Anda di halaman 1dari 3

MEWARNAI LEMBAR JIWA

Kita semua sudah tahu bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus.. Kalau dikatakan
bahwa tubuh kita bait Roh Kudus maka ini berarti paling tidak memuat 2 aspek penting.
Aspek pertama adalah aspek pemeliharaan Tuhan dan tanggung jawab dan aspek kedua
adalah aspek fungsi atau kegunaan dan panggilan.
Aspek pertama adalah aspek pemeliharaan artinya bahwa kalau tubuh kita adalah bait
Roh Kudus maka kita pasti dipelihara Tuhan. Selama kita bertanggung jawab
mengembangkan diri maka Tuhan akan memenuhi degala kebutuhan kita dan memelihara
kita sesuai dengan rencananNya. Mengembangkan diri disini meliputi dua hal, yang
pertama mengembangkan diri untuk mencari nafkah dan kedua mengembanagkan diri
untuk mewarnai jiwa atau membentuk karakter. Kedua-dua bertalian. Tetapi yang pasti
bila seseorang mengembangkan karakter maka potensi dirnya untuk mencari nafkahpun
pasti tidak terbaikan. Tidak mungkin orang yang mengembangkan karakter menjadi
malas, tidak bisa mencari nafkah, bodoh dan tidak dapat dipercayai sesamanya. Orang
Kristen yang menjadi benalu bagi sesamanya pasti orang Kristen yang tidak beres.
Mengenai tubuh, karena tubuh kita bait Roh Kudus Bapa pasti memelihara
baitNya. Oleh sebab itu soal keselamatn tubuh kita bertalian dengan makan minum,
keamanan dan kesehatanNya pasti dijamin Tuhan, selama kita juga bertanggung jawab
menjaganya. Tuhan Yesus berkata bahwa kita lebih dari bunga di padang dan burung di
udara.
Sekarang kita amati apa yang dimaksud Tuhan yesus dengan : Hidup lebih
penting dari makanan (Luk 12:23). Ada beberapa kata dalam bahasa Yunani yang
diterjemahkan hidup dalam bahasa Indonesia. Kata-kata itu antara lain zoe, bios, biosis,
agoge, anstrophe. Tetapi kata hidup dalam Lukas 12:23 terjemahan dari kata psukhe,
yang artinya jiwa. Jiwa disini hendak menunjuk karakter atau watak. Sebab didalam jiwa
kita inilah terdapat keinginan, perasaan dan kehendak kita. Keinginan, perasaan dan
kehendak kita bertumbuh atau mengalami evolusi secara bertahap sejak kita lahir dalam
dunia ini. Dari ketidak sadaran terhadap diri sampai kemudian seorang anak manusia
sadar siapa dirinya. Anak bayi yang baru lahir bahkan sampai beberapa bulan tidak sadar
siapa dirinya, seiring dengan berjalannya waktu kemudian mulai sadar siapa dirinya. Ia
mulai sadar memiliki kehendak atau keinginan, perasaan dan pikiran.
Masalahnya kemudian adalah bagaimana mengisi lembar jiwa tersebut. Teori
“tabula rasa” Jhon Locke benar sebagian, bahwa lembar jiwa anak seperti selembar
kertas putih. Memang seperti lembar kertas tetapi tidak putih sama sekali karena orang
tua sudah mewarisi watrna dasar. Selain warna dasar yang diwariskan oleh orang tua kita,
lingkungan sangat berperan memberi warna. Sekarang tergantung bagaimana setiap
individu mewarnai dirinya atau membentuk karakternya. Tanggung jawab usaha untuk
membentuk diri atau mewarnai jiwa tergantung kepada kita masing-masing. Hasilnya
akan dibawa kepada Tuhan pada waktunya. Alkitab berkata bahwa semua kita akan
bertanggung jawab dihadapan Tuhan (Roma 14:12). Itulah sebabnya dalam suratnya
Paulus berkata: Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini,
maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua
harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang
patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun
jahat (2Kor 5:9-10).
Hidup lebih penting dari makanan artinya bahwa jiwa kita lebih penting dari pada
makanan. Jangan oleh sebab pencarian nafkah kita melupakan atau mengabaikan
character building, pembentukan karakter atau mewarnai jiwa. Inilah yang terjadi dalam
kehidupan manusia pada umumnya. Orang mengutamakan perut kenyang, perhiasan
lahiriah dan segala perkara tetapi mengabaikan “kecantikan rohani” atau watak yang
seharusnya terbentuk mulia seperti Tuhan Yesus.
Apa konsekwensi kalau Roh Kdus diam didalam kita? Seperti yang dikemukakan
diatas bahwa kalau Roh Kudus diam didalam diri kita berarti dalam hidup kita ada aspek
pemeliharaan dan tanggung jawab. Tangung jawab disini maksudnya adalah bahwa kita
bekerja sama dengan Roh Kudus mewarnai jiwa kita. Roh Kudus ditanam Tuhan dalam
diri kita bermaksud menuntun kita kepada segala kebenaran. Kebenaran Tuhan itulah
yang membawa kita kepada kesempurnaan. Kesempurnaan disini maksudnya adalah
karakter yang mulia seperti Kristus. Pekerjaan Roh Kudus akan terhambat kalau kita
tenggelam mencari nafkah tetapi melupakan tuntunan Roh Kudus yang sedang
memurnikan jiwa kita. Jiwa inilah yang akan menghadap Tuhan. Dalam jiwa kita inilah
terdapat hasil kerja hidup kita yang akan menentukan posisi atau kedudukan kita didalam
alam kekekalan nanti. Bila kita berusaha membangun karakter atau mewarnai jiwa kita
menjadi mulia seperti Tuhan Yesus menjadi teladan kita, maka kita menjadi kaya
dihadapan Tuhan. Itulah kekayaan abadi.
Dalam 1Petrus 3:35 Alkitab berkata : Perhiasanmu janganlah secara lahiriah,
yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan
mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang
tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah
lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Manusia batiniah disini
menunjuk jiwa yang diperbaharui terus oleh Firman Tuhan sehingga memuat lukisan
yang indah seperti yang Tuhan kehendaki atau memiliki moral mulia seperti Tuhan Yesus
Kristus. Perhatikan kalimat ”perhiasan yang tidak binasa” dan yang “berharga dimata
Allah”. Inilah kekayaan abadi yang dimaksud dalam Lukas 12:19-20 Sesudah itu aku
akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk
bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-
senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini
juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah
itu nanti?.
Hari ini banyak orang yang merasa diri sudah kaya dan berkecukupan tetapi
sebenarnya mereka tidakkaya dihadapan Tuhan. Oleh sebab itu kita harus menyadari dan
mengakui kemiskinan kita supaya kita “mengumpulkan harta di sorga”, yaitu belajar
mewarnai jiwa dengan kebenaran Firman tauhan. Alkitab berkata: "Berbahagialah orang
yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Orang
yang merasa miskin akan berusaha menanggulangi kemiskinannya supaya kaya
dihadapan Tuhan.
Bukti adanya manusia yang tidak memperdulikan warna jiwanya dapat kita
temukan melalui apa yang dipaparkan Tuhan Yesus dalam Lukas 12:16-21. Dalam
perikop ini dikisahkan orang kaya yang mengumpulkan kekayaan bagi dirinya tetapi
tidak memperhatikan jiwanya dimana ada kehendak, pikiran dan perasaannya. Jiwanya
tidak terwarnai, tentu karakternya tidak mulia. Ia dinyatakan Alkitab tidak kaya
dihadapan Tuhan.
Dalam ayat 19, kata jiwa adalah psuke. Dalam hal ini penterjemah Alitab kurang
konsisten. Dalam Lukas 12:23 kata psuke diterjemahkan hidup tetapi dalam ayat 19
diterjemahkan jiwa. Orang kaya tersebut dikatakan Tuhan sebagai orang bodoh sebab ia
hendak mewarnai dan memuaskan jiwanya dengan hartanya. Pada hal jiwa tidak dapat
dipuaskan dan dihiasi atau diwarnai dengan harta. Yang bisa dipuaskan dan dihiasi
dengan segala asesoris adalah tubuh manusia. Dalam hal ini kita mengerti mengapa
Tuhan menyebut bahwa percintaan dunia merupakan penyesatan atau disebut sebagai
“tipu daya kekayaan” , deceitfulness of riches. Seorang yang mencintai dunia membawa
jiwanya sesat sebab ia tertipu. Penipuan itu akan terbukti pada waktu ia menghadap
Tuhan, ternyata ia miskin. Keadaan ini mirip dengan keadaan jemaat di Laodikia
(Wahyu 3:17: Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku
dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau
melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,).
Percintan dunia inilah yang membuat Firman Tuhan tidak dapat bertumbuh (Mat
13:22-23). Jadi sekalipun seseorang menjadi majelis gereja atau pengunjung gereja yang
setia bila masih mencintai dunia maka ia tidak dapat bertumbuh. Dalam hal ini kita baru
mengerti mengaap Paulus begitu tegas berkata dalam 1Timotius 6:10 : “Karena akar
segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.
Kekayaan kita ternyata adalah jiwa yang terbentuk mulia seperti karakter Tuhan.
Hal ini bisa terjadi bila seseorang didiami Roh Kudus dan memberi diri dipimpin oleh
Roh Kudus. Dipimpin Roh Kudus adalah anak-anak Allah tetapi dipimpin oleh daging
yaiotu yang terikat dengan leinginan daging bukan anak Tuhan atau tidak mau menjadi
anak Tuhan (Roma 8:12-14). Banyak orang Kristen sementara mau menjadi anak Tuhan
juga hidup dalam kedagingannya. Bila kita diperingatkan tidak mau bertobat akhirnya
Tuhan akan berkata: Aku tidak mengenal kamu.
Selanjutnya Tuhan berbicara mengenai kekuatiran dalam Lukas 12:23-24 yang
berbunyi demikian : Sebab hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu
lebih penting dari pada pakaian. Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak
menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian
diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!
Tuhan berbicara mengenai kekuatiran agar anak-anak Tuhan tidak menjadi kusut
karena masalah-masalah hidup sehingga kita mengabaikan bagaimana seharusnya
mewarnai jiwa kita yang merupakan “catatan” abadi setiap individu.

Anda mungkin juga menyukai