihasilkan oleh seluruh tumbuhan darat.

Alga diperhatikan manusia karena banyak perannya. Alga merah dan coklat dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk, taanah diatome (sisa alga mati) dapat digunakan sebagai isolator arus
listrik, banyak alga mengandung vitamin A, B1, C, D, dan K. Alga juga dimanfaatkan manusia sebagai
sumber makanan. Alga merah dapat menghasilkan polisakarida penting (karegen) dan agar-agar
yang digunakan sebagai pengimulsi, pengental, dan pemadat maakanan. Beberapa alga dapat
sebagai patogen pada manusia, hewan dan tumbuhan. Alga hijau Cephaleuros menyerang daun teh,
kopi dan tanaman-tanaman perkebunan lain. Beberapa alga lain menghasilkan racun (toksin) yang
mematikan ikan, hewan maupun manusia. Gymnodinium dan Gonyaulax menghasilkan neurotoxin
yang merupakan racun syaraf bagi hewan dan manusia.
Alga mempunyai tiga macam pigmen fotosintetik, yaitu : klorofil, karotenoid, dan
fikobilin yang terdapat dalam kloroplas. Karotenoid merupakan hidrokarbon tak larut dalam air,
berwarna kuning, jingga atau merah. Fikobilin atau hiloprotein merupakan kompleks protein
larut dalam air berwarna biru atau merah Ada lima macam klorofil yaitu klorofil a, b, c, d, dan e
yang semuanya berwarna hijau. Semua alga mengandung klorofil a.

2. FUNGI (Jamur, Cendawan)


Fungi merupakan organisme heterotrofik absorbtik yang memerlukan senyawa organik
untuk sumber tenaganya. Fungi dapat hidup pada benda organik mati maupun organisme hidup.
Mereka yang hidup dari bahan organik mati disebut saprofit dan yang hidup pada organisme hidup
disebut parasit. Fungi saprofitik berperan penting dalam merombak sisa-sisa bahan organik menjadi
senyawa-senyawa yang sederhana dan dapat dimanfaatkan oleh organisme lain. Selain sebagai
perombak (dekomposer), fungi saprofitik juga berperan penting dalam fermentasi industri, misalnya
dalam industri minuman anggur, antibiotik, tape, kecap dan masih banyak lagi. Sebagai dekomposer,
fungi juga merugikan manusia jika bahan organik yang dirombak merupakan bahan yang kita
butuhkan, misalnya : kayu, tekstil, makanan, produk pasca panen pertanian dan bahan-bahan lain.
Sebagai parasit, fungi dapat menyerang manusia, hewan dan tumbuhan. Fusarium oxysporum,
Phytophthora infestan, Coleto-trichum gloeosporoides merupa-kan contoh fungi parasit yang
menyebabkan penyakit pada tumbuhan.
Mekanisme reproduksi jamur disebut pembentukan spora. Spora jamur harus dipikirkan
sebagai sesuatu yang analog dengan biji pada tumbuhan yaitu sebagai alat pertumbuhan,
meskipun semua bagian jamur mampu tumbuh. Spora jamur dapat terbentuk karena proses
perkawinan (seksual) maupun tidak (aseksual). Spora seksual diproduksi dengan terjadinya
peleburan (fusi) dua sel, sedangkan spora aseksual dibentuk oleh satu sel tanpa adanya
pembuahan (fertilisasi) oleh individu kedua. Berdasarkan jumlah sel per individunya, jamur
dibedakan menjadi dua golongan, yakni : jamur satu sel atau khamir (yeast) dan jamur benang
atau hanya disebut 'jamur' saja.
a. Khamir (Yeast)
Tubuh atau talus khamir berupa sel tunggal. Khamir bersifat mikroskopik sebagai sel
bebas yang sederhana. Biasanya berbentuk bulat atau lonjong, termasuk sel eukariotik.
Berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Cara seksual yang umum dilakukan yaitu dua
sel khamir melebur (fusi) menjadi sel tunggal berbentuk kantong yang disebut askus. Cara
aseksual yang biasa untuk pembiakan khamir menggunakan proses aseksual yang disebut
blastospora. Sel khamir pada awalnya akan terjadi benjolan-benjolan (tunas) berbagai ukuran
yang semakin membesar, kemudian berangsur-angsur menyempit pada bagian yang
berhubungan dengan dinding sel induk sehingga akhirnya terpotong dari sel induknya.
b. Jamur Benang
Jamur benang meliputi : kapang (mold), buduk (mildew), jamur payung dan sejenisnya
(mushroom, champhignon), jamur karat (rust fungi), jamur jelaga (smuts fungi), jamur bola (puff-
ball fungi), dan jamur mangkok (cup fungi). Tubuh atau talus jamur benang terdiri dari dua
bagian, yaitu bagian vegetatif berupa benang dan bagian generatif berupa spora. Bagian vegetatif
jamur parasit biasanya berupa benang-benang halus yang bersekat atau tidak bersekat. Bagian
yang berupa benang disebut hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Setiap hifa lebarnya
hanya 2 – 10 μm. Pada prinsipnya hifa jamur dibedakan menjadi hifa senositis (coenocytis) atau
hifa tidak bersekat dan hifa seluler (cellular) atau hifa bersekat. Hifa tidak bersekat terdapat pada
jamur-jamur kelas Phycomycetes dan hifa bersekat terdapat pada jamur-jamur pada kelas
Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deutromycetes (Imperfecty).
c. Jamur Lendir
Jamur lendir (slime mold) mempunyai pola pertumbuhan yang khusus. Jamur ini lebih
mirip dengan protozoa, tetapi pada satu tahap perkembangannya jamur ini membentuk spora.
Dalam skema klasifikasi, jamur lendir dikelompokan ke dalam Myxomycetes.
d. Lumut Kerak (Liken)
Tubuh lumut kerak oleh orang umum akan lebih dikenal dengan nama ‘lumut’. Pada
kenyataannya, lumut ini terdiri dari fungi dan alga yang hidup dalam hubungan simbiosis. Bagian
fungi memperoleh karbohidrat dan bahan organik lain yang terbentuk selama fotosintesis yang
diselenggarakan alga, sedangkan bagian alga mendapatkan nutrien dan mineral yang
diselenggarakan selama absorbsi nutrien dan mineral oleh fungi.
3. MONERA (Bakteri, Cyanobakteri)

a. Cyanobakteri
Dulu Cyanobakteri dikenal dengan nama ganggang biru-hijau, tersebar luas di seluruh dunia,
baik di air tawar maupun air laut. Cyanobakteri memperoleh energi dari kegiatan fotosintesis
aerobik seperti alga, tetapi mempunyai organisasi sel prokariotik. Oleh karena itu klorofilnya tidak
terdapat dalam kloroplas tetapi dalam lamela khusus yang disebut tilakoid. Fotopigmennya berupa
klorofil dan fikobiliprotein. Beberapa terdapat sebagai sel tunggal dan yang lain dapat berupa
rantaian sel atau filamen yang lurus atau bercabang. Reproduksi dapat dengan pembelahan biner,
pembelahan ganda, atau dengan membebaskan eksospora secara berturut-turut. Bentuk-bentuk
filamen dapat berkembangbiak dengan fragmentasi dengan membebaskan ujung rantai pendek
bersifat motil (dapat bergerak). Beberapa cyanobakteri berbentuk benang yang sel-selnya dapat
menebal disebut heterosista. Heterosiste berfungsi untuk mengubah nitrogen dalam atmosfir
menjadi amoniak sehingga nitrogen menjadi tersedia untuk metabolisme sel.
b. Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel tunggal, tidak berklorofil dan berkembangbiak
dengan cara membelah diri. Ukuran bakteri lebih kecil dari protozoa maupun fungsi satu sel.
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan Leewenhoek merupakan pengamatan yang menampakan
penampilan kasar bakteri yang hanya menampakan sel bulat, seperti batang atau spiral. Sebagian
besar bakteri berkembangbiak secara aseksual, dengan cara memanjangkan sel diikuti dengan
pembelahan sel menjadi dua bagian sel anakan. Pembelahan demikian kita sebut pembelahan
biner melintang. Pembelahan biner melintang merupakan suatu proses reproduksi aseksual.
Pembelahan biner lebih banyak terjadi pada bakteri yang berkaitan dengan tumbuh manusia.
Bakteri-bakteri lain dapat berproduksi dengan proses pembentukan spora, fragmentasi filamen,
dan pertunasan. Pelajaran ini akan dibahas lebih lanjut pada bab pertumbuhan mikroorganisme.
4. VIRUS
Virus merupakan agen terkecil yang dapat mengarahkan pengadaannya sendiri, bersifat
ultramikroskopik atau terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop biasa. Virus merupakan agen
penyebab penyakit yang sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop elektron,
tetapi beberapa virus sudah dapat diamati dengan mikroskop biasa yang mempunyai pembesaran
sepuluh ribu kali. Hasil pengamatan mikroskop elektron, virus dapat dibedakan menjadi 3 macam
bentuk, yakni : berbentuk batang kecil, benang dan bola. Virus hanya dapat bertambah banyak
dalam sel yang hidup. Oleh karena hal tersebut maka virus dapat dimasukkan sebagai parasit
yang biotrof. Semua virus memerlukan sel hidup untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
dalam sel yang berlainan dengan mekanisme pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme
lain. Oleh karena itu, virus tidak dapat dikelompokan dengan organisme lain. Virus dibedakan
berdasarkan bentuk, ada tidaknya asam nukleat di dalam virion (DNA, RNA), bentuk asam
nukleatnya (ganda, tunggal, melingkar) dan adanya bagian asam nukleat dalam virion (tunggal,
ganda). Virion adalah virus yang secara struktural lengkap, matang dan mampu menular. Virus
berpindah dari satu sel inang ke yang lain dalam bentuk paket-paket gen, DNA atau RNA
berukuran sangat kecil tetapi tidak dua-duanya. Bahan genetis tersebut terkemas di dalam
selubung protein yang sangat khusus dengan bentuk yang berbeda-beda.
III. ALAT DAN BAHAN :
Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Preparat awetan Aspergillus sp, Rhizopus sp, Biakan
murni Saccharomyces cerevisiae, biakan Bacillus subtilis dan Eschericia coli, Algae, Azolla sp. Alat
yang digunakan adalah Mikroskop elektron, jarum ose, objek glass, cover glass, alkohol, lampu
spritus, tissue, larutan laktofenol, larutan cat metilen blue, pipet tetes, jarum preparat dan alat tulis.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara pengenalan jenis jenis mikroorganisme pada laboratorium biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
1. Siapkan alat dan bahan
2. Bersihkan objek glass dengan menggunakan alkohol dan panggang di atas lampu spritus secara
cepat.
3. Setelah objek glassnya dingin, ambil larutan laktofenol 1-2 tetes menggunakan pipet tetes dan
teteskan pada permukaan atas objek glass tersebut.
4. Ambil secara aseptis biakan murni yang telah disediakan menggunakan jarum ose dan letakan di
atas objek glass yang telah diberi larutan laktofenol tadi.
5. Ratakan biakan tersebut dengan memakai dua buah jarum preparat yang telah disterilkan
sebelumnya.
6. Tutup biakan murni tadi dengan cover glass dan dijaga agar tidak terbentuk gelembung udara
diantara cover glass dan objek glass.
7. Hidupkan mikroskop elektron dan tempatkan objek glass yang berisi biakan murni tadi pada
stage/meja preparat dari mikroskop.
8. Amati dari perbesaran terkecil lensa objektif dan gambarlah bentuk bentuk mikroorganisme
tersebut pada lembar isian/kerja dan berilah keterangan bersumber pustaka.
VII. LEMBAR ISIAN :
Jenis sediaan/preparat Gambar Pustaka Keterangan
Preparat :
Perbesaran:

NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Amati dan cermati cara untuk mengambil dan memperlakukan biakan murni secara aseptis
dengan baik, benar dan aman.
2. Amati dan gambarlah mikroorganisme apa yang terdapat pada air sawah, jelaskan.
IX. PERTANYAAN :
1. Jelaskan perbedaan mendasar antar jamur jenis Saccharomices cerevisiae dengan jenis Rhizopus.
2. Bagian apa pada tubuh bakteri yang mempunyai fungsi melindungi bakteri dari keadaan yang
lingkungan yang tidak menguntungkan.
3. Sebutkan beberapa manfaat dari mikroorganisme di bidang kedokteran dan makanan.
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA XI. GENETIKA MENDEL
I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan peristiwa pemisahan gen yang sealel pada saat pembentukan gamet.
2. Membuktikan pengelompokan gen secara bebas pada saat pembentukan gamet.
II. DASAR TEORI :
Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang
paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun
1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan
biarawan ini menemukan prinsip prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan
dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan
mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk
membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan
sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi.
Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda,
misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan dihibrid juga merupakan bukti berlakunya
hukum Mendel II berupa pengelompokkan gen secara bebas saat pembentukkan gamet. Persilangan
dengan dua sifat beda yang lain juga memiliki perbandingan fenotip F2 sama, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.
Berdasarkan penjelasan pada persilangan monohibrid dan dihibrid tampak adanya hubungan antara
jumlah sifat beda, macam gamet, genotip, dan fenotip beserta perbandingannya.
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 :
1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen
yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes). Sedangkan persilangan dihibrid yang
menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya
Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent
Assortment of Genes). Dengan mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel baik pada
persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen
itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet.
Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu
sifat atau tanda beda. Sedangkan persilangan dihibrida merupakan perkawinan dua individu dengan
dua tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-
gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan
empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. kenyataannya, seringkali terjadi
penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh beberapa hal
seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian dengan metode chi-square (X2) guna mengetahui
adanya penyimpangan yang signifikan atau tidak pada hasil persilangan yang didapatkan sehingga
hasil persilangan tersebut dinyatakan baik atau tidak. Chi-square merupakan alat pengukuran
penyimpangan dari hasil pengamatan yang dibandingkan dengan angka angka diharapkan secara
hipotesis. Persamaannya adalah sebagai berikut :
(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖/ −0,5) 2
𝑥2 = ∑ Keterangan :
𝐸𝑖
O = Jumlah individu yang diamati
E = Jumlah individu yang diharapkan

0,5 = Faktor koreksi (hanya berlaku pada persilangan monohibrid)


Keputusan pengujian didapatkan dengan cara membandingkan
terhadap X2αdb (x2tabel) sebagai berikut :
1.Jika X2 hitung <X2 tabel, maka hipotesis diterima bahwa sebaran
pengamatan tidak berbeda nyata dengan sebaran harapan
2. Jika X2 hitung >X2 tabel, maka hipotesis ditolak bahwa sebaran
pengamatan berbeda nyata dengan sebaran harapan.

III. ALAT DAN BAHAN :


Bahan yang digunakan dalam acara ini adalah : Kancing jepret warna putih, merah, hitam dan kuning
dan tabel chi-square. Alat yang digunakan adalah : kalkulator, alat tulis menulis, kantung kain hitam.
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara genetika Mendel pada laboratorium biologi.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
Persilangan Monohibrid dengan Kasus Merah (RR) dominan terhadap putih (rr):
1. Empat puluh (40) kancing berwarna merah (RR) dan empat puluh (40) kancing berwarna putih (rr)
dipilih dan dimasukan ke dalam kantung kain hitam pertama (Jantan)
2. Empat puluh (40) kancing berwarna merah dan empat puluh (40) kancing berwarna putih dipilih
dan dimasukan ke dalam kantung kain hitam kedua (Betina).
3. Kedua kantung tersebut di kocok sehingga semua kancing (80 kancing ) yang berada didalam
masing masing kantung tersebut tercampur merata.
4. Dengan tidak melihat ke dalam kantung, secara bersamaan dikeluarkan masing masing satu
kancing dari kedua kantung kain hitam tersebut.
5. - Jika kancing bersatu berwarna merah (RR) dan merah (RR) maka F1 berfenotif merah (RR).
- JIka kancing bersatu berwarna merah (RR) dan putih (rr) maka F1 berfenotif merah (Rr).
-Jika kancing bersatu berwarna putih (rr) dan putih (rr) maka F1 berfenotif putih.
6. Setelah dipersatukan, kancing tersebut kemudian dikembalikan lagi kedalam kantung kain
hitamnya masing masing dan dikocok lagi sebelum diambil.
7. Lakukanlah pengambilan kancing tersebut sebanyak empat puluh kali (40x) dan isilah hasil
pengamatan tersebut pada tabel hitung yang tersedia pada lembar isian/kerja.
Persilangan dihibrid dengan kasus Merah manis (RRHH) dominan terhadap Putih asam (rrhh)
1. Empat puluh (40) kancing berwarna merah (RR, Rr) dan empat puluh (40) kancing berwarna hitam
(HH, Hh), empat puluh (40) kancing berwarna putih (rr) dan empat puluh (40) kancing berwarna
kuning (hh) dipilih dan dimasukan ke dalam kantung kain hitam pertama (Jantan)
2. Empat puluh (40) kancing berwarna merah (RR, Rr) dan empat puluh (40) kancing berwarna hitam
(HH, Hh), empat puluh (40) kancing berwarna putih (rr) dan empat puluh (40) kancing berwarna
kuning (hh) dipilih dan dimasukanke dalam kantung kain hitam kedua (Betina).
3. Kedua kantung tersebut di kocok sehingga semua kancing (160 kancing ) yang berada didalam
masing masing kantung tersebut tercampur merata.
4. Dengan tidak melihat ke dalam kantung, secara bersamaan dikeluarkan masing masing dua
kancing dari kedua kantung kain hitam tersebut.
5. - Jika kancing bersatu berwarna merah-merah/merah putih (RR, Rr),dan hitam-hitam/hitam kuning (HH, Hh)
maka F1 berfenotif merah manis (RRHH, RrHH, RrHh).
- JIka kancing bersatu berwarna merah-merah/merah-putih (RR, Rr), dan kuning (hh) maka F1 berfenotif
merah asam. (RRhh, Rrhh).
-Jika kancing bersatu berwarna putih-putih (rr), dan hitam-hitam (HH,)/hitam-kuning (Hh) maka F1
berfenotif putih manis. (rrHH,rrHh)
-Jika kancing bersatu putih (rr), dan kuning (hh) maka F1 berfenotif putih asam. (rrhh)
6. Setelah dipersatukan, kancing tersebut kemudian dikembalikan lagi kedalam kantung kain
hitamnya masing masing dan dikocok lagi sebelum diambil.
7. Lakukanlah pengambilan kancing tersebut sebanyak delapan puluh kali (80x) dan isilah hasil
pengamatan tersebut pada tabel hitung yang tersedia pada lembar isian/kerja.
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel 1. Tabel hitung hasil persilangan Monohibrid
Fenotip Turus Jumlah
Merah (RR, Rr)

Putih (rr)

NB : LIhat Halaman Lampiran


Tabel 2. Perhitungan chi-square persilangan monohibrid
Merah Putih Jumlah

Jumlah individu yang diamati (O)

Jumlah individu yang diharapkan (E)

Selisisih {O-E}

Selisih- fak.koreksi {O-E} -(0,5)

Kuadrat{Selisih- fak.koreksi}

Hasil kuadrat dibagi E

X2
Kesimpulan :

NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 3. Tabel hitung hasil persilangan dihibrid


Fenotip Turus Jumlah
Merah Manis (RRHH, RRHh, RrHh

Merah Asam (RRhh, Rrhh)

Putih Manis (rrHH,rrHh)

Putih Asam (rrhh)

NB : LIhat Halaman Lampiran

Tabel 4. Perhitungan chi-square persilangan dihibrid


Merah Merah Putih Putih Jumlah
manis asam manis asam
Jumlah individu yang diamati (O)

Jumlah individu yang diharapkan (E)

Selisisih {O-E}

Selisih- fak.koreksi {O-E} -(0,5)

Kuadrat{Selisih- fak.koreksi}

Hasil kuadrat dibagi E

X2
Kesimpulan :

NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Jika nilai X2 hitung dicocokan ke nilai tabel chi-square pada persilangan monohibrid apakah
hipotesis diterima bahwa sebaran berbeda nyata dengan sebaran harapan atau sebaliknya, coba
di jelaskan.
2. Jika nilai X2 hitung dicocokan ke nilai tabel chi-square pada persilangan dihibrid apakah hipotesis
diterima bahwa sebaran berbeda nyata dengan sebaran harapan atau sebaliknya, coba
dijelaskan.
IX. PERTANYAAN :
1. Jelaskan tentang hukum Mendel I
2. Jelaskan tentang hukum Mendel II
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang
ACARA XII. ANALISIS VEGETASI DENGAN CARA JALUR DAN GARIS BERPETAK
I. TUJUAN :
Tujuan praktikum ini agar mahasiswa dapat :
1. Melakukan analisa vegetasi.
2. Membedakan tingkat tingkat pertumbuhan pohon.
3. Mentukan tipe asosiasi vegetasi.
II. DASAR TEORI :
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan
analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak
contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,
yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam
contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan,
dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak
pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat
mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan
menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili
habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan
atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian
petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan
berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti
pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Untuk
luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m,
karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak
awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan.
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik
(systematic sampling), random samping hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya
hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja,
karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk
penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam
pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative. Bahkan dalam keadaan
tertentu, dapat digunakan purposive sampling.
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi
itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen
tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang
terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan
palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar
dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak
bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam
banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun
merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya
tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2
meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai
utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
a.Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m.
b.Pancang (Sapling): Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
Analisis vegetasi dengan jalur/transek
Untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaannya,
paling baik digunakan cara jalur atau transek, cara ini paling efektif untuk mempelajari perubahan
keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevansi. Jalur jalur contoh dibuat
memotong garis garis topografi, misalnya dari tepi laut ke pedalaman hutan, memotong sungai, dan
menaiki atau menuruni lereng pegunungan. Di Indonesia digunakan jalur jalur yang lebarnya 10 atau
20m dengan jarak antara 200-1000m tergantung intensitas yang dikehendaki. Sebaiknya untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha atau lebh dipakai intensitas 2% dan untuk hutan dengan
luas 1000ha atau kurang dipakai intensitas 10%.
Analisis vegetasi dengan garis berpetak
Cara ini dianggap sebagai modifikasi jalur. Sebagai modifikasi cara jalur, cara garis berpetak
terjadi dengan melompati satu atau lebih petak petak dalam jalur. Jadi sepanjang rintis terdapat
petak petak pada jarak tertentu yang sama. Petak petak pada garis berpetak dpat berbentuk persegi
panjang, bujur sangkar atau lingkaran. Besarnya petak petak itu 10x10m, 20x20m, atau 20x50m atau
lingkaran beradius 17,8m (0,1 ha). dapat pula dilakukan kombinasi antara jalur dan cara garis
berpetak. Untuk pohon dilakukan cara jalur dan untuk semai, pancang, dan tiang dengan cara garis
berpetak seperti gambar di bawah ini :

Petak A : Petak ukur untuk anakan semai (2x2m)


Petak B : Petak ukur untuk anakan pancang (5x5m)
Petak C : Petak ukur untuk anakan tiang (10x10m)
Petak D : Petak ukur untuk anakan pohon (20x20m)

III. ALAT DAN BAHAN :


Alat yang diguanakan pada acara ini adalah : Meteran roll, parang, tali rafia, kompas, kalkulator, dan
patok
IV. LOKASI DAN WAKTU :
Lokasi praktikum untuk acara habitat dan relung ekologi pada hutan TAHURA.
V. PENGORGANISASIAN :
-Mahasiswa dibagi menjadi empat kelompok, dan masing masing kelompok terdiri dari 6 orang.
-Mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah diberikan.
-Mahasiswa wajib mencatat semua kegiatan praktikum dan hasil praktikum pada lembar isian/kerja.
-Mahasiswa wajib membuat laporan praktikum sesuai sistematika laporan praktikum.
VI. PROSEDUR KERJA :
1. Dengan kompas buatlah garis transek sebagai jalur/garis tengah petak untuk seluruh kelompok.
Jalur hendaknya dibuat memotong garis garis topogarfi, misalnya dari tepi laut ke pedalaman
hutan, memotong sungai dan menaiki atau menurunu lereng pegunungan.
2. Tandai jalur dengan tali rafia.
3. Buat petak masing masing 20x20m untuk pohon, 10x10m untuk tiang, 5x5m untuk pancang dan
2x2m untuk semai.
4. Tandai titik sudut petak petak tersebut dengan patok dan hubungkan tiap patok dengan tali rafia.
5. Kelompok berikutnya membuat petak di sisi yang berlawanan dengan petak pertama, berselang
seling sampai kelompok terakhir.
6. Setelah jalur dan petak sudah terbentuk, mulailah mencatat jenis jenis pohon yang ada dan ukur
diameter masing masing pohon tersebut dengan memperhatikan kelas pertumbuhannya. Diameter
diukur setinggi dada (dbh) yaitu setinggi 1,3m dari permukaan tanah.
7. Catat di dalam lembar isian/kerja
8. Hitunglah NIlai Kerapatan (K), Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR),
Dominansi (D) dan Dominansi Relatif (DR), dan Indeks Nilai penting, masing masing menggunakan
rumus sebagai berikut :
Kerapatan Jenis ke-i (Ki) : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒−𝑖
Ki = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

Kerapatan Relatif jenis ke-i (KR) : 𝐾𝑖


KR= 𝑥 100%
∑𝑘𝑖
Frekuensi Jenis ke-i (Fi) : 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒−𝑖
Fi=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

Frekuensi Relatif Jenis ke-i (FR) : 𝐹𝑖


FR= 𝑥 100%
∑𝐹𝑖
Dominansi Jenis ke-i (Di): 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑘𝑒−𝑖
Di= 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

Dominansi Relatif Jenis ke-i (DR) : 𝐷𝑖


DR= 𝑥 100%
∑𝐷𝑖
Luas bidang dasar Jenis ke-i (Lbds): 1
Lbds= ∏ 𝑑𝑖2
4
di: Diameter setinggi dada (130m)
Indeks Nilai Penting (INP) : Tingkat tiang dan pohon : INP =KR + FR + DR
Tingkat semai dan pancang: INP = KR+ FR
VII. LEMBAR ISIAN :
Tabel data Analisis vegetasi dengan garis berpetak
No Nama jenis Lbds K KR F FR D DR INP
1

NB : LIhat Halaman Lampiran

VIII. TUGAS :
1. Sebutkan nama ilmiah dan nama lokal dari jenis tanaman yang kelompok anda temui pada saat
melakukan proses analisis vegetasi.
2. Jelaskan metode analisis vegetasi dengan cara kuadran (point quarter method).
IX. PERTANYAAN :
1. Apa keuntungan praktikan jika menggunakan analisis vegetasi dengan garis berpetak.
2. Analisis vegetasi erat kaitannya dengan sampling, jelaskan
X. DAFTAR PUSTAKA :
Campbell N. A.,Reece J. B., and Mitchel L. G. 1999. Biologi. Edisi ke-5
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia, Jakarta Xi+308 hlm
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Jilid 1. Edisi ke-5. Penerbit Erlangga. Surabaya
Madigan, M. T., J. M. Martinko , and J. I. Parker . 1997. Book Biologi of Microorganism. 8 th ed.
Prentince Hall. International., inc. P248-736
Raven, P. H. and G. B. Johson. 1996. Biologi. WCB McGraw-Hill. Boston etc. Xxxii +1311p
Soerianegara, I dan A. indrawan 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan,
Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor.
Suryo, 2004, Genetika Strata 1, GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 1989. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tjirosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ville, C. A., Walker, W. F., and Barnes , R. D. 1999. Zoologi Umum, jilid 1, Edisi-6, Erlangga. Surabaya
Yatim, W. 2003. Genetika. PT Tarsito Bandung. Bandung.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. UPT. Penerbitan Univ. Muhammadiyah Malang. Malang

Anda mungkin juga menyukai