Anda di halaman 1dari 3

Tujuan Hidup IV

Memandang Kehidupan dari Sudut Pandang Allah

Pdt. Yoan Ch. E. Asar-Juzuf, M.Si, Teol

Kedua, kehidupan di bumi adalah sebuah kepercayaan. Segala hal yang kita
miliki di dunia ini adalah milik Allah.waktu, tenaga, kepandaian, kesempatan, hubungan
dan kekayaan kita semuanya adalah pemberian dari Allah yang telah Dia percayakan
untuk kita pelihara dan kelola. Kita tdak pernah benar-benar memiliki apapun selama
kediaman singkat kita di bumi. Allah hanya meminjamkan bumi kepada kita pada waktu
kita ada di sini. Setelah kita meninggal, Allah meminjamkannya kepada yang lain.

Pekerjaan pertama yang Allah berikan kepada manusia ialah mengelola dan
memelihara barang-barang milik Allah di dunia ini. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang
kita nikmati harus diperlakukan sebagai sebuah kepercayaan yang Allah tempatkan di
dalam tangan kita. Segala bentuk perawatan terhadap diri kita, rumah kita, pekerjaan
kita merupakan cara kita menghargai kepercayaan Allah kepada kita untuk mengurus,
merawat dan mengelola apa yang ada dalam kehidupan kita. Tapi seringkali manusia
berpikir, kalau bukan miliknya untuk apa dijaga? Biasanya manusia tidak terlalu peduli
pada barang milik orang lain. Tapi orang Kristen hidup di level yang berbeda. Kita harus
punya pandangan bahwa karena Allah memilikinya maka kita harus memeliharanya
sebaik mungkin. Sama seperti kisah tentang talenta, dimana sang pengusaha
mempercayakan kekayaannya kedalam pemeliharaan hamba-hambanya ketika ia pergi.
Ketika ia kembali ia mengevaluasi tanggung jawab setiap hamba dan memberikan upah
atas itu. hal ini jugalah yang akan terjadi kepada kita. Pada akhir kehidupan kita di
dunia, kita akan dievaluasi dan diberikan upah sesuai dengan seberapa baik kita
mengurus apa yang telah Allah percayakan kepada kita. ini berarti segala sesuatu,
bahkan hal kecil ekalipun memiliki dampak yang kekal. Kalau kita memperlakukan
segala sesuatu sebagai kepercayaan, Allah akan memberikan imbalan kepada kita.
Sayangnya, banyak manusia gagal menyadari bahwa uang merupakan sebuah ujian
sekaligus sebuah kepercayaan dari Allah. banyak manusia cari uang, bahkan
mengatakan tidak bisa hidup tanpa uang, lalu ketika Allah memberkatinya, ia lupa
dengan Allah, padahal ketika Allah memberkati kita dengan uang sebenarnya Allah
meminta kita untuk mengusakan uang itu dengan baik dan bijaksana, baik untuk diri
kita sendiri maupun untuk orang lain. seberapa bijak kita menggunakan uang itu
seharusnya berjalan seiringan dengan kualitas rohani kita sehingga dari situ Allah bisa
menentukan seberapa banyak Allah dapat mempercayai kita dengan berkat-berkat
dunia maupun berkat rohani.

Kehidupan merupakan ujian dan kepercayaan dan semakin banyak Allah


memberi kepada kita maka semakin banyak tanggung jawab yang Ia harapkan dari kita.
Lukas 12:48b
Ketiga, kehidupan di dunia ini adalah suatu penugasan sementara. Artinya kita
diutus ke dunia ini untuk melakukan sebuah tugas, namun tugas tersebut bukanlah
tugas yang permanen dan bersifat kekal, tugas kita di dunia ini hanya sementara,
tergantung masa berlaku tugas yang ditentukan oleh Allah. itulah sebabnya, kehidupan
di dalam Alkitab seringkali digambarkan sebagai kabut, asap, nafas,yang semuanya
bersifat sementara.

Untuk dapat memanfaatkan kehidupan ini dengan maksimal kita perlu


mengingat dua kebenaran. Pertama, dibandingkan kekekalan, kehidupan di dunia ini
amatlah singkat. Kedua, bumi hanyalah tempat kediaman sementara. Kita tidak akan
berada lama disini jadi jangan terikat dengan dunia ini. Mintalah agar Allah membantu
kita melihat kehidupan dengan lebih bijaksana, sebagaimana Allah melihat kehidupan
ini.

Berulang-ulang Alkitab membandingkan kehidupan di bumi dengan kehidupan


sementara di sebuah negeri asing. Bumi bukanlah rumah tetap atau tujuan akhir. Kita
hanya berkunjung ke bumi. Itulah sebabnya Alkitab menggunakan istilah-istilah seperti
orang asing, peziarah, pendatang, pengunjung dan musafir untuk menggambarkan
kediaman kita yang singkat di bumi.

Ketika kita berangkat ke luar negeri, membutuhkan sebuah passport. Passport


ini kita gunakan sebagai tanda pengenal kita di negara asing. Kita wajib membawa
passport kemanapun kita pergi ketika kita berada di luar negeri sebagai tanda bahwa
kita ada di negara asing.

Sebagai orang Kristen kita perlu memegang pasport kita erat-erat selama kita
hidup di dunia ini, sebagai pengingat bahwa kita bukan berasal dari dunia ini. coba kita
andaikan seperti ini, kita adalah utusan-utusan negara, sebagai duta besar kenegaraan
di negara lain yang berkonflik dengan kita. tentu saja kehidupan di negara musuh tidak
akan menyenangkan namun kita harus tetap bertahan untuk menyelesaikan misi kita.
tetapi seandainya kita menjadi begitu nyaman di negeri orang dan lebih menyukai
negara asing ini daripada tanah air kita maka kesetiaan dan komitmen kita akan
berubah. Peran kita sebagai duta besar malah bisa berubah menjadi seorang musuh
dalam selimut atau pengkhianat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan di masa sekarang jauh lebih baik
daripada kehidupan di masa-masa yang pernah ada. Segala kesenangan, hiburan,
kemudahan, kenyamanan ada di dalam masa ini. itulah sebabnya banyak orang
berlomba-lomba untuk mengejar kebahagiaan di dunia ini. Mereka terjebak dalam
kesenangan-kesenangan duniawi dan berpikir bahwa “inilah tujuan hidup kami, inilah
kenikmatan hidup kami.” Hanya dengan menyadari bahwa kehidupan adalah suatu
ujian, suatu kepercayaan, suatu penugasan sementara kita dapat mengontrol diri kita
dan keinginan-keinginan kita karena kenikmatan duniawi. Alkitab mengatakan “sebab
kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yag
kelihatan adalah sementara sedangkan yang tidak kelihata adalah kekal.” 2 Kor 4:18
Fakta bahwa bumi bukanlah rumah terakhir kita menjelaskan mengapa sebagai
pengikut Kristus kita selalu mengalami kesulitan, penderitaan, dan penolakan di dalam
dunia ini. Hal tersebut juga menjelaskan mengapa beberapa janji Allah tampaknya tidak
digenapi, beberapa doa tidak dijawab, dan beberapa keadaan tampaknya tidak adil.
Sebab kisah hidup kita di dunia ini bukanlah segalanya. Keadaan-keadaan tidak
menyenangkan diatas menjaga kita untuk tidak terlalu terikat dengan dunia ini, ALlah
membiarkan kita merasakan cukup banyak kesedihan dan ketidakpuasan dalam
kehidupan karena memang ada hal-hal yang tidak akan terpenuhi di kehidupan kita ini.
kita tidak akan benar-benar bahagia karena memang seharusnya tidak demikian. Bumi
bukanlah rumah terakhir kita; kita diciptakan untuk sesuatu yang jauh lebih baik. kita
tidak akan benar-benar merasa puas di sini tetapi tidak ada yang sebanding dengan apa
yang Allah telah rencanakan bagi kita.

Banyak orang mengira bahwa tujuan Allah bagi kita ialah kesuksesan, kekayaan
materi, serta keberhasila. Namun kehidupan yang berkelimpahan tidak ada kaitannya
dengan materi, dan kesetiaan kepada Allah tidak akan menjamin keberhasilan dalam
karir dan pekerjaan kita. Itulah sebabnya kita harus tetap setia dalam kehidupan kita
sebab akhir dari kehidupan ini bukanlah akhir dari segalanya. Kisah lengkap kehidupan
kita bisa kita ketahui setelah kita masuk kedalam kekekalan.

Anda mungkin juga menyukai